Kelompok 1 - Conventional Activated Sludge
Kelompok 1 - Conventional Activated Sludge
KELOMPOK 1
Fuji Astuti
1106022433
Tantri Yessa
1206216802
Ahmad Fauzan
1206237196
1206261604
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang
atas
penyusunan
rahmat-Nya
maka
Laporan
Tugas
tim
penulis
Besar
Unit
dapat
Operasi
menyelesaikan
Dan
Proses
ucapan
terima
kasih
kepada
pihak-pihak
yang
tugas
dan petunjuk
kepada
penulis,
sehingga
pada
teknis
penulisan
maupun
materi,
mengingat
akan
kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
laporan.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR
ISI........................................................................................................
....3
DAFTAR
GAMBAR............................................................................................
....4
DAFTAR
TABEL.................................................................................................
....5
Conventional
Activated
Sludge.................................................6
1.2 Mekanisme dan Proses Biokimiawi
yang
Terjadi
di
Activated
Sludge...........................................................7
1.3 Faktor Lingkungan yang Berpengaruh
terhadap
Kinerja
Activated
Sludge......................................................11
1.4 Mikroorganisme
di
dalam
Sistem
Activated
Sludge..............................13
1.5 Tabel
Kinerja
Unit
dan
Sludge....................................15
1.6 Rumus
Dasar
Sistem
Activated
yang
Digunakan...............................................................16
1.7 Detail
Mekanis Unit
dan Sistem
Activated
Sludge................................18
Algoritma
Perhitungan......................................................................22
2.2
Contoh
Perhitungan
Sistem
Activated
Sludge...............................23
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Skema mekanisme kerja Lumpur
aktif.......................................................8
Gambar 1.2. Skema proses lumpur
aktif........................................................................19
Gambar 1.3. Activated Sludge
Plants.............................................................................21
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Keuntungan dan Kerugian Conventional Activated
Sludge..........................6
Tabel 1.2 Kriteria Desain Conventional Activated
Sludge...........................................15
Tabel 3.1 Ringkasan Hasil
Perhitungan........................................................................26
BAB I
LANDASAN TEORI
1.1
Definisi Conventional Activated Sludge
Lumpur Aktif (Activated Sludge) adalah proses pertumbuhan
mikroba tersuspensi. Pengolahan lumpur aktif merupakan penerapan
metode
biologi
di
dalam
proses
pengolahan
air
limbah
yang
metode
biologi
adalah
metode
yang
memanfaatkan
dan
menghilangkan
kandungan
material,
juga
Activated
Sludge
memiliki
keuntungan
dan
Kerugian
-Teknis yang kompleks
sehingga tidak semua bagian
dan bahan tersedia secara
lokal
Effluen dan lumpur mungkin
lanjut
Tidak cocok untuk aplikasi
air
dengan
limbah
limbah
Sumber : oc.its.ac.id/ambilfile.php?idp=1373
1.2
Mekanisme
dan
Proses
Biokimiawi
yang
Terjadi
di
Activated Sludge
Pengelolaan limbah adalah kegiatan terpadu yang meliputi
kegiatan
pengurangan
penanganan
Kegiatan
(minimization),
(handling),
pendahuluan
pemanfaatan
pada
segregasi
dan
pengelolaan
(segregation),
pengolahan
limbah
limbah.
(pengurangan,
upaya
terakhir
dalam
sistem
dimaksudkan
untuk
menurunkan
tingkat
cemaran
yang
yang
dikeluarkan
dari
setiap
kegiatan
akan
memiliki
biologi.
Metode
ini
merupakan
metode
paling
efektif
dibandingkan metode kimia dan fisika. Salah satu metode biologi yang
sekarang banyak berkembang adalah metode lumpur aktif.
Partikel-partikel
berukuran
koloid
digumpalkan
dengan
penambahan
3) Tahap sekunder
Tahap sekunder meliputi 2 tahap yaitu tahap aerasi (metode lumpur
aktif) dan pengendapan. Pada tahap aerasi oksigen ditambahkan ke
dalam
air
limbah
yang
sudah
dicampur
lumpur
aktif
untuk
tahap
pilihan.
