Anda di halaman 1dari 20

1

MAKALAH
TUGAS AKHIR
PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM DENGAN
METODE SISTEM RANGKA GEDUNG

DODDY INDRA PRASETYA


NRP 3108 100 524
Dosen Pembimbing
Ir. Iman Wimbadi, MS
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2012

2
PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM DENGAN METODE SISTEM RANGKA GEDUNG
Nama Mahasiswa
NRP Mahasiswa
Jurusan

: Doddy Indra Prasetya


: 3108 100 524
: S1 Lintas Jalur Teknik Sipil
FTSP-ITS
Dosen Pembimbing : Ir. Iman Wimbadi, MS
ABSTRAK

Proyek Pembangunan gedung Fakultas Kedokteran ini dirancang dengan menggunakan


metoda Sistem Rangka Gedung, sesuai SNI 03-2847-2002 dan SNI 03-1726-2002.
Struktur tersebut direncanakan berjumlah 7 lantai dan terletak di wilayah gempa tinggi
(Mataram). Sistem Rangka Gedung adalah salah satu sistem struktur yang beban
gravitasinya dipikul sepenuhnya oleh space frame, sedangkan beban lateralnya dipikul
bersama oleh space frame dan shearwall. Space frame sekurang-kurangnya memikul 10%
dari beban lateral dan sisanya dipikul oleh shearwall. Karena shearwall dan space frame
dalam Sistem Rangka Gedung merupakan satu kesatuan struktur maka diharapkan keduanya
dapat mengalami defleksi lateral yang sama atau setidaknya space frame mampu
mengikuti defleksi lateral yang terjadi. Shearwall adalah dinding geser yang terbuat dari
beton bertulang dimana tulangan-tulangan tersebut yang akan menerima gaya lateral akibat
gempa sebesar beban yang telah direncanakan.
Kata Kunci :Sistem Rangka Gedung, Shearwall

3
Bagaimana merancang struktur Gedung Fakultas
Kedokteran Universitas Mataram yang aman dan
kuat pada saat terjadi gempa dengan metode Sistem
Rangka Gedung?

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

1.2

Latar belakang
Banyaknya lulusan SMU yang ingin
melanjutkan studinya ke Fakultas Kedokteran
Universitas
Mataram,
membuat
Gedung
Kedokteran
yang
ada
tidak
dapat
menampung calon mahasiswa tersebut.Padahal,
saat ini kondisi gedung fakultas kedokteran yang
ada dianggap kurang layak untuk menampung
jumlah mahasiswa.Oleh karena itu, Badan
Pelaksana Harian Universitas Mataram melakukan
penambahan gedung
untuk memfasilitasi
mahasiswanya dalam proses belajar.
Perencanaan
gedung
bertingkat
perlu
memperhatikan beberapa criteria, antara lain
kriteria kekuatan, perilaku yang baik pada taraf
gempa
rencana,
serta
aspek
ekonomis.Merencanakan bangunan bertingkat
banyak
dari
segi
struktur
memerlukan
pertimbangan yang matang terutama gedung itu
dirancang tahan terhadap gempa.Pertimbanagan
struktur ini akan berpengaruh dalam menentukan
alternative perencanaan, misalnya tata letak kolom,
panjang balok dan bentang.
Dalam SNI 03-1726-2002, Indonesia terbagi
dalam 6 wilayah gempa, dimana wilayah gempa 1
adalah wilayah dengan kegempaan paling rendah
sedangkan wilayah gempa 6 dengan kegempaan
paling tinggi. Gedung Fakultas Kedokteran
Universitas Mataram berada di zona 6, dan
direncanakan dengan Sistem Rangka Gedung.
Bangunan tinggi tahan gempa umumnya
menggunakan elemen-elemen struktur kaku berupa
dinding geser untuk menahan kombinasi gaya
geser, momen, dan gaya aksial yang timbul akibat
beban gempa. Dengan adanya dinding geser yang
kaku pada bangunan, sebagian besar beban gempa
akan diserap oleh dinding geser tersebut (Imran
2008). Gaya gempa yang menyeluruh pada
bangunan
diteruskan
melalui
sambungansambungan struktur ke diafragma horizontal,
diafragma mendistribusikan gaya-gaya ini ke
elemen-elemen penahan gaya lateral vertikal seperti
dinding geser dan rangka, elemen-elemen vertikal
mentransfer gaya-gaya ke dalam pondasi ( Purwono
2005 ). geser, sehingga dimensi balok dan kolom
bisa dikurangi.

Perumusan Masalah
Permasalahan utama yaitu:

Detail Permasalahan yaitu:


1. Bagaimana merencanakan preliminary design sistem
rangka gedung pada bangunan?
2. Bagaimana menerapkan design sistem
rangka
gedung pada bangunan?
3. Bagaimana menghitung penulangan untuk struktur
utama (balok dan kolom) dan dinding geser struktur?
1.3

Batasan Masalah
Mengingat keterbatasan waktu dalam
penyusunan tugas akhir ini, maka ada batasan-batasan
masalah antara lain :
1. Tidak merencanakan metode pelaksanaan.
2. Tidak memperhitungkan kesulitan pengadaan
material serta pengaruh dan dampaknya terhadap
lingkungan selama pelaksanaan.
3. Tidak menghitung aspek ekonomis dari biaya
konstruksi.
4. Tidak memperhitungkan sistem utilitas bangunan,
instalasi air bersih dan air kotor, instalasi listrik,
finishing dsb.
5. Analisa struktur dengan program bantu ETABS
v9.7.1 dan PCACOL v3.64
6. Penggambaran mengunakan program bantu Auto
Cad 2007
7. Penulisan menggunakan Microsoft Office 2007
1.4

Tujuan Penulisan
Dari permasalahan yang ada di atas, adapun
tujuan yang akan dicapai dalam penyusunan tugas akhir
ini adalah :
1. Mampu merencanakan preliminary design sistem
rangka gedung pada bangunan.
2. Mampu menerapkan design sistem rangka gedung
pada bangunan.
3. Mampu menghitung penulangan untuk struktur
utama (balok dan kolom) serta dinding geser
struktur.
1.5

Manfaat

1. Sebagai referensi perencanaan gedung Fakultas


Kedokteran Universitas Mataram di Nusa Tenggara
Barat, sehingga gedung tersebut dapat dimanfaatkan
untuk kegiatan perkuliahan.
2. Dapat mengetahui atau memberikan contoh cara
perhitungan struktur gedung dengan SRG.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

4
2.1

Umum
Filosofi perencanaan bangunan tahan
gempa yang diadopsi hampir seluruh negara di dunia
mengikuti ketentuan berikut ini :
a.
Pada gempa kecil bangunan tidak boleh
mengalami kerusakan
b. Pada gempa menengah komponen struktural
tidak boleh rusak, namun komponen nonstruktural diijinkan mengalami kerusakan
c.
Pada gempa kuat komponen struktural boleh
mnegalami kerusakan , namun bangunan tidak
boleh mengalami keruntuhan (IITK BMTPC
2002 )
Ketika gempa menyerang konstruksi
bangunan yang berada di atas permukaan tanah,
maka di antara elemen konstruksi pembentuk
bangunan gedung yang pertama kali dikenai aksi
beban gempa adalah kolom bangunan pada level
lantai dasar, sebelum energy gempa merambat ke
kolom dan balok lantai di atasnya. Jika gempa
berarah horizontal, maka aksi dari beban gempa ini
akan diterima oleh kolom bangunan sebagai gaya
geser. Sedangkan jika gempa ini berarah vertikal,
maka aksi dari beban gempa akan diterima oleh
kolom sebagai gaya aksial. Gaya aksial maupun
gaya geser ini akan merambat k atas bangunan,
dengan kecepatan rambat tertentu sesuai dengan
modulus geser G atau modulus elastisitas E dari
material konstruksi pembentuk struktur kolom.
(Darmawan, Straupalia, dan Nisa 2010)
Beban angin juga diperhitungkan dalam
mendesain struktur bangunan. Beban angin yang
diperhitungkan ini tidak hanya bergantung pada
kecepatan angin rata-rata, tetapi juga faktor
turbulensi kecepatan angin itu sendiri. (Pattipawaej
2010)
2.2 Spektrum Respon
Keteraturan (beraturan atau tidak) atau
konfigurasi gedung akan sangat mempengaruhi
kinerja gedung sewaktu kena gempa rencana, karena
itu struktur gedung dibedakan atas 2 golongan yaitu
yang beraturan dan yang tidak berdasarkan
konfigurasi denah dan elevasi gedung. Analisa
gedung beraturan dapat dilakukan berdasarkan
analisa statik ekuivalen sedangkan yang tidak,
pengaruh gempa rencana harus ditinjau sebagai
pengaruh pembebanan dinamik, sehingga analisisnya
dilakukan berdasarkan analisa respons dinamis.
(Purwono 2005)
Untuk
mengurangi
bencana
yang
diakibatkan oleh gempa diperlukan pemahan yang
lebih baik mengenai perilaku gempa. Pembicaraan
masalah gempa tidak terlepas dari spektrum respon
(response spectrum).
Spektrum respon yang
merupakan grafik respon maksimum struktur untuk
bermacam-macam frekuensi dapat memudahkan
seseorang dalam menganalisa dan mendesian suatu
struktur tahan hancur. (Pattipawaej 2010)

2.3

Dinding Geser ( Shearwall )


Bangunan tinggi tahan gempa umumnya
menggunakan elemen-elemen struktur kaku berupa
dinding geser untuk menahan kombinasi gaya geser,
momen, dan gaya aksial yang timbul akibat beban
gempa. Dengan adanya dinding geser yang kaku pada
bangunan, sebagian besar beban gempa akan terserap
oleh dinding geser tersebut. Menurut Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung,
SNI 03-2847-2006 (Purwono 2007), perencanaan geser
pada dinding struktural untuk bangunan tahan gempa
didasarkan pada besarnya gaya dalam yang terjadi
akibat beban gempa.
Menurut Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
Untuk Bangunan Gedung, SNI 03-2847-2002),
perencanaan geser pada dinding struktural untuk
bangunan tahan gempa didasarkan pada besarnya gaya
dalam yang terjadi akibat beban gempa.
Dinding geser biasanya dikategorikan
berdasarkan geometrinya yaitu:
Flexural wall (dinding langsing), yaitu dinding geser
yang memiliki rasio
hw/lw 2, dimana desain dikontrol oleh perilaku
lentur.
Squat wall (dinding pendek), yaitu dinding geser
yang memiliki rasio
hw/lw 2, dimana desain dikontrol oleh perilaku
geser.
Coupled shear wall (dinding berangkai), dimana
momen guling yang terjadi akibat beban gempa
ditahan oleh sepasang dinding, yang dihubungkan
oleh balok-balok perangkai, sebagai gaya-gaya tarik
dan tekan yang bekerja pada masing-masing dasar
pasangan dinding tersebut. (Imran dkk 2008 )
Dalam prakteknya dinding geser selalu
dihubungkan dengan sistem rangka pemikul momen
pada gedung. Dinding struktural yang umum digunakan
pada gedung tinggi adalah dinding geser kantilever dan
dinding geser berangkai. Berdasarkan SNI 03-17262002, dinding geser beton bertulang kantilever adalah
suatu subsistem struktur gedung yang fungsi utamanya
adalah untuk memikul beban geser akibat pengaruh
gempa rencana. Kerusakan pada dinding ini hanya boleh
terjadi akibat momen lentur ( bukan akibat gaya geser ),
melalui pembentukan sendi plastis di dasar dinding.(
Imran,Yuliari,Suhelda dan Kristianto 2008 )
Kerja sama antara sistem rangka penahan momen
dan dinding geser merupakan suatu keadaan khusus,
dimana dua struktur yang berbeda sifatnya tersebut
digabungkan. Dari gabungan keduanya diperoleh suatu
struktur yang lebih kuat dan ekonomis. Salah satunya
adalah Sistem ganda, yang merupakan gabungan dari
sistem pemikul beban lateral berupa dinding geser atau
rangka bresing dengan sistem rangka pemikul momen.
Rangka pemikul momen harus direncanakan terpisah
mampu memikul sekurang kurangnya 25 % dari
seluruh beban lateral yang bekerja. Kedua sistem harus
direncankan untukmemikul secara bersama - sama
seluruh beban lateral gempa, dengan memperhatikan
interaksi keduanya. Nilai R yang direkomendasikan

5
untuk sistem ganda dengan rangka SRG adalah 5,5. (
BSN, 2002)
BAB III
METODOLOGI
3.1

Diagram alur perencanaan

PRELIMINARY DESIGN
4.1
Perencanaan Dimensi Balok
Di dalam peraturan SNI 03-2847-2002 dalam tabel 8
disebutkan tebal minimum balok di atas dua tumpuan
sederhana disyaratkan l /16.
Dari perhitungan didapatkan dimensi balok induk:

Start

Pengumpulan Data dan Studi Literatur

Pemilihan Kriteria Desain

Preliminary Desain

Type

hmin

b/h

B1

600

37,50

35 / 50

B2

500

31,25

35 / 50

B3

400

25,00

35 / 50

BA

400

19,05

20 / 30

4.2
Perencanaan dimensi pelat
Dari Perhitungan didapatkan:
Pelat atap
: 120mm
Pelat lantai
: 120 mm

Struktur Sekunder

Tidak

No.

Pembebanan

Analisa Struktur dengan menggunakan


ETABS v. 9.7.1 dan PCACOL v3.64

Kontrol

OK
Tidak
Output Gaya
Dalam
Perhitungan Struktur Utama
Atas:
1. Balok
2. Kolom
3. HBK
4. Dinding Geser

Perhitungan Struktur Utama


Bawah:
1. Pondasi
2. Sloof

4.3
Perencanaan Dimensi Kolom
Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 10.8.1 : kolom
harus direncanakan untuk memikul beban aksial
terfaktor yang bekerja pada semua lantai atau atap
dan momen maksimum dari beban terfaktor pada
satu bentang terdekat dari lantai atau atap yang
ditinjau.
Dari perhitungan didapatkan dimensi kolom :
K1
: 60/60

Syarat

OK
Gambar Detail

Finish

3.2
Penjelasan Diagram Alur Perencanaan)
Dari Diagram alir di atas dapat dijelaskan metodologi
yang dipakai dalam penyusunan tugas akhir ini adalah
sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data dan Studi Literatur
a. Pengumpulan data untuk perencanaan gedung,
meliputi:
b. Studi Literatur
2. Pemilihan kriteria design
a. Dari data struktur Gedung Fakultas Kedokteran
Universitas Mataram akan dirancang dengan
metode Sistem Rangka Gedung, dengan wilayah
gempa 5
b. Beberapa hal yang perlu diketahui:
- Type bangunan : Kantor
- Letak bangunan : Jauh pantai
- Zone gempa
: Zone 5
- Tinggi bangunan : 28 m
- Jumlah lantai
: 7 lantai
- Struktr bangunan : Beton bertulang
- Struktur pondasi : Pondasi Tiang Pancang
- Mutu beton (fc) : 30 Mpa
- Mutu baja (fy) : BJ TD 400 Mpa
BJ TP 240 Mpa
BAB IV

4.4

Perencanaan Dimensi Dinding Geser


Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 16.5.3.(1) :
ketebalan dinding pendukung tidak boleh kurang
daripada 1/25 tinggi atau panjang bagian dinding yang
ditopang secara lateral, diambil yang terkecil, dan tidak
kurang daripada 100 mm.
Dari perhitungan didapatkan tebal dinding geser :
SW 1 : 40 cm
BAB V
PERENCANAAN STRUKTUR SEKUNDER
5.1
Perancangan Struktur Pelat
Peraturan yang digunakan sebagai acuan dalam
menentukan besar beban yang bekerja pada struktur
pelat adalah Peraturan Pembebanan Indonesia untuk
Gedung 1983 (PPIUG 1983). Perletakan pada pelat
diasumsikan sebagai perletakan jepit penuh.
Plat Lantai
Tipe
Plat

Panjang (Ly)
(cm)

P1
P2
P3
P4
P5

500
400
400
400
300

Lebar
(Lx)
(cm)
400
300
400
200
200

Ly/Lx
1.25
1.33
1
2
1,5

Jenis
Pelat
Dua Arah
Dua Arah
Dua Arah
Satu Arah
Dua Arah

6
3 D19

6 D19

Pelat lantai PL1


Lapangan Arah X
Tumpuan Arah X
Lapangan Arah Y
Tumpuan Arah Y

12-150

12-150

:
:
:
:

12-200 mm
12-200 mm
12-200 mm
12-200 mm

6 D19

12-150

6 D19

3 D19

3 D19

TUMPUAN
40

LAPANGAN

40

40

40

6 D19

3 D19

120

120

400

12-150

400

12-150

40

40

3 D19
300

5.4

5.2
Perancangan Balok Anak
Momen-momen dan gaya melintang akibat beban
terbagi merata
-1/24 -1/11

-1/11 -1/11

-1/11 -1/11

+1/14

+1/16

+1/16

4.00

4.00

4.00

-1/11

-1/24

+1/14

Perancangan Tangga

Analisa Strukur Tangga


Pada proses analisa struktur tangga ini, menggunakan
bantuan program ETABS v9.7.1 Berat sendiri plat
tangga serta bordes dihitung otomatis oleh program
ETABS v9.7.1. Untuk hasil output ETABS v9.7.1 tangga
bisa dilihat di lampiran. Adapun data-data yang di-input
adalah sebagai berikut :
1. Restraints Perletakan Jepit
2. Load Cases DL (Berat Mati) dan LL (Berat Hidup)
3. Combinations 1,2DL +1,6 LL
4. Area Loads (Uniform Shell) Untuk beban sesuai
dengan input pembebanan ETABS v9.7.1 tangga
Detail Penulangan Tangga

4.00
D

Detail Penulangan Balok Anak


3 D16
10-120

2 D16

3 D16
10-120

10-150

2 D16

3 D16

2 D16

TUMPUAN
40

LAPANGAN

40

40

40

3 D16

2 D16

120

120
10-120

300

10-150

300

40

40
2 D16

200

3 D16
200

5.3
Perancangan Balok Lift
Tipe Lift
= Standart
Merk
= Hyundai
Kapasitas
= 1000 kg
Kecepatan
= 60 m/menit
Lebar pintu
= 1000 mm
Dimensi sangkar (car size)
- Outside
=1890 x 1685 mm2
- Inside
=1800 x 1500 mm2
Dimensi ruang luncur (Hoistway)
- Passengger
= 2400 x 2200 mm2
Dimensi ruang mesin
= 2700 x 4000 mm2
Beban reaksi ruang mesin
R1 = 8000 kg (berat mesin penggerak lift + beban
kereta + perlengkapan)
R2 = 5200 kg (berat bandul pemberat + perlengkapan)
Detail Penulangan Balok Lift

6 D19
300

BAB VI

7
Wilayah Gempa 1

Wilayah Gempa 2

0.50

ANALISA STRUKTUR UTAMA

Lantai
0.38

Analisa struktur gedung tidakC =beraturan


0.20
(Tanah lunak)
No.

T
Kriteria
Analisa0.30
0.08
C
C
(Tanah
sedang)
Tinggi struktur
gedung dari taraf penjepitan C<= 40
m
atau
<
10
T
Tidak Ok
0.20
0.20
lantai
0.05
C=
(Tanah keras)
0.15
Denah struktur
persegi
panjang
dan
boleh
terdapat
tonjolan
T
0.13
0.10 dari 25 % dari ukuran terbesar denah struktur
Ok 0.12
yang tidak lebih
0.08
dalam arah yang
0.05 ditinjau.
0.04
Denah struktur tidak terdapat coakan sudut dan kaluapun ada
0.2 0.5 0.6
1.0
2.0
ukurannya tidak0 lebih
dari 15 %
dari ukuran denah
terbesar 3.0
Tidak Ok 0
T
dalam arah sisi coakan
Sistem struktur gedung terbentuk oleh subsistem-subsistem
penahan beban lateral yang arahnya saling tegak lurus dan
Ok
0.85
Wilayah Gempa 3
sejajar dengan sumbu utama struktur.

1
2

0.75

0.75 muka
5 Sistem gedung tidak menunjukkan bidang loncatan
C=
(Tanah lunak)

Ok

Sistem struktur gedung memiliki kekakuan


lateral
yang
0.33
C=
(Tanah sedang)
0.55
T
beraturan.

C=

0.45

0.23

1.0

0.70

0.24

Tidak Ok
0

0.83

1
2
3
4
5
6
7

0
0,32
0,20.30 (Tanah 0,83
keras)
0,6 T
0,83
0,7
0,71
0,8
0,63
0,9
0,56
1
0,50
1,1
0,45
1,2
0,423.0
2.0
1,3
0,38
1,4
0,36
1,5
0,33
Wilayah
1,6 Gempa
0,316
0.95
0,29
C = 1,7 (Tanah lun ak)

1,8
1,9
2
2,1
2,2
2,3
2,4
2,5
2,6
2,7
2,8
2,9
3

0,28
0,26
0,25
0,24
0,23
0,22
0,21
0,20
0,19
0,19
0,18
0,17
0,17

0.35
(Tanah keras)
T

0.54
(Tanah sedang)
T

PermodelanC =Struktur
Gedung
0.42
(Tanah keras)

0.2

0.5 0.6

1.0

2.0

3.0

0 0.2

Lantai

0.38
0.36
0.33

Pusat Massa

4.00
8.00
12.00
16.00
20.00
24.00
28.00

0.85
(Tanah lunak)
T

C=

0.28

1
2
3
4
5
6
7

1.0

0.95
0.90

0.36
0.32

Elv.

0.5 0.6

0.50
(Tanah sedang)
T

C=

Lantai

0.2

0.90
(Tanah lun ak)
T

C=

3.0

0.42
C=
(Tanah sedang)
T

0.28

Wilayah Gempa 5
C=

C=

0.34

Ok

( kgm )
202,226,884.427
218,423,116.427
218,423,116.427
218,423,116.427
218,423,116.427
235,869,116.427
271,123,443.413

Permodelan kurva Respons Spektrum Rencana


Tabel Respons
Spektrum
Wilayah
Gempa 4 Gempa Rencana WG 5

TidakC Ok

3.0

T
Faktor Respons Gempa Rencana
WG 5

0.83

2.0

MMI

Kg
765,044.960
826,316.960
826,316.960
826,316.960
826,316.960
892,316.960
1,025,687.680
5,988,317.440

(Tanah keras)

2.0

0.90

1.0

Berat Lantai

C=

0.23
Sistem gedung
memiliki unsur-unsur vertikal dan sistem
8
0.18
penahan beban lateral yang menerus.
9 Sistem gedung memiliki lantai tingkat yang menerus.
0.5 0.6

0.5 0.6

0.60

0.30

0.2

0.2

0.70

Ok

Sistem gedung memiliki berat lantai tingkat yangT beraturan


C
7
dengan perbedaan berat antar lantai tidak lebih dari 50 %.

Atap
6
5
4
3
2
1

0.50
Beban
C=
(Tanah lunak)
Beban
T Mati
Hidup
0.23
C=
(Tanah sedang)
Kg
Kg
T
739,365.00.15 25,680.0
C=
(Tanah keras)
790,317.0 T 36,000.0
790,317.0
36,000.0
790,317.0
36,000.0
790,317.0
36,000.0
856,317.0
36,000.0
965,087.68 60,600.00
Berat Total :

Pusat Kekakuan

Ex

Ey

7.931
7.926
7.926
7.926
7.926
7.926
7.935

27.000
27.000
27.000
27.000
27.000
27.000
27.000

8.000
8.000
8.000
8.000
8.000
8.000
8.000

0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000

0.069
0.074
0.074
0.074
0.074
0.074
0.065

Eksentrisitas rencana
ed = 1,5 e + 0,05 b

ed = e - 0,05 b

edx

edy

edx

edy

2.70
2.70
2.70
2.70
2.70
2.70
2.70

0.90
0.91
0.91
0.91
0.91
0.91
0.90

-2.70
-2.70
-2.70
-2.70
-2.70
-2.70
-2.70

-0.73
-0.73
-0.73
-0.73
-0.73
-0.73
-0.73

Tabel berat bangunan total

2.0

3.0

Eksentrisitas

4.00
8.00
12.00
16.00
20.00
24.00
28.00

1.0

27.000
27.000
27.000
27.000
27.000
27.000
27.000

Elv.

0.5 0.6

Kontrol Hasil Analisa Strukur


-Kontrol Frame Building System
Tabel Cek Prosentasi base shear SRPMM dan shearwall

Prosentase Dalam Menahan Gempa ( % )


FX
FY
SRPM
Shear Wall
SRPM
Shear Wall

No.

Kombinasi

0.9 D 1,0 GRSP X max

15.07%

84.93%

19.31%

80.69%

0.9 D 1,0 GRSP X min

12.88%

87.12%

19.06%

80.94%

0.9 D 1,0 GRSP Y max

10.45%

89.55%

23.56%

76.44%

0.9 D 1,0 GRSP Y min

10.50%

89.50%

23.51%

76.49%

1.2 D + 1.0 L 1,0 GRSP X max

12.85%

87.15%

19.24%

80.76%

1.2 D + 1.0 L 1,0 GRSP X min

12.89%

87.11%

19.03%

80.97%

1.2 D + 1.0 L 1,0 GRSP Y max

10.44%

89.56%

23.56%

76.44%

1.2 D + 1.0 L 1,0 GRSP Y min

10.51%

89.49%

23.50%

76.50%

-Kontrol Partisipasi Massa

8
RSP X
X (mm)
Y (mm)

RSP Y
X (mm) Y (mm)

28.00

52.5824

23.3891

16.1043

76.6065

24.00

44.7298

20.0432

13.6941

65.7088

71.5322 72.3107

20.00

36.2159

16.3892

11.0842

53.7812

71.5324 90.1214

16.00

27.5272

12.6275

8.4223

41.4897

0.0006

91.063

90.122

12.00

19.0081

8.8636

5.8136

29.1696

0.0198

0.0756

91.0829 90.1976

8.00

0.0001

6.0592

91.083

11.0753

5.2481

3.3859

17.3045

4.00

4.3248

2.0513

1.3214

6.7774

Base

0.00

Tingkat

Z
(m)

71.7728

71.3317 71.7806

0.5301

0.0002

17.8107

0.436198 19.5306

0.337906

0.298399

Mode

Period

UX

UY

UZ SumUX SumUY

2.142045

0.0024

71.7728

0.0024

1.608215 71.3293

0.0078

1.275579

0.2005

0.592995

96.2567

Sehingga dari tabel di atas menunjukkan bahwa dengan


5 mode sudah mampu memenuhi syarat partisipasi
massa sesuai SNI 03-1726-02 ps 7.2.1.
-Kontrol Kinerja Gedung
Menurut SNI 0317262002 ps 8, terdiri dari 2 macam,
yaitu :
a. Kinerja Batas Layan (SNI 1726 ps 8.1)
Simpangan antar tingkat harus dihitung dari
simpangan struktur gedung akibat pembebanan gempa
rencana, untuk membatasi terjadinya pelelehan baja dan
peretakan beton yang berlebihan. Simpangan yang
terjadi tidak boleh melampaui

0,03
tinggi tingkat atau
R

30 mm, bergantung yang mana yang nilainya kecil.


(SNI 0317262002 Ps. 8.1.2)

Gambar Simpangan struktur arah sumbu x

0,03
h , dengan h = 4 m ; R = 5,5 ( SRG )
R
0,03
s
4000mm = 21,82 mm
5,5

b. Kinerja Batas Ultimit (SNI 0317262002 ps 8.2)


Simpangan antar tingkat harus dihitung dari
simpangan struktur gedung akibat pembebanan gempa
rencana dalam kondisi gedung diambang keruntuhan.
Simpangan struktur gedung akibat gempa nominal
dikalikan dengan faktor pengali :
Untuk gedung tidak beraturan :
0,7 R

=
faktorskala
(SNI 0317262002 Ps. 8.2.1)
R
= 5,5 (dinding geser dengan SRG)
Sehingga dipakai faktor skala = 1, maka:

= 0,7 5,5 = 5,95; M


= S = 5,95 S
1
Dan tidak boleh lebih dari 0,02 kali tinggi tingkat (SNI
0317262002 Ps. 8.2.2)
M
< 0,02 h
M
< 0,02 x 4000 = 80 mm
Simpangan struktur akibat beban lateral (dalam hal ini
beban gempa dinamik) dapat dilihat menggunakan
program ETABS v.9.7.1, dan ditabelkan sebagai berikut:
Tabel Simpangan struktur akibat gempa arah x & y

Gambar Simpangan struktur arah sumbu y


Kita kontrol terhadap simpangan arah sumbu x dan
sumbu y dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel Kontrol simpangan antar tingkat arah sumbu x

9
Tingkat

(m)

(mm)

Drift Syarat
m
(s) Drift (s)
(mm)
(mm)
(mm)

Drift
Syarat
(m) Drift (m) Ket.
(mm)
(mm)

28.00 52.58

7.85

21.82

30.23

-2.55

80

Ok

24.00 44.73

8.51

21.82

32.78

20.00 36.22

8.69

21.82

33.45

-0.67

80

Ok

0.65

80

Ok

16.00 27.53

8.52

21.82

12.00 19.01

7.93

21.82

32.80

2.26

80

Ok

30.54

4.55

80

Ok

8.00 11.08

6.75

21.82

25.99

9.34

80

Ok

4.00

4.32

4.32

21.82

16.65

16.65

80

Ok

Base

0.00

0.00

0.00

21.82

0.00

0.00

80

Ok

Tabel Kontrol simpangan antar tingkat arah sumbu y


Tingkat

(m)

(mm)

Drift Syarat
m
(s) Drift (s)
(mm)
(mm)
(mm)

Drift Syarat
(m) Drift (m) Ket.
(mm)
(mm)

28.00 76.61

10.90

21.82

41.96

-3.97

80

Ok

24.00 65.71

11.93

21.82

45.92

-1.40

80

Ok

20.00 53.78

12.29

21.82

47.32

-0.11

80

Ok

16.00 41.49

12.32

21.82

47.43

1.75

80

Ok

12.00 29.17

11.87

21.82

45.68

5.15

80

Ok

8.00 17.30

10.53

21.82

40.53

14.44

80

Ok

4.00

6.78

6.78

21.82

26.09

26.09

80

Ok

Base

0.00

0.00

0.00

21.82

0.00

0.00

80

Ok

BAB VII
PERANCANGAN STRUKTUR PRIMER
7.1

No.

Beban

Lokasi

Mati (DL)

Hidup (LL)

RSPX

RSPY

1,4 DL

0,9DL + 1,0LL

1,2DL + 1,6LL

0,9DL 1,0RSPx

0,9DL 1,0RSPy

10

1,2DL + 1,0LL 1,0RSPx

11

1,2DL + 1,0LL 1,0RSPy

Tump. Kiri
Lapangan
Tump. Kanan
Tump. Kiri
Lapangan
Tump. Kanan
Tump. Kiri
Lapangan
Tump. Kanan
Tump. Kiri
Lapangan
Tump. Kanan
Tump. Kiri
Lapangan
Tump. Kanan
Tump. Kiri
Lapangan
Tump. Kanan
Tump. Kiri
Lapangan
Tump. Kanan
Tump. Kiri
Lapangan
Tump. Kanan
Tump. Kiri
Lapangan
Tump. Kanan
Tump. Kiri
Lapangan
Tump. Kanan
Tump. Kiri
Lapangan
Tump. Kanan

Momen
(kg-m)
-18,164.3600
14,124.4300
-19,014.7510
-1,082.8900
1,151.7450
-1,162.9580
17,598.0500
455.8400
18,216.7700
5,585.2700
850.8800
5,534.8600
-25,430.1100
19,955.7300
-26,620.6500
-17,430.8160
13,994.3700
-18,276.2340
-23,529.8580
18,970.0100
-24,678.4340
-29,931.9400
13,284.5300
-31,240.1700
-17,919.1700
13,691.1400
-18,558.2600
-34,901.2700
18,726.4400
-36,511.4900
-22,888.5000
19,133.0500
-23,829.5800

Momen
(kN-m)
-181.64
141.24
-190.15
-10.83
11.52
-11.63
175.98
4.56
182.17
55.85
8.51
55.35
-254.30
199.56
-266.21
-174.31
139.94
-182.76
-235.30
189.70
-246.78
-299.32
132.85
-312.40
-179.19
136.91
-185.58
-349.01
187.26
-365.11
-228.89
191.33
-238.30

Gambar momen envelope balok induk

Perancangan Balok Induk

Gambar Denah Pembalokan

kN-m

kN-m

400
350
300
250
200
150
100
50

400
350
300
250
200
150
100
50

10

11

50
100
150
200
250

400
350
300
250
200
150
100
50

Tabel analisa balok induk (output ETABS v9.7.1)

50
100
150
200
250

365,11 kN-m

349,01 kN-m

8,51 kN-m

175,98 kN-m

199,56 kN-m

182,17 kN-m

50
100
150
200
250

400
350
300
250
200
150
100
50
50
100
150
200
250

Detail penulangan balok induk


TUMPUAN
40

LAPANGAN

40

40

40

8 D22

3 D22

120

120
2 D22

500

12-90

2 D22
500

12-200

40
5 D22
350

40
5 D22
350

10
2h

2h
< 50 mm

3 D22

8 D22

< 50 mm

500

8 D22

5 D22

5 D22

6D12-100

500

5 D22

600
40

2 D12-90

600

1000

2 D12-200

2 D12-90

4000

1000

600

28 D22

6000

900

600

6D12-100

Penulangan Balok Interior

40
40

28 D22

2h
< 50 mm

3 D22

8 D22

TUMPUAN

< 50 mm

4000

500

8 D22

5 D22
2 D12-90

600

1000

28 D22

1700 900

5 D22

5 D22
2 12-200

6D12-125

6D12-125
600

2 D12-90

4000

1000

40

40

600

6000

Penulangan Balok Eksterior

600
28 D22

7.2

Perancangan Kolom dan Hubungan Balok


Kolom
Tabel analisa struktur kolom Lt. dasar
No.

Beban

P
( kN )

Mx
(kN-m)

900

Mati (DL)

Hidup (LL)

-5,171.440

-3.320

-321.320

-0.420

RSPX

-4.220

179.890

91.390

217.250

RSPY

1,4 DL

73.540

300.610

27.700

-7,240.020

-4.650

-60.340

0,9DL + 1,0LL

-4,975.620

-3.410

-43.010

1,2DL + 1,6LL

-6,719.850

-4.660

-58.470

0,9DL 1,0RSPx

-4,834.190

-94.380

-256.040
-104.350

28 D22

40

LAPANGAN

My
(kN-m)

40
40

6D12-100

500

-43.200

0,9DL 1,0RSPy

-4,727.840

-303.600

10

1,2DL + 1,0LL 1,0RSPx

-6,706.940

-95.800

-273.800

11

1,2DL + 1,0LL 1,0RSPy

-6,600.590

-305.010

-121.500

Gambar diagram interaksi kolom PCACOL v3.64

7.3

Hubungan balok kolom


T1 (8D22) = As 1,25 f y = 3.041 1,25 400
= 1.520.500 N = 1.520,5 kN
T2 (5D22) = As ' 1,25 f y = 1.900 1,25 400
=

950.000 N

950 kN

Mpr(-)
Mpr(+)

= 481,99 kN-m
= 291,67 kN-m
Mpr Mpr 481,99 291,67
Mu =
=
= 386,785 kNm
2
2

Vh =

M pr

()

M pr

()

hin

= 481,99 291,67 = 221,02 kN


4 - 0,5

Gaya geser bersih pada joint :


V x x = Vuj = 1.520,5 + 950 221,02 = 2.249,48 kN

Vc = 1,7 f'c A j
= 0,80 1,7 30 600 600

= 2.681,65 kN > Vuj .........(Ok)

Gambar Detail penulangan sendi plastis dan di luar


sendi plastis

Mu = 386,785 kN-m
Vh = 221,02 kN
Kolom
Atas

As = 8 D22

Balok Kiri

T1 = 1.520,5 kN

C2 = T2
Mpr(+) = 291,67 kN-m

Mpr(-) = 481,99 kN-m


C1 = T1

T2 = 950 kN
Balok
Kanan

As = 5 D22

Kolom
Bawah

Vh = 221,02 kN
Mu = 386,785 kN-m

11
7.4

Perancangan Dinding Geser

Beban kombinasi yang dipikul shearwall AB-12


Axial

Kombinasi Beban

1,2 DL + 1,0 LL 1,0 RSPy

Shearwall yang akan kita hitung dalam permodelannya


dapat diliat pada berikut:

Momen 3 (kN.m)

Momen 2 (kN.m)

( kN )

Bottom

Top

Bottom

Top

-17950.11

34609.088

28912.8

43583.896

28169.678

-22614.13

-33844.82 -27256.962 -44196.104

-29664.45

Torsi

Geser V2

Geser V3

( kN.m )

( kN )

( kN )

8328.071

1881.37

4637.4

-8690.351

-2104.26

-4416.76

Kontrol dan Desain Panjang Daerah Komponen


Batas (Boundary Element) Shearwall AB-12
Menurut SNI 2847 ps 23.6.6.3, Boundary
Element diperlukan apabila :

Gambar Permodelan struktur section

Panel 2

Panel 1

Pu M u . y

0,2 f c'
Ag
I
22614,13 43.583,89 0,5 6

0,2 30.000
1 6 3 0,4
6 0,4
12

Penulangan Geser Shearwall


Dinding geser harus mempunyai tulangan geser
horisontal dan vertikal. Penjelasan ACI (R11.10.9)
mengatakan bahwa pada dinding yang rendah, tulangan
geser horisontal kurang efektif bila dibandingkan
dengan tulangan geser vertikal. Untuk dinding yang
tinggi situasinya jadi terbalik.
Sebagai contoh perhitungan, akan direncanakan
dinding geser AB-12 lantai 1. Dari hasil analisis struktur
dengan ETABS didapatkan kombinasi beban
maksimum terjadi pada panel 1 akibat komb. 7 ( 1,2DL
+ 1,0LL RSPY ), seperti pada tabel 7.6 :

10.935,88 kN/m > 6.000 kN/m (diperlukan


boundary element)

Menurut SNI 2847 ps 23.6.6.2(a), daerah tekan


harus diberi komponen batas (boundary element)
apabila :

600( u / hw )

Dimana :
- ( u / hw ) tidak boleh diambil kurang dari 0,007.
- Nilai

Gambar Permodelan panel section

u adalah

nilai M pada lantai tertinggi pada

masing-masing arah.
Dari Tabel control drift didapat M arah x tiap tingkat.
M = 41,96 mm
Nilai syarat komponen batas :
Arah x :

u = 41,96 = 0,0015 < 0,007


28000
hw

Maka pakai

u
hw

= 0,007

Nilai c didapatkan dengan program bantu PCACOL


v3.64, dengan Pu dan Mu sesuai hasil chek wall design
program ETABS v9.7.1 untuk Boundary Element Check
seperti Gambar 7.34 :

12
Menurut SNI 2847 ps 23.4.4.2, spasi tulangan Boundary
Element tidak boleh lebih dari :
- 1 b = 1 400 = 100 mm

- 6.d b = 6 22 = 132 mm
- s x = 100 350 hx
3
350 0,5 400 2 22 12
2 = 189 mm
- s x = 100
3
( Karena s x tidak perlu > 150 mm, maka dipakai s x =

150 mm)
Jadi, digunakan sengkang boundary element D12 75
mm

Gambar 6.27. Output check wall design panel 2


shearwall AB-12

Menurut SNI 2847 ps 23.4.4.1(b), bahwa luas tulangan


sengkang tidak boleh kurang dari :
= 0,3 s hc f 'c Ag 1 dan

A
f

Ash

yh

= 0,09 s hc f 'c

f yh

Ash

Gambar 6.28. Evaluasi panel 2 dalam PCACOL v3.64

Dengan :
Ash = Luas penampang total tulangan transversal
(mm2)
s = spasi tulangan transversal pada arah longitudinal
(mm)
hc = dimensi penampang inti kolom dihitung dari
sumbu
sumbu tulangan pengekang (mm)
Ag = Luas bruto penampang (mm2)
Ach = Luas penampang komponen struktur dari sisi luar
ke sisi
luar tulangan transversal (mm2)
= 0,09 s h f 'c
c

Ash

Gambar 6.29. Output nilai C panel 1 dalam PCACOL


v3.64
Sehingga dengan Pu
= 25574,01 kN dan Mu =
44740,47 kNm didapatkan nilai c = 2178 mm.
Maka :
= 6000
= 1428,5 mm < c =
w

600 0,007
600 u
hw
2178 mm
Sehingga panel tersebut harus diberi boundary element.
Menurut SNI 2847 ps 23.6.6.4(a), boundary element
harus dipasang secara horisontal dari sisi serat tekan
terluar tidak kurang daripada

(c 0,1 w) dan
(c 0,1 w)

c
.
2

(menentukan)

c 2178
=
2
2

= 2178 (0,1 6000)


= 1578 mm 1600 mm

ch

0,09

f yh

75 400 2 22 12 30

400

= 174,15mm2

digunakan sengkang 15D12 75 mm (As = 1.696,46


mm2)
Menurut SNI 2847 ps 23.6.6.4 : Rasio Tulangan
Boundary Element tidak boleh kurang dari SNI 2847 ps
23.4.4.1(a) yaitu sebesar :

s =

0,12 f 'c 0,12 30


= 0,009
=
f yh
400

terpasang =

As
1696,46
= 0,014 > 0,009 (ok)
=
b.d 1600 75

Detail tulangan panel 1 dapat diliat dalam Gambar 7.37


:
D12-75

2D12-200

2D22-250

= 1089 mm

Jadi boundary element harus dipasang minimal sejauh


1600 mm.

Gambar 6.36. Pot. melintang boundary panel 1


shearwall AB-12

13
Sampai disini desain penulangan shearwall tipe AB-12,
memenuhi persyaratan dinding struktural beton khusus
sebagai bagian dalam sistem pemikul beban gempa.

BAB VIII
PERENCANAAN PONDASI
8.1
Perancangan Pondasi Kolom (As. H/4)
Sebagai contoh perhitungan diambil pondasi kolom as
H/4, karena kolom ini mempunyai gaya-gaya dalam
paling maksimum. Sehingga untuk pondasi kolom yang
lain direncanakan typical.
Dari analisa struktur ETABS v9.7.1 pada kaki kolom
bawah didapat gaya-gaya dalam akibat kombinasi
adalah sbb :
Pu
= 692.015,81 kg
Muy = 12.677,41 kgm
Mux = 30.442,72 kgm
Hx
= 7.336,04 kg
Hy
= 12.855,22 kg
Data-data dalam perencanaan pondasi adalah :
berdasarkan data tiang pancang milik PT. WIKA Beton
Diameter tiang pancang (D)
= 45 cm
Keliling tiang pancang (Ktp)
=d
= 45 = 142 cm
Luas tiang pancang (Atp)
= d2
= 452 =
2
1.591 cm
Panjang tiang pancang
= 10 m
Pbahan
= 178.200 kg
8.1.1.1 Daya Dukung Tiang Pancang Tunggal (As.
H/4)
No.

JHP

(m) (Kg/cm) (Kg/cm) (cm) (cm)

SF1 SF2

Qult

8.0

70

1076

1591 142

67,682

8.5

76

1192

1591 142

74,158

9.0

75

1352

1591 142

78,172

9.5

79

1536

1591 142

85,519

10.0

80

1726

1591 142

91,445

10.5

80

1926

1591 142

97,125

11.0

90

2146

1591 142

108,676

11.5

95

2431

1591 142

119,422

11.8

110

2616

1591 142

132,631

Pijin

Jumlah

94,981

Sehingga daya dukung ijin tiang pancang tunggal, Pijin =


94.981 kg
8.1.1.2 Daya Dukung Tiang Pancang Kelompok
(As. H/4)
Untuk menentukan jumlah tiang yang diperlukan
dalam menahan beban reaksi kolom dapat dihitung
dengan pendekatan jumlah tiang perlu adalah beban
aksial ultimite dasar kolom (out Put ETABS v9.7.1)
dibagi dengan daya dukung ijin satu tiang.

tiang

yang

diperlukan

Pu ETABS
Puit 1tiang

692015,81
= 7,28
94.981

maka dicoba dengan 9 tiang pancang dengan susunan 3


x 3.
Perhitungan jarak antar tiang:
2,5D < S < 3D
dimana : S = jarak antar
tiang pancang
2,545 < S < 345
S1 = jarak tiang
pancang ke tepi
1125,5 < S < 135
Dipakai S = 115 cm
Untuk jarak tepi tiang pancang :
1,5D < S < 2D
1,545 < S < 245
67,5
< S < 90
Dipakai S1 = 67,5 cm
My

Mx

Gambar 8.1. Pengaturan jarak tiang pancang


Dalam memikul beban aksial secara
berkelompok, daya dukung pondasi tiang pancang
mengalami penurunan akibat pelaksanaan pemancangan
sehingga analisa kekuatan secara berkelompok harus
dikalikan dengan efisiensi.
Daya dukung pondasi kelompok menurut Converse
Labarre adalah :
Efisiensi
:
(

)
=
1
-

D (m 1).n (n 1).m

arc tg
90.m.n
S

Dimana :
D
= diameter tiang pancang (mm)
S
= jarak antar tiang pancang (mm)
m
= jumlah tiang pancang dalam 1 baris = 3
n
= jumlah baris tiang pancang dalam kolom = 3
Efisiensi : ( ) =
1-

450 (3 1) 3 (3 1) 3 = 0,81

arc tg
90 3 3
1150

Sehingga
= 0,81 9 94.981 kg
Qijin = n Q ijin 1tiang
= 697.090 kg > 692.015,81 kg
Momen yang bekerja pada poer akibat adanya gaya
horisontal :

14

Pi =

V M x . ymax M y .xmax

n
yi2
xi2

Dimana :
Pi = Total beban yang bekerja pada tiang yang ditinjau
ymax = jarak maksimum tiang yang ditinjau dalam arah y
xmax = jarak maksimum tiang yang ditinjau dalam arah x
xi2 = jumlah kuadrat jarak tiang pancang terhadap as
poer arah x
yi2 = jumlah kuadrat jarak tiang pancang terhadap as
poer arah y
= 6(1,15)2 = 7,935 m2
xi2
2
= 6(1,15)2 = 7,935 m2
yi
Momen yang bekerja :
Mx = Mux + (Hy tpoer)
= 30.442,72+ (12.855,22 1 ) = 43.297,97 kg
My = Muy+ (Hx tpoer)
= 12.677,41+ (7.336,04 1 ) = 20.013,45kg
Perhitungan Beban Aksial Maksimum Pondasi
Kelompok :
a. Reaksi kolom
= 692.015,81kg
b. Berat poer : 3,65 3,65 1 2400 = 31.974
Berat total (V)
= 723.989,81kg

Diameter tul. Utama


= D 25 mm
Tebal selimut beton
= 50 mm
Tinggi efektif balok poer
Arah x ( dx ) = 1500 50 25 = 1437,5 mm
Arah y ( dy ) = 1500 502525 = 1412,5 mm
Penulangan arah x
Berat poer qu = 3,251,52400 = 11.700 kg/m

Pt1 = ( P4 + P9 + P14 + P19 + P24 )


Pt2 = ( P5 + P10 + P15 + P20 + P25 )

Mu

max
min

= 0,75 x 0,03251 = 0,0244

kgR+n
kg

723989,81 43297,97 1,15 20013,45 0

= 86.718,37kg
9
7,935
7,935
723989,81 43297,97 1,15 20013,45 1,15
P3 =

= 89.618,87kg
9
7,935
7,935
723989,81 43297,97 0 20013,45 1,15
P4 =

= 77.542,81kg
9
7,935
7,935
723989,81 43297,97 0 20013,45 0
P5 =

= 80.443,31kg
9
7,935
7,935
723989,81 43297,97 0 20013,45 1,15
P6 =

= 83.343,81kg
9
7,935
7,935
723989,81 43297,97 1,15 20013,45 1,15
P7 =

= 71.267,75kg
9
7,935
7,935
723989,81 43297,97 1,15 20013,45 0
P8 =

= 74.168,25kg
9
7,935
7,935
P9 =

723989,81 43297,97 1,15 20013,45 1,15

= 77.068,75kg
9
7,935
7,935

P3 = Pmaks = 89.618,87 kg < Pijin= 94.981 kg (ok)

8.1.2 Perancangan Penulangan Poer kolom (As.


H/4)
Pada penulangan lentur poer dianalisa sebagai balok
kantilever dengan perletakan jepit pada kolom. Beban
yang bekerja adalah beban terpusat dari tiang sebasar P
dan berat sendiri poer sebesar q. perhitungan gaya
dalam pada poer diperoleh dengan mekanika statis
tertentu.
Data-data perencanaan :
Dimensi poer ( B x L ) = 6500 mm 6500 mm
Tebal poer ( t )
= 1500 mm

0,85 0,85 30 600 = 0,03251

400
600 400

Pi =

P2 =

= 1.266.756 kgm = 12.667.556.250 Nmm

723989,81 43297,97 1,15 20013,45 1,15


P1 =

= 83.817,88kg
9
7,935
7,935

t1 1 t 2 x2 1 2 qu x2

= P x P

= 350.961 1,25 355.938 2,5 1 11.700 3,252


2

Sehingga didapatkan :

V M x . ymax M y .xmax

n
yi2
xi2

= 350.961 kg
= 355.938 kg

= 0,0018 ( SNI 2847 ps 9.12 )


Mu
12.667.556.250 = 1,18 MPa
=
=
0,8 b d 2 0,8 6500 1437,52
fy
400
=
=
= 15,69
0,85 f ' c 0,85 30
= 1 1 1 2 15,69 1,18 = 0,00302

15,69

400

Maka digunakan min = 0,00302


Asperlu = b d
= 0,00302 1000 1437,5
= 4.339,41 mm2

Digunakan Tulangan D25 ( As = 490,87 mm2)


Jumlah tulangan perlu

As perlu

4339,41
= 8,8 10 batang
490,87
As1tul
1000
Jarak tulangan terpasang =
= 100 mm
10
1
1000
As akt = 252

4
100
=

= 4.909 mm2 > 4.339,4 mm2 (ok)

Jadi, Tulangan lentur arah x dipasang D25-100 mm


Penulangan arah y
Berat poer qu = 3,25 1,5 2400 = 11.700 kg/m
Pt1 = ( P6 + P7 + P8 + P9 + P10 )
Pt2 = ( P1 + P2 + P3 + P4 + P5 )

= 357.532 kg
= 369.081 kg

15

Pt2

s d
f 'c bo d
2
6
bo

1
Vc = f 'c bo d
3

Vc =

qu
6

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

Pt1

Gambar 8.2. Pembebanan poer arah sumbu y

Mu

t1 1 t 2 x2 1 2 qu x2

= P x P

= 357.532 1,25 369.081 2,5

1 11.700 3,252
2

= 1.307.827 kgm = 13.078.268.750 Nmm

8.1.3.1 Kontrol Geser Ponds Dua Arah Akibat Pu


Kolom
Dimensi poer = 6,50 6,50 1,50
Selimut beton
= 50 mm
Diameter tulangan utama
= D25
Tinggi efektif : 1500 50 - 1/225 = 1437,5 mm
= 1,00
c = 900

900

bo = 4 ( d+bkolom ) = 4(1437,5+900) = 9350 mm

s = kolom interior (40), kolom tepi (30), kolom


sudut (20)

0,85 0,85 30 600 = 0,03251

400
600 400

max
min

= 0,75 x 0,03251 = 0,0244


= 0,0018 ( SNI 2847 ps 9.12 )

Rn = M u 2 = 13.078.268.750 2 = 1,26Mpa
0,8 b d
0,8 65001412,5

fy
0,85 f ' c

10

11

12

13

14

15

17

18

19

20

23

24

25

Penampang
Kritis

400
= 15,69
0,85 30

16

Kolom 90x90
21

1
2 15,69 1,26 = 0,0032
1 1

15,69
400

22

Maka digunakan min = 0,0032


Asperlu = b d
= 0,0032 1000 1412,5 = 4565,7 mm2

Digunakan Tulangan Lentur D25 ( As = 490,87 mm2)


Jumlah tulangan perlu
=

As perlu
As1tul

4565,7
= 9,3 10 batang
490,87

Jarak tulangan terpasang

1000 1000
=
=
= 100 mm
10
n

1
1000 = 4.908,7 mm2 > 4.565,7
As akt = 252

4
100

mm2 (ok)

Jadi, Tulangan lentur arah y dipasang D25-100 mm


8.1.3

Perhitungan Kontrol Geser Ponds Kolom


(As. H/4)
Dalam merencanakan tebal poer, harus memenuhi
persyaratan bahwa kekuatan gaya geser nominal harus
lebih besar dari geser pons yang terjadi. Kuat geser yang
disumbangkan beton diambil terkecil dari :

Vc = 1

2 f 'c bo d

c
6

Gambar 8.3. Penampang kritis poer kolom untuk aksi


dua arah
Gaya geser pada penampang kritis :
- Berat Poer
= 152.100 kg
- Beban Axial Kolom` = 1.577.814kg +
P = 1.729.914 kg
u =

P 1.729.914
=
= 40.945 kg/m2
A
6,5 6,5

Vu = u (luas total luas pons)


= u ((B.L) (d + b kolom)2)
= 40.945 ( (6,5 6,5) (1,4375+ 0,9)2 )
= 1.506.207 kg = 15.062.066 N
Cek Kuat Geser Pons :
Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 13.12.2 :

Vc

1
3

f c ' bo d

16
1
30 9350 1437,5 = 24.539.112 N
3

(menentukan)
Vc = 0,75 24.539.112 N
= 18.404.334 N > Vu = 15.450.310 N (ok)
tidak memerlukan tulangan geser

Kontrol Dimensi Poer :


Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 13.8.4 : untuk
komponen struktur lentur tinggi, bila n /d bernilai

Vu = 77.788 kg = 777.880 N
Cek Kuat Geser Pons :
Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 13.12.2 :

1
f c ' bo d
3
1
=
30 2.261 1.437,5 = 5.934.003 N
3

Vc

Vc = 0,75 5.934.003 N

= 4.450.503 N > Vu = 777.880 N


(tidak memerlukan tulangan geser)

antara 2 dan 5, maka digunakan :


1
10 n f c ' bw d
18
d
1
3250
=
10
30 6500 1437,5
18
1437,5

Vn

Vn

= 34.860.259 N
= 0,7534.860.259 = 26.145.194 N > Vu (ok)

8.1.3.2 Kontrol Geser Ponds Dua Arah Akibat


Tiang Pancang Tepi

8.1.3.3 Kontrol Geser Ponds Satu Arah Akibat


Tiang Pancang Tepi
Dimensi poer = 6,50 6,50 1,50
Selimut beton
= 50 mm
Diameter tulangan utama
= D25
Tinggi efektif : 1500 50 - 1/225 = 1437,5 mm
bo = keliling dari penampang kritis pada poer
= 0,5L

= 0,5 6500 900 1437,5 = 1.362,5 mm


2

bo = keliling dari penampang kritis pada poer


d

= 0,25
2

d tiang
2 S1
2

= 0,25 1437,5 500 2 750 = 2.261 mm

10

Kolom 90x90

Penampang
Kritis

Penampang
Kritis
6

bkolom
d
2

11

12

13

14

15

10

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

Kolom 90x90
11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

Gambar 8.4. Penampang kritis tiang pancang tepi


Gaya geser pada penampang kritis :
P5 = Pmaks = 75.807 kg
u

P
75.807
=
=
= 1.794 kg/m2
A
6,5 6,5

Vu = u (luas total luas pons)


=

B L 1 4 0,25 d b S
u

tiang

2
1

d btiang

S1
S1
2
2

1,4375 0,5

2
17946,5 6,5 1 0,25 1,4375 0,5 0,75 2 0,75

0,75
2
2

4

= 1.794 (42,25 ( 0,74 0,56 1,29 ))

Gambar 8.5. Penampang kritis tiang pancang tepi satu


arah
Gaya geser pada penampang kritis :
P = ( P5 + P10 + P15 + P20 + P25 ) = 355.938 kg
u

P 355.938
=
= 8.425 kg/m2
A
6,5 6,5

Vu = u B bO
= 8.4256,51,3625 = 74.614 kg = 746.140 N

17
Cek Kuat Geser Pons :
Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 13.12.2 :

Vc

B
My

1
f c ' bo d
3
1
=
30 1362,5 1437,5 = 3.575.887 N
3
= 0,75 3.575.887 N
Vc

1
Ycg
Hx

= 2.681.915 N > Vu = 746.140 N


(tidak memerlukan tulangan geser)

Hy

Sampai disini ketebalan dan ukuran poer mampu


menahan gaya geser akibat beban reaksi aksial Pmax
Kolom.
3

10

12

13

14

15

11

D25 - 100

D25 - 100

Mx

Xcg

Gambar 8.7. Garis netral shearwall dan kolom


terhadap pusat poer
Dari analisa struktur ETABS v9.7.1 pada kaki shearwall
As.A-B/1-2 dan kolom As. B/2 didapat gaya-gaya
dalam sbb :
Tabel 8.1. Gaya-gaya dalam pada kaki shear wall
P

Vx

Vy

Mx

My

( kN )

( kN )

( kN )

( kN.m )

( kN.m )

17938,19

-3416,46

Type
16

17

18

D25 - 100

19

20

SW

D25 - 100

21

22

23

-64,54

140,15

-158,75

Tabel 8.2. Gaya-gaya dalam pada kaki kolom


24

25

Point
65

Penulangan Poer
SKALA 1:100

Kolom 90/90

Vx

Vy

Mx

My

( kN )

( kN )

( kN )

( kN.m )

( kN.m )

16518,33

138,46

-376,48

936,27

Perhitungan kumulatif momen-momen:


Mx sw
Mx Psw
Mx k 65
Mx P k 65

=
=
=
=

My sw
My Psw
My k 65
My P k 65

=
=
=
=

140,15
17.938,19 1,55
-376,48
16.518,33 -3,50
Mx
-158,75
17.938,19 -1,59
936,27
16.518,33 3,60
My

0.00

Lantai Kerja T =10 cm


Urugan Pasir T =10 cm
Tanah Padat

295,34

=
=
=
=
=
=
=
=
=
=

140,15 kN-m
27.804,19 kN-m
-376,48 kN-m
-57.814,16 kN-m
-30.246,29 kN-m
-158,75 kN-m
-28.521,72 kN-m
936,27 kN-m
59.465,99 kN-m
31.721,78 kN-m

Tabel 8.3. Kumulatif gaya dalam pada shearwall dan


kolom
Kombinasi Beban
1,2D+1,0L1,0RSPx

Detail Penulangan Poer

Vx

Vy

Mx

My

( kN )

( kN )

( kN )

( kN.m )

( kN.m )

34456,520 -3121,120 73,920 -30246,292 31721,782

SKALA 1:100

Gambar 8.6. Detail Poer Kolom


8.2

Perancangan
Pondasi
Tiang
Pancang
Shearwall
8.2.1 Perancangan Pondasi Shearwall
Sebagai contoh perhitungan diambil pondasi
shearwall AB-12 Dari section designer ETABS v9.7.1
didapatkan garis netral sebagai berikut:

8.2.2 Daya Dukung Tiang Pancang Kelompok


Untuk menentukan jumlah tiang yang diperlukan
dalam menahan beban reaksi kolom dapat dihitung
dengan pendekatan jumlah tiang perlu adalah beban
aksial ultimite dasar kolom (out Put ETABS) dibagi
dengan daya dukung ijin satu tiang.
Jumlah tiang yang diperlukan
=

Puit 1tiang

3.445.652
= 31,4
109.735

maka dicoba dengan 63 tiang pancang dengan susunan 9


x 7.
Perhitungan jarak antar tiang pancang:
2,5D < S < 3D
dimana : S = jarak antar
tiang pancang
2,550 < S < 350
S1 = jarak tiang
pancang ke tepi

18
125
< S < 150
Dipakai S = 125 cm
Untuk jarak tepi tiang pancang :
1,5D < S < 2D
1,550 < S < 250
75
< S < 100
Dipakai S1 = 75 cm

Pmaks = 104.640 kg < Pijin = 109.735 kg (ok)

Sampai disini terbukti kekuatan tiang pancang mampu


menahan gaya-gaya luar (aksial, horisontal dan
momen), serta kombinasi antara 3 gaya tersebut.
8.3

My
Y

Mx

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

49

50

51

52

53

54

55

56

57

58

59

60

61

62

63

Gambar 8.8.

Pengaturan jarak tiang pancang pondasi


shearwall

= 1- arc tg 500 (9 1) 7 (7 1) 9 = 0,56

1250

90 9 7

Sehingga :
Qijin = n Q ijin 1tiang
= 0,56 63 109.735
kg
= 3.871.451 kg > 3.445.652 kg (ok)
Gaya yang bekerja pada sebuah tiang akibat beban
luar :

Pi =
yi2
xi2

V M x . ymax M y .xmax

n
yi2
xi2
2

Tegangan ijin tarik beton :


frijin

0,70 x

fc

0,70

30 = 3,834

Mpa
Tegangan tarik yang terjadi :
fr

Pu
1.425.740
=
= 3,713 Mpa <
b.h 0,80 600 800

frijin Ok
2

= 18 ( 1,25 + 2,5 + 3,75 ) = 393,75 m


= 14 ( 1,252 + 2,52 + 3,752 + 52 )= 656,25 m2
Momen yang bekerja :
Mx = Mux + (Hy tpoer)
= 3.024.629 + ( 312.112 1) = 3.336.741 kgm
My = Muy+ (Hx tpoer)
= 3.172.178 + ( 7.392 1 ) = 3.179.570 kgm
Perhitungan Beban Aksial Maksimum Pondasi
Kelompok :
a. Reaksi kolom
= 3.445.652 kg
b. Berat poer : 11,5912400 = 248.400 kg +
Berat total (V)
= 3.694.052 kg
Sehingga didapatkan :

V M x . ymax M y .xmax
Pi =

n
yi2
xi2
3694052 3336741 3,75 3179570 5

= 104.640kg
63
393,75
656,25
3694052 3336741 3,75 3179570 5
=

= 2.632kg
63
393,75
656,25

Pmax =

Pmax

Perancangan Sloof Pondasi


Menurut Pedoman Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Rumah dan Gedung 1987 pasal 2.2.8,
umtuk pondasi setempat dari suatu gedung harus saling
berhubungan dalam 2 arah ( umumnya saling tegak
lurus) oleh unsur penghubung yang direncanakan
terhadap gaya aksial tarik dan tekan sebesar 10% dari
beban vertikal maksimum.
Dalam perencanaan sloof ini diambil contoh
perhitungan pada sloof As B-C/3 :
Gaya aksial kolom
= 1.425.740 kg
14.257.400 N
Pu = 10% 14.257.400 N
= 1.425.740 N
1.425,74 kN
Dimensi sloof
= 600 800 mm2
Mutu beton (fc)
= 30 Mpa
Mutu baja (fy)
= 400 Mpa
Tulangan utama
= D22
Tulangan sengkang
= D13
Selimut beton
= 50 mm
d = 800 50 13 (1/2 22)
= 726 mm

beban maksimal yang diterima 1 tiang adalah 104.640


kg

8.7.1 Penulangan Lentur Sloof

Gambar 8.9.

Diagram interaksi Poer 60/80


PCACOLv3.64

Dari analisa PCACOL didapat : = 1,13 %


Dipasang tulangan = 14 D 22 (As = 5.322 mm2)

19
Tabel 8.1 Kesimpulan
TUMPUAN

LAPANGAN

50

KOMPONEN STRUKTUR

50
7 D22

7 D22

2D13-300
800

2D13-300
800

7 D22
600

7 D22
600

BAB IX
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sesuai dengan tujuan penulisan Tugas Akhir
ini, maka Berdasarkan keseluruhan hasil analisa yang
telah dilakukan dalam penyusunan Tugas Akhir ini
dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam perencanaan struktur yang terletak pada
daerah yang memiliki intensitas gempa yang tinggi
perlu dipertimbangkan adanya gaya lateral yang
bekerja terhadap struktur. Karena beban gempa ini
sangat mempengaruhi dalam perencananaan struktur.
Beban ini merupakan salah satu faktor dari kegagalan
suatu struktur.
2. Di dalam suatu perencanaaan perlu berpedoman pada
peraturan yang ada sesuai dengan tempat berlakunya
peraturan tersebut. Dalam hal ini peraturan yang
digunakan adalah SNI 0328472002 mengenai
peraturan umum pada perencanaan struktur dan SNI
031726 2002 mengenai tata cara ketahanan gempa
untuk bangunan gedung. Kedua peraturan tersebut
merupakan peraturan baru di Indonesia. Kedua
peraturan tersebut berturut turut mengambil
ketentuan dan persyaratan dari UBC 1997 untuk
pedoman ketahanan gempa dan ACI 318 tahun 1999
da318 1002 untuk mendisain dan elemen struktur
dengan beberapa modifikasi.
3. Sistem Rangka Gedung ini ada 2 hal yang mendasar
yaitu :
Dinding geser memikul minimal 90% beban
gempa, sisanya dipikul oleh sistem rangka.
Balok perangkai didesain sesuai dengan
komponen SPBL (Sistem Pemikul Beban Lateral),
sedangkan rangka ruang lainnya dianggap sebagai
komponen non SPBL..
4. Dari hasil analisa struktur dan perhitungan
penulangan elemen struktur didapatkan data data
perencanaan sebagai berikut :

Data Perancanaan
Mutu Beton
: 30 MPa
Mutu Baja
: 400 Mpa
Tebal Pelat Lantai
: 12 cm
Tebal Pelat Atap
: 12 cm
Jumlah Lantai
: 7 lantai
Ketinggian Tiap Lantai
: 4 meter
Tinggi Total Gedung
: 28 m
Luas Total Bangunan
: 546 m2
Struktur atas dengan menggunakan beton
bertulang dengan dimensi sebagai berikut:

PLAT
BALOK BI-1
BALOK BA
KOLOM C3
DINDING GESER

DIMENSI
h

35 cm
20 cm
60 cm

50 cm
30 cm
60 cm

tebal
12 cm

40 cm

Struktur bawah direncanakan dengan tiang pancang


dengan diameter 45 cm untuk kedalam poer 100 cm.
Sedangkan untuk dimensi sloof sebesar 30/50 cm
Saran

Perlu dilakukan studi yang lebih mendalam


untuk menghasilkan perancangan struktur dengan
mempertimbangkan aspek teknis, ekonomi, dan estetika,
sehingga diharapkan perancangan dapat dilaksanakan
mendekati kondisi sesungguhnya di lapangan dan hasil
yang diperoleh sesuai dengan tujuan perancangan yaitu
kuat, ekonomis dan tepat waktu dalam pelaksanaannya.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen
Pekerjaan Umum,1971. Pedoman Beton 1971.
Departemen Pekerjaan Umum.
Badan Standarisasi Nasional,2002. Tata Cara
Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung, SNI 03-2847,2002. Jakarta : Standar
Nasional Indonesia
Badan Standarisasi Nasional,2002. Tata Cara
perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Bangunan Gedung, SNI 03-1726-2002. Jakarta :
Standar Nasional Indonesia.
Cormac, Jack C. Mc, 2003. Desain Beton
Bertulang Jilid 2. Jakarta : Erlangga, Edisi
kelima.
Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan.
1983. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk
Gedung 1983. Bandung : Yayasan Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan.
H Kusuma Gideon - Andriono Takim, 1997.
Desain Struktur Rangka Beton bertulang di
daerah Rawan Gempa (CUR3). Jakarta :
Erlangga, Edisi kedua.
Mufida E., 2008. Sistem Pengaku Lateral. < URL
: http:// uii.co.id >
Purwono R, 2005. Perencanaan Struktur Beton
Bertulang Tahan Gempa. Surabaya : ITS Press.
Tavio, Benny Kusuma,2009. Desain Sistem
Rangka Pemikul Momen dan Dinding Struktur
Beton Bertulang Tahan Gempa. Surabaya : ITS
Press.
Wang,Ciu Kwa, dan Salmon Charles G, 1990.
Disain Beton Bertulang. Jakarta : Erlangga, Edisi
ke 4

20

Anda mungkin juga menyukai