Anda di halaman 1dari 26

CHECKLIST IRIGASI TELINGA

Nama : NIM :
ASPEK YANG DINILAI
0
Definisi :
Irigasi Telinga adalah proses pembilasan saluran telinga eksternal
dengan air steril atau saline steril. Hal ini digunakan untuk
mengobati pasien yang mengeluh adanya benda asing atau cerumen
(lilin telinga) impaksi dalam telinga.
Tujuan :
a) Sebagai penatalaksanaan tindakan medis evakuasi benda asing
atau serumen dari telinga dan dan membersihkan rongga
telinga dari nanah dan kotoran telinga.
b) Liang telinga bersih dari benda asing, seperti: semut atau
serangga lainnya, dan biji-bijian.
c) Telinga bebas dari kongesti dan rasa sakit.
(Suzanne C Smeltzer. 2001)
Indikasi :
a) Untuk mengeluarkan cairan, serumen, bahan-bahan asing dari
kanal audiotori eksternal
b) Untuk mengirigasi kanal auditori eksternal dengan larutan
antiseptik
c) Untuk menghangatkan atau mendinginkan kanal auditori
eksternal
(marwan, 2009)
Kontra indikasi :
a) Perforasi membran timpani atau resiko tidak utuh (injuri
sekunder, pembedahn, miringitomi)
b) Terjadi komplikasi sebelum irigasi
c) Temperatur yang akstrim panas dapat menyebabkan pusing mual
dan muntah.

NILAI
1
2

d) Bila ada benda pengisap air dalam telinga, seperti bahan sayuran
(kacang),

jangan

diirigasi

karena

bahan-bahan

tersebut

mengambang dan sulit dikeluarkan


e) Klien dengan menggunakan pipa timpanotomi magnet dari
logam dalm telinganya
f) Sesudah operasi telinga
g) Bila ada perdarahan telinga
h) Hipersensitivitas
Prinsip irigasi telinga
a) Mendorong serumen keluar dengan memanfaatkan aliran balik
dari air yang sampai ke membran telinga
b) Jika serumennya penuh dan atau konsistensinya padat maka
irigasi tidak dapat dilakukan. (fireapi, 2009)
Hal- hal yang perlu diperhatikan
a) Kanal telinga anak-anak lebih kecil.
b) Tarik aurikel ke bawah dan kebelakang.
c) Anak-anak posisi supinasi bila perlu di resraint untuk

menghindari

pergerakan.
d) Untuk mengurangi ansieas jelaskan prosedur dan izinkan anak-anak untuk
menyentuh air atau mendengarkan suara air.
Pelaksanaan
1.

Persiapan Pasien :
Memperkenalkan diri
Bina hubungan saling percaya
Meminta pengunjung atau keluarga meninggalkan ruangan
Menjelaskan tujuan
Menjelasakan langkah prosedur yang akan di lakukan
Menyepakati waktu yang akan di gunakan

2. Persiapan alat dan bahan :


1. Mangkok kecil berisi cairan dengan suhu 37 0C.
2. Semprit telinga atau otologik syiringe (metal). syiringe 60 ml
3.
4.
5.
6.

ukuran 18 atau 20 G dan untuk anak-anak waterpik


Corong telinga.
Pemilin telinga
Wadah larutan irigasi steril dihangatkan pada suhu ruang.
Spuit irigasi(pentol karet atau asepto)

7. Bengkok
8. Handuk
9. Perlak pengalas
10. Swab aplikator dan bola kapas
11. Otoskop
12. Cotton trip untuk anak
13. handscone
(Sosya. 2011)
Jenis cairan yang digunakan :
1.
NaCL 0,99%
2.
H2O2
Tahap pre interaksi
1. Cuci tangan
2. Siapkan alat-alat
Tahap orientasi
1
2
3

Memberi salam, panggil klien dengan panggilan yang disenangi


Memperkenalkan nama perawat
Beritahu tindakan apa yang akan dilakukan kepada klien dan Jelaskan
bahwa klien akan mengalami perasaan penuh, hangat, dan kadang-

kadang tidak nyaman saat cairan kontak dengan membran timpani


Klien diberitahu dalam posisi duduk. Bila klien adalah anak kecil,

harus di pangku sambil dipegang kepalanya.


