Anda di halaman 1dari 41

TRANSFORMATOR IDEAL

Kelompok 5:
1.

Anang Permana

2.

Argianka Satrio Putra

3.

Diah Monica Anggraeni

4.

Arsyad Sila Rahmana

5.

Frans May Daniel Sinaga

6.

Nofita Sari Br Ginting

7.

Adhitya Fauzan Hidayat

8.

Alip Mahmud

9.

Indra Alfianto

10.

Alif Prasetyo

11.

Afan Risena

12.

Seno Yudho P Ritonga

13.

Ariangga Bagas W

9.0 PENDAHULUAN
Transformator adalah salah satu perangkat
listrik yang berguna. Transformator dapat
menaikkan atau menurunkan tegangan atau
arus
dalam
sebuah
rangkaian,
dapat
mengisolasi sirkuit dari satu sama lain, dan
dapat meningkatkan atau menurunkan nilai
nyata dari kapasitor, induktor, atau resistor.
Selanjutnya, transformator memungkinkan kita
untuk mengirimkan energi listrik lebih besar
menjauhkan dan mendistribusikannya dengan
aman di pabrik-pabrik dan rumah.
Ariangga Bagas W /
21060113120006

Trafo dikatakan ideal jika tidak ada energi yang hilang menjadi
kalor, yaitu ketika jumlah energi yang masuk pada kumparan
primer sama dengan jumlah energi yang keluar pada
kumparan sekunder. Hubungan antara tegangan dengan kuat
arus pada kumparan primer dan sekunder dirumuskan :

Kita akan mempelajari beberapa sifat dasar dari transformator


dalam bab ini, dan bukan hanya itu, kita juga mempelajari
prinsip operasi dasar motor induksi, alternator, dan motor
sinkron. Semua perangkat ini didasarkan pada hukum induksi
elektromagnetik.
Ariangga Bagas W /
21060113120006

9.1 TEGANGAN INDUKSI PADA KUMPARAN


Gambar 9.1, kumparan mengelilingi
(atau
terhubung)
flux.
Flux
()
mengganti sinusoidal pada frekuensi f,
secara periodik mencapai puncak positif
dan negatif max.
Flux tersebut
menginduksi sinusoidal tegangan AC di
kumparan, yang nilai efektifnya bisa
dituliskan sebagai berikut:

Dimana:
E : tegangan efektif yang diinduksi (V)
f : frekuensi flux (Hz)
N : jumlah putaran dalam kumparan
max : nilai puncak flux (Wb)
4,44 : konstanta (dari 22 )

Nofita Sari Br Ginting /


21060113120085

Rumus tersebut berasal dari hukum Faraday


dimana
merupakan laju perubahan flux dan e,
tegangan induksi sesaat.
Kemudian pada gambar 9.1b, ketika flux meningkat
seiring waktu, laju perubahan
lebih besar
dari nol dan tegangan bernilai positif. Sebaliknya,
ketika flux berkurang seiring waktu, maka
kurang dari nol, dan tegangan menjadi negatif. Dan
pada saat flux tidak meningkat maupun berkurang,
maka tegangannya adalah nol.

Nofita Sari Br Ginting /


21060113120085

9.2 TEGANGAN TERAPAN (EG) DAN


TEGANGAN INDUKSI (E)

Dengan melihat gambar diatas terlihat bahwa kumparan


N terhubung melintasi sumber tegangan AC, maka
Kumparan mempunyai reaktansi (Xm), sedangkan
resistansi dari kumparan dapat diabaikan
Sehingga arusnya Im = Eg/ Xm
Im (arus magnetisasi) lagging 90 0 dari Eg
Induksi tegangan E harus sama sumber tegangan
Arsyad Sila Rahmana/
21060113140134

Sumber AC fluks sinusoidal harus ada untuk


menghasilkan tegangan induksi pada N dari kumparan
max bervariasi sebanding dengan Eg
Penempatan inti besi dalam kumparan tidak akan
mengubah fluks

