Anda di halaman 1dari 40

BABI

TRANSFORMATOR

1.1 PENDAHULUAN

Transformator adalah suatu mesin listrik yang dapat memindahkan dan


mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain
melalui suatu gandengan magnet. Transformator digunakan secara luas, baik dalam
bidang tenaga listrik maupun elektronika. Penggunaan transformator dalam sistem
tenaga memungkinkan terpilihnya tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap-tiap
keperluan. Dalam bidang elektronika, transformator digunakan antara lain sebagai
gandengan impedansi antara sumber dan beban, untuk memisahkan satu rangkaian
dengan rangkaian yang lain, dan untuk menghambat arus searah sambil tetap
mengalirkan arus bolak-balik antara rangkaian.

1.2 PRINSIP KERJA TRANSFORMATOR

. Transformator bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnet. Pada


umumnya transformator terdiri dari dua kumparan yang terpasang pada satu inti. Daya
listrik dalam bentuk arus bolak-balik diambil dari kumparan primer dan disalurkan
dalam bentuk fluks magnetik melalui inti. Didalam inti, fluks magnetik yang selalu
berubah arah maupun besarannya ini akan menginduksi kumparan sekunder untuk
menghasilkan tegangan induksi. Jika pada sisi sekunder terpasang komponen beban,
maka arus sekunder akan mengalir. Dengan demikian energi listrik ditransformasikan dari
kumparan primer ke kumparan sekunder melalui inti magnetik.
1.3 JENIS INTI TRANSFORMATOR

Kerja transformator yang berdasarkan induksi elektromagnet menghendaki


adanya gandengan magnet antara rangkaian primer dan sekunder. Gandengan
magnet ini berupa inti besi tempat melakukan fluks bersama. Ada 2 macam inti
transformator yang biasa digunakan, yaitu tipe inti lembaran ( core type ) dan tipe
cangkang ( shell type ).
Inti transformator yang ideal harus memiliki sifat mampu hantar magnet yang
baik. Tetapi sebaliknya inti tersebut harus memiliki sifat mampu hantar listrik yang
buruk. Berdasarkan kedua sifat tersebut jenis bahan yang digunakan untuk inti adalah
pelat besi atau ferit.

1.4 TRANSFORMATOR IDEAL

1.4.1 PRINSIP KERJA


Sebuah transformator ideal adalah sebuah peralatan yang memiliki belitan
masukan dan belitan keluaran yang bebas rugi-rugi. Transformator ideal mempunyai NP
lilitan primer dan Ns lilitan sekunder.

dimana a didefinisikan sebagai perbandingan lililan transformator.

Hubungan antara arus ip(t) yang mengalir ke bagian primer dan arus is(t) yang
mengalir ke bagian sekunder adalah :
Dalam besaran fasor, persamaan diatas menjadi :

Perhatikan bahwa sudut fasa V P sama seperti sudut fasa V s dan sudut fasa Ip sama
seperti sudut fasa I s. Perbandingan lilitan transformator ideal mempengaruhi besar tegangan
dan arus tetapi tidak pada sudut-sudut fasanya.

1.4.2 DAYA DALAM TRANSFORMATOR IDEAL

Suplai daya ke rangkaian primer diberikan oleh persamaan :

dimana OP adalah sudut antara tegangan primer dan arus primer. Daya rangkaian
sekunder yang diberikan ke beban adalah :

dimana Os adalah sudut antara tegangan sekunder dan arus sekunder. Karena sudut sudut
tegangan dan arus tidak dipengaruhi oleh suatu transformator ideal, maka θ P = θs = θ. Belitan
primer dan belitan sekunder mempunyai faktor daya yang sama. Dengan menggunakan
persamaan-persamaan diatas kita bisa mendapatkan hubngan antara daya masukan dan
daya keluaran sebagai berikut
Maka :

Dengan demikian pada transformator ideal, daya keluaran sama dengan daya masukan.
Hubungan yang sama dapat digunakan untuk daya reaktif ( Q ) dan daya sebenarnya ( S ).

