Dody Hermawan
NIM
: S861408027
Sejarawan dan sosiologiawan adalah tetangga yang tak selalu akur. Padahal
secara intelektual mereka bertetangga dekat, artinya praktisi kedua disiplin
itu sama-sama menaruh perhatian pada masyarakat secara keseluruhan
beserta seluruh aspek perilaku manusia. Sosiologi dapat didefinisikan
sebagai ilmu tentang masyarakat manusia, dengan titik berat pada
perampatan (generalisasi) struktur masyarakat serta perkembangannya.
Sejarah lebih cocok didefinisikan sebagai studi tentang masyarakat manusia
dalam
arti
jamak,
dengan
titik
berat
pada
perbedaan-perbedaan
tetapi
akan
lebih
baik
jika
menganganggapnya
saling
melengkapi.
Pada abad ke-18, karena suatu alasn yang sederhana dan jelas, tidak
ada perselisihan antara sosiologiawan dan sejarawan. Sosiologi pada waktu
itu belum merupakan disiplin ilmu tersendiri. Seratus tahun kemudian
hubungan sejarah dengan teori sosial agak kurang simetris daripada apa
yang terjadi pada abad pencerahan. Sejarawan makin menjauh tidak hanya
dari teori sosial, tetapi juga dari sejarah sosial. Hal ini dapat dijelaskan dalam
beberapa alasan, pertama, pada periode inilah pemerintahan di Eropa mulai
yang
terlalu menitik beratkan pada sejarah politik dan orang-orang terkenal saja.
Dia menamakannya sebagai sejarah kolektif yang konsep-konsepnya diambil
dari berbagai disiplin ilmu. Usaha Lamprecht untuk mengakhiri monopoli
sejarah
politik
tersebut
gagal,tetapi
di
Amerika
beserta
pendidikannya,
gaya
hidup
yang
meliputi
pakaian,
rekreasi. Dengn demikian, ruang lingkup sejarah sosial sangat luas oleh
karena hamper segala aspek hidup mempunyai dimensi sosialnya. Ada pula
pengertian sejarah mencakup pelbagai aspek kehidupan manusia kecuali
aspek politik. Contoh klsik jenis ini ialah kayra Travelyan, English Social
History yang memuat banyak aspek gaya baru rakyat Inggris, seperti soal
pakaian,
makanan,
rumah
tangga,
dan
lain
sebagainya.
Dalam
petani di negeri-negeri dunia ke tiga, dimulai semenjak periode kolonialisme dan semakin tinggi
intens nya sejak mencapai kemerdekaan.