Arus Magnetisasi Im pada fluks AC


saat ini adalah 90 dan lagging dengan tegangan
Jika dengan suatu inti besi arus ini diperlukan untuk
mendorong fluks AC
Arsyad Sila Rahmana/
21060113140134

CONTOH SOAL:

Arsyad Sila Rahmana/


21060113140134

9.3 ELEMENTARY TRANSFORMATOR

Dengan mempertimbangkan kumparan hampa udara maka:


Kumparan tereksitasi dengan arus dari sumber AC (Eg)
Sehingga terdapat arus magnetisasi (Im) dan Menghasilkan total
fluks
Sebuah kumparan kedua terletak dekat dengan kumparan pertama
m1 (mutual fluks) saling terhubung antara kumparan satu dan
kedua, keduanya terkopel sehingga E2 diinduksi.
Fluks menghubungkan hanya kumparan pertama disebut fluks
leakage (f1), jika fluks ini berjauhan maka nilai m1 akan kecil dan
akan mempengaruhi nilai dari total fluks .
Afan Risena/
21060113120068

Untuk meningkatkan kopling pada fluks


sehingga nilai E2 menjadi lebih besar maka
letakan kedua fluks berdekatan.
Kumparan pertama yang dekat dengan
sumber disebut kumparan primer
Kumparan
kedua yang dekat dengan
beban disebut kumparan sekunder
Kombinasi dari keduanya disebut dengan
transformator

Afan Risena/
21060113120068

9.4 POLARITAS TRANSFORMATOR

f1 dan m1 dihasilkan oleh Im (arus magnetisasi),


akibatnya fluks tersebut sefasa.
Kedua fluks ini akan mencapai nilai puncak pada
saat yang sama. Sehingga E2 akan mencapai nilai
puncaknya pada saat yang sama dengan E g.

Afan Risena/
21060113120068

Misalkan pada saat keadaan puncak , terminal primer 1


positif terhadap terminal primer 2 dan terminal sekunder
3 positif terhadap terminal sekunder 4. Terminal 1 dan 3
dikatakan memiliki polaritas yang sama, yang ditunjukkan
dengan menempatkan sebuah titik disamping terminal
sekunder 3. Titik ini disebut tanda polaritas/polarity mark.
Tanda polaritas ini juga dapat ditempatkan disamping
terminal 2 dan 4
Afan Risena/
21060113120068

9.5 TANDA POLARITAS TRAFO


Sebuah trafo biasanya terletak di dalam wadah
logam sehingga dapat diakses melalui terminal
primer dan sekunder dengan tanda polaritas
tiap sisi. Tetapi jika penanda polaritas trafo
tidak terlihat, berikut merupakan aturan dalam
menerapkan tanda polaritas pada trafo

Argianka S Putra /

Arus yang memasuki


terminal dengan tanda
positif,
menghasilkan
mmf dan flux pada sisi
positif. Sebaliknya, arus
yang keluar dari terimnal
dengan tanda negatif
menghasilkan mmf dan
flux pada sisi negatif.
Sehingga,
arus
yang
masuk dan keluar dari
sisi terminal bertanda
polaritas pada trafo dan
memiliki arah gaya yang
saling berlawanan

Argianka S Putra /

Jika pada salah satu


terminal yang sudah
ditandai polaritas
berubah menjadi
positif, maka
terminal lainnya juga
menjadi positif. Teori
ini membantu kita
untuk mengetahui
tegangan fasa pada
sisi sekunder trafo
dengan mengetahui
tegangan fasa pada
sisi primer

Argianka S Putra /

9.6 TRAFO IDEAL SAAT TIDAK DIBEBANI


Jika trafo ideal tidak
dibebani, maka antara
lilitan primer dan
sekunder akan
terhubung oleh fluks
yang sama.

