Anda di halaman 1dari 1

Krisis Karakter Bangsa

Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional adalah


bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, temperamen, watak
. Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark atau menandai dan
memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai-nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau
tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan berperilaku jelek lainnya
dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang berperilaku sesuai dengan kaidah
moral disebut dengan berkarakter mulia.
Karakter Bangsa Karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang
khas- baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa
dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga
seseorang atau sekelompok orang. Karakter bangsa Indonesia akan menentukan perilaku
kolektif kebangsaan Indonesia yang khas-baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman,
rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai
Pancasila, norma, UUD 1945, keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan
komitmen terhadap NKRI.
Krisis Karakter bangsa merupakan suatu keadaan dimana rakyat indonesia memiliki
perilaku yang menyimpang dari penerapan nilai-nilai Pancasila secara konsisten dalam
kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai moral yang ada pada Pancasila seperti kejujuran, tanggung
jawab, kedisiplinan, dan sebagainya itu tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh
rakyat indonesia.
Kasus-kasus degradasi nilai-nilai moral merupakan bagian dari krisis karakter
kebangsaan. Seperti maraknya kasus korupsi yang terjadi di Indonesia. Kasus korupsi yang
bahkan sudah menjadi budaya dalam kalangan elite politikmerupakan contoh terjadinya krisis
karakter kebangsaan. Persoalan karakter kebangsaan menjadi hal yang banyak
diperbincangkan dalam diskusi-diskusi publik. Hal ini dipicu dari maraknya persoalan yang
muncul di masyarakat seperti korupsi, tindak kriminal, kejahatan seksual, perkelahian massa,
kehidupan ekonomi yang konsumtif, kehidupan politik yang tidak produktif, dan sebagainya
(Kompasiana, 2013).

Anda mungkin juga menyukai