Tahap
ini
biasanya
untuk
karbon
untuk
menyerap
zat
Emulsi zero
10
teknologi
membunuh
ozon
bakteri
(decoloration),
menguraikan
(ozonisasi).
(sterilization),
menghilangkan
bau
senyawa organik
Proses
ozonisasi
mampu
menghilangkan
warna
(deodoration),
(degradation).
dan
dapat
Activated Sludge
Unit Lumpur aktif di dalam prakteknya dioperasikan pada fase
stasioner dari mikroba dengan aliran udara yang kontinu. Pertumbuhan
mikroorganisme akan membentuk gumpalan massa yang dapat
membentuk suspensi jika unit diaduk dan akan mengendap jika
pengadukan dihentikan. Proses penanganan limbah secara aerobik
dengan menggunakan lumpur aktif ditandai dengan tingginya kualitas
efluen
dan
dikarakterisasi
denagn
terbentuknya
suspensi
COD
(Chemical
Oxygen
Demand).
MLSS
menunjukkan
11
desinfeksi
efluen
setelah
dalam
proses
pembibitan
dapat
menunjang
proses
pendegradasian
bahan
organik
dalam
limbah
dapat
12
mengalami
kekurangan
oksigen
untuk
menjalankan aktivitasnya.
3) Nilai TDS (Total Dissolved Solid)
Pengukuran Total Dissolved Solid (TDS) selama proses pengolahan
air limbah dilakukan sebagai pendukung untuk mengetahui jumlah
senyawa yang terlarut dalam air limbah. TDS ini merupakan zat
padat yang mempunyai ukuran yang lebih kecil daripada padatan
tersuspensi. Padatan ini terdiri dari senyawa anorganik dan organik
yang larut dalam air, mineral dan garam-garamnya (Fardiaz, 1992).
Parameter ini mempengaruhi tingkat kekeruhan pada air limbah baik
yang disebabkan oleh adanya bahan organik terlarut (seperti lumpur
dan pasir halus) maupun bahan organik yang berupa plankton dan
mikroorganisme (Effendi, 2003). Adanya peningkatan total padatan
terlarut
akan
meningkatkan
kondisi
kekeruhan
air.
Dampak
keruh
juga
mengandung
zat-zat
terlarut
yang
dapat
baik,
menyebabkan
bahkan
adanya
mikroorganisme
bahan-bahan
lebih
tahan
tersebut
terhadap
dapat
proses
13
matahari
ke
dalam
perairan
sehingga
mengakibatkan
bakteri, yang berada sebagai individu dari ukuran satu mikron hingga
berbentuk koloni. Beberapa bakteri bersifat aerob sebagai lainnya
bersifat anaerob. Sebagian bakteri lumpur aktif adalah fakultatif yaitu
mampu hidup dengan atau tanpa oksigen. Baik bakteri heterotrof
maupun autotrof berada dalam activated sludge. Bakteri heterotrof
mendapatkan energi dari materi organik pada aliran influen limbah cair
untuk
mensintesa sel-sel
melepaskan
energi
karbondiksida
Achromobacter,
dan
baru.
melalui
air.
Pada saat
penguraian
Jenis
Alcaligenes,
yang
materi
bakteri
sama,
organik
heterotrof
Arthrobacter,
bakteri
menjadi
termasuk
Citromonas,
seperti
karbon
dioksida
untuk
pertumbuhan
sel,
serta
14
Protozoa
adalah
organisme
sel
tunggal.
Protozoa
bercilia
organisme
multisel.
Rotifera
mampu
Dan
menjadikan
bakteri
sebagai
makanannya.
