Anda di halaman 1dari 84

Laporan Pendahuluan Hernia

A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Hernia inguinal adalah menonjolnya isi suatu rongga yang melalui anulus inguinalis yang
terletak di sebela lateral vaso epigastika inferior menyusuri kanal inguinal dan keluar ke rongga
perut melalui anulus inguinalis eksternus (Mansjoer, 2000).
Hernia Inguinal adalah keluarnya sebagai usus melalui kanalis (tempat dimana testis turun dan
skrotum) (Warsuda, 1996).
Hernia Inguinal adalah menonjolnya suatu organ atau struktur oragn dari tempatnya yang normal
melalui sebuah detek konginital (Long, 1996).
Adapun macam-macam Hernia
a. Inguinalis Indirect
Batang usus melewati cincin abdomen dan mengikuti saluran sperma masuk kedalam kanalis
inguinalis.
b. Inguinalis direct
Batang usus melewati dinding inguinal bagian posterior
c. Femoral
Batang usus melewati femoral ke bawah kedalam kanalis femoralis
d. Umibilikal
Batang usus melewati cincin umbilikal
e. Insicional
Batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan perut yang lemah. (Barbara.C. Long,
1996 : 119 )
2. Etiologi
Hernia inguinal dapat terjadi kongenetal atau karena ukuran testis lebih besar dari ukuran
ovarium (Jacobs, 1998).
Hal yang mengakibatkan hernia adalah:
a. Kelemahan Abdomen
Lemahnya dinding abdomen bisa disebabkan karena cacat bawaan atau keadaan yang didapat
sesudah lahir dan usia dapat mempengaruhi kelemahan dinding abdomen (semakin bertambah
usia dinding abdomen semakin melemah).
b. Peningkatan Tekanan Intra Abdomen
Mengangkat benda berat, batuk kronis kehamilan, kegemukan dan gerak badan yang berlebih.
c. Bawaan sejak lahir
Pada usia kehamilan 8 bulan terjadi penurunan testis melalui kanalis inguinal menarik peritoneus
dan disebut plekus vaginalis, peritoneal hernia karena canalis inguinal akan tetap menutup pada
usia 2 bulan.

3. Manifestasi Klinis

Nyeri mendadak pada tempat hernia

Nyeri abdomen genetalisata

Terjadi pada bagian proksimal dan sering terletak di umbilikus

Mual muntah

Hernia bertambah besar

Hernia tegang, nyeri tekan.

(Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III)


4. Patofisiologi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus bulan kedepapan kehamilan terjadi.
Densdensus testiculorum melalui kanalis tersebut. Penurunan testis itu akan menarik peritonium
yang disebut dengan prosesus vaginalis peritoneal.
Bila bayi lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obiterasi sehingga isi perut tidak dapat
melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup karena testis turm
lebih dulu dari yang kanan, maka kanals inguinalis kanan lebih sering terbuka.
Pada orang tua klanaly 1 hari telah menutup, namun karena daerah itu merupakan lobus minosy
resistance maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdominal meningkat benda
berat, mengejan saat defekasi dan mengejan pada saat miksi, menjdi akibat hipertrasi prostal.
(Mansjoer, 2000).
Hernia bisa juga terjadi karena hasil dari adanya difek (lubang, bisa terjadi karena kelainan
kongenital. Biasanya hernia bersifat kongenital dan disebabkan oleh kegagalan penurupan
procesus vaginalis (kantong hernia). Hernia ini bisa juga terjadi karena kelemahan otot pada
dinding abdomen dan adanya peningkatan tekanan intra abdomen disebabkan oleh kehamilan
kerja keras mengejan pada waktu BAB dan miksi, batuk menahun. Hernia bisa terjadi jika
terdapat defek tersebut dan adanya tekanan intra abdominal.
5. Test Diagnostik

Foto Rontgen dengan barium

Pemeriksaan Hb, Ht, leukosit

Intelografi

Limfodenopati inguinal, Lihat apakah ada infeksi pada daerah hernia. Kadang
benjolannya dapat dimasukkan.

Testis ektropit yaitu testis masih berada di kanals inguinalis.

6. Komplikasi

Ileus

Terjadi peningkatan antara isi hebura dengan dinding kartona hernia, sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali.

Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat makin bertambah/banyaknya usus yang
masuk.

Bila inkonserata dibiarkan makan akan timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis.

(Kapita Selekta kedokteran)


7. Penatalaksanaan
Pada inespoutabilitas, maka diusahakan agar isi hernia dimasukkan kembali. Pada penderita
istirahat baring dan dipuasakan atau mendapat diit haus herniatomi (memotong hernia, hernioroti
(menjahit kantung hernia) tetapi disritmik adalah pembedahan, kantung hernia tidak pevil di
eksisi tetapi cukup dikembalikan ke dalam rongga perut (Kapita Selekta Kedokteran Edisi II,
1994).
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian Data Dasar
Data dasar adalah dasar untuk mendelegasikan rencana asuhan keperawatan, mengembangkan
dan memperbaiki sepanjang waktu asuhan keperawatan untuk klien. Pengumpulan data harus
berhubungan dengan masalah kesehatan tertentu dengan kata lain data pengkajian harus relevan
(Perry Potter, 2005).
Dari data dasdar terdiri dari riwayat kesehatan keperawatan dimana kesehatan keperawatan
merupakan data yang dikumpulkan tentang tingka kesejahteraan klien (saat ini dan masa lalu)
riwayat keluarga, perubahan dalam pola kehidupan, riwayat sosial budaya, kesehatan spiritual
dan reaksi mental serta emosi terhadap penyakit. Riwayat keperawatan dikumpulkan selama
wawancara dan merupakan langkah pertama dalam melakukan pengkajian. (Perry Potter, 2005).
Riwayat keperawatan terdiri dari:

a. Riwayat kesehatan saat ini


Perawat menentukan kapan gejala mulai timbul. Apakah gejala timbul, perawat juga
menanyakan tentang durasi gejala, perawat mencatatkan informasi spesifik seperti: letak,
intensitas dan kualitas gejala.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Informasi yang dikumpulkan tentang riwayat kesehatan masa lalu memberikan data tentang
pengalaman perawatan kesehatan klien. Perawat mengkaji apakah klien dirawat di rumah sakit
atau pernah mengalami operasi. Juga penting dalam merencanakan asuhan keperawatan dalam
mendiskripsikan tentang alergi, termasuk reaksi alergi terhadap makanan, obat-obatan atau pauta.
Perawat juga mengindentifikasi kebiasaan dan pola gaya hidup.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Tujuan dari riwayat keluarga adalah untuk mendapatkan data tentang hubungan keluarga
langsung dan hubungan darah. Sasarannya adalah untu menentukan apakah klien beresiko
terhadap penyakit-penyakit yang bersifat genetik atau famtikal dan untuk mengidentifikasi area
tentang promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Riwayat keluarga juga memberikan
informasi tentang struktur keluarga, interaksi dan fungsi yang mungkin berguna dalam
merencanakan asuhan.
d. Riwayat kesehatan lingkungan
Riwayat lingkungan memberikan data tentang lingkungannya rumah klien dan segala sistem
pendukung yang anggota keluarga atau klien dapat digunakan. Riwayat lingkungan misalnya
mengidentifikasi pemasukan poluta yang dapat mempengaruhi kesehatan, tingkat kriminalitas
pemasukan poluta yang dapat mempengaruhi kesehatan, tingkat, jalan-jalan kriminalitas yang
tinggi sehingga menghambat klien untuk berjalan-jalan sekitar rumah dan sumber yang dapat
membantu klien dalam kembali ke komunitas.
e. Riwayat Psikososial
Riwayat psikososial yang lengkap mewujudkan siapa sistem pendukung klien, termasuk
pasangan, anak-anak, anggota keluarga lain atau teman dekat. Riwayat psikososial termasuk
informasi tentang cara-cara yang biasanya klien dan anggota keluarga gunakan untuk mengatasi
stress.
f. Riwayat Kesehatan Spiritual
Pengalaman hidup dan kejadian hidup membentuk spiritualitas seseorang perawat meninjau
dengan klien tentang keyakinan mereka mengalami kehidupan. Sumber mereka untuk pemandu
dalam 2mengalami keyakinan mereka dan hubungan yang mereka miliki dengan anggota
keluarga dalam menjalani kepercayaan mereka.

