Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

HUBUNGAN ANTARA ILMU SEJARAH DAN ILMU POLITIK

Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas MID Semester

Mata Kuliah MP-6 Siroh

Dosen : Ust. Mukhtar Shalahuddin, S.Pd.I

OLEH :

Sadid Abdullah Muhtar


NIM :

MA’HAD ALY DARUSY SYAHADAH LI TA’HIL MUDARRISIN

Blagung, Simo, Boyolali, Jawa Tengah

2017-2018 M
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.


Dewasa ini pembahasan tentang Ilmu Sejarah masuk dalam salah satu
bagian dari Ilmu Sosial begitu pula dengan Ilmu Politik. Pada dasarnya Ilmu
Sejarah merupakan disiplin ilmu yang berbeda dengan Ilmu Sosial, tapi
memang ada hubungan yang kuat antara Ilmu Sejarah dan Ilmu Sosial dan
cabang-cabangnya.
Berbicara tentang Sejarah maka kita akan bericara sebuah perkara yang
sangat kompleks. Sejarah tentu bukan hanya tentang kisah, cerita, dan fakta
belaka. Namun pembahasan sejarah mencangkup pembahasan yang luas, yang
masuk juga di dalamnya tentang ekonomi suatu wilayah, politiknya, keadaan
antropologi masyarakat dan sebagainya.
Misalkan kita akan membahas tentang Sejarah Bani Umayyah, maka
tentu yang akan kita bahas bukan hanya kisah dan cerita tokoh atau tempat.
Tapi juga tentang ekonomi pada masa Bani Umayyah, keadaan masyarakat
dan tentu saja tentang tentang politik pada masa itu, pergolakan dan bahkan
dari sejarah berdirinya Bani Umayyah kita akan menemukan pembahasan
tentang politik yang dalam di situ.
Maka di sini penulis, mencoba membahas tentang hubungan atau
korelasi antara Ilmu Sejarah dan Ilmu Politik, penulis mohon adanya kritik dan
saran dari pembaca. Wallahu A’lam bishshawwab.

B. Rumusan Masalah
a. Apa hubungan antara Ilmu Sejarah dan Ilmu Politik?

C. Tujuan Penulisan.
a. Mengetahui hubungan antara Ilmu Sejarah dan Ilmu Politik.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi.
a. Hubungan
Dalam KBBI disebutkan bahwa hubungan adalah
bersangkutan (dengan), ada sangkut pautnya (dengan), bertalian
(dengan), berkaitan (dengan).1

Sedangakan dalam Wikipedia hubungan dalam arti yang


khusus adalah kesinambungan interaksi antara dua orang atau lebih
yang memudahkan proses pengenalan satu akan yang lain.
Hubungan terjadi dalam setiap proses kehidupan manusia.2

b. Ilmu Sejarah.
Ilmu Sejarah yaitu penyelidikan, pengetahuan yang
diperoleh melalui penelitian, adalah studi tentang masa lalu,
khususnya bagaimana kaitannya dengan manusia3
Pengertian sejarah dalam Bahasa Indonesia adalah sama
dengan History (Inggris), Geschichte (Jerman) atau Geschiedenis
(Belanda), dan Tarikh (Arab). Sama berarti kurang lebih sama,
sebab jumlah definisi yang memberikan arti kepada perkataan
sejarah, History dan sebagainya itu banyak sekali. Definisi-definisi
dalam beberapa Bahasa itu menunjukkan dengan tegas bahwa yang
disebut sejarah adalah tiga hal yang bulat. Pertama, yaitu kejadian-
kejadian peristiwa seluruhnya yang berhubungan dengan nyata
didalam manusia sekitar kita. Kedua, yaitu cerita yang tersusun
secara sistematis (serba rapi-teratur) dari kejadian-kejadian dan
peristiwa-peristiwa umum. Ketiga, yaitu ilmu yang bertugas
menyelidiki perkembangan Negara-negara, peristiwa-peristiwa dan
kejadian lampau.4

1
KBBI Offlne.
2
Wikipedia Offline.
3
Ibid.
4
R. Moh. Ali, Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia, Hal. 11-12

3
c. Ilmu Politik.
Ilmu politik adalah cabang ilmu sosial yang membahas teori
dan praktik politik serta deskripsi dan analisis sistem politik dan
perilaku politik. Ilmu ini berorientasi akademis, teori, dan riset.5
Kata politik berasal dari Bahasa Yunani yaitu Polis yang
berarti kota/ Negara dan teta berati urusan. Politik ini dapat berarti
dari, untuk atau yang berkaitan dengan warga Negara, adalah
proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat
yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya
dalam Negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan
antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik
yang dikenal dalam ilmu politik. Politik adalah seni dan ilmu untuk
meraih kekuasaan secara konstitusional maupun
nonkonstitusional.6

B. Sejarah Sebagai Ilmu Sosial


Setiap gejala sejarah yang memanifestasikan kehidupan sosial
suatu komunitas atau kelompok, dapat disebut sejarah sosial. Adapun
manifestasi kehidupan sosial beraneka ragam, seperti kehidupan
keluarga beserta pendidikannya gaya hidup yang meliputi pakaian,
perumahan, makanan, perawatan kesehatan, segala macam bentuk
rekreasi, seperti permainan, kesenian, olahraga, peralatan, upacara dan
lain sebagainya. Dengan demikian ruang lingkup sejarah sosial sangat
luas oleh karena hampir segala aspek kehidupan mempunyai dimensi
sosialnya.7
Semua cabang ilmu sosial seperti politik, ekonomi, sosiologi,
antropologi, geografi, psikologi dan lainnya juga merupakan ilmu
bantu sejarah. hal itu disebabkan karena manusia sebagai makhluk
sosial dalam berbagai aspek kehidupannya tidak terlepas dari aspek-
aspek lainnya. bahkan dikalangan para ahli berbeda pendapat dalam
menempatkan sejarah, apakah termasuk ilmu sastra atau ilmu sosial.

5
Wikipedia Offline.
6
http://id.m.wikipedia.orgwiki/politik,html.
7
Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, Hal. 50

4
Oleh karena itu studi sejarah yang komprehensip dan multidimensional
memerlukan bantuan konsep-konsep ilmu-ilmu sosial untuk
menjelaskan suatu gajala sejarah (social scientific approach).
Berdasarkan kenyataan ini, sebagian sejarawan tidak ragu lagi
meenempatkan sejarah dalam kelompok-kelompok ilmu sosial.8
C. Hubungan Ilmu Sejarah dan Ilmu Politik
Salah satu segi kehidupan manusia yang sangat menarik, ialah
kehidupan politiknya. Aristoteles menyebut manusia zoon politiccon
(binatang berpolitik). Istilah itu dalam Bahasa Inggris diartikan man is
social and political being. Oleh orang-orang Barat yang cara
berpikirnya bertolak pangkal pada ucapan Aristoteles itu
mengartikannya: manusia mempunyai sifat mencari sesamanya. Tidak
dapat disangkal bahwa berbagai peristiwa politik memiliki arti sangat
besar dalam sejarah kehidupan manusia, karena jangkauan
pengaruhnya sedemikian luas.9
Pada mulanya politik adalah tulang punggung sejarah (politics
is the backbone of history). Oleh karena buku-buku teks sejarah berisi
rentetan kejadian-kejadian mengenai raja, Negara, bangsa,
pemerintahan, parlemen, pemberontakan, kelompok-kelompok
kepentingan (militer, partai, ulama, bangsawan, petani), dan interaksi
antara kekuatan-kekuatan itu dalam memperebutkan kekuasaan, ada
ungkapan “History is past politics, politics is present history” (ucapan
Sir John Robert Seeley, sejarawan Inggris, 1834-1895) yang dengan
pasti menunjukkan keterkaitan antara politik dan sejarah. Dominasi
politik dalam penulisan sejarah itu menjadi kewajaran untuk waktu
yang lama.10
Disini ditegaskan bahwa sejarah adalah identik dengan politik,
sejauh keduanya menunjukkan proses yang mencakup keterlibatan
para aktor dalam interaksinya serat peranannya dalam usaha
memperoleh “apa, kapan, dan bagaimana”. Untuk memahami
pernyataan itu sudah barang tentu kita beranggapan bahwa sejarah

8
Aminuddin Kasdi, Memahami Sejarah, Hal. 64
9
Ibid,. Aminuddin Kasdi, Hal. 92
10
Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah,Hal. 174

5
disini terutama menyoroti dimensi politik seperti yang lazim kita
hadapi dimasa lalu sewaktu sejarah politik masih dominan dalam
penulisan sejarah.11
Namun, sejarawan Perancis meragukan keterkaitan sejarah dan
politik semacam itu. Kalau sejarah hanyalah sejarah politik, sejarah
akan menjadi sempit. Sementara itu kemajuan-kemajuan yang dicapai
ilmu sosial juga mempengaruhi ilmu sejarah ada rapproachement
(pendekatan kembali) antara ilmu sejarah dengan ilmu sosial.
Penggunaan ilmu-ilmu sosial dalam penelitian sejarah sebenarnya
sudah dianjurkan oleh The New History di Amerika tahun 1960-an.
Sejarah yang semula bersifat diakronik ditambah dimensi sinkronik.
Sejarah politik tidak terkecuali, pendekatan-pendekatan ilmu sosial
juga menjadi penting ada lagi perkembangan baru.
Sejarah yang semula hanya mempelajari masa lalu yang jauh,
mempelajari juga masalah-masalah kontemporer. Akibatnya penelitian
sejarah berhimpitan dengan obyek ilmu-ilmu sosial. Definisi sejarah
sebagai a science of change dari waktu ke waktu hendaknya
dipertahankan. Dengan cara itu, sejarah politik kontemporer Indonesia
dapat saja menulis masalah yang sangat kontemporer, misalnya
perubahan politik yang terjadi baru-baru ini. Jadi duplikasi dapat
dihindari dengan menekankan kembali aspek waktu, perubahan,
perkembangan dan kesinambunagn. Dengan cara ini, sejarah sebagai
kecerdasan bersama akan lebih bermanfaat dalam proses pencerdasan
bangsa.

11
Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, Hal. 149

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Bahwa Pembahasan tentang Sejarah adalah pembahasan yang sangat
luas yang mencangkup berbagai dimensi kehidupan manusia. Sejarah tentu
mempunyai hubungan yang erat dengan Ilmu Sosial yang lainnya, seperti
Ekonomi, Politik dan Antropologi.
Hubungan Ilmu Sejarah dan Ilmu Politik meruapakan hubungan yang
sudah lumrah, karena ketika kita membahas sejarah suatu daerah, maka secara
otomatis akan ada pembahasan tentang Penguasa yang berkuasa di daerah
tersebut, yang ini masuk dalam bahasan Politik. Bahkan awalnya Politik
adalah tulang punggung sejarah, dalam artian bahwa pembahasan sejarah
hanya berkutat pada Raja, kekuasaan rakyat dan yang lainnya. Walaupun pada
akhirnya pandangan ini berubah, tapi kaitan erat antara Sejarah dan Politik
tidak bisa dilepaskan.
B. Saran

Untuk para pembaca, ketika kita mempelajari Sejarah, yang terpenting


bukan hanya tentang kisah, biografi dan yang semisalnya, ataupun kita hanya
sekedar membacanya. Tapi yang paling penting adalah dengan kita
mempelajari Sejarah adalah kita bisa mengambil ibrah, himah dan pelajaran
dari apa yang kita pelajari tersebu. Agar sejarah terdahulu bisa menjadi contoh
bagi kita unruk menjalani kehidupan kita saat ini. Wallahu a’lam.

7
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia Offline.
KBBI Offline.
http://id.m.wikipedia.orgwiki/politik,html.
Ali, R. Moh. Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia. Bandung : Bintang. 1961.
Kartodirjo, Sartono. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama. 1992.
Kasdi, Aminuddin. Memahami Sejarah. Surabaya : UNESA University Press.
2011
Kuntuwijoyo. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya. 2003.

Anda mungkin juga menyukai