Dalam sistem klasifikasi jamur, terdapat kelas-kelas utama yang anggotanya seringkali
menjadi permasalahan karena dapat menimbulkan suatu penyakit pada tanaman, Kelas-kelas
tersebut menurut Sastrahidayat (2010) antara lain:
1. Kelas Plasmodiophoromycetes
Anggota dari kelas ini merupakan parasit pada tanaman hijau dan jamur lainnya, berbiak
dalam jaringan inangnya, dan dengan beberapa pengecualian menyebabkan hypertrophy dan
hyperplasia pada tanaman inang dan menghasilkan bentuk-bentuk seperti tumor. Struktur
somatis dari Plasmodiophoromycetes adalah plasmodium yang berkembang didalam sel-sel
tanaman inang. Plasmodium kemudian membentuk zoosporangia yang berisi zoospora, atau
langsung membentuk spora istirahat dengan jalan membagi plasmodium menjadi beberapa
bagian yang berinti satu. Tidak terdapat badan buah, tetapi pada beberapa genus spora-spora
bersatu membentuk bola spora atau cakram. Pada perkecambahan tiap-tiap spora istirahat
membebaskan satu sel kembara. Baik sel kembara maupun zoospora mempunyai dua
flagellum yang tidak sama panjang dibagian belakangnya. Salah satu contoh jamur dari kelas
ini yaitu Spongospora subterranea penyebab penyakit garis bertepung pada kentang.
2. Kelas Chytridiomycetes
Salah satu sifat khusus yang membedakan jamur ini dengan jamur yang lain yaitu
pembentukan sel-selnya yang dapat bergerak (zoospora atau planogamet), masing-masing
dengan flagellum tipe cambuk yang letaknya posterior. Selain itu, thallusnya coenocytic,
kadang zygota membentuk spora istirahat, dinding selnya tersusun atas khitin dan beberapa
diantaranya tersusun atas selulose.
Anggota kelas ini merupakan jamur yang hidup dalam air akan tetapi banyak juga yang hidup
ditanah. Beberapa diantaranya menjadi parasit dan merusak ganggang yang membentuk mata
rantai makanan pada binatang air, sehingga secara tidak langsung dapat merugikan manusia.
Cara perkembangbiakannya dapat dilakukan secara seksual dan aseksual. Secara aseksual
dilakukan melalui sporangium. Sedangkan secara seksual dapat dilakukan melalui kopulasi
planogamet yang terbagi menjadi tiga yaitu konjugasi dari planogamet yang isogenis,
konjugasi dari planogamet yang anisoganis, dan pembuahan gamet betina yang tak dapat
bergerak (sel telur) oleh gamet jantan yang dapat bergerak (anterozoid). Cara seksual lain
yaitu dengan kopulasi gametangia dan somatogami. Contoh jamur dari kelas ini yaitu
Synchytrium endobioticum.
3. Kelas Oomycetes
Jamur-jamur yang termasuk dalam kelas Oomycetes berkembang biak dengan secara aseksual
dengan perantara zoozspora yang mempunyai dua flagellum. Zoospora tersebut terbentuk
didalam sporangia dengan bentuk seperti buah pear atau bentuk ginjal. Anggota yang paling
tinggi anggotanya merupakan parasit obligat bagi tanaman inangnya, infeksi dari suatu
tanaman lain atau dari satu daerah ke daerah lain banyak dilakukan oleh spora dengan
perantara angin. Zoospora dibentuk pada semua nggota dalam kelas ini, kecuali pada spesies
tertinggi dimana sporangiumnya sendiri berfungsi sebagai spora yang akan berkecambah
menjadi miselium. Perkembangbiakan secara seksualnya bersifat heterogametangia. Oospora
dibentuk didalam oogonia dan masuk didalamnya. Bagian tengah dalam oogonium
semngalami diferensiasi menjadi satu atau lebih oosit, yang bila masak beriti satu. Salah
satu jamur yang termasuk dalam kelas ini yaitu Albugo candida yang menyerang cricifera.
4. Kelas Zygomycetes
Zygomycetes merupakan kelas jamur yang hidup di darat dan daerah lembab, memiliki hifa
bersifat cenocytic (berinti banyak) dan bersekat. Sifat khusus dari kelas zygomycetes yaitu
perkembangbiakan secara seksual berlangsung dengan kopulasi gametangia dan menghasilkan
zygospora, serta perkembangbiakan aseksual berlangsung dengan perantaraan spora yang
tidak dapat bergerak dalam bentuk sporangiospora atau konidium. Contoh Rhizopus stolonifer
(Jamur roti), Rhizopus oryzae (jamur tempe), Rizopus nigricans (jamur pada tomat), Mucor
javanicus (untuk membuat tape).
5. Kelas Ascomycetes
Jamur kelas Ascomycetes mempunyai ciri antara lain hifa bersekat, berkembang biak secara
aseksual dengan fragmentasi miselium atau membentuk spora aseksual (konidium), atau bisa
juga secara seksual dengan membentuk askospora. Beberapa patogen tumbuhan yang
termasuk dalam kelas Ascomycetes ini antara lain Ceratocystis fimbriata penyebab penyakit
Mouldy Rot pada bidang sadapat karet, Istulina deusta penyebab penyakit leher akar pada teh,
Elsinoe iwata penyebab penyakit kudis pada kacang hijau, Microcyclus ulei penyebab
penyakit hawar daun amerika selatan pada karet yang sampai saat ini keberadaanya masih
terbatas pada pertanaman karet di Amerika Selatan.
6. Kelas Basidiomycetes
Kelas ini ditandai dengan adanya septa dan dikaryotik miselium, sering membentuk clamp
conection, dimana mengandung (2)(-8) basidiospora. Basidiomycetes biasanya saprofit, tetapi
ada pula beberapa grup penting yang menjadi parasit pada tanaman dan membentuk
ektomycorhyza.
Siklus hidupnya yaitu suatu basidiospora haploid berkecambah dan membentuk suatu
miselium bersepta dengan sel-sel monokaryotik. Organ seksual tidak dibentuk, sedang
pembuahan terjadi dengan penggabungan dua sel unikleat (biasanya dari dua miselium yang
berbeda) dan terjadi pertukaran inti. Inti asing akan membagi diri segera dan anak inti berpisah
dari sel, maka
terjadilah miselium dikaryotik secara lengkap. Induk inti masih tetap belum bergabung.
Sedang untuk menjamin terjadinya inti baru dari pembagian konjugasi dikaryotik pada anakanak sel, dibentuklah clamp connection.
Basidiomycetes dinding septanya melebar kesekitar lubang, menjadi bentuk seperti tong
(dolipore) dan ditutupi oleh suatu tutup dari retikulum endoplasma. Miselium dikayotik sel
ujungnya berkembang menjadi basidium. Sedangkan perkembangbiakan aseksual dilakukan
oleh konidium. Contoh dari kelas ini yaitu Ustilago maydis yang menyerang pad tanaman
jagung.
7. Forma Kelas Deuteromycetes
Deuteromycetes atau fungi imperfecti (jamur tak sempurna) terdiri atas sejumlah besar genus
dan spesies, dimana hanya melakukan perkembangbiakan secara aseksual yang dikenal
sebagai bentuk konidium, oidium, atau klamidospora. Ada pula kemungkinan memasukkan
jamur ini kedalam kelompok Ascomycetes bila diketahui fase perfectnya (sempurna).
Kebanyakan jamur dari kelas ini merupakan penyebab penyakit yang serius bagi tanaman dan
hewan. Klasifikasi deuteromycetes didasarkan dari perkembangan konidiumnya. Misalnya
ukuran, jumlah sel, dan warna dari konidium, piknidium, aservuli atau sinnema. Contoh jamur
ini yaitu Marsonina fragariae penyebab penyakit hangus pada daun arbei.
Peran Jamur (jelaskan+contoh)
Beberapa peran menguntungkan menurut Kusnadi (1994) antara lain:
Berperan sangat penting dalam siklus materi terutama siklus karbon, yang berperan bagi
kelangsungan hidup seluruh organisme.
Sebagai decomposer, dimana dapat menguraikan sisa-sisa tumbuhan, bangkai hewan dan
bahan-bahan organic lainnya dan hasil penguraianya dikembalikan ketanah sehingga dapat
menyuburkan tanah.
Berperan dalam industri fermentasi tersebut adalah fungi, terutama dari kelompok ragi.
Contoh hasil fermentasi adalah: bir ,roti., asam sitrat atau 2-hidroksipropan,1,2,3,
asamtrikasboksilat.
Berperan dalam industri antibiotik, antibiotik ini dihasilkan oleh fungi Penicllium notatu.
Cercospora
Gejala
Gejala penyakit yang disebabkan oleh cercospora adalah bercak hampir
melingkar dengan diameter 1 -10 mm, coklat kemerahan sampai hitam di atas
permukaan daun dan dibawah cahaya kelihatan coklat Diawal perkembangan
klorosis di atas permukaan, tapi muncul dan menonjol setelah diubah oleh gen
inang dan faktor lingkungan. Gejala ini hamper sama dengan halo Micosphaerella
berkeley (Syahputra, 2011).
membengkak,
membesarnya
membentuk
kelenjar-kelenjar,kelobot
kelenjar-kelenjar.
terdesak
ke
Dengan
samping,
makin
sehingga
sebagian dari kelenjar itu tampak dari luar. Akhirnya kelenjar pecah dan spora
jamur yang berwarna hitam terhambur keluar (Semangun, 1993).
Gloeosporium
Gejala
Gloeosporium Sp. adalah jamur yang menyebabkan busuk buah pada
apel. Gejala yang ditimbulkan oleh adanya serangan Gloeosporium sp. adalah
bercak kecil cokelat dan bintikbintik hitam berubah menjadi orange (Irawan,
2007).
Irawan, Deni. 2007. Potensi Pengembangan Tanaman Apel ( Malus Sylvestris Mill)
Berdasarkan Aspek Agroklimat Di Jawa Timur. Bogor: FMIPA IPB.
Fusarium
Gejala
Gejala yang tampak pada tanaman adalah tepi daun bawah berwarna
kuning tua, dimulai dari tepi daun bagian pangkal. Daun bergejala kemudian
menjadi coklat dan mengering. Gejala layu Fusarium dimulai dengan
penguningan dan pelayuan daun tua, yang berkembang ke daun lebih muda
sampai akhirnya seluruh tanaman mati. Secara internal, tanaman dengan infeksi
yang berlanjut memperlihatkan perubahan warna pada rizome dan nekrosis
pada silem. Gejala penyakit berkembang sangat cepat pada kondisi yang sesuai
untuk pertumbuhan tanaman pisang dan gejala kelihatan jelas pada 2-5 bulan
sesudah infeksi pertama (Jegger et al., 1995).
Jegger MJ, Eden-Green S, Thresh JM, Johanson A, Waller JM & Brown AE. 1995.
Bananas
and
plantain.
Pp.
317-382.
In:
Gowean
S.
(Ed.),
dari
1-2
sel),
makrokonidia
(3-5
septa),
dan
klamidospora
Dapus
Kusnadi,dkk. 1994. Buku Saku Biologi. FMIPA UPI EDU: Bandung
Sastrahidayat, I.R. 2010. Fitopatologi. UB Press : Malang