1.4.3 PEMINDAHAN IMPEDANSI MELALUI TRANSFORMATOR IDEAL

Impedansi suatu peralatan atau elemen dapat didefinisikan sebagai perbandingan


tegangan fasor dengan arus fasor yang melalui elemen tersebut.
VL
ZL =
IL

Salah satu sifat penting dari transformator adalah karena dia bisa mengubah level tegangan
dan arus sekaligus mengubah impedansinya. Jika Is adalah arus sekunder dan Vs adalah
tegangan sekunder, maka besarnya impedansi beban adalah :

Vs
ZL =
Is

Impedansi rangkaian primer dari transformator adalah :

Vp
ZL =
Ip
Karena tegangan primer dapat dinyatakan dengan :

dan arus primer dapat dinyatakan dengan :

Dengan demikian impedansi primer dapat dinyatakan sebagai

Kesimpulan dari perhitungan diatas adalah, bahwa penggunaan sebuah transformator


memungkinkan untuk menyesuaikan besar impedansi suatu beban terhadap impedansi
sumber dengan cara mengatur perbandingan lilitannya.
1.5 TRANSFORMATOR REAL

1.5.1 PRINSIP KERJA

Rangkaian transformator real adalah sebuah transformator yang terdiri dari belitan
primer yang dihubungkan ke sumber AC dan belitan sekunder yang terbuka. Kurva histeresis
transformator ditunjukkan pada gambar 1.4.

Prinsip kerja transformator real dapat diturunkan dari Hukum Faraday tentang induksi
elektromagnetik

λ adalah fluks gabungan yang terjadi pada saat tegangan diinduksikan ke dalam
kumparan. Fluks gabungan λ didapat dari hasil perkalian antara besar fluks yang melewati
setiap lilitan dalam kumparan dengan jumlah semua lilitan pada kumparan tersebut Total
fluks gabungan yang melalui sebuah kumparan tidak hanya N.Φ , dimana N adalah jumlah
lilitan, karena fluks yang melewati tiap-tiap lilitan sedikit berbeda dari fluks yang lain, tergantung
dari letak lilitan terhadap kumparan.
Dengan demikian fluks rata-rata tiap lilitan diberikan oleh :

dan hukum Faraday dapat ditulis sebagai :

Jika tegangan sumber adalah vp(t) dimasukkan ke rangkaian primer, maka fluks
rata-rata yang muncul pada belitan primer adalah :

Fluks ini muncul dalam kumparan primer. Pengaruh fluks ini terhadap kumparan
sekunder tergantung dari berapa banyak fluks yang mencapai kumparan sekunder. Tidak
semua fluks yang dihasilkan dalam kumparan primer juga melewati kumparan sekunder.
Beberapa fluks meninggalkan inti besi dan hilang melalui udara. Fluks yang melewati salah
satu kumparan transformator tetapi tidak melewati kumparan yang lain disebut fluks bocor.
Fluks di dalam kumparan primer dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :

1 Fluks bersama ( mutual flux ) yang tetap berada dalam inti dan menggabungkan
kedua belitan.

2. Fluks bocor yang melewati belitan primer tetapi kembali lagi melalui udara dan
tidak melalui belitan sekunder,
Persamaan umum : Φ P =Φ M + Φ LP

dimana : ΦP = Total rata-rata fluks primer

ΦM = Komponen fluks gabungan kumparan primer dan sekunder

Φ LP = ` Fluks bocor pada bagian primer

Hal yang sama juga terjadi pada bagian sekunder sebagai berikut :

Persamaan umum : Φ s =Φ M + Φ Ls

dimana : Φs = Total rata-rata fluks sekunder

ΦM = Komponen fluks gabungan kumparan primer dan sekunder

Φ Ls = Fluks bocor pada bagian sekunder

Dengan membagi fluks primer rata-rata menjadi komponen bersama dan


komponen bocoran, make hukum Faraday untuk rangkaian primer dapat dinyatakan kembali
sebagai :

Bagian pertama dari komponen diatas dapat dikatakan sebagai ep(t) dan bagian kedua eLP(t),
sehingga persamaan diatas dapat ditulis sebagai :

Tegangan pada kumparan sekunder bisa juga dinyatakan dalam hukum Faraday :
Tegangan primer yang ditimbulkan oleh fluks bersama diberikan oleh :

dan tegangan sekunder yang ditimbulkan oleh fluks bersama adalah

dari kedua hubungan ini didapatkan :

sehingga :

Persamaan diatas menyatakan bahwa perbandingan tegangan primer yang disebabkan oleh
fluks bersama dengan tegangan sekunder yang juga disebabkan oleh fluks bersama adalah
sama dengan perbandingan lilitan transformator. Karena dalam desain transformator yang
baik berlaku Φ M >> Φ Lp dan Φ M >> Φ Ls, maka total perbandingan teganagan primer dengan
tegangan sekunder adalah

Lebih kecil fluks bocoran. perbandingan total tegangan transformator mendekati sama
dengan perbandingan tegangan pada transformator ideal.
1.5.2 ARUS MAGNETISASI PADA TRANSFORMATOR REAL

