PROCESSES,
STANDARDS,
AND
PROCEDURES
ORGANIZATION
AND
STRUCTURE
POLICY
AND
RULES
Market
and
Customers
PEOPLE
AND
CULTURES
Products
and
Services
INFORMATION
TECHNOLOGY
AND OTHER
RESOURCES
pengolahan data yang ada tidak dapat dipercaya, sama saja dengan sistem yang bersangkutan tidak dapat
dipergunakan dalam perusahaan. Hal ini disebabkan karena dapat membahayakan proses pengambilan
keputusan strategis bagi manajemen. Dapat dibayangkan seorang direksi salah mengambil keputusan
karena informasi yang disajikan oleh sistem informasi tidak akurat (menyimpang dari data sesungguhnya).
Hal berikutnya adalah terjadinya redudansi pekerjaan, seperti dalam hal data entry misalnya. Tentu saja
dilihat dari kacamata manajemen, hal ini sama sekali tidak efisien dan membuang-buang biaya karena
harus menggaji beberapa karyawan untuk memasukkan data yang sama. Persoalan kontrol terhadap data
yang disimpan juga menimbulkan permasalahan lain dalam situasi dimana data yang ada disimpan di
beberapa tempat yang berbeda. Belum lagi hal-hal lain yang berkaitan dengan data, seperti konsistensi,
tingkat up-do-date, dan lain sebagainya. Biaya lain yang tidak sedikit adalah biaya pemeliharan berbagai
ragam infrastruktur perangkat keras, perangkat lunak, dan brainware dari sistem yang beragam. Dapat
dibayangkan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk membayar vendor-vendor yang beragam
setiap tahunnya, karena merekalah yang paling mengetahui seluk beluk semua portfolio perangkat aplikasi
yang dimiliki perusahaan.
MENGAPA TERJADI DAN BAGAIMANA PEMECAHANNYA?
Terjadinya kecenderungan perancangan aplikasi tambal sulam dapat dilihat dari berbagai segi. Aspek
pertama adalah karena adanya urgensi kebutuhan suatu modul dari pihak manajemen. Keterbatasan waktu
yang sangat singkat membuat para pembuat sistem hanya memperhatikan dampak jangka pendek, dalam
arti kata yang penting bahwa kebutuhan mendesak dari manajemen perusahaan dapat segera terpenuhi.
Aspek kedua adalah karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan pembuat sistem, apakah SDM dari
dalam perusahaan maupun vendor atau konsultan dari luar. Aspek lainnya adalah karena ketidakinginan
pihak manajemen untuk memberikan investasi yang cukup untuk membuat sistem yang baik, istilah
kasarnya adalah dilakukan perancangan akal-akalan terhadap sistem yang dimiliki sekarang, walaupun
dalam kenyataannya sudah tidak memadai lagi bagi perusahaan. Bagaimana cara menanggulanginya? Sulit
tapi mudah. Sebagaimana halnya seseorang yang ingin membangun rumah, sejak awal harus diketahui dulu
apakah nantinya rumah tersebut akan dibuat bertingkat dua atau lima. Kalau semenjak awal sudah
ditentukan bahwa nantinya rumah tersebut akan dipersiapkan untuk bertingkat lima, pondasi dan arsitektur
yang dirancang harus memperhatikan kemungkinan tersebut. Demikian pula dengan arsitektur aplikasi
teknologi informasi. Jika telah diketahui bahwa nature perusahaan yang akan berkembang, dengan
kemungkinan perubahan pada lima aspek utama di atas, harus dibuat suatu perencanaan strategi
perancangan aplikasi-aplikasi terkait, baik yang diperlukan untuk jangka pendek, jangka menengah, dan
jangka panjang. Blue print ini dapat dibuat oleh divisi teknologi informasi internal perusahaan dengan
bantuan tenaga dari luar seperti konsultan atau vendor-vendor teknologi informasi, namun harus ada satu
tim teknologi yang kuat dari dalam perusahaan. Harap diingat bahwa walau bagaimanapun, tim SDM
teknologi dari perusahaanlah yang paling bertanggung-jawab terhadap penyediaan fasilitas sistem
informasi. Oleh karena itu, diperlukan pasukan SDM yang selain mengerti permasalahan manajemen, juga
dapat menterjemahkan tantangan-tantangan bisnis yang dihadapi ke dalam kerangka pelaksanaan teknis dan
operasional.