Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan

secara

umum

di

tandai dengan

aktivitas otot

polos miometrium yang relative tenang yang memungkinkan pertumbuhan


dan perkembangan janin intrauterine sampai dengan kehamilan aterm.
Menjelang

persalinan

aktivitas kontraksi

Otot

secara

polos uterus

terkoordinasi,

mulai

diselingi

menunjukkan
dengan

suatu

periode relaksasi, dan mencapai pucaknya menjelang persalinan, serta


secara berangsur menghilang pada periode postpartum. Mekanisme regulasi
yang mengatur aktivitas kontraksi miometrium selama kehamilan, persalinan,
dan kelahiran, sampai saat ini masih belum jelas benar.
Secara luas istilah gawat janin telah banyak dipergunakan, istilah
ini biasanya menandakan kekhawatiran obstetric tentang keadaan janin,
yang kemudian berakhir dengan seksio sesaria atau persalinan buatan
lainnya.
Keadaan janin biasanya di nilai dengan menghitung denyut
jantung janin (DJJ) dan yang memeriksa kemngkinan adanya mekonium di
dalam cairan amnion. Sering di anggap DJJ yang abnormal, terutama bila di
temukan mekonium, menandakan hipoksia dan asidosis. Misalnya, takikardi
janin dapat di sebabkan bukan hanya oleh hipoksia dan asidosis, tapi juga
oleh hipertermia sekunder dari infeksi intrauterine. Keadaan tersebut
biasanya

tidak

berhubungan

dengan

hipoksia

janin

atau

asidosis.

Sebaliknya, bila DJJ normal, adanya mekonium dalam cairan amnion tidak
berkaitan dengan meningkatnya insidensi asidosis janin.
Untuk kepentingan klinik perlu di tetapkan kriteria apa yang di
maksud dengan gawat janin . di sebut gawat janin , bila di temukan denyut
jantung janin di atas 160 permenit atau di bawah 100 permenit, denyut
jantung tidak teratur, atau keluarnya mekonium yang kental pada awal
persalinan.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan pada Ny.P G4P3A0H3 dengan fetal


distress

di

Ruang

Obstetri

Ginekologi

RSUD

Provinsi

Kepri

menggunakan pendekatan pendokumentasian SOAP.


2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengumpulkan data Subjektif pada Ny.P G4P3A0H3 dengan
fetal distress di Ruang Obstetri Ginekologi RSUD Provinsi Kepri
b. Mampu mengumpulkan data Objektif pada Ny.P G4P3A0H3 dengan
fetal distress di Ruang Obstetri Ginekologi RSUD Provinsi Kepri
c. Mampu menentukan Assesment pada Ny.P G 4P3A0H3 dengan fetal
distress di Ruang Obstetri Ginekologi RSUD Provinsi Kepri
d. Mampu membuat Planning pada Ny.P G 4P3A0H3 dengan fetal
distress di Ruang Obstetri Ginekologi RSUD Provinsi Kepri
e. Mampu melakuan Pendokumentasian dengan SOAP pada Ny.P
G4P3A0H3 dengan fetal distress di Ruang Obstetri Ginekologi RSUD
Provinsi Kepri

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Fetal Distress
Gawat janin adalah suatu keadaan dimana terdapat hipoksia pada
janin (kadar oksigen yang rendah dalam darah). Keadaan tersebut dapat
terjadi baik pada antepartum maupun intrapartum. Kegawatan janin
antepartum menjadi nyata dalam bentuk retardasi pertumbuhan intrauterin.
Hipoksia janin peningkatan tahanan vaskular pada pembuluh darah janin.
(Nelson, Ilmu Kesehatan Anak). Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima
Oksigen cukup, sehingga mengalami hipoksia (Abdul Bari Saifuddin, dkk,
2002 ).
Keadaan janin biasanya dinilai dengan menghitung denyut jantung
janin (DJJ). Dan memeriksa kemungkinan adanya mekonium didalam cairan
amniom. Sering dianggap DJJ yang abnormal, terutama bila ditemukan
mekonium, menandakan hipoksia dan asidosis. Akan tetapi, hal tersebut
sering kali tidak benarkan. Misalnya, takikardi janin dapat disebabkan bukan
hanya oleh hipoksia dan asidosis, tapi juga oleh hipotemia, sekunder dari
infeksi intra uterin.
Keadaan tersebut biasanya tidak berhubungan dengan hipoksia
janin atau asidosis. Sebaliknya, bila DJJ normal, adanya mekonium dalam
cairan amnion tidak berkaitan dengan meningkatnya insidensi asidosis janin.
Untuk kepentingan klinik perlu ditetapkan criteria apa yang dimaksud dengan
gawat janin. Disebut gawat janin bila ditemukan bila denyut jantung janin
diatas 160 / menit atau dibawah 100 / menit, denyut jantung tidak teratur,
atau keluarnya mekonium yang kental pada awal persalinan.
B. Etiologi
Penyebab dari gawat janin yaitu:
1. Insufisiensi uteroplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus-plasenta
dalam waktu singkat):
a. Aktivitas uterus

yang

berlebihan,

hipertonik

uterus,

dapat

dihubungkan dengan pemberian oksitosin.


b. Infusiensi plasenta (psasenta mengalami kekurangan oksigen) yang
mengakibatkan suplai oksigen ke janin berkurang dan terjadi
hipoksia janin.

c. Hipotensi ibu yang mengakibatakan tekanan darah menurun,


penurunan cardiac output, oksigen dalam jaringan berkurang,
gangguan perfusi jaringan, suplai oksigen ke janin berkurang,
hipoksia janin, anestesi epidural, kompresi vena kava, posisi
terlentang.
d. Solusio plasenta yang mengakibatakan perdarahan dalam desi dua
basalis, hematoma retro plasenta, dapat semakin besar ke arah
pinggir plasenta jika amnikhorian sampai terlepas, suplai oksigen
kejanin berkurang atau terhenti, hipoksia janin
e. Plasenta previa yang mengakibatkan letak implantasi plasenta tidak
pada tempatnya, plasenta menutupi osterum internal, aliran darah
terhambat, gangguan perfusi jaringan, suplai oksigen ke bayi
f.

berkurang, hipoksia janin.


