A. DEFINISI
Sindrom ekstrapiramidal adalah suatu gejala atau reaksi yang ditimbulkan
oleh penggunaan jangka pendek atau jangka panjang dari medikasi antipsikotik
golongan tipikal karena terjadinya inhibisi transmisi dopaminergik di ganglia
basalis.Adanya gangguan transmisi di korpus striatum yang mengandung banyak
reseptor D1 dan D2 dopamin menyebabkan depresi fungsi motorik sehingga
bermanifestasi sebagai sindrom ekstrapiramidal. Gejala bermanifestasikan sebagai
gerakan otot skelet, spasme atau rigitas, tetapi gejala-gejala itu diluar kendali
traktus kortikospinal (piramidal).
Gejala ekstrapiramidal sering dibagi dalam beberapa kategori yaitu reaksi
distonia, tardive dyskinesia, akatisia, dan Sindrom Parkinson.Namun ada beberapa
sumber menyebutkan bahwa Sindrom Neuroleptik Maligna juga masuk ke dalam
gangguan ekstrapiramidal.
B. EPIDEMIOLOGI
Sindrom ekstrapiramidal yang terdiri dari reaksi distonia akut, akhatisia,
dan sindrom parkinson umumnya terjadi akibat penggunaan obat-obat
antipsikotik. Lebih banyak diakibatkan oleh antipsikotik tipikal terutama yang
mempunyai potensi tinggi. Reaksi distonia akut terjadi pada kira-kira 10% pasien,
biasanya pada pria muda, terutama yang mendapat pengobatan dengan neuroleptik
haloperidol dan flufenarizin.Tardive dyskinesia terjadi pada sekitar 20-30% pasien
yang telah menggunakan antipsikotik tipikal dalam kurun waktu 6 bulan atau
lebih.Tetapi sebagian besar kasus sangat ringan.Hanya 5% pasien yang
memperlihatkan gejala nyata.Akatisia merupakan gejala EPS yang paling sring
terjadi.
Kemungkinan
besar
terjadi
pada
pasien
dengan
medikasi
C. ETIOLOGI
Sindrom ekstrapiramidal terjadi akibat pemberian obat antipsikotik baik
dalam jangka waktu singkat atau lama yang menyebabkan adanya gangguan
keseimbangan antara transmisi asetilkolin dan dopamine pusat. Obat antispikotik
dengan efek samping gejala ekstrapiramidalnya sebagai berikut:
Antipsikosis
Chlorpromazine
Thioridazine
Perphenazine
Trifluoperazine
Fluphenazine
Haloperidol
Pimozide
Clozapine
Zotepine
Sulpride
Risperidon
Quetapine
Olanzapine
Aripiprazole
Dosis (mg/hr)
150-1600
100-900
8-48
5-60
2-100
2-6
25-100
75-100
200-1600
2-9
50-400
10-20
10-20
GejalaEkstrapiramidal
++
+
+++
+++
+++
++++
++
+
+
+
+
+
+
Ketidakseimbangan degeneratif
Ketidakseimbangan metabolik
Ketidakseimbangan sistem endokrin dan eksokrin
Inflamasi
Toxin
Tumor
Anoxia
D. PATOFISIOLOGI
kortikospinal
sebagian
besar
menyilang
dan
membentuk
jaras
spinalis di funikulus ventralis ipsi lateralis dan dikenal sebagai jaras kortikospinal
ventral atau traktus piramidalis ventralis.
Susunan Ekstrapiramidal
Susunan ekstrapiramidal terdiri dari : korpus striatum, globus palidus, intiinti talamik, nukleus subtalamikus, subtansia nigra, formatio retikularis batang
otak,serebelum berikut dengan korteks motorik tambahan yaitu area 4, area 6 dan
area 8.
Komponen-komponen tersebut dihubungkan satu dengan yang lain oleh
akson masing-masing komponen itu. Dengan demikian terdapat lintasan yang
melingkar yang dikenal sebagai sirkuit. Oleh karena korpus striatum merupakan
penerima tunggal dari serabut-serabut segenap neokorteks, maka lintasan sirkuit
tersebut dinamakan sirkuit striatal yang terdiri dari sirkuit striatal utama
(principal) dan 3 sirkuitstriatal penunjang (aksesori).
