Laparoskopi Kolesistektomi PDF
Laparoskopi Kolesistektomi PDF
Laparoskopi Kolesistektomi PDF
97
PENDAHULUAN
Bedah laparoskopi, disebut juga bedah minimally invasive, atau keyhole surgery
merupakan teknik bedah modern dimana operasi abdomen melalui irisan kecil (biasanya
0,5-1 cm) dibandingkan dengan prosedur bedah tradisional yang memerlukan irisan yang
lebih besar, dimana tangan ahli bedah masuk ke badan pasien. Beberapa praktisi kadangkadang menggunakan istilah yang salah yaitu bedah mikroskopik, ini mengacu pada irisan
yang kecil. Laparoskopi mencakup operasi dalam abdomen dan pelvis. Teknologi ini
1
98
menggunakan lensa teleskop untuk mendapatkan gambaran yang jelas pada layar monitor.
Operator dalam melaksanakan operasi menggunakan hand instrument. Lapangan operasi
pada abdomen diperluas dengan dimasukkannya gas karbondioksida. Laparoskopi bedah
sekarang menjadi standar untuk pengelolaan pasien kolelitiasis (Wikipedia, 2009a).
Teknik pembedahan dengan laparoskopi sekarang menjadi pilihan (Leo et al., 2006)
dan gold standard (Tayeb et al., 2005) untuk kolesistektomi. Teknik ini memberikan banyak
keuntungan yaitu meningkatkan pemulihan pasien dengan mengurangi nyeri, waktu tinggal
di rumah sakit lebih pendek, dan lebih cepat kembali ke aktivitas harian yang normal
(Vittimberga et al., 1998; MacFadyen, 2004; Tayeb et al., 2005; Leo et al., 2006). Bedah
laparoskopi berhubungan dengan insisi kulit yang kecil sehingga membuat kondisi setelah
operasi lebih menyenangkan bagi pasien (Schietroma et al., 2004). Pendekatan ini juga
lebih hemat bagi penyelenggara kesehatan (MacFadyen, 2004).
Tulisan ini dimaksudkan untuk memperkenalkan dan memberi informasi mengenai
laparoskopi yaitu suatu teknologi canggih yang dipergunakan dalam pengelolaan
pembedahan. Laparoskopi diharapkan dapat lebih dikenal oleh masyarakat dan menjadi
pilihan utama pasien dalam pengelolaan pembedahan. Laparoskopi diharapkan akan lebih
berkembang untuk pengelolaan pembedahan atas indikasi banyak penyakit.
TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah Laparoskopi
Pada tahun 1901 dilakukan percobaan untuk menciptakan metoda baru untuk
mengontrol perdarahan gastrointestinal dengan menggunakan pneumoperitoneum (udara
dimasukkan ke dalam rongga abdomen). George Killing menempatkan cystoscope ke dalam
rongga peritoneum untuk mengobservasi efek peningkatan tekanan pneumoperitonium
pada usus halus. Penemuan laparoskopi sederhana diawali oleh Killing, seorang peneliti
dari Universitas Leipzig, Dresden, Jerman yaitu teknik Lufttamponade melalui penelitian
kontrol perdarahan gastrointestinal dengan memompakan udara 50-100 mmHg ke dalam
rongga abdomen (Soper et al., 2004).
Pada tahun 1910, seorang ahli bedah dari Stockholm, Hans Christian Jacobaeus,
melakukan laparoskopi yang pertama dengan menggunakan cystoscop dan melaporkan
99
telah melakukan laparoskopi pada 72 pasien. Pada tahun yang sama Killing melaporkan
penggunaan cystoscop untuk peritoneoscopy pada 45 pasien. Bernheim merupakan seorang
ahli bedah dari rumah sakit Universitas John Hopkins yang pertama kali mengaplikasikan
laparoskopi di Amerika Serikat (Soper et al., 2004).
Pada awalnya pneumoperitoneum dalam prosedur laparoskopi dilakukan dengan
memompakan udara ke dalam rongga abdomen menggunakan tangan, kemudian Goetze
pada tahun 1921 pertama kali melakukan insuflasi (memasukkan gas menggunakan alat).
Penggantian udara menjadi karbondioksida diawali pada tahun 1924 oleh Zollikofer dengan
pertimbangan keamanan. Selanjutnya, prosedur laparoskopi lambat laun menjadi lebih
canggih dengan visualisasi organ abdomen yang lebih baik (Soper et al., 2004).
Perubahan besar pada teknologi laparoskopi terjadi pada awal tahun 1950 melalui
penggunaan cahaya dingin oleh Forestier. Teknik ini menggunakan fiberglass yang
menghasilkan cahaya yang sangat baik dan suhu rendah, sehingga mengurangi resiko
terbakar organ intraabdomen dan meningkatkan ketajaman dan kualitas gambar. Selain
itu, teknik ini juga menggunakan lensa batang sehingga ahli bedah dapat melihat lapangan
operasi dengan sangat jelas, terang, seperti gambar aslinya (Soper et al., 2004).
Pemanfaatan laparoskopi untuk diagnostik maupun terapeutik dengan
menggunakan insufflator otomatis diawali pada tahun 1970. Semm pada tahun 1983,
memulai melakukan apendektomi. Saat ini telah dipergunakan charge-couple device (CCD),
three chip camera, video monitor, high-definition camera, true color image, sehingga
diperoleh gambaran lapangan operasi yang makin jelas (Soper et al., 2004).
Instrumen Laparoskopi
Elemen kunci pada laparoskopi adalah penggunaan laparoskop. Ada dua tipe
laparoskop yaitu: (1) sistem teleskop batang, yang biasanya dihubungkan dengan kamera
video (single chip atau three chip); (2) laparoskop digital dimana charge-couple device
ditempatkan pada ujung laparoskop. Laparoskopi juga menggunakan lampu yang dingin
seperti halogen atau xenon. Lapangan operasi dilihat dengan hand instrument yang
dimasukkan abdomen melalui trokar 5 mm atau 10 mm. Gas karbondioksida dimasukkan
ke dalam abdomen sehingga menaikkan dinding abdomen di atas organ intraabdomen
100
Gambar 1.
101
Penggunaan Laparoskopi
Prosedur laparoskopi dapat dipergunakan untuk bermacam-macam pembedahan
seperti laparoscopic cholecystectomy, laparoscopic common bile duct surgery, laparoscopic
fundoplication for GERD, laparoscopic Nissen and Toupet fundoplication, laparoscopic
gastric banding for morbid obesity, laparoscopic Heller esophagomyotomy for achalazia,
laparoscopic splenectomy, laparoscopic appendectomy, laparoscopic left colectomy,
laparoscopic right colectomy, laparoscopic total colectomy, laparoscopic rectopexy for rectal
prolapse, laparoscopic hernia repair, dan lain-lain (Dulucq, 2005).
102
Kolesistektomi
Kolesistektomi terbuka merupakan tindakan pembedahan abdomen yang besar,
dimana ahli bedah mengambil kandung empedu melalui irisan panjang 10-18 cm.
Kolesistektomi terencana pertama dilakukan oleh Karl Lungenbach dari Jerman pada tahun
1882. Lebih dari satu abad, kolesistektomi terbuka menjadi standar pengelolaan kolelitiasis
simtomatis. Pasien biasanya harus menginap di rumah sakit untuk beberapa hari dan
membutuhkan pemulihan beberapa hari di rumah (Wikipedia, 2009b).
Laparoskopi kolesistektomi pertama dilakukan oleh Phillipe Mouret tahun 1987.
Banyak ahli bedah kemudian berusaha mencoba teknik baru ini. Awalnya banyak operasi
yang didorong oleh permintaan yang kuat dari masyarakat dan didukung oleh perusahaan
komersial (MacFadyen, 2004). Pada saat ini, kolesistektomi per laparoskopi merupakan
metode pilihan (Leo et al., 2006; Schietroma et al., 2004) dan menjadi gold standart
pengelolaan kolelitiasis simtomatis (Tayeb et al., 2005). Bedah laparoskopi mempunyai
beberapa keuntungan antara lain pasien cepat pulih, sedikit nyeri, dan lebih cepat kembali
bekerja (Vittimberga, 1998). Bedah laparoskopi berhubungan dengan insisi kulit yang kecil
sehingga membuat kondisi setelah operasi lebih menyenangkan bagi pasien (Schietroma et
al., 2004).
Teknik ini memberikan banyak keuntungan yaitu meningkatkan pemulihan pasien
dengan mengurangi nyeri, waktu tinggal di rumah sakit lebih pendek, dan lebih cepat
kembali ke aktivitas harian yang normal (Vittimberga et al., 1998; MacFadyen, 2004; Tayeb
et al., 2005; Leo et al., 2006). Bedah laparoskopi berhubungan dengan insisi kulit yang
kecil, sehingga membuat kondisi setelah operasi lebih menyenangkan bagi pasien (Haris,
2008). Pendekatan ini juga lebih hemat bagi penyelenggara kesehatan (Schietroma et al.,
2004).