Pendarahan yang menyebabkan hemoglobin turun, oksigen ke
jaringan menurun, hipoksia jaringan, plesenta kekurangan oksigen,

suplai oksigen ke janin berkurang, hipoksia janin


2. Insufisiensi uteroplasenter kronik (kurangnya aliran darah uterusplasenta dalam waktu lama):
a. Penyakit hipertensi yang menyebabkan terjadi vaskular pada ibu,
gangguan perfusi jaringan ibu, gangguan perfusi utero plasenta,
suplai oksigen ke janin berkurang, hipoksia janin
b. Penyakit Jantung yang menyebabkan aritmia,

pembesaran

jantung, bising sistol/diastol kuat, parlus praema turun, suplai


oksigen ke janin berkurang, hipoksia janin
c. Diabetes mellitus yangmengakibatakan meningkatnya kadar gula
darah, kekentalan darah meningkat, aliran darah terhambat,
gangguan perfusi jaringan, hipoksia janin
d. Postmaturitas atau imaturitas
3. Kompresi (penekanan) tali pusat
a. Oligihidramnion
b. Prolaps tali pusatyang mengakibatak terjepitnya tali pusat oleh
jalan lahir dan bagian bawah janin, suplai oksigen ke janin
terhambat, hipoksia janin
c. Puntiran tali pusat
4. Penurunan kemampuan janin membawa oksigen
a. Anemia berat misalnya isomunisasi, perdarahan fetomaternal
b. Gangguan aliran darah dalam tali pusat yang mengakibatakn aliran
darah terhambat, suplai oksigen ke janin berkurang, hipoksia janin
c. Kesejahteraan janin dalam persalinan asfiksia intrapartum dan
komplikasi
d. Skor APGAR 0-3 selam > 5 menit

e. Sekuele neorologis neonatal


f. Disfungsi multi organ neonatal
g. PH arteri tali pusat 7,0
5. Gizi ibu yang buruk yang mengakibatakn kurangnya nutrisi, Produksi
eritrosit berkurang, terjadinya anemia pada ibu, sel darah merah dalam
sirkulasi jaringan berkurang, oksigen ke jaringan berkurang, suplay ke
uterus plasenta berkurang, suplai oksigen ke janin berkurang hipoksia
janin.
6. Perbedaan Rh antara ibu dan janin yang menyebabkan reaksi hemolitik
(ibu mengeluarkan anti imun yang dapat menyerang sel darah merah
janin), anemia pada janin, kekurangan eritrosit pada janin, massa sel
darah merah habis, gangguan perfusi jaringan utero plasenta, suplai
oksigen berkurang, hipotensi janin
7. Pada saat Intranatal serviks yang robek menyebabkan Robeknya
pembuluh darah arteri vemolari, pendarahan, hemoglobin oksigen
jaringan menurun, hipoksia jaringan, perfusi jaringan uterus plasenta,
suplai oksigen ke janin berkurang, hipoksia janin.
C. Patofisiologi
Ada beberapa proses atau tahapan terjadinya peristiwa Fetal
Distress, antara lain :
1. Dahulu janin dianggap mempunyai tegangan oksigen yang lebih rendah
karena janin dianggap hidup di lingkungan hipoksia dan asidosis yang
kronik, tetapi sebenarnya janin hidup dalam lingkungan yang sesuai dan
konsumsi oksigen per gram berat badan sama dengan orang dewasa,
kecuali bila janin mengalami stress.
2. Afinitas terhadap oksigen, kadar hemoglobin, dan kapasitas angkut
oksigen pada janin lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa.
Demikian juga halnya dengan curah jantung dan kecepatan arus darah
lebih besar daripada orang dewasa. Dengan demikian penyaluran
oksigen melalui plasenta kepada janin dan jaringan perifer dapat
terselenggara dengan relatif baik. Sebagai hasil metabolisme oksigen
akan terbentuk asam piruvat, sementara CO2 dan air diekskresi melalui
plasenta. Bila plasenta mengalami penurunan fungsi akibat dari perfusi
ruang intervilli yang berkurang, maka penyaluran oksigen dan ekskresi
CO2 akan terganggu yang berakibat penurunan pH atau timbulnya
asidosis. Hipoksia yang berlangsung lama menyebabkan janin harus
mengolah glukosa menjadi energi melalui reaksi anaerobik yang tidak

efisien, bahkan menimbulkan asam organik yang menambah asidosis


metabolik. Pada umumnya asidosis janin disebabkan oleh gangguan arus
darah uterus atau arus darah tali pusat.
3. Bradikardi janin tidak harus berarti merupakan indikasi kerusakan jaringan
akibat hipoksia, karena janin mempunyai kemampuan redistribusi darah
bila terjadi hipoksia, sehingga jaringan vital ( otak dan jantung) akan
menerima penyaluran darah yang lebih banyak dibandingkan jaringan
perifer. Bradikardia mungkin merupakan mekanisme perlindungan agar
jantung bekerja lebih efisien sebagai akibat hipoksia.
D. Faktor Resiko
Ada beberapa faktor resiko yang diduga berhubungan dengan kejadian
gawat janin:
1. Wanita hamil usia > 35 tahun
2. Wanita dengan riwayat:
a) Bayi lahir mati
b) Pertumbuhan janin terhambat
c) Oligohidramnion atau polihidramnion
d) Kehamilan ganda/ gemelli
e) Sensitasi rhesus
f)

