Arsitektur Wahyu
Arsitektur Wahyu
Gambar. 1 Foto udara Lapangan merdeka tahun 1930 dengan peta Kunci Kota
(sumber : katalog BWS, 2000)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Rossi ( 1982) mengacu pada teori permanensi dan Poete dan Lavedan melihat
kota sebagai sejarah, yang terdiri atas dimensi waktu masa lalu, masa kini dari masa
mendatang. Teori Poete dijelaskan dalam Rossi ( 1982) mcnggunakan dasar
historical theory yang memfokuskan pada fenomena persistance (berlangsung secara
terus menerus atau dapat bertahan), Kebertahanan ini dihubungkan dengan
monumen, tanda- tanda fisik masa lampau yang terlihat pada lay out dari rencana
dasar kola.Kadangkala artefak ini bertahan dengan tidak berubah, berlangsung terus
dan di suatu waktu mereka menghilang dan hanya tinggal permanensinya pada
bentuk-bentuknya, tanda - tanda fisiknya atau berupa sisa yang ada pada lokusnya.
Oleh karena itu Rossi kemudian membuat rumusan tentang Man Made Object.
Antara lain dikatakan bahwa pembangunan kota mempunyai dimensi 'temporal' yaitu
dimensi masa lalu, kini dan yang akan datang dan pembangunan kota mempunyai
'Spatial Continuity' /kesinambungan spatial.
Dikatakan lebih lanjut oleh Rossi (1982) bahwa ditengah-tengah perubahan
suatu kota kita masih dapat menyaksikan kehadiran nilai-nilai lama di masa kini.
Nilai - nilai lama ini dapat kita saksikan dengan melihat elemen - elemen kota yang
ada yang mampu menghadirkan masa lalu kola tersebut, misalnya dari segi fasade,
Radjiman (2000) mengatakan bangunan tua mengekspresikan kesinambungan dan
simbolis dari keadaan permanensi "place without old building is like a person without
a memory", Setiap kota mempunyai sejarah yang menghubungkannya kepada asalusul. Tanda-tanda yang terlihat Juri sejarah tersebut dapat menentukan segi-segi
utama rupa kota, sedangkan untuk daerah baru mengikuti simbol-simbol yang
terlihat Juri kepribadian kota lama yang memberikan kontinuitas dan karakter pada
daerah baru.
Rossi (1982) mengatakan lebih lanjut, bahwa sekilas awal akan terlihat
bahwa permanensi memuat semua kontinuitas Juri urban artefak namun
kenyataannya ini tidak dominan, karena kenyataanya tidak ada sesuatupun yang
bertahan dalam suatu kota, Oleh karena itu dalam teori permanensi ini bisa
dikatakan dipergunakan untuk menerangkan urban artifak yang mempunyai
kekuatan dalam menerangkan suatu kola dengan melihat kola saat ini. Teori ini
menggunakan metode historis sebagai pembatasnya. Metode ini digunakan tidak
hanya untuk membedakan permanensinya saja, tapi untuk lebih memfokuskan
pengujian apakah kola itu selalu dapat diindikasikan dengan melihat perbedaan
waktu lalu dengan sekarang.
Papageogeon (1969) mengatakan dalam suatu kota vang mempunyai
sejarah, pasti memiliki historic urban cenlers yang merupakan kawasan atau bagian
kota yang memiliki nilai sejarah yang sampai saat ini masih tetap ada dengan bentuk
yang asli dan merupakan pembentuk struktur kota. Suatu elemen yang walaupun
dari sisi fungsi telah berubah namun bentuk aslinya tetap ada karena ini akan
mengkaitkan sejarah yang terdahulu yang membentuk kota. Setiap pemerintahan
pada setiap periode membawa bentukan wajah kota sendiri-sendiri yang memacu
perjalanan pertumbuhan kota dan elemen kola itu ikut menentukan nilai kota tadi.
Dengan demikian melihat dan menghuni kota tidak saja hanya dari wujud elemen
kota pada hari ini saja, tapi juga wujud nilai sejarah yang ikut hadir pada masa kini.