Prosedur
Laparoskopi kolesistektomi merupakan prosedur laparoskopi yang paling sering
dijalankan. Pada prosedur ini, instrumen 5-10 mm (seperti grasper, gunting, clip applicator)
dapat dimasukkan oleh ahli bedah ke dalam abdomen melalui trokar (pipa lubang dengan
pengunci agar gas karbon dioksida tidak keluar) (Wikipedia, 2009a).
103
Gambar 2.
Posisi trokar
104
Gambar 3.
PEMBAHASAN
Laparoskopi merupakan bedah minimally invasive yang memerlukan akses kecil
untuk mencapai daerah operasi. Prosedur ini menggunakan teknologi yang canggih,
sehingga memerlukan investasi yang cukup banyak dan operator yang berpengalaman,
serta tim perawat yang dapat memelihara peralatan dengan baik sehingga alat akan lebih
awet.
Teknologi laparoskopi telah banyak digunakan pada beberapa operasi, akan tetapi
belum banyak yang menjadikan laparoskopi sebagai standar untuk prosedur operasi. Pada
saat ini, standar laparoskopi telah digunakan pada operasi kolesistektomi. Standar
laparoskopi terus-menerus dikembangkan, sehingga dimasa yang akan datang diharapkan
laparoskopi akan dipilih sebagai standar prosedur operasi.
Keuntungan laparoskopi dapat berupa irisan kulit yang kecil sehingga dari segi
kosmetik akan menguntungkan pasien, rasa nyeri yang berkurang dibanding irisan lebar,
105
lama tinggal di rumah sakit lebih pendek sehingga pasien akan lebih cepat kembali
bekerja. Meskipun laparoskopi disebut sebagai minimally invasive bukan berarti
mempunyai resiko operasi yang minimal. Resiko operasi masih tetap seperti operasi
terbuka, mengingat dimungkinkan terjadi komplikasi laparoskopi.
KESIMPULAN
Laparoskopi merupakan prosedur operasi dengan teknologi canggih yang perlu
untuk lebih dikenalkan kepada masyarakat atau pasien dan keluarga. Laparoskopi memiliki
banyak keuntungan, sehingga patut dipertimbangkan sebagai pilihan utama pasien untuk
operasi tertentu. Laparoskopi diharapkan akan semakin berkembang di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Dulucq, J. L., 2005, Tips and Techniques in Laparoscopic Surgery, Springer, 1-243.
Haris, H. W., 2008, Surgery Basic Science and Clinical Evidence, Biliery System, Springer,
47: 911-943.
Leo, J., Filipovic, G., Krementsova, J., Norblad, R., and Sderholm, M., 2006, Open
Cholecystectomy for All Patients in the Era of Laparoscopic Surgery A Prospective
Cohort Study, BMC Surger, 6:1471-82.
MacFadyen, V., 2004, Laparoscopic Surgery of the Abdomen, Bruce, 71:115.
Schietroma, M., Cartel, F., Franchi, L., Mazzotta, C., Sozio, A., et al., 2004, A comparison of
Serum Interleukin-6 Concentrations in Patients Treated by Colecystectomy via
Laparotomy or Laparoscopy, Hepato-gastroenterology, 51:1595-99.
Scott-Conner, C. E.H.,
2006, The SAGES Manual Fundamentals
Laparoscopy,Thoracoscopy, and GI Endoscopy, Springer, 5-6.
of
Soper, N. J., Swanstrom, L. L, and Eubanks, W.S., 2004, Mastery of Endoscopy and
Laparoscopic Surgery, Lippincott Williams & Wilkins, 2-5.
Tayeb, M., Raza, S. A., Khan, M. R., and Azami, R., 2005, Conversion from Laparoscopic to
Open Cholecystectomy: Multivariate analysis of preoperative risk factors, 51:1720.
Vittimberga, F. J., Foley, D. P., Meyers, W. C., and Caller ,M. P., 1998, Laparoscopic Surgery
and the Systemic Immune Response, Ann Surg, 227: 32634.
Whelan, R. L., 2006, The SAGES Manual Perioperative Care in Minimally Invasive Surgery,
Springer, 69-71.
Wikipedia, 2009a, Laparoscopic surgery, The Free Encyclopedia,.
Wikipedia, 2009b, Cholecystectomy, The Free Encyclopedia.