Anda di halaman 1dari 2

I.

Diagnosis
Anamnesa
Penegakan diagnosis dari peritonitis dilakukan dari pemeriksaan klinis. Pada
anamnesis harus mencakup setidaknya riwayat dari pembedahan pada bagian
abdomen, riwayat peritonitis sebelumnya, riwayat perjalanan, penggunaan obat
imunosupresan,dan adanya penyakit pada abdomen (contohnya; Inflamatory bowel
disease,divertikulitis, ulkus peptik) yang dapat memperberat infeksi pada
intraabdomen.
Tanda dan gejala yang luas dapat ditemukan pada peritonitis bakteri spontan.
Menifestasi klinis dari peritonitis bakteri spontan mencakup:
Demam dan menggigil (80%)
Nyeri abdomen atau rasa tidak nyaman (70%)
Encelopathy yang tidak dapat dijelaskan
Diare
Ascites yg tidak mengalami perbaikan setelah pemberian diuretik
Onset baru dari gagal ginjal
Ileus
Nyeri abdomen, yang dapat bersifat akut atau tidak, umumnya adalah keluhan utama
pasien dengan peritonitis. Rasa nyeri tersebut dapat bersifat tumpul dan sulit
dilokasikan, sering rasa nyeri tersebut berubah menjadi menetap, berat, dan lebih
terlokalisir. Rasa nyeri dapat diperberat oleh pergerakan (batuk, perubahan posisi
menjadi duduk) dan tekanan yang diberikan secara lokal.
Distensi abdomen juga dapat dijumpai, begitu juga dengan tanda disfungsi organ lain.
Pada pasien dengan ascites, penurunan friksi antara permukaan peritoneal viseral dan
parietal dapat mengurangi gejala nyeri.
Anoreksia dan Mual adalah gejala yang sering ditemukan dan dapat mendahului
gejala nyeri abdomen. Muntah dapat disebabkan oleh adanya patologi organ viseral
(contohnya obstruksi) atau iritasi peritoneal sekunder.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, pasien dengan peritonitis umumnya terlihat buruk dan dalam
kondisi distres akut. Banyak dari mereka memiliki suhu tubuh diatas 38 C, meskipun
pasien dengan sepsis berat dapat memiliki suhu tubuh hipotermi. Takikardi dapat
dijumpai, sebagai akibat pelepasan dari mediator inflamasi, hipovolemi intravaskular
dari anoreksia, muntah dan demam.
Dengan dehidrasi yang progresif, pasien dapat menjadi hipotensi, serta oliguria atau
anuria.
Ketika memeriksa abdomen pasien dengan dugaan perotonitis, posisi pasien harus
supine. Pada saat pemeriksaan, hampir keseluruhan pasien menunjukkan ternderness
ketika dipalpasi. Umumnya pada pasien didapati rigiditas dinding abdomen.
Peningkatan tonus otot pada dinding abdomen dapat bersifat volunter, sebagai respon
dari antisipasi pemeriksaan abdomen, atau juga bersifat involunter oleh karena iritasi
peritonal. Pasien dengan peritonitis berat sering menghindari pergerakan dan menjaga
panggul mereka tetap fleksi untuk melegakan tekanan dari dinding abdomen. Bagian
abdomen umumnya distensi dengan suara usus yang berkurang atau hilang. Gejala ini
menunjukkan ileus general dan dapat tidak ditemukan bila infeksinya dapat
dilokasikan dengan baik.
Dapat ditemukan adanya massa inflamasi pada abdomen ketika dilakukan
pemeriksaan

Daley, B.J.,(2015) Peritonitis and Abdominal Sepsis Clinical


Presentation. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/180234-clinical#b3 [accesed 27
March 2016]

Anda mungkin juga menyukai