Jika sumber daya AC dihubungkan ke transformator, maka arus akan mengalir


ke dalam rangkaian primer. Arus ini adalah arus yang diperlukan untuk menghasilkan
fluks dalam sebuah inti ferromagnetik. Arus tersebut mengandung 2 komponen, yaitu :

1. Arus Magnetisasi im , yaitu arus yang dibutuhkan untuk menghasilkan fluks dalam
inti transformator.

2. Arus rugi inti i h+e , yaitu arus yang dibutuhkan untuk menimbulkan rugi-rugi
histeresis dan arus Eddy.

Gambar 1.5. menunjukkan kurva magnetisasi dari inti transformator. Jika fluks dalam
inti diketahui, maka besarnya arus magnetisasi bisa didapatkan secara langsung dan
gambar 1.5.

Dengan rnengabaikan pengaruh fluks bocor untuk sementara waktu, kita lihat bahwa
fluks rata-rata dalam inti diberikan oleh :

Jika tegangan primer vp(t) = Vm cos (ω.t) , maka :

Jika dibandingkan nilai arus yang diperlukan untuk menghasilkan fluks dengan fluks dalam
inti dalam waktu yang berbeda, memungkinkan untuk menyusun kurva arus seperti yang
ditunjukkan pada gambar 1.6. Berikut ini adalah penjelasan mengenai arus magnetisasi.

1. Arus magnetisasi dalam transformator tidak berbentuk sinusoidal.


2. Sekali fluks mencapai titik saturasi, kenaikan kecil dalam fluks puncak memerlukan
kenaikan yang sangat besar dalam arus magnetisasi.

3. Komponen fundamental dari arus magnetisasi tertinggal 90° terhadap tegangan yang
diberikan ke inti.

4. Pada frekuensi tinggi nilai-nilai komponen arus magnetisasi bisa menjadi cukup besar
dibandingkan dengan komponen fundamental lainnya. Selanjutnya jika inli transformator
dikemudikan dalam kondisi saturasi, komponen-komponen harmonisa menjadi lebih besar.
Komponen-komponen lain dari arus tanpa beban adalah arus yang dibutuhkan suplai
daya untuk membuat rugi histeresis dan arus Eddy pada inti Anggaplah fluks dalam inti
berbentuk sinusoidal. Karena arus Eddy sebanding dengan dΦ/dt, arus Eddy akan menjadi
sangat besar ketika fluks dalam inti melewati not. Rugi-rugi histeresis sangat tidak linear
dan sangat besar ketika fluks dalam inti melewati nol. Berikut ini adalah beberapa penjelasan
mengenai arus rugi inti

1. Arus rugi inti adalah tidak linear yang diakibatkan oleh pengaruh histeresis.

2. Komponen fundamental arus rugi inti adalah sefasa dengan tegangan yang
diberikan ke dalam inti.
Arus total tanpa beban dalam inti disebut dengan arus eksitasi transformator (arus
penguat transformator ). Arus ini merupakan penjumlahan arus magnetisasi dan arus rugi inti.

1.6 RANGKAIAN EKIVALEN

Rugi-rugi yang muncul dalam transformator real bisa ditimbulkan oleh :

1. Rugi-rugi tembaga ( 1 2.R ).

Rugi-rugi ini muncul dalam bentuk rugi-rugi panas resistif dalam belitan primer
dan belitan sekunder. Rugi-rugi ini sebanding dengan kuadrat arus dalam belitan.

2. Rugi-rugi arus Eddy.

Rugi-rugi ini muncul dalam bentuk rugi-rugi panas resistif dalam inti
transformator. Rugi-rugi ini sebanding dengan kuadrat tegangan yang diberikan ke
transformator.

3. Rugi-rugi histeresis.

Rugi-rugi ini diasosiasikan dengan penyusunan kembali daerah-daerah magnetik


dalam inti untuk setiap setengah siklus.

4. Fluks bocor.

Fluks Φ LP dan ΦLs yang meninggalkan inti dan hanya melewati salah satu dari
belitan transformator adalah fluks-fluks bocor. Fluks-fluks ini menghasilkan
induktansi diri dalam kumparan primer dan kumparan sekunder.
1.6.1 RANGKAIAN EKIVALEN TRANSFORMATOR REAL

Pengaruh yang sangat mudah untuk memodelkan transformator adalah rugirugi


tembaga. Rugi-rugi tersebut dimodelkan dengan menempatkan sebuah hambatan Rp pada
rangkaian primer dan hambatan R s pada rangkaian sekunder.

Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, fluks bocor dalam belitan primer
ΦLP menghasilkan suatu tegangan eLP yang diberikan oleh :

dan fluks bocor pada belitan sekunder ΦSL menghasilkan tegangan e SL yang diberikan oleh:

Karena banyak fluks bocor yang melewati udara, dan karena udara memiliki konstanta
reluktansi yang lebih besar jika dibandingkan reluktansi inti transformator, maka fluks ΦLP
akan berbanding lurus terhadap arus rangkaian primer iP dan fluks ΦLs akan berbanding
lurus terhadap arus rangkaian sekunder is. Dari kedua asumsi tersebut dapat disimpulkan
bahwa fluks bocor dapat dimodelkan dengan induktor primer dan induktor sekunder.

Berikutnya adalah pemodelan dari pengaruh eksitasi ( penguatan ) pada inti


transformator. Arus magnetisasi im adalah arus pada daerah tidak tersaturasi yang
proporsional dengan tegangan dan tertinggal fasanya sebesar 90°. Dengan demikan ia
dapat dimodelkan dengan induktor X M yang dihubungkan dengan sumber tegangan primer.
Arus rugi inti iH+e adalah arus yang proporsional terhadap tegangan yang diberikan ke inti
dan sefasa dengan tegangannya. Dengan demikan ia dapat dimodelkan dengan resistor
Rc yang dihubungkan paralel dengan induktor XM.
Perlu diingat bahwa kedua arus ini benar-benar non-linear, sehingga nilai induktansi X M dan
nilai resistansi R c yang sangat besar merupakan pendekatan pengaruh eksitasi yang
sebenarnya. Hasil rangkaian ekivalen ini ditunjukkan pada gambar 1.8.

1.7 EFISIENSI TRANSFORMATOR

Efisiensi suatu peralatan elektrik dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara


daya keluaran dengan daya masukan :

Persamaan diatas dapat diterapkan pada motor dan generator sebagaimana pada
transformator. Rangkaian ekivalen transformator membuat perhitungan efisiensi menjadi
mudah. Ada tiga jenis rugi-rugi dalam transformator, yaitu :

1, Rugi-rugi Tembaga , Pcu

2. Rugi-rugi Histeresis , Pcore

3. Rugi-rugi Arus Eddy

Untuk menghitung efisiensi transformator dengan beban, perlu ditambahkan nilai


resistansi dan masing-masing beban tersebut.
Daya keluaran dapat dinyatakan dengan :

dan dengan demikian efisiensi transformator adalah :

1.8 KERJA PARALEL TRANSFORMATOR

Penambahan beban membutuhkan adanya kerja paralel dari dua atau lebih
transformator. Tujuan dari pemasangan paralel ini adalah membagi beban total dengan
kemampuan daya dari masing-masing transformator. Kerja paralel transformator dapat
menghindari pembebanan lebih yang dapat menyebabkan kerusakan transformator yang
diakibatkan oleh panas berlebih ( overheating ).

Untuk memasang dua atau lebih transformator untuk kerja paralel diperlukan
beberapa syarat, yaitu :

1. Perbandingan tegangan harus sama

Jika perbandingan tegangan tidak sama, maka tegangan induksi pada


kumparan sekunder dari masing-masing transformator juga tidak sama.
Perbedaan ini menyebabkan terjadinya arus pusar pada kumparan sekunder
ketika transformator dibebani. Arus ini menimbulkan panas pada kumparan
sekunder.

2. Polaritas transformator harus sama,

3. Perbandingan reaktansi harus sama

Hal ini menyebabkan setiap transformator memiliki faktor kerja yang sama.
1.9 TRANSFORMATOR 3 FASA

Pada dasarnya transformator 3 fasa tersusun atas transformator 1 fasa dengan 3


buah inti yang dipasang pada satu rangka atau rumah transformator. Pada tiap inti dipasang
kumparan primer dan kumparan sekunder. Dengan demikian seluruhnya akan terdapat 3
buah kumparan primer dan kumparan sekunder, seperti yang ditunjukkan pada gambar di
bawah ini.

