Anda di halaman 1dari 15

Annual Report 2014

BAB VII
PENGKAJIAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH
GEDUNG GEOSTEK
7.I. Latar Belakang
Mengacu pada Undang-undang nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah serta Permen PU No. 21/PRT/M/2006 tentang kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan Pengelolaan Persampahan terutama yang berkaitan dengan kebijakan
pengurangan sampah sejak dari sumbernya dengan program unggulan 3R (reuse,
reduce, recycle), serta sasaran yang harus dicapai pada tahun 2015 sebesar 20%,
pada dasarnya merupakan tugas berat bagi semua pihak dalam mewujudkan upaya
tersebut, mengingat kondisi yang ada saat ini, baru sekitar kurang dari 3% sampah
yang dapat dikurangi atau dimanfaatkan. Namun demikian dengan berbagai gerakan
yang ada ditingkat masyarakat baik melalui peranan tokoh masyarakat, LSM ataupun
pemerintah kota/kabupaten, telah banyak praktek-praktek unggulan 3R yang cukup
sukses dan dapat direplikasikan di tempat lain, sehingga target pengurangan 20%
bukan mustahil akan dapat dicapai.
Pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat merupakan paradigma baru
dalam pengelolaan sampah. Paradigma baru tersebut lebih ditekankan kepada metoda
pengurangan sampah yang lebih arif dan ramah lingkungan. Metoda tersebut lebih
menekankan kepada tingkat perilaku konsumtif dari masyarakat serta kesadaran
terhadap kerusakan lingkungan akibat bahan tidak terpakai lagi yang berbentuk
sampah. Pengurangan sampah dengan metoda 3R berbasis masyarakat lebih
menekankan kepada cara pengurangan sampah yang dibuang oleh individu,
perumahan, perkantoran, atau kawasan komersial. Dari pendekatan tersebut, maka
didalam pelaksanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat ada dua kegiatan
yang harus dilakukan secara sinergi dan berkesinambungan. Memang bukan hal
mudah untuk dilakukan karena akan sangat bergantung pada kemauan masyarakat
dalam merubah perilaku, yaitu dari pola pembuangan sampah konvensional menjadi
pola pemilah sampah yang dilanjutkan dengan pemanfaatan sampah anorganik dengan
sistem Bank Sampah,

102

Annual Report 2014

BPPT sebagai instansi Pemerintah juga berkewajiban untuk mengurangi jumlah


sampah agar tujuan pengurangan 20 % jumlah sampah yang harus dibuang tercapai.
Untuk melaksanakan pengurangan timbulan sampah perlu adanya konsep pengelolaan
sampah kantor, dalam hal ini kantor Geostek di Puspiptek Serpong. Agar dapat
mencapai pengurangan sampah 20 % total timbulan sampah.

7.2. Tujuan dan Sasaran


Tujuan dari kegiatan ini adalah membuat konsep teknis operasional pengelolaan
sampah kantor Geostek agar tujuan pengurangan 20 % timbulan sampah dari sumber
tercapai.
Sasaran dari kegiatan ini adalah terinventarisasinya data-data primer berupa
jumlah timbulan sampah, jenis dan komposisi sampah yang dihasilkan dari kegiatan
operasional kantor gedung Geostek, Serpong.

7.3. Hasil dan Pembahasan


Di dalam Undang-undang No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
disebutkan bahwa setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah
sejenis sampah rumah tangga wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara
yang berwawasan lingkungan. Perkantoran Geostek termasuk dalam sampah sejenis
sampah rumah tangga.Untuk mengantisipasi permasalahan sampah dan bahaya
pencemaran lingkungan, perlu dikembangkan pengelolaan sampah dengan konsep
pengolahan sampah secara terpadu berbasis 3R. Pengelolaan sampah terpadu dengan
konsep 3R diharapkan dapat memenuhi konsep pengelolaan sampah menuju zero
waste. Konsep 3R yang berprinsip mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur
ulang sampah dapat mereduksi timbulan sampah, sehingga dengan diterapkannya
sistem pengelolan sampah terpadu berbasis 3R diharapkan dapat menciptakan kondisi
kebersihan, keindahan, dan kondisi kesehatan lingkungan,

