Anda di halaman 1dari 17

BAKTERI, KAPANG DAN KHAMIR

Macam-macam Reproduksi Bakteri


Macam-macam Reproduksi Bakteri- Bakteri dapat melakukan reproduksi dengan dua cara
yakni reproduksi secara aseksual dan reproduksi secara seksual. Reproduksi bakteri secara
seksual dibagi menjadi tiga jenis yaitu, reproduksi dengan transformasi, reproduksi dengan
transduksi, dan reproduksi dengan konjugasi. Berikut uraian lengkap mengenai macammacam reproduksi bakteri.
a. Reproduksi aseksual
Pada umumnya bakteri berkembang biak dengan pembelahan biner, artinya pembelahan
terjadi secara langsung, dari satu sel membelah menjadi dua sel anakan. Masing-masing sel
anakan akan membentuk dua sel anakan lagi, demikian seterusnya. Proses pembelahan biner
diawali dengan proses replikasi DNA menjadi dua kopi DNA identik, diikuti pembelahan
sitoplasma dan akhirnya terbentuk dinding pemisah di antara kedua sel anak bakteri.
Perhatikan gambar skematik pembelahan biner sel bakteri dibawah!
b. Reproduksi seksual
Bakteri berbeda dengan eukariota dalam hal cara penggabungan DNA yang datang dari dua
individu ke dalam satu sel. Pada eukariota, proses seksual secara meiosis dan fertilisasi
mengkombinasi DNA dari dua individu ke dalam satu zigot. Akan tetapi, jenis kelamin yang
ada pada ekuariota tidak terdapat pada prokariota. Meiosis dan fertilisasi tidak terjadi,
sebaliknya ada proses lain yang akan mengumpulkan DNA bakteri yang datang dari individuindividu yang berbeda. Proses-proses ini adalah pembelahan transformasi, transduksi dan
konjugasi.
1) Transformasi
Dalam konteks genetika bakteri, transformasi merupakan perubahan suatu genotipe sel
bakteri dengan cara mengambil DNA asing dari lingkungan sekitarnya. Misalnya, pada
bakteri Streptococcus pneumoniae yang tidak berbahaya dapat ditransformasi menjadi sel-sel
penyebab pneumonia dengan cara mengambil DNA dari medium yang mengandung sel-sel
strain patogenik yang mati. Transformasi ini terjadi ketika sel nonpatogenik hidup mengambil
potongan DNA yang kebetulan mengandung alel untuk patogenisitas (gen untuk suatu lapisan
sel yang melindungi bakteri dari sistem imun inang) alel asing tersebut kemudian dimasukkan
ke dalam kromosom bakteri menggantikan alel aslinya untuk kondisi tanpa pelapis. Proses ini
merupakan rekombinasi genetik perputaran segmen DNA dengan cara pindah silang
(crossing over). Sel yang ditransformasi ini sekarang memiliki satu kromosom yang
mengandung DNA, yang berasal dari dua sel yang berbeda.
Gambar 4.6 Reproduksi bakteri dengan jalan transformasi

Bertahun-tahun setelah transformasi ditemukan pada kultur laboratorium, sebagian besar ahli
biologi percaya bahwa proses tersebut terlalu jarang dan terlalu kebetulan, sehingga tidak
mungkin memainkan peranan penting pada populasi bakteri di alam. Tetapi, para saintis sejak
saat itu telah mempelajari bahwa banyak spesies bakteri dipermukaannya memiliki protein
yang terspesialisasi untuk mengambil DNA dari larutan sekitarnya. Protein-protein ini secara
spesifik hanya mengenali dan mentransfer DNA dari spesies bakteri yang masih dekat
kekerabatannya. Tidak semua bakteri memiliki protein membran seperti ini. Seperti
contohnya, E. Coli sepertinya sama sekali tidak memiliki mekanisme yang tersepesialisasi
untuk menelan DNA asing. Walaupun demikian, menempatkan E. Coli di dalam medium
kultur yang mengandung konsentrasi ion kalsium yang relatif tinggi secara artifisial akan
merangsang sel-sel untuk menelan sebagian kecil DNA. Dalam bioteknologi, teknik ini
diaplikasikan untuk memasukkan gen gen asing ke dalam E. Coli, gen-gen yang mengkode
protein yang bermanfaat, seperti insulin manusia dan hormon pertumbuhan.
2) Transduksi
Pada proses transfer DNA yang disebut transduksi, faga membawa gen bakteri dari satu sel
inang ke sel inang lainnya. Ada dua bentuk transduksi yaitu transduksi umum dan transduksi
khusus. Keduanya dihasilkan dari penyimpangan pada siklus reproduktif faga.
Gambar 4.7 Reproduksi bakteri dengan jalan transduksi
Diakhir siklus litik faga, molekul asam nukleat virus dibungkus di dalam kapsid, dan faga
lengkapnya dilepaskan ketika sel inang lisis. Kadangkala sebagian kecil dari DNA sel inang
yang terdegradasi menggantikan genom faga. Virus seperti ini cacat karena tidak memiliki
materi genetik sendiri. Walaupun demikian, setelah pelepasannya dari inang yang lisis, faga
dapat menempel pada bakteri lain dan menginjeksikan bagian DNA bakteri yang didapatkan
dari sel pertama. Beberapa DNA ini kemudian dapat menggantikan daerah homolog dari
kromosom sel kedua. Kromosom sel ini sekarang memiliki kombinasi DNA yang berasal dari
dua sel sehingga rekombinasi genetik telah terjadi. Jenis transduksi ini disebut
dengan transduksi umum karena gen-gen bakteri ditransfer secara acak. Untuk transduksi
khusus memerlukan infeksi oleh faga temperat, dalam siklus lisogenik genom faga temperat
terintegrasi sebagai profaga ke dalam kromosom bakteri inang, di suatu tempat yang spesifik.
Kemudian ketika genom faga dipisahkan dari kromosom, genom faga ini membawa serta
bagian kecil dari DNA bakteri yang berdampingan dengan profaga. Ketika suatu virus yang
membawa DNA bakteri seperti ini menginfeksi sel inang lain, gen-gen bakteri ikut terinjeksi
bersama-sama dengan genom faga. Transduksi khusus hanya mentransfer gen-gen tertentu
saja, yaitu gen-gen yang berada di dekat tempat profaga pada kromosom tersebut.
c. Konjugasi dan Plasmid
Konjugasi merupakan transfer langsung materi genetik antara dua sel bakteri yang
berhubungan sementara. Proses ini, telah diteliti secara tuntas pada E. Coli. Transfer DNA
adalah transfer satu arah, yaitu satu sel mendonasi (menyumbang) DNA, dan pasangannya
menerima gen. Donor DNA, disebut sebagai jantan, menggunakan alat yang
disebut piliseks untuk menempel pada resipien (penerima) DNA dan disebut sebagai betina.

Kemudian sebuah jembatan sitoplasmik sementara akan terbentuk diantara kedua sel tersebut,
menyediakan jalan untuk transfer DNA.
Plasmid adalah molekul DNA kecil, sirkular dan dapat bereplikasi sendiri, yang terpisah dari
kromosom bakteri. Plasmid-plasmid tertentu, seperti plasmid f, dapat melakukan
penggabungan reversibel ke dalam kromosom sel. Genom faga bereplikasi secara terpisah di
dalam sitoplasma selama siklus litik, dan sebagai bagian integral dari kromosom inang
selama siklus lisogenik. Plasmid hanya memiliki sedikit gen, dan gen-gen ini tidak diperlukan
untuk pertahanan hidup dan reproduksi bakteri pada kondisi normal. Walaupun demikian, gen
gen dari plasmid ini dapat memberikan keuntungan bagi bakteri yang hidup di lingkungan
yang banyak tekanan. Contohnya, plasmid f mempermudah rekombinasi genetik, yang
mungkin akan menguntungkan bila perubahan lingkungan tidak lagi mendukung strain yang
ada di dalam populasi bakteri. Plasmid f , terdiri dari sekitar 25 gen, sebagian besar
diperlukan untuk memproduksi piliseks. Ahli-ahli genetika menggunakan simbol f+ (dapat
diwariskan). Plasmid f bereplikasi secara sinkron dengan DNA kromosom, dan pembelahan
satu sel f+ biasanya menghasilkan dua keturunan yang semuanya merupakan f+. Sel-sel yang
tidak memiliki faktor f diberi simbol f-, dan mereka berfungsi sebagai recipien DNA
(betina) selama konjugasi. Kondisi f+ adalah kondisi yang menular dalam artian sel f+
dapat memindah sel f- menjadi sel f+ ketika kedua sel tersebut berkonjugasi. Plasmid f
bereplikasi di dalam sel jantan, dan sebuah salinannya ditransfer ke sel betina melalui
saluran konjugasi yang menghubungkan sel-sel tersebut. Pada perkawinan f+ dengan fseperti ini, hanya sebuah plasmid f yang ditransfer. Gen-gen dari kromosom bakteri tersebut
ditransfer selama konjugasi ketika faktor f dari donor sel tersebut terintegrasi ke dalam
kromosomnya. Sel yang dilengkapi dengan faktor f dalam kromosomnya disebut sel Hfr
( high frequency of recombination atau rekombinasi frekuensi tinggi). Sel Hfr tetap berfungsi
sebagai jantan selama konjugasi, mereplikasi DNA faktor f dan mentransfer salinannya ke fpasangannya. Tetapi sekarang, faktor f ini mengambil salinan dari beberapa DNA kromosom
bersamanya.
Gerakan acak bakteri biasanya mengganggu konjugasi sebelum salinan dari kromosom Hfr
dapat seluruhnya dipindahkan ke sel f-. Untuk sementara waktu sel resipien menjadi diploid
parsial atau sebagian, mengandung kromosomnya sendiri ditambah dengan DNA yang disalin
dari sebagian kromosom donor. Rekombinasi dapat terjadi jika sebagian DNA yang baru
diperoleh ini terletak berdampingan dengan daerah homolog dari kromosom F-, segmen DNA
dapat dipertukarkan. Pembelahan biner pada sel ini dapat menghasilkan sebuah koloni bakteri
rekombinan dengan gen-gen yang berasal dari dua sel yang berbeda, dimana satu dari strainstrain bakteri tersebut sebenarnya merupakan Hfr dan yang lainnya adalah F.
Gambar 4.8 Reproduksi bakteri dengan jalan konjugasi
Keterangan gambar 4.8
1. Sel bakteri Hfr bertemu dengan sel bakteri normal.
2. Terbentuk tabung konjugasi, lalu terjadi perpindahan DNA dan sel Hfr ke sel normal.

