Anda di halaman 1dari 15

EKSTENSIBILITAS DAN ELASTISITAS OTOT

LAPORAN PRAKTIKUM
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Fisiologi Hewan dan Manusia
Yang dibina oleh Ibu Dr. Sri Rahayu Lestari, M.Si

Oleh Kelompok 2 :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Isfatun Chasanah
Khusnulwati Mukramin
Patricia Karin H.P
Putri Kartika Mukti
Yanis Kurnia Basitoh
Yunita Nur Agustiningsih

( 140342603465 )
( 140342606601 )
( 140342601104 )
( 140342601574 )
( 140342604104 )
( 140342601774 )

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
September 2015
A. Topik : Ekstensibilitas Dan Elastisitas Otot

B. Tujuan :
Kegiatan

ini

untuk

meningkatkan

pemahaman

mahasiswa

tentang

sifat

ekstensibilitas dan elastisitas otot polos dan otot lurik, serta mampu mengembangkan
lewat penelitian.
C. Dasar Teori
Pada hewan dan manusia terdapat jaringan otot yang mendukungnya bergerak secara
aktif (Silvertorn, 2013). Otot sendiri dibedakan menjadi tiga, yaitu otot jantung, otot
polos dan otot lurik. Dalam tubuh vertebrata terdapat tiga jenis jaringan otot, yaitu otot
polos, otot lurik dan otot jantung. Otot lurik yang melekat pada rangka bertanggung
jawab atas pergerakan tubuh secara sadar. Otot jantung membentuk dinding kontraktil
jantung. Sel otot jantung bercabang dan ujung sel-selnya dihubungkan dengan cakram
berinterkalar yang mana kontraksi dari otot ini tidak menurut kehendak. Otot polos
ditemukan dalam dinding saluran pencernaan, kandung kemih, arteri dan organ internal
lainnya. Otot polos berkontraksi lebih lambat dibandingkan dengan otot rangka dan
bertanggung jawab atas aktivitas tubuh tidak sadar (Campbell, 2002).
Bagian-bagian otot teridri dari sarkolema, sarkoplasma, miofibril, dan miofilamen.
Sarkolema adalah membran yang melapisi suatu sel otot yang fungsinya sebagai
pelindung otot. Sarkoplasma adalah cairan sel otot yang fungsinya untuk tempat dimana
miofibril dan miofilamen berada. Miofibril merupakan serat-serat pada otot. Miofilamen
adalah benang-benang/filamen halus yang berasal dari miofibril (Mescher, 2011).
Jaringan otot memiliki sifat yang khas yaitu kontraktilitas (kemampuan untuk
berkontraksi) yang tinggi, ektensibilitas dan elastisitas. Konraktilitas atau kemampuan
untuk berkontraksi (menegang) pada sel otot disebabkan sel otot memiliki protein
kontraktil. Bila otot mendapat rangsangan yang cukup kuat maka otot akan memendek.
Pemendekan ini dapat 1/6 kali panjang semula, bahkan pada otot rangka dapat
memendek sampai 1/10 panjang semula. Ekstensibilitas merupakan kemampuan otot
untuk memanjang apabila diberi beban atau gaya. Hukum Starting mengatakan bahwa
kuat kontraksi otot berbanding lurus dengan panjang mula-mula otot tersebut. Sedangkan
sifat elastisistas adalah kemampuan otot untuk kembali pada bentuk dan ukuran semula
apabila gaya atau beban yang diberikan pada otot dihilangkan. (Soewolo, 2000).
Perbedaan struktur jaringan otot polos dengan otot lurik berpengaruh terhadap sifat
elastisitas dan ekstensibilitasnya. Adanya sifat ekstensibilitas dan elastisitas ini
memungkinkan sel-sel otot tidak mudah rusak apabila dikenai gaya.

D. Alat dan Bahan


1. papan dan alat seksi
2. gelas arloji
3. tiang penggantung
4. benang besar
5. larutan Ringer untuk katak
6. katak hijau
7. beban logam atau anak timbangan @ 10 gram
8. plastik
9. statif
10. tisu
11. pipet
12. gelas beaker
E. Langkah Kerja
1. Membuat Sediaan Otot Lurik
Merusak otak katak dengan single pitting
Memisahkan dengan hati-hati kulit pada daerah abdobmen, sehingga
tampak otot rektus abdominisnya
Menetesi otot dengan larutan Ringer
Dengan hati-hati membuat potongan longitudinal pada otot rektus
abdominis dengan panjang 3 cm dan lebar sama dengan lebar ususnya
(membuat 2-3 potongan)
Merendam potongan-potongan otot tersebut dalam larutan Ringer pada
gelas arloji, dan mengistirahatkan selama 2-3 menit.

2. Membuat sediaan Otot Polos


Dari katak yang sama, mengeluarkan usus katak dari rongga
abdobmennya
Dengan hati-hati membersihkan usus katak dengan engeluarkan
kotorannya.
Membuat potongan-potongan usus sepanjang 3 cm (membuat 2-3
potongan)
Memasukkan potongan-potongan usus tersebut ke dalam larutan ringer
pada gelas arloji, dan mengistirahatkan selama 2-3 menit.

3. Mengukur Ekstensibilitas dan Elastisitas Otot Lurik


Mengikat kedua ujung potongan otot rektus abdominiis dengan seutas
tali (ikatan tidak terlalu kuat atau terlalu longgar)
Mengikat benang yang satu pada penggantung, sedang benang yang lain
pada tempat beban
Mengukur panjang otot antara dua ikatan sebelum diberi beban (kode
pO1), kemudian berturut-turut menambahkan 10 gram beban sampai 50
gram (kode pO50)
Mengukur panjang otot pada setiap kali penambahan beban 10 gram
beban dan mencatat hasilnya pada tabel
Kemudian berturut-turut mengurangi 10 gram beban sampai akhirnya
tanpa beban (kode pO2)
Mengukur panjang usus pada setiap kali pengurangan beban 10 gram
dan mencatat hasilnya pada tabel

4. Mengukur Ekstensibilitas dan Elastisitas Otot Polos.


Mengukur ekstensibilitasn elastisitas otot lurik untuk usus katak dan
mencatat hasilnya pada tabel.
F. Analisis Data
No.

Beban

Otot lurik (cm)

Otot polos (cm)

P01

P10

3.2

5.5

P20

3.5

P30

3.7

8.2

P40

8.5

P50

4.1

9.2

P40

3.8

P30

3.5

P20

3.5

8.8

P10

3.4

8.5

P02

3.1

7.7

a) Otot polos

b) Otot lurik

Ekstensibilitas :
=

100%

=
=

Ekstensibilitas :

100%
100%

100%

=
=

100%
100%

= 206,667 %

= 36,667 %

Elstisitas :

Elstisitas :

100%

=
=

100%
100%

= 0,241935 % = 24,193 %
G. Analisis Data

100%

=
=

100%
100%

= 90,9090 %

Ekstensibilitas Otot Polos


Pada percobaan mengukur ekstensibilitas otot polos kedua ujung otot polos (usus halus)
diikat dengan seutas tali dan diusahakan ikatan tidak terlalu kuat atau longgar. Kemudian
mengikatkan benang yang satu pada penggantung, sedang benang yang lain pada tempat
beban. Lalu mengukur panjang otot antara dua ikatan sebelum diberi beban (kode pO1),
kemudian berturut-turut ditambahkan 10 gram beban sampai 50 gram (kode pO 50). Panjang
otot pada setiap kali penambahan beban diukur dan dicatat hasilnya.

Dari hasil pengamatan menunjukkan apabila beban ditambahkan sebesar 10 (pO1) gram
pada sediaan otot polos tersebut, hasilnya panjangnya bertambah menjadi 5,5 cm. Beban ditambah
lagi yaitu seberat 20 gram (pO 20) hasilnya otot polos bertambah panjang yaitu 7 cm. Lalu beban
ditambahkan 10 gram lagi menjadi 30 gram (pO30) dan panjang otot polos menjadi 8,2 cm. Pada
percobaan ini beban ditambahkan terus menerus, pada beban 40 gram (pO 40) panjang otot polos
adalah 8,4 cm. Saat beban seberat 50 gram (pO 50) otot polos menjadi 9,2 cm panjangnya. Pada

percobaan otot harus ditetesi dengan ringer.


Ekstensibilitas Otot Polos dapat diukur dengan menggunakan rumus :
Ekstensibilitas :

Elastisitas Otot Polos


Pada percobaan mengukur elatisitas otot polos, kedua ujung otot polos (usus halus)
diikat dengan seutas tali. Mengikat salah satu ujung otot pada statif (penggantung) dan ujung
lainnya pada tempat beban, diusahakan ikatan tali tersebut tidak terlalu kuat atau terlalu
longgar dan sama panjang antara ikatan bagian atas pada penggantung dan bagian bawah
pada beban. Kemudian untuk melihat elastisitas otot, dilakukan percobaan dengan
mengurangi beban sebanyak 10 gram pada setiap perlakuan setelah kegiatan mengukur
ekstensibilitas otot, dan mengulai pengurangan beban 10 gram secara berturut-turut sampai
dengan tanpa beban (diberi kode pO2). Pada percobaan otot harus ditetesi dengan ringer.
Dari hasil diperoleh bahwa panjang awal otot polos saat masih berada pada beban 50
gram adalah 9,2 cm. Setelah beban dikurangi 10 gram menjadi 40 gram (pO 40) panjang otot
polos menjadi 9 cm. Kemudian saat beban dikurangi lagi menjadi 30 gram (pO30) panjang
otot polos tetap yaitu 9 cm. Saat beban dikurangi menjadi 20 gram (pO20) panjang otot polos
berkurang menjadi 8,8 cm. Pada saat berat beban dikurangi menjadi 10 gram (pO 10), panjang
otot polos menjadi 8,5 cm dan pada saat tanpa beban atau saat beban dilepas pada otot polos
(pO2) panjangnya menjadi 7,7 cm. Dari hasil menunjukkan bahwa otot polos memiliki sifat
elastisitas kemampuan otot untuk kembali pada bentuk dan ukuran semula. Elastisitas Otot
Polos dapat diukur dengan menggunakan rumus :
Elastisitas = P50 PO2 X 100%
P50 PO1
Ekstensibilitas Otot Lurik

Pada percobaan, mengukur ekstensibilitas otot yaitu dengan cara mengikat kedua ujung
potongan otot rektus abdominis dengan seutas tali, usahakan ikatan tali tersebut tidak terlalu
kuat atau terlalu longgar. Mengikatkan benang yang satu pada penggantung, sedangkan
benang yang lain pada tempat beban. Mengukur panjang otot antara dua ikatan sebelum
diberi beban (kode PO1), kemudian berturut-turut menambahkan 10 gram beban sampai 50
gram (kode P50). Mengukur panjang otot pada setiap kali penambahan beban 10 gram.
Berdasarkan hasil pengamatan, panjang awal otot sebelum diberi beban (P01) yaitu 3 cm.
Panjang otot lurik setelah menambahkan 10 gram beban sampai 50 gram menunjukkan
kenaikan panjang secara terus-menerus. Saat ekstensibilitas otot lurik pada P01 panjang otot
yaitu 3 cm, pada saat memberikan beban P10 ekstensibilitas otot lurik menjadi 3,2 cm.
Sedangkan pada beban P20 panjang otot menjadi 3,5 cm. Selanjutnya, pada P 30 panjang otot
menjadi 3,7 cm, pada P40 panjang otot menjadi 4 cm dan pada P 50 panjang otot menjadi 4,1
cm.
Elastisitas Otot Lurik
Pada percobaan mengukur elatisitas otot lurik , kedua ujung otot rektus abdominis
diikat dengan seutas tali. Mengikat salah satu ujung otot pada statif (penggantung) dan ujung
lainnya pada tempat beban, diusahakan ikatan tali tersebut tidak terlalu kuat atau terlalu
longgar dan sama panjang antara ikatan bagian atas pada penggantung dan bagian bawah
pada beban.Kemudian untuk melihat elatisitas otot, diberi beban 50gram lalu diukur panjang
otot pada setiap kali jika beban 10gram dikeluarkan.
Dari hasil yang diperoleh bahwa panjang awal otot lurik yang di gantung dengan
beban 50gram adalah 4,1cm, setelah beban 10 gram dikurangi panjang otot lurik berubah
menjadi 3,8cm. Kemudian perlakuan kedua yaitu dikurangi beban sebesar 10 gram sehingga
beban menjadi 30 gram, hasil menunjukan otot lurik berkurang panjang menjadi 3,5cm
kemudian pada beban 20 gram, panjang pada otot lurik adalah 3,5cm, adapun pada beban 10
gram otot lurik semakin pendek menjadi 3,4cm dan perlakuan terakhir tanpa beban panjang
otot lurik menjadi 4,1cm. Hal ini menunjukkan bahwa otot lurik memiliki sifat elastisitas.
H. Pembahasan
1.

Ekstensibilitas otot Polos

Ekstensibilitas otot artinya sel-sel dapat meregang (memanjang) sampai batas tertentu
(Sloane, 2004). Untuk mengetahui ekstensibilitas otot polos, pada sediaan otot polos (usus
halus katak) diikat terlebih dahulu dengan sutas tali yang panjangnya sebelum diberi beban
adalah 3 cm. Berdasarkan hasil percobaan, penambahan yang diberikan secara bertahap dari
beban 10 gram hingga 50 gram, menyebabkan terjadinya pemanjangan ukuran dari lurik otot
lurik. apabila beban yang diberikan semakin bertambah maka kemampuan ekstensibilitas otot
pun akan semakin bertambah pula.Pemanjangan otot saat diberikan beban 50 gram mencapai
9,2 cm. Adapun pertambahan panjang otot polos setiap kali penambahan beban seberat 10
gram tidaklah sama, panjang dari keseluruhan saat penambahan beban adalah 6,2 cm. Dari
hasil percobaan tersebut dapat dihitung ekstensbilitas otot polos adalah
Ekstensibilitas :

: 206,67 %
Dari rumus di atas didapatkan ekstenbilitas dari otot polos adalah sebesar 206, 67 %,
bila dibandingkan dengan otot lurik maka ekstenbilitas dari otot polos lebih besar.
Ekstensibilitas dari otot polos ini adalah sampai pada panjang 9,2 cm dan lebih panjang
dibandingkan dengan otot lurik. Pada teori disebutkan bahwa otot polos mempunyai bentuk
sel seperti gelendong, bagian tengah besar dan ujungnya meruncing (Purnomo, 2001).
Aktivitas dari otot polos tidak dipengaruhi oleh kehendak kita (otot tak sadar) sehingga
disebut otot involunter dan selnya dilengkapi dengan serabut saraf dan saraf otonom.
Kontraksi otot polos sangat lamban dan lama, tetapi tidak mudah lelah (Suwarni, 1990). Dari
teori yang telah disebutkan diatas bila dikaitkan dengan hasil praktikum, maka hasilnya
adalah sesuai. Otot polos memiliki susunan sel berbentuk gelendong, berbeda dengan otot
lurik yang selnya panjang, sehingga otot polos memiliki ekstensibilitas yang tinggi.
2.

Elastisitas otot Polos

Elastisistas adalah kemampuan otot untuk kembali pada bentuk dan ukuran semula
apabila gaya atau beban yang diberikan pada otot dihilangkan (Soewolo, 2003). Berdasarkan
hasil, pengurangan beban yang diberikan secara bertahap dari beban 50 gram hingga tanpa
beban, menyebabkan terjadinya pengembalian ukuran dari otot polos. Apabila beban yang
diberikan semakin dikurangi maka kemampuan elastisitas otot pun akan semakin bertambah
pula. Kembalinya otot pada saat tanpa beban mencapai 1,5 cm. Dari hasil percobaan tersebut
dapat dihitung elastisitas otot polos adalah
=

100%

100%

100%

= 0,241935 %
= 24,193 %
Dari rumus di atas didapatkan elastisitas dari otot polos adalah sebesar 24, 193 %, bila
dibandingkan dengan otot lurik maka elastisitas dari otot polos lebih kecil bila dibandingkan
dengan otot lurik. Elastisitas adalah kemampuan otot untuk kembali ke panjang normal
setelah diulur (distretch). Elastisitas otot akan mengembalikan otot ke posisi pemanjangan
istirahat normal (normal resting) setelah mengalami penguluran. Menurut Randall, dkk (1997
: 364) beban yang berat akan membuat elastisitas menjadi semakin kecil dan beban yang
ringan membuat elastisitas semakin besar.
Adapun unit dasar dari seluruh jenis otot adalah miofibril yaitu struktur filament yang
berukuran sangat kecil tersusun dari protein kompleks, yaitu filamen aktin dan myosin. Bila
otot polos berkontraksi, maka bagian tengahnya membesar dan otot menjadi pendek. Ketika
otot berkontraksi aktin dan myosin bertautan satu sama lain. Akibatnya zona H dan pita I
memendek, sehingga sarkomer pun memendek dan ketika periode relaksasi yaitu kembalinya
otot ke bentuk semula setelah mengalami kontraksi, zona H dan pita I kembali ke posisi
awal , sehingga sarkomer pun kembali memanjang meski tidak sepenuhnya.(Nugroho, 2014).
Hal inilah yang menyebabkan terjadinya elasstisitas otot adapun saat elastisitas otot polos
berbentuk gelendong, dengan satu inti di tengah dan kedua ujung seditkit meruncing. Dari
teori bila dikaitkan dengan hasil praktikum, maka hasilnya adalah sesuai. Otot polos memiliki
susunan sel berbentuk gelendong, berbeda dengan otot lurik yang selnya panjang, sehingga

otot polos memiliki elastisitas yang berbeda bila dibandingkan otot lurik (Soewolo, 2003: 4150).
3.

Ekstensibilitas otot Lurik


Ekstensibilitas merupakan kemampuan sel untuk melakukan relaksasi. Selain itu,

eksitabilitas merupakan kemampuan sel untuk menerima dan merespon stimulus. Stimulus
biasanya dihantarkan oleh neurotransmiter yang dikeluarkan oleh neuron dan respon yang
ditransmisikan dan dihasilkan oleh potensial aksi pada membran plasma dari sel otot.
Ekstensibilitas mampu merespon stimulus dengan memperpanjang dan memperpendek serat
otot saat relaksasi (Suratun, dkk. 2008). Berdasarkan hasil pengamatan, penambahan yang
diberikan secara bertahap dari beban 10 gram hingga 50 gram, menyebabkan terjadinya
pemanjangan ukuran dari lurik otot lurik. apabila beban yang diberikan semakin bertambah
maka kemampuan ekstensibilitas otot pun akan semakin bertambah pula.Pemanjangan otot
saat diberikan beban 50 gram mencapai 4,1 cm. Adapun ekstensibilitas otot lurik yaitu :
Ekstensibilitas :
=

100%

=
=

100%
100%

= 36,667 %
Suatu otot dapat mengalami pemanjangan (ekstensibilitas) dikarenakan jaringan otot
terdiri atas sel-sel panjang yang disebut serabut otot yang mampu berkontraksi ketika
dirangsang oleh impuls saraf (Isnaeni, 2006). Selain itu, ekstensibilitas pada otot lurik lebih
kecil daripada ekstensibilitas otot polos. Hal ini dikarenakan perbedaan struktur jaringan
antara jaringan otot polos dengan otot lurik (Soewolo, 2003: 41-50). Struktur jaringan otot
polos yang tersusun menyebar dan berbentuk lembaran menyebabkan ekstensibilitas otot
polos lebih besar dari pada otot lurik. Sedangkan otot lurik mempunyai struktur yang
berbentuk silinder, berukuran besar dan disusun oleh sel-sel otot.
4.

Elastisitas otot Lurik

Otot lurik yang panjang awalnya 3cm dan diberi beban 10gram sampai 50gram, menjadi
panjang 4,1cm berarti otot lurik memiliki sifat ekstensibilitas berarti sel-sel otot dapat
merenggang. Pada perlakuan pengurangan beban pada otot lurik yang panjangnya 4,1cm jika
beban dikurangi 10gram sampai tidak tidak ada beban maka panjang otot lurik semakin
berkurang. Hal ini menunjukkan bahwa otot lurik memiliki sifat elastisitas yang artinya selsel otot dapat kembali pada bentuk semula apabila gaya yang diberikan kepadanya
dihilangkan (Soewolo, 2003). Pada beban 50gram panjang otot polos adalah 4,1cm kemudian
beban dikurangi 10gram panjang otot menjadi 3,8cm. Soewolo (2003) menyebutkan beban
merupakan determinan penting dari kecepatan memendek makin berat beban

maka

kecepatan memendek semakin rendah, kemudian beban dikurang 10gram otot lurik
memendek menjadi 3,5cm begitu seterusnya sampai tidak ada beban panjang otot lurik
menjadi 3,1. Adapu elastisitas otot lurik yaitu :
Elastisitas :
=

100%

=
=

100%
100%

= 90,9090 %
Dari hasil diperoleh elastisitas otot lurik mencapai 90,90% atau hampir kembali ke
keadaan awal. Kecepatan memendek adalah maksimum bila tidak ada beban eksterna (beban
nol), dan kecepatan memendek menjadi nol (tidak ada pemendekan-kontraksi isometrik) bila
beban maksimum (beban tidak terangkat). Hubungan antara beban dengan kecepatan
memendek merupakan suatu sifat fundamental dari otot (Soewolo, 2003). Adapun elastisitas
otot lurik lebih besar dibandingkan otot polos dikarenakan struktur yang berbeda dari kedua
jenis otot tersebut.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi elastisitas dan ekstensibilitas otot
Menurut Randall (1997:363) faktor yang paling berpengaruh terhadap ekstensibilitas
dan elastisitas otot adalah beban yang diberikan terhadap otot tersebut. Jika beban yang
diberikan terhadap otot semakin berat, maka ekstensibilitas otot terhadap beban tersebut akan

semakin besar dan elastisitasnya akan berkurang. Jika beban yang diberikan terhadap otot
tersebut semakin ringan, maka ekstensibilitas otot tersebut akan semakin kecil dan
elastisitasnya menjadi semakin besar.
Melalui penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa beban merupakan faktor yang
dapat membedakan antara ekstensibilitas dan elastisitas. Beban yang lebih berat dapat
menyebabkan ekstensibilitas semakin besar dan beban yang ringan menyebabkan
ekstensibilitas menjadi semakin kecil. Begitu pula sebaliknya, beban yang berat akan
membuat elastisitas menjadi semakin kecil dan beban yang ringan membuat elastisitas
semakin besar. Massa beban yang diberikan berbanding lurus dengan ekstensibilitas otot dan
berbanding terbalik dengan elastisitas otot (Randall, 1997:364).

I. Kesimpulan
Ekstensibilitas merupakan kemampuan sel untuk melakukan relaksasi. Ekstensibilitas otot
artinya sel-sel dapat meregang (memanjang) sampai batas tertentu. Dari hasil praktikum
menunjukkan bahwa ekstensibilitas otot polos lebih besar apabila dibandingkan dengan
otot lurik. Ekstensibilitas otot polos mencapai 206,667% sedangkan otot lurik hanya
36,667%
Elastisistas adalah kemampuan otot untuk kembali pada bentuk dan ukuran semula apabila
gaya atau beban yang diberikan pada otot dihilangkan. Dari hasil praktikum menunjukkan
bahwa elastisitas otot polos lebih kecil apabila dibandingkan dengan otot lurik. Elastisitas
otot polos hanya 24,193 % sedangkan otot lurik mencapai 90,90%.
Faktor-faktor yang mempengaruhi elastisitas dan ekstensibilitas otot adalah beban yang
diberikan terhadap otot dan jenis dan struktur dari otot tersebut

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, dkk. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Erlangga : Jakarta.
Isnaeni, W. 2006, Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.

Mescher, A.L. 2011. Junqueiras Basic Histology: Text & Atlas. Edition 12. Jakarta: EGC.
Nugroho, G. 2014. Sistem Otot, (online), (http://staff.unila.ac.id/gnugroho/files/2014/05/
Sistem-Otot-Muscular.pdf), diakses 10 september 2015
Purnomo. 2001. Sifat Kerja Otot. (Online), (http://www.centralartikel.com/2011/1/sifat-kerjaotot.html) Diakses 12 September 2015.
Randall, D. dkk. 1997. Eckert Animal Physiology: Mechanism and Adaptations, Fourth
Edition. New York: W.H. Freeman and Co.
Sloane, E. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Soewolo, dkk. 2003. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sudjino. 2003. Mekanisme Gerak Otot. (Online), (http://www.sentraedukasi.com/2011/07
/gerak -otot-dan-sumber-energi.html.) Diakses 11 September 2015
Suratun, dkk. 2008, Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

LAMPIRAN:

Stative

Single Pith pada


katak

Sediaan otot polos dan


otot lurik

Seperangkat alat bedah

Katak mulai
dibedah

Otot polos diikat


pada seutas tali

Pemberian beban 20
gram pada sediaan
otot

Anda mungkin juga menyukai