Dalam pelaksanaannya, bahwa 3 buah kumparan fasa pada sisi primer dapat
dihubungkan dalam bermacam-macam hubungan, yaitu hubungan delta atau bintang, demikian
juga halnya dengan kumparan sekunder. Dengan adanya hubungan delta dan bintang, maka
kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi adalah :

1. Primer dalam hubungan delta, sekunder dalam hubungan bintang.

2. Primer dalam hubungan delta, sekunder dalam hubungan delta.

3. Primer dalam hubungan bintang, sekunder dalam hubungan delta.

4. Primer dalam hubungan bintang, sekunder dalam hubungan bintang.


1.9.1 HUBUNGAN DELTA

Tegangan transformator 3 fasa dengan kumparan yang dihubungkan secara


delta, yaitu VAB , VBC, dan VCA masing-masing berbeda fasa 120°.

Untuk beban seimbang :


Dan gambar diatas terlihat bahwa arus I A ( arus jala-jala ) adalah 3 x I AB ( arus fasa)
Tegangan jala-jala dalam hubungan delta sama dengan tegangan fasanya.

1.9.2 HUBUNGAN BINTANG


Arus transformator 3 fasa dengan kumparan yang dihubungkan bintang, yaitu I A,IB, dan
Ic masing-masing berbeda fasa 12 0.

Untuk beban seimbang :


Dari gambar di atas terlihat bahwa untuk hubungan Y berlaku hubungan :
1.10 OTOTRANSFORMATOR

Suatu transformator fase tunggal dengan perbandingan lilitan 3 : 1 ( ab : cd ) pada


gambar 1.12 akan menjadi suatu ototransformator apabila sebagian kumparan primer
merupakan bagian dari kumparan sekundernya

Dengan mengabaikan rugi impedansi, berlaku hubungan :

Pada ototransformator terlihat bahwa arus di bagian kumparan ef adalah lef = (300 -
100) A = 200 A. Sedangkan pada transformator fase tunggal biasa, keseluruhan arus yang
mengalir pada bagian tersebut ( kumparan primer dan sekunder ) adalah (100 + 300) A = 400
A. Dengan demikian terdapat penghematan tembaga pada ototransformator karena
berkurangnya arus yang mengalir pada bagian kumparan ef dari 400 A menjadi 200 A saja.
Meskipun demikian ototransformator mempunyai kelemahan karena adanya hubungan
konduktif antara kumparan tegangan tinggi dan tegangan rendah, sehingga kesalahan
meletakkan tegangan dapat mengakibatkan kerusakan.

1.11 TRANSFORMATOR ARUS

Tranformator arus digunakan untuk mengukur arus beban suatu rangkaian. Dengan
menggunakan transformator arus maka arus beban yang besar dapat diukur dengan
menggunakan alat ukur ( ammeter ) yang tidak terlalu besar.

Dengan mengetahui perbandingan transformasi N1/N2 dan pembacaan ammeter

( 12 ), arus beban 11 dapat dihitung. Bila transformator dianggap ideal maka arus beban :

Untuk menjaga agar fluks tidak berubah, make perlu diperhatikan agar rangkaian
sekunder selalu tertutup. Dalam keadaan rangkaian sekunder terbuka, ggm N2.12 akan sama
dengan nol ( karena 12 = 0 ), sedangkan ggm N1.1, tetap ada. sehingga fluks normal akan
terganggu.
BAB II
MESIN-MESIN DC

2.1 GENERATOR DC

2.1.1 Pengertian Generator

Generator adalah suatu mesin yang berfungsi untuk mengubah tenaga mekanik
menjadi tenaga listrik. Tenaga mekanik di sini digunakan untuk memutar kumparan kawat
penghantar dalam medan magnet, atau sebaliknya memutar medan magnet di antara
kumparan kawat penghantar.

Tenaga listrik yang dihasilkan oleh generator tersebut dapat berupa arus AC ( arus bolak-
balik ) atau arus DC ( arus searah ) tergantung dan konstruksi generator dan cara pengambilan
arusnya. Tegangan yang dihasilkan oleh generator ini disebut dengan emf induksi atau lebih
dikenal dengan tegangan induksi.

2.1.2 Percobaan Faraday

Salah satu percobaan yang erat kaitannya dengan prinsip generator adalah
percobaan yang dilakukan Faraday .
Prinsip percobaan Faraday : Pada gambar 2.1 di atas, ujung-ujung kumparan
dihubungkan dengan galvanometer. Apabila batang magnet didorongkan, maka jarum
galvanometer akan menyimpang. Apabila batang magnet ditarik maka jarum
galvanometer akan menyimpang dengan arah yang berlawanan dengan arah simpangan
yang pertama. Menyimpangnya jarum galvanometer tersebut disebabkan oleh tegangan
induksi pada kumparan.