Hipertensi

g) Diabetes dan penyakit-penyakit kronis lainnya


h) Berkurangnya gerakan janin
i)

Kehamilan serotinus

E. Tanda dan Gejala Gawat Janin


Gejala yang dirasakan oleh ibu adalah berkurangnya gerakan janin.
Ibu dapat melakukan deteksi dini dari gawat janin ini, dengan cara
menghitung jumlah tendangan janin/ kick count. Janin harus bergerak
minimal 10 gerakan dari saat makan pagi sampai dengan makan siang. Bila
jumlah minimal sebanyak 10 gerakan janin sudah tercapai, ibu tidak harus
menghitung lagi sampai hari berikutnya. Hal ini dapat dilakukan oleh semua
ibu hamil, tapi penghitungan gerakan ini terutama diminta untuk dilakukan
oleh ibu yang beresiko terhadap gawat janin atau ibu yang mengeluh
terdapat pengurangan gerakan janin. Bila ternyata tidak tercapai jumlah
minimal sebanyak 10 gerakan maka ibu akan diminta untuk segera datang

ke RS atau pusat kesehatan terdekat untuk dilakukan pemeriksaan lebih


lanjut. Tanda-tanda gawat janin:
1.
Mekonium kental berwarna hijau terdapat di cairan
2.

ketuban pada letak kepala


Takikardi/

bradikardi/

iregularitas

dari

denyut

jantung janin
Untuk mengetahui adanya tanda-tanda seperti di atas dilakukan
3.

pemantauan menggunakan kardiotokografi


Asidosis janin
Diperiksa dengan cara mengambil sampel darah janin.

F. Komplikasi
1. Pada Kehamilan
Gawat janin dapat menyebabkan berakhirnya kehamilan maka harus
segera dikeluarkan.
2. Pada persalinan
Gawat janin pada persalinan dapat menyebabkan :
a. Persalinan menjadi cepat karena pada gawat janin harus segera
dikeluarkan
b. Persalinan dengan tindakan, seperti ekstraksi cunam, ekstraksi
forseps, vakum ekstraksi, ataupun bahkan dapat diakhiri dengan
tindakan sectio saesarea (SC)
G. Diagnosa
Diagnosis gawat janin saat persalinan didasarkan pada denyut
jantung janin yang abnormal. Diagnosis lebih pasti jika disertai air ketuban
hijau dan kental/ sedikit. Gawat janin dapat terjadi dalam persalinan karena
partus lama, Infuse oksitosin, perdarahan, infeksi, insufisiensi plasenta, ibu
diabetes, kehamilan pre dan posterm atau prolapsus tali pusat. Hal ini harus
segera dideteksi dan perlu penanganan segera.
H. Klasifikasi
Jenis gawat janin yaitu :
1. Gawat janin yang terjadi secara ilmiah
a. Gawat janin iatrogenic
Gawat janin iatrogenik adalah gawat janin yang timbul akibat
tindakan medik atau kelalaian penolong. Resiko dari praktek yang
dilakukan telah mengungkapkan patofisiologi gawat janin iatrogenik
akibat dari pengalaman pemantauan jantung janin.
b. Posisi tidur ibu

Posisi terlentang dapat menimbulkan tekanan pada Aorta


dan Vena Kava sehingga timbul Hipotensi. Oksigenisasi dapat
diperbaiki dengan perubahan posisi tidur menjadi miring ke kiri atau
semilateral.
c. Infus oksitosin
Bila kontraksi uterus menjadi hipertonik atau sangat kerap,
maka relaksasi uterus terganggu, yang berarti penyaluran arus darah
uterus mengalami kelainan. Hal ini disebut sebagai Hiperstimulasi.
Pengawasan kontraksi harus ditujukan agar kontraksi dapat timbul
seperti kontrkasi fisiologik.
d. Anestesi Epidural
Blokade sistem simpatik dapat mengakibatkan penurunan
arus darah vena, curah jantung dan penyuluhan darah uterus. Obat
anastesia epidural dapat menimbulkan kelainan pada denyut jantung
janin yaitu berupa penurunan variabilitas, bahkan dapat terjadi
deselerasi lambat. Diperkirakan ibat-obat tersebut mempunyai
pengaruh terhadap otot jantung janin dan vasokontriksi arteri uterina.
2. Gawat janin sebelum persalinan
a. Gawat janin kronik
Dapat timbul setelah periode yang panjang selama periode
antenatal bila status fisiologi dari ibu-janin-plasenta yang ideal dan
normal terganggu.
b. Gawat janin akut
Suatu kejadian bencana yang tiba tiba mempengaruhi
oksigenasi janin.
c. Gawat janin selama persalinan
Menunjukkan hipoksia janin tanpa oksigenasi yang adekuat,
denyut jantung janin kehilangan varibilitas dasarnya dan menunjukkan
deselerasi lanjut pada kontraksi uterus. Bila hipoksia menetap,
glikolisis anaerob menghasilkan asam laktat dengan pH janin yang
menurun. (Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekkologi, 1994
: 211-213)
I.

Penatalaksanaan
Pilihan manajemen utama untuk gangguan pola denyut jantung
janin yaitu memperbaiki setiap gangguan dari janin yang ada sebelumnya,
jika memungkinkan. Langkah-langkah yang disarankan oleh American
College of Obstetricians dan Gynecologisst. Pindahkan ibu ke posisi lateral,

mengoreksi hipotensi maternal disebabkan oleh analgesia regional, dan


menghentikan oksitosin untuk meningkatkan perfusi uteroplasenta.
Pemeriksaan dilakukan untuk mengeksklusi prolaps tali pusat atau
partus yang akan berlangsung. Simpson dan James (2005) menilai manfaat
tiga manuver di 52 wanita dengan sensor saturasi oksigen janin. Mereka
menggunakan hidrasi- intravena 500 - 1000 mL larutan Ringer laktat
diberikan lebih dari 20 menitmposisi lateral yang dibandingkan posisi
supinase, dan menggunakan masker nonrebreathing dengan oksigen
tambahan yang diberikan 10 L / min.Pemberian oksigen ibu telah digunakan
dalam upaya untuk mengurangi gawat janin dengan meningkatkan oksigen
yang tersedia dari ibu.
1.