1. Menjelaskan tentang kerahasiaan
Tahap Kerja
a) Persiapan perawat
1. Mengecek catatan medis
2. Memeriksa kembali instruksi dokter
3. Mengkaji status pasien
b)

Persiapan pasien
1. Beritahu tindakan apa yang akan dilakukan kepada klien
dan Jelaskan bahwa klien akan mengalami perasaan penuh,
hangat, dan kadang-kadang tidak nyaman saat cairan
kontak dengan membran timpani
2. Klien diberitahu dalam posisi duduk. Bila klien adalah anak
kecil, harus di pangku sambil dipegang kepalanya.

c)

Prosedur perawatan
1.
Perlak dan alasnya/handuk dipasang pada bahu
dibawah telinga yang akan dibersihkan.
2.
Berikan bengkok pada pasien dan minta kerjasama
pasien untuk memegang bengkok dengan posisi di bawah
telinga.
Pasang lampu kepala.
Isi spuit dengan larutan (kira-kira 50cc)
Perawat cuci tangan.
Perawat memakai handscoon
Identifikasi visual menggunakan otoskop pada telinga

3.
4.
5.
6.
7.

yang bermasalah
8.
Kaji adanya kemerahan , pembengkakan dan raba pada
9.

struktur luar telinga dan salurannya


Tentukan apakah klien mengalami nyeri tekan setempat

atau tidak nyaman.


10. Bersihkan kotoran telinga dengan kapas, memakai
pemilin kapas yang telah di flamber terlebih dahulu.
11. Masukkan larutan irigasi secar perlahan dengan
memegang ujung spuit

1 cm diatas muara saluran

telinga.Selama cairan dimasukkan , biarkan cairan kembali


mengalir

kembali keluar.Lanjutkan sampai saluran

ddibersihkan atau semua larutan digunakan.


12. Jangan meyumpal saluran telinga dengan ujung spuit
13. Keringkan bagian luar saluran telinga dengan bola
kapas.Biarkan kapas bebas di tempat selama 5 sampai 10
menit.
14. Bantu klien mengambil posisi duduk.
15. Lihat atau periksa kembali liang telinga klien apakah
sudah bersih atau belum dengan menggunakan corong
telinga.
16. Perawat cuci tangan.
17. Bersihkan alat alat.
18. Tulis hasil dalam catatan keperawatan. Catat dan
laporkan larutan irigasi yang digunakan karakter struktur
telinga, penampilam cairan yang keluar atau rabas dan
respon klien.

(potter & peery 2009)

Tahap terminasi
1. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
2. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
3. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
Tahap Evaluasi
Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan kegiatan
Tahap dokumentasi
Tulis hasil dalam catatan keperawatan.Catat dan laporkan larutan irigasi yang
digunakan karakter struktur telinga, penampilam cairan yang keluar atau rabas
dan respon klien.

Keterangan :
0 = tidak dikerjakan
1= di kerjakan tapi tidak lengkap/ tidak sempurna
2= dikerjakan dengan sempurna

CHECKLIS TETES TELINGA


Nama : NIM :
ASPEK YANG DINILAI
Definisi :

Tetes telinga adalah obat tetes yang digunakan untuk telinga


dengan cara meneteskan obat ke dalam telinga. Kecuali dinyatakan

lain, tetes telinga dibuat menggunakan cairan pembawa bukan air.


Tetes telinga adalah bentuk larutan, suspensi atau salep yang
digunakan pada telinga dengan cara diteteskan atau dimasukkan
dalam jumlah kecil ke dalam saluran telinga untuk melepaskan
kotoran telinga (lilin telinga) atau untuk mengobati infeksi,
peradangan atau rasa sakit.

Tujuan :
1. Memberikan efek terapi lokal (mengurangi peradangan, membunuh
mikroorganisme penyebab infeksi pada kanal telinga eksternal)
2. Menghilangkan nyeri
3. Melunakkan serumen agar mudah diambil

Indikasi :
Infeksi superficial pada telinga luar oleh kuman gram positif atau gram
negatif .
Kontra indikasi :

NILAI
0
1
2

a. Bagi penderita yang sensitive terhadap chloram fenikol


b. Perforasi membran timpani

Pelaksanaan
3.