Ada
15
Paramet
Satuan
er
5,0 - 15,0
Day
Time
Food to Microbe Ratio
0,2 - 0,4
(F/M)
Space Loading
0,3 - 0,6
Kg BOD/day-
4,0 - 8,0
m3
Hour
1500 -
mg/L
3000
0,25 - 1,0
85 95
Plug Flow
%
-
Hydraulic Retention
Time
MLSS
Recycle Ratio (R/Q)
BOD Removal Efficiency
Flow Regime
1.6
K 2=K 1 (T 2T 1)
Keterangan :
K1 K2= Reaction Rate Constant terhadap suhu
T1
T2
SVI =
SV .1000
MLSS
Keterangan :
16
SVI
SV
SDI
Q ( 0 ) + R ( SDI ) =( Q+ R ) ( ML SS)
Keterangan :
Q
SDI
St Se
K rate . X . Se
Dimana :
K rate
Se
St
V =(Q+ R)
Keterangan :
Space Loading=
( Q+ R ) . St
V
Keterangan:
St= Konsentrasi BOD dalam bak aerasi (mg/L)
V = Volume bak aerasi (m3)
Q = Debit influen (L/s)
R = Debit lumpur resirkulasi (L/s)
F
S
=
M X .t
Keterangan:
F/M
= MLVSS (mg/L)
1
F
=Y K e
c
M
Keterangan:
F/M
Ke
1.7
= MLVSS (mg/L)
= Endogenous decay coefficient
limbah secara biologi, dimana air limbah dan lumpur aktif dicampur
18
19
pengendapan
(clarifier),
padatan
lumpur
aktif
Energi sel
Pada pemisahan senyawa karbon (bahan organik), polutan berupa
bahan organik dioksidasi secara enzimatik oleh oksigen yang berada
dalam limbah cair. Jadi, senyawa karbon dikonversi menjadi karbon
20
pembebanan,
konsentrasi
biomassa,
konsentrasi
oksigen
mikroorganisme
(biomassa)
diukur
dari
konsentrasi
dan
dioperasikan
pada
beban
rendah
(<
0,05
kg
laju
pertumbuhan
sama
dengan
laju
perombakan
21
Selain tangki aerasi, unit operasi lain yang penting dalam sistem
lumpur aktif adalah unit sedimentasi untuk memisahkan biomassa dari
limbah cair yang telah diolah. Tangki sedimentasi untuk sistem lumpur
aktif biasanya didesain untuk waktu tinggal hidrolik 2 sampai 3,5 jam
dengan laju pembebanan sekitar 1 sampai dengan 2 m/jam (Anonim,
2007).
BAB 2
PENERAPAN TEORI
2.1
Algoritma Perhitungan
Menentukan MLVSS
Menentukan
Menentukan K rate
BOD Effluen
K2 = K1 x
Menentukan SVI
Menentukan SDI
SVI =
SV 1000
MLSS
Tidak memenuhi
kriteria desain kembali
Menentukan HRT
ke MLSS
StSe
K rate . X . Se
SDI =
MLSS
SVI
Menentukan St
St =
Q ( So ) + R(Sr)
(Q+ R)
( Q+ R ) . St
V
2.2
Perhitungan Sistem Activated Sludge
Menentukan Mean
Menentukan
Rasio=F/M
Diketahui
: Q influen
2000 m3/s
F BOD
S = 240 mg/L
=
M TX . t= 30
= 1,03-1,06 (Eckenfelder,1998)
(T -T )
2 1
BOD
= 1,717 (kg m3 day
= 2,3 ( gramhour
x 1,03
(30-25)
SV 1000
MLSS
SV =
SVI MLSS
1000
1 2 0 X 2000
1000
= 28.8mL/L
23
MLSS
( konsentrasi BOD INfluen )
SV
2000 mg/ L
3
276 mL/ L 10 mL/ L
= 7246,38mg/L
Selanjutnya, menentukan mass balance aliran resirkulasi:
Q (0) + R (SDI) = (Q+R) (MLSS)
Q (0) + R (7246,38) = (Q+R) (2000)
7246.38 R = 2000 Q + 2000R
5246.38 R = 2000Q
R
= 0,38
Q
R
= 0,38memenuhi range (0,25-1);(Tom D. Reynold, Unit
Q
Operation and Processes in Environmental Engineering, 1996,
Tabel 15.4)
e. Menentukan St
Q (So) + R (Sr) = (Q+R) (St)
Q (240 mg/L x 0,7) + 0,38Q (8,7mg/L) (St)
Q
St =
f.
Menentukan
= 132,72 mg/L
Hydraulic RetentionTime ( )
St Se
Krate X Se
mg
1 kg
X
L
1000 mg
=
L
g
mg
1 kg
2,3
1,5 8,7
g jam
L
L 1000 mg
( 132,728,7 )
24
= 4,13 jam
Unit
Operation and Processes in Environmental Engineering, 1996,
Tabel
15.4)
g. Menentukan Volume Bak Conventional Aeration Activated Sludge
V
= (Q + Q resirkulasi) x waktu detensi
= (2000 m3/day + 760 m3/day) x 4,13 jam x
1day/24hour
= 474,95 m3
h. Menentukan Space Loading
Space loading =
Q St
V
3
day
day
L
mg
m
3
474,95 m
= 0,77kgBOD5/daym3
Space
loading
0,77
tidak
memenuhi
range
(0,3-0,6)
kgBOD5/daym3 (Tom D.
Reynold, Unit Operation and Processes in Environmental
Engineering, 1996, Tabel 15.4)
i.
F
S
=
M X t
F
=
M
(132,728,7 ) mg/ L
mg
1
1500
4,13 jam
L
24 jam
= 0,33
F
M = 0,33 memenuhi range (0,2-0,4) (Tom D. Reynold, Unit
Operation
and Processes in Environmental Engineering, 1996, Tabel 15.4)
j.
1
F
=Y K e
C
M
1
mg MLVSSS
mg BOD
= 0,5
0,33
0,045 day 1
C
mg BOD
mg MLVSS
c
c
= 8 hari
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah dilakukan penghitungan, didapatkan hasil sebagai
berikut :
Tabel 3.1 Ringkasan Hasil Perhitungan
26
DAFTAR PUSTAKA
Harnanto, A. dan Ruminten. 2009. Kimia 1 : untuk SMA/MA Kelas
X. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 194.
Badjoeri, M., dan Suryono, T. 2002. Pengaruh Peningkatan Limbah
Cair Organik Karbon terhadap Suksesi Bakteri Pembentuk Bioflok dan
Kinerja Lumpur Aktif Beraliran Kontinyu. Jurnal LIMNOTEK, Vol IX no.1
(hal.13-22).
http://www.haithindustrial.co.uk/products/22/activated-sludgeplants (diakses pada tanggal 3 Mei 2015)
Reynolds, T. D., and P. A. Richards. Unit Operations and Processes
in Environmental Engineering. 2nd ed. Boston, MA: PWS Publishing
Company, 1996.
27
Alaerts, G., dan Sri Sumestri Santika. 1990. Metoda Penelitian Air.
Surabaya: Usaha Nasional.
Anonim. 2007. Pengelolaan Limbah Industri Pangan. Direktorat
Jenderal Industri Kecil Menengah Departemen Perindustrian. Jakarta.
Badjoeri, M., dan Suryono, T. 2002. Pengaruh Peningkatan Limbah
Cair Organik Karbon terhadap Suksesi Bakteri Pembentuk Bioflok dan
Kinerja Lumpur Aktif Beraliran Kontinyu. Jurnal LIMNOTEK, Vol IX no.1
(hal.13-22).
Budiyono, 1997, Kombinasi Proses Lumpur Aktif Membran Untuk
Pengolahan Limbah Cair Industri, Institut Teknologi Bandung.
Harnanto, A. dan Ruminten. 2009. Kimia 1 : untuk SMA/MA Kelas
X. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 194.
Hefni Effendi. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan. Sumber
Daya dan Lingkungan Perairan. Penerbit. Kanisisus, Yogyakarta.
Hutabarat,
S.
2000.
Produktivitas
Perairan
dan
Plankton.
28
29