Phasor hubungan saat trafo


ideal tidak dibebani
Anang Permana/

Anang Permana/

CONTOH SOAL

Sebuah trafo ideal memiliki 90 lilitan


di sisi primer, dan 2250 lilitan di sisi
sekunder.
Terhubung dengan tegangan 120 V,
dan frekeuensi 60 Hz.
Berapa Tegangan efektif di sisi
sekunder ?
Berapa Tegangan maksimum di sisi
sekunder ?
Anang Permana/

JAWAB

Vef
Vmax Vef.
Vmax 3000.
Vmax 4242 V

Anang Permana/

9.7 PERBANDINGAN ARUS TRANSFORMASI


IDEAL BEBAN KECIL

Besarnya

arus I2 dapat dinyatakan dengan :

Alip Mahmud /
21060113120037

I
T
E
K
H

A
P
A

H
A
K

S
E
B

D
A
K

R
E
IB

N
A
IK

IL
A
C
B
U KE
R
E AN
B
2
B
E
E
B
AR

?
?
Alip Mahmud /
21060113120037

TERDAPAT DUA PENJELASAN


PERTANYAAN TERSEBUT

1.

MENGENAI

Pada transformer ideal, lilitan primer (N1)


dan lilitan skunder (N2) dihubungkan
dengan Mutual Flux (m) dan tidak ada
flux lain yang mempengaruhinya. Dengan
kata lain sebuah transformer ideal tidak
memiliki flux bocor (leakage flux).
Oleh karenanya perbandingan tegangan
pada transformer pada saat diberikan
beban
(under
load)
sama
dengan
tegangan pada saat tidak diberikan
beban.
Alip Mahmud /
21060113120037

2. Jika supply tegangan (Eg) memiliki besaran


yang tetap, kemudian tegangan induksi pada
lilitan primer (E1) juga bernilai tetap. Maka nilai
Mutual Flux (m) juga akan tetap, begitu pula
halnya dengan lilitan sekunder (E2) juga akan
bernilai sama dengan supply tegangan (Eg)
dan lilitan primer (E1) karena pengaruh dari
Mutual Flux (m) antara kedua lilitan.
Jadi nilai tegangan lilitan sekunder (E2) akan
bernilai tetap baik diberi atau tidak diberikan
tegangan.

Alip Mahmud /
21060113120037

MAGNETOMOTIVE FORCE

Gaya magnetomotive dihasilkan oleh lilitan primer dan


sekunder. Pertama arus I2 mengahasilkan MMF berupa N2I2.
Apabila MMF yang dihasilkan oleh I2 bereaksi makan akan
menyebabkan perubahan yang besar pada Mutual Flux (m).
Tetapi kita hanya melihat bahwa Mutual Flux (m) tidak
berubah pada beban kecil. Kita dapat berkesimpulan bahwa
Mutual Flux (m) hanya dapat bernilai konstan jika bagian
primer menghasilkan MMF yang dapat mengimbangi MMF
dari N2I2 secara seketika. Jadi arus primr I1 akan mengalir

Untuk mendapatkan hal tersebut penambahan serta


pengurangan arus I1 dan I2 harus dalam waktu yang sama
Alip Mahmud /
21060113120037

Berdasarkan penjelasan penjelasan diatas


maka kita dapat menggambarkan diagram phasor
dari sebuah trransformer dengan beban kecil.
Diasumsikan sebuah beban resistive inductive,
arus I2 bersifat laging terhadap E2 dengan besar
sudut . Mutual Flux (m) bersifat laging terhadap
Eg, tetapi tidak terdapat arus megnetik Im yang
dihasilkan karena tranformer yang dibahas adalah
transformer ideal. Dan akhirnya arus primer dan
skunder berada pada satu phase. Maka didapat

Alip Mahmud /
21060113120037

CONTOH PERHITUNGAN TRAFO


IDEAL
1.

Trafo ideal dengan 90 lilitan pada sisi


primer dan 2250 lilitan pada sisi sekunder
yang terhubunga dengan sumber 200 V, 50
Hz. Beban pada sisi sekunder dengan arus
2A dan power factor 80% lagging.
a. Berapa nilai efektif arus primer?
b. Berapa nilai arus instantaneous pada sisi
primer saat nilai arus pada sisi
sekundernya 100mA?
c. Berapa nilai flux puncak akibat putaran
pada sisi sekunder?
d. Gambar diagram fasornya!
Adhitya Fauzan Hidayat /
21060113120062

a.

