Anda di halaman 1dari 18

TUGAS TATA KELOLA

PERUSAHAAN
ANALISIS PENERAPAN GOOD CORPORATE
GOVERNANCE PADA PT XL AXIATA, Tbk

DISUSUN OLEH :
Maulana Ibrahim
023154141

UNIVERSITAS TRISAKTI
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN
AKUNTANSI
1

T.A 2015 / 2016


DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................... 2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ........................................................................ 3


1.2. Identifikasi Masalah Strategis.................................................. 5
1.3. Tujuan Strategi......................................................................... 5
1.4. Metode Analisis........................................................................ 5
BAB II

STUDI PUSTAKA

2.1. Good Corporate Governance................................................... 6


2.1.1. Konsep Dasar Good Corporate Governance.................. 7
2.1.2. Tujuan dan Manfaat Good Corporate Governance........ 7
2.1.3. Good Corporate Governance di Indonesia.................... 8
2.1.4. Good Corporate Governance di XL Axiata..................... 9
2.1.5. Pengukuran Good Corporate Governance..................... 13
BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN
3.1. Analisis terhadap Implementasi Good Corporate Governance. 14
3.1.1. Indikator Komitmen terhadap Penerapan Tata Kelola
Perusahaan
yang baik secara Berkelanjutan.................................. 14
3.1.2. Indikator Pemegang Saham dan RUPS / Pemilik Modal. 14
3.1.3. Indikator Dewan Komisaris / Dewan Pengawas............. 15
3.1.4. Indikator Direksi............................................................ 15
3.1.5. Indikator Pengungkapan Informasi dan Transparansi.... 15
3.1.6. Indikator Aspek Lainnya................................................ 15
BAB IV KESIMPULAN.................................................................. 16
2

DAFTAR PUSTAKA............................................................... 17

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Krisis
berdampak

ekonomi
luas

yang

terjadi

di

Asia

terhadap

negara

negara

pada
di

periode

sekitarnya

1990-an,
termasuk

Indonesia. Menurut Daniri hal ini terjadi karena adanya sistem hukum
yang buruk, standar akuntansi dan audit yang tidak konsisten, praktek
perbankan yang kemudian berakibat pada sistem perekonomian yang
mengalami keterpurukan dan ketidakpastian yang luar biasa.
Sehubungan dengan lemahnya penerapan GCG, maka pada bulan
November

2004,

pemerintah

dengan

Keputusan

Perekonomian

Nomor:

KEP/49/M.EKON/11/2004

pembentukan

Komite

Nasional

Kebijakan

Menko

telah

Bidang

menyetujui

Governance

(KNKG).

Dibentuknya KNKG dirasa masih belum membawakan perubahan yang


signifikan bagi perkembangan GCG di Indonesia. Laporan terbaru di tahun
2012 yang diterbitkan oleh Asian Corporate Governance Association
(ACGA), menunjukan bahwa Indonesia masih terus tertinggal di belakang
negara-negara tetangganya dalam bidang pengelolaan perusahaan. Hal
tersebut menunjukkan masih belum maksimalnya penerapan GCG di
Indonesia.
Berkembangnya konsep GCG tersebut di setiap tahunnya, membuat
banyak perusahaan ingin mengadopsi konsep tersebut dengan tujuan
untuk meningkatan profesionalisme dan kesejahteraan pemegang saham
tanpa mengabaikan kepentingan stakeholders. Beberapa ahli banyak
yang mendefinisikan tentang GCG, namun pada intinya GCG dapat
didefinisikan

sebagai

seperangkat
3

sistem

yang

mengatur

dan

mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value


added) bagi para pemangku kepentingan. Penerapan GCG yang baik
harus sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada, 5 (lima) prinsip GCG antara
lain:

transparency,

independency,

accountability,

responsibility,serta

fairness.

Kinerja

perusahaan

pada

intinya

merupakan

sesuatu

yang

dihasilkan atau hasil kerja yang dicapai dari suatu usaha organisasi dalam
periode tertentu dengan mengacu pada standar tertentu, kemudian
hasilnya akan di evaluasi berdasarkan analisa-analisa yang digunakan
untuk pengambilan keputusan di periode waktu selanjutnya. Analisis
terhadap kinerja perusahaan dilakukan untuk mengetahui posisi keuangan
perusahaan,

kemampuan

perusahaan

dalam

menghasilkan

laba,

kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang


maupun jangka pendek, serta berpengaruh dalam proses pengambilan
keputusan.

