Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan hidup yang utama dan mendasar bagi manusia.
Peningkatan taraf kemakmuran dan taraf konsumsi masyarakat terhadap pangan mendorong
perkembangan perusahaan pengolahan pangan, khususnya pengolahan daging. Peningkatan
konsumsi masyarakat terhadap daging ayam juga membuka peluang bagi perusahaan
pengolahan pangan secara luas serta memiliki prospek yang menjanjikan, karena industri ini
memiliki arti penting dalam memenuhi konsumsi gizi berupa protein. Daging ayam memiliki
kandungan gizi yang lengkap dan harga yang relatif lebih murah daripada harga daging sapi
atau domba. Oleh karena itu, daging ayam dapat diterima hampir golongan masyarakat, hal
ini disebabkan daging ayam juga dapat diolah menjadi berbagai macam produk seperti
chicken nugget.
Pola hidup yang semakin berkembang dan serba cepat mengakibatkan konsumsi
masyarakat berubah pada penyiapan makanan dengan cara siap saji. Optimalisasi
pemanfaatan daging ayam dalam pengolahan daging menjadi salah satu alternatif. Pola
makan siap saji juga menuntut perusahaan pengolahan pangan untuk memperhatikan mutu
produk yang dihasilkan. Perusahaan pengolahan pangan memerlukan proses produksi secara
aman, sehat, utuh dan halal (ASUH). Proses pengolahan harus dilakukan dan dikontrol secara
intensif, sehingga jaminan mutu pangan dan kesehatan masyarakat terpenuhi. Pangan yang
bermutu dan aman untuk dikonsumsi mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat,
sehingga perusahaan pangan yang bersangkutan akan berkembang pesat. Muhandri (2005)
menjelaskan bahwa peran dan pemahaman mutu sangat penting, karena untuk menjamin
kepentingan internal maupun aksternal perusahaan dalam mewujudkan efisiensi produksi.
Oleh karena itu, HACCP menjadi penting sebagai standar dasar dokumentasi pelaksanaan
proses produksi serta jaminan keamanan pangan bagi konsumen.
Prosedur ini merupakan rangkaian sistem jaminan mutu pangan yang berguna dalam
menjaga keefektifan dan keefisiensian kerja perusahaan. Keamanan pangan menjadi salah
satu tuntutan yang harus dipenuhi industri pengolahan makanan. Jaminan keamanan melalui
HACCP merupakan cara kerja yang terintegrasi dalam menyediakan produk pangan yang
higienis (From Farm to the Table). Hazard Analysis Critical Control Point merupakan salah
satu faktor yang penting untuk memenuhi standar mutu atau persyaratan yang ditetapkan
untuk pangan. Hazard Analysis Critical Control Point sangat berguna bagi kelangsungan
hidup industry pangan baik yang berskala kecil, sedang, maupun yang berskala besar.
Penerapan
perencanaan produksi melalui HACCP adalah dokumentasi terintegrasi yang dapat menjadi
dasar pemantauan proses produksi dengan penekanan pada hygiene pangan. Oleh karena itu,
penerapan dan pelaksanaan HACCP pada industri pengolahan pangan sangat dibutuhkan. PT
Japfa Santori Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang sangat memperhatikan mutu
dan keamanan produk yang dihasilkan. Perusahaan telah menerapkan sistem ini dalam
memenuhi permintaan konsumen akan produk yang aman, sehat, utuh dan halal. Perusahaan
menerapkan HACCP juga memiliki tujuan dalam pengontrolan proses produksi secara
terperinci pada tahapan proses produksi, khususnya chicken nugget.
TINJAUAN PUSTAKA
Penanganan Daging Ayam sebagai Bahan Baku
Daging ayam memiliki serat halus memanjang dan berwarna putih. Daging ayam juga
memiliki lemak berwarna putih kekuningan dan banyak mengandung asam amino essensial
yang baik bagi pertumbuhan dan perbaikan nutrisi tubuh (Lawrie, 1995). Pemotongan juga
dapat menimbulkan berkurangnya kualitas daging disebabkan oleh adanya proses pelayuan,
pemasakan, pengukuran pH karkas dan daging, residu hormon, residu antibiotik,
penyimpanan dan penggunaan enzim pengempuk daging. Daging mudah mengalami
kerusakan, sehingga perlu dilakukan pengolahan daging untuk memperpanjang umur simpan
dan meningkatkan kualitas citarasa daging.
Bahan baku pengolahan pangan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi.
Penanganan bahan baku yang sesuai dapat meningkatkan mutu produk. Bahan baku makanan
harus disimpan pada suhu rendah (4oC) yang berguna dalam menghindari kontaminasi dan
menurunkan jumlah mikroorganisme patogen. Penyimpanan bahan mentah harus bersih dan
bebas dari kotoran atau bau (Jenie, 1987).
Daging ayam mengandung substansi nitrogen dan karbohidrat sehingga penanganan
yang kurang baik dapat memberi peluang pertumbuhan mikroorganisme pada tingkat
keasaman yang sesuai (Saksono, 1986). Lukman (2003) menambahkan bahwa jenis bahan
yang mudah rusak memiliki kandungan protein tinggi (18%), pH 5,3-6,2 dan kadar air 75,5%.
Komposisi protein daging unggas (ayam) lebih tinggi dibandingkan daging sapi. Persentase
protein dapat dilihat pada Tabel.
Tabel. Komposisi Kimia Daging Ayam dan Daging Sapi
Penanganan bahan baku dapat berupa persiapan atau menyeleksi dari awal bahan
baku datang. Proses yang diperlukan dalam menangani bahan baku dapat berupa cara
penyimpanan awal (preparasi), pendinginan dan thawing. Penyimpanan awal harus benarbenar dilakukan secara baik, hal ini dikarenakan cara yang benar dapat mengurangi degradasi
bahan mentah selama penyimpanan. Pemrosesan bahan pangan dilakukan untuk
menghentikan kegiatan enzim dan menghancurkan penyebab timbulnya penyakit pada
makanan, sehingga umur simpan menjadi lebih lama (Saksono, 1986).
Bahan pelindung, pendingin dan penyimpanan dingin juga harus dilakukan jika dalam
kondisi tertentu diperlukan. Soeparno (1998) menambahkan penyimpanan awal dapat
menyamakan kondisi atau mencegah daging dari kerusakan akibat mikroorganisme serta
memperpanjang penyimpanan. Pendinginan pada bahan baku daging banyak dilakukan untuk
menjaga bahan agar dapat diproses dalam waktu yang lama dan menjaga mutu bahan.
Menurut Buckle (1987) penyimpanan dingin merupakan penyimpanan yang dilakukan pada
suhu antara 1oC sampai 3,5oC, tetapi masih dalam suhu optimal 2oC dan 7oC yang dapat
bertahan dalam waktu 3-5 hari.
Penyimpanan yang melebihi 5 hari pemilihan suhu terendah dapat menghindarkan
pembekuan bagian tipis karkas. Thawing pada proses ini dilakukan melalui perantara udara
dingin, air hangat, air pada suhu kamar, pemasakan langsung tanpa penyegaran kembali dan
udara terbuka. Penentuan waktu dan suhu ditetapkan menurut temperatur pada daging,
ukuran daging, medium penyegar dan kapasitas internal daging (Soeparno, 1998).
Penyimpanan ayam sebelum pengolahan menjadi produk juga berguna dalam
mempertahankan mutu daging ayam, memperlambat reaksi enzimatik dan nonenzimatik
(pembusukan terhambat, menghambat denaturasi protein dan agar daya ikat air water holding
capacity (WHC) tidak turun (Buckle et al., 1987). Daging ayam olahan yang berupa emulsi
harus memiliki WHC yang tinggi sehingga syarat utama sebagai nugget memiliki mutu
tinggi. WHC sangat berperan dalam pengikatan air bebas dan pembentukan gel. WHC yang
tinggi memudahkan daging dikonsumsi, lebih lembut dan menimbulkan faktor juicy. Hal ini
akibat pengaruh pH dan ion protein dalam daging (Belitz dan Grosch, 1999).
Chicken Nugget
Chicken nugget merupakan bahan pangan yang terbuat dari daging segar olahan yang
telah dimodifikasi melalui pengolahan. Daging ayam olahan memiliki masa simpan yang
lebih lama. Pengolahan daging menjadi produk jadi seperti nugget dapat memperbaiki sifat
organoleptik, penurunan penyusutan lemak dan meningkatkan variasi produk daging
(Marliyati et al., 1992). Proses pengolahan chicken nugget meliputi grinding atau chroping,
penambahan bumbu dan pemanasan atau pengubahan warna. Menurut Owen (2001)
pengolahan nugget mencakup enam tahap yaitu pembentukan adonan dengan cara
penggilingan daging kemudian dilakukan pencampuran bumbu, penambahan es dan bahan
tambahan, pencetakan, perekatan tepung dan pelumuran tepung panir, penggorengan awal
(pre-frying), pembekuan dan pengemasan.
Chicken nugget merupakan produk daging ayam yang dicetak, dimasak dan/atau
dibekukan. Pembuatan chicken nugget dilakukan melalui pencampuran daging giling dengan
bahan pelapis dan atau tanpa penambahan bahan tambahan makanan yang diizinkan (BSN,
2002). Chicken nugget juga merupakan produk emulsi minyak dalam air.
Emulsi daging pada nugget merupakan emulsi kompleks dari butiran lemak yang
terdispersi (Keeton, 2001). Faktor kualitas nugget dapat ditentukan melalui filler dan binder.
Penambahan bahan pengisi (filler) dan bahan pengikat (binder) berguna dalam meningkatkan
stabilitas emulsi, meningkatkan flavor, meningkatkan daya ikat bumbu, biaya formulasi
berkurang dan mengurangi pengerutan pada saat pemanasan (Soeparno, 1998). Pengolahan
nugget dapat dilakukan dengan menggiling daging, pemberian bumbu, pencampuran bumbu
dan daging, pematangan serta pembekuan.
Pengolahan chicken nugget mampu meningkatkan kandungan mineral dengan
penambahan bumbu, sedangkan peningkatan kalori disebabkan oleh penambahan karbohidrat
dan protein dari biji-bijian, tepung dan susu skim (Soeparno, 1998). Koswara et al. (2000)
menambahkan chicken nugget merupakan produk olahan daging yang memiliki bentuk
potongan segi empat dan dilapisi bumbu (buttered dan breaded).
Nugget dapat diolah dari daging ayam, daging sapi dan ikan. Bumbu dalam
pengolahan nugget memiliki peran penting, karena mampu meningkatkan citarasa terutama
penambahan garam dan rempah-rempah. Pengolahan daging juga menggunakan bahan
berupa es yang berguna dalam menjaga suhu daging. Es dapat menambah dan/atau
mempertahankan kadar air daging sehingga tekstur menjadi lebih empuk (Imelda, 2003).
Emulsi adalah dispersi atau suspensi suatu cairan dalam cairan yang lain. Molekul
kedua cairan pada emulsi tidak saling berbaur tetapi saling antagonistik. Emulsi biasanya
terdapat tiga bagian utama, yaitu bagian terdispersi yang terdiri dari butir-butir (biasanya
berupa lemak), bagian kedua disebut media pendispersi yang juga biasa disebut continous
phase (biasanya terdiri dari air) dan bagian ketiga adalah emulsifier yang berfungsi menjaga
agar butir minyak tetap tersuspensi di dalam air. Bahan alami yang dapat bertindak sebagai
penstabil emulsi misalnya protein karena sifat alaminya (amfipatik) (Winarno, 2002).
merupakan
salah
satu
perencanaan
produksi
yang
baik,
prosedur
penyusunan
SSOP
harus
memenuhi
kelayakan
antara
lain
(1)
Penyusunan HACCP pada dasarnya terbagi dalam dua belas langkah. Konsep
penyusunan ini memiliki 7 prinsip HACCP. Langkah penyusunan dan penerapan
HACCP menurut Codex AlimentariusCommision adalah sebagai berikut :
1. Menyusun Tim HACCP
2. Deskripsi Produk
3. Identifikasi Pengguna yang Dituju
4. Penyusunan Diagram Alir
5. Verifikasi Diagram Alir
6. Melakukan Analisis Bahaya kemudian Melakukan Tindakan
7. Menentukan CCP
8. Menetapkan Batas Kritis untuk Setiap CCP
9. Menetapkan Sistem Pemantauan untuk Setiap CCP
10. Menentukan Tindakan Koreksi untuk Penyimpangan yang mungkin terjadi
11. Menetapkan Prosedur Verifikasi
12. Menetapkan Penyimpangan Catatan dan Dokumentasi
Prinsip HACCP berdasarkan Codex Alimentarius Commission (1993) yaitu meliputi :
a) Melakukan analisis bahaya. Menyiapkan diagram alir pada setiap proses.
Identifikasi dan dokumentasi bahaya serta menetapkan ukuran kendali yang Ada
b) Identifikasi CCP pada setiap proses melalui pohon pengambilan keputusan
c) Menetapkan batas toleransi yang harus pada masing-masing CCP secara
terkendali
d) Menetapkan sistem monitoring untuk mengontrol CCP dengan pengamatan
e) Menetapkan tindakan korektif jika dalam pengawasan terjadi penyimpangan
pada CCP
f) Mendokumentasikan semua arsip dan menetapkan prosedur yang sesuai
dengan prinsip dan aplikasi HACCP
g) Menetapkan prosedur verifikasi yang meliputi pengujian dasar.
Hazard Analysis Critical Control Point merupakan piranti atau sistem yang digunakan
untuk menilai bahaya dan menetapkan sistem pengendalian yang memfokuskan pada
pencegahan. Hazard Analysis Critical Control Point menekankan pentingnya mutu keamanan
pangan, oleh sebab itu sebagai jaminan mutu pangan, HACCP dapat diterapkan pada seluruh
mata rantai produksi proses pengolahan produk pangan.
Pentingnya penerapan sistem ini pada industri pangan karena bahan-bahan yang
digunakan dalam produksi atau pengolahan memungkinkan terjadinya pencemaran.
Pencemaran ini dapat diminimalkan melalui penyusunan rancangan kerja jaminan mutu pada
proses penerimaan bahan baku sampai produk diterima konsumen (Muhandri dan
Kadarisman, 2005).
Penyusunan rencana kerja jaminan mutu ini merupakan dokumen yang dibuat
berdasarkan prinsip-prinsip HACCP yang berguna dalam mengendalikan bahaya dan
mendukung keamanan produk yang dihasilkan. Dokumen rencana jaminan mutu HACCP
harus memuat :
a) Data perusahaan yang meliputi identitas perusahaan, struktur organisasi, pelatihan
tim HACCP dan bidang kegiatan serta kebijakan mutu perusahaan
b) Deskripsi produk yang berisi daftar seluruh identitas produk akhir
c) Persyaratan dasar yang harus dipenuhi, seperti SOP dan HACCP
d) Diagram alir dan model verifikasi
e) Analisa bahaya yang berfungsi dalam mengumpulkan informasi bahaya sampai
terjadinya bahaya dan harus ditangani melalui rencana HACCP. Bahaya dalam
produk pangan dibedakan menurut tingkat resiko bahayanya, seperti yang terlihat
pada Tabel.
Tabel. Daftar Kategori Resiko Produk Pangan
f) Daftar kendali yang berbentuk matrik dan berisi lokasi CCP (CCP merupakan suatu
titik atau prosedur dalam sistem pengolahan pangan yang jika tidak dikendalikan
mengakibatkan resiko yang berbahaya), prosedur monitoring, penetapan batas
kritis dan tindakan perbaikan
g) Penanganan keluhan konsumen, penarikan produk dan perubahan dokumen yang
berisi cara pengembalian dan perbaharuan dokumen agar selalu tercatat sehingga
perubahannya dapat diketahui atau dipantau serta pelatihan.
Penyusunan analisis penyusunan rencana kerja HACCP juga dikelompokkan ke
dalam beberapa bagian menurut jenis bahan atau produk yang dihasilkan berdasarkan tingkat
terjadinya bahaya serta kategori resiko. Pengelompokan jenis bahaya dan kategori resiko
pada produk pangan dapat dilihat pada Tabel.
Tabel. Karakteristik Bahaya
PROSEDUR
Pelaksanaan kegiatan survei tidak terlepas dari proses kegiatan perusahaan. Tim juga
terlibat dalam pelaksanaan pengontrolan proses produksi. Tim melakukan praktek kerja untuk
membantu aspek pengamatan. Pengambilan data penelitian merupakan gambaran kondisi
nyata yang terdapat di lapangan. Penilaian dan analisis dilakukan dengan cara deskripsi
langsung permasalahan yang dikaji melalui rencana kerja jaminan mutu pangan berdasarkan
HACCP.
Pengumpulan data terkait yang meliputi informasi penggunaan bahan baku, bahan
penunjang, penerimaan bahan baku, bahan pengemas, proses produksi, penyimpanan dan
pendistribusian diperoleh dari literatur dan data yang terdapat di perusahaan. Data yang
diperoleh, tertulis dalam kondisi umum perusahaan. Analisis dilakukan dengan penyusunan
rencana kerja HACCP yang meliputi :
a) Deskripsi Produk. Deskripsi memuat hal yang perlu diperhatikan (keterangan
produk secara jelas) sebagai informasi dan memberi petunjuk dalam rangka
identifikasi bahaya serta membantu mengembangkan batas-batas kritis yang perlu
dikaji.
b) Penyusunan Diagram Alir. Diagram alir disusun dengan mencatat seluruh proses
sejak bahan baku diterima sampai dihasilkan produk untuk disimpan. Diagram alir
menggambarkan keseluruhan proses produksi dan membantu dalam melaksanakan
kerja serta sebagai pedoman untuk melakukan verifikasi.
c) Analisis Bahaya (Prinsip 1). Analisis bahaya berguna dalam mengidentifikasi dan
menganalisa bahaya serta menentukan tingkat resiko bahaya pada proses produksi.
Resiko merupakan peluang terjadinya bahaya.
Analisis bahaya juga dapat dilakukan melalui pembuatan matrik analisa
bahaya
untuk
menentukan
tingkat
kesignifikanan
bahaya
dengan
Penetapan
Kebijakan
Mutu.
Kebijakan
mutu
merupakan
upaya
untuk
l) Membuat lembar kerja kendali mutu yang mencakup seluruh aspek yang sedang
dikaji dalam HACCP Penetapan CCP pada prinsip HACCP Plan dapat dibantu
menggunakan diagram pohon keputusan (CCP Decision Tree). Pohan keputusan
dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.
Hazard Analysis Critical Control Point merupakan suatu jaminan mutu berdasarkan
pada perhatian terhadap bahaya yang mungkin timbul di setiap titik atau tahap produksi.
Hazard Analysis Critical Control Point merupakan manajemen resiko yang dikembangkan
untuk memberi jaminan keamanan pangan dengan pendekatan pencegahan timbulnya bahaya
atau resiko yang mungkin terjadi.
Penyusunan HACCP berdasarkan tujuh prinsip HACCP. Hazard Analysis Critical
Control Point Plan adalah dokumen yang dibuat berdasarkan prinsip HACCP untuk
menjamin keamanan pangan pada rantai pangan yang dipertimbangkan (BSN, 1998). Hazard
Analysis Critical Control Point Plan bersifat menjamin mutu sejak bahan baku dipersiapkan
sampai menjadi produk akhir dan didistribusikan. Rencana kerja ini juga mengurangi resiko
komplain dan dapat dijadikan promosi dagang yang memiliki daya saing kompetitif.
Keuntungan penerapan rencana kerja HACCP antara lain meningkatkan keamanan pangan
pada hasil produksi, meningkatkan kepuasan konsumen, memperbaiki fungsi pengendalian,
mengubah pendekatan pengujian akhir yang bersifat retrospektif kepada pendekatan jaminan
mutu yang bersifat preventif dan mengurangi limbah serta kerusakan produk atau waste.
Aplikasi yang diterapkan meliputi :
Deskripsi Produk
Tahapan aplikasi HACCP ini bertujuan untuk mengetahui komposisi utama produk,
karakteristik produk, pengemasan, struktur kimia/fisik, informasi keamanan, cara
penyimpanan, perlakuan pengolahan, petunjuk penggunaan dan metode pendistribusian.
Beberapa informasi deskripsi produk dapat dilihat pada Tabel