(Perry Potter, 2005)


Sumber-sumber Data
Data didapatkan dari klien, keluarga, teman dekat, anggota tim perawatan kesehatan, catatan
kesehatan, pemeriksaan fisik, hasil dari pemeriksaan doguester dan laboratorium dan literatur
medis atau keperawatan yang berkaitan pengalaman perawat sendiri tentang tipe klien yang
serupa adalah saat jumlah data bertambah. Setiap sumber memberikan informasi tentang tingkat
kesejahteraan klien. Prognosis yang diantisipasi, faktor-faktor resiko praktik dan tujuan
kesehatan pola kesehatan dan penyakit juga informasi yang relevan terhadap kebutuhan
perawatan kesehatan klien.
a. Klien
Pada kebanyakan klien adalah sumber informasi yang terbaik. Klien juga sadar (orientasi baik)
dan menjawab pertanyaan secara tepat dapat memberikan informasi yang akurat menunai
persepsi tanda dan perubahan dalam aktifitas sehari-hari.
b. Keluarga dan orang terdekat
Keluarga dan orang terdekat dapat diwawancarai sebagai sumber primer informasi tentang bayi
dan anak-anak dan klien yang sakit kritis cacat mental, disorientasi atau klien tidak sadar pada
kasus penyakit berat atau situasi darurat kelaurga menjadi satu sating sumber data.
c. Keluarga dan teman dekat juga merupakan sumber penting artinya melibatkan mereka dalam
pengkajian bila mungkin. Sering kali pasangan atau teman dekat selama pengkajian dan
memberikan pandangan mereka tentang masalah atau kebutuhan kesehatan klien.
d. Anggota tim perawatan kesehatan
Tim perawat kesehatan terdiri dari dokter perawat profesional kesehatan lain dan petugas non
profesional yang bekerja dalam lingkungan pelayanan kesehatan karena pengkajian merupakan
proses yang berkelanjutan maka perawat harus berkomunikasi dengan anggota tim perawat
kesehatan lain termasuk ahli terapi fisik, pekerja sosial dan anggota kesehatan komunitas dan
penasehat spiritual.
e. Catatan medis
Catatan medis klien saat ini dan masa lalu dapat menguatkan ionformasi tentang pola keseatan
dan pengobatan masa lalu atau memberikan informasi baru dengan menirual catatan medis.
Perawat dapat mengidentifikasi penyakit dan riwayat terhadap pengobatan sebelumnya
Pola fungsional yang digunakan yaitu pola fungsional menurut Virginia Handerson karena teori
keperawatan Virginia Handerson mencakup seluruh kebutuhan dasar seseorang manusia.
Mendifinisikan sebagai:
Membantu individu yang sakit dan yasng sehat dalam melaksanakan aktivitas yang memiliki

kontribusi terhadap kesehatan dan penyembuhan dimana individu tersebut pmampu mengerjakan
tanpa bantuan bila memiliki kekuatan, kemauan dan pengetahuan yang dibutuhkan dan hal ini
dilakukan dengan cara membantu mendapatkan kemandiriannya secara tepat.
14 kebutuhan dasar Handerson memberikan kerangka ketiga dalam melakukan asuhan
keperawatan (Handerson, 1966).
a. Bernafas dengan normal
Bantuan yang dapat diberikan kepada klien oleh perawat adalah membantu memilih tempat tidur,
kursi yang cocok serta menggunakan bantal, alas dan sejenisnya agar dapat bernafas dengan
normal dan kemampuan mendomonstrasikan dan menjelaskan pengaruhnya terhadap klien.
b. Kebutuhan akan nutrisi (maklanan dan minum cukup)
Perawat harus mampu memberikan penjelasan mengenai tinggi dan berat badan yang normal.
Kebutuhan nutrisi yang diperlukan pemilihan dan penyediaan makanan. Pendidikan kesehatan
akan berhasil apabila diperhatikan latar belakang kultural dan sosial klien untuk ibu perawat
harus mengetahui kebiasaan, kepercayaan klien terhadap nutrisi.
c. Kebutuhan Eliminasi
Perawatan dasarnya meliputi semua pengeluaran tubuh. Perawat harus mengetahui semua
saluran pengeluaran dan keadaan normalnya. Jarak waktu pengeluaran dan frekuensi
pengeluaran yang meliputi keringat, udara yang keluar saat bernafas.
d. Gerak dan Keseimbangan Tubuh
Perawat harus mengetahui tentang prinsip keseimangan tubuh miring dan saat bersandar. Artinya
perawat harus bisa memberikan rasa nyaman dalam semua posisi dan tidak membiarkan
berbaring terlalu lama pada satu posisi. Perawat harus bisa melindungi pasien selama sakit
dengan berhati-hati saat memindahkan dan mengangkat.
e. Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Istirahat dan tidur sebagian tergantung pada relaksasi otot. Untuk itu perawat harus mengetahui
tentang pergrakan tubuh yang baik. Disamping itu juga dipengarui oleh emosi (stress) dimana
stress merupakan keadaan normal dari aktivitas.
f. Kebutuhan berpakaian: berpakaian dan melepaskan pakaian
Perawat dasarnya meliputi membantu klien memilih pakaian yang tepat dari pakaian yang
tersedia dan memantu untuk memakainya. Perawat tidak boleh memaksakan klien.
g. Mempertahankan temperatur tubuh dalam rentang normal

Perawat harus mengetahui physiologi panas dan bisa mendorong ke arah tercapainya keadaan
panas maupun dingin dengan mengubah temperatur kelembaban/pergerakan udara (dengan
memotivasi klien untuk meningkatkan atau engurangi aktivitasnya.
h. Kebutuhan akan personal hygiene (menjaga tubuh agar tetap bersih dan rapi) klien harus
disediakan fasilitas-fasilitas perawatan dan bantuan perawat sangat dibutuhkan untuk
membersihkan kulit, rambut, kuku, hidung, mulut dan giginya. Konsep mengenai kebersihan
berbeda tiap klien tetapi tidak perlu menurunkan hanya karena sakit.
i. Kebutuhan rasa aman dan nyaman (menhindari bahaya dari lingkungan)
Dalam keadaan sehat seseorang bebas mengontrol keadaan sekelilingnya. Mengubah keadaan itu
bila beranggapan sudah tidak cocok lagi. Jika sakit sikap tersebut tidak dilakukan. Ketidaktahuan
dapat menimbulkan kekhawatiran yang tidak perlu baik dalam keadaan sehat maupun sakit.
j. Berkomunikasi dengan orang lain dan mengekspresikan emosi, kerugian rasa takut dan
pendapat.
Kerugian, rasa takut dan pendapat dalam keadaan sehat tiap gerakan emosi nampak pada
ekspresi fisik. Bertambahnya cepat denyut jantung pernafasan/muka yang mendadak merah di
rifrerpresika sebagai pernyataa jiwa/emosi. Perawat mempunyai tugas yang kompleks baik yang
bersifat pribadi maupun yang menyangkut keseluruhan personalitas adalah hubungan klien
dengan tim kesehatan lain dalam memajukan kesehatannya.
k. Kebutuhan spiritual (beribadah menurut keyakinan)
Dalam memberikan perawatan dalam situasi apapun, kebutuhan spiritual klien harus dihormati
dan perawat harus membantu dalam pemenuhan kebutuhan itu apabila sewaktu sehat melakukan
ibadah agama merupakan faktor penting bagi seseorang. Kepercayaan dan agama berpengaruh
terhadap upaya penyembuhan.
l. Kebutuhan Bekerja
Dalam perawatan dasar maka penilaian terhadap interpretasi terhadap kebutuhan klien adalah
sangat penting. Sakit akan lebih ringan apabila seseorang dapat terus bekerja. Rasa keberatan
terhadap terang, bedrest didasarkan pada peningkatan perasaan tidak berguna karena tidak aktif.
m. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Seringkali keadaana sakit menyebabkan seseorang kehilangan kesempatan menikmati variasi dan
kurang segan serta rekreasi. Untuk itu perlu dipilihkan adanya aktifitas sampai dipengaruhi oleh
jenis kelamin, umur, kecerdasan, pengalaman dan selama klien, kondisi serta keadaan penyakit.
n. Kebutuhan belajar, mengguit/memuaskan serta keingintahuan yangh mengacu pada
perkembangan kesehatan

Bimbingan, latihan/pendidikan merupakan bagian dari pelayanan dasar. Fungsi perawat adalah
membantu kliend belajar dalam mendorong usaha penyembuhan dan meningkatkan kesehatan.
(Perry Potter, 2005)
Fokus Pengkajian
Selama pengumpulan data riwayat, perawat menanyakan tentang tanda dan gejala yang dirasakan
oleh pasien. Apakah pasien mengalami nyeri pada daerah perut bagian bawah? Kapan rasa nyeri
timbul? Apakah pernah ada riwayat sakit seperti ini sebelumnya? Apakah pernah melakukan
pembedahan sebelumnya? Faktor pekerjaan seperti apa yang sering dilakukan misalkan bekerja
terlalu berat, sering mengejan.
Tanda yang diketahui selama pemeriksaan fisik mencakup nyeri tean abdomen, adanya luka
insisi, perubahan warna, turgor kulit dan tidak adanya gangguan.
Lamanya waktu dimana gejala saat ini hilang dan metode yang digunakan oleh pasien untuk
mengatasi gejala, serta efeknya juga diindentifikasi.
(Brunner & Suddarth, 2002)
Menurut Doengoes 2000 terdapat data:
a. Aktivitas
Gejala : Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk yang terlalu lama.
Tanda : Atrosi otot pada bagian tubuh yang terkena gangguan dalam benjolan.
b. Eliminasi
Gejala : Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi.
c. Integritas ego
Gejala : Ketakutan akan timbulnya paralitik, ansietas masalah pekerja finansial keluarga.
Tanda : Cemas, depresi, menghidar dari keluarga.
d. Neurosensori
Gejala : Kesemutan, ketakutan, kelemahan.
Tanda : Kelemahan otot, nyeri tekan/spasme otot para vertebralis.
e. Nyeri
Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau
Tanda : Perubahan cara berjalan. Berjalan dengan terpincang-pincang.
2. Clinical Pathway dan Fokus Intervensi
a. Clinical Pathway

2) Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri


Tujuan: Gangguan mobilitas fisik teratasi.
Intervensi:
a) Kaji kemampuan motorik secara fungsional dengan menggunakan skala 0-5
R/ : Menentukan perkembangan/munculnya kembali tanda yang menghambat tercapainya tujuan.
b) Atur posisi yang nyaman sesuai kondisi pasien dan lakukan perubahan posisi.
R/ : Menurunkan kelelahan, meningkatkan rileksasi, menurunkan resiko terjadinya kerusakan
pada kulit.
c) Lakukan latihan gerak aktif pasien
R/ : Menstimulasi sirkulasi, meningkatkan tonus otot dan meningkatkan mobilisasi sehat.
d) Anjurkan klien untuk melakukan ADL dan bantu sesuai kebutuhan.
R/ : Melakukan ADL termasuk memberikan latihan aktif memudahkan pemeliharaan fleksibilitas
send dan tonus otot serta meningkatkan sirkulasi.
e) Kolaborasi dengan fisioterapi

R/ : Memberikan program latihan terintegrasi.