Penerapan

GCG

ini

diharapkan

mampu

membantu

perekonomian perusahaan yang mengalami krisis agar bangkit menuju ke


arah yang lebih sehat sehingga mampu dalam menghadapi tantangan
dan persaingan yang semakin kompleks. Implementasi prinsip-prinsip
GCG secara konsisten di perusahaan akan berdampak positif bagi
perusahaan itu sendiri, salah satunya yaitu dapat menarik minat para
investor

baik

domestik

maupun

asing.

Keuntungan tersebut

akan

membantu perusahaan dalam mengembangkan usahanya pada masa


yang akan datang, seperti melakukan investasi baru maupun proyek
ekspansi.
PT XL Axiata, Tbk atau disingkat XL merupakan perusahaan jasa
yang bergerak di sektor penyedia layanan telekomunikasi selular dan
mengklaim sebagai penyedia layanan seluler terbesar di Asia Pasifik. XL
mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 8 Oktober 1996, dan
merupakan perusahaan swasta pertama yang menyediakan layanan
4

telepon seluler di Indonesia. Berawal sebagai PT Excelcomindo Pratama


dan pada bulan September 2005, XL mengeluarkan Initial Public Offering
(IPO) dan mendaftarkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada
saat ini mayoritas dair saham XL dimiliki oleh Axiata Group Berhad melalui
Axiata Investment (Indonesia) sebesar 66,43% dan sisanya dimiliki oleh
publik sebesar 33,57%. Selama tiga tahun terakhir, XL mulai memperbaiki
pelayanan dan kualitas dari jasa produk mereka, ditambah dengan
adanya akuisisi terhadap Axis Telkom, XL semakin meningkatkan kualitas
perusahaannya dalam CSR, GCG dan aspek lainnya. Penerapan konsep
GCG dapat digunakan sebagai indikator analisis sebuah perusahaan
dikatakan memiliki kinerja yang baik atau buruk. Dengan penerapan
prinsip GCG yang baik akan berujung pada imej perusahaan yang baik
dan terpercaya dimuka publik dan akan meningkatkan keuntungan
perusahaan secara menyeluruh.
Penelitian ini dilakukan untuk mengonfirmasi apakah penerapan
GCG pada PT XL Axiata, Tbk sudah maksimal dalam menguntungkan
perusahaan. Penyusun akan mencoba melakukan assessment terhadap
Annual Report XL pada tahun 2014 dan data data lainnya untuk meneliti
sejauh mana XL melakukan prinsip GCG dalam perusahaannya.

1.2 Identifikasi Masalah Strategi


Dalam penelitian ini, penulis dapat mengidentifikasi beberapa
masalah yaitu sebagai berikut :
a. Penerapan dan pelaksanaan Good Corporate Governance pada PT XL
Axiata, Tbk.
b. Kesesuaian penerapan Good Corporate Governance di PT XL Axiata,
Tbk dengan SK-16/S.MBU/2012
c. Manfaat yang didapatkan PT XL Axiata, Tbk dalam menerapkan GCG di
perusahaannya

1.3 Tujuan Stratergi

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembahasan mengenai penerapan

Good Coporate Governance pada PT XL Axiata, Tbk yaitu :

a. apakah penerapan GCG di PT XL Axiata, Tbk telah sesuai dengan


perundang-undangan GCG ?
b. apakah PT XL Axiata, Tbk berpedoman pada SK-16/S.MBU/2012 ?
c. apakah manfaat yang dicapai dalam menerapkan GCG di PT XL Axiata,
Tbk?

1.4 Manfaat Analisis


Dalam analisis penerapan Good Corporate Governance dapat dilihat
bahwa

PT

XL

Axiata,

Tbk

telah

menerapkan

secara

benar

SK-

16/S.MBU/2012 guna mendapatkan manfaat seperti kepercayaan investor


dalam maupun luar negeri. Selain itu dapat dilihat bahwa peningkatan
laba yang diperoleh PT XL Axiata, Tbk selama kurang lebih tiga tahun
kebelakang ini adalah hasil dari penerapan GCG yang mesti diterapkan
oleh perusahaan BUMN dan dianjurkan oleh perusahaan swasta seperti PT
XL Axiata, Tbk.

BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1 Good Corporate Governance
Good

Corporate

mengarahkan

dan

Governance

mengendalikan

(GCG)

adalah

perusahaan

prinsip

agar

yang

mencapai

keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam


memberikan

pertanggungjawabannya

kepada

para shareholder khususnya, dan stakeholders pada umumnya. Tentu saja


hal ini dimaksudkan untuk mengatur kewenangan Direktur, manajer,
pemegang

saham

dan

pihak

lain

yang

berhubungan

dengan

perkembangan perusahaan di lingkungan tertentu.


Berdasarkan Djanegara (2008:14) dijelaskan bahwa Kementrian
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah mengeluarkan keputusan untuk
mewajibkan menerapkan prinsip-prinsip GCG yaitu sebagai berikut :
a. Transparency
(keterbukaan
informasi)
Keterbukaan
dalam
melaksanakan proses pengambilan keputusan dan pengungkapan
informasi materiil yang relevan mengenai perusahaan.
b. Independency (kemandirian) Suatu keadaaan dimana perusahaan
dikelola secara profesional tanpa konflik kepentingan dan pengaruh
atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan
6

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip


korporasi yang sehat.
c. Accountability (akuntabilitas) Kejelasan fungsi, pelaksanaan, serta
pertanggungjawaban manajemen perusahaan sehingga pengelolaan
perusahaan terlaksana secara efektif dan ekonomis.
d. Responsibility (pertanggungjawaban) Kesesuaian

pengelolaan

perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku


dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
e. Fairness (kesetaraan dan kewajaran) Keadilan dan kesetaraan dalam
memenuhi hak-hak pemangku kepentingan yang timbul sebagai
akibat dari perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

2.1.1

Konsep Dasar Good Corporate Governance

Pada

dasarnya

Good

Corporate

Governance

harus

mengimplementasikan dasar prinsipnya dalam menjalankan perusahaan,


yaitu :
a. Transparansi
objektivitas

(transparency)
dalam

Prinsip

menjalankan

Dasar,

bisnis,

untuk

menjaga

perusahaan

harus

menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara


yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan.
b. Kemandirian (independency) Prinsip Dasar, untuk melancarkan
pelaksanaan

asas

GCG,

perusahaan

harus

dikelola

secara

independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling


mendominasi dan tidak dapat di intervensi oleh pihak lain.
c. Akuntabilitas (accountability) Prinsip Dasar, perusahaan harus dapat
mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar.
Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan
sesuai

dengan

kepentingan

perusahaan

dengan

tetap

memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku


kepentingan lain.
d. Pertanggungjawaban
harus

mematuhi

(responsibility)

Prinsip

perundang-undangan

Dasar,

serta

Perusahaan

melaksanakan

tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga


dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan
mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.
7

e. Kesetaraan

dan

melaksanakan

Kewajaran

(fairness)

kegiatannya,

Prinsip

perusahaan

Dasar,

harus

dalam

senantiasa

memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku


kepentingan lainnya berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran.

2.1.2

Tujuan

dan

Manfaat

Good

Corporate

Governance

a. Tujuan dari Good Corporate Governance


Menurut Siswanto Sutojo dalam E. John Aldridge (2005:5-6), Good
Corporate Governance mempunyai lima

macam tujuan utama,

yaitu :
Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham.
Melindungi
hak
dan
kepentingan
para

anggota

the stakeholders non-pemegang saham.


Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham.
Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja Dewan Pengurus

atau Board of Directors dan manajemen perusahaan, dan


Meningkatkan mutu hubungan Board of Directors dengan

manajemen senior perusahaan.


b. Manfaat dari Good Corporate Governance
Beberapa ahli juga mengemukakan manfaat dari penerapan GCG itu
sendiri,yang pada intinya yaitu (Daniri. 2005: Effendi. 2009):
Mengurangi agency cost.
Mengurangi biaya modal (cost of capital).

Meningkatkan nilai saham perusahaan sekaligus dapat


meningkatkan citra perusahaan di mata publik dalam jangka

2.1.3

panjang.
Menciptakan dukungan para stakeholders.

