Anda di halaman 1dari 4

KARINA MAHARANI

07120100085

INTUBASI BRONKUS
Intubasi endobronkial terjadi jika selang terlalu lama masuk ke salah satu bronkus.
Intubasi endobronkial yang paling umum ketika jarak untuk melewati karina. Idealnya
ETT dimasukkan 2-3cm diatas karina, karena anatomi dari bronkus kanan lebih landai
dari kiri, maka jika ETT melewati karina akan masuk ke bronkus paru kanan. Formula
standar untuk panjang yang benar dari ETT yang akan dimasukkan dapat berfungsi
sebagai pedoman yang berguna. Paru-paru yang tidak terintubasi tidak memberikan
kontribusi pertukaran gas, sehingga mengakibatkan hipoksia. Selain itu, paru-paru
diintubasi adalah hyperinflated, menerima seluruh volume tidal, predisposisi
overdistension dan barotrauma. Keduanya berujung pada ventilation-perfusion
mismatch yang menyebabkan terjadi hipoksia. Tanda-tanda adalah dari hipoksemia
arteri, termasuk sianosis dan sesak napas. Respon fisiologis yang terjadi adalah
vasokonstriksi pulmonal pada paru yang tidak terintubasi yang membantu mengurangi
effect hipoksia, tapi proses ini hanya sementara. Selain itu, penyerapan inhalasi agen
anestesi mungkin terganggu. Ketika intubasi endobronkial diidentifikasi, ETT harus
ditarik beberapa sentimeter dan paru-paru ekspansi untuk memperluas daerah
atelektasis. Bronkoskopi fiberoptik adalah alat diagnostik yang optimal. Perhatikan
juga bahwa tabung ditempatkan dengan benar dapat mengubah posisi mereka selama
gerakan kepala atau reposisi patient.

Hipoksia
Hipoksia adalah oksigenasi jaringan yang tidak adekuat pada tingkat jaringan.
Kondisi ini terjadi akibat defisiensi penghantaran oksigen atau penggunaan oksigen di
selular. Hipoksia dapat disebabkan oleh :
Penurunan kadar hemoglobin dan penurunan kapasitas darah yang membawa oksigen,
A.

Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi.

B.

Ketidakmampuan jaringan untuk mengambil oksigen dari darah.

C.

Penurunan difusi oksigen dari alveoli ke darah.

D.

Perfusi darah yang mengandung oksigen di jaringan yang buruk

E.

Kerusakan ventilasi
Pada intubasi bronkial, yang terjadi adalah penurunan konsentrasi oksigen yang

KARINA MAHARANI
07120100085
diinspirasi. Hipoksia ini terjadi pada paru yang tidak terintubasi.

Barotrauma
Barotrauma adalah kerusakan jaringan dan sekuelenya yang terjadi akibat perbedaan
antara tekanan udara (tekan barometrik) di dalam rongga udara fisiologis dalam tubuh
dengan tekanan di sekitarnya.
Berdasarkan Hukum Boyle dapat dijelaskan bahwa suatu penurunan atau peningkatan
pada tekanan lingkungan akan memperbesar atau menekan (secara berurutan) suatu
volume gas dalam ruang tertutup. Bila gas terdapat dalam struktur yang lentur, maka
struktur tersebut dapat rusak karena ekspansi ataupun kompresi. Barotrauma dapat
terjadi bilamana ruang-ruang berisi gas dalam tubuh (telinga tengah, paru-paru)
menjadi ruang tertutup dengan menjadi buntunya jaras-jaras ventilasi normal.
Untuk Barotrauma yang terjadi pada tubuh, 5 kondisi di bawah ini harus ditemukan :
1.
2.
3.
4.
5.

Harus ada udara


Tempatnya harus dipisahkan oleh dinding yang keras
Tempatnya harus tertutup
Tempatnya harus memiliki pembuluh darah
Terjadi perubahan tekanan dari lingkungan sekitar

Pada intubasi bronkus, barotrauma terjadi pada paru yang diintubasi dan mengalami
hiperinflasi. Hal ini secara langsung berhubungan dengan hukum Boyle yaitu volume
gas akan berkurang dengan peningkatan tekanan. Gas akan masuk ke dalam kapiler
paru menyebabkan emboli gas dalam arteri, gas masuk ke pleura visceral yang
mengalami rupture akan menyebabkan pneumotoraks, serta gas melalui interstisial
paru masuk ke mediastinum akan menyebabkan pneumomediastinum atau emfisema
mediastinal.

Ventilation-perfusion mismatch
Tekanan parsial O2 dan CO2 pada tiap alveolus ditentukan oleh rasio ventilasi-perfusi
(VA/Q) pada alveolus tersebut. Ketika rasio ventilasi-perfusi turun, tekanan parsial O 2
turun dan tekanan parsial CO2 meningkat pada pembuluh darah yang meninggalkan
alveolus dan se sebaliknya jika rasio ventilasi-perfusi meningkat (gambar 2). Setiap
keadaan/proses patologis yang mengenai jalan nafas, parenkim paru, dan pembuluh
darah paru akan menyebabkan ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi dan akan
menyebabkan area dengan rasio ventilasi-perfusi abnormal. Derajat kegagalan

KARINA MAHARANI
07120100085
pertukaran gas tergantung pada nilai ventilasi-perfusi dan bentuk distribusinya. Sangat
penting disadari bahwa hipoksemia dan hiperkapnea berasal dari daerah yang rasio
ventilasi-perfusinya rendah. Bagian/area dengan rasio ventilasi-perfusi yang tinggi
tidak mempunyai pengaruh yang buruk pada tekanan gas darah arteri, namun akan
meningkatkan jumlah ventilasi yang sia-sia (efek dead space). Bagian paru dengan
ventilasi-perfusi rendah menyebabkan tekanan parsial O2 yang rendah di pembuluh
vena pulmonalis. Bagian paru dengan ventilasi-perfusi tinggi menyebabkan tekanan
parsial O2 yang tinggi pada pembuluh vena pulmonalis, tetapi bagian paru dengan
ventilasi-perfusi rendah dan tinggi tersebut tidak saling menyeimbangkan satu dengan
lainnya karena 2 alasan berikut: 1) Area dengan ventilasi-perfusi yang rendah
umumnya menerima lebih banyak aliran darah dari pada area dengan ventilasi-perfusi
tinggi, 2) karena kurva disosiasi haemoglobin tidak linier sehingga tekanan parsial O 2
yang lebih tinggi pada pembuluh darah di daerah ventilasi-perfusi tinggi tidak berarti
bahwa secara proposional akan meningkatkan saturasi haemoglobin dan O 2 content
dan oleh karena itu hanya sedikit O2 tambahan ke pembuluh darah yang
meninggalkan area dengan ventilasi-perfusi tinggi tersebut. Seperti telah disebutkan
sebelumnya, bahwa alveoli yang mengalami perfusi tanpa ventilasi merupakan suatu
unit shunting (gambar. 1 C) darah vena lewat unit ini tanpa mengalami perubahan. Ini
merupakan shunting intrapulmoner dari kanan ke kiri dan menyebabkan hipoksemia
dengan bertambahnya darah vena ke darah arteri. Ventilasi-perfusi mismatch biasanya
tidak menyebabkan peningkatan tekanan parsial CO2 karena stimuli kemoreseptor
meningkatkan menit ventilasi untuk mempertahankan tekanan parsial CO 2 dalam
range normal. Namun, peningkatan tekanan parsial CO 2 akan terjadi jika peningkatan
ventilasi terbatas oleh karena depresi respirasi, disability neuromuskuler atau WOB
(work of breathing) yang berlebihan
Berat ringannya ketidakseimbangan ventilation-perfusion mungkin bisa diperkirakan
dari beberapa pengukuran yang berdasarkan persamaan gas alveolar ideal yang
menggambarkan campuran gas alveolar dengan tidak adanya ketidakseimbangan
ventilasi perfusi. Tekanan parsial O2 Alveolar (PAO2) dihitung dari persamaan
modifikasi gas alveolar:
PAO2 = (PB PH2O) FIO2 PaCO2/R

KARINA MAHARANI
07120100085
Dimana PB adalah tekanan barometer, PH 2O merupakan tekanan uap air dalam
alveoli, R adalah respiratory quotient, and PaCO2 adalah tekanan parsial CO2 dalam
arteri.
Cara pengukuran yang berbeda yang biasa digunakan dalam praktek klinik untuk
mengevaluasi ketidakseimbangan ventilasi perfusi yaitu:
1. Perbedaan tekanan parsial O2 alveolar-arterial (PAO2 PaO2),
2. Pengaruh Venous admixture atau shunting: Qva/Qt = (CcO2 CaO2)/(CcO2
CvO2)
Dimana Qva adalah venous admixture, Qt adalah cardiac output; CcO2, CaO2, dan
CvO2 adalah masing-masing kandungan O2 dalam pembuluh kapiler yang ideal (darah
meninggalkan alveoli dengan matching yang sempurna antara ventilasi-perfusi),
kandungan O2 dalam arteri dan kandungan O2 dalam mixed venous blood. Perhitungan
venous admixture pada 100% tekanan O2 inspirasi (FIO2=1) menghilangkan
kontribusi unit ventilasi-perfusi rendah dan mengukur fraksi shunting sesungguhnya
(Qs/Qt).
3. Pengaruh dead space, yaitu volume udara inspirasi yang tidak ikut dalam
pertukaran gas.
Vd/VT = PaCO2 PECO2/PaCO2
Dimana Vd adalah wasted ventilation; dead space, VT adalah volume tidal, PaCO2
dan PECO2 adalah tekanan parsial CO2 dalam arteria dan mixed exhaled gas.
Sayangnya, kegunaan klinik dari ketiga pengukuran tersebut sangat terbatas karena
adanya fakta bahwa semua dipengaruhi baik perubahan menit ventilasi maupun
cardiac output terpisah dari ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.

Anda mungkin juga menyukai