Percobaan Farady ini mengandung pengertian bahwa apabila sepotong kawat


penghantar diletakkan dalam suatu medan magnet yang berubah-ubah, maka di dalam
kawat penghantar tersebut akan timbul tegangan induksi, dan sebaliknya.

Besarnya tegangan induksi tersebut dapat dinyatakan sbb :

Tanda negatip pada persamaan di atas sesuai dengan hukum Lenz yang
mengatakan bahwa :

" Tegangan yang diinduksikan oleh fluks yang berubah mempunyai polaritas
sedemikian hingga arus yang ditimbulkannya dalam suatu lintasan tertutup melawan
perubahan fluks tadi "

Dengan demikian ada 3 hal pokok yang mendukung prinsip kerja generator, yaitu :

1. Adanya fluks magnet yang dihasilkan oleh kutub-kutub magnet


2. Adanya kawat penghantar listrik yang merupakan tempat terbentuknya GGL atau
tegangan induksi.

3. Adanya gerakan relatif antara fluks magnet dengan kawat penghantar.


2.1.3 Prinsip Kerja Generator

Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa tegangan induksi dapat dibangkitkan
oleh putaran kumparan dalam suatu medan magnet seperti pada gambar 2. 2. Besarnya
tegangan tergantung dari jumlah lilitan dalam kumparan, kuat medan dan kecepatan relatip
antara kumparan dengan medan magnet.

Asumsikan bahwa loop kumparan ( armatur) diputar searah jarum jam dengan posisi
awalnya di A ( 0° ). Saat di posisi A, loop tegak lurus dengan medan magnet. Dengan
demikian jumlah fluks yang dilingkupi oleh loop kawat tersebut adalah maksimum. Tetapi
karena kecepatan relatifnya nol, maka tidak ada pemotongan garis-garis gaya sehingga tidak
ada tegangan yang diinduksikan di kumparan dan tidak ada arus yang mengalir melalui
rangkaian. Ammeter membaca nol.
Ketika loop berputar dari posisi A ke posisi B, loop penghantar memotong garis-
garis gaya sedikit demi sedikit, sehingga pada posisi B ( 90 0 ) dia memotong garis-garis
gaya pada nilai maksimum. Dengan kata lain antara 0 0 sampai 900 tegangan yang
diinduksikan di dalam kawat penghantar dari not sampai maksimum. Arus juga akan
mengalir dalam rangkaian dari not hingga maksimum. Aliran arus ini akan ditunjukkan oleh
simpangan jarum ammeter.
Arah aliran arus dari polaritas tegangan induksi tergantung dari arah medan magnet dan arah
putaran loop penqhantar.

Pada saat loop penghantar berputar dari posisi B ( 90° ) ke posisi C ( 1800 ), kawat
penghantar yang telah memotong garis-garis gaya pada nilai maksimum di posisi B
kemudian pemotongan garis-garis gaya semakin berkurang, sampai di posisi C tidak ada
kecepatan relatip antara medan dengan penghantar. Dengan demikian tegangan yang
diinduksikan menurun ketika loop penghantar bergerak dari 90 0 ke 1800 dan aliran arus juga
akan berubah-ubah sesuai dengan variasi tegangan
Dari 0 0 sampai 180 0 loop penghantar yang berwarna hitam diputar searah dengan
medan magnet sedangkan yang berwarna putih diputar berlawanan dengan arah medan.
Pada setengah putaran berikutnya perpotongan konduktor dengan medan magnet adalah
sebaliknya. Dengan demikian polaritas tegangan induksi juga berlawanan dengan polaritas
tegangan induksi pada setengah putaran sebelumnya. Bentuk gelombang output untuk satu
putaran penuh ditunjukkan oleh gambar 2. 4.

2.1.4 Prinsip Penyearahan

Penyearahan pada generator dc dilakukan secara mekanis dengan menggunakan alat


yang disebut komutator. Proses pengubahan dari AC ke DC disebut komutasi. Bentuknya
komutator ini sama dengan slip ring ( cincin seret ), hanya saja cincin tersebut dibelah dua
kemudian disatukan lagi dengan menggunakan isolator. Masing-masing belahan ( segmen )
komutator dihubungkan dengan sisi kumparan tempat terbentuknya GGL.