3. Terjadi rekombinasi DNA pada sel normal.


4. Kedua sel bakteri berpindah.
Pada tahun 1950-an, pakar-pakar kesehatan jepang mulai memperhatikan bahwa beberapa
pasien rumah sakit yang menderita akibat disentri bakteri, yang menyebabkan diare parah,
tidak memberikan respons terhadap antibiotik yang biasanya efektif untuk pengobatan infeksi
jenis ini. Tampaknya, resistensi terhadap antibiotik ini perlahan-lahan telah berkembang pada
strain-strain Shigella sp. tertentu, suatu bakteri patogen. Akhirnya, peneliti mulai
mengidentifikasi gen-gen spesifik yang menimbulkan resistensi antibiotik pada Shigella dan
bakteri patogenik lainnya. Beberapa gen gen tersebut, mengkode enzim yang secara spesifik
menghancurkan beberapa antibiotik tertentu, seperti tetrasiklin atau ampisilin. Gen gen yang
memberikan resistensi ternyata di bawa oleh plasmid.
Sekarang dikenal sebagai plasmid R (R untuk resistensi). Pemaparan suatu populasi bakteri
dengan suatu antibiotik spesifik baik di dalam kultur laboratorium maupun di dalam
organisme inang akan membunuh bakteri yang sensitif terhadap antibiotik, tetapi hal itu tidak
terjadi pada bakteri yang memiliki plasmid R yang dapat mengatasi antibiotik. Teori seleksi
alam memprediksi bahwa, pada keadaan-keadaan seperti ini, akan semakin banyak bakteri
yang akan mewarisi gen-gen yang menyebabkan resistensi antibiotik. Konsekuensi medisnya
pun terbaca, yaitu strain patogen yang resisten semakin lama semakin banyak, membuat
pengobatan infeksi bakteri tertentu menjadi semakin sulit. Permasalahan tersebut diperparah
oleh kenyataan bahwa plasmid R, seperti plasmid F, dapat berpindah dari satu sel bakteri ke
sel bakteri lainnya melalui konjugasi.

REPRODUKSI KAPANG
Secara alamiah kapang berkembang biak dengan berbagai cara, baik aseksual dengan
pembelahan, penguncupan, atau pembentukan spora. Dapat pula secara seksual dengan
peleburan nukleus dari kedua induknya. Pada pembelahan, suatu sel membelah diri untuk
membentuk dua sel anak yang serupa. Pada penguncupan suatu sel anak tumbuh dari
penonjolan kecil pada sel inangnya (Waluyo, 2004).
Menurut Fardiaz (1992), secara aseksual spora kapang diproduksi dalam jumlah banyak,
berukuran kecil dan ringan, serta tahan terhadap keadaan kering. Spora ini mudah
beterbangan di udara, dan bila berada pada substrat yang cocok, maka spora tersebut tumbuh
menjadi miselium baru.

Morfologi Kapang

SPORA ASEKSUAL YAITU:


1.
Konidiospora atau konidia, yaitu spora yang dibentuk di ujung atau di sisi suatu hifa.
Konidia kecil dan bersel satu disebut disebut mikrokonidia. Sedangkan konidia besar dan
banyak disebut makrokonidia.
2.
Sporangiospora. Spora bersel satu, terbentuk di dalam kantung spora yang disebut
sporangium di ujung hifa khusus yang disebut sporangiofora.
3.
Oidium atau arthrospora, spora bersel satu ini terjadi karena segmentasi pada ujungujung hifa. Sel-sel tersebut selanjutnya membulat dan akhirnya melepaskan diri sebagai
spora.
4.
Klamidospora, spora ini berdinding tebal, dan sangat resisten terhadap keadaan yang
buruk yang terbentuk pada sel-sel hifa vegetatif.
5.
Blastospora, terbentuk dari tunas pada miselium yang kemudian tumbuh menjadi spora.
Juga terjadi pada pertunasan sel-sel khamir.(Ali, 2005).
Perkembangbiakan secara generatif atau seksual dilakukan
dengan isogamet atauheterogamet. Pada beberapa spesies perbedaan morfologi antara jenis
kelamin belum nampak sehingga semua disebut isogamet. Tapi pada beberapa spesies
mempunyai perbedaan gamet besar dan kecil sehingga disebut mikrogamet (sel kelamin
jantan) danmakrogamet (sel kelamin betina).
SPORA SEKSUAL YAITU:
1. Askospora. Spora bersel satu terbentuk di dalam kantung yang disebut dengan askus.
Biasanya terdapat 8 askospora di dalam setiap askus.
2.

Basidiospora. Spora bersel satu terbentuk gada yang dinamakan basidium.

3.
Zigospora. Spora besar dan berdinding tebal yang terbentuk apabila ujung-ujung dua
hifa yang secara seksual serasi dinamakan gametangia.
4.
Oospora. Spora terbentuk di dalam struktur betina khusus yang disebut oogonium.
Pembuahan telur atau oosfer oleh gamet jantan di anteridium menghasilkan oospora. Dalam
setiap oogonium terdapat satu atau lebih oosfer.

3.

Sistem Reproduksi Khamir

Reproduksi dengan cara pertunasan, pembelahan, pembelahan tunas dan pembentukan spora
aseksual dinamakan reproduksi vegetatif sedangkan pembentukan spora seksual disebut
dengan reproduksi seksual.