Sirkuit striatal prinsipal tersusun dari tiga mata rantai, yaitu :
perilaku dan terutama menciptakan delusi dan halusinasi jika dopamin berlebih.
Dengan jalur ini dimatikan maka diharapkan delusi dan halusinasi dapat
dihilangkan.
2.
Pada : Parkinson
Gejala negatif
Gejala negatif terjadi akibat kekurangn jumlah dopamin karena
produksinya yang berkurang. Gejala negatif, terdiri dari :
1) Bradikinesia
Gerakan volunter yang bertambah lambat atau menghilang sama
sekali. Gejala ini merupakan gejala utama yang didapatkan pada penyakit
parkinson sehingga menimbulkan berkurangnya ekspresi wajah, berkurangnya
kedipan mata dan mengurangi perubahan postur pada saat duduk.
2) Gangguan postural
Merupakan hilangnya refleks postural normal. Paling sering ditemukan
padapenyakit parkinson. Terjadi fleksi pada tungkai dan badan karena
penderita tidak dapat mempertahankan keseimbangan secara cepat. Penderita
akan terjatuh bila berputar dan didorong.
Gejala Positif
Gejala positif timbul oleh karena terjadi perubahan pelepasan ataupun
disinhibisi dari dopamin, tetapi tidak ditemukan kerusakan struktur, yang terdiri
dari:
1) Gerakan involunter
6
Tremor
Athetosis
Chorea
Distonia
Hemiballismus
2) Rigiditas
Kekakuan yang dirasakan oleh pemeriksa ketika menggerakkan
ekstremitas secara pasif. Tahanan ini timbul di sepanjang gerakan pasif
tersebut, dan mengenai gerakan fleksi maupun ekstensi sering disebut
sebagai plastic atau lead pipe rigidity. Bila disertai dengan tremor maka
disebut dengan tanda Cogwheel.
Pada penyakit parkinson terdapat gejala positif dan gejala
negatif seperti tremor dan bradikinesia. Sedangkan pada Chorea
huntington lebih didominasi oleh gejala positif, yaitu : Chorea.
Gejala ekstrapiramidal
Gejala ekstrapiramidal sering di bagi ke dalam beberapa kategori yaitu :
1) Reaksi Distonia Akut
Merupakan spasme atau kontraksi involunter satu atau lebih otot
skelet yang timbul beberapa menit dan dapat pula berlangsung lama, yang
mengakibatkan gerakan atau postur tubuh yang abnormal.Kelompok otot
yang paling sering terlibat adalah otot wajah, otot rahang (trismus, gaping,
grimacing), leher (torticolis dan retrocolis), lidah (protrusion, memuntir),
seluruh otot tubuh (opistotonus) atau otot ekstraokuler (krisis okulogirik).
Distonia juga dapat terjadi pada glosofaringeal yang menyebabkan
disartria,
disfagia,
kesulitan
bernafas
hingga
sianosis
bahkan
7. Mintalah pasien duduk di kursi dengan tangan di atas lutut, tungkai sedikit
terpisah dan kaki datar di lanati. (lihat seluruh tubuh untuk mencari adanya
gerakan pada posisi ini)
8. Mintalah pasien untuk duduk dengan lengan menggantung tanpa ditopang.
Jika laki laki, dianatara tungkai, jika wanita dan mengenakan rok,
menggantung diatas lutut (amati tangan dan bagian tubuh lainnya)
9. Mintalah pasien untuk membuka mulutnya (lidah saat keadaan istirahat di
dalam mulut) lakukkan ini dua kali
10. Mintalah pasien untuk menjulurkan lidahnya (lihat kelainan gerakan
lidah). Lakukan ini dua kali
11. Mintalah pasien untuk menjetikkan jarinya, dengan masing masing jari,
secepat mungkin selama 10 15 detik, sendiri sendiri dengan tangan
kanan, lalu tangan kiri (amati gerakan wajah dan tungkai)
12. Bengkokan dan luruskan lengan kanan dan kiri pasien (sekali)
13. Mintalah pasien untuk berdiri (amati gayanya. Amati seluruh bagian
tubuhnya lagi, termasuk panggul)
14. Mintalah pasien untuk meluruskan kedua lengannya ke depan dan telapak
tangan menghadap ke bawah. (amati batang tubuh, tungkai dan mulut)
15. Minta pasien berjalan beberapa langkah, berputar dan jalan kembali ke
kursi (amati tangan dan gaya berjalan) lakukan dua kali
16. Gerakan teraktivasi
3) Akatisia
Manifestasi berupa keadaan subjektif kegelisahan (restlessness) yang
panjang,, gugup atau suatu keinginan untuk tetap bergerak umumnya kaki yang
tidak bisa tenang, atau rasa gatal pada otot. Penderita dengan akatisia berat tidak
mampu untuk duduk tenang, perasaannya menjadi cemas atau iritabel, agitasi, dan
pemacuan yang nyata.Akatisia dapat menyebabkan eksaserbasi gejala psikotik
yang memburuk akibat perasaan tidak nyaman yang ekstrim.