Proses penyearahan pada generator DC ditunjukkan pada gambar 2.5. Saat di


posisi A loop kawat tegak lurus dengan medan magnet sehingga tidak ada tegangan yang
diinduksikan dan tidak ada anus yang mengalir. Pada posisi ini rangkaian terhubung
singkat karena kedua segmen komutator terhubung dengan sikat ( brush ).
Pada saat loop berputar searah jarum jam dari posisi A ke posisi B, tegangan yang
diinduksikan naik dari nol hingga maksimum, Kemudian turun lagi hingga not di posisi C pada
setengah siklus pertama ini penghantar yang berwarna hitam diputar ke arah bawah sedang
penghantar yang berwarna putih diputar ke atas. Sesuai dengan hukum tangan kanan maka
arah arus pada penghantar bewarna hitam menuju arah kita dan pada penghantar yang berwarna
putih arah arusnya menuju arah kita. Sehingga pada setengah siklus pertama ini arus
mengalir dari sikat berwarna hitam menuju beban lalu ke sikat warna putih.
Pada '/ 2 siklus berikutnya yaitu dari posisi C ke posisi D kemudian ke posisi A lagi,
tegangan yang diinduksikan mulai dari nol di posisi A kemudian naik hingga maksimum
di posisi D setelah itu tegangan turun hingga nol lagi di posisi D. Sebagaimana
penjelasan pada '/ 2 siklus pertama maka pada '/ 2 siklus yang kedua ini, arus akan mengalir
dari sikat warna hitam menuju ke beban kemudian ke sikat warna putih, sama seperti aliran
arus pada '/ 2 siklus pertama.
Untuk mengurangi ripple pada tegangan DC di atas dapat dilakukan dengan
menambah jumlah kumparan dan membagi komutator menjadi segmen-segmen sebanyak ujung-
ujung kumparan. Hasil penyearahan yang lebih halus dapat dilihat pada gambar 2 7,
2.1.5 Konstruksi Generator DC

Semua generator baik AC maupun DC terdiri dari bagian yang berputar dan bagian
yang diam ( tetap ). Pada kebanyakan generator DC, kumparan yang diambil outputnya di
pasang pada bagian yang bergerak, disebut dengan armatur (jangkar ). Sedangkan kumparan
yang membangkitkan medan magnet dipasang pada bagian yang diam disebut dengan
medan,

Pada kebanyakan generator AC, yang terjadi adalah sebaliknya. Medan dipasang
pada bagian yang bergerak, sedangkan armatur ( jangkar ) dipasang pada bagian yang diam.

Sebagaimana yang pernah dijelaskan sebelumnya bahwa tegangan akan


diinduksikan bila terjadi pemotongan garis-garis gaya magnet ( gerakan relatip antara medan
magnet dengan kumparan ). Dengan demikian pada saat generator mensuplai tenaga listrik ke
beban, dia membutuhkan tenaga mekanik untuk memutar rotor dan untuk membangkitkan
listrik. Karena itulah generator disebut sebagai pengubah tenaga mekanik menjadi tenaga
listrik. Semua generator memerlukan mesin untuk menggerakkan rotornya, mesin ini disebut
dengan "prime mover", misalnya : mesin uap, bensin, atau diesel, motor listrik, turbin
yang digerakkan tenaga air, atau pemecahan inti atom, dan sebagainya.
Hubungan antara komponen-komponen yang menyusun generator diperlihatkan pada
gambar 2.8
Bagian-bagian generator dan fungsinya dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Stator frame I badan generator
Terkadang main frame juga disebut dengan yoke. Fungsi utama dari badan
generator adalah sebagai tempat mengalirnya flux magnet yang dihasilkan kutub-
kutub magnet, karena itu badan generator dibuat dari bahan ferromagnetik. Di
samping itu badan generator berfungsi untuk meletakkan alat-alat tertentu dan
melindungi bagian-bagian mesin lainnya.
2. Field, pole / inti kutub magnet
Seperti inti transformator. inti kutub magnet dibuat dari besi yang berlapis-lapis,
tujuannya untuk mengurangi arus eddy. Fungsi inti kutub magnet ini adalah untuk
memusatkan medan magnet.
3. Field coil I kumparan medan
Pada generator-generator yang besar, flux magnet yang terdapat pada generator
arus searah dihasilkan oleh kutub-kutub magnet buatan yang dibuat dengan prinsip
elektromagnet. Kumparan medan berfungsi untuk mengalirkan arus listrik untuk
terjadinya proses elektromagnetik. Pada beberapa generator kecil, kumparan medan ini
digantikan oleh magnet permanen
4. End Housing
End Housing ditempatkan pada ujung status frame berisi bearing/bantalan untuk
mengarahkan komutator dan juga untuk memasang brush assembly. 5. Brush/ sikat.
Fungsi dari brush adalah sebagai jembatan bagi aliran arus dari lilitan
jangkarlarmatur ke beban. Agar gesekan antara komutator dengan brush tidak
mengakibatkan ausnya komutator, maka brush harus lebih lunak daripada
komutator. Biasanya dibuat dan bahan arang.
6. Komutator
Komutator berfungsi sebagai penyearah mekanik yang besama-sama dengan brush
membuat suatu kerjasama yang disebut komutasi. Komutator supaya menghasilkan
penyearahan yang lebih baik maka komutator yang digunakan hendaknya dalam
jumlah besar. Dalam hal ini setiap belahan (segmen) komutator tidak lagi
merupakan bentuk separoh dari cincin, tetapi sudah
berbentuk lempengan-lempengan. Diantara setiap lempengan (segmen) terdapat bahan
isolator.
Komutator terdiri dari :
a) Komutator bar, merupakan tempat terjadinya gesekan antara komutator
dengan brush (sikat).
b) Risser, merupakan bagian yang menjadi tempat hubungan komutator dengan
ujung dan juluran lilitan jangkar (armatur).
Setelah dijelaskan di atas bahwa di samping sebagai penyearah mekanik,
komutator juga berfungsi untuk mengumpulkan GGL Induksi yang terbentuk pada
sisi-sisi kumparan. Oleh karena itu kumparan dibuat dari bahan konduktor dalam hal ini
digunakan dan campuran tembaga.