Melihat sejarahyang ada,berbagai macam bentuk-bentuk bangunan dan alam dapat
memberikan nilai sejarah yang muncul. Kita dapat melihat atau menemukan sejarah
kota dengan melihat unit-unit independendan komponen-komponen penting
perkotaan. Lebih lanjut dikatakan perubahan tersebut tidak berhenti tapi selalu
berdampak lanjut, sedangkan menurut Sudaryono (1996) perubahan elemen kota
yang ideal dijumpai pada kontinuitas/kemenerusan dari seluruh nilai-nilai lama dari
artefak perkotaan (walaupun ini sangat sulit dijumpai). Atau dengan kata lain
perubahan yang bersifat minor tetapi tidak secara keseluruhan. Dalam hasil
penelitian Utami, tahun 2001 dikatakan bahwa elemen dominan datum kota bisa
dilihat dari kontinuitas dan persistensinya datum perkembangan kota. Elemen
dominan ini dijadikan araban datum perkembangan kawasan yang sering menuntut
perubahan dan kemajemukan.
Collective memory sendiri menurut Riossi (1982) adalah segala sesuatu
khususnya menyangkut elemen fisik kota yang mampu memberikan kesan tertentu
atau mengingatkan pada pengamat akan suatu peristiwa tertentu baik secara visual
maupun non visual. Menurutnya the city is the theater of human events. Diperjelas
dalam buku yang diterbitkan oleh Badan Warisan Sumatera (BWS) bangunanbangunan yang mempunyai nilai histories adalah gudang penyimpanan memori
social yang menjadi sumber yang paling baik untuk menginteprestasikan
pengalaman masa lalu dan bangunan itu mempunyai kekuatan untuk
membangkitkan memori social visual.
BAB III
TINJAUN DAN MANFAAT PENELlTIAN
3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah mengkaji bangunan-bangunan
kolonial yang ada di sekitar Lapangan Merdeka untuk dapat memberikan kesan
collective memory yang dapat dijadikan elemen dominan dan araban dalam
perkembangan kawasan dan perkembangan kota Medan.
Sementara tujuan umum pada penelitian ini agar penelitian ini dapat
memberikan araban bagi perencanaan dan pengembangan kota Medan dengan
mengambil araban Lapangan Merdeka sebagai pusat kota dan awal berkembangnya
kota yang mempunyai nilai histories yang tinggi
3.2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan bagi kalangan akademis
khususnya dalam bidang perencanaan kota dan lingkungan baik bagi kalangan staf
pengajar maupun bagi mahasiswa. Selain itu dengan penelitian ini bisa bermanfaat
untuk pemerintah kota dalam rangka pengkajian kembali makna histories kota
Medan.
BAB IV
METODE PENELlTIAN
4.1 Materi Penelitian
Materi yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah blok plan
kawasan Lapangan Merdeka saat ini.Peta - peta ini akan bermanfaat untuk melihat
perletakan elemen - elemen dominan yang ada. Acuan data juga berasal dari datadata atau dokumen - dokumen bersejarah yang dapat memberi gambaran pada
masa lalu sampai sekarang dan disatu sisi gambar - gambar atau foto yang dapat
memperjelas gambaran bangunan - bangunan yang ada di Lapangan Merdeka.
4.2 Metode Penelitian
Penelitian dengan melihat obyek penelitian sebagai daerah amatan dan
melihat bangunan sebagai focus amatan secara langsung. Dalam hal ini bangunanbangunan di Lapangan Merdeka dijadikan obyek penelitian yang akan dieksplorasi
secara keseluruhan untuk mendapatkan hasil data berupa identifikasi elemen
bangunan. lni sangat berhubungan dengan melihat stimulus yang terjadi di tiap-tiap
bangunan dan dijadikan identifikasian awal. Penelitian collective memory melihat
bangunan dalam dua dimensi sebagai gambaran awal dan tiga dimensi sebagai
eksplorasinya yang difokuskan pada fasade bangunan dan elemen bangunan. Ada
beberapa elemen yang akan dianalisa berdasarkan bentuk bangunannya namun
hanya sebagai penjelas analisa saja (dalam hal ini terkait peranan dominan dengan
menggunakan konsep bentuk bangunan). Dari data eksplorasi kondisi kota yang
kemudian diidentifikasi berdasarkan kelompoknya masing-masing dan dianalisa
dengan teori yang ada akan memunculkan hasil analisa berupa stimulus collective
memory pada bangunan di Lapangan Merdeka dan sekitarnya.