Pertunasan Sel

Pertunasan merupakan cara reproduksi paling umum dilakukan oleh khamir. Proses
pertunasan dimulai melalui suatu saluran yang terbentuk dari vakuola di dekat nukleus
menuju dinding sel yang terdekat dengan vakuola. Karena adanya penipisan dinding sel,
maka protoplasma akan menonjol keluar kemudian membesar dan terisi komponenkomponen nukleus dan sitoplasma dari inangnya melalui saluran yang terbentu tersebut.
Tunas terus tumbuh dan membentuk dinding sel baru dan juka ukuran tunas sudah hampir
sama besar dengan inangnya, komponen inti akan terpisah menjadi dua.

Pembelahan Sel

Pembelahan sel atau pembelahan binner, mula-mula sel khamir membengkak atau
memanjang, kemudian nukleus terbagi menjadi dua dan terbentuk septa atau dinding
penyekat tanpa mengubah dinding sel. Setelah nukleus terbagi menjadi dua, septa terbagi
menjadi dua dinding dan kedua sel melepaskan diri satu sama lain.

Pembelahan Tunas

Reproduksi vegetatif dengan cara membelah tunas, yakni gabungan antara pertunasan dengan
pembelahan. Mula-mula terbentuk tunas, tetapi tempat melekatnya tunas pada induk sel
relatif besar, kemudian terbentuk septa yang memisahkan tunas dari induknya.

Pembentukan Spora Aseksual

Terjadi melalui pembentukan spora dibedakan atas beberapa macam yaitu: 1) Blastospora
membentuk kumpulan tunas menempel pada sel yang memanjang, 2) Balliospora, tumbuh
pada ujung sel yang meruncing satu demi satu dilepaskan dengan tekanan, 3) Khlamidospora,
bentuk spora istirahat yang mempunyai dinding sel tebal.

Pembentukan Spora Seksual

Spora seksual terdiri dari basidiospora dan askospora. Khamir dibedakan atas dua kelompok
berdasarkan jumlah kromosom di dalam inti sel yakni 1) khamir diploid dan 2) khamir
haploid. Inti sel pada khamir diploid terbentuk dari pengabungan inti dua sel haploid atau dua
askospora, karena itu mengandung kromoson 2n.

Cara Bakteri Mendapatkan Makanan Dalam mendapatkan makanannya, Bakteri dibagi


menjadi empat kelompok. Keempat kelompok tersebut adalah Bakteri fotoautotrof, Bakteri
fotoheterotrof, Bakteri kemoautotrof, dan Bakteri kemoheterotrof. Bagaimanakah perbedaan
keempatnya?
a) Bakteri fotoautotrof.
Bakteri ini mendapatkan makanannya melalui fotosintesis dan mendapatkan sumber karbon
dari CO2. Cyanobacteria (alga hijau-biru) merupakan bakteri fotoautotrof yang paling umum.
Cyanobacteria ada yang berupa uniselular dan ada pula yang berupa multiselular.
Cyanobacteria multiselular biasanya berbentuk benang atau filamen. Cyanobacteria memiliki
klorofil yang tersebar di dalam plasma sel dan juga memiliki karotenoid yang mengandung
pigmen fikobilin. Pigmen ini merupakan gabungan antara pigmen fikoeritrin (warna merah)
dan fikosianin (warna biru). Fikosianin pada umumnya dominan sehingga alga ini berwarna
biru laut. Walaupun demikian, Cyanobacteria dapat pula berwarna merah, kuning, cokelat,
ataupun hitam. Cyanobacteria terdapat di mana-mana, di tempat yang sangat dingin (kutub)
sampai di tempat yang sangat panas seperti di perairan panas yang bersuhu kurang lebih
85C, serta di kolam-kolam yang terpolusi. Cyanobacteria sangat mudah ditemukan di
perairan air tawar, di tanah, dan di permukaan yang lembap. Cyanobacteria ada yang hidup
bersimbiosis dan ada pula yang hidup sendiri (soliter). Cyanobacteria dapat bersimbiosis
dengan lumut hati, paku, bahkan dengan invertebrata, seperti Amoeba, Protozoa, Diatom, dan
Mollusca. Simbiosis yang spesifik antara Cyanobacteria dan jamur membentuk formasi yang
disebut Lichenes (lumut kerak) yang dapat hidup di bebatuan. Lichenes berperan dalam
pembentukan tanah atau sebagai organisme perintis.
Contoh Bakteri fotoautotrof, adalah (a) Nostoc dan (b) Rivularia.
Perkembangbiakan Cyanobacteria dapat terjadi melalui proses membelah diri, fragmentasi,
dan heterokista. Pembelahan heterokista mirip dengan fragmentasi. Akan tetapi, terdapat sel
yang bagian dindingnya menebal sehingga tampak lebih besar yang disebut heterokista.
Bagian inilah yang nantinya melepaskan diri untuk menjadi individu baru. Contoh
Cyanobacteria adalah Anabaena, Nostoc, Gleocapsa, Oscilatoria, dan Rivularia.
b) Bakteri Fotoheterotrof
Bakteri ini dapat menggunakan cahaya untuk menghasilkan ATP, namun harus mendapatkan
sumber karbon dalam bentuk senyawa organik. Cara mendapatkan makanan seperti ini sangat

jarang dan terbatas pada beberapa bakteri. Contohnya pada bakteri ungu nonsulfur
(Rhodospirillum rubrum).
c) Bakteri kemoautotrof
Bakteri ini mendapatkan karbon dari karbon dioksida (CO2). Sumber energi diperoleh dari
hasil oksidasi senyawa anorganik. Banyak bakteri kelompok ini memengaruhi siklus
nitrogen. Bakteri ini membantu pembentukan asam amino dan protein. Bakteri nitrifikasi
membantu tanaman mengikat nitrat sebagai sumber nitrogen. Contoh bakteri ini adalah
Nitrobacter dan Thiobacillus. Perhatikan Gambar
Contoh Bakteri kemoautotrof, adalah (a) Nitrobacter dan (b) Thiobacillus.
d) Bakteri kemoheterotrof
Pada umumnya, bakteri bersifat kemoheterotrof dan banyak yang berguna bagi kehidupan.
Untuk memperoleh energi dan karbon, bakteri ini harus mengonsumsi molekul organik.
Sebagian besar spesies dari bakteri ini merupakan dekomposer (pengurai). Enzim yang
dikeluarkan akan memecah komponen organik, bahkan dapat menghasilkan sejenis pestisida
di tanah, seperti yang dihasilkan oleh Pseudomonas. Manusia juga menggunakan
Lactobacillus untuk membuat acar mentimun, keju, dan yoghurt. Eschericia coli merupakan
bakteri dalam usus, yang memproduksi vitamin K dan zat yang berguna dalam mencerna
lemak. Aktivitasnya mencegah bakteri patogen untuk membentuk koloni dalam usus.
4) Klasifikasi Bakteri
Bakteri diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok. Menurut Campbell (1998: 511), Bakteri
dibagi menjadi lima kelompok. Lima kelompok tersebut, yaitu Proteobacteria, bakteri grampositif, Cyanobacteria, Spirochetes, dan Chlamydias.
a) Proteobacteria
Proteobacteria dibedakan menjadi tiga kelompok, yakni bakteri ungu, Proteobacteria
kemoautotrof, dan Proteobacteria kemoheterotrof. Perhatikanlah Gambar
Contoh spesies dari kelompok Proteobacteria adalah (a) Chromatium, (b) Rhizobium, dan
(c) Salmonella.
(1) Bakteri ungu
Bakteri ungu bersifat kemautotrof. Bakteri ini memiliki bakteriokloroplas yang berfungsi
dalam fotosintesis. Pada umumnya, bakteri ini termasuk bakteri obligat anaerob, artinya
bakteri ini hanya dapat tumbuh dan berkembang jika tidak ada oksigen. Contoh bakteri ungu
adalah Chromatium.
(2) Proteobacteria kemoautotrof
Bakteri ini ada yang hidup bebas dan bersimbiosis. Beberapa di antaranya memengaruhi
siklus nitrogen dalam sebuah ekosistem. Contohnya, Rhizobium yang hidup bersimbiosis

pada akar tumbuhan. Dari simbiosis ini, tumbuhan akan mendapatkan nutrisi yang cukup dari
hasil siklus nitrogen.
(3) Proteobacteria kemoheterotrof
Bakteri ini hidup di dalam organisme lain, contohnya di dalam usus hewan. Bakteri ini
memiliki bentuk batang. Beberapa proteobacteria kemoheterotrof merupakan bakteri
fakultatif anaerob (dapat hidup, baik tidak ada oksigen maupun ada oksigen). Bakteri ini ada
yang berbahaya dan ada pula yang tidak berbahaya. Contoh bakteri yang berbahaya adalah
Salmonella yang dapat menyebabkan keracunan makanan.
b) Bakteri gram-positif
Bakteri gram-positif memiliki dinding sel dengan lapisan yang tersusun atas protein dan
senyawa polisakarida, yakni petidoglikan. Beberapa anggotanya dapat berfotosintesis dan
sebagiannya lagi ada yang bersifat kemoheterotrof. Bakteri gram-positif memiliki endospora.
Contoh speciesnya adalah Bacillus dan Vibrio cholerae.
Bacillus merupakan contoh spesies bakteri gram-positif.
c) Bakteri Cyanobacteria
Bakteri ini memiliki ciri, yakni bersifat fotoautotrof (mampu menyintesis sumber
makanannya melalui fotosintesis) karena anggota Cyanobacteria memiliki klorofil. Sebagian
besar anggotanya hidup di air tawar. Selain di air tawar, Cyanobacteria juga ada yang hidup
di air laut dan bersimbiosis dengan jamur. Ciri lainnya adalah dinding sel yang tersusun atas
gelatin, tidak memiliki flagel, bergerak dengan meluncur, dan hidup berkoloni. Contohnya
adalah Anabaena dan Gleocapsa.
(a) Anabaena dan (b) Gleocapsa memiliki klorofil untuk berfotosintesis.
d) Bakteri Spirochetes
Bakteri Spirochetes memiliki bentuk sel heliks dan memiliki panjang sampai 0,25 mm.
Bakteri ini memiliki flagela internal berbentuk filamen yang berfungsi sebagai alat gerak.
Spirochetes bersifat kemoheterotrof. Spirochetes ada yang hidup bebas dan ada pula yang
bersifat patogen (menyebabkan penyakit). Contoh Spirochetes, adalah Treponema pallidum
e) Bakteri Chlamydias
Chlamydias hidup sebagai parasit. Keperluan energi untuk aktivitasnya diperoleh dari
inangnya. Bakteri ini merupakan patogen beberapa penyakit. Contohnya adalah Chlamydias
trachomatis
Chlamydias trachomatis merupakan contoh spesies dari kelompokChlamydias.

Kondisi Pertumbuhan

Meskipun berbagai spesies khamir berbeda-beda dalam sifat fisologinya, tetapi


khamir yang penting dalam industri pada umumnya mempunyai sifat-sifat fisiologi yang
umum.
Kebanyakan khamir tumbuh paling baik pada kondisi dengan persediaan air cukup.
Tetapi karena khamir dapat tumbuh pada medium dengan konsentrasi solut (gula atau
garam) lebih tinggi daripada bakteri, dapat disimpulkan bahwa khamir membutuhkan air
untuk pertumbuhan lebih kecil dibandingkan kebanyakan bakteri.
Batas aktivitas air terendah untuk pertumbuhan khamir berkisar antara 0,88-0,94, misalnya
untuk khamir bir adalah 0,94, untuk khamir yang ditemukan pada susu kental adalah 0,90,
sedangkan untuk khamir roti adalah 0,905. Banyak khamir bersifat osmofilik, yaitu dapat
tumbuh pada medium dengan aktivitas air relatif rendah, yaitu sampai 0,62-0,65 pada sirup,
meskipun beberapa khamir osmofilik tidak dapat tumbuh pada aktivitas air sekitar 0.78 dalam
larutan garam maupun sirup. Masing-masing khamir mempunyai batas aktivitas air minimal
dan kisaran aktivitas air untuk pertum- buhan berbeda-beda, yaitu dipengaruhi oleh berbagai
faktor, seperti kandungan nutrien substrat, pH, suhu, tersedianya oksigen, ada tidaknya
senyawa penghambat, dan sebagainya.

Kisaran suhu untuk pertumbuhan kebanyakan khamir pada umumnya hampir sama dengan
kapang, yaitu dengan suhu optimum 25-30 0C dan suhu maksimum 35-47oC.
Beberapa khamir dapat tumbuh pada suhu 0 oC atau kurang.
Kebanyakan khamir lebih menyukai tumbuh pada keadaan asam, yaitu pada pH 4-4,5, dan
tidak dapat tumbuh dengan baik pada medium alkali, kecuali jika telah beradaptasi. Khamir
tumbuh baik pada kondisi aerobik, tetapi yang bersifat fermentasi dapat tumbuh secara
anaerobik meskipun lambat.
Selain ketersediaan nutrisi, bakteri juga memerlukan kondisi lingkungan yang
memungkinkan untuk tumbuh optimum. Kondisi lingkungan sangat memengaruhi aktivitas
dan pertumbuhan bakteri. Berikut ini dijelaskan beberapa faktor yang memengaruhi
pertumbuhan bakteri.

a. Oksigen
Reaksi biokimiawi dalam proses metabolisme memerlukan energi yang dihasilkan melalui
respirasi. Dalam respirasi, ada bakteri yang memerlukan oksigen dan ada pula yang tidak
memerlukan oksigen. Berdasarkan kebutuhan terhadap oksigen, bakteri dibedakan menjadi
tiga kelompok.
1) Bakteri aerob obligat
Bakteri aerob obligat memerlukan oksigen bebas dalam proses respirasi. Bakteri ini hanya
dapat tumbuh di tempat yang cukup tersedia oksigen. Oksigen diperlukan untuk memecah
bahan organik (zat makanan) sehingga diperoleh energi. Bakteri jenis ini menyukai tempat
hidup yang dapat berhubungan dengan udara bebas. Contohnya adalah Bacillus substilis,
Pseudomonas aeruginosa, Mycobacterium tuberculosis, dan Thiobacillus ferooxidans.
2) Bakteri anaerob obligat
Bakteri anaerob obligat tidak memerlukan oksigen bebas untuk melangsungkan proses
respirasi. Bakteri ini hanya dapat tumbuh di tempat yang tidak mengandung oksigen bebas.
Untuk respirasinya, bakteri jenis ini mempunyai enzim tertentu yang spesifik guna memecah
bahan organik (menghasilkan energi) dalam keadaan anarob. Contoh bakteri anaerob obligat
adalah Clostridium tetani, Methanobacterium, dan Bacteroides.
3) Bakteri anaerob fakultatif
Bakteri anaerob fakultatif dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan dengan konsentrasi
oksigen yang rendah. Oksigen tidak diperlukan dalam pembentukan energi, tetapi dapat
memacu proses metabolisme, sehingga keberadaan sedikit oksigen mengakibatkan proses
respirasi lebih efisien dibandingkan keadaan anaerob. Contohnya adalah Streptococcus
pneumoniae, Escherichia coli, dan Staphylococcus aureus.

b. Suhu
Laju pertumbuhan bergantung pada reaksi biokimiawi dan reaksi ini dipengaruhi oleh suhu.
Dengan demikian pola pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh suhu. Suhu optimum yang
dikehendaki bakteri untuk pertumbuhan berbeda-beda. Suhu optimum merupakan suhu yang
paling baik/sesuai untuk kehidupan suatu jenis bakteri.

Berdasarkan suhu optimumnya, bakteri dibedakan menjadi tiga kelompok.


1) Bakteri psikrofil, dapat tumbuh pada suhu 0 30C dengan suhu optimum 15C. Contoh
bakteri psikrofil adalah Pseudomonas, Flavobacterium, Achromobacter, dan Alcaligenes.
2) Bakteri mesofil, dapat tumbuh pada suhu 25 37C dengan suhu optimum 32C.
Umumnya bakteri jenis ini hidup di dalam alat pencernaan. Beberapa jenis bakteri bahkan
dapat hidup dengan baik pada suhu sekitar 40C. Semua jenis bakteri yang bersifat patogen
pada hewan merupakan bakteri mesofil.
3) Bakteri termofil, dapat tumbuh pada daerah yang suhunya tinggi, lebih dari 40C.
Temperatur optimumnya antara 55 60C. Bakteri ini dijumpai pada sumber-sumber air
panas, kawah gunung berapi, geiser, dan sebagainya. Contoh bakteri termofil adalah Thermus
aquaticus, Sulfolobus acidocaldarius, dan Chloroflexus.

c. Kelembapan
Bakteri dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan yang lembap. Jika keadaan lingkungan
menjadi kering, kegiatan metabolismenya terhenti. Dalam keadaan ini bakteri akan
membentuk spora yang dapat bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama.

d. Tekanan Osmosis
Sel bakteri mempunyai tekanan osmosis tertentu, sehingga menghendaki lingkungan yang
tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis sel (isotonis). Jika sel bakteri berada pada
lingkungan yang hipertonis (misalnya dalam larutan gula/garam yang pekat) pertumbuhannya
akan terhambat karena dapat menyebabkan plasmolisis, yaitu terlepasnya membran sel dari
dinding sel.

Namun demikian beberapa jenis bakteri diketahui dapat menyesuaikan diri terhadap kadar
garam atau kadar gula yang tinggi. Bakteri yang dapat hidup di lingkungan yang berkadar
garam tinggi disebut bakteri halofil, misalnya Halobacterium.

e. Derajat Keasaman/pH
Setiap jenis bakteri menghendaki pH tertentu untuk dapat tumbuh optimum. Hal ini berkaitan
dengan batas pH bagi kerja enzim. Derajat keasaman di luar batas nilai optimum
menyebabkan kerusakan pada enzim, sehingga metabolisme sel terganggu.
Beberapa jenis bakteri dapat hidup dengan baik pada pH tinggi (lingkungan bersifat basa)
maupun pada pH rendah (lingkungan bersifat asam), namun kebanyakan bakteri memerlukan
pH antara 6,5 7,5. Thiobacillus ferrooxidans dapat tumbuh dengan baik pada pH 1,3.

f. Radiasi
Pada umumnya radiasi cahaya menyebabkan kerusakan pada bakteri nonfotosintetik. Cahaya
dengan panjang gelombang yang pendek jika dipaparkan pada bakteri akan menyebabkan
ionisasi komponen sel yang dapat berakibat pada kematian. Oleh karena itu energi radiasi
dari sinar X, sinar gamma, dan sinar ultraviolet banyak digunakan untuk sterilisasi bahan
makanan.

g. Senyawa Kimia
Beberapa bahan kimia seperti antibiotik dan desinfektan dapat merusak dan mematikan sel
bakteri, sehingga keberadaan bahan kimia dapat menghambat pertumbuhan bakteri.

KLASIFIKASI BAKTERI
a. Penggolongan bakteri Berdasarkan bentuk tubuhnya
1) bakteri Kokus (bulat)
a) Streptokokus, misalnya Streptococcus pyrogenes, S.thermophillus, S.lactis.
b) Stafilokokus, misalnya Staphylococcus aureus.
c) Diplokokus, misalnya Diplococcus pnemoniae
2) bakteri Basil (batang)
a) Basilus, misalnya Eschericcia coli, Salmonella thypi, Lactobacillus.
b) Streptobasil, misalnya Azotobacter, Bacillus anthracis.
3) bakteri Vibrio (koma)
Vibrio, misalnya Vibrio cholerae.
4) bakteri Spirillum (spiral)
Spirillum, misalnya Treponema pallidum.

b. Klasifikasi bakteri berdasarkan kedudukan flagela pada selnya


1) Monotrik
Monotrik, berflagel satu pada salah satu ujung.

2) Amfitrik
Amfitrik, flagel masing-masing satu pada kedua ujung.
3) Lofotrik
Lofotrik, berflagel banyak di satu ujung.
4) Peritrik
Peritrik, berflagel banyak pada semua sisi tubuh.
c. Klasifikasi bakteri berdasarkan pewarnaan Gram (Gram strain)
1) Bakteri gram-positif
Bakteri gram-positif, dinding sel lebih sederhana, banyak mengandung
peptidoglikan. Misalnya Micrococcus, Staphylococcus,
Leuconostoc, Pediococcus dan Aerococcus.
2) Bakteri gram-negatif
Bakteri gram-negatif, dinding sel lebih kompleks, peptidoglikan lebih sedikit.
Misalnya Escherichia, Citrobacter, Salmonella, Shigella, Enterobacter, Vibrio,
Aeromonas, Photobacterium, Chromabacterium, Flavobacterium.
d. Klasifikasi bakteri berdasarkan kebutuhan oksigen
1) Bakteri aerob
Bakteri aerob, bakteri yang membutuhkan oksigen bebas untuk
mendapatkan energi, misalnya Nitrosomonas, Nitrobacter,
Nitrosococcus.
2) Bakteri anaerob
Bakteri anaerob, tidak membutuhkan oksigen bebas untuk mendapatkan
energi, misalnya Micrococcus denitrificans.
e. Klasifikasi bakteri berdasarkan cara memperoleh makanan (bahan organik)
1) Autotrop
Autotrop, menyusun makanan sendiri dari bahan-bahan anorganik. Bakteri
autotrop, berdasarkan sumber energinya dibedakan atas: fotoautotrop