7. Armatur 1 jangkar
Jangkar yang umum digunakan dalam generator DC berbentuk silinder yang diberi
alur-alur pada permukaannya untuk melilitkan kumparan-kumparan tempat
terbentuknya GGL induksi. Kumparan yang dililitkan pada jangkar ini disebut
kumparan jangkar. Jangkar dibuat dari bahan ferromagnetik dengan maksud agar
GGL induksi yang terbentuk dapat bertambah besar. GGL induksi yang terbentuk pada
kumparan-kumparan jangkar dinyatakan dengan simbol E Apabila kita tinjau
tegangan output (tegangan jepit), maka akan lebih rendah daripada GGL jangkar (E),
ketika ada arus yang mengalir pada belitan jangkar (Ia) maka tahanan jangkar (Ra)
akan mengakibatkan
terjadinya kerugian tegangan dalam jangkar sebesar Ia.Ra, sehingga tegangan outputnya dapat
ditulis :

Macam-macam lilitan jangkar :

Pada pokoknya ada 2 macam lilitan jangkar, yaitu lilitan gelung (lap winding) dan lilitan
gelombang (wave winding). Perbedaan kedua macam tersebut terletak pada
penyambungan ujung kumparan pada komutator,

Selain kedua macam lilitan tersebut ada konstruksi lain yang merupakan kombinasi
lilitan gelung dan lilitan gelombang, yaitu lilitan kaki katak ( frog leg winding ).
Pada lilitan gelung tunggal, ujung-ujung kumparan disambung pada segmen
komutator dengan jarak mendekati 360 0 listrik.
Untuk lebih jelasnya. akan diperlihatkan bentangan lilitan pada generator 4 kutub, baik
lilitan gelung maupun lilitan gelombang.

Dari gambar di atas, terlihat bahwa ada dua titik dimana arah dari ujung-ujung konduktor
yang berdekatan saling menuju ke segmen komutator yaitu titik A dan C, dan ada dua titik
dimana arah ujung-ujung konduktor yang berdekatan saling meninggalkan segmen
komutator yaitu B dan D. Jika brush-brush (sikatsikat) ditempatkan pada titik-titik ini, maka
arus akan mengalir dari lilitan A dan C ke lilitan B dan D.
Arah arus dan lilitan gelung tunggal diperlihatkan oleh gambar 2.12.

Brush yang mempunyai polaritas sama dihubungkan menjadi satu, sehingga lilitan jangkar
terbagi menjadi 4 cabang paralel. Umumnya, jumlah cabang paralel pada lilitan gelung
tunggal sama dengan jumlah kutub. E.m.f pada terminal output sama dengan yang
diinduksikan dalam satu cabang. Arus yang dialirkan pada rangkaian luar sama dengan
jumlah arus pada masing-masing cabang paralel. Karena alasan inilah, lilitan gelung
digunakan untuk pemakaian arus besar,
Gambar 2.13 menunjukkan bentangan lilitan gelombang untuk generator 4 kutub
Jika sikat-sikat (brush) dihubungkan pada titik A dan B akan terlihat 2 cabang paralel
dengan arah arus dad A ke B, seperti yang diperlihatkan oleh gambar 2.14.

Anda mungkin juga menyukai