4.3 Proses Penelitian
(1)Study Dokumen
Mempelajari dokumen - dokumen bersejarah berupa tulisan - tulisan maupun
foto-foto yang dapat menggambarkan keadaaan Lapangan Merdeka dari waktu ke
waktu dengan tinjauan elemen pembentuknya. Tulisan dan foto selain diperoleh dari
literture cetakan juga dilakukan pencarian ke situs - situs yang ada untuk mencari
data sebanyak-banyaknya yang berfungsi sebagai cross ceck atas data terdahulu.
Studi dokumen ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran awal terjadinya kota
Medan khususnya Lapangan Merdeka dan sekitarnya sebagai pusat kota saat ini.
Selain itu juga mencari informasi tentang bangunan-bangunan yang berfungsi
sebagai elemen dominan melalui tahun pembangunan, fungsi pada saat
pembangunan dan fungsi sekarang ini.
(2) Studi Lapangan
Studi Lapangan ini dilakukan dengan cara :
(a) Wawancara
Dilakukan kepada orang - orang yang mampu memberikan informasi/data
baik dari instansi maupun orang awam dengan tetap berdasarkan sumber tertulis
yang ada. Dengan wawancara dari beberapa sumber dan dilakukan cross check yang
diharapkan dapat saling memperkuat data tertulis yang ada. Wawancara yang
dilakukan untuk mendapatkan informasi seperti pacta studi dokumen dengan
menggunakan metode cross nara sumber (ini untuk memperkuat wawancara yang
dihasilkan).
(b)Observasi
Dilakukan untuk mendapatkan data fisik tentang elemen - elemen pembentuk
bangunan yang dapat dijadikan analisa awal collective memory pada bangunan dan
juga pada kawasan.
Dalam observasi dilakukan pengambilan gambar dari lapangan dengan
mempertimbangkan dari segi fasade, perspektif maupun detil-detil bangunan yang
mampu memberikan data bagi pengidentifikasian elemen bangunan dan juga
pengidentifikasian bangunan-bangunan yang ada, dilakukan pengidentifikasian
berdasarkan style bangunan yaitu kolonial Belanda, Kolonial Inggirs dan bangunan
baru yang dibangun dengan style local dan dibangun bukan pada masa kolonial.
Observasi juga dilakukan sebagai cross ceck atas data awal yang dapat dan
literature atau data terdahulu yang dijadikan pertimbangan dalam penelitian ini.
BAB V
HASIL DAN PEMBARASAN
5.1 Bangunan-Bangunan Kolonial di Lapangan Merdeka
Perkembangan kota Medan ditentukan keberhasilan Labuhan Deli sebagai
daerah pekebunan yang dikenal dengan perkebunan Tembakau Deli. Diakhir abad
ke19 Labuhan Deli sudah tidak nyaman lagi sebagi pusat perkebunan karena selain
posisinya tidak berada di tengah perkebunan yang acta saat itu juga karena
pertimbangan posisi tanah dengan ketinggian air taut. Dari alasan ini cikal bakal kota
Medan yang saat itu masih bagian dari kampung kecil yang dikenal dengan Kampung
Medan Putri menjadi berkembang pesat khususnya di Kesawan. Dalam bukunya
yang berjudul Sejarah Medan Tempo Doeleo, Luckman Sinar mengatakan bahwa
Kesawan berasal dari kata "Kesawahan", pergi kesawah. Tulang punggung tata kota
Medan mulai terbentuk pada 1880-1n dan jejak-jejak fisiknya sampai saat ini masih
ada. Para pemilik perkebunan dan swasta Cina yang membuat Medan berkembang
pesat melalui serangkaian interkasi yang bergolak, sementara pihak adminstrasi
Belanda hanya sebagai lapisan kedua dalam perkembangan kota.