(sumber energi dari cahaya) dan kemoautotrop (sumber energi dari hasil
reaksi kimia).
2) Heterotrop
Heterotrop, tidak menyusun makanan sendiri, memanfaatkan bahan organic
jadi yang berasal dari organisme lain. Termasuk bakteri heterotrop adalah
bakteri saprofit, yaitu bakteri yang mendapat makanan dengan menguraikan sisa-sisa
organisme

KLASIFIKASI KAPANG
Berdasarkan ada tidaknya septa dibedakan beberapa kelas yaitu :
1. Kapang tidak bersepta
a. Kelas Oomycetes (spora seksual disebut oospora) terdiri dari ordo saprolegniales (spesies
Saprolegnia) dan ordo Peronosporales (spesies Pythium).
b. Kelas Zygomycetes (spora seksual zigospora) terdiri dari ordo Mucorales (spora aseksual
adalah sporangiospora) seperti : Mucor mucedo, Zygorrhynchus, Rhizopus, Absidia dan
Thamnidium.
2. Kapang bersepta
a. Kelas fungi tidak sempurna (imperfecti) tidak mempunyai spora seksual
1). Ordo Moniales
a). Famili Monialiaceae : Aspergillus, Penicillium, Trichothecium, Geotrichum,
Neurospora, Sporatrichum, Botrytis, Cephalosporium, Trichoderma, Scopulariopsis,
Pullularia.
b). Famili Dematiceae : Cladosporium, Helminthosporium, Alternaria, Stempylium.
c). Famili Tuberculariaceae : Fusarium
d). Famili Cryptococcaceae (fungsi seperti khusus atau false yeast) : Candida (khamir),
Cryptococcus
e). Famili Rhodotorulacee : Rhodotorula (khamir)
2). Ordo Melanconiales : Colletotrichum, Gleosporium, Pestalozzia.
3). Ordo Sphaeropsidales (konidia berbentuk botol, dinamakan piknidia) : Phoma, Dlipodia.

b. Kelas Ascomycetes. Spora seksual adalah askospora, sperti : jenis Endomyces, Monascus,
Sclerotinia. Yang termasuk dalam fungi imperfecti : Neurospora, Eurotium (tahap seksual
dari Aspergillus), dan Penicillium.

KLASIFIKASI KHAMIR

Khamir adalah bentuk sel tunggal dengan pembelahan secara pertunasan. Khamir mempunyai
sel yang lebih besar daripada kebanyakan bakteri, tetapi khamir yang paling kecil tidak
sebesar bakteri yang terbesar.khamir sangat beragam ukurannya,berkisar antara 1-5 m
lebarnya dan panjangnya dari 5-30 m atau lebih.Biasanya berbentuk telur,tetapi beberapa
ada yang memanjang atau berbentuk bola. Setiap spesies mempunyai bentuk yang khas,
namun sekalipun dalam biakan murni terdapat variasi yang luas dalam hal ukuran dan
bentuk.Sel-sel individu, tergantung kepada umur dan lingkungannya. Khamir tidak
dilengkapi
flagellum atau organ-organ penggerak lainnya.
1). Khamir Murni
Adalah khamir yang dapat berkembang biak dengan cara seksual dengan
pembentukan askospora khamir ini diklasifikasikan sebagai Ascomycetes (Saccharomyces
cerevisae, Saccharomyces carlbergesis, Hansenula anomala, Nadsonia sp).
2).Khamir Liar
Adalah khamir murni yang biasanya terdapat pada kulitanggur. Khamir ini mungkin
digunakan dalam proses fermentasi, meskipun galur yang diperbaiki telah dikembangkan
yang menghasilkan anggur dengan rasa yang lebih enak dengan bau yang lebih
menyenangkan. Khamir liar yang ada dikulit anggur dimatikan dengan penambahan dioksida
belerang pada buah anggur yang telah dihancurkan. Inokulum galur khamir yang dikehendaki
ditambahkan kemudian untuk memfermentasi air perasan anggur.
3). Khamir Atas
Adalah khamir murni yang cenderung memproduksi gas sangat cepat sewaktu
fermentasi,sehingga khamir itu dibawa kepermukaan. Khamir atas mencakup khamir yang
digunakan dalam pembuatan roti,untuk kebanyakan anggur minuman dan bir inggris
(Saccharomyces cereviceae).
4). Khamir Dasar
Adalah khamir murni yang memproduksi gas secara lebih lamban pada bagian awal
fermentasi. Jadi sel khamir cenderung untuk menetap pada dasar. Galur terpilih digunakan
dalam industri bir lager (Saccharomyces carlsbergensis).
5). Khamir Palsu atau Torulae

Adalah khamir yang didalamnya tidak terdapat atau dikenal tahap pembentukan spora
seksual. Banyak diantaranya yang penting dari segi
medis (Cryptococcus neoformans, Pityrosporum ovale, Candida albicans).

Anda mungkin juga menyukai