Penanganan umum
a. Pasien dibaringkan miring ke kiri, agar sirkulasi janin dan
b.
c.

pembawaan oksigen dari obu ke janin lebih lancer.


Berikan oksigen sebagai antisipasi terjadinya hipoksia janin.
Hentikan infuse oksitosin jika sedang diberikan infuse oksitosin,
karena dapat mengakibatkan peningkatan kontraksi uterus yang

d.

berlanjut dan meningkat dengan resiko hipoksis janin.


Jika sebab dari ibu diketahui (seperti demam, obat-obatan) mulailah

e.

penanganan yang sesuai.


Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan denyut jantung janin tetap
abnormal sepanjang paling sedikit 3 kontraksi, lakukan pemeriksaan
dalam untuk mencari penyebab gawat janin:
1) Bebaskan setiap kompresi tali pusat
2) Perbaiki aliran darah uteroplasenter
3) Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau
4)

kelahiran segera merupakan indikasi.


Rencana kelahiran (pervaginam

atau

perabdominam)

didasarkan pada faktor-faktor etiologi, kondisi janin, riwayat


obstetric pasien dan jalannya persalinan.
2.

Penatalaksanaan Khusus
a. Posisikan ibu dalam keadaan miring sebagai usaha untuk
membebaskan kompresi aortokaval dan memperbaiki aliran darah
balik, curah jantung dan aliran darah uteroplasenter. Perubahan
dalam posisi juga dapat membebaskan kompresi tali pusat.
b. Oksigen diberikan melalui masker muka 6 liter permenit sebagai
usaha untuk meningkatkan pergantian oksigen fetomaternal.
c. Oksigen dihentikan, karena kontraksi uterus akan mengganggu
curahan darah ke ruang intervilli.

d. Hipotensi dikoreksi dengan infus intravena dekstrose 5 %


berbanding larutan laktat. Transfusi darah dapat di indikasikan pada
syok hemoragik.
e. Pemeriksaan pervaginam menyingkirkan prolaps tali pusat dan
f.

menentukan perjalanan persalinan.


Pengisapan mekonium dari jalan napas bayi baru lahir mengurangi
risiko aspirasi mekoneum. Segera setelah kepala bayi lahir, hidung
dan mulut dibersihkan dari mekoneum dengan kateter pengisap.
Segera setelah kelahiran, pita suara harus dilihat
laringoskopi

langsung

sebagai

usaha

untuk

dengan

menyingkirkan

mekoneum dengan pipa endotrakeal.


3.

Pengelolaan Antepartum
Dalam pengelolan antepartum diperhatikan tentang umur
kehamilan. Menentukan umur kehamilan dapat dengan menghitung dari
tanggal menstruasi terakhir, atau dari hasil pemeriksaan ultrasonografi
pada kehamilan 12-20 minggu. Pemeriksaan ultrasonografi pada
kehamilan postterm tidak akurat untuk menentukan umur kehamilan.
Tetapi untuk menentukan volume cairan amnion (AFI), ukuran janin,
malformasi janin dan tingkat kematangan plasenta.
Untuk menilai kesejahteraan janin dimulai dari umur kehamilan
40 minggu dengan pemeriksaan Non Stess Test (NST). Pemeriksaan ini
untuk menditeksi terjadinya insufisiensi plasenta tetapi tidak adekuat
untuk mendiagnosis oligohidramnion, atau memprediksi trauma janin.
Secara teori pemeriksaan profil biofisik janin lebih baik. Selain
NST juga menilai volume cairan amnion, gerakan nafas janin, tonus
janin dan gerakan janin. Pemeriksaan lain yaitu Oxytocin Challenge Test
(OCT) menilai kesejahteraan janin dengan serangkaian kejadian
asidosis, hipoksia janin dan deselerasi lambat.
Penilaian ini dikerjakan pada umur kehamilan 40 dan 41
minggu. Setelah umur kehamilan 41 minggu pemeriksaan dikerjakan 2
kali seminggu. Pemeriksaan tersebut juga untuk menentukan
Penulis lain melaporkan bahwa kematian janin

secara

bermakna meningkat mulai umur kehamilan 41 minggu. Oleh karena itu


pemeriksaan kesejahteraan janin dimulai dari umur kehamilan 41
minggu.
Pemeriksaan amniosintesis dapat dikerjakan untuk menentukan
adanya mekonium di dalam cairan amnion. Bila kental maka indikasi

janin

segera

dilahirkan

dan

memerlukan

amnioinfusion

untuk

mengencerkan mekonium.
Dilaporkan 92% wanita hamil 42 minggu mempunyai serviks
tidak matang dengan Bishop score kurang dari 7. Ditemukan 40% dari
3047 wanita dengan kehamilan 41 minggu mempunyai serviks tidak
dilatasi. Sebanyak 800 wanita hamil postterm diinduksi dan dievaluasi di
Rumah Sakit Parkland. Pada wanita dengan serviks tidak dilatasi, dua
kali meningkatkan seksio cesarea karena distosia.
4. Pengelolaan Intrapartum
Persalinan pada kehamilan postterm mempunyai risiko terjadi
bahaya pada janin. Sebelum menentukan jenis pengelolaan harus
dipastikan adakah disporposi kepala panggul, profil biofisik janin baik.
Induksi kehamilan 42 minggu menjadi satu putusan bila serviks belum
matang denganmonitoring janin secara serial. Pilihan persalinan
tergantung dari tanda adanya fetal compromise. Bila tidak ada kelainan
kehamilan

41

minggu

atau

lebih

dilakukan

dua

pengelolaan.