Persiapan Pasien :
Memperkenalkan diri
Bina hubungan saling percaya
Meminta pengunjung atau keluarga meninggalkan ruangan
Menjelaskan tujuan
Menjelasakan langkah prosedur yang akan di lakukan
Menyepakati waktu yang akan di gunakan

4. Persiapan alat dan bahan :

Botol obat dan alat tetes

Kartu, format atau huruf cetak nama obat

Lidi kapas

Tisu

Bola kapas (opsional)

Sarung tangan sekali pakai (bila perlu)

5. Persiapan pasien :
Memberitahu klien
Menyiapkan lingkungan klien
Mengatur posisi tidur klien
Tahap pre interaksi
1. Tinjau kembali program obat dari dokter, meliputi nama klien, nama
obat, konsentrasi obat, waktu pemberian obat, jumlah tetesan dan
telinga (kanan atau kiri) yang akan menerima obat.
2. Cuci tangan
3. Siapkan peralatan dan suplai :
a. Botol obat dan alat tetes

b. Kartu, format atau huruf cetak nama obat


c. Lidi kapas
d. Tisu
e. Bola kapas (opsional)
f. Sarung tangan sekali pakai (bila perlu).
Tahap orientasi

Memberi salam, panggil klien dengan panggilan yang disenangi


Memperkenalkan nama perawat
Beritahu tindakan apa yang akan dilakukan kepada klien dan Jelaskan
bahwa klien akan mengalami perasaan penuh, hangat, dan kadang-

kadang tidak nyaman saat cairan kontak dengan membran timpani


Klien diberitahu dalam posisi duduk. Bila klien adalah anak kecil,

harus di pangku sambil dipegang kepalanya.


Menjelaskan tentang kerahasiaan
Tahap Kerja
1. Periksa identitas klien dengan membaca gelang identifikasi dan
2.
3.
4.
5.

menanyakan namanya
Kaji kondisi struktur teling luar dan salurannya
Jelaskan prosedur kepada klien
Atur suplai di sisi tempat tidur
Minta klien mengambil posisi miring dengan telinga yang akan di

obati berada di atas


6. Jika serumen atau drainage menyumbat bagian paling luar saluran
telinga, seka dengan lembut menggunakan lidi kapas. Jangan
mendorong serumen ke dalam untuk menghambat atau menyumbat
saluran
7. Luruskan saluran telinga dengan menarik daun telinga ke bawah dan
ke belakang (pada anak-anak) atau ke atas dan keluar (dewasa)
8. Masukkan tetesan obat yang diresepkan, pegang alat tetes 1 cm di atas
saluran telinga
9. Minta klien mengambil posisi miring 2 sampai 3 menit. Beri pijatan
atau tekanan lembut pada tragus telinga dengan menggunakan jari
tangan

10. Kadang-kadang, dokter mengintruksikan penempatan kapas ke bagian


terluar saluran telinga. Jangan menekan kapas ke bagian terdalam
saluran
11. Lepaskan kapas 15 menit
12. Buang suplai dan sarung tangan yang kotor dan cuci tangan
13. Bantu klien mengambil posisi yang nyaman setelah tetesan diabsorbsi
14. Catat obat, konsentrasinya, jumlah tetesan, waktu pemberian, telinga
mana yang akan dimasukkan obat pada format obat
15. Catat kondisi klien dan responnya terhadap terapi yang diberikan.
Tahap terminasi
1.
2.
3.
4.

Evaluasi kondisi telinga luar diantara pemasukkan obat


Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
Memberikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien

Tahap Evaluasi
Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan kegiatan
Tahap dokumentasi
1. Catat obat, konsentrasinya, jumlah tetesan, waktu pemberian, telinga
mana yang akan dimasukkan obat pada format obat.
2. Catat kondisi saluran telinga pada catatan keperawatan.

Keterangan :
0 = tidak dikerjakan
1= di kerjakan tapi tidak lengkap/ tidak sempurna
2= dikerjakan dengan sempurna

CHECKLIS PEMERIKSAAN THT (telinga, hidung, dan tenggorokan)


Nama : NIM :
ASPEK YANG DINILAI

NILAI
0
1
2

Definisi : Telinga adalah organ untuk pendengaran dan keseimbangan yang


terdiri dari telinga luar, dalam, dan tengah.
Hidung merupakan organ penciuman dan jalan keluar masuknya udara dari
dan ke paru-paru.

Tujuan : Pemeriksaan telinga, hidung, dan tenggorokan digunakan untuk


membantu menegakkan diagnosa penyakit

Indikasi :

Kontraindikasi :
Pelaksanaan
Persiapan Pasien :
a. Pasien anak
1) Pasien duduk dikursi dipangku oleh orang tua
2) Dokter duduk dikursi pemeriksa
3) Kaki orang tua pasien bersilangan dengan kaki pemeriksa.
4) Tangan orang tua memegang kedua tangan pasien, lalu
tangan perawat memegangi kepala pasien
5) Bila tidak ada asisten, minta orang tua untuk memfiksasi
kepala anak dengan memegangi dahi anak menggunakan 1
tangan, bagian belakang kepala anak menempel didada
orang tua sementara tangan yang lain melingkari badan
anak.
b. Pasien dewasa
Pasien duduk dikursi penderita dengan kaki bersilangan dengan
kaki pemeriksa.
c. Persiapan alat dan bahan :
a. Alat-alat standar yang diperlukan untuk pemeriksaan telinga :
1) Lampu kepala
2) Garpu tala
3) Spekulum telinga beberapa ukuran (kecil, sedang, besar)
4) Pinset telinga

5) Aplikator (plintir kapas)


6) Aligator (cunam) : untuk mengambil benda asing dan untuk
mengangkat polip liang telinga.
7) Cerumen haak dan cerumen spoon : cerumen haak yang
tumpul dan tajam (dengan kait) dan cerumen spoon yang
ujungnya seperti sendok.
8) Obat anestesi lokal : larutan lidokain 2 %
9) Balon politzer
10) Pneumatoskop siegel
11) Otoskop
12) Tampon steril
b. Alat-alat standar yang diperlukan untuk pemeriksaan hidung :
1) Lampu kepala
2) Spekulum hidung ukuran kecil, sedang dan besar
3) Pinset bayonet
4) Haak untuk mengambil benda asing dihidung
5) Cairan : pemati rasa (lidokain 2%), vasokonstriktor
(Ephedine)
6) Kapas untuk tampon
7) Kaca laring beberapa ukuran (kecil, sedang dan besar)
8) Penekan lidah ( tongue depresor, tongue spatula)
9) Lampu spiritus
10) Mangkok bengkok (nearbeken)
11) Tampon steril
c. Alat-alat standar yang diperlukan untuk pemeriksaan mulut
(laring/faring) :
1) Lampu kepala
2) 2 penekan lidah (tongue spatula)
3) Larutan pemati rasa lokal (lidokain 2%)
4) Cunam untuk mengambil benda asing ditenggorok
5) Kaca laring bebrapa ukuran (kecil, sedang dan besar)
6) Lampu spiritus
Tahap pre interaksi
1. Cuci tangan
2. Siapkan alat-alat

Tahap orientasi
1. Memberi salam, periksa identifikasi klien dengan membaca gelang

2.
3.
4.
5.
6.

identifikasi dan menanyakan nama klien.


Memperkenalkan nama perawat
Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien dan keluarga.
Menanyakan kesiapan dan persetujuan pasien sebelum tindakan
Memposisikan pasien senyaman mungkin
Menjelaskan tentang kerahasiaan.

Tahap Kerja
Pemeriksaan telinga
1) Untuk inspeksi liang telinga dan membran timpani,
pergunakan spekulum telinga atau otoskop.
2) Untuk visualisasi terbaik pilih spekulum telinga
ukuran terbesar yang masih pas dengan diameter
liang telinga pasien. Diameter liang telinga orang
dewasa adalah 7mm, sehingga untuk otoskopi
pasien dewasa, pergunakan spekulum dengan
diameter 5mm, untuk anak 4mm dan untuk bayi 2,53mm.
3) Lakukan pemeriksaan terhadap kedua telinga. Bila
telinga yang sakit hanya unilateral, lakukan
pemeriksaan terhadap telinga yang sehat terlebih
dahulu.
4) Menggunakan otoskopi :
- Otoskop dipegang menggunakan tangan yang
sesuai dengan sisi telinga yang akan diperiksa,
misalnya : akan memeriksa telinga kanan,
-

otoskop dipegang menggunakan tangan kanan.


Otoskop dapat dipegang dengan 2 cara yaitu
seperti memegang pensil atau seperti memegang
pistol. Kedua teknik ini memastikan otoskop

dan pasien bergerak sebagai 1 unit.


Untuk pasien : berikan informasi bahwa
prosedur ini tidak menyakitkan, pasien hanya
diminta

untuk

tidak

bergerak

selama

pemeriksaan.
Pastikan daya listrik otoskop dalam keadaaan

penuh (fully charged)


Bila terdapat serumen

yang

menghalangi

visualisasi liang telinga telinga dan membran


timpani, lakukan pembersihan serumen terlebih
dahulu
Inspeksi telinga : untuk melihat kelainan pada telinga
luar :
1) Kulit daun telinga : normal/abnormal
2) Muara/lubang telinga : ada atau tidak
3) Keberadaan telinga : terbentuk/tidak terbentuk, besarnya
kecil/sedang/besar/normal/abnormal,

adakah

kelainan

seperti hematoma pada daun telinga.


4) Liang telinga : mengenal pars ossea, isthmus dan pars
cartilaginea dari liang telinga, adakah tanda-tanda radang,
apaka

keluar

cairan/tidak,

adakah

kelainan

dibelakang/depan telinga.
5) Gendang telinga : dinilai warnanya, besar kecilnya, ada
tidaknya refleks cahaya, perforasi, sikatrik, retraksi,
penonjolan prosessur brevis.
Palpasi telinga , Sekitar telinga :
1) Belakang daun telinga
2) Depan daun telinga
3) Adakah rasa sakit atau tidak
Auskultasi :
Menilai adakah bising disekitar liang telinga.
Tes pendengaran meliputi :
1) Tes bisik( whispered voice test)
Tes bisik dipergunakan untuk skrining adanya gangguan
pendengaran dan membedakan tuli hantaran dengan tuli
sensory neural.
Prosedur :
- Pasien duduk dikursi pemeriksaan
- Pemeriksa berdiri 60cm dibelakang pasien
- Pemeriksa membisikkan serangkaian angka dan

huruf (misal 5-k-2) dan meminta pasien untuk

mengulangi

urutan

kata

dibisikkan.

Sebelum

dan

huruf

berbisik,

pemeriksa

mengeluarkan

maksimal)

secara

nafas

perlahan

yang

sebaiknya
(ekspirasi

supaya

nafas

pemeriksa tidak menggangu suara bisikan.


Jika pasien dapat mengulang bisikan dengan
benar berarti tidak ada gangguan pendengaran.
Jiak pasien tidak dapat mengulang rangkaian
kata

dan

huruf

yang

dibisikkan,

ulangi

pemeriksaan dengan menggunakan kombinasi


-

angka dan huruf yang lain


Dilakukan pemeriksaan terhadap telinga kanan
dan kiri diawali dengan telinga yang normal
(tidak ada gangguan pendengaran/pendengaran
lebih baik). Selama pemeriksaan lubang telinga

kontra lateral ditutup dengan kapas.


Telinga yang lain diperiksa dengan cara sama,
tetapi dengan kombinasi angka dan huruf yang

berbeda
Pasien tidak mengalami gangguan pendengaran
jika pasien dapat mengulang dengan benar
paling sedikit 3 dari 6 kombinasi angka dan

huruf yang dibisikkan.


2) Tes penala/ garputala
Bertujuan untuk menilai ada

tidaknya

gangguan

pendengaran (tuli) dan membedakan tuli hantaran dan tuli


sensory neural.
Tes penala didasarkan pada 2 prinsip utama yaitu :
- Telinga dalam lebih sensitif terhadap hantaran
-

suara oleh udara, dibandingkan oleh tulang


Bila ada gangguan pada hantaran suara oleh
udara, telinga yang terganggu lebih sentif
terhadap hantaran oleh tulang, disebut tuli

hantaran murni (conductive hearring loss).


Yang dipakai biasanya adalah garputala frekuensi
512hz.
Tes penala meliputi :
a) Tes rinne
Tes rinne berberguna untuk membandingkan
hantaran udara dan hantaran tulang, sehingga
membantu menegakkan diagnosis tuli hantaran.
- Untuk menilai hantaran udara, ujung lengan
panjang

garputala

yang

sudah

digetarkan

dipasang 1 inci didepan meatus auditorius


-

eksternus
Pasien ditanya apabila sudah tidak mendengar

garpu tala dipindah ke prosesus mastoidea


Setelah itu, prosedur diatas dibalik. Pemeriksaan
dimulai dari prosesus mastoidea kedepan meatus

auditorius eksternus.
Interpretasi hasil :
Tes rinne positif : suara dari konduksi udara
lebih keras dibandingkan konduksi tulang (tidak
ada tuli hantaran)
Tes rinne negatif : suara dari konduksi tulang
lebih keras menunjukkan adanya tuli hantaran
atau tuli sensory neural total (suara garputala
ditransmisikan
tengkorak

dan

melalui

konduksi

diterima

oleh

tulang
telinga

kontralateral.
b) Tes weber :
- Tes ini dilakukan setelah tes rinne, bertujuan
untuk membedakan tuli hantaran dan tuli
-

sensory neural
Garputala yang sudah digetarkan diletakkan di

verteks atau ditengah dahi


Pasien ditanya suara terdengar sama keras atau

lebih keras disatu sisi (kiri atau kanan


Interpretasi hasil :

Suara terdengar sama keras ditelinga kiri dan


kanan : tidak ada lateralisasi/ normal.
Suara terdengar lebih keras disatu sisi : ada
lateralisasi
jika lateralisasi kearah telinga yang terganggu
(tuli hantaran)
jika lateralisasi kearah telinga kontralateral atau
telinga yang sehat (tuli sensory neural).
Pemeriksaan hidung
a. Pemeriksaan rinoskopi anterior
Urutan pemeriksaan :
1) Lakukan temponade selama 5 menit dengan kapas yang
dibasahi larutan lidokain 2 % dan efedrin.
2) Angkat tampon hidung
3) Lakukan inspeksi, mulai dari :
- Cuping hidung ( vestibulum nasi)
- Bangunan dirongga hidung
- Meatus nasi inferior : normal/tidak
- Konka inferior : normal/tidak
- Meatus nasi medius : normal/tidak
- Konka medius : normal/tidak
- Keadaan septa nasi : normal/tidak, adakah deviasi
-

septum
Keadaan rongga hidung : normal/tidak, sempit/lebar,
ada pertumbuhan abnormal : polip, tumor, ada benda

asing/tidak, berbau/tidak.
Adakah discharge dalam rongga hidung, bagaimana
deskripsi discharge ( banyak/sedikit, jernih, mucous,

purulen, warna discharge, apakah berbau)


b. Pemeriksaan rinoskopi posterior
Untuk pemeriksaan :
1) Lakukan penyemprotan pada rongga mulut dengan lidokain
spray 2%
2) Tunggu beberapa menit
3) Ambil kaca laring ukuran kecil
4) Masukkan atau pasang kaca laring pada daerah ismus
fausium arah kaca ke kranial
5) Evaluasi bayangan-bayangan dirongga hidung posterior

(nasoparing)
6) Lihat bayangan di nasoparing :
- Fossa rossenmuler
- Torus tubaris
- Muara tuba auditiva eustachii
- Adenoid
- Konta superior
- Septumnasi posterior
- Choana
c. Pemeriksaan transiluminasi/diaspanaskopi sinus
Jika didapatkan nyeri tekan sinus atau gejala-gejala lain
yang

menunjukkan

sinusitis,pemeriksaan

transiluminasi/diaspanakopi sinus kadang dapat membantu


diagnosis meskipun kurang sensitif dan spesifik.
Prosedur pemeriksaan :
-

Ruangan gelap
Menggunakan sumber cahaya kuat dan terfokus,arahkan

sumber cahaya di pangkal hidung d bawah alis


Lindungi sumber cahaya dengan tangan kiri. Lihat
bayangan

kemerahan

di

dahi

karena

sinar

ditransmisikan melaui ruangan udara dalam sinus


-

prontalis kedahi
Bila pasien menggunakan gigi palsu pada rahang atas,
mintalah pasien untuk melepasnya. Minta pasien untuk
sedikit mengadahkan kepala dan membuka mulut lebarlebar. Arahkan sinar dari sudut mata bagian bawah

dalam kearah bawah.


Lihat bagian palatum durum didalam mulut. Bayangan
kemerahan

dipalatum

durum

menunjukkan

sinus

maksilaris normal yang terisi oleh udara. Bila sinus


terisi cairan bayangan kemerahan tersebut meredup atau
menghilang.
Cara lain, sumber cahaya dimasukkan kemulut diarahkan kemata dan
diperhatikan keadaan pupil. Bila pupil midriasis (anisokor), kemungkinan

terdapat cairan/massa pada sinus. Bila pypil isokor tidak terdapat cairan atau
massa.

Pemeriksaan tenggorokan
a. Pemeriksaan Laring-Faring
Urutan :
1. Siapkan alat
2. Siapkan pasien
3. Lakukan anamnesis
4. Lakukan pemeriksaan rongga mulut
Anamnesis
Apa alasan datang kerumah sakit/dokter (keluhan utama)
a. Sulit untuk menelan (dispagia) dan Sakit untuk menelan
(odynofagia) :
- Sejak kapan?
- Apakah disertai keluhan-keluhan dibibir dan rongga
mulut?
Apakah disertai dengan keluhan-keluhan lain
Apakah disertai dengfan keluhan untuk menelan
Diagnosis banding :
1. Benda asing
2. Paringitis akut dan kronis
3. Allergi
4. Tonsilitis akut dan kronis
5. GERD, divertikulum, stiktur,achalasia
6. Massa
7. Gangguan neurologi
b. Serak (hoarseness)
- Sejak kapan?
- Apakah disertai dengan keluhan yang lain seperti sesak
-

napas/batuk?
Apakah ada riwayat trauma?
Batuk-batuk : apakah batuk dulu atau serak ; apakah
serak dulu baru batuk?
Diagnosis banding
1. Laringitis akut dan kronis
2. Allergi
3. TB
4. Nodul

5. Neuplasma
6. GERD
7. Gangguan neurologi (post stroke)

Tahap terminasi
1. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan
tindakan.
2. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
3. Melakukan kontrak waktu selanjutnya.
4. Berikan reinforcement sesuai kemampuan pasien
Tahap Evaluasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan, dan respon klien
terhadap tindakan yang dilakukan

Tahap dokumentasi
Mendokumentasikan seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan, dan
respon klien terhadap tindakan yang dilakukan
.
.

Keterangan :
0 = tidak dikerjakan
1= di kerjakan tapi tidak lengkap/ tidak sempurna
2= dikerjakan dengan sempurna

CHECKLIS PEMBERIAN TETES HIDUNG


Nama : NIM :
ASPEK YANG DINILAI
Definisi :
Pemberian obat melalui hidung adalah cara memberikan obat pada
hidung dengan tetes hidung yang dapat dilakukan pada seseorang
dengan keradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring
Tujuan :
a. Mengencerkan sekresi dan memfasilitasi drainase dari hidung
b. Mengobati infeksi pada rongga hidung dan sinus

Indikasi :
a. Pasien yang mengalami infeksi/peradangan pada hidung.
b. Pasien yang sesak nafas karena adanya sekresi pada sinus
nasalis.
(Sesuai dengan tindakan kolaborasi dengan dokter)

Pelaksanaan
Persiapan alat dan bahan :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Obat yang disiapkan dengan alat tetes yang bersih.


Kartu, format, atau huruf cetak nama obat
Tisu wajah
Bantal kecil (bila perlu)
Kain lap (bila perlu)
Sarung tangan

NILAI
0
1
2

g.
h.
i.
j.
k.
l.

Spekulum hidung (bila perlu)


Pinset anatomi dalam tempatmya
Plester
Kain kasa
Kertas tisue
Balutan

Tahap pre interaksi


1. Periksa program obat dari dokter, meliputi nama klien, nama obat,
konsentrasi larutan, jumlah tetesan, dan waktu pemberian obat. (Ingat
Prinsip 6 Benar)
2. Merujuk pada catatan medis untuk menentukan sinus mana yang perlu
diobati.
3. Siapkan alat dan bahan
4. Cuci tangan
Tahap orientasi
1. Memberi salam, periksa identifikasi klien dengan membaca gelang
2.
3.
4.
5.
6.

identifikasi dan menanyakan nama klien.


Memperkenalkan nama perawat
Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien dan keluarga.
Menanyakan kesiapan dan persetujuan pasien sebelum tindakan
Memposisikan pasien senyaman mungkin
Menjelaskan tentang kerahasiaan

Tahap Kerja
a. Kenakan sarung tangan. Inspeksi kondisi hidung dan sinus.
Palpasi adanya nyeri tekanan pada sinus.
b. Jelaskan prosedur tentang pengaturan posisi dan sensasi yang
akan timbul, misalnya rasa terbakar atau tersengat pada mukosa
atau sensasi tersedak ketika obat menetes ke dalam tenggorok.
c. Atur suplai dan obat di sisi tempat tidur.
d. Instruksikan klien untuk menghembuskan udara, kecuali
dikontraindikasikan

(mis.

Resiko-peningkatan

tekanan

intrakranial atau hidung berdarah).


e. Memberi obat tetes hidung:
1) Bantu klien mengambil posisi telentang
2) Atur posisi kepala yang tepat:
a) Faring posterior-tekuk kepala klien ke belakang.
b) Sinus ethmoid atau sfenoid-tekuk kepala ke belakang di

atas pinggiran tempat tidur atau tempatkan bantal di


bawah bahu dan tekuk kepala kebelakang.
c) Sinus frontal dan maksilaris-tekuk kepala ke belakang di
atas pinggiran tempat tidur atau kepala ditengokkan ke
sisi yang akan diobati. Sangga kepala klien dengan
tangan tidak dominan.
f. Instruksikan klien untuk bernapas melalui mulut.
g. Pegang alat tetes 1 cm di atas nares dan masukkan jumlah tetesan
yang diinstruksikan melalui garis tengah tulang ethmoid.
h. Minta klien berbaring telentang selama lima menit.
i. Tawarkan tisu wajah untuk mengeringkan hidung yang berair
(ingusan), tetapi peringatkan klien untuk tidak menghembuskan
napas dari hidung selama beberapa menit.
j. Bantu klien mengambil posisi yang nyaman setelah obat
diabsorbsi.
k. Lepas sarung tangan danbuang suplai yang kotor dalam wadah
yang tepat.
l. Cuci tangan
Catatan : Observasi adanya efek samping pada klien selama 15
sampai 30 menit setelah diberikan obat.
Tahap terminasi
1.
2.
3.
4.

Evaluasi kondisi hidung saat pemasukkan obat


Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
Memberikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien

Tahap dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan, catat pemberian obat,
termasuk nama obat, jumlah tetesan, lubang hidung yang dimasukkan obat,
dan waktu pemberian obat.

.
.

Keterangan :
0 = tidak dikerjakan
1= di kerjakan tapi tidak lengkap/ tidak sempurna
2= dikerjakan dengan sempurna

CHECKLIS IRIGASI HIDUNG


Nama : NIM :
ASPEK YANG DINILAI
0
Definisi :
1. Irigasi adalah suatu tindakan yang digunakan untuk membersihkan
suatu area atau memberikan obat atau kompres panas aataupun dingin
ke suatu daerah yang cedera.
2. Irigasi hidung adalah prosedur rumah yang melibatkan menggunakan
air garam bilas untuk membersihkan saluran hidung.
Tujuan :

NILAI
1
2

menghilangkan lendir dan bakteri dari hidung


untuk sementara mengurangi gejala post nasal drip dan hidung
tersumbat.

Indikasi :
-

Klien dengan rinosinusitis


Klien dengan rhinitis alergik
Klien dalam keadaan pasca bedah sinus endoskopik

Pelaksanaan
1. Persiapan alat dan bahan :
1.
2.
3.
4.
5.

Botol pembersih
Spray
Neti pot
Spuit 50 cc
Larutan normal salin, jika tidak ada dapat membuat larutan garam
sendiri dengan menggunakan satu hingga dua cangkir air garam,
seperempat hingga setengah sendok the garam beryodium, dan soda
kue untuk menghilangkan aroma garam. Untuk perhatian, lautan garam
yang tidak terpakai harus segera dibuang. Untuk irgasi hidung
selanjutnya dapat dibuat larutan garam yang baru.

Tahap pre interaksi


1. Cuci tangan
2. Siapkan alat-alat

Tahap orientasi
1. Memberi salam, panggil klien dengan panggilan yang disenangi
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau keluarga

Tahap Kerja
Metode Satu
1. Posisikan klien sesuai posisi yang ditentukan, yaitu berada diatas
watafel, dengan kepala menghadap ke bawah. Untuk anak anak, kepala
dapat disenderkan ke wastafel dengan kepala miring ke bawah.
2. Isi botol pembersih/spray/neti pot/spuit dengan larutan yang telah
disiapkan.
3. Masukkan ujung botol pembersih/spray/neti pot/ spuit sampai lubang
hidung, cubit sedikit ujung hidung untuk mencegah larutan keluar dari
hidung.
4. Masukkan cairan perlahan lahan, biarkan keluar dari lubang hidung
yang

lain.

Maksimalkan

dengan

menganjurkan

klien

untuk

menghembuskan nafas melalui hidungnya.


5. Ulangi untuk lubang hidung yang lain.
Metode Dua
1. Gunakan tangan klien untuk melakukan teknik ini.
2. Tuangkan sebagian larutan yang telah disiapkan ketas telapak tangan
klien.
3. Anjurkan klien untuk menghirup larutan tersebut perlahan lahan
menggunakan satu lubang hidung.
4. Keluarkan cairan dengan cara menghembuskan udara lewat hidung.
Ulangi untuk lubang hidung yang lain
Tahap terminasi
1. Menanyakan kepada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan
tindakan
2. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
3. Melakukan kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya
4. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
Tahap dokumentasi
1.

Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan meliputi :


Tindakan yang dilakukan, hasil serta respon klien
Jumlah dan jenis cairan yang dimasukkan serta dikeluarkan
Tanggal dan jam melakukan tindakan

Nama perawat yang melakukan serta tanda tangan / paraf


.
.

Keterangan :
0 = tidak dikerjakan
1= di kerjakan tapi tidak lengkap/ tidak sempurna
2= dikerjakan dengan sempurna

Anda mungkin juga menyukai