Sejauh ini,akatisia merupakan yang paling sering terjadi. Kemungkinan
terjadi pada sebagian besar pasien yang diobati dengan medikasi neuroleptik,
terutama pada populasi pasien lebih muda. Terdiri dari perasaan dalam yang
gelisah, gugup atau suatu keinginan untuk tetap bergerak. Juga telah dilaporkan
sebagai rasa gatal pada otot. Pasien dapat mengeluh karena anxietas atau
10
kesukaran tidur yang dapat disalah tafsirkan sebagai gejala psikotik yang
memburuk. Sebaliknya, akatisia dapat menyebabkan eksaserbasi gejala psikotik
akibat perasaan tidak nyaman yang ekstrim.
Agitasi, pemacuan yang nyata, atau manifestasi fisik lain dari akatisisa
hanya dapat ditemukan pada kasus yang berat. Juga, akinesis yang ditemukan
pada parkinsonisme yang ditimbulkan neuroleptik dapat menutupi setiap gejala
objektif akatisia. Akatisia sering timbul segera setelah memulai medikasi
neuroleptikdan pasien sudah pada tempatnya mengkaitkan perasaan tidak nyaman.
Yang
dirasakan
ini
dengan
medikasi
sehingga
menimbulkan
masalah
ketidakpatuhan pasien.
4) Sindrom Parkinson
Faktor risiko antipsikotik menginduksi parkinson adalah peningkatan usia,
dosis obat, riwayat parkinson sebelumnya, dan kerusakan ganglia basalis.Terdiri
dari akinesia, tremor, dan bradikinesia.Akinesia meliputi wajah topeng, jedaan
dari gerakan spontan, penurunan ayunan lengan saat berjalan, penurunan kedipan,
dan penurunan mengunyah yang dapat menimbulkan pengeluaran air liur.
Pada suatu bentuk yang lebih ringan, akinesia hanya terbukti sebagai suatu
status perilaku dengan jeda bicara, penurunan spontanitas, apati dan kesukaran
untuk memulai aktifitas normal, kesemuanya dapat dikelirukan dengan gejala
skizofrenia negatif.Tremor dapat ditemukan pada saat istirahat dan dapat pula
mengenai rahang.Gaya berjalan dengan langkah kecil dan menyeret kaki
diakibatkan karena kekakuan otot.
5) Lain-lain
Berikut merupakan EPS lain yang agak lazim yang dapat dimulai berjam-jam
setelah dosis pertama neuroleptik atau dimulai secara berangsur-angsur setelah
pengobatan bertahun-tahun. Manifestasinya meliputi berikut :
11
negative skizofrenia.
Tremor : khususnya saat istirahat, secara klasik dari tipe penggulung pil.
Tremor dapat mengenai rahang yang kadang-kadang disebut sebagai
sindrom kelinci. Keadaan ini dapat dikelirukan dengan diskenisia tardive,
tapi dapat dibedakan melalui karakter lebih ritmik, kecerendungan untuk
mengenai
rahang
daripada
lidah
dan
responya
terhadap
medikasi
antikolinergik.
Gaya berjalan membungkuk : menyeret kaki dengan putaran huruf en cetak
ketidakstabilan postural.
