Pengawasan Sistem Keuangan Negara
Pengawasan Sistem Keuangan Negara
Pada tanggal 22 Mei 2002, sesudah memulai proses yang cukup panjang,
Menteri Keuangan Republik Indonesia menyampaikan White Paper dengan judul
Reform of Public Financial Management System in Indonesia: Principles and
Strategy untuk membahas berbagai persoalan yang terkait dengan pengelolaan
keuangan di sektor publik beserta auditnya. Sebagaimana judul dari white paper
tersebut, mulai saat itulah reformasi pada pengelolaan dan pertanggungjawaban
serta audit di bidang keuangan negara dilakukan secara serius dan
berkesinambungan.
Salah satu hasil reformasi di bidang keuangan negara yang berkaitan
dengan audit sektor publik adalah pemberlakuan paket tiga Undang-Undang
Keuangan Negara pada tahun 2003 dan 2004, Standar Akuntansi Pemerintahan
pada
2.1.1.1
untuk
dana
mengetahui
pertanggungjawaban
masyarakat
(public
money)
(akuntabilitas)
yang
bertujuan
atas
untuk
tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara. Undangundang ini merupakan pengganti ketentuan warisan Belanda, yaitu Indische
Comptabiliteitswet (ICW) dan Instructie en verdere bepalingen voor de Algemene
Rekenkamer (IAR), yang mengatur prosedur audit atas akuntabilitas pengelolaan
keuangan oleh pemerintah.
2.1.1.2
Ditinjau dari proses (metodologi) dan teknik audit, tidak ada perbedaan
mendasar antara audit sektor publik dan sektor privat. Namun demikian, karena
karakteristik manajemen sektor publik yang berkaitan erat dengan kebijakan dan
Uraian
Pelaksanaan audit
2.1.1.3
Disamping itu, hasil audit juga diperlukan oleh pihak eksternal (di luar entitas
yang diaudit) untuk mengevaluasi apakah:
1. Sektor publik mengelola sumber daya publik dan menggunakan
kewenangannya secara tepat dan sesuai dengan ketentuan dan peraturan,
2. Program yang dilaksanakan mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan,
dan
3. Pelayanan publik diselenggarakan secara efektif, efisien, ekonomis, etis,
dan berkeadilan.
Tujuan audit sektor publik dipertegas dalam UU No. 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Undang-undang ini menyatakan bahwa pemeriksaan berfungsi untuk mendukung
keberhasilan upaya pengelolaan keuangan negara secara tertib dan taat pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.1.1.4
Agar proses audit menjadi suatu bagian yang dapat dipahami, maka
diperlukan suatu definisi atas objek audit sektor publik. Audit sektor publik sangat
berkepentingan dengan aktivitas entitas yang dapat dipertanggungjawabkan. Hal
ini merupakan perhatian utama dari auditor sektor publik selama pelaksanaan
audit.
Objek audit lainnya adalah pengorganisasian entitas. Pengorganisasian di
sini meliputi dua aspek, yaitu hubungan eksternal dan hubungan internal yang ada
dalam organisasi. Dalam aspek hubungan eksternal, auditor harus familiar dengan
klien-klien organisasi. Auditor juga harus mengetahui aspek-aspek yang menjadi
keunikan organisasi. Pemahaman atas aspek hubungan ekternal ini dapat
memberikan kepada auditor data-data yang dapat dipertanggungjawabkan yang
disajikan dalam laporan keuangan.
Aspek hubungan internal suatu organisasi atau disebut sebagai struktur
organisasi juga menjadi perhatian utama auditor. Struktur organisasi adalah divisi
kerja dalam organisasi dan orang-orang yang melakukan pekerjaan dalam divisi
2.1.1.5
Berdasarkan UU No. 15 Tahun 2004 dan SPKN, terdapat tiga jenis audit
keuangan negara, yaitu:
a) Audit keuangan, merupakan audit atas laporan keuangan yang bertujuan
untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance),
apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia.
b) Audit kinerja, meliputi audit ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, pada
dasarnya merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan
prosedurnya. Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakantindakan dan kejadian-kejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja
entitas atau fungsi yang diaudit. Perbandingan antara audit kinerja dengan
audit keuangan adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2
Perbandingan Audit Keuangan dengan Audit Kinerja
Audit Keuangan
Objek audit: laporan keuangan
Audit Kinerja
Reformasi yang terjadi pada tahun 1998 membawa dampak yang cukup
penting dalam pengelolaan keuangan negara. Selama 10 tahun terakhir, tuntutan
masyarakat akan terciptanya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan
dana publik oleh pemerintah semakin meningkat. Mereka ingin mengetahui
apakah tujuan suatu program yang ditetapkan telah dilakukan dengan prinsip
ekonomi (kehematan), dengan cara efisien, dan dengan hasil yang efektif atau
yang lebih dikenal dengan istilah spend less, spend well, dan spend wisely.
Keinginan dan tuntutan masyarakat tersebut belum
sepenuhnya dapat
terpenuhi apabila hanya menggunakan hasil audit laporan keuangan yang memuat
opini terhadap neraca, perbandingan anggaran dan realisasi, arus kas, dan catatan
atas laporan keuangan. Masyarakat ingin mengetahui apakah penyelenggaraan
kegiatan oleh pemerintah, dengan menggunakan dana publik dapat memberikan
nilai tambah bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, diperlukan
perluasan tujuan dan jenis audit dari audit keuangan menuju audit kinerja.
2.1.2.1
efektivitas atas kinerja, program/ kegiatan yang telah dilakukan oleh pemerintah
sesuai dengan standar yang berlaku dimana hasilnya dikomunikasikan kepada
pihak pengguna laporan tersebut. Pengguna laporan yang dimaksud adalah
masyarakat yang diwakilkan oleh lembaga perwakilan pemerintah yaitu DPR/
DPRD.
2.1.2.2
Karakteristik audit kinerja adalah sesuatu yang hanya dimiliki oleh audit
kinerja, yang membedakan audit kinerja dengan jenis audit lainnya. Menurut
Profesor Soemardjo Tjitrosidojo (1980) yang dikutip oleh I Gusti Agung Rai
terdapat beberapa karakteristik dari audit kinerja, adalah sebagai berikut:
a.
(2008:45)
Karakteristik di atas sangat relevan dengan konsep audit kinerja sebagai
audit for management, bukan audit to management. Dalam audit for management
auditor harus memberikan rekomendasi perbaikan bagi manajemen sebagai upaya
peningkatan akuntabilitas dan kinerja entitas yang diaudit.
2.1.2.3
Ekonomi
3E
Audit
Manajemen
Efisiensi
Audit Kinerja/
Efektivitas
Gambar 2.1
Karakteristik Audit Kinerja
yang
optimal
dengan
sumber
daya
yang
dimilikinya,
auditor
dapat
Audit Efektivitas
Efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan. Audit efektivitas (audit
program) bertujuan untuk:
Tingkat pencapaian hasil atau manfaat yang diinginkan.
2.1.2.4
Peningkatan Kinerja
Audit kinerja dapat meningkatkan kinerja suatu entitas yang diaudit
peluang
atau
kemungkinan
untuk
mengatasi
2)
(public
intermediary)
yang
berkepentingan
untuk
meminta
Masyarakat (publik)
Fungsi
Atestasi
IV
Audit Sektor
Publik
Fungsi Auditing
Fungsi Auditing
DPR/ DPRD
Pihak I: Auditee
Gambar 2.2
Peran Auditing dalam Proses Akuntabilitas Publik
2.1.2.5
Standar Umum
a. Pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang
pemeriksaan,
pemeriksa
wajib
menggunakan
kemahiran
organisasi
pemeriksa
yang
melaksanakan
pemeriksaan
harus
mempersiapkan
dan
memelihara
dokumen
pemeriksa
yang
berpengalaman,
tetapi
tidak
harus
membuat
laporan
hasil
pemeriksaan
untuk
2.1.2.6
Siklus audit kinerja oleh tingkat tim dapat dilihat pada gambar 3.3
Perencanaan atau
Survei
Pendahuluan
Memahami
Mengidentifikasi Area
Menentukan Tujuan dan
Menetapkan Kriteria
Mengidentifikasi Jenis dan Sumber
Menyusun Laporan Survei
Perlu
Dilakukan Pengujian
Terinci?
Menyusun Program Pengujian
Pelaksanaan
Pelaporan
Mengumpulkan dan
Tidak
Audit
Tindak Lanjut
Audit
Gambar 2.3
Visualisasi Siklus Audit Kinerja oleh Tim Audit
yang bersifat umum mengenai semua bidang dan aspek dari entitas yang diaudit
tercapai,
dan
mengidentifikasi
kemungkinan-kemungkinan
untuk
mengetahui
kegiatan
yang
dilaksanakan
auditor
selama
yang
memiliki
hak
dan
kewenangan
untuk
meminta
pertanggungjawaban tersebut.
Kewajiban pemerintah dimaksud terutama berkaitan dengan aktivitas
birokrasi dalam memberikan pelayanan sebagai kontraprestasi atas hak-haknya
yang telah dipungut langsung maupun tidak langsung dari masyarakat. Oleh
sebab itu perlu pertanggungjawaban melalui media yang disusun berdasarkan
standar eksplisit selanjutnya dikomunikasikan kepada pihak internal dan
2.1.3.2
Akuntabilitas
vertikal
(vertical
accountability)
adalah
Akuntabilitas
horisontal
(horizontal
accountability)
adalah
amanat
yang
telah
diterima
dan
dilaksanakan
ataupun
2.1.3.3
(1)
sedangkan
akuntabilitas
kejujuran
berkaitan
dengan
Akuntabilitas manajerial
Akuntabilitas manajerial adalah pertanggungjawaban lembaga publik
untuk melakukan pengelolaan organisasi secara efisien dan efektif.
Akuntabilitas manajerial juga dapat diartikan sebagai akuntabilitas kinerja
(performance accountability) dan berkaitan pula dengan akuntabilitas
proses (process accountability).
(3)
Akuntabilitas program
Akuntabilitas program berkaitan dengan pertimbangan apakah tujuan yang
ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah organisasi telah
mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil yang
optimal dengan biaya yang minimal. Lembaga-lembaga publik harus
mempertanggungjawabkan program yang telah dibuat sampai pada
pelaksanaan program.
Akuntabilitas kebijakan
Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban lembaga
publik atas kebijakan-kebijakan yang diambil. Dalam membuat kebijakan
harus dipertimbangkan apa tujuan kebijakan tersebut, mengapa kebijakan
itu diambil, siapa sasarannya, pemangku kepentingan (stakeholder) mana
yang akan terpengaruh dan memperoleh manfaat dan dampak (negatif)
atas kebijakan tersebut.
(5)
Akuntabilitas finansial
Akuntabilitas finansial adalah pertanggungjawaban lembaga-lembaga
publik untuk menggunakan uang publik (public money) secara ekonomi,
efisien, dan efektif, tidak ada pemborosan dan kebocoran dana serta
korupsi. Akuntabilitas finansial mengharuskan lembaga-lembaga publik
untuk membuat laporan keuangan untuk menggambarkan kinerja finansial
organisasi kepada pihak luar.
2.1.4
Nama
Shinta Arsa Dewi
Tahun
Judul
Persamaan
Perbedaan
Variabel
Xdan VariabelY
Indikator
Variabel Y
-
Instansi
Identifikasi
Masalah
Indikator
Variabel X
Metode
Penelitian:
Survei
- Jenis Data:
Primer dan
Sekunder
- Teknik
Sampling
Audit Kinerja
(X)
Akuntabilitas Publik
(Y)
Gambar 2.4
Bagan Kerangka Pikir