Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia
PEMBAHASAN
RAGAM BAHASA INDONESIA TULIS ILMIAH
A. Ragam Bahasa Ilmiah
Dalam kehidupan sosial dan sehari-hari masyarakat Indonesia, baik
secara lisan maupun tulisan, digunakan bebagai bahasa daerah termasuk
diaelknya bahasa Indonesia dan/atau bahasa asing. Bahkan, dalam situasi
tertentu, seperti dalam keluarga perkawinan campuran digunakan pula
bahasa yang bersiat campuran, yaitu campuran antara bahasa Indonesia
dan salah satu atau kedua bahasa ibu pasangan perkaina campuran itu
(Lumintang, 1982:73). Dalam situasi kebahasaan seperti itu, timbul
berbagai ragam atau variasi bahasa sesuai dengan keperluannya, baik
secara lisan maupun tulisan. Timbulnya ragam bahasa tersebut disebabkan
oleh latar belakang sosial, budaya, pendidikan, dan bahasa para
pemakainya itu.
Yang dimaksud ragam atau variasi bahasa adalah bentuk atau
wujud bahasa yang ditandai oleh ciri-ciri linguistik tertentu, seperti
fonologi, morfologi, dan sintaksis. Di samping ditandai oleh ciri-ciri
linguistik,
timbulnya
ragam
bahasa
juga
ditandai
oleh
ciri-ciri
menyebut hal ini sebagai sisi lemah bahasa ragam tulisan. Di sisi lain,
bahasa ragam tulis memiliki kelebihan. Bahasa tulis relatif lebih cermat,
tata bahasanya lebih terkontrol (Nafiah, 1981: 4) daripada bahasa lisan.
Kemudahan pengontrolan itu karena dalam proses ekspresi dan
prroduksinya bahasa tulis mengalami penyuntingan dan tidak digunakan
secara spontan. Oleh karena itu, bahasa tulis relatif lebih stabil dan dapat
menggambarkan kemampuan optimal pemakain bahasa seseorang.
2. Jenis Ragam Bahasa
Dittmar (1978) dan Halim (1979) mengemukakan empat buah
ragam bahasa yang menyangkut ragam tulisan dan lisan. Salah satu di
antara keempat ragam bahasa itu adalah ragam fungsional. Yang dimaksud
dengan ragam fungsional atau ragam profesional adalah ragam bahasa
yang dihubungkan dengan tingkat profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau
kegiatan tertentu lainnya. Dalam penggunaanya, bahasa ragam fungsional
dihubungkan dengan tingkat kersmian, sehungga dalam kenyataannya
antara lain menjelma sebagai bahasa teknis keprofesian, seperti bahasa
yang digunakan dalam bidang keilmuan (ilmu sosial, ilmu alam, ilmu
pendidikan, ilmu budaya, ilmu ekonomi, ilmu manajemen, ilmu hukum,
ilmu olahraga, ilmu teknik, dan lain-lain).
Seperti halnya ragam-ragam bahasa yang lain, ragam bahasa
fungsional dapat dikelompokkan menjadi ragam bahasa lisan dan ragam
bahasa tulisan. Pada dasarnya kedua ragam itu terdiri atas ragam baku dan
ragam tidak baku. Ragam baku menurut Halim (1981: 4) adalah ragam
yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar masyarakat
pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma
bahasa dan penggunaannya.
Menurut Badadu (1992: 42), bahasa ragam baku atau standar ialah
salah satu di antara beberapa dialek suatu bahasa yang dipilih dan
ditetapkan sebagai bahasa resmi yang digunakan dalam semua keperluan
resmi. Sehubungan dengan penggunaan bahasa Indonesia, ragam baku
meupakan hasil pembakuan resmi yang norma dan kaidahnya dinyatakan
secara tertulis
misalnya:
(1) Pedoman
kelengkapan
ciri-ciri linguistiknya
dituntut
sepenuhnya.
Ciri-ciri linguistik yang dituntut itu daam bidang fonologi ragam
lisan, misalnya, adanya variasi penggunaan fonem seperti pada kata-kata
berikut:
fihak
>
pihak
ujud
>
wujud
faham
>
paham
fikir
>
piker
dalam
percakapan
sehari-hari
(colloquial)
serta
saling
bersinergi
dengan
perkembangan
budaya,
ilmu
serta
menasional
dan
mengglobal
penyebaran
dan
10
mengandalkan
unsur-unsur
linguistic
tanpa
bantuan
unsur-unsur
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan, Khaerudin. (2012). Bahasa Indonesia keilmuan untuk perguruan
tinggi. Bandung: Revika Aditama.
10
11
Bab III
Penulisan Bahasa Indonesia Ilmiah
A. Karya Tulis Ilmiah
Secara umum, suatu karya tulis ilmiah dapat diartikan sebagai suatu hasil
karya yang dipandang memiliki kadar ilmiah tertentu serta dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannya secara ilmiah. Karangan atau tulisan ilmiah adalah semua
bentuk karangan yang memiliki kadar ilmiah tertentu sesuai dengan bidang
keilmuannya (sains, teknologi, ekonomi, pendidikan, bahasa dan sastra,
kesehatan, dan lain-lain).
Berbeda dengan karya sastra atau seni, karya ilmiah mempunyai bentuk serta
sifat yang formal karena isinya harus mengikuti persyaratan-persyaratan tertentu
sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah. Tujuan penulisan karya ilmiah adalah
menyampaikan seperangkat keterangan, informasi dan pikiran secara tegas,
ringkas dan jelas.
Karya tulis ilmiah dikemukakan berdasarkan pemikiran, kesimpulan serta
pendapat/pendirian penulis yang di rumuskan setelah mengumpulkan dan
mengolah berbagai informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, baik
teoretik maupun empiric.
Karya ilmiah tertulis (karangan ilmiah) dapat berbentuk artikel almiah popular
(esei, opini), usulan penelitian, dan laporan penelitian. Dalam bentuk khusus yang
bersifat akademik, karangan ilmiah dapat berupa makalah , skripsi, tesis, dan
disertai ,-yang masing-masing digunakan sebagai salah satu persyaratan untuk
mencapai gelar sarjana (S-1), magister (S2), doctor (S3).
Isi suatu karya ilmiah dapat berupa keterangan atau informasi yang bersifat
factual (mengemukakan fakta),
hipotesis ( dugaan-dugaan),
konklusif
11
12
kenyataan empiric dalam mencari jawaban terhadap suatu masalah. Cara berpikir
induktif dan deduktif secara bersama-sama mendasari proses berpikir reflektif.
Menurut John Dewey, ada lima langkah dalam proses berpikir reflektif, yaitu:
(1) merasakan adanya suatu kesulitan, yakni terjadinya suatu hambatan dalam
pengamatan, (2) Penempatan masalah atau kesulitan itu pada proporsi yang
sebenarnya dan mengadakan perumusan kesulitan tersebut, (3) Timbulnya saransaran berupa kemungkinan pemecahan masalah atau kesulitan dalam bentuk
rumusan hipotesis atau dugaan-dugaan sementara, (4) Mengadakan persiapanpersiapan mental terhadap masalah dalam bentuk pengumpulan dan pengolahan
informasi empiric, dan (5) Mengadakan opserfasi atau penelaahan lebih
lanjutuntuk menetapkan apakah hipotesis dapat diterima atau ditolak berdasarkan
informasi yang di peroleh.
Dalam berbagai kegiatan ilmiah, pola berpikir reflektif sangat di perlukan
untuk mencapai hasil yang dapat dijamin kebenarannya secara ilmiah. Pertama,
perlu penjelasan ilmiah dalam menghasilkan karya ilmiah untuk menjelaskan
pikiran sedemikan rupa, sehingga dapat dipahami secara objektif.
Kedua, pengertian atau definisi operasional dalam kegiatan ilmiah, pengertian
yang terkandung didalamnya hendaknya bersifat operasional agar dapat terjadi
kesamaan persepsi. Untuk itu, perlu dibuat rumusan yang jelas dan objektif.
Ketiga. Berpikir kuatitatif untuk lebih menjamin objektifitas penyampaian
pikiran atau keterangan. Hal ini berarti perlunya data kuantitatif sebagai
pendukung (argument) terhadap segala pikiran, pendapat, gagasan, pernyatan dan
ungkapan yang akan dikemukakan.
B. Jenis Karya Tulis Ilmiah
Berdasarkan tingkat akademiknya, karangan ilmiah dapat dibedakan atas: (1)
laporan, (2) makalah, (3) usulan penelitian, (4) skripsi, (5) tesis, dan (6) disertasi.
12
13
1. Laporan
Laporan adalah karangan yang dibuat setelah seseorang melakukan
eksperimen, peninjauan atau survey, observasi, pembacaan dan penelaahan buku,
penelitian, dan lain-lain.
Laporan penelitian adalah karangan yang dibuat setelah seseorang atau
sekelompok orang melakukan penelitian. Penelitian yang di lakukan tersebut
antara lain: penelitian survey, penelitian expost facto, penelitian eksperimen,
penelitian kualitatif, penelitian kuantitatif, penelitian analisis makna (content
analysis), penelitian tindakan (action research), penelitian historis, penelitian
kebijakan, dan penelitian analisis data sekunder.
Secara konvensional, laporan penelitian disusun dengan mengikuti pla
atau sistematika sebagai berikut: pendahuluan, kajian pustaka, metode penelitian,
hasil penelitian dan pembahasan, dan kesimpulan serta saran atau rekomendasi.
2. Makalah
Makalah sering juga disebut paper (kerja kertas), ialah jenis karya tulis
yang memerlukan studi, baik secara langsung, misalnya observasi lapangan
maupun secara tidak langsung (studi kepustakaan) (Parera,1982:25).
Makalah biasanya disusun dengan sistematika sebagai berikut:
solusi pemecahannya.
Kesimpulan
13
14
Daftar pustaka : daftar pustaka hanya memuat pustaka atau rujukan yang
diacu dalam penulisan dan disusun ke bawahmenurut abjad nama akhir
penulis pertama.
3. Usulan Penelitian (Proposal)
Kata proposal dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
15
15
16
7) Daftar tabel
8) Daftar gambar
9) Daftar lampiran
b. Bagian utama berisi
1) Pendahuluan
2) Penyusunan kerangka teoretik dan pengajuan hipotesis
3) Metode penelitian
4) Hasil penelitian dan pengujian hipotesis
5) Kesimpulan, diskusi, implikasi, dan saran/rekomendasi
c. Bagian akhir berisi
1) Daftar pustaka
2) Lampiran-lampiran
B. Menulis Ilmiah (Academic Writing)
Menulis
adalah
kegiatan
menyusun
serta
merangkaikan
kalimat
sedemikian rupa agar pesan, informasi, serta maksud yang terkandung dalam
pikiran, gagasan, dan pendapat penulis dapat disampaikan dengan baik.
Ada tiga tahap proses menulis sebagaimana ditawarkan oleh David
Nunan, yaitu: (1) tahap prapenulisan, (2) tahap penulisan, (3) tahap revisi atau
penyempurnaan. Untuk menerapkan ketiga tahap tersebut, dalam pendidikan
bahasa, khususnya keterampilan menulis diperlukan keterpaduan antara proses
dan produk menulis di dalam kelas.
Bahasa tulis tidak dapat mewujudkan seluruh aspek bahasa lisan secara
sempurna. Di samping kekurangannya, bahasa tulis juga mempunyai kelebihankelebihan. Pertama, lksterlihat sebagai suatu yang tetap dan stabil. Kedua,
pemakaian bentuk-bentuk bahasa pada tingkat morfologi, sintaksis, serta semantic
dalam bahasa tulis dapat lebih cermat dikontrol oleh penulis, sehingga pemakaian
bentuk-bentuk bahasa tersebut sesuai dengan kaidah-kaidah gramatika.
C. Menulis Sebagai Proses Kreatif
Menulis merupakan suatu proses kreatif yang banyak melibatkan cara
berpikir divergen (menyebar) daripada konvergen (memusat).
Sebagai proses kreatif yang berlangsung secara kognitif, penulisan karya
ilmiah dan penyusunan laporan tulisan ilmiah sekurang-kurangnya memuat empat
tahap, yaitu:
16
17
17
18
2. Menulis
Dalam penulisan ilmiah, karena kompleksnya isi dan adanya batas waktu
yang sudah pasti, lebi baik menulis seawall mungkin, lebih-lebih penulis sudah
mempersiapkan bahan sebagai bahan dasar penulisan, dan paling akhir sedikit
menyusun draf untuk mencapai hasil akhir.
3. Merefleksikan
Teknik yang sering digunakan oleh penulis karangan ilmiah, sebelum
merangkum karangannya, mereka merefleksikan apa yang sudah mereka tulis.
Kesempatan ini memungkinkan penulis memperoleh perspektif yang segar
tentang kata-kata yang pada mulanya tampak sangat betul, tetapi kemudian terasa
salah.
4. Merevisi
Revisi, perbaikan, dan penyempurnaan tulisan dilaksanakan secara berhatihati dan seksama dapat menhasilkan tulisan yang jelas, terarah, terfokus, dan
sesuai dengan keinginan penulis dan pembaca.
18
19
DAFTAR PUSTAKA
Khaerudin Kurniawan, M.Pd. Bahasa Indonesia Keilmuan untuk Perguruan
Tinggi.
,
19
20
menyiapkan
tulisan
untuk
dipublikasikan,
penulis
penulisan,
dan
publikasi
ilmiah
harus
diberi
kredit
harus
memungkinkan
pembaca
memahami
maksud
penulis/peneliti.
B. Kode Etik Penulis
Rifai (1997:5-7) mengemukakan empat belas etika yang dapat dilakukan
oleh setiap penulis karya ilmiah. Keempat belas etika tersebut adalah
sebagai berikut.
20
21
dan
disebarluaskan,
keperluan adanya
dan
untuk
itu
menyadari
yang
menjaga
ketaatasasan
penampilan
media
21
22
22
23
tidak
lebih
dari
tiga
baris,
penulis
23
24
24
25
BAB V
PEMANTAPAN BEKAL PENULISAN ILMIAH
A.Penulisan Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan gagasan
penulisannya sedemikian rupa, sehingga pembaca memahami gagasan yang sama.
Ada dua syarat penulisan kalimat efektif yaitu: (1).adanya kesatuan gagasan dan
(2).perpaduan unsur-unsur pembentukannya. Kesatuan gagasan diungkapkan oleh
subjek (pokok kalimat) dan predikat sebagai inti kalimat.
Apabila sebuah kalimat terdiri atas sebuah kontruksi S/P yang disebut klausa,
maka kalimat tersebut tergolong kalimat tunggal. Contoh: Pasukan Fedayen siap
memasuki Kota Bagdad. Berdasarkan contoh dapat disimpulkan bahwa kalimat
tunggal ialah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Jika kalimat tunggal
digabungkan, hasilnya berupa kalimat baru yang terdiri atas dua klausa atau lebih
disebut kalimat majemuk. Contoh: Pasukan Fedayen siap memasuki Kota Bagdad
setelah pasukan Amerika dan Inggris menguasai Bandara Internasional Saddam
Husein.
Klausa utama sering disebut klausa induk sedangkan klausa bawahan sering
disebut klausa anak . kalimat majemuk yang terdiri atas klausa induk dan klusa
anak dinamai kalimat majemuk bertingkat (beranak, bersusun, subordinatif, tidak
setara). Ciri lahiriah yang mudah dilihat pada kalimat majemuk bertingkat adalah
dimungkinkannya konjungsi (beserta klausa anaknya) dipindahkan ke depan atau
ke belakang klausa induknya tanpa mengubah maksud kalimat. Pemindahan
semacam itu tidak mungkin dilakukan pada kalimat majemuk jenis lain.
Kepaduan kalimat tercermin dalam hubungan logis, di antaranya unsur-unsur
pembentukan kalimat.untuk menandai kepaduan kalimat diperlukan berbagai
pemarkah, seperti pengejaan, preposisi (kata depan), dan kata sambung
(konjungtor).
1. Pengejaan/Pengimbuhan
Sejak diberlakukannya Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
(1972), sekalipun sampai sekarang dianggap belum sempurna dan terus
25
26
26
27
Proposisi atau kata depan adalah kata tugas yang berfungsi sebagai unsur
pembentuk frasa preposisional. Proposisi terletak di bagian awal frasa dan unsur
yang mengikutinya dapat berupa nomina, adjektiva, atau verba. Ditinjau dari segi
bentuknya, preposisi dapat berupa monomorfemis atau polimorfemis. preposisi
monomorfemis adalah preposisi yang terdiri atas satu morfem, karena itu tidak
dapat diperkecil lagi bentuknya. Berikut ini adalah preposisi dalam bahasa
Indonesia beserta fungsinya.
a) Bagi
Untuk
Buat
Guna
menandai hubungan peruntukan, misalnya:
Buku baru itu untuk adik kelasmu
b) Dari
menandai hubungan asal, arah dari suatu tempat, atau milik
Dengan
menandai hubungan kesertaan atau cara
Di
menandai hubungan tempat berada
c) Karena/sebab
menandai hubungan sebab
Ke
menandai hubungan arah menuju suatu tempat
Oleh
menandai hubungan pelaku atau yang di anggap pelaku
Pada
menandai hubungan tempat dan waktu
Tentang
menandai hubungan ihwal peristiwa
Sejak
menandai hubungan waktu dari saat yang satu ke saat yang
lain
Preposisi polimorfemis terdiri atas dua macam: (1). Yang dibentuk dengan
memakai afiks (imbuhan)dan (2). Yang dibentuk dengan menggabungkan dua kata
atau lebih. Preposisi polimorfemis yang berafiks dibentuk dengan menempelkan
afiks pada dasar. Dasar itu dapat berupa morfen bebas (sama, serta), atau morfen
terikat (jelang, kitar).
Contoh:
Bersama
Menurut
Selama
27
28
Daripada
Kepada
Selain dari
Selain preposisi gabungan, ada pula preposisi dan yang bukan preposisi
yang dapat digabung, sehingga merupakan preposisi gabungan.
Contoh:
Di atas, ke dekat, dari balik
Di bawah, ke depan, dari samping
Di muka, ke dalam
3. Kata Sambung (Konjungsi)
Konjungsi atau kata sambung adalah kata tugas tang menghubungkan dua klausa
ataulebih. Kata seperti dan, kalau dan atau adalah kata sambung. Perhatikan
contoh kalimat berikut.
Rifqi sedang membaca dan adiknya sedang menggambar
Dari contoh di atas tampak bahwa yang dihubungkan oleh konjungsi
adalah klausa. Kendatipun demikian kita ketahui pula bahwa ada konjungsi yang
dapat menghubungkan dua kata atau frasa. Jika kita kembali kebentuk preposisi,
maka akan kita dapati bahwa sebagian dari preposisi ada pula yang dapat
bertindak sebagai konjungsi. Pada contoh berikut kita temukan preposisi yang
dapat pula bertindak sebagai konjungsi.
-
Dari uraian serta contoh di atas jelaslah bahwa ada kata yang mempunyai
keanggotaan ganda, yakni berfungsi sebagai proposisi ataupun berfungsi sebagai
konjungsi. Denan kata lain, dapat disimpulkan ciri-ciri kata yang berfungsi
sebagai preposisi apabila dalam statusnya dia berfungsi sebagai frasa, sedangkan
kata yang berfungsi sebagai konjungsi apabila kedudukan kata itu berfungsi
sebagai klausa.
4. Hubungan Logis Intrakalimat
28
29
29
30
kaitan bentuk dan makna sangat erat dan tidak terpisahkan, tetapi demi
kemudahan pembicaraan tulisan ini akan dibagi menurut aspek yang menonjol.
a. Kesejajaran bentuk
imbuhan yang digunakan untuk membentuk kata berperan dalam
menentukan kesejajaran, berikut ini adalah contoh ketidaksejajaran bentuk.
Kegiatannya meliputi pembelian buku, membuat katalog, dan mengatur
peminjaman buku.
Ketidak sejajaran itu ada pada pembelian (buku) yang disejajarkan dengan kata
membuat (katalog) dan mengatur peminjaman (buku). Agar sejajar, ketiga satuan
itu dapat dijadikan nomina semua, ubahnya seperti pada kalimat:
-
b. Kesejajaran Makna
Seperti telah diuraikan di atas, bentuk dan makna berkaitan erat. Dapat
diumpamakan keduanya merupakan isi mata uang yang sama. Berikut ini
diuraikan makna yang terkandung dalam satuan fungsional. Satuan fungsional
adalah unsur kalimat yang berkendudukan sebagai subjek, predikat, objek,
keterangan, dan sebagainya. Status fungsi itu ditentukan oleh relasi makna antar
satuan.
Berikut ini contoh kaliamat yang lebih kompleks :
Contoh berikut memperlihatkan kaitan erat antara bentuk dan makna yang
terwujudkan dalam penentuan fungsi.
30
31
Kelancaran tugas
Contoh berikut ini memperlihatkan perincian yang baik dan sejajar walaupun
tidak sejenis
Dengan telepon
31
32
laporan semester yang lalu sehingga kekurangan pada laporan itu dapat teratasi
atau kekurangan pada laporan itu akan menjadi tinggal sedikit. Oleh Karena itu,
kalimat (1) dapat diperbaiki sebagai berikut.
1a) Laporan ini terutama dimaksudkan untuk melengkapi materi laporan
pada semester yang lalu. Oleh karena itu, laporan ini hanya berisi teknis
pelaksanaan kegiatan.
B. Penulisan Kata dan Istilah
Kosakata atau vokabuler, yang disebut juga perbendaharaan kata adalah
kata/kata-kata yang terdapat dalam suatu bahasa. Kadang-kadang kosakata
diartikan sebagai kata yang disusun secara alfabetis yang disebut glosarium.
Untuk mengekspresikan gagasan, pikiran, dan pandangan dalam bentuk
bahasa, orang perlu menguasai sejumlah kata, lalu menyusunnya menjadi satuansatuan yang disebut kalimat.
Sejak era pembangunan nasional yang dimulai pada awal tahun 1970-an,
kosakata bahasa Indonesia berkembang dengan amat pesat. Banyak kata baru
yang muncul, dan sejumlah istilah telah dibabukan. Agar kita tidak merasa asing
dengan kata-kata baru, dan dengan tepat menggunakan istilah yang sudah
dibabukan, dalam tulisan ini akan disajikan sejumlah kata dan istilah-istilah baru
serta sedikit tentang konsep dasar pembentukan istilah menurut Pedoman Umum
Pembentukan Istilah.
Istilah ialah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan
konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Istilah
khusus ialah istilah yang pemakaian dan/atau maknanya terbatas pada suatu
bidang tertentu; sedangkan istilah umum ialah istilah yang menjadi unsur bahasa
yang digunakan secara umum. Misalnya, diagnosis adalah istilah khusus di bidang
kedokteran dan pidana adalah istilah khusus di bidang hukum. Karena istilah itu
menggunakan kata atau gabungan kata, istilah itu sebenarnya merupakan sebagian
dari kosakata yang terdapat dalam suatu bahasa.
Istilah dapat bersumber pada kosakata bahasa Indonesia, seperti tunak
(steady), telus (percolate). Kata-kata ini mengungkapkan dengan tepat konsep,
proses, keadaan, atau sifat yang dimaksud.
32
33
Jika dalam bahasa Indonesia tidak ditemukan istilah yang tepat, maka
istilah dapat dicari dari sumber bahasa serumpun, misalnya, gambut (Banjar,
untuk peat, Inggris), nyeri (Sunda, untuk pain, Inggris).
Mungkin dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa serumpun tidak
ditemukan istilah yang tepat. Jika demikian, bahasa asing dapat dijadikan sumber
peristilahan dengan cara menerjemahkan istilah asing.
Proses peristilahan asing melalui penyerapan dapat dipertimbangkan jika
salah satu syarat atau lebih berikut ini dipenuhi: (1) istilah serapan yang dipilih
lebih cocok karena konotasinya, (2) istilah serapan yang dipilih lebih singkat dari
pada istilah terjemahan Indonesiannya, dan (3) istilah serapan yang dipilih dapat
mempermudah tercapainya kesepakatan jika istilah Indonesianya terlalu banyak
sinonimnya.
Istilah asing yang sudah diserap dan sudah lazim digunakan sebagai istilah
Indonesia masih dapat dipakai sungguhpun bertentangan dengan salah satu syarat
pembentukan istilah.
1. Pemakaian Kosakata dan Istilah dalam Kalimat
upaya mencari dan memperkaya padanan kata Indonesia untuk istilah asing
merupakan pengayaan istilah Indonesia.
2. Pembentukan Kata dan Istilah dengan Unsur Terikat: pra-,pramu-, dan
pascaa. Kata yang dibentuk dengan pra(1) Setiap malam TVRI menyajikan acara prakiraan cuaca
(Inggris, weather forecast).
Kata prakiraan 'perhitungan sebelumnya', yang dibentuk dari
kata dasar prakira + an, dan prakira dibentukdari kata dasar
kira yang didahului unsur pra- yang bermakna 'sebelum'.
(2) Sesuai dengan asas praduga tak bersalah, seorang terdakwa
korupsi belum dapat dinyatakan salah sebelum pengadilan
memutuskan bersalah.
(3) Di Sangiran dapat ditemukan peninggalan benda-benda
prasejarah yang berupa artefak dan fosil-fosil manusia purba.
Prasejarah 'sejarah sebelum ada peninggalan (bukti tertulis)'.
33
34
Indonesia
lapor masuk
lapor berangkat
check out
lapor keluar
drive-in
kendara masuk
drive- through
kendara lewat
dry cleaning
cuci kimia
garment
pakaian jadi
kitchen set
peranggu dapur
34
35
restroom
soft drink
minuman ringan
soft lens
lensa lunak
35
36
36
37
37
38
Indonesia
lapor masuk
lapor berangkat
check out
lapor keluar
drive-in
kendara masuk
drive- through
kendara lewat
dry cleaning
cuci kimia
garment
pakaian jadi
kitchen set
peranggu dapur
restroom
soft drink
minuman ringan
soft lens
lensa lunak
38
39
ASPEK MEKANIK
Dalam Kamus Besar Indonesia, ejaan diartikan sebagai kaidah-kaidah cara
menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb) dalam bentuk tulisan (hurufhuruf) serta penggunaan tanda baca. Menurut KRIDALAKSANA (1973: 40),
yang dimaksud dengan ejaan adalah sistem atau aturan perlambangan bunyi
bahasa dengan huruf (cq. Huruf latin), aturan menuliskan kata-kata dan cara-cara
mempergunakan tanda baca.
Dari uraian di atas tampak adanya tiga cakupan dalam ejaan, yaitu: ( 1) Aturan
perlambangan bunyi bahasa dengan huruf, (2) Aturan menuliskan kata-kata, dan
(3) Cara-cara mempergunakan tanda baca. Cakupan ketiga aspek tersebut
digambarakan dalam pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yaitu:
1. Pemakaian huruf yang termasuk didalamnya pemenggalan kata, meliputi:
a.huruf abjad
b.huruf vokal
c. huruf konsonan
d. gabungan huruf konsonan
e. pemenggalan kata
2. Pemakaian huruf , meliputi:
a. huruf besar (huruf kapital)
b. huruf miring
3. Penulisan kata, meliputi:
a. kata dasar
b. kata jadian atau kata turunan
c. bentuk ulang
d. gabungan kata
e. kata ganti ku, kau-, -mu, dan nya
f. kata depan di, ke, dan dari
g. kata si dan sang
h. singkatan dan akronim
i. angka dan lambang bilangan
4. Penulisan unsur serapan
39
40
>
ka-in
Buah
>
bu-ah
Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan, sehingga pemenggaln kata
tidak dilakukan di antara kedua huruf itu, misalnya:
Aula
>
40
41
Saudara
>
2. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan di
antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan,
misalnya:
Lapar
>
la-par
Padi
>
pa-di
3. Jika di tengah kata ada huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan
di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruh konsonan itu tidak pernah
diceraikan, misalnya:
Sombong
>
som-bong
Caplok
>
cap-lok
>
in-stru-men
Ultra
>
ul-tra
5. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan, termasuk awalan yang
mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangakai
dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris, misalnya;
An, me-ra-sa-kan, me-nuruni - imbuhan i tidak dipisahkan sendiri.
6. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat
bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan dengan cara (1) di
antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itunsesuai dengan kaidah (1),
(2), (3) dan (4) di atas, misalnya:
Biografi
>
Fotografi
>
Berikut ini disajikan cara pemenggalan kata serapan yang perlu diperhatikan
berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, terutama yang diperkirakan ada
unsur lepas dari akar kata di dalam kosakata serapan itu.
Eks-plo-ra-si
ek-strak-si
Eks-ploi-ta-si
ek-strem
Ek-so-tis
eks-pres
41
42
Ek-so-gen
eks-po-nen
Islam
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang diikuti nama orang, misalnya:
Imam Nawawi
Haji Agus Salim
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang, misalnya:
Dia memang bercita-cita menjadi imam.
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangakat
yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu,
nama instansi, atau nama tempat, misalnya: Presiden Megawati Soekrnoputri
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang
tidak diikuti nama orang, atau nama tempat, misalnya: Dia gagl menjadi gubernur
42
43
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang, misalnya:
Thomas Wijanarto
7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa, misalnya:suku sunda
Huruf kapital dipakai tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan
bahasa yang dipakai sebagai kata berimbuhan misalnya: keinggris-inggrisan
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hai, hari raya
dan peristiwa bersejarah, misalnya: bulan agustus
Hari sabtu
tahun hijriah
perang candu
teluk jakarta
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak
menjadi unsur nama diri, misalnya: berenang kesungai
Huruf kapital tidak dipakai sebagai sebagai huruf pertama nama geografi yang
dipergunakan sebagai nama jenis, misalnya: gula jawa
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara,
lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi kecuali kata
sambung seperti dan, misalnya: negara kesatuan republik indonesia
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi
negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen
resmi, misalnya:
Berdasarkan peraturan pemerintah
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan serta dokumen resmi, misalnya:perserikan bangsa-bangsa
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua
unsur kata ulang sempurna)dalam penyebutan nama buku, majalah, jurnal, surat
kabar dan judul karangan, kecuali seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang
tidak terletak pada posisi awal< misalnya:setiap penulis penulis artikel harus
berlangganan Jurnal Manajemen Indonesia
43
44
13. huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat dan sapan, misalnya: Dr. Doktor
14. Hurugf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak , ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai
dalam sapaan dan pengacuan, misalnya:kapan Ayah datang? tanya Fakhrul
Huruf kapital tidak dipakai sbagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan dan sapaan misalnya:kita harus
menghormati ibu dan bapak kita
15.huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda, misalnya: tahukah
anda, siapakah yang mengebom Hotel Marriot Jakarta?
Yang perlu diperhatikan dalam penulisan huruf kapital, selain hal-hal yang telah
disebutkan di atas adalah penulisan judul karya tulis. Dalam pedoman butir (12)
dinyatakan bahwa huruf kapital tidak digunakan pada penulisan kata depan dan
kata penghubung. Berikut ini disajikan contoh kata depan (preposisi) dan kata
penghubung (konjungsi) yang tidak ditulis dengan huruf kapital pada setiap judul
karya tulis.
Agar
kalau
sebelum (itu)
Akan
karena
sedangkan
Akibat
ke
sedangkan
Alih-alih
kecuali itu
sedari
Andaikan
kemudian
segala
Di antara
pada
supaya
Di atas
padahal
tambahan pula
44
45
C. Penulisan Kata
Penulisan kata dalam penulisan ilmiah adalah sebagai berikut :
1. Penulisan Kata Ulang
Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung (-).
Berikut ini disajikan beberapa contoh cara menulis kata ulang :
a. Pengulangan kata dasar
Universitas-universitas
Kantor-kantor
Pintar-pintar
Dalam penulisan karya ilmiah, pengulangan kata dasar tidak perlu selalu
dilakukan untuk menyatakan jumlah. Jumlah jamak dapat dinyatakan
dengan numeralia pokok tertentu, misalnya, beberapa, banyak, berbagai.
b. Pengulangan kata berimbuhan
Selambat-lambatnya
Perlahan-lahan
c. Pengulangan gabungan kata
45
46
Baju-baju bekas
Buku-buku bacaan
d. Pengulangan kata yang berubah bunyi
Ramah-tamah
Teka-teki
Mondar-mandir
e. Pengulangan sebagian dengan pelemahan bunyi
Pepohonan
Bebatuan
2. Penulisan Gabungan Kata
aturan penulisan kata adalah sebagai berikut :
a. Bagian-bagian gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk
dituliskan terpisah, misalnya :
Jasa marga
Limbah industri
Simpan pinjam
b. Ada gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata unsurunsurnya membentuk makna yang menyatu, seehingga makna tersebut
tidak dapat dikembalikan pada makna unsur-unsur gabungan kata
tersebut, misalnya :
Apabila
Barangkali
Daripada
Bilamana
c. Ada gabungan kata yang salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri
sebagai satu kata yang mengandung arti penuh. Misalnya :
Multimedia
Caturwulan
Mancanegara
d. Jika gabungan kata yang hanya mendapat awalan atau hanya mendapat
akhiran, maka dituliskan serangkai dengan kata yang paling dekat
dengannya, sedangkan kata lainnya yang merupakan unsur gabungan
tetap dituliskan terpisah dan juga tidak diberi tanda hubung, misalnya :
Bertanggungjawab
Berterima kasih
Bertanda tangan
46
47
47
48
Akronim
dapat
dilafalkan
menjadi
kata.
Penulisannya
49
49
50
50
51
Tanda ellipsis ()
Tanda ellipsis digunakan untuk menunjukkan bahwa dalam suatu teks ada
bagian yang di hilangkan, misalnya, apabila, penulis mengutip bagianbagian tertentu dari teks orang lain.
51
52
52
53
Latar belakang
Laporan majalah Asiaweek, edisi 30 Juni 2000 kembali memuat
77 peringkat universitas terbaik dikaswan Asia (Asias Best
University). Berdasarkan data statistik, publikasi ilmiah kita di tingkat
internasional, hanya menyumbang sebanyak 0,012% dari total
publikasi ilmiah dari seluruh dunia. Tampaknya suasan akademis di
perguruan tinggi di Indonesia hingga saat ini masih kurang kondusif.
Salah satu factor yang memprengaruhi kodisi tersebut berasal dari
lingkungan kerja peneliti, misalnya, terbatasnya sumber daya dan
sarana penelitian, keterbatasan informasi, situasi institusi yang tidak
stabil, kekurangan tenaga pendukung, dan lain-lain. Melihat kondisi
seperti itu, perguruan tinggi kita dalam memasuki millennium ketiga
ini mengalami berbagai tantangan. Sejak tahun 2003, kita harus sudah
mulai berkompetisi dengan Negara-negara di kawasan ASEAN
(AFTA). Barang dan jasa akan bebas keluar-masuk negara-negara
tersebut. Oleh karena itu, meningkatkan kualitas pendidikan rata-rata
pendudukan merupakan suatu tantangan yang harus kita hadapi.
Dalam era reformasi seperti sekarang ini, focus pembangunan
53
54
karya-karya
ilmiah
yang
berkualitas
belum
Rumusan masalah
Permasalahan yang menjadi focus penelitian ini dirumuskan
dalam satu pertanyaan besar yaitu: Bagaimana Kadar keilmiahan isi
artikel, organisasi artikel, kosakata, pengembangan bahasa dan
penggunaan aspek mekaniknya pada artikel Mimbar Pendidikan
UPI?
Tujuan peneliatian
Mengacu pada perumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui: kadar keilmiahan isi artikel, organisasi
artikel, kosakata, pengembangan bahasa dan penggunaan aspek
mekanik artikel pada Mimbar Pendidikan UPI.
Manfaat penelitian
Hasil dan temuan penelitian ini diharapkan bermanfaat:
a) Bagi dosen, hasil penelitian ini bias memberian informasi atau
pengetahuan tentang bentuk bahasa ilmiah sehingga bias
dijadikan acuan dalam menulis karya ilmiah.
b) Bagi pemimpin universitas, temuan penelitian ini bias
memberikan masukan untuk membuat kebijakan, khususnya
54
55
Kajian pustaka
Banyak masyarakat Indonesia hingga saat ini, di era millennium
masih memiliki budaya teks lisan tanpa terkecuali masyarakat kampus
yang notaben di anggap sebagai masyarakat ilmiah.
Menulis menurut Kurniawan (2006) merupakan salah satu dari
empat keterampilan berbahasa yang sudah menyedot perhatian banyak
pihak. Selain karena keterampilan menulis bisa dijadikan takaran
kemajuan literasi suatu bangsa, juga karena menulis itu belum begitu
membudaya, khususnya di Indonesia. Oleh karena itu, keterampilan
menulis ini ditilik sebagai keterampilan berbahasa yang paling sulit
dan kompleks karena masyarakat adanya keluasan wawasan dan
melibatkan proses berfikir yang ekstensif.
Metode penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif. Tujuannya
adalah untuk mendeskripsikan kadar keilmiahan isi tulisan, oganisasi
tulisan, kosakata dan istilah, pengembangan bahasa, dan aspek
55
56
siapkan.
Keempat, hasil dari identifikasi kelima unsur tersebut
kemudian dimasukkan dalam daftar isian sesuai dengan
kelompok unsurnya.
Kelima, pengecekan ulang nilai dan unsure-unsur yang sudah
dimasukkan sesuai kelompokknya untuk menghindari adanya
kesalahan
dalam
memasukkan
data
karena
salah
pengelompokan.
56
57
57
58
canggih
dan
bisa
diterapkan
dalam
pengembangan pendidikan.
Kedua, penulis secara logis menerangkan macammacam program yang ditawarkan media ITC dan
sekaligus menyampaikan beberapa hal yang tidak bisa
dilanggar atau dihindari oleh pengguna dalam
manggunakan media tersebut.
Ketiga, karena subtopic disajikan pada urutan yang
logis maka keruntutan antarparagraf juga terlihat dari
tulisan tersebut sehingga tidak ada uraian yang kelar
dari konteks yang sedang ditulisnya.
3. Kadar keilmiahan kosakata
Menurut analisis data diperoleh skor rata-rata kadar
keilmiahan kosakat yang digunakan dalam artikel jurnal
Mimbar Pendidkan adalah sebesar 17. Berdasarkan hasil ratarata skor ini menunjukkan bahwa kadar keilmiahan kosakata
yang digunakan dalam jurnal yang dipublikasikan pada jurnal
Mimbar Pendidkan termasuk ke dalam rentang skor 14-17 atau
tergolong ke dalam katagori cukup baik. Angka tersebut
menunjukkan arti bahwa kadar keilmiahan kosakata yang
dipakai dalam tulisan jurnal telah memanfaatkan potensi kata
(daya ungkap kosakat) dan istilah kata yang dipilih kadangkadang kurang tepat meskipun tidak mengganggu maksud
tulisan.
Dengan demikian, seorang penulis harus paham dan teliti
sebelum memsukkan kosakata serapan ke dalam tulisannya, hal
ini penting untuk menghindari makna yang rancu atau bias.
58
59
Kerancuan
makna
kosakata
atau
istilah
pada
kalimat
tulisan
jurnal
Mimbar
Pendidkan
memiliki
59
60
beberapa kesalahan penulisan ejaan dan tanda baca saja. Hal ini
dapat membantu para pembaca dalam memahami isi artikel.
Dan selain itu, para pembaca merasa nyaman dan enak
membacanya.
61
adalah
sebesar
18.
Skor
rata-rata
ini
kosakat
yang
dipilih
dan
digunakan
telah
61
62
63
Pendahuluan
Masyarakat Indonesia baru yang kita cita-citakan adaah
masyarakat yang terbuka, artinya komunikasi antar manusia dalam
berbagai arena kehidupan akan bebas dari hambatan, tekanan atau
represif. Dalam bidang bisnis, misalnya, hambatan dalam berbagai
tarif semakin dipermudah dan bukan tidak mungkin seluruhnya akan
dihilangkan. Dalam bidang social-politik, arus demokratisasi dan
HAM sedang melanda berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia
sekarang dan di masa depan.
Untuk menuju masyarakat Indonesia baru sebagaimana di
kemukakan diatas, pendidikan nasional kita terutama perguruan tinggi
setidaknya menghadapi empat tantangan besar kompleks yaitu:
o Pertma, tantangan untuk meningkatkan nilai tambah
dalam rangka meningkatkan produktivitas nasional,
pertmbuhan dan pemerataan ekonomi, sebagai upaya
untuk memlihara dan meningkatkan pembangunan
berkelanjutan.
o Kedua, tentangan untuk melakukan pengajian dan
penelitian secara komprehensif dan mendalam terhadap
terjadinya
transformasi
struktur
masyarakat
dari
serta
bagaimana
implikasinya
bagi
karya-karya
yang
berkualitas
63
64
dan
ekonomi
untuk
menggantikan
kolonialisme politik
Semua tantangan tersebut menuntut sumber daya manusia
Indonesia khususnya masyarakat akademik perguruan tinggi agar
meningkatkan serta memperluas wawasan pengetahuan, wawasan
keunggulan,
keahlian
yang
professional,
serta
keterampilan
subsistem
pendidikan
nasional
dan/atau
professional
yang
dapat
menerapkan,
64
65
dapat
menciptakan
produk-produk
baru
dan
65
66
66
67
C. Makalah
Mobile Communication dan
Masa Depan Peekonomian Nasional
Regis McKenna (Real Time, 1997) menyatakan bahwa semua bisnis
di era informasi ini apapun produknya akan menjadi bisnis pelayanan
(service) sebab para pelanggan akan mengatakan apa kebutuhan mereka
serta cara yang diinginkan mereka untuk memuaskan kebutuhan tersebut.
Davis Siegel dalam bukunya Futurize Your enterprise (1999)
mengungkapkan ihwal revolusi di dunia manajeman organinsasi. Siegel
mengatakan bahwa suatu organisasi atau perusahaan untuk dapat
memenangkan
persaingan
harus
bersifat
customer-led,
bukan
67
68
pada apa yang dapat manajemen perbuat. Dari dua pendapat pakar tersebut
menyiratkan pentingnya komunikasi dan informasi bagi suatu perusahaan
yang ingin berhasil dalam persaingan global.
Mobile Communication
Penerapan mobile communication ini menciptakan mobile office
(m-office) dan m-commerce. Perusahaan menerapkan m-office ini
terutama untuk bagian yang berhubngan langsung dengan customer,
seperti bagian pemasaran atau customer service. Tujuannya adalah
untuk membuat mereka lebih dekat dengan customer sehingga
mengetahui keinginan dan kemauan customer kapanpun dan
dimanapun, sehingga pelayananpun dapat diberikan dengan sesegera
mungkin.
M-Commerce dan Perkembangan Nasional
perdagangan
inipun
mampu
meniadakan
peran
68
69
oleh
UNDP,
badan
PBB
yang
menangani
program
69
70
71
Membaca buku
Salah satu hasil penelitian di Amerika Serikat menyatakan bahwa
hanya 5% waktu belajar yang digunakan peserta didik untuk bertatap
muka dengan guru sedangkan sisanya digunakan untuk membaca
buku, baik di kelas/sekolah, perpustakaan, maupun dirumah.
Kegiatan baca-tulis merupakan komunikasi yang tidak langsung
dan bukan merupakan bawaan sejak lahir. Oleh karena itu, pendidikan
baca-tulis harus dipelajari secara sistematis dan sistemik. Pembelajaran
ini melibatkan berbagai variable yang saling terkait, yaitu siswa, guru,
system, bahan ajar (buku), penulis/penerjemah/penyunting, penerbit,
toko buku, dan masyarakat pembaca itu sendiri.
Masyarakat informasi
Masyarakat kita yang belum mampu menampung informasi
secara layak, bukan saja masyarakatan yang berpendidikan rendah,
melainkan juga sebagain besar dari kalangan professional, seperti
dokter, giri, dosen, hakim, insinyur, pengacara dan lain lain juga belum
mampu menampung volume informasi yang layak sesuai dengan
tuntutan profesi yang mereka pilih.
Pada awal abad ke 21 ini, kita merasakan semakin sulit
membedakan
antara masa
71
72
dan surat kabar), tetapi dari TV. Daya ingat manusia amat terbatas,
sehingga informasi lisan itu jarang dapat diulang dengan tepat. Karena
itulah informasi lisan sukar sekali, bahkan tidak dapat dijadikan
referensi/acuan. Masyarakat dan bangsa Indonesia baru dituntut untuk
menjadi mesyarakat yang berbudaya dan berperadaban serta gemar
membaca, masyarakat yang memiliki keterampilan, pengetahuan, dan
kemandirian yang di dukung oleh budi pekerti luhur dan kearifan yang
memadai.
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan khaerudin. 2012. Bahasa Indonesia Keilmuan untuk Perguruan Tinggi.
Bandung: PT Refika Aditama.
72
73
73