Rasio putaran :
Rasio arus 25 dan karena sisi primer memiliki
lilitan lebih rendah. Arus primernya 25x lebih
tinggi dari arus sekunder. Sehingga :

Dengan alasan diatas maka dapat kita hitung


nilai arusnya dengan rumus perbandingan
yaitu :

Adhitya Fauzan Hidayat /


21060113120062

b.

Dengan nilai arus instaneous pada sisi primer


selalu 25x dari sisi sekunder. Sehingga saat I2 =
100 mA. nilai I1 =

c.

Pada trafo ideal, ikatan flux sekunder sama


dengan ikatan flux sisi primer. Nilai puncak flux
pada sisi sekunder adalah

Adhitya Fauzan Hidayat /


21060113120062

d.

Untuk menggambar diagram fasornya. Tegangan sekundernya


adalah

E2 terdapat pada fasa yang sama dengan E1 yang diketahui dari


lambang polaritasnya. Untuk alasan yang sama I1 satu fasa
dengan I2. Sudut fasa antara E2 dan I2 adalah

Sudut fasa antara E1 dan I1 juga 36,9. Flux bersama (lagging)


adalah 90o.

Adhitya Fauzan Hidayat /


21060113120062

9.8 SIMBOL CIRCUIT TRAFO


IDEAL

Seno Yudho P Ritonga /


21060111120015

kita asumsikan , maka :


Jika

dan

Seno Yudho P Ritonga /


21060111120015

9.9 RASIO IMPEDANSI


Walaupun pada umumnya trafo digunakan untuk
merubah tegangan dan arus, trafo juga memiliki
kemampuan untuk merubah impedansi. Seperti
pada gambar berikut :

Gambar 9.12 (a) Perubahan impedansi dengan trafo


(b) Impedansi dari sumber
Seno Yudho P Ritonga /
21060111120015


Selama

sumber terhubung, impedansi diantara sisi primer


dinyatakan sebagai :

Di lain sisi yaitu sisi sekunder, impedansi Z dinyatakan


sebagai :

Hubungan keduanya adalah :

Maka,
Seno Yudho P Ritonga /
21060111120015


Contoh
: Sebuah trafo dengan rasio 1:5,
memiliki resistor 1000 pada sisi sekunder.
Maka resistansi pada sisi primernya adalah :

Seno Yudho P Ritonga /


21060111120015

9.10 PERGESERAN IMPEDANSI DARI BELITAN


SEKUNDER KE PRIMER DAN SEBALIKNYA

Dalam penggeseran impedansi pada rangkaian diatas,


konfigurasi rangkaian tetap sama, hanya saja nilai dari
tiap Z yang digeser di kalikan dengan a2.

LANGKAH-LANGKAH MENGGESER IMPEDANSI


PADA SUATU RANGKAIAN

Jika semua impedansi


digeser
pada
sisi
belitan
primer,
transformasi
ideal
nantinya
akan
berakhir di sisi kanan
rangkaian,
pada
kasus
ini
bagian
sekunder
dari
transformator adalah
open circuit. Maka
arus yang ada pada
sisi sekunder adalah
sama dengan 0.

Terdapat perbedaan pada rangkaian sebelum impedansinya di


geser dan sesudah di geser, yaitu adanya pengali dengan
simbol a.
Dapat kita perhatikan bahwa tegangan pada sisi sekunder
menjadi aE ketika komponen (Impedansi) di geser ke sisi
primer. Sama halnya dengan tegangan, arus I pada tiap
komponen di sisi sekunder menjadi I/a ketika komponen
bergeser pada sisi primer.

Pada umumnya, ketika sebuah impedansi di pindah pada sisi


dimana tegangan transformator lebih tinggi , tegangan pada
impedansi yang di geser juga akan lebih tinggi, begitu pula
sebaliknya.

Contoh soal dan penyelesaiannya.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai