Perlindungan Konsumen Dalam Lingkup Teknologi Informasi
Perlindungan Konsumen Dalam Lingkup Teknologi Informasi
PERLINDUNGAN KONSUMEN
DALAM LINGKUP TEKNOLOGI INFORMASI
Nama Kelompok:
1. Dedeh Juniarsih
(0517032023)
2. Astri Santi
(0617032005)
3. Mayang Wulandari
(0617032015)
4. Restu Yuniarti
(0617032083)
5. Valentina Ambarwati
(0617032105)
ABSTRAK
A. LATAR BELAKANG
Teknologi informasi menjadi kebutuhan yang mendasar bagi kita pada saat ini baik
dalam lingkup social, politik, ekonomi, pendidikan dan budaya.
Dalam ligkup sosial, penggunaan telepon sebagai media komunikasi sangat
membantu manusia untuk dapat berkomunikasi antar individu, ataupun antar
kelompok (teleconference). Tidak hanya telepon, media komunikasi lainnya baik
yang dapat memberi fasilitas komunikasi secara dua arah ataupun satu arah dapat
pula memberi kemudahan-kemudahan bagi para penggunanya.
Sedangkan dalam lingkup politik, e-government sangat membantu dalam penyebaran
informasi di suatu pemerintahan. Teknologi informasi juga sangat membantu dalam
lingkup ekonomi saat ini, sebagai contohnya yakni seperti e-commerce, e-bussiness,
dan e-banking yang memungkinkan berbagai kalangan di berbagai belahan dunia
dapat saling melakukan aktivitas ekonomi dalam waktu yang singkat tanpa harus
bertemu secara langsung dan melakukan perjalanan yang jauh.
Pada bidang pendidikan, e-learning dan internet tentulah sangat membantu dalam
proses belajar mengajar. Hal ini disebabkan karena dengan adanya e-learning, proses
belajar mengajar tidak lagi harus dilakukan dalam sebuah ruangan yang terdiri dari
pengajar dan siswanya; akan tetapi siswa dapat berada dimanapun, kapanpun dan ia
akan tetap mendapat informasi sesuai dengan yang dibutuhkan. Dengan adanya
sarana internet, para siswa dapat dengan mudah mencari bahan pelajaran dan kini
tidak lagi hanya berpatokan pada buku yang ada diperpustakaan namun sudah mulai
berkembang pada buku-buku yang ada di dunia.
Selain itu, teknologi informasi juga sangat mempengaruhi budaya masyarakat saat
ini. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya siswa yang dengan mudah mengenal
2
adanya budaya yang terdapat dalam dunia ini serta dapat dengan mudah menerima
adanya perbedaan budaya asing tersebut.
Konsumen dalam lingkup Teknologi Informasi dari berbagai segi seperti yang telah
disebutkan di atas memerlukan perlindungan hukum. Sebab seringkali terjadi hal-hal
yang merugikan bagi konsumen dan parahnya, konsumen tersebut tidak mengetahui
kepada siapa ia dapat meminta pertanggungjawban atas kerugian yang dideritanya.
Oleh karena itu, diperlukan adanya jaminan dari produsen yakni misalnya garansi
produk, dan jaminan dari pemerintah yakni berupa undang-undang yang dapat
memberikan kedudukan yang lebih kuat bagi konsumen.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini, akan kami bahas mengenai perlindungan hukum terhadap
konsumen dalam dunia teknologi informasi dari segi ekonomi, yakni hal-hal yang
mencakup:
1.
2.
3.
C. PEMBAHASAN
Keseimbangan.
Perlindungan
konsumen
diharapkan
dapat
1. ELECTRONIC COMMERCE
Pendahuluan
Keuntungan dari e-commerce adalah karena seorang pembeli tidak perlu
bepergian keluar rumah sehingga dapat menghemat penggunaan Bahan Bakar
6
Minyak atau BBM dari kendaraan bermotor yang biasa digunakan untuk
transportasi, hal ini juga bisa mengurangi polusi udara dan pemanasan global
(global warming) tentunya.
Keuntungan lain dari e-commerce bagi seorang konsumen antara lain lebih efisien
waktu karena dengan browsing pada suatu situs e-commerce dan kemudian
mengetikkan barang yang dicari lebih cepat daripada harus mengelilingi suatu
toko atau mall. Selain itu, proses pembayarannya juga instan yaitu bisa dengan
kartu kredit bisa juga dengan transfer ATM, dan e-banking, serta e-payment
seperti e-gold, paypal, stormpay, moneybooker, dan lain sebagainya.
Permaasalahan
Dalam lingkup telematika, khususnya dalam hubungan komunikasi elektronik
global, maka semua pihak yang menggunakan sistem teknologi tersebut
sebenarnya dapat dikatakan adalah konsumen dari sistem elektronik itu sendiri.
Selama ini, masyarakat mengira dalam e-commerce ini hanya melihat konsumen
yang membeli produk dari si pedagang lah yang merupakan konsumen dari suatu
sistem e-commerce. Namun, sebenarnya pedagang pun juga merupakan
konsumen dari sistem teknologi informasi itu sendiri.
Jadi, sebenarnya dalam sistem e-commerce ini yang sepatutnya bertanggung
jawab adalah dari pihak developer / pengembang/ penyelenggara sistem
elektronik yang bersifat mutlak yakni, sepanjang sistem e-commerce tersebut
diyakini dapat berjalan sebagaimana mestinya, maka barulah tangung jawab
beralih ke pihak yang menggunakan.
Dalam E-Commerce, masalah perlindungan konsumen merupakan aspek yang
cukup penting untuk diperhatikan, karena beberapa karakteristik khas ECommerce akan menempatkan pihak konsumen pada posisi yang lemah atau
bahkan dirugikan sebab:
Contoh Kasus
(Sumber: Edmon Makarin, S.H., S.kom, Kompilasi Hukum Telematika)
Gugatan besar pertama yang dihadapi Federal Trade Commission (FTC) dalam
kasus hukum melalui internet adalah kasus the pyramid investment scheme dalam
FTC v. Fortuna Alliance, May 23, 1996. Skema yang ditawarkan Fortuna Alliance
dalam situasinya adalah bahwa setiap investasi sebesar US$ 250, maka konsumen
akan mendapatkan US$5000 per bulan. Pengembalian ini mengakibatkan sekitar
25.000 konsumen merasa tertipu karena tidak sesuai dengan janji yang
ditawarkan.
Di Indonesia dengan skema yang sedikit menyerupai kasus tersebut terdapat
skema arisan berantai yang ditawarkan melalui e-mail, dan terlebih dulu disertai
kisah sukses pihak yang telah mendapatkan dana besar dengan mengikuti
kegiatan ini. Biasanya pihak yang dikirimi e-mail diharuskan menyetorkan
sejumlah uang pada rekening orang yang telah tercantum dalam e-mail, kemudian
dia harus melanjutkan e-mail tersebut ke sejumlah e-mail dengan perintah yang
sama.
Kasus lain juga terjadi di New York berkaitan dengan tidak diantarnya barang
yang telah dipesan oleh konsumen. Penipuan terhadap konsumen melalui iklan
produk yang bertentangan secara hukum juga menimbulkan kerugian yang tidak
sedikit karena melibatkan konsumen di beberapa Negara.
Sehubungan dengan hal itu, Norberth Reich pernah merumuskan bahwa masalah
yang sering dihadapi konsumen adalah meliputi sikap pelaku usaha yang
bertindak curang pada saat perjanjian jual beli dilakukan, seperti ketidakjelasan isi
dari kontrak standar, produk cacat, dan ketidakpuansan atas jasa yang
ditawarkan., iklan yang menyesatkan, serta permasalahan layanan purna
jual.
Jadi, secara umum, permasalahan yang dapat timbul mengenai hak-hak konsumen
adalah:
Solusi
Dalam kaitan ini, perlindungan konsumen harus dilakukan dengan ditegakkannya
hukum di Indonesia khususnya yang berhubungan dengan sistem elektronik.
Selain itu, pendekatan internasional melalui harmonisasi hukum dan kerjasama
institusi-institusi penegak hukum juga perlu dilakukan agar proses hukum dapat
berjalan dengan lebih mudah walaupun prosesnya dilakukan secara lintas batas
Negara.
Sedangkan dari pihak Pelaku usaha, yakni dalam berbagai transaksi tidak
semestinya menjual produk yang rusak, cacat atau bekas ataupun yang telah
10
dimodifikasi dengan tujuan memperolah keuntungan yang lebih. Dan juga, pelaku
usaha tidak semestinya mengirimkan barang yang tidak sesuai dengan iklan
ataupun promosinya. Apabila hal ini terjadi maka semestinya pemerintah dan
aparat penegak hukum bertindak lebih tegas, cepat dan tepat sebab pelaku usaha
dalam electronic commerce ini lebih sulit di temukan sehubungan dengan tidak
adanya alamat fisik suatu pelaku usaha dalam e-commerce. Adapun cara agar
alamat fisik suatu pelaku usaha tersebut dapat diketahui dengan mudah adalah
dengan cara : pengisian formulir (dengan elektronik) saat mereka ingin membuka
usaha di dunia global ini, setelah itu, sebaiknya sistem dapat memberikan validasi
mengenai alamat fisik tersebut dengan mengidentifikasi alamat ip-nya, apakah
dalam kenyataanya alamat tersebut ada ataukah hanya mereka rekayasa.
Berhubungan dengan keamanan privasi nomor kartu kredit atau pun kartu debet
dan yang tidak kalah pentingnya dalam mengurangi tindak kejahatan yang
mungkin terjadi adalah dari teknologi sistem elektronik itu sendiri. Sebaiknya
provider / pembangun sistem elektronik dapat semakin mengurangi celah-celah
penyusup yang berniat jahat. Apabila pada berbagai website yang menyediakan
fasilitas e-commerce telah semakin menyempitkan celah-celah tersebut, dan
tindak kejahatan e-commerce telah menurun secara signifikan, tentu saja
konsumen yang modern dan intelek akan lebih memilih e-commerce untuk
melakukan transaksi jual beli mereka.
Perlindungan konsumen
Dalam pasal 45 UUPK dikatakan bahwa penyelesaian sengketa dapat ditempuh
melalui pengadilan atau di luar pengadilan berdasarkan pilihan pihak-pihak yang
bersengketa.
11
Tidak disediakannya fasilitas purna jual, baik dalam bentuk suku cadang
maupun pemeliharaan produk serta pemberian garansi.
Pasal 8, 9, 10, 13 ayat (2), 15, 17 ayat (1) huruf a,b, dan c, 17 ayat (2) dan
pasal 18 UUPK, pelanggaran terhadap pasal-pasal tersebut dikenakan
sanksi pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak
Rp 2.000.000.000 (dua milyar rupiah)
-
4. E-GOVERNMENT
PeranTI Dalam Good Government berkaitan dengan peran teknologi informasi
dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good government)
sebagian besar departemen/ institusi tampaknya akan memerlukan waktu untuk
mempersiapkan diri. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pemanfaatan teknologi
informasi di sebagian besar departemen seperti:Dalam konteks penyelenggaraan
pemerintahan yang lebih baik, teknologi informasi masih dianggap sebagai alat
pengotomasi proses yang diharapkan dapat mengurangi proses yang dilakukan
secara manual dibanding sebagai alat yang dapat mengurangi birokrasi.
15
seperti
publik
atau
instansi
lain.
pemanfaatan
teknologi
informasi,
concern
sebagian
besar
yang
menekankan
bahwa
keberlakuan
hukum
ditentukan
17
hacking
dan
cracking.Untuk
selanjutnya
setelah
RUU
ITE
18
DAFTAR PUSTAKA
Makarim, Edmon. 2004. Kompilasi Hukum Telematika. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Miru, Ahmadi & Sutarman Yodo. 2007. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
19