3) Resiko infeksi b/d adanya pintu masuk kuman/luka insisi.
Tujuan: Infeksi tidak terjadi
Intervensi:
a) Monitor tanda vital
R/ : Adanya perubahan tanda vital merupakan tanda terjadinya infeksi.
b) Observasi luka terhadap tanda infeksi
R/ : Menditeksi tanda radang sejak dini sehingga dapat dilakukan intervensi secara cepat dan
cepat.
c) Gunakan teknik aseptik dan antiseptik
R/ : Membatasi sumer infeksi
d) Lakukan perawatan luka dan pertahankan luka tetap kering
R/ : Melindungi pasien dari kontaminasi siang saat ganti balut.
e) Kolaborasi dengan tim medis pemberian antibiotik
R/ : Mencegah berkembangnya bakteri patogen penyebab infeksi

laporan pendahuluan hernia


KONSEP DASAR MEDIS

1.

Pengertian
Menurut Suster Nada (2007) Hernia adalah sebuah tonjolan atau benjolan yang
terjadi di salah satu bagian tubuh yang seharusnya tidak ada. Hernia adalah protusi
(penonjolan) ruas organ , isi organ ataupun jaringan melalui bagian lemah dari
dinding rongga yang bersangkutan atau lubang abnormal. Menurut Ester (2001)
hernia adalah protrusi abnormal organ, jaringan, atau bagian organ melalui struktur
yang secara normal berisi..Menurut Jennifer (2007) hernia adalah protusi atau
penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga
bersangkutan.
Hernia inguinalis

adalah hernia yang terjadi penonjolan dibawah inguinalis,di

daerah lipatan paha Hernia ini dibagi menjadi 2 yaitu:


1. Hernia Inguinalis Interalis (indirek)
Hernia inguinalis lateralis karena keluar dari rongga peritoneum melalui anulus
inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior,lalu
hernia masuk ke kanalis inguinalis dan jika cukup panjang,menonjol dan keluar dari
anulus inguinalis eksternum.lebih banyak terjadi pada laki-laki usia muda.
2. Hernia Inguinalis Medialis (direk)
Hernia yang melalui dinding inguinalis posteromedial dari vasa epigastrika inferior
didaerah yang dibatasi segitiga Hasseibach.lebih banyak terjadi pada orang tua.

2.

Etiologi
Etiologi hernia Inguinalis menurut Hidayat (2006) dalam www.indopos.co.id adalah:

a.
b.
c.

Batuk
Adanya presesus vaginalis yang terbuka
Tekanan intra abdomen yang meningkatkan secara kronis seperti batuk kronik,
hipertrofi prostat, konstipasi dan asites.

d.
e.

3.

Kelemahan otot dinding perut dan degenerasi jaringan ikat karena usia lanjut.
Kehamilan multi para dan obesitas.

Patofisiologi
Patofisiologi

hernia

inguinalis

menurut

Suster

Nada

dalam

http://susternada.blogspot.com yaitu bahwa kanalis inguinalis adalah kanal yang


normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal
tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum
sehingga terjadi penonjolan peritonium yang disebut dengan prosesus vaginalis
peritonei pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosessus ini telah mengalami
obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun
beberapa hal, sering kali kanalis ini belum menutup karena testis kiri turun terlebih
dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka
biasanya yang kanan juga terbuka .Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini
akan menutup pada usia 2 bulan.Bila prosesus terbuka terus (karena tidak
mengalami obliterasi ), akan timbul hernia Inguinalis lateralis kongenital. Pada ortu
kanalis

tersebut

resistensie,maka

telah

menutup.

keadaan

yang

Namun

karena

menyebabkan

merupakan
tekanan

lokus

intra

minoris

abdominal

meningkatkan kanal tesebut dapat terbuka kembali dan timbul hermiaingunalis


lateralis akuisita.Keadaan yang dapat menyebabkan

peningkatan tekanan intra

abdominal adalah kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat beban berat,


mengejan pada saat defekasi & mengejan saat miksi misalnya akibat hipertrofi
prostat. Kanal yang tertutup dapat membuka kembali dan timbulah hernia inguinalis
lateralis akvista karena terdorongnya suatu alat tubuh dan keluar melalui defek
tersebut.akhirnya

menekan

trauma,kehamilan,obesitas.

dinding

rongga

yang

telah

melemas

oleh

4. Manifestasi Klinis
Adapun

Manifestasi

Klinis

yang

timbul

menurut

Hidayat

(2006)

dalam

www.indopos.co.id yaitu:
a.

penderita terdapat benjolan pada daerah-daerah kemungkinan terjadi hernia

b.

Benjolan bisa mengecil atau menghilang.

c.

Bila menangis , mengesan dan mengangkat benda keras akan timbul benjolan
kembali

d.

Rasa nyeri pada benjolan/ mual dan muntah bila sudah terjadi komplikasi.

e.

Benjolan tidak berwarna merah

f.

Bila di raba terdapat benjolan


Sedangkan menurut Long (1996),gejala klinis yang mungkin timbul setelah
dilakukan operasi :
a. Nyeri
b. Peradangan
c. Edema
d. Pendarahan
e. Pembengkakan skrotum setelah perbaikan hernia inguinalis indirek
f.

Retensi urin

g. Ekimosis pada dinding abdomen bawah atau bagian atas paha

5.

Komplikasi

Komplikasi yang muncul menurut Hidayat (2006) dalam www.indopos.co.id yaitu:


a. Hernia ireponibel (inkarserata)

Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi
hermia tidak dapat dimasukan kembali pada keadaan ini belum terjadi gangguan
penyaluran isi usus .
b. Hernia strangulata
Terjadi penekanan terhadap cincin hermia akibat makin banyaknya usus yang
masuk . Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus di ikuti dengan
gangguan vaskuler (proses strangulasi)

6.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dari hernia menurut Hidayat (2006) www.indopos..co.id dengan


tindakan sebagai berikut:
a.

Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga yaitu untuk mempertahankan isi hernia yang telah di reposisi
(pengembalian kembali organ pada posisi normal) .Reposisi ini tidak dilakukan pada
hernia stranggulata , pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan
hernia yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus
dipakai seumur hidup.Sebaiknya cara ini tidak dilanjutkan karena mempunyai
komplikasi antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding di didaerah yang
tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam.

b.

Definitf
Tindakan definitif yaitu dengan jalan operasi.cara yang paling efektif mengatasi
hernia adalah pembadahan.untuk mengembalikan lagi organ dan menutup lubang
hernia agar tidak terjadi lagi. Ada dua prinsip pembedaahan yaitu:
1)

Herniorafi

Perbaikan

defek

laparoskopik

dengan

pemasangan

jaring

melalui

operasi

terbuka

atau

2)

Herniotomi

Pada Herniotomy di lakukan pembedahan kantong hernia sampai lehernya,kantong


di buka dan di isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan kemudian direposisi
kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin kalau di potong . Menurut Oswari
penatalaksanaan hermia yang terbaik adalah operasi dengan jalan menutup lubang
hernianya. Bila bagian dinding perut yang lemah dipotong dan dijahit maka di sebut
herniorhapy,bila

seluruh

kantong

hernia

di

potong

misalnya

pada

hernia

inkarserata yang telah menjadi gangren maka di sebut herniorapy .Bila dinding
perut yang lemah itu ditempati dengan fasia , misal di ambil dari fasia otot perut
maka disebut hernioplastik.

Pathway Keperawatan

Sumber : NANDA 2005 - 2006

KONSEP DASAR
KEPERAWATAN

1.

Fokus Pengkajian
Menurut Suster Nada dalam www.susternada.blogspot.com fokus pengkajian yang
di lakukan antara lain:

a.