7.3.1 Konsep Pengelolaan Sampah Gedung Geostek


Dalam sistem perencanaan pengelolaan sampah perlu diketahui data awal
berupa timbulan, komposisi dan karakteristik sampah, sehingga pengelolaan
persampahan mulai dari sumber, pewadahan, pemilahan, pengumpulan, pemindahan
dan pengangkutan serta pengolahan yang akan dipilih menjadi lebih optimal.
103

Annual Report 2014

7.3.1.1. Timbulan Sampah


Timbulan/produksi/kuantitas sampah, merupakan volume atau berat sampah
yang dihasilkan dari sumber sampah di suatu lokasi. Dalam hal ini kantor Geostek
Puspiptek Serpong. Data timbulan sampah diperlukan untuk menentukan jenis, atau
tipe peralatan serta pengolahan yang akan digunakan dalam pengelolaan sampah.
Hasil penelitian sampah yang dilakukan pada tahun 2014 di kantor Geostek, di
peroleh data sebagai berikut:

Tabel 7.1. Timbulan Sampah Kantor Geostek


No.

Hari

unit

Jumlah timbulan

1.

Senin

Kg

0.092

2.

Selasa

Kg

0.114

3.

Rabu

Kg

0.105

4.

Kamis

Kg

0.125

5.

Jumat

Kg

0.119

rata-rata

kg

0.111

Jumlah timbulan sampah ini belum termasuk jumlah sampah taman. Karena
sampah taman langsung ditumpuk di sekitar kantor Geostek yang masih termasuk
daerah terbuka hijau (hutan/ladang)

7.3.1.2. Komposisi Sampah


1) Sampah Kantor sejenis Sampah Tumah Tangga
Berdasarkan jenisnya sampah dibedakan antara sampah organik dan sampah
anorganik.
Sampah Anorganik terbagi atas :
a) Kertas : HVS, Koran, Boncos, dan Karton
b) Plastik : HDPE, PE, PEP, dll
c) Logam: Botol kaleng, kawat, besi
d) Kaca : Botol kaca bening, botol kaca warna
Untuk Sampah Organik, terdiri atas
a) Organik : sampah taman dan sisa makanan
b) Residu : tissue, sapuan (debu)
104

Annual Report 2014

Tabel 7.2. Komposisi Sampah Gedung Geostek


No.
1.

Komponen
Organik (sisa makanan, daun, dll)

Persentase (%)
Berat
32.02

An-organik
2.

Kertas

23.75

3.

Kardus/Kertas keras

3.02

4.

Plastik

18.92

5.

Kayu

0.16

6.

Kain

0.14

7.

Karet

1.03

8.

Logam/metal

0.36

9.

Seng

0.21

10.

Gelas/kaca

0.73

11.

Sampah Khusus Beracun (B3)

0.32

12.

Lain

22.57

13.

Styrofoam

1.62

14.

residu

20.95

TOTAL

100

2) Komposisi Sampah Limbah Laboratorium


Selama ini belum pernah mengkomposisikan limbah laboratorium. Namun biasanya
limbah laboratorium berupa limbah cair hasil cucian, dan limbah padat berupa
kemasan bahan.

Karena belum adanya penelitian tentang jenis limbah

laboratorium di Gedung Geostek, maka pembagian wadah limbah laboratorium


berdasarkan limbah B3

7.3.2. Pewadahan Sampah


Wadah sampah adalah tempat yang disediakan oleh pihak pengelola untuk
menempatkan barang yang sudah tidak memiliki nilai bagi orang tersebut. Saat ini di
gedung Geostek terdapat bermacam-macam jenis wadah sampah, dimana sampah
belum dipilahkan.

105

Annual Report 2014

Untuk memenuhi syarat UU RI nomor 18 tahun 2008 bahwa setiap sumber


sampah harus mengurangi timbulan sampah, maka sebaiknya wadah sampah
dipilahkan antara sampah organik dan sampah anorganik, dengan harapan sampah
anorganik dapat dimanfaatkan dan menyeragamkan tempat wadah sampah.