Menurut Cor, Passchir, 1995, cikal bakal grid kota Medan dipengaruhi oleh
keberadaan perkebunan Deli yang berkembang pesat di akhir abad ke-19. Berbagai
fasilitas dibangun sebagai pusat administrasi Perkebunan Deli di daerah Kesawan
Kondisi bangunan bangunan yang ada disekitar Lapangan Merdeka jika dipetakan
adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
Bangunan
Kondisi
Lama Baru
Fungsi
Berubah Tetap
lokal
Bentuk
Kolonial Kolonial
Inggris Belanda
Kantor pos
BCA
Kantor BCA
Kantor ET dkk
Bank Niaga
Sta. KA
Titi Gantung
Bank Mandiri
1
Bank Panin
Asuransi
Jasindo
London
Sumatera
Bank Mandiri
2
Kantor
Perkebunan
Kantor
Perpakiran
Kantor
Perkebunan
Bank Mandiri
3
Balai Kota
Bank
Indonesia
Hotel Dharma
Deli
Tabel 1. Identifikasi Bangunan di sekitar lapangan merdeka
(sumber : data lapangan, 2003)
Melihat tabel dan blok plan di atas bisa dikatakan dari sejumlah elemen fisik yang
ada di Lapangan Merdeka atau dari 19 jenis pengelompokan bangunan ada 12
elemen fisik yang bertahan dari fungsi atau bentuknya. Ini memperlihatkan kesan
collective memory masih sangat kental dan sangat penting dilakukan untuk dijadikan
pertimbangan dan juga arahan dalam pertimbangan perencanaan Lapangan Merdeka
selanjutnya.
5.2 Hasil temuan dan kajian Collective memory
5.2.1 Kantor Pos
Terletak di jalan Balai Kota dengan arsitek bernama SNUYF yang di bangun tahun
1909.Kantor Pos yang ada di Medan menggunakan style kolonial Belanda dengan
tower segi enam diatasnya.
Atap pada bangunan Kantor Pos ada dua jenis yaitu atap local dengan bentuk segi
enam yang dipadu dengan tower dan dilengkapi dengan dormer pada atap tower dan
atap dengan jenis gevel pada atap yang menghadap ke sisi lain. Kedua jenis atap ini
mengadopsi bentukan dari kolonial Belanda yang diakulturasi dengan elemen local.
10
London Sumatera sebagai salah satu landmark yang ada di pusat kota Medan
karena mempunyai karakteristik yang berbeda dengan bangunan-bangunan
disekitarnya walaupun dari segi bentukan sama dengan bangunan lain. Gedung ini
mempunyai skala yang sangat besar dan bentuknya unik dengan bentuk segi tiga
yang diletakkan di simpang jalan. Entranse menghadap ke simpang jalan.
Bukaan-bukaan yang ada menunjukkan bentukan kolonial dengan
penyempitan di arah samping dan pelebaran ke arah alas dengan tujuan
pengurangan intensitas matahari dan angin yang datang ke arah bangunan tersebut.
Jenis atap yang digunakan merupakan penggabungan atap tag dan
penggunaan gevel di entrance utamanya. Berbeda dengan bangunan yang lain
gedung ini banyak menggunakan bukaan yang diletakkan di setiap lantai dengan
irama yang sering. Ini menjadi ciri khas tersendiri bagi gedung yang sekarang ada
perubahan fungsi yang tidak terlalu significant.
5.2.3 Bank Mandiri
Bangunan Bank Mandiri di sekitar Lapangan Merdeka ada tiga tempat. Namun
yang mengunakan bangunan lama tanpa melakukan perubahan bentuk secara
significant yang terletak di jalan Balai Kota.
11
Style yang digunakan pada bangunan Bank Mandiri adalah kolonial Belanda
dengan penggunaan elemen atau detil bangunan keseluruhan menggunakan
bentukan kolonial termasuk dalam hal ini bentuk bukaan yang tinggi serta
menyempit ke samping. Berbeda dengan bukaan pada bangunan lain di bangunan
Bank Mandiri tidak dibagi datum bukaan-bukaan kecil tapi langsung satu bukaan di
liar ketinggian lantai.
Elemen kolom cukup menonjol dengan bentukan kolonial yaitu penggunaan
kolom yang dimensinya besar yang mencerminkan kekuasaan kolonial saat itu. Ini
seperti bangunan-bangunan kolonial yang berfungsi penting di Jawa misalnya kantor
residen atau gedung-gedung pertemuan. lni menunjukkan bangunan ini sepenuhnya
melayani masyarakat kolonial saat itu.