Pengelolaan tersebut adalah induksi persalinan dan monitoring janin.


Dilakukan pemeriksaan pola denyut jantung janin.
Selama persalinan dapat terjadi fetal distress yang disebabkan
kompresi tali pusat oleh karena oligohidramnion. Fetal distress dimonitor
dengan memeriksa pola denyut jantung janin. Bila ditemukan variabel
deselerasi, satu atau lebih deselerasi yang panjang maka seksio
cesarea segera dilakukan karena janin dalam bahaya.
Bila cairan amnion kental dan terdapat mekonium maka
kemungkinan terjadi aspirasi sangat besar. Aspirasi mekonium dapat
menyebabkan disfungsi paru berat dan kematian janin. Keadaan ini
dapat dikurangi tetapi tidak dapat menghilangkan dengan penghisapan
yang efektif pada faring setelah kepala lahir dan sebelum dada lahir.
Jika didapatkan mekonium, trakea harus diaspirasi segera mungkin
setelah lahir. Selanjutnya janin memerlukan ventilasi.

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA Ny. P G4P3A0H3


USIA KEHAMILAN 34-35 DENGAN FETAL DISTRESS
DI RUANG OBGYN RSUD KEPRI
TAHUN 2016
Hari/Tanggal : Kamis / 04-04-2016

I.

Pukul

: 16:20 WIB

No. RM

: 05.32.00

Tempat

: Ruang Obstetri dan Ginekologi RSUD Prov Kepri

DATA SUBJEKTIF
A. Identitas
Nama ibu

: Ny.P

Nama Suami

: Tn.S

Umur

: 38 tahun

Umur

: 43 tahun

Suku/bangsa

: Jawa

Suku/Bangsa

: Jawa

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Pendidikan

: SLTA

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: PNS

Pekerjaan

: Swasta

Alamat

: Km 14

Alamat

: Km 14

B. Keluhan utama
Buang air besar lebih dari 10 kali sehari dan merasa gerakan
janinnya berkurang
C. Riwayat Menstruasi

Hamil
ke

Tahun

Menarche

12 Tahun

Disminore

: Tidak Ada

Siklus

: 28 Hari

Banyaknya

: 1x ganti duk

Teratur

: Teratur

HPHT

: 05-08-2015

Lama Haid

: 7 Hari

TP

: 12-05-2016

Warna

: Merah

UK

Jenis

Penolong

Tempat

Komplikasi
IBU
BAYI

JK

Bayi
BB/PB

Nifas
Lochea ASI

1995

2002

2004

INI

Aterm

Spontan

Bidan

BPM

tidak ada

tidak ada

Aterm

Spontan

Bidan

BPM

tidak ada

tidak ada

Aterm

Spontan

Bidan

BPM

tidak ada

tidak ada

D. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu

E. Riwayat Kehamilan Sekarang


a. Keluhan-keluhan pada
TM I : Mual muntah, pusing
TM II : tidak ada
TM III : pusing, diare
b. Pergerakan janin pertama kali dirasakan ibu
16 minggu
c. Berapa kali pergerakan janin dalam 24 jam terakhir
5 kali
d. Keluhan yang dirasakan saat ini
Rasa 5 L (letih, lelah, lemah, lesu, lunglai) : ya
Mual muntah yang lama
: tidak
:
Nyeri perut
Panas menggigil
Sakit kepala berat terus menerus
Penglihatan kabur
Rasa nyeri panas waktu BAK
Rasa gatal vulva vagina dan sekitarnya
Pengeluaran cairan pervaginam
Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai
Oedema
Obat-obatan yang digunakan
Screening

F. Imunisasi
TT1 : Ada
TT2 : Ada
TT3 : Ada

: ya
: tidak
: tidak
: tidak
: tidak
: tidak
: tidak
: tidak
: tidak
: tidak
: ada

TT4 : Ada
TT5 : Ada

G. Kebiasaan Sehari-Hari
Obat/jamu: Tidak ada
Merokok : Tidak ada
Alkohol : Tidak ada
H. Riwayat Penyakit Yang Menyertai Kehamilan Ini
Tidak ada
I.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak Ada

PR

3,3 gr/52cm

LK

3,0 gr/50 cm

PR

2,9 gr/50 cm

ada

ada

ada

ada

ada

ada

J. Riwayat Operasi yang Tidak Dan Berhubungan Dengan Kehamilan


Tidak ada
K. Riwayat Perkawinan
Perkawinan ke
Status Perkawinan
Setelah kawin berapa lama hamil
Umur waktu kawin

: 1 (satu)
: Sah
: 1 bulan
: 21 tahun

L. Riwayat KB
Rencana penggunaan alat KB
Jenis KB yang akan digunakan
Jenis KB yang pernah digunakan
Lamanya
Keluhan

: Ada
: Steril
: KB suntik 3 bulan
: 2 tahun
: Tidak ada

M. Pola Kebiasaan Sehari-Hari


1. Nutrisi
Makan
: 3 kali/ hari porsi sedang
Minum
: 8 kali/ hari, air putih, susu
Jenis
: nasi, tempe, sayur dan buah-buahan
2. Eliminasi
BAK
: 6-7 kali/ hari
BAB
: 1-2kali/ hari
Masalah
: Buang air besar encer, >10 kali perhari
3. Istirahat
Tidur siang
: Tidak Ada
Tidur malam
: 6 jam
Masalah
: Susah tidur
4. Aktivitas
Seksualitas
: 1 kali/ bulan
Pekerjaan
: Memasak, menyapu, mengasuh anak,
bekerja dikantor
5. Psikososial
Penerimaan ibu terhadap kehamilan : menerima
Dukungan kehamilan
: ada
Masalah
: tidak ada
II. DATA OBJEKTIF
A. Pemeriksaan Umum
KU

: Lemah

Suhu : 38,7 0c

Kesadaran

: Compos Mentis

Nadi

: 112x/menit

Tekanan darah

: 100/70 mmHg

RR

: 20x/menit

BB Hamil

: 58 Kg

BB sekarang

: 56 Kg

B. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala
Rambut
: lurus, hitam
Rontok/tidak
: tidak rontok
Kebersihan
: bersih, tidak ada ketombe
b. Muka
Bentuk
: simetris, oval
Oedema
: tidak ada
Chloasma gravidarum : tidak ada
Pucat/tidak
: pucat
Kebersihan
: bersih
c. Mata
Sclera
: tidak kuning
Konjungtiva
: tidak pucat
Kebersihan
: bersih
d. Hidung
Bentuk
: normal
Polip
: tidak ada
Kebersihan
: bersih
e. Mulut
Stomatitis
: tidak ada
Carries gigi
: tidak ada
Gigi berlubang
: tidak ada
Kebersihan
: bersih
Kelainan
: tidak ada
f. Telinga
Bentuk
: simetris, sejajar dengan mata
Pengeluaran
: tidak ada
Kebersihan
: bersih
g. Leher
Kelenjar thyroid
: tidak ada pembengkakan
Vena jugularis
: tidak ada pembesaran
Kelenjar limfe
: tidak ada pembengkakan
h. Payudara
Pembesaran mamae : normal
Areola mamae
: menghitam
Puting susu
: menonjol
Kebersihan
: bersih
Pengeluaran
: tidak ada
Benjolan
: tidak ada
i. Paru-paru
Bunyi nafas
: terdengar vesikuler,tidak terdengar
wheezing dan ronchi
j.

Jantung
Bunyi
Teratur/tidak
k. Abdomen
Inspeksi
Luka bekas operasi
Pembesaran perut
Striae gravidarum
Linea
Palpasi

: terdengar lup dup


: teratur
: tidak ada
: sesuai usia kehamilan
: tidak ada
: linea nigra

TFU
Leopold I

: 28 cm
: fundus ibu teraba bulat, lunak, dan tidak

Leopold II

melenting yaitu bokong janin


: bagian kanan perut ibu teraba panjang,
keras dan memapan yaitu punggung
janin, bagian kiri perut ibu teraba tonjolan-

Leopold III

Leopold IV
TBJ
DJJ
l.

tonjolan kecil yaitu ekstremitas janin


: bagian bawah perut ibu teraba bulat,
keras dan melenting yaitu kepala janin
dan kepala masih dapat digoyangkan.
: tidak dilakukan
: (28-13)x155=2325 gram
: 175x/menit

Genitalia luar
Tanda-tanda infeksi

: tidak dilakukan

Warna

: tidak dilakukan

Pengeluaran

: tidak dilakukan

Varises

: tidak dilakukan

m. Ekstremitas
Atas

Bawah

Oedema

: tidak ada

Varises:tidak ada

Kaku sendi

: tidak ada

Kelainan

:tidak ada

Sianosis ujung jari

: tidak ada

Kaku sendi

:tidak ada

C. PEMERIKSAAN PANGGUL LUAR


Tidak dilakukan
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
GRAN
: 92,1 %
RBC
: 3,52
HCT
: 32,3 %
MCV
: 91,6 fI
HB
:10,9 g/dl
GDS
: 81 mg/dl
SGOT
: 18 U/L
SGPT
: 13 U/L
Tes fungsi ginjal : 8 mg/dl
III. ASSESMENT

Diagnosa

: Ny. P G4P3A0H3 Usia Kehamilan 34-35 dengan


fetal distress

Masalah

: Tidak nafsu makan, BAB encer >10x/hari

Kebutuhan

: Penkes pola nutrisi, penkes pola istirahat,


personal hygiene

Diagnosa Potensial

: Maternal : dehidrasi berat, syok hipovelemik


Neonatal : IUGR dan IUFD

Tindakan segera, Kolaborasi, dan Rujukan :


Kolaborasi dengan dr. SpOG
a. IVFD RL guyur berikutnya RL 30 tpm
b. Pemberian Oksigen 2 liter
c. Pemeriksaan CTG
IV. PLANNING
1. Menginformasikan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan hasil
pemeriksaan bahwa keadaan umum ibu sedang. TD 100/70 mmHg,
nadi 112x/menit, DJJ: 175x/menit. Ibu mengetahui.
2. Menginformasikan kepada ibu untuk bedrest total yaitu mengurangi
aktivitas dengan berbaring ditempat tidur.Ibu bersedia
3. Menginformasikan kepada ibu akan dilakukan pemantauan DJJ
setiap 1 jam. Ibu mengetahui
4. Melakukan pemberian oksigen kepada ibu bedasarkan advice dokter
sebanyak 2 Liter untuk memenuhi kebutuhan oksigen ibu terhadap
bayinya. Terlaksana
5. Melakukan pemberian cairan infuse RL 30 tpm dengan tujuan untuk
mengganti cairan tubuh yang hilang karena ibu mengalami diare dan
demam. Terlaksana
6. Meganjurkan ibu untuk tetap banyak minum dan makan agar
kebutuhan nutrisi ibu tetap terpenuhi. Ibu mengerti dan bersedia
melakukannya.
7. Menjelaskan kepada ibu untuk menjaga personal hygiene dengan
cara

membersihkan

dan

mengeringkan

area

genitalia

ibu

menggunakan kain bersih setelah BAK dan BAB. Ibu mengerti.


8. Memberikan support dan dukungan emosional kepada ibu, agar ibu
dapat mengurangi kecemasannya. Terlaksana
9. Melakukan kolaborasi dengan dr. SpOG (08:50 WIB)
a. Melakukan CTG
b. RL guyur (IGD) berikutnya RL 30 tpm

SOAP PERKEMBANGAN
TANGGAL/

SOAP PERKEMBANGAN

JAM
04-04-2016
18:00 WIB

mengobservasi TTV
TD : 100/60mmhg
N

S: 38,50C

: 80x/menit

RR: 20x/menit

DJJ : 175x/menit
18.00 WIB

Menganti cairan infus RL 30 tpm

20:00 WIB

Lapor hasil CTG, advice:


-

Oksigen 2 L/menit
PCT 3x1 tablet

Visite dr.Sp.OG
- Kontrol DJJ/jam
- Therapy lain lanjut
Memberikan therapy obat PCT 3x1 tablet
21:00 WIB
Mengganti cairan infus RL 30 tpm
24.00 WIB
TANGGAL/

SOAP PERKEMBANGAN

JAM
05-04-2016
06.30 WIB

Mengganti cairan infus RL 30 tpm

08:00 WIB

S : perut tidak mules lagi, BAB encer saat ini berkurang, tidak
muntah dan tidak sesak
O : TD : 100/60 mmhg
N

: 83x/menit

RR : 22x/menit
S

: 36,70C

DJJ : 154 x/i


A : Ny P G4P3A0H3 usia kehamilan 37-38 minggu dengan fetal
distress+GEA
P : 1. Informasi hasil pemeriksaan
2. therapy lanjut

12:00 WIB

13:15 WIB

Mengobservasi TTV
TD : 90/60 mmhg

S: 37,60C

N : 99x/menit

R: 20x/menit

R : 20x/menit

DJJ : 152X/i

Visite dokter SpOG


Hasilnya:
-

Vitazim 3x1
Newdiatab 3x2
RL 20 tts/menit
PCT jika demam
CTG ulang

Mengganti cairan infus RL 30 tpm


14.00 WIB
Memberiakan therapy obat New diatab 3x2, vitazim 3x1
15:00 WIB
Mengobservasi TTV
18:00 WIB

: 36,70C

TD : 90/60 mmhg

N : 86x/menit

DJJ: 152x/menit

R : 20x/menit
Lapor hasil CTG, advice dr.SpOG
19:00 WIB

CTG lagi pagi


kontrol DJJ

Mengganti cairan infus RL 30 tpm


Memberikan therapy obat vitazim, new diatab
20.00 WIB
23:00 WIB

TANGGAL/

SOAP PERKEMBANGAN

JAM
06-04-2016
03.00 WIB

Mengganti cairan infus RL 30 tpm

06:00 WIB

Memberikan therapy obat vitazim, new diatab

08:00 WIB

S: Ibu tidak ada BAB encer lagi, masih lemes, tidak nyeri perut
O: KU: sedang
TD : 90/60 mmhg
N : 88X/menit

Kesadaran : CM
S : 36,.5oC
R : 25x/menit

A: Ny. P G4P3A0H3 usia kehamilan aterm dengan fetal


distress+GEA
P :1. Informasi hasil pemeriksaan
2. therapy lanjut
09:00 WIB

Melakukan pemeriksaan CTG

12:00 WIB

Melakukan observasi TTV


TD : 110/70 mmhg
N : 82x/menit
R : 20x/menit

14:00 WIB

Memberikan therapy obat


New diatab, vitazim

14:30 WIB

Visite dokter SpOG


Hasilnya:
-

Boleh pulang

Vitazim 3x1

Folamil 1x1

15:00 WIB

Aff infuse

15.30 WIB

Pasien pulang

: 36,80C

DJJ: 140x/menit

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada hari senin, 04 April 2015 Ny.P G4P3A0H3 usia kehamilan 34-35
minggu dengan Fetal distress kiriman dari IGD datang ke ruang kebidanan
RSUD Provinsi Kepri dengan keluhan BAB encer (diare) >10x/hari dan merasa
gerakan janin berkurang, dan ibu merasa lemes Diare adalah buang air besar
yang sering dan cair, biasanya paling tidak tiga kali dalam 24 jam.Diare dapat
menyebabkan berbagai komplikasi, sebagian besar komplikasi disebabkan oleh
ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh. Komplikasi yang lebih serius dapat
berupa sepsis (pada infeksi sistemik) dan abses liver serta terjadinya dehidrasi.
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik terhadap kasus Ny.p ini dapat
ditegakan diagnosa bahwa Ny.P mengalami dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5%
BB) turgor berkurang, suara serak (vox cholerica), dan pasien tidak syok.
Menurut klasifikasi WHO, dehidrasi ringan ditandai dengan penurunan cairan 25% dari total berat badan tanpa ada keluhan mencolok selain terlihat lesu dan
haus. Diare dan dehidrasi yang dialami ibu yang menganggu hemostatis cairan
tubuh sehingga menyebabkan sel darah merah dalam sirkulasi jaringan
berkurang, oksigen ke jaringan berkurang, suplai oksigen dan darah ke uterus
plasenta mengalami infusiensi yang mengakibatkan terjadinya hipoksia janin
hipoksia ini menyebabkan keadaan janin menjadi tidak stabil. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa fetal disteress yang dialami Ny.P karena janin tidak
memperoleh oksigen yang cukup. (American College of Obstetricians dan
Gynecologists, 2005).
Untuk penatalaksanaan pada kasus Ny.P ini adalah melakukan
pemeriksaan TTV didapatkan KU sedang, lemes, Suhu 38,70c, kesadaran
compos Mentis, nadi 112x/menit, tekanan darah 90/60 mmHg, RR 20x/menit.
Kemudian dilakukan pemantauan DJJ setiap 1 jam, pemberian oksigen kepada
ibu bedasarkan advice dokter sebanyak 2 Liter dan melakukan rehidrasi cairan
dengan pemberian cairan infuse RL 30 tpm, melakukan pemeriksaan CTG serta
melakukan pemeriksaan darah dan urin dengan hasil terlampir. Hal ini sesuai
dengan teori American College of Obstetricians dan Gynecologisst manajemen
utama untuk gangguan pola denyut jantung yaitu hidrasi intravena 500 - 1000 mL
larutan Ringer laktat diberikan lebih dari 20 menit posisi lateral yang
dibandingkan posisi supinase, dan menggunakan masker nonrebreathing

dengan oksigen tambahan yang diberikan 10 L / min, pemantauan DJJ


menggunakan karditokografi, serta melakukan pemeriksaan. Bidan berkolaborasi
dengan dr. SpOG, advice dari dokter yaitu IVFD RL 30 tpm, paracetamol 3x1,
new diatab 3x 2, vitazin 3x1, dan folami 1x1. Berdasarkan teori, komplikasi dari
dehidrasi ringan jika tidak ditagani secara tepat dan cepat maka akan terjadi
dehidrasi berat dan komplikasi fetal distress yang dialami bayi akan
menyebabkan berakirnya kehamilan sehingga diagnosa potensial yang akan
terjadi pada ibu yaitu dehidrasi berat dan pada janin yaitu Intra uterine fetal
distress (Lausman A. Mc Carthy, 2005; WHO, 2009).
Hasil akhir dari pemantauan kondisi Ny.P dan janin didapat bahwa ibu
tidak mengalami diare lagi, keadaan umum ibu baik, pemenuhan kebutuhan
cairan tubuh sudah terpenuhi, pemeriksaan tanda-tanda vital ibu normal yaitu TD
110/70, nadi 82 permenit, pernapasan 20 permenit, suhu 36,8oC. Sedangkan
kondisi janin sudah terpantau dengan hasil DJJ dalam keadaan normal yaitu
140x permenit. Berdasarkan advise dari dr.Sp.OG ibu diperbolehkan pulang pada
tanggal 6 april 2016 pukul 15.00 WIB.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kesesuaian etiologi
terjadinya fetal distress pada janin dan penatalaksaan kondisi tersebut sudah
sesuai dengan teori.

BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Setelah

penulis

melakukan

asuhan

kebidanan

dengan

menggunakan pendokumentasian SOAP pada Ny. P dengan Fetal


distress + dehidrasi ringan di Ruang OBGYN RSUD Provinsi Kepulauan
Riau, maka penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut:
1.

Pengkajian pada Ny. P didapatkan data subjektif dengan keluhan


BAB encer (diare) >10x/hari dan merasa gerakan janin berkurang,

2.

dan ibu merasa lemes.


Pengkajian pada Ny. P didapatkan data objektif Keadaan Umum :
sedang, Suhu: 38,70c, Kesadaran : Compos Mentis, Nadi :
112x/menit, Tekanan darah : 90/60 mmHg, RR : 20x/menit.
Pengkajian pada Ny. P didapatkan diagnosa kebidanan Ny. P
G4P3A0H3 UK aterm dengan Fetal distress + GEA. Masalah yang
muncul adalah ibu merasakan gerakan janinnya berkurang dan BAB
nya > 10x/hari. Kebutuhan yang diberikan adalah memberikan
penkes tentang pola istirahat dan pemberian therapy O2, lalu
menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi dan
memberikan

dukungan

emosional

kepada

ibu

dan

keluarga.

Diagnosa potensial maternal yaitu: ibu bisa mengalami

dehidrasi

berat dan diagnose potensial neonatal: janin mengalami IUFD.


Tindakan segera, kolaborasi dan rujukan yaitu kolaborasi dengan dr.
3.

SpOG.
Rencana tindakan yang dibuat berdasarkan diagnosa yang muncul
serta membantu pasien mengatasi masalah dan kebutuhan. Bidan
dapat melakukan observasi dan pengobatan sebagai berikut :
mengobervasi, memberitahu tentang keadaan ibu, memasang cairan

4.

infuse RL + O2, penkes pola nutrisi dan istirahat serta therapi obat.
Asuhan-asuhan kebidanan yang telah diberikan diatas kemudiam
didkumentasikan dalam bentuk SOAP.

2.

Saran

1.

Bagi Institusi Pendidikan diharapkan dapat menambah buku-buku

2.

referensi terbaru mengenai asuhan kebidanan patologi.


Bagi RS diharapkan untuk tetap mempertahankan mutu pelayanan
kebidanan yang berkualitas pada ibu hamil, bersalin, nifas dan
asuhan pada bayi baru lahir sehingga dapat meningkatkan
kesehatan pada ibu dan bayi serta mengurangi angka mortalitas
dan morbiditas.

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham FG. Leveno K. Fetal Distress in: Williams Obstetrics. 24th ed. Mc
Graw Hills Education. USA:2014. p491-02
Hanifa Wiknjosastro, Abdul Bari Saifudin, Trijatmo Rachimhadhi, dalam: Ilmu
Kebidanan, edisi ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2006:1:4-10
Lausman A. Mc Carthy F. Et al. Screening, Diagnosis, and Management of
Intrauterine Growth Restriction. J Obstet Gynaecol Can 2012;34(1):17
28
Steele, Wanda F., What are the signs of fetal distress? In: SheKnows Pregnancy
and Baby. Pennsylvania. 2007. Diakses tanggal 08 April 2016 di
http://pregnancyandbaby.com/pregnancy/baby/What-are-the-signs-offetal-distress-5960.htm

Anda mungkin juga menyukai