Wadah sampah kapasitas 15 liter

Wadah sampah kapasitas 50 liter

Wadah sampah ini dipergunakan untuk

Wadah sampah diperuntukkan untuk

sampah pada ruang kepala unit

ruangan staf dan bersifat komunal

Gambar 7.1. Wadah Sampah

7.3.3. Distribusi Wadah Sampah


Untuk melakukan pendistribusian wadah sampah ke masing-masing ruangan,
perlu dilakukan pendataan ruangan, baik lokasi, fungsi maupun besaran ruangan,
sehingga dalam pendistribuasian wadah sampah sesuai dengan kebutuhannya.
Tujuan dari kegiatan ini adalah pendataan letak fungsi dan besaran ruangan serta
sketsa penempatan wadah sampah.

Hasil pendataan ruangan diperlihatkan pada table 7.3. berikut.

106

Annual Report 2014

Tabel 7.3. Lokasi dan Fungsi Ruangan


Fungsi
Kantor

Lantai 3

Jumlah

R. Kerja utama

25

R. Kabid atau setaraf dengan Kabid

12

Toilet wanita

Toilet

Toilet pria

Mushola

Mushola

Auditorium

Auditorium

R. rapat 1

R.Rapat

R. rapat 2
R. rapat 3

R.Persiapan

R. Persiapan

R.Pantry

R. Pantry

R.Mesin

R. mesin/panel

R. Penerima data satelit

RK Deputi

RK Sekretaris Deputi

R Rapat

RK Administrasi BTL

R. Penerima data
satelit

R. kabid PPTH-UPTHB (dlm R. Kabid)


Sayap Kiri :
RKantor

Ruang Direktur

R. Senior Scientist

Ruang Bersama I PTL

RK Bersama I PTLWB

Pantri

Sayap Tengah
RK. TISDA
Pantri

107

Annual Report 2014

Fungsi

Lantai 3

Jumlah

Sayap Kanan

Toilet

Mushola

Laboratorium Balai Teknologi Lingkungan

Ruang Bersama II PTL

Toilet wanita

Toilet pria

Mushola
Lantai I
Sayap Kiri

R.Rapat

Ruang tamu dan resepsionis

Ruang Pertemuan Cakrawala

Ruang Rapat
R. K. PTLWB

10

Toko Koperasi

Pantri

Kamar Mandi

Ruang Makan

RK PTSM

10

Pantri
Ruang Laboratorium Basah

R. Onlimo

R. Rapat

R. Teknisi

R. Penerima data satelit

R. Penerima data
satelit

108

Annual Report 2014

Sketsa peletakkan wadah sampah di perlihatkan pada gambar berikut:

Gambar 7.2. Distribusi Peletakkan Wadah Sampah

7.3.4. Pemilahan Sampah


Pemilahan sampah dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan penanganan
sampah sejak dari sumbernya, dengan memanfaatkan penggunaan sumber daya
secara efektif yang diawali dari pewadahan, pengumpulan dan pengolahan serta

109

Annual Report 2014

pengangkutan hingga pembuangannya. Melalui pengendalian pengelolaan organisasi


yang berwawasan lingkungan.
Pemilahan berarti upaya untuk mengelompokkan komponen sampah sesuai
dengan sifatnya,dari yang heterogen menjadi homogen sesuai dengan golongannya,
seperti sampah yang mudah terurai, yang dapat digunakan kembali, yang dapat didaur
ulang, dan sampah yang beracun. Pemilahan menjadi sangat penting untuk
mengetahui jumlah sampah yang dapat dimanfaatkan
Sebaiknya pemilahan sampah dilakukan di sumber sampah. Hal ini akan
mempengaruhi jumlah sampah yang harus diangkut ke tempat pemprosesan sampah
akhir (TPA). Karena biayapengangkutan membutuhkan dana yang terbesar dalam
pengelolaan sampah. dapat mendekati 60 % dari biaya pengelolaan sampah.
Seperti yang tercantum dalam undang-undang nomor 8 tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah, sampah dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah
an organik. Namun dalam pelaksanaanya, walaupun disediakan 2 (dua) wadah sampah
yang diletakkan berdampingan dengan label sampah ORGANIK dan AN-ORGANIK,
namun pemilahan tidak berjalan dengan baik.

7.3.5. Pengumpulan dan Pemindahan Sampah


Sistem pengumpulan sampah adalah cara atau proses pengambilan sampah
mulai dari tempat pewadahan sampah dari sumber timbulan sampah sampai ke wadah
sampah dengan kapasitas lebih besar (sekitar 0.5 - 1 m3) selanjutnya dipindahkan ke
tempat penampungan sementara (TPS).
Pada kantor Geostek, jika pemilahan diperlakukan, maka perlu diatur
pengumpulan sampah. Untuk sampah organik yang meliputi sampah yang tidak dapat
dimanfaatkan oleh para petugas kebersihan kantor, dikumpulkan tiap hari, selanjutnya
dipindahkan ke tempat penampungan sampah (TPS). Sedang untuk sampah ANORGANIK LAYAK JUAL, dapat dikumpulkan sampai wadah sampah penuh atau saat
penjualan bahan-bahan tersebut.

110

Annual Report 2014

Proses Pengumpulan

Proses Pemindahan

Gambar 7.3. Contoh Proses Pengumpulan dan Pemindahan Sampah

7.3.6. Pemanfaatan Sampah


Pemanfaatan sampah meliputi proses mengubah sampah menjadi material yang
memiliki nilai ekonomis. Yang termasuk ke dalam pemanfaatan sampah adalah:

daur-ulang.

pengomposan, atau pembuatan kompos

1) Daur Ulang
Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan
baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya menjadi
sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru,
mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi
gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru.
Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat hasil dari
kegiatan

pemilahan,

pengumpulan,

pemprosesan,

pendistribusian

dan

pembuatan produk/material bekas pakai, dan komponen utama dalam


manajemen sampah modern dan bagian ketiga dalam proses hierarki sampah
4R (Reduce, Reuse, Recycle, and Replace).
Komponen sampah yang dapat didaur ulang seperti : komponen kaca, plastik,
kertas logam, tekstil, dan barang elektronik.
Sementara ini kantor Geostek belum melakukan proses daur ulang. Komponen
sampah yang memiliki nilai ekonomis, sementara ini dijual pada penampung
111

Annual Report 2014

yang datang paling tidak tiap 2 minggu sekali. Karena kantor Geostek adalah
kantor baru, dan komponen sampah layak jual belum banyak. Maka para
pengumpul belum secara rutin datang ke kantor Geostek untuk melaksanakan
transaksi. Transaksi dilakukan jika jumlah komponen sampah layak jual relative
cukup banyak, untuk menghindari transporasi biaya tinggi.

2) Pengkomposan
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahanbahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh berbagai macam
mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik atau
anaerobik
Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami
penguraian

secara

biologis,

khususnya

oleh

mikroba-mikroba

yang

memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah


mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk
lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang,
pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator
pengomposan
Sampah kantor Geostek yang diolah menjadi kompos adalah sampah organic
dari sampah taman. Hal ini dilakukan untuk menghindari bau yang kurang sedap
jika sampah dari sisa makanan ikut diproses menjadi kompos.Selain itu, sisa
makanan sepertu tulang ikan atau ayam, digunakan untuk makan anjing yang
digunakan untuk membantu menjaga keamanan gedung.

112

Annual Report 2014

Gambar 7.4. Disain Rumah Kompos di Kantor Geostek Serpong

Gambar 7.5. Contoh Barang Hasil Daur Ulang

113

Annual Report 2014

7.4. Tempat Penampungan Sampah Sementara


Untuk memenuhi kebutuhan dalam pengelolaan sampah gedung Geostek
BPPT di Puspiptek Serpong menyediakan fasilitas penampungan sampah, baik
sampah dari aktivitas pegawai setiap hari, maupun aktivitas kegiatan kantor seperti
laboratorium.
Tahap awal dari penampungan sampah adalah membuat konsep sebagai disain
awal untuk pembangunan fasilitas penampungan sampah sementara, baik sampah dari
aktivitas sehari-hari: makan, kerja. Maupun limbah dari kerja laboratorium yang
dikatagorikan B3.
Sketsa penampungan sampah dan limbah laboratorium sementara digambarkan
sebagai berikut:

Gambar 7.6. Sketsa Penampungan Sampah dan Limbah Laboratorium Sementara

114

Annual Report 2014

7.5. Pengangkutan Sampah


Pengangkutan adalah kegiatan operasi yang dimulai dari titik pengumpulan
terakhir dari suatu siklus pengumpulan sampai ke TPA pada pengumpulan dengan pola
individual langsung, atau dari tempat pemindahan/penampungan sementara sampai ke
tempat pengolahan akhir. Sehubungan dengan hal tersebut, metoda pengangkutan
serta peralatan yang akan dipakai tergantung dari pola pengumpulan yang
dipergunakan.
Di

kawasan

perkantoran

Puspiptek

dimana

kantor

Geostek

berada,

pengangkutan dilayani oleh pengelola kawasan, dalam hal ini oleh Pengelola Puspiptek.
Pelayanan pengangkutan Sampah dilaksanakan 2 setiap hari dengan bak truk, retribusi
yang dibayarkan oleh pihak BPPT adalah Rp 200.000.- tiap kantor tiap bulan ke pihak
penyelenggara. Skema pengangkutan seperti dalam gambar berikut.

Gambar 7.7. Skema Pengangkutan Sampah Dalam Kawasan Puspiptek.

7.6. Kesimpulan dan Saran


Dari hasil studi yang telah dilakukan diketahui produksi sampah di kantor
Geostek adalah 0.111 kg per orang per hari. Jika dibandingkan dengan timbulan
sampah kantor BPPT Jakarta, (timbulan sampah 0.015 kg per orang per hari), maka
timbulan sampah di kantor Geostek lebih tinggi dibandingkan dengan timbulan sampah
BPPT Jakarta. Hal ini dapat diakibatkan karena jumlah pembagi, yaitu pegawai. Di
kantor BPPT pembaginya adalah jumlah pegawai di kurangi 10 %. Sedang di kantor
115

Annual Report 2014

Geostek faktor pembaginya adalah jumlah pegawai yang masuk sampai jam 09.00 pagi.
Jika dilihat komposisi sampahnya. pada kantor BPPT Jakarta komponen tertinggi
adalah sampah kertas yang mencapai 60 %. Sedang di kantor Geostek, komponen
organik adalah tertinggi mencapai 32 %, sedang sampah kertas hanya 23.75 %.
Sampah organik dari taman belum termasuk sampah pemotongan rumput, karena saat
penelitian dilakukan pada musim panas, tidak dilakukan pemotongan dahan. Dari
seluruh timbulan sampah gedung Geostek, jumlah sampah yang dapat dimanfaatkan
oleh petugas kebersihan adalah sebesar 13.312 %,
Ada beberapa saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil kegiatan. Pertama,
sebaiknya dilakukan pemilahan untuk seluruh gedung Geostek, untuk memaksimalkan
pemanfaatan sampah. Kemudian kedua, setiap pegawai harus ikut berpartisipasi dalam
pemilahan sampah dan dibentuk pengelola yang bertanggung jawab terhadap
pengelolaan kebersihan tiap gedung.

Daftar Pustaka
1. Japan International Coperation Agency, Tokyo, Training and Course Integrated
Solid Waste Management and Night Soil Treatment, 1987
2. KLH, Jakarta, Rangkuman Isian Kuesioner Adipura tahun 2009/2010
3. BPPT, P3TL, Penelitian Produksi, Komposisi, dan Karakteristik Sampah di DKI
Jakarta, 2010.
4. BPPT, PTL, Penelitian Sistem Pengelolaan Sampah Perkantoran Terpadu dan
Produksi, Komposisi, serta Karakteristik Sampah Perkantoran di Gedung BPPT
Thamrin, 2013.
5. McDougall, F., Thomas, B. and Dryer, A. (2012) Life Cycle Assessment for
sustainable solid waste management an introduction. Wastes Management, May
2012, pp. 43-45.
6. Philip B. Shepherd , (2003), Integrated Solid Waste Management in Japan and
Waste Management Resources, 2003, Boston, Massachusatts.
7. BPPT, PTL, Penelitian Produksi, Komposisi, dan Karakteristik Sampah di Gedung
Geostech, 820, Puspitek, Serpong Tangerang Selatan, Banten, 2013.

116

Anda mungkin juga menyukai