Good Corporate Governance di Indonesia

Terdapat tiga arah agenda penerapan GCG di Indonesia (BP BUMN,


1999) yakni, menetapkan kebijakan nasional, menyempurnaan kerangka
nasional dan membangun inisiatif sektor swasta. Terkait dengan kerangka
regulasi, Bapepam bersama dengan self-regulated organization (SRO)
yang didukung oleh Bank Dunia dan ADB telah menghasilkan beberap
proyek GCG seperti JSX Pilot project, ACORN, ASEM, dan ROSC. Seiring
dengan proyek-proyek ini, kementerian BUMN juga telah mengembangkan
kerangka untuk implementasi GCG.
8

Dalam kaitan dengan peran dan fungsi tersebut, BAPEPAM dapat


memastikan bahwa berbagai peraturan dan ketentuan yang ada, terus
menerus disempurnakan, serta berbagai pelanggaran yang terjadi akan
mendapatkan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku. Dalam hal regulatory
framework, untuk mengkaji peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan korporasi dan program reformasi hukum, pada umumnya terdapat
beberapa capaian yang terkait dengan implementasi GCG seperti
diberlakukannya undang-undang tentang Bank Indonesia di tahun 1998,
undang-undang anti korupsi tahun 1999, dan undang-undang BUMN, serta
privatisasi BUMN tahun 2003.
Demikian
perseroan

pula

terbatas,

dengan

proses

undang-undang

amandemen

pendaftaran

undang-undang

perusahaan,

serta

undang-undang kepailitan yang saat ini masih sedang dalam proses


penyelesaian. Dalam pelaksanaan program reformasi hukum, terdapat
beberapa hal penting yang telah diterapkan, misalnya pembentukan
pengadilan niaga yang dimulai tahun 1997 dan pembentukan badan
arbitrasi pasar modal tahun 2001.
Bergulirnya reformasi corporate governance masih menyisakan halhal strategis yang harus dikaji, seperti kesesuaian dan sinkronisasi
berbagai peraturan perundangan yang terkait. Demikian pula yang terkait
dengan otonomi daerah, permasalahan yang timbul dalam kerangka
regulasi adalah pemberlakuan undang-undang otonomi daerah yang
cenderung kebablasan tanpa diikuti dengan kesadaran dan pemahaman
good governance itu sendiri.
Inisiatif di sektor swasta terlihat pda aktivitas organisasi-organisasi
corporate governance dalam bentuk upaya-upaya sosialisasi, pendidikan,
pelatihan, pembuatan rating, penelitian, dan advokasi. Pendatang baru di
antara organisasi-organisasi ini adalah IKAI dan LAPPI. IKAI adalah asosiasi
untuk para anggota komite audit, sedangkan LAPPI (lembaga advokasi,
proxi, dan perlindungan investor) pada dasarnya berbagi pengalaman
dalam shareholders activism, dengan misi utama melindungi kepentingan
para pemegang saham minoritas.

Dalam penerapan GCG di Indonesia, seluruh pemangku kepentingan


turut berpartisipasi. Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance
yang diawal tahun 2005 di ubah menjadi Komite Nasional Kebijkan
Governance telah menerbitkan pedoman GCG pada bulan Maret 2001.
Pedoman tersebut kemudian disusul dengan penerbitan Pedoman GCG
Perbankan Indonesia, Pedoman untuk komite audit, dan pedoman untuk
komisaris independen di tahun 2004. Semua publikasi ini dipandang perlu
untuk memberikan acuan dalam mengimplementasikan GCG.

2.1.4
Tbk

Good Corporate Governance di PT XL Axiata,

Pelaksanaan tata kelola perusahaan di PT XL Axiata, Tbk merupakan

tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi, dibantu oleh anggotaanggota dibawahnya. Tim tersebut secara rutin memantau pelaksanaan
dan kepatuhan terhadap Prosedur dan Kebijakan Perusahaan.
a) Rapat Umum Pemegang Saham
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan wadah bagi para
pemegang saham untuk mengambil keputusan secara transparan
untuk kepentingan perusahaan. RUPS mempunyai wewenang yang
tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batasbatas yang ditentukan dalam Undang - Undang dan Anggaran Dasar.
Selama tahun 2014 dilakukan RUPS selama tiga kali yaitu RUPS Luar
Biasa tanggal 5 Februari 2014, RUPS Tahunan dan RUPS Luar Biasa
pada tanggal 22 April 2014. Agenda pembahasan mulai dari
persetujuan

Laporan

Tahunan

2013,

pembagian

dividen,

penunjukkan akuntan publik Perseroan, penetapan remunerasi


untuk anggota Dewan Komisaris dan Direksi Perseroan tahun 2014,
perubahan susunan