Penggunaana atap daag merupakan pencerminan bentulkan kolonial dari style
Eropa dun dipadu dengan penggunaan gevel di bagian samping merupakan bentukan
kolonial Eropa. Gevel digunakan pada bagian samping bangunan karena posisi
gedung ini yang strategis terletak di simpang jalan atau dipertigaan jalan yang
menghubungkan jalan Balai Kota dan lorong ke dalam.
5.2.4 Balai Kota
Kanlor Balai Kota terletak di Jalan Balai Kota dibangun tahun 1908 dan
direkomendasikan tahun 1923 dengan desainnya oleh Bito Amitek Hulswit. Bangunan
ini masih tetap fungsinya sampai saat ini hanya perubahan nama yang dahulu
bernama Gemeentehuis.
12
13
Bentukan Kereta api tidak terlalu berbeda dengan kota-kota lain yaitu
memanjang dan elemen bukaannya sangat banyak. Hal ini terkait dengan fungsi
stasiun yang banyak menampung penumpang dan mengadopsi bentuk kereta api
yang memanjang. Elemen yang berbeda dengan stasiun yang lain adanya
penonjolan di bagian depan gedung berupa bukaan yang cukup besar dan dilengkapi
dengan kaca sehingga pengguna bisa melihat ke bahwah ataupun keluar dan juga
adanya elemen jam.
Gambar 16, Jam yang terdapat di Luar stasiun
(sumber : data lapangan)
14
15
bentuk. Dalam waktu beberapa bulan ini di Lapangan Merdekanya sendiri mengalami
beberapa perubahan yang sangat mengganggu keberadaan Lapangan Merdeka
sebagai lokus bersejarah dengan penambahan elemen baru, yaitu adanya panggung
dengan bentuk Melayu dari kumpulan kios buku pindahan dari titi gantung. Hal ini
sangat merusak kesan yang ada.
Dari kedua gambar diatas nampak jelas bahwa kedua jalan ini masih
mempunyai kesan yang sangat kuat terhadap masa lalunya yaitu pemerintahan
kolonial Belanda dengan mendapat perpaduan bentuk local dan Cina. Bentukan atap
yang menggunakan dormer, gevel dan juga pada jalan pemuda di sudut simpang
menggunakan tower segi enam yang sangat menarik.
Bukaan-bukaan jendela yang ada menggunakan bentukan kolonial yang
sudah dipadu dengan bentukan local dan disesuaikan dengan iklim tropis, bentuk
kolonial dengan bukaan yang tinggi dan menyempit menjadi ciri khas bangunanbangunan yang ada di kedua jalan tersebut.
Pada dan lorong jalan ini sebagian besar bangunan-bangunan yang ada masih
mempertahankan bentuk aslinya. Perubahan terjadi hanya pada fungsi bangunan
16
karena sudah tidak relevan lagi dengan masa sekarang. Di jalan Pemuda beberapa
bangunan tidak digunakan dan dibiarkan kosong dalam waktu cukup lama.
Di jalan Abmad Yani bangunan-bangunan mendapatkan perpaduan bentukan
dari Cina karena pada masa lalu jalan Pemuda dikuasai milioner Cina yang benama
Tjong A Fie yang salah satu rumahnya masih berdiri megah di jalan Pemuda.
17
5.11
Sejarah satu sangat bermanfaat bagi masa yang akan datang berhubungan
dengan identitas lokasi tersebut yang dapat bermanfaat sebagai salah satu arahan
dalam perencanaan dan perancangan elemen berikutnya. Seperti dikatakan Utami,
2001, elemen dominan dalam hal ini bangunan dan lokasi yang mempunyai tingkat
kontinuitas yang tinggi dapat dijadikan salah satu kaca mata dalam melihat
perkembangan suatu kota dan untuk perencanaan ke depan. Ini dilakukan agar
untuk lokasi-lokasi di dalam kota yang mempunyai karakter khusus bisa
dimanfaatkan tanpa harus meninggalkan kebutuhan masa depan. Jika dalam
pelaksanaan teryata membutuhkan adanya suatu pembongkaran akreca sudah tidak
layak dalam arti bangunan atau elemen fisik ini lebih bersifat patologis, agar bisa
mengambil arahan pemakaian elemen bangunan yang sudah ada di dalam kawasan
tersebut.
Demikian juga dengan bangunan-bangunan yang ada di Lapangan Merdeka,
perlu adanya satu perhatian tersendiri agar nilai historiesnya tidak hilang termakan
oleh bangunan-bangunan baru yang tidak memperhatikan elemen-elemen
dominannya.Misalnya terjadi pembongkaran karena alasan yang sangat tepat
(misalnya bangunan rusak atau akan runtuh) perlu dipertimbangkan pendirian
bangunan berikutnya mengikuti pola arahan atau bahkan dijadikan replica bangunan
yang hancur dengan fungsi yang berbeda dan maintenance yang lebih bisa diterima
masyarakat sekarang. Hal di atas perlu dilakukan agar nilai-nilai historisnya tidak
hilang dan kesan collective memory tetap ada.
Adapun elemen-elemen dominan yang bisa dijadikan arahan antara lain
bentukan atap dengan penggunaan dolmer, gevel ataupun tower yang bisa
disesuaikan dengan kondisi arsitektur saat ini dan masa mendatang. Selain itu
karakter yang ada harus mencerminkan kekuatan suatu pemerintahan. Bukaanbukaan dengan bentuk kolonial yang dipadu elemen local juga sebagai salah satu
kesan kuat pada bangunan kolonial di kota Lapangan Merdeka dan juga generalisasi
bentukan elemen kolonial di Indonesia.
18
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
Lapangan Merdeka sebagai salah satu lokasi di kota Medan yang mempunyai
karakter yang sangat kuat khususnya dalam hal ini adalah bentukan kolonial perlu
dilakukan pertimbangan dalam perencanaan dan pengembangan di masa
mendatang. Pertimbangan ini terkait dengan sudah banyak bangunan-bangunan
baru yang mulai merusak kesan sejarah di lokasi ini. Hal ini akan meusak cerita yang
bisa dibaca dari visual bangunan untuk generasi mendatang.
Ada baiknya jika perlu dilakukan penataan kembali dan pengkajian kembali
bangunan-bangunan baru yang ada. Ini dimaksudkan agar Lapangan Merdeka
sebagai bagian dan kawasan bersejarah bagi Kota Medan menjadi hilang tanpa
adanya arahan sebagai identitas diri.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin, Sandi, 1990. The Architecture Of A City In Development. Bandung :
Katholieke Universiteit Leuven
Darban, Ahmad Adaby, 2000. Sejarah Kauman, Menguak Identitas Kampung.
Tarawang, Yogyakartan :Muhammadiyah.
Daroko, Atyanto, 2000. Mata Kuliah Perumahan Urban. Yogyakarta : Program Studi
Teknik Arsitektur, Universitas Gadjah Mada.
Departemen P&K, 1999. Inventarisasi Bangunan Kolonial Di Magelang. Magelang :
[s.n]
Dinas Pariwisata Kota Magelang, 2000. Magelang Tempo Dulu. Magelang : [s.n]
Djuliati, 2000. Eksploitasi Kolonial Abad XIX, Kerja Wajib Di Keresidenan Kedu 18001890. Yogyakarta : Yayasan Untuk Indonesia Yogyakarta.
Handinoto, 1996. Perkembangan Kota Dan Arsitektur Kolonial Di Surabaya 18701940.Yogyakarta : Andi Offset
Handinoto; Soehargo, H Paulus, 1996. Perkembangan Kota Dan Arsitektur Kolonial
Belanda Di Malang.Yogyakarta : Andi Offset.
Moehkardi, 1988. Catatan Bahasan Atas Makalah Drs.Soekimin Adiwiratmoko
"Penelususran Nama Don Hari Lahir Kota Magelang". Magelang Nessel :
[s.n]
Nessel Van Lissa, 1930. Vit Het Verleden Van. Magelang: [s.n]
Papageorgeou, Alexander, 1969. Continuity And Change. New York: Praeger
Publishers,
Pemerintah daerah Kota Magelang, 1998. Hari Jadi Kota Magelang.
Rapoport, Amos, 1982, The Meaning Of The Built Environment. New Delhi : Sage
Publications.
19
20