Data subyektif
1)

Sebelum operasi

a)

Adanya benjolan di selangkangan

b)

Nyeri

c)

Mual muntah

d)

Konstipasi

e)

Pada saat bayi menangis atau mengejang dan batuk-batuk kuat timbul

benjolan
2)

Sesudah operasi

a)

Nyeri

b)

Mual

c)

Muntah

b Data objektif

Sebelum operasi
a)

Nyeri bila benjolan di sentuh

b)

Dehidrasi

c)

Gelisah

d)

Pucat
2)

Sesudah operasi

a)

Terdapat luka pada selangkangan

b)

Puasa

c)

Selaput mukosa mulut kering

d)

Rewel

c Pemeriksaan diagnostik
1)

Rontgen
Pemeriksaan foto abdomen : terdapat gambaran distensi usus

2)

Tes laboratorium

a)

Darah

b)

Sel darah putih >10000-18000/mm3

c)

Sel darah merah mungkin meningkat (N=13-16 9/dl)

d)

Elektrolit serum

e)

Kultur
sekret / cairan
2.

hipolkasemia mungkin ada (N=3,5 - 5,5 mmol)

: Organisme penyebab mungkin teridentifikasi dari darah eksudat,


asites

Diagnosa Keperawatan

Menurut carpenito (2000) ,Daengoes,dkk (1999),Ester (2001) dan NANDA (2005)


diagnosa Kep.yang muncul antara lain :
a. Pre operasi
1)

Nyeri akut bd.kondisi hermia antara intervensi pembedahan

2)

Ansietas bd.prosedur pra operasi post operasi

3)

Kurang pengetahuan bd.kurangnya informasi


b. Post operasi

1)

Resiko terhadap konstipasi kolonik bd. Penurunan peristaltik

2)

Nyeri akut bd.trauma jaringan

3)

Resiko terhadap infeksi bd.prosedur invasik

4)

Resiko berkurangnya volume cairan bd.haluaran urine berlebih

3. Intervensi
Pre operasi

DX I
NOC

: Kontrol Nyeri

Tujuan

: Setelah dilakukan tidakan keperawatan Pain management selama proses

keperawatan nyeri dapat berkurang/hilang


KH
a.

:
Mengenali faktor penyebab.

b.

Menggunakan metode pencegahan non analgesik untuk mengurangi nyeri.

c.

Menggunakan analgesik sesuai kebutuhan.

d.

Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan.

e.

Mengenali gejala-gejala nyeri.

f.

Mencatat pengalaman tentang nyeri sebelumnya.


Keterangan skala :
1.

Tidak dilakukan sama sekali.

2.

Jarang dilakukan

3.

Kadang dilakukan

4.

Sering dilakukan

5.

selalu dilakukan.

NIC : Pain Management


a.

Kaji secara komprehensif tentang nyeri (lokasi karateristik, durasi, frekuensi,


kualitas)

b.

observasi isyarat non verbal dari ketidak nyamanan.

c.

kaji pengalaman individu terhadap nyeri.

d.

ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (ex. Relaksasi, terapi musik, masase,
dan lain-lain).

e.
f.

berikan analgesik sesuai anjuran.


anjurkan pasien untuk berdiskusi tentang pengalaman nyeri secara tepat.

DX II
NOC

: Kontrol Cemas

Tujuan

: Setelah dilakukan tidakan keperawatan penurunan kecemasan selama

proses keperawatan cemas dapat hilang/berkurang


KH

onitor intensitas kecemasan.

encari informasi untuk menurunkan cemas.

enurunkan stimulasi lingkungan ketika cemas.

enyingkirkan tanda kecemasan.


Keterangan skala :
1.

Tidak dilakukan sama sekali.

2.

Jarang dilakukan.

3.

Kadang dilakukan

4.

Sering dilakukan.

5.

Selalu dilakukan

NIC

: Penurunan Kecemasan

Intervensi :
a.

Jelaskan seluruh prosedur tidakan kepada klien dan perasaan yang mungkin
muncul pada saat melakukan tindakan.

b.

Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan (takikardi,
takipnea, ekspresi cemas non verbal).

c.

Temani pasien untuk mendukung keaman dan menurunkan rasa takut.

d.

Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.

DX III
NOC

: Pengetahuan tentang proses penyakit.

Tujuan

: Setelah dilakukan tidakan keperawatan mengajarkan proses penyakit

pasien dapat mengerti tentang proses penyakit


KH

a.

Familier dengan proses penyakit.

b.

Mendeskripsikan proses penyakit.

c.

Mendeskripsikan tandan dan gejala.

d.

Mendeskripsikan faktor penyebab.

e.

Mendeskripsikan komplikasi.

f.

Mendeskripsikan tindakan penengahan untuk mencegah komplikasi.


Keterangan skala :
1.

Tidak dilakukan sama sekali.

2.

Jarang dilakukan

3.

Kadang dilakukan

4.

Sering dilakukan

5.

Selalu dilakukan

NIC

: Mengajarkan proses penyakit.

Intervensi :
a.

Menentukan tingkat pengetahuan klien sebelumnya.

b.

Mengobservasi kesiapan klien untuk mendengar.

c.

Menjelaskan proses penyakit (pengertian, etiologi, tanda, gejala, komplikasi)

d.

Diskusikan tentang pilihan terapi/perawatan.

e.

instruksikan pasien mengenal tanda gejala untuk melaporkan pada pemberi


perawatan kesehatan dengan cara yang tepat.

Post Operasi

DX IV
NOC : Bowel Konstipation
Tujuan : Setelah dilakukan tidakan keperawatan bowel management Konstipasi
sistemik tidak terjadi
Kriteria Hasil:
a.

Pola eliminasi dalam batas normal

b.

Konstipasi tidak ada

c.

Kontrol perubahan eliminasi BAB

Keterangan Skala :
1.

Berat

2.

Baik

3.

Sedang

4.

Ringan

5.

Tidak ada

NIC : Bowel Management


a.

Monitor tanda gejala dari konstipasi

b.

Catat data terakhir perubahan eliminasi BAB

c.

Instruksikan pasien unuk makan makanan tinggi serat

d.

Monitor perubahan BAB ( frekuensi,konsisten,volume,warna )

DX V
NOC

: Kontrol Nyeri

Tujuan

: Setelah dilakukan tidakan keperawatan pain managemen selama tindakan

keperawatan nyeri dapat berkurang/hilang


KH
a.

:
Mengenali faktor penyebab.

b.

Menggunakan metode pencegahan non analgesik untuk mengurangi nyeri.

c.

Menggunakan analgesik sesuai kebutuhan.

d.

Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan.

e.

Mengenali gejala-gejala nyeri.

f.

Mencatat pengalaman tentang nyeri sebelumnya.


Keterangan skala :

1.

Tidak dilakukan sama sekali.

2.

Jarang dilakukan

3.

Kadang dilakukan

4.

Sering dilakukan

5.

selalu dilakukan.
NIC
a.

: Pain Management
Kaji secara komprehensif tentang nyeri (lokasi karateristik, durasi, frekuensi,

kualitas)
b.

observasi isyarat non verbal dari ketidak nyamanan.

c.

kaji pengalaman individu terhadap nyeri.


d.

ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (ex. Relaksasi, terapi musik, masase,
dan lain-lain).

e.

berikan analgesik sesuai anjuran.

f.

anjurkan pasien untuk berdiskusi tentang pengalaman nyeri secara tepat.

DX VI
NOC : Risk kontrol
Tujuan : Setelah dilakukan tidakan keperawatan infection protection infeksi tidak
terjadi
Kriteria Hasil :
a.
b.

Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi


Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

c.

Jumlah leukosit dalam batas normal

d.

Menunjukan perilaku hidup sehat


Keterangan Skala

1.

Tidak menunjukan

2.

Jarang menunjukan

3.

Kadang menunjukan

4.

Sering menunjukan

5.

Selalu menunjukan

NIC : infektion protection


Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
Monitor kerentanan terhadap penyakit menular
Inspeksi kondisi luka atau insisi bedah
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari infeksi

DX VII
NOC : Keseimbangan asam basa
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan fluid monitoring selama proses
keperawatan kekurangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria Hasil
a.

Nadi dalam batas normal

b.

Irama jantung dalam batas normal

c.

Pernapasan dalam batas normal

d.

Irama pernapasan dalam batas normal

Keterangan Skala
Berat
Baik
Sedang
Ringan
Tidak ada
NIC : Fluid monitoring
a.

Monitor intake dan output

b.

Monitor status nadi,,pernapasan

c.

Jaga catatan akurat intake cairan

d.

Administrasi cairan,bila perlu

4. Evaluasi
DX I
a.
b.

Skala

Mengenali faktor penyebab.

Menggunakan metode pencegahan non analgesik untuk

mengurangi nyeri.

c.

Menggunakan analgesik sesuai kebutuhan.

d.

Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan.

e.

Mengenali gejala-gejala nyeri.

f.

Mencatat pengalaman tentang nyeri sebelumnya

DX II
a.

Monitor intensitas kecemasan.

b.

Mencari informasi untuk menurunkan cemas.

c.

Menurunkan stimulasi lingkungan ketika cemas.

d.

Menyingkirkan tanda kecemasan

DX III
a.

Familier dengan proses penyakit.

b.

Mendeskripsikan proses penyakit.

c.

Mendeskripsikan tandan dan gejala.

d.

Mendeskripsikan faktor penyebab.

e.

Mendeskripsikan komplikasi.

f.

4
4
4
4
4

Mendeskripsikan tindakan penengahan untuk mencegah


Komplikasi
4
DX IV

a.

Pola eliminasi dalam batas normal

b.

Konstipasi tidak ada

c.

Kontrol perubahan eliminasi BAB

Mengenali faktor penyebab.

DX V
a.
b.

Menggunakan metode pencegahan non analgesik untuk


mengurangi nyeri.

c.

Menggunakan analgesik sesuai kebutuhan.

d.

Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan.

e.
f.

Mengenali gejala-gejala nyeri.


Mencatat pengalaman tentang nyeri sebelumnya.

4
4

DX VI
a.

Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi

b.

Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

c.