Direksi dan/atau Dewan Komisaris hingga

persetujuan akuisisi PT Axis Telekom Indonesia dan penyusunan akta


penggabungan juga beberapa hal lainnya.
b) Komite Dibawah RUPS
Komite Nominasi dan Remunerasi
Anggota Komite Nominasi dan Remunerasi (NRC) diangkat oleh
RUPS dan terdiri atas Komisaris, Direktur, dan/atau siapapun

10

selain anggota Dewan Komisaris ataupun Direksi Perseroan yang


merupakan pihak di luar Perseroan.
NRC dibentuk dengan tugas melakukan kajian mendalam dan
memberikan

rekomendasi

kepada

RUPS

terkait

dengan

pencalonan, seleksi, dan rekomendasi kandidat anggota Dewan


Komisaris, Direksi, dan Komite lainnya. NRC juga dipercaya untuk
merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan remunerasi
anggota Dewan Komisaris, Direksi, dan komite-komite lainnya
sesuai dengan prinsip kepatutan, transparansi, dan akuntabilitas
yang diterapkan oleh Perseroan.
c) Dewan Komisaris
Dewan Komisaris bertugas dan bertanggung jawab secara majelis
atau kolektif dalam mengawasi pelaksanaan peran dan tanggung
jawab Direksi dan memberikan nasihat kepada Direksi serta
memastikan

Perseroan

melaksanakan

prinsip

prinsip

GCG.

Kedudukan masing-masing anggota Dewan Komisaris, termasuk


Presiden Komisaris adalah setara. Tugas Presiden Komisaris adalah
mengkoordinasikan kegiatan Dewan Komisaris.
d) Komite-komite dibawah Komisaris
Komite Audit
Pada tahun 2014, Komite Audit melakukan tugasnya sesuai
dengan peraturan Pasar Modal dan peraturan di Indonesia yang
sepatutnya telah ditentukan dalam Piagam Komite Audit. Hal
Hal yang dilaporkan meliputi tinjauan kepatuhan terhadap
hukum dan peraturan yang berlaku, tinjauan kinerja keuangan,
tinjauan pengendalian internal dan penilaian resiko, kajian
terhadap independensi Auditor eksternal Perseroan dan kajian
atas penerapan paket Remunerasi untuk Direktur dan Komisaris.
e) Direksi
Direksi bertugas dan bertanggung jawab secara kolegial dalam
mengelola Perseroan. Masing - masing Direktur berhak mewakili XL
di dalam dan di luar Pengadilan tentang segala hal dan dalam
segala kejadian, mengikat Perseroan dengan pihak lain serta
menjalankan segala tindakan kepengurusan Perseroan.
f) Komite dibawah Direksi
Komite Operasional dan Investasi Senior (SOIC)
11

Komite Operasional dan Investasi Senior atau Senior Operating


and Investment Committee (SOIC) dibentuk Direksi dan efektif
bekerja mulai 1 Januari 2014 dengan fungsi utama sebagai
pengawas pelaksanaan investasi Perseroan.
SOIC bertugas memastikan keselarasan koordinasi internal atas
pelaksanaan
diputuskan

berbagai
dan

inisiatif

didelegasikan

strategis
oleh

Perseroan

Direksi.

yang

Pelaksanaan

koordinasi ini mencakup namun tidak terbatas pada manajemen


dan pengawasan efektivitas serta efisiensi nilai dan manfaat
investasi dengan nilai diatas USD1.000.000 (satu juta dolar)

terhadap XL.
Komite Operasional dan Investasi (OIC)
Komite Operasional dan Investasi atau Operating and Investment
Committee (OIC) dibentuk Direksi dan efektif bekerja mulai 1
Januari 2014 dan bertanggung jawab langsung kepada SOIC.
Seperti SOIC, fungsi utama OIC adalah sebagai pengawas
pelaksanaan

investasi

perseroan

dan

aktivitas

operasional

perseroan.
OIC bertanggung jawab kepada SOIC dan bertugas untuk
memastikan pengelolaan Perseroan di bidang operasional seperti
customer experience, network support, dan lainnya, memastikan
pelaksanaan investasi pada batasan nilai tertentu terhadap

kepentingan dan manfaatnya bagi Perseroan.


Komite Resiko dan Kesinambungan Usaha (RBCC)
Komite Risiko dan Kesinambungan Usaha atau Risk and Business
Continuity

Committee

(RBCC)

dibentuk

untuk

menjamin

keberlangsungan usaha Perseroan dengan cara memantau dan


terus mengkaji penerapan prinsip-prinsip kesinambungan bisnis
yang

terintegrasi

dalam

kebijakan,

rencana

serta

sistem-

prosedur di semua aspek operasi penting Perseroan, termasuk

dalam hal penanganan keselamatan para karyawan.


Komite Sumber Daya Manusia (Komite SDM)
Komite Sumber Daya Manusia (Komite SDM) dibentuk untuk
mengembangkan

dan

mengkaji

strategi

Perseroan

yang

berkaitan dengan pengembangan organisasi, penghargaan dan

12

benefit

bagi

karyawan,

kebijakan

sumber

daya

manusia,

program pengembangan bakat, penempatan karyawan serta

strategi terkait tenaga kerja dari pihak ketiga.


Komite Teknologi Informasi
Komite Teknologi Informasi dibentuk pada bulan September 2012
untuk

memenuhi

perkembangan

bisnis

XL

serta

untuk

memenuhi ketentuan Peraturan Bank Indonesia terkait dengan


perijinan XL Tunai dan KUPU (Kegiatan Usaha Pengiriman Uang)

yang dimiliki oleh Perseroan.


Sekretaris Perusahaan
Sekretaris Perusahaan bertanggung jawab atas tata laksana
dokumen

dan

informasi

yang

terkait

dengan

kepatuhan

Perseroan terhadap undangundang dan peraturan pasar modal


dan mendukung akuntabilitas pelaporan kinerja dan tanggung
jawab Perseroan kepada pemangku kepentingan.

2.1.5

Pengukuran Good Corporate Governance

Pada PT XL Axiata, Tbk pengukuran Good Corporate Governance


dilihat dari penerapan prinsip-prinsip GCG yang meliputi :
a) Transparansi yang dijalankan XL seperti penerbitan annual report
yang mengandung laporan keuangan sesuai dengan kejadian
sebenanya,

yang

dapat

dijadikan

acuan

oleh

investor

dan

pemangku kepentingan.
b) Kemandirian yang dibuktikan oleh XL yaitu independensi dalam
pengelolaan perusahaan yang terus dijalankan tanpa melibatkan
kepentingan dari pihak lain.
c) Akuntabilitas, dimana XL tetap independen namun tidak pula
mengenyampingkan

dari

kepentingan

pemegang

saham

dan

pemangku kepentingan sehingga tetap berjalan selaras.


d) Pertanggungjawaban yang dipegang XL yaitu selalu mengikuti
peraturan pemerintah baik dalam meluncurkan produk jualnnya
maupun dalam mengelola perusahaan dalam bidang keuangan
perusahaan.
e) Kesetaraan dan kewajaran yang dijalankan XL selalu mengutamakan
kepentingan pemgang saham dan pemangku kepentingan dengan

13

kesetaraan dan kewajaran tanpa menghilangkan kesejahteraan


karyawan tentunya.

BAB III
ANALISI DAN PEMBAHASAN
3.1 Analisis terhadap Impplementasi Good Corporate
Governance
3.1.1 Indikator

Komitmen

terhadap

Penerapan

Perusahaan yang Baik Secara Berkelanjutan

14

Tata

Kelola

Gambar 3.1 Ringkasan Hasil Penilaian / Evaluasi SK-16/S.MBU/2012


Pada indikator pertama yaitu komitmen terhadap tata kelola
perusahaan yang baik secara berkelanjutan setelah dilakukan penelitian
menggunakan SK-16/S.MBU/2012 didapatkan hasil yang cukup baik.
Sebenarnya

XL

sudah

berusaha

semaksimal

mungkin

dalam

melaksanakan komitmen ini namun dikarenakan SK-16 pada dasarnya


ditujukan untuk perusahaan BUMN, XL mendapat skor yang jelek dalam
hal pelaporan LHKPN karena sebagai perusahaan swasta XL tidak memiliki
kewajiban untuk melaporkan LHKPN.
3.1.2 Indikator Pemegang Saham dan RUPS/Pemilik Modal
Berdasarkan gambar 3.1 ditunjukkan bahwa pada indikator 2
mengenai pemegang saham dari hasil evaluasi annual report diperoleh
skor 8.654 dengan persentase 96,16% yang menunjukkan hasil sangat
baik. Dari hasil evaluasi, secara keseluruhan peran, kewajiban serta
tanggung jawab pemegang saham yang dituangkan dalam Rapat Umum
Pemegang

Saham

(RUPS)

telah

dijalankan

seluruhnya

guna

pembentukkan perusahaan yang lebih baik sehingga meningkatkan


kesejahteraan karyawan namun penyusun tidak dapat menemukan data
pendukung dalam hal RUPS memberikan respon atas lowongan jabatan
dan/atau pemberhentian sementara Direksi oleh Dewan Komisaris.
15

3.1.3 Indikator Dewan Komisaris/Dewan Pengawas


Berdasarkan gambar 3.1 ditunjukkan bahwa nilai presentase-nya
menunjukkan 91.09% yaitu sangat baik. Ini menyatakan bahwa dewan
komisaris sudah sangat baik dalam menjalankan tugas dan wewenangnya
dalam perusahaan. Dalam indikator ini, XL seharusnya dapat memperbaiki
hal-hal

yang

berkaitan

dengan

pengembangan

kompetitif

Dewan

Komisaris dan kebijakan dalam hal benturan kepentingan.


3.1.4 Indikator Direksi
Berdasarkan

gambar

3.1

ditunjukkan

bahwa

nilai

presentase

menunjukkan 98.22% yaitu sangat baik yang berarti bahwa direksi telah
menjalankan Rancangan Jangka Panjang dan Rancangan Kerja Anggaran
dengan baik. Nilai ini hampir sempurna karena memang dapat dilihat dari
Laporan dan profil Direksi yang disajikan dalam Annual Report 2014,
Direksi PT XL Axiata terdiri dari orang orang yang kompeten,
berpengalaman dan berkomitmen dalam melaksanakan tugasnya.
3.1.5 Indikator Pengungkapan Informasi dan Transparansi
Berdasarkan hasil evaluasi ditunjukkan angka sangat baik dengan
persentase sempurna (100%) dalam indikator pengungkapan. Hal ini
terlihat wajar karena sebagai perusahaan dibidang penyedia layanan
telekomunikasi selular, pengungkapan informasi dan transparansi adalah
hal yang sudah biasa dilakukan dalam kegiatan kegiatan, pelaporan
maupun melalui websitenya yaitu http://www.xl.co.id// .
3.1.6 Indikator Aspek Lainnya
Berdasarkan penilaian, untuk aspek lain nilai sempurna yaitu 100%,
sebab XL menerapkan best practices dalam menerapkan tata kelola
dalam perusahaannya.

BAB IV
KESIMPULAN
16

Secara

umum

penerapan

prinsip

prinsip

Good

Corporate

Governance (GCG) pada PT XL Axiata, Tbk sudah baik. XL berhasil


membentuk terciptanya sistem tata kelola perusahaan yang baik dan
berujung pada pemberian manfaat kepada semua stakeholders yang
berkaitan dengan perusahaan. Hal ini dapat dilihat secara mendetail
melalui

kertas

16/S.MBU/2012.

kerja

assestment

Diharapkan

yang

PT

XL

dilakukan
Axiata,

berdasarkan

Tbk

dapat

SKterus

mempertahankan dan juga meningkatkan penerapan prinsip prinsip GCG


dan menjadi menjadi leading company di bidangnya.

DAFTAR PUSTAKA
17

Daniri, Mas Achmad. 2005. Good Corporate Governance: Konsep dan


Penerapannya
dalam
Konteks Indonesia, Cetakan 1. Jakarta: PT.
Ray Indonesia.
Djanegara, Moermahadi
Governance Suatu Kajian
Press.

Soerja. 2008. Menuju Good Corporate


Empiris,
Edisi Pertama. Bogor: Kesatuan

Effendi, Muh. Arief. 2009. The Power of Good Corporate Governance : Teori
Implementasi,Jilid 1.
Jakarta: Salemba Empat
Siswanto Sutojo dan Aldridge, E. John. Good Corporate Governance : Tata
Kelola
Perusahaan Yang Sehat. Jakarta : PT. Damar Mulia Rahayu.
2005.
Bursa Efek Indonesia. 2014. Laporan Keuangan Tahunan PT XL Axiata, Tbk
tahun 2014.
Diunduh 15 Oktober 2015. http://www.idx.co.id//

18

Anda mungkin juga menyukai