Chorea Huntington = Chorea Mayor : merupakan gangguan herediter yang
bersifat autosomal dominan, onset pada usia pertengahan dan berjalan
progresif hingga menyebabkan kematian dalam waktu 10 12 tahun. Dapat
terjadi pada usia muda (tipe juvenile) dimana gejalanya kurang tampak dan
didominasi oleh gejala negatif (rigiditas, demensia, perubahan kepribadian,
gangguan afektif, psikosis, hipotonus, reflex primitif)
F. DIAGNOSIS
Diagnosa awal dilakukan dengan anamnesa pasien. Pemeriksaan yang
dapat dilakukan di antaranya adalah pemeriksaan fisik pada umumnya yaitu
tandatanda vital dan kondisi fisik seluruhnya. Dapat ditambah pemeriksaan
neurologis.
Pemeriksaan laboratorium tergantung pada tampilan klinis. Pasien dengan
distonia simplek tidak membutuhkan tes. Pemeriksaan kualitatif untuk mendeteksi
adanya antipsikotik tidak tersedia secara luas. Selain itu, kandungan obat dalam
12
serum untuk tranquilizer mayor tidak berkorelasi dengan baik dengan keparahan
klinis dari overdosis dan tidak bermanfaat pada pengobatan akut.
Pemeriksaan rutin elektrolit, pemeriksaan potassium, asam urat, keratin
kinase-MM , nitrogen danurea darah, kreatinin darah, glukosa darah, mioglobin
dan bikarbonat bermanfaat dalam menilai status hidrasi, fungsi ginjal, status asam
basa, kerusakan otot dan hipoglikemi sebagai penyebab kelainan sensorium.
Kontraksi otot yang terus menerus sering menyebabkan perusakan otot
yang terlihat dari peningkatan potassium, asam urat, dan keratin kinase-MM.
Perusakan otot juga menghasilkan myoglobin yang diserap oleh ginjal, sehingga
menyebabkan disfungsi tubulus ginjal. Dehidrasi memperburuk penyerapan ini.
Pada myoglobinuria, urin menjadi berwarna cokelat gelap.
G. DIAGNOSIS BANDING
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pada pasien dengan tardive diskinesia dapat pula didiagnosis banding dengan
penyakit Hutington dan Khorea Sindenham.
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan umum untuk sindrom ekstrapiramidal yakni :
1) Non-farmakologis :
Menurunkan dosis antipsikotik hingga mencapai dosis minimal yang
efektif
2) Farmakologis
a) Pada pasien > 60 tahun diberikan L-dopa .Pemberian L-dopa 3-4x 1 hari
dengan total dosis maksimal 600 mg/ hari diberikan 30 menit sebelum
makan, contoh madopar, sinemet.
b) Pada pasien muda diberikan DA (dopamine antagonist)
13
Contoh Non-ergot da
Pramipexole, sifrol 1 mg dimulai dari 0,125 mg. Dosis
umumnya 3-4,5 mg / hari
Ropinirole, requip 2 mg, dimulai dari 0,25 mg. Dosis
umumnya 3-9 mg/ hari
c) Pemberian antihistamin seperti difenhidramine, sulfas atropine
d) Pemberian antikolinergik seperti :
Trihexyphenidil ((THP), 4-6mg per hari selama 4-6 minggu.
Setelah itu dosis diturunkan secara perlahan-lahan, yaitu 2 mg
setiap
minggu,
untuk
melihat
apakah
pasien
telah
mg. Dosis umumnya 300-400 mg/ hari terbagi dalam 3-4 dosis
Enzyme inhibitor: Monoamine Oxidase Type B inhibitor MAO B
komplians
yang
buruk.
Antikolinergik
umumnya
14
Setelah
permulaan
memburuk,
pergerakan
paling
involunter
akan
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan H.I.MD, Saddock B.M.JD, Grebb J.A.MD. Synopsis Psikiatri Jilid
1.Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. 1997
Kaplan H.I.MD, Saddock B.M.JD, Grebb J.A.MD. Sinopsis Psikiatri Jilid 2.
Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. 1997
Maslim.R, SpKJ. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikiatri edisi Ketiga.
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. 2007
17
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
DEFINISI..........................................................................................................1
EPIDEMIOLOGI..............................................................................................1
ETIOLOGI........................................................................................................2
PATOFISIOLOGI..............................................................................................3
MANIFESTASI KLINIS.................................................................................6
DIAGNOSIS...................................................................................................13
DIAGNOSIS BANDING................................................................................13
PENATALAKSANAAN.................................................................................14
PEDOMAN UMUM.......................................................................................15
KOMPLIKASI................................................................................................17
PROGNOSIS..................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................18
18
ii