Jumlah leukosit dalam batas normal

d.

Menunjukan perilaku hidup sehat

DX VII
a.

Nadi dalam batas normal

b.

Irama jantung dalam batas normal

c.

Pernapasan dalam batas normal

d.

Irama pernapasan dalam batas normal

DAFTAR PUSTAKA

Cameron, J.L. 1997. Terapi Bedah Mutakhir. Edisi 4. Jilid 1. Jakarta : Binarupa Aksara.

Doenges, M.E. Moorhouse, M.F.Geissles A.C. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.
Alih Bahasa : I Made Karrasa N, Made Sunarwati. Jakarta : EGC.

Engram, B. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 3. Alih Bahasa :
Sumaryati Sembu. Jakarta : EGC.

Http://jambi_independent.co.id/home/modules;Diakses tanggal 20 juni 2008

Http://susternada.blogspot.com/2007/07/hernia.html;Diakses tanggal 20 juni 2008

Http://www.balita_anda.indoglobal.com/balita_412_hernia.html;Diakses

tanggal

20

juni

20

juni

2008

Http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_c&id=323247;Diakses

tanggal

2008

Johnson, Marion, 1997, IOWA INTERVENTION PROJECT, Nursing Outcome Classification


( NOC ), St. Louis: Mosby.
Mc. Closkey, Joanne C., 1996, IOWA INTERVENTION PROJECT, Nursing Intervention
Classification ( NIC ). St. Louis: Mosby.
Nanda, A. 2000. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta :P Prima
Medika.

Oswari, E. 2000. Bedah dan Perawatannya. Jakarta : FKUI.

Sjamsuhidayat, R. Jong, W.D. 1998. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta : EGC.

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN HERNIA


1. Definisi
Hernia merupakan kelemahan atau defek di dinding rongga peritoneum dapat
menyebabkan
peritoneum menonjol membentuk kantung yang di lapisi oleh serosa dan disebut
kantung hernia (Robbins & Cotran : 2010 )
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan (R. Sjamsuhidayat & Wim de
Jong : 2005)
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak
disebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar
ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus (Arif Mansjoer : 2000)
Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa hernia adalah penonjolan isi
suatu organ seperti peritoneum, lemak, usus dan kandung kemih melalui bagian
yang lemah dari dinding abdomen sehingga menimbulkan kantung berisikan
material abnormal dengan penyebab congenital ataupun yang didapat.
2. Etiologi
Factor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis adalah :
a.

Keadaan yang dapat menyebabkan tekanan intraabdominal di anatranya ;


kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan pada saat

b.
c.
d.

defekasi, dan mengejan pada saat miksi, hipertropi prostat


Adanya prosesus vaginalis yang terbuka.
Kelemahan otot dinding perut.
Anulus internus yang cukup lebar.
3. Patofisiologi

Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak
di sebalah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar
ke rongga perut malalui anulus inguinalis eksternus.
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan,
terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut

akan

menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum


yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanal tersubut. Namun dalam
beberapa hal,seringkali kanalis ini tidak menutup karena testis kiri turun terlebih
dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. bila kanalis kiri terbuka
maka biasanya yang kanan juga terbuka.
Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia
inguinalis lateral kongenital.
4. Klasifikasi
Hernia terbagi menjadi 2 kategori, yaitu hernia menurut letaknya dan hernia
menurut sifat atau tingkatanya.
Adapun hernia menurut letaknya adaalah :
a. Hernia Inguinalis Lateralis (indirek)
Hernia ini terjadi melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral
vasa epigastrika inferior,menyusuri kanalis inguinalis dan keluar kerongga perut
melalui anulus inguinalis eksternus. Hernia ini lebih tinggi pada bayi & anak kecil

b. Hernia Inguinalis Medialis (direk)


Hernia ini terjadi melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa epigastrika
inferior di daerah yang dibatasi segitiga Haselbach.
c. Hernia femoralis
Terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum terjadi pada wanita dibanding pria.
Hernia ini mulai sebagai penyumbat dikanalis femoralis yang membesar secara
bertahap menarik peritonium dan akibatnya kandung kemih masuk ke dalam
kantung.
d. Hernia umbilikalis
Batang usus melewati cincin umbilical. sebagian besar merupakan kelainan yang
didapat. Hernia umbilikalis sering terjadi pada wanita dan pada pasien yang memliki
keadaan peningkatan tekanan intra abdomen, seperti kehamilan, obesitas, asites,
atau distensi abdomen. Tipe hernia ini terjadi pada insisi bedah sebelumnya yang
telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah pasca operasi seperti infeksi
dan nutrisi yang tidak adekuat.
e. Hernia skrotalis
Merupakan hernia inguinalis lateral yang mencapai skrotum.
Menurut sifat atau tingkatannya :
a.

Hernia reponibel.
Pada hernia ini isi hernia dapat keluar masuk. Usus akan keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau di dorong masuk. Pada hernia
reponibel ini penderita tidak mengeluh nyeri dan tidak ada gejala obstruksi usus.

b.

Hernia ireponibel.
Merupakan kebalikan dari hernia reponibel ( hernia tidak masuk kembali ) biasanya
disebabkan oleh perlekatan isi kantung pada peritoneum.

c.

Hernia inkaserata.
Pada hernia ini isi perut atau usus yang masuk kedalam kantung hernia tidak dapat
kembali disertai dengan gangguan aliran khusus. Gambaran klinis obstruksi usus
dengan gambaran keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa. Keadaan ini
hernia bisa terjepit oleh cincin hernia. Sehingga isi kantung bisa terperangkap dan
tidak dapat kembali ke rongga perut, akibatnya terjadi gangguan passase dan
hernia ini lebih dimaksudkan hernia irreponibel

d.

Hernia strangulata
Pada hernia ini pembuluh darah yang mempengaruhi usus yang masuk ke dalam
kantung hernia terjepit sehingga usus kehilangan system perdarahannya sehingga
mengakibatkan nekrosis pada usus. Pada pemeriksaan lokal usus tidak dapat
dimasukan kembali di sertai adanya nyeri tekan.
5. Manifestasi klinik
Pada pasien terlihat adanya masa bundar pada anulus inguinalis eksterna yang
mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior
maka hernia jarang sekali menjadi ireponibilis.
Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju anulus inguinalis
sehingga meskipun anulus inguinalis

eksterna

interna di tekan bila pasien berdiri atau

mengejan, tetap akan timbul bejolan. Bila hernia ini sampai skrotum, maka hanya
akan sampai kebagian atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus spermatikus

dapat dipisahkan dari masa hernia. Bila jari di masukan dalam anulus inguinalis
eksterna, tidak akan di temukan dinding belakang. Bila pasien di suruh mengejan
tidak akan terasa tekanan dan ujung jari dengan mudah meraba ligamentum
Cowperi pada ramus superior tulang pubis. Pada pasien kadang-kadang di temukan
gejala mudah kencing karena buli-buli ikut membentuk dinding medial hernia.
Komplikasi
a.

Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi
hernia tidak dapat di masukan kembali. Keadan ini disebut hernia inguinalis
ireponiblis. pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia
yang tersering menyebabkan keadaan ireponible adalah omentum, karena mudah
melekat pada dinding hernia dan isisnya dapat menjadi besar karena infiltrasi
lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan ireponibilis dari pada usu halus
.

b. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk
keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan gangguan
vaskuler (proses strangulasi). Keadaan ini disebut hernia inguinalis strangulata
pada keadaan strangulata akan timbul gejala ileus, yaitu perut kembung, muntah
dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang timbul akan lebih hebat dan kontinyu,
daerah benjolan menjadi merah, dan pasien menjadi gelisah.

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada hernia dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu konservatif dan
pembedahan.

a)

Konservatif
Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara,
misalnya pemakaian korset. Tapi untuk hernia inguinalis pamakaian korset tidak
dianjurkan karena alat ini dapat melemahkan
otot dinding perut. Pada terapi konservatif dapat pula di berikan obat

anti

analgetik yaitu mengurangi nyeri.


b)

Pembedahan
Prinsip dasar hernia terdiri dari herniotomy ( memotong hernia ) dan menjepit
kantung hernia ( herniorafi ). Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia
dimasukan, kantong diikat, dan dilakukan bassiny plasty untuk memperkuat dinding
belakang kanalis inguinalis. Pasien yang telah dilakukan tindakan pembedahan
disarankan untuk tidak boleh mengendarai kendaran, aktifitas dibatasi, seperti tidak
boleh mengangkat benda berat, mendorong atau menarik benda paling sedikit 6
minggu.

Diagnosa keperawatan
a.

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka post operasi.

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan


rasa nyaman nyeri teratasi.

Kriteria hasil

Klien mengatakan nyeri hilang atau berkurang,


Tanda tanda vital dalam batas normal
Wajah klien rileks.

Rencana tindakan :
1)

Observasi tanda tanda vital.

2)

Kaji skala nyeri, lokasi, lamanya faktor yang memperberat karaktersitik.

3)

Ajarkan tehnik relaksasi napas dalam, dan distraksi pengalihan seperti mengobrol,
mendengarkan musik dan membaca buku.

4)

Berikan posisi yang nyaman (semifowler)

5)

Kolaborsi pemberian obat analgetik.

b.

Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka post operasi.

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko tinggi


infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil

Luka kering, tidak ada pus.


Tidak ada kemerahan.

Tidak ada bengkak.


Kerapatan luka tampak bagus.

Rencana tindakan :
1)

Observasi tanda tanda infeksi ( tumor, rubor, dolor, kalor, fungsiolesa ).

2)

Observasi tanda tanda vital, perhatikan adanya peningkatan suhu tubuh.

3)

Lakukan ganti balutan tiap hari.

4)

Pertahankan perawatan luka dengan tehnik steril, aseptik dan antiseptik.

5)

Kolaborasi pemberian antibiotic sesuai indikasi

6)

Monitor leukosits..

c.

Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan


fisik.

uan

Setelah

dilakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan sehari-hari

terpenuhi.

teria hasil

klien dapat melakukan perawatan secara mandiri.

ncana tindakan :
1)
2)

Kaji tingkat pengetahuan klien tentang pentingnya perawatan diri bagi klien.
Motivasi klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri sesuai
kemampuan.

3)

Motivasi keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari klienseperti menggosok


gigi, makan, minum.

4)

Fasilitasi klien untuk melakukan kebersihan diri.

5)

Ajarkan klien untuk melakukan pergerakan secara bertahap


d.

Resiko kekambuhan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang


perawatan hernia pasca operasi.

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dan


keluarga mengerti tentang hal hal yang harus
dihindari untuk mencegah timbulnya hernia.

Kriteria hasil

Secara verbal klien mengerti perawatan selanjutnya


antara lain dalam hal mencegah terulangnya penyakit
henia.

Rencana tindakan :
1)

Mengkaji pengetahuan klien tentang penyakit dan hal-hal yang harus di perhatikan
agar tidak terjadi kekambuhan.

2)

Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan yang dapat di


toleransi.

3)

Anjurkan klien untuk makan tinggi serat.

4)

Jelaskan tentang keseimbangan istirahat dan aktifits.

5)

Anjurkan klien untuk tidak melakukan pekerjaan yang berat.

6)

Memberikan pendidikan kesehatan pada klien tentang cara perawatan luka di


rumah.
Daftar Pustaka

Core Principle and Practice of Medical Surgical Nursing. Ledmanns.


Kapita Selekta Kedokteran. Edisi II. Medica Aesculaplus FK UI. 1998.
Keperawatan Medikal Bedah. Swearingen. Edisi II. EGC. 2001.
Keperawatan Medikal Bedah. Charlene J. Reeves, Bayle Roux, Robin Lockhart.

Penerjemah Joko Setyono. Penerbit Salemba Media. Edisi I. 2002.


Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian Bedah Staf Pengajar UI. FK UI.

Intervensi :
a. Lihat semua insisi.
b. Evaluasi proses penyembuhan.
c. Kaji ulang penyembuhan terhadap penyembuhan dengan pasien
d. Catat adanya distensi dan auskultasi peristaltic usus
Rasional : Distensi dan hilangnya peristaltic usus merupakan tanda bahwa
fungsi defekasi hilang.
DX 4 : Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan deficit
cairan.
DX 5: Kekurangan volume cairan berhubungan dengan system irigasi/ drainase.
DX 6 : Resiko infeksi berhubungan dengan proses invasi kuman.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria Hasil : - tanda-tanda vital dalam batas normal
- Luka kering tidak ada pus
Intervensi :
a. Pantau tanda-tanda vital
Rasional : Suhu malam hari memucak yang kembali ke normal pada pagi hari
adalah karakteristik infeksi.
b. Observasi penyatuan luka, karakter drainase, adanya inflamasi
Rasional : Perkembangan infeksi dapat memperlambat pemulihan

c. Pertahankan keperawatan luka aseptic


Rasional : Lindungi pasien dari kontaminasi selama pengantian
d. Pertahankan balutan kering
Rasional : Balutan basah bertindak sebagai sumbu penyerapan kontaminasi.
e. Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan sesuai indikasi
Rasional : Diberikan untuk mengatasi nyeri-nyeri
DX 7 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakitnya.
Tujuan : Keluarga dan pasien mengetahui dan memahami tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil : - Pasien dan keluarga mengungkapkan pamahaman tentang proses
penyakitnya.
Intervensi
a. Tinjau ulang pengetahuan pasien dan keluarga
Rasional : Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dan keluarga fapat
membuat pilihan berdasarkan informasi.
b. Libatkan keluarga dalam proses penyembuhan
Rasional : Keluarga dapat melakukan perawatan sepulang dari RS
c. Anjurkan pasien untuk menghindari aktivitas berat
Rasional : Aktivitas berat dapat memperparah keadaan hernia.
d. Kaji ulang proses penyakit, factor penyebab terjadinya
Rasional : Pengetahuan dasar yang akurat memberikan kesempatan pasien
untuk membuat pilihan tentang masa depan dan control penyakit kronis

LAPORAN PENDAHULUAN DAN


ASUHAN KEPERAWATAN

HERNIA

Disusun oleh:
Lutfy Nooraini

KONSEP DASAR

A. Definisi
Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui pembukaan yang abnormal atau
kelemahannya suatu area dari suatu dinding pada rongga dimana ia terisi secara normal
(Lewis,SM, 2003).
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus/lateralis
menelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga abdomen melalui anulus inguinalis
externa/medialis (Mansjoer A,dkk 2000).
Hernia inguinalis adalah prolaps sebagian usus ke dalam anulus inginalis di atas kantong
skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kongenital. ( Cecily
L. Betz, 2004).
Hernia Inguinalis adalah suatu penonjolan kandungan ruangan tubuh melalui dinding
yang dalam keadaan normal tertutup (Ignatavicus,dkk 2004).

B. Klasifikasi
1.

2.
3.
4.
5.

Menurut lokalisasi
Hernia Inguinalis
Indirek: batang usus melewati cincin abdomen dan mengikuti saluran spermamasuk ke dalam
kanalis inguinalis
Direk: batang usus melewati dinding inguinalis bagian posterior
Hernia Diafragma
Hernia yang melalui diafragma
Hernia Umbilikal
Batang usus melewati cincin umbilical
Hernia Femoralis
Batang usus melewati femoral ke bawah ke dalam kanalis femoralis
Hernia Scrotalis
Batang usus yang masuk ke dalam kantong skrotum

Hernia insisi menurut sifatnya


1. Hernia Reponibel
Isi hernia dapat keluar masuk, usus keluar jika mengedan, dan masuk jika berbaring atau
didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri/gejala
2. Hernia Ireponibel
Kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga, ini disebabkan oleh perlekatan isi
kantong pada peritoneal
3. Hernia Inkaserada/Hernia Stragulata
Isi hernia terjepit oleh cincin hernia/terperangkap, tidak dapat kembali ke dalamrongga perut

C. Patofisiologi
Hernia inguinalis indireksa sebagian besar mempunyai dasar kangenital karena
penonjolan dari prossesus vaginalis peritonei atau penonjolan peritoneum yang disebabkan oleh
penurunan testis yang menarik peritoneum ke daerah skrotum.

Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prossesus ini telah mengalami abliterasi sehingga
isi rongga perut tidak dapat melalui knalis tersegut. Bila prosseus terbuka terus (karena tidak
mengalami obliterasi), akan timbul hernia inguinalis lateralis longenital.
Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup, namun karena menciptakan lokus minoris
resistensie maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdominal meningkat, kanal
tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita.
Setiap kondisi yang menyebabkan tekanan intra abdominal memegang peranan untuk
timbulnya dan membesarnya hernia.

D. Etiologi
a. Kngenital/cacat bawaanSejak kecil sudah ada, prosesnya terjadi intrauteri, berupa kegagalan
perkembangan
b. Hrediter (kelainan dalam keturunan)
c. Umur (hernia dijumpai pda semua umur)
d. Jenis kelamin, Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita
Didapat, seperti mengedan terlalu kuat, mengangkat barang-barang yang berat

F. Gejala Klinis
a.
b.
c.
d.
e.

Adanya benjolan di daerah inguinal


Benjolan bias mengecil atau menghilang.
Benjolan akan muncul bila adanya peningkatan tekanan intra abdominal.
Rasa nyeri , mual muntah bila ada komplikasi.
Sebagian besar tidak memberikan keluhan.

G. Pemeriksaan fisik
a. Thumb test (Dengan menekan Anulus internus dan klien mengejar) tidak di dapatkan benjolan
keluar.
b. Finger test (test invaginasi jari lewat skrotum ke dalam inguinalis penderita mengejar) akan
c.

terasa benjolan pada jari.


Zremant test (Tangan kanan jari II menekan Anulus internus kanan, jari III menekan Anulus
Ekternus kanan, jari IV menekan fasa ovalis kanan, penderita mengejar) akan adanya dorongan
pada jari II.

H. Penatalaksaan
1. Manajemen medis,
Setiap penderita hernia inguinalis lateralis selalu harus diobati dengan jalan pembedahan.
Pembedahan secepat mungkin setelah diagnosa ditegakkan. Adapun prinsip pembedahan hernia
inguinalis lateralis adalah :
a. Herniotomy : membuang kantong hernia, ini terutama pada anak anak karena dasarnya dalah
kongenital tanpa adanya kelemahandinding perut.

b. Herniorrhaphy : membuang kantong hernia disertai tindakan bedah plastik untuk memperkuat
dinding perut bagian bawah di belakangkanalis inguinalis.
c. Pada pasien yang didapatkan kontraindikasi pembedahan atau menolak dilakukan pembedahan
dapat dianjurkan untuk memakai sabuk hernia (truss). Sabuk itu dipakai waktu pagi dimana
penderita aktif dan dilepas pada waktu istirahat (malam).
2. Manajemen keperawatana.
a. Pre operasi :
Pengkajian : ditujukan pada nyeri, ada tonjolan pembengkakan daerah
inguinal, cemas, tingkat pengetahuan pasien tentang hernia dan penanganannya. Pengkajian juga
ditujukan pada riwayat.
Diagnosa keperawatan : masalah keperawatan yang bisa muncul adalah
gangguan kenyamanan, kecemasan, kurang pengetahuan dan resiko tinggi terjadi infeksi.
Intervensi keperawatan (secara umum) ; beri posisi kepala tempat
tidur ditinggikan, bila hernia turun/menonjol dimasukan kembali secara
manual, anjurkan menggunakan sabuk hernia, beri analgesik sesuai
advis, hindari manuever yang bisa meningkatkan tekanan intra abdominal : batuk kronik, angkat
berat, mengedan secara kuat dan anjurkan untuk kompres dingin pada daerah yang bengkak.
b. Post operasi
Dihubungkan dengan pembedahan umum lainnya seperti masalah resiko tinggi infeksi, masalah
gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan lukaoperasi, dan pendidikan pasien untuk
perencanaan pulang.
Hernia inguinalis lateralis reponibilis dilakuakn tindakan bedah elektif karena di takutkan akan
terjadi komlikasi yaitu Herniatomy dan Herniagrafi.
Bedah elektif adalah kanalis di buka, isi hernia di masukkan kantong di ikat dan di lakukan
bassiny plasty untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Hernia inkarserata dan strangulasi dilakukan bedah darurat yaitu cincin hernia di cari dan di
potong usus dilihat apakah vital atau tidak bila vital dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak
di lakukan reseksi usus dan Anastomisis.

I. Komplikasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia tidak dapat
dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada
gangguan penyaluran isi usus.
Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang masuk. Cincin hernia
menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Keadaan ini
disebut hernia inguinalis lateralis incarcerata.
Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan
terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis strangulata.
Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan
kemudian timbul nekrosis.
Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah dan obstipasi.
Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,
Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.

9.

Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.

KONSEP PERAWATAN
A. Pengkajian
Pengumpulan data
Identitas klien
Meliputi nama, unsure, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekrjaan, no register, diagnosa medis,
dan tanggal MRS.
Keluhan utama
Adanya benjolan di inguinalis masuk bila klien tidur dan klien mengejar, menangis,
berdiri, mual mual, muntah. Bila adanya komplikasi ini menciptakan gejala klinis yang khas
pada penderita HIL
Riwayat kesehatan lalu
Biasanya kx dengan HIL akan mengalami penyakit kronis sebelumnya. Missal : adanya
batuk kronis, gangguan proses kencing (BPH). Kontipasi kronis, ascites yang semuanya itu
merupakan factor predis posisi meningkatnya tekanan intra abdominal.
Riwayat kesehatan sekarang
Pada umunya penderita mengeluh merasa adanya benjolan di selangkangan / di daerah
lipatan pada benjolan itu timbul bila penderita berdiri lama, menangis, mengejar waktu defekasi
atau miksi mengangkat benda berat dsb, sehingga ditemukan rasa nyeri pada benjolan tersebut.
Selain itu juga di dapatkan adanya gejala lain seperti mual dan muntah akibat dari peningkatan
tekanan intra abdominal.
Riwayat kesehatam keluarga

Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit HIL atau penyakit menular lainnya.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Kesadaran, GCS, Vital sigh, bb dan Tb
Pemeriksaan laboratorium
Analisah slarah, untuk mengetahui jumlah darah seluruhnya Hb faal hemostasis, dan
jumlah lekosit.
Analisah urin untuk mengetahui adanya infeksi saluran kencing.
Pemeriksaan penunjang
foto thorax, untuk mengetahui keadaan dari jantung dan paru.
Pemeriksaan ECG, dilakukan pada pasien yang berusia 45 th.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d adanya insisi dari pembedahan dan trauma jaringan.
Potensial terjadi infeksi b/d adanya luka insisi pada operasi.
Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri
Ancretas b/d kurangnya pengetahuan klien tentang penyakitnya.
Gangguan eliminasi urine: Retensi urin b/d pengaruh anasthesi.

C. RENCANA PERAWATAN
Gangguan rasa nyaman (nyeri) s/d adanya insisi dari pembedahan dan trauma jaringan.
Tujuan : rasa nyeri berkurang dan rasa nyaman terpenuhi dalam waktu 3x24 jam.
Kriteria : - kx mengungkapkan myeri berkurang
- kx bebas dari rasa nyeri
- Ekspresi wajah tenang dan santai
- kx dapat tidur dan istirahat dengan nyaman

Rencana :
Melakukan pendekatan pada klien dan keluarga dengan komunikasi yang baik.
R/ : Dengan komunikasi yang baik akan memudahkan kita dalam melaksanakan asuhan
keperawatan sehingga px & kiq lebih kooperatif
Catat lokasi, intensitas, durasi dan penyebaran rasa nyeri
R/ : Mengetahui perkembangan nyeri dan tanda tanda nyeri hebat sehingga dapat menentukan
tindakan selanjutnya.
Beri penjelasan pada kx sebab sebab terjadinya nyeri
R/ : kx tidak merasa cemas dan mengerti sebab sebab nyeri.
Anjurkan teknik distraksi dan relaksasi
R/ : Menurunkan ketegangan otot, sendi dan melancarkan peredaran darah sehingga dapat
mengurangi nyeri.
Beri dorongan pada klien untuk melakukan mobilisasi secara bertahap.
R/ : Menghindari kekakuan sendi otot dan penekanan pada daerah tertentu
Laksanakan instruksi dokter untuk pemberian obat analgesik
R/ : Analgesik berfungsi sebagai depresan system syaraf pusat sehingga dapat mengurangi atau
menghilangkan nyeri.
Potensial terjadi infeksi adanya luka pada okerasi.
Tujuan : Luka operasi tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil : tidak ada tanda tanda infeksi / radang (color, dolor, rubar, tumor, functio laesa).
Rencana:
Beri penjelasan pada klien perlunya menjaga kebersihan daerah luka operasi
R/ : Dengan penjelasan diharapkan kx mengerti tentang pentingnya menjaga kebersihan daerah
luka operasi.
Observasi tanda tanda infeksi pada daerah operasi
R/ : Respon jaringan terhadap infeksi di manifestasikan dengan oedem, kemerahan, dan
berkurangnya epitelisasi atau granulasi kulit.
Periksa kulit untuk memeriksa adanya infeksi yang terjadi.
R/ : Gangguan pada integritas kulit atau dekat dengan lokasi operasi adalah sumber kontaminasi
luka.
Rawat luka operasi dengan tekhnik aseptik
R/ : Tindakan aseptik akan menghangat pertumbuhan kulitan dan menjaga luka operasi dari
infeksi.
Observasi gejala kardinal
R/ : Mengetahui perkembangan kesehatan kx dan peningkatan suhu merupakan salah satu tanda
infeksi.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik.
R/ : Anergiotik berfungsi untuk membunuh kuman dan mencegah infeksi
Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri
Tujuan : pasien mampu mobilisasi
Kriteria Hasil : -pasien mampu melakukan pergerakan secara bertahap
-pasien bisa beraktifitas mandiri
Rencana :
Beri motivasi & latihan pada pasien untuk beraktifitas

R/ : meningkatkan perasaan untuk beraktivitas


Ajarkan teknik mobilisasi di tmpat tidur
R/ : melatih menggerakan anggota tubuh
Anjurkan keluarga untuk memotivasi dan membantu melatih mobilisasi pasien
R/ : keluarga punya peran penting membantu pasien
Tingkatkan aktifitas secara bertahap
R/ : meningkatkan mobilitas pasien

DAFTAR PUSTAKA
Black, M., Joyce, Ester, 1997, Medical Surgical Nursing Clinical Management for
Continuity of Care, USA
Brunner and Suddarth, 1980, Medical Surgical Nursing, J.B. Lippincott Company,
Philadelphia, USA
Donna, L., Wong, Marilyn Hockenberry-Eaton, Marilyn L. Winke David Wilson, et al,
1999, Wholey and Wongs Nursing Care of and Children, St. Louis, Mosby, USA
Kendarto, 1994, Hernia, HDW Ilmu Bedah I, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta
NANDA. 2005. Nursing Diagnosis : Definition and Classification 2005-2006. NANDA
International. Philadelphia.
University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing

LAPORAN PENDAHULUAN SISTEM PENCERNAAN HERNIA DiSusun Oleh: FIQI


RAMADHAN NIM : 1114201012 Semester IV PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
TAHUN 2012 1. Definisi Hernia adalah prostusi dari organ melalui lubang defektif yang didapat
atau kongenital pada dinding rongga yang secara normal berisi organ. (Barbara Engram Hernia
adalah prostusi abnormal organ atau jaringan, atau bagian organ yang melalui struktur yang
secara abnormal berisi bagian ini. (Monika Ester) Hernia adalah penonjolan isi perut, dari rongga
yang normal melalui defek pada fasia dan muskuloaponeuretik dinding perut. (Mansjoer,Arif
dkk.Kapita Selekta Kedokteran) Hernia adalah: suatu tonjolan yang abnormal dari organ organ
intra abdominal keluar dari cavum abdomen tapi masih di capai oleh peritonium.(purnawan
djumadi 1999) Secara umum Hernia merupakan proskusi atau penonjolan isi suatu rongga dari
berbagai organ internal melalui pembukaan abnormal atau kelemahan pada otot yang
mengelilinginya dan kelemahan pada jaringan ikat suatu organ tersebut (Griffith, 1994). Hernia

adalah: kelemahan pada dinding otot abdomen dimana segmen dari isi perut atau struktur
abdomen lain yang menonjol atau turn (Ignatavicius Donna, and Bayne Marilynn, 2002).
Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical Problems, hal 1368) Hernia
adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui pembukaan yang abnormal atau kelemahannya
suatu area dari suatu dinding pada rongga dimana ia terisi secara normal (Lewis, Sharon Mantik,
2000, Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical Problems. Fifth
Edition. By Mosby Inc) Hernia scrotalis adalah merupakan hernia inguinalis lateralis yang
mencapai skrotum (Syamsuhidajat, 1997, Buku Ilmu Bedah, hal 717). Pengertian Hernia adalah
menonjolnya suatu organ atau struktur organ dan tempatnya yang normal malalui sebuah defek
konsenital atau yang didapat. (Long, 1996 : 246) Hernia adalah suatu keadaan menonjolnya isi
usus suatu rongga melalui lubang (Oswari, 2000 : 216). Hernia adalah penonjolan sebuah organ,
jaringan atau struktur melewati dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian
tersebut (Nettina, 2001 : 253). Hernia inguinalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah
sela paha (regio inguinalis). (Oswari, 2000 : 216). 2. Etiologi Penyebab dari timbulnya hernia
yaitu dapat berupa: - Kongenital: kanalis inguinalis belum menutup. - Kelemahan dinding
abdomen dan peningkatan tekanan intraabdominal yang dapat terjadi karena: - Kehamilan Obesitas - Mengangkat beban berat - Batuk - Konstipasi 3. Klasifikasi a)Berdasarkan proses
terjadinya hernia terbagi atas : - Hernia bawaan (Kongenital) - Hernia dapatan (akuisita)
b)Berdasarkan letak, Hernia terbagi atas : - Hernia diafragma - Hernia inguinalis - Hernia
umbilical - Hernia strotalis - Hernia insisional. 1. Hernia congenital: - Hernia umbilikalis Hernia diafragnatika - Hernia inguinalis lateralis 2. Hernia didapat: - hernia inguinalis medialis Hernia femoralis 1. Hernia Inguinalis Indirek Terjadi melalui cincin inguinalis dan melalui
korola spermatikus melalui korola inguinalis.Umumnya terjadi pada pria daripada
wanita.Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil.Hernia ini sangat besar dan sering turun
keskrotum. 2. Hernia Inguinalis Direk Hernia ini melewati dinding abdomen diare kelemahan
otot,tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis direk;ini lebih umum pada
lansia. 3. Hernia Femoralis Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada
wanita daripada pria.Ini mulai sebagai penyumbat lemak dikanalis femoralis yang membesar dan
secara bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk
kedalam kantung. 4. Hernia Umbilikalis Pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena
peningkatan tekanan abdominal.Ini biasanya terjadi pada orang yang gemik dan wanita
Multipara. 4. Manifestasi klinis - Adanya benjolan diselangkangan/kemaluan Misalnya:Rasa
sakit yang terus menerus - Adanya nyeri Misalnya:Pasien gelisah dan muntah - Jari tangan dapat
masuk pesibulus spermatikus sampai keanulus inguinalis interus - Nyeri - Muntah, mual - Nyeri
abdomen - Distensi abdomen - Kram - Ada penonjolan keluar 5. Patafisiologi Hernia
berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti tekanan pada saat
mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batukyang kuat atau bersin dan
perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah
abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding
abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak
atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan
kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal,
kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu selalu saja melakukan pekerjaan yang berat
dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan
mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang
terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka

berbahaya dan dapat menyebabkan ganggren. 6. Pathway Mengangkat beban


berat,kegemukan,batuk kronis Peningkatan tekanan intraabdominalis Defek dinding otot
abdominal Lubang embrional yang tidak menutup/melebar/cincin hernia Penonjolan isi
perut/usus Usus masuk ke kantung hernia Belum terjadi Penjepitan +_ Penjepitn usus 6 jam
Pejempitan 6 jam. Benjolan bisa Belum ada tanda Ada tanda ilius obstruktiv kembali. Ilius
obsteruktiv. Reponibilis. Nyeri daerah hernia Hernia inkarserta. Hernia ireponsibilis. Catatan:
Mengangkat beban berat,kehamilan,kegemikan atau batuk kronis yang dapat menyebabkan
peningkatan tekana intraabdominal.Adanya peningkatan tekana intraabdominal dapat
menimbulkan defek dinding otot abdominal.Defek ini terjadi karena adanya kelemahan jaringan
atau ruang luas pada ligamen inguinal karena adanya defek dinding otot abdomen menyebabkan
lubang embrional serta cincin hernia tidak menutup/melebar dimana dalam keadaan normal jari
tangan tidak dapat masuk.Karena adanya pelebaran lubang embrional/cincin hernia menyebakan
penonjolan isi perut/usus dari rongga yang normal. 7. Penatalaksanaan Pemeriksaan Diagnostik
Sinar X Pada abdomen akan menunjukkan kuantitas cairan atau gas Pemeriksaan darah
lengkap:Hb yang rendah dapat mengarah pada anemia/kehilangan darah dan keseimbangan
oksigenasi jaringan dan pengurangan Hb yang tersedia dengan anestesi inhalasi,peningkatan Ht
mengidetifikasikan dehidrasi.Penurunan Ht mengarah pada kelebihan cairan. Waktu koagulasi
mempengaruhi hemostatis intraoperasi/pascaoperasi EKG:penemuan akan sesuatu yang
sesuatu yang tidak normal membutuhkan prioitas perhatian untuk memberikan anestesi. 2.
Farmakologi Terapi obat analgetik 3. Pembedahan Herniatomi Dilakukan pembebasan
kantong hernia sampai lehernya kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan jika ada
perlekatan,kemudian diare posisi kantong hernia dijahit,ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
Henia plastik Dilakukan tindakan memperkecil anulis inguinalis interus dan memperkuat dinding
belakang kanalis linguinalis 8. Komplikasi 1. Terjadi perlengketan pada isi hernia dengan
dinding kantong hernia tidak dapat dimasukkan lagi 2. Terjadi penekanan pada dinding hernia
akibat makin banyaknya usus yang rusak 3. Pada strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan
kontinue menyebabkan daerah benjolan merah 9. Asuhan keperawatan a. Pengkajian Pengkajian
pasien Post operatif (Doenges, 1999) adalah meliputi : 1). Sirkulasi Gejala : riwayat masalah
jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan
risiko pembentukan trombus). 2). Integritas ego Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ;
factor-faktor stress multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup. Tanda : tidak dapat
istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis. 3). Makanan / cairan
Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi
(termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa
pra operasi). 4). Pernapasan Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok. 5). Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi immune
(peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi
kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat
penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat
transfuse darah / reaksi transfuse. Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
6). Penyuluhan / Pembelajaran Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic,
antihipertensi, kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan,
analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau
obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi
koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi). b.
Pemeriksaan Umum. TTV,hipotermi, TD normal , Tachicardi. - Fisik. Kepala : Ekspansi wajah

menyeringai , merintih , menahan sakit . Dada : Suara nafas normal. Perut : Bising usus bisa
normal / meeningkat ,benjolan ingiunalis nyeri tekan. - Diagnostik. - Foto ronsend spinal.
Memperlihatkan adanya perubahan degeneratif pada tulang belakang kecurigaan patologis lain
seperti tumor osteomilitis. - Elektromigrafi. Dapat melokalisasi tingkat dasar saraf spinal
terutama yang trkena. - Venogram epidural. Dapat di lakukan pada kasus keakuratan dari
miogram terbatas. - Fungsi lumbal. Mengsampingkan kondisi yang berhubungan dengan infeksi
adanya darah. - Scan CT. Dapat menunjukan kanal spinal yang mengecil, adanya proteksi diskus
intervetrebralis. c. Diagnose keperawatan 1. Pre operasi. - Nyeri berhubungan dengan peritonium
teregang. - Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang tindakan operasi. 2. Post
operasi. - Nyeri berhubungan dengan terputusnya intergitas jaringan. - Kurang prawatan diri
berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisiksekunder terhadap pembedahan. - Resiko tinggi
infeksi berhubungan dengan luka pembedahan - intoleran aktifitas 1. Analisa data ANALISA
DATA PRE OPERASI NO DATA PENYEBAB MASALAH KEPERAWATAN 1 DS: - Klien
banyak bertanya tentang penyakit yang dideritanya DO: - Ekspresi wajah tegang dan pucat Respirasi, nadi, tekanan darah meningkat Proses hospitalisasi Kurang Informasi Stress
meningkat Ansietas 2 DS: - Klien mengeluh nyeri seperti tertusuk, yang akan memburuk dengan
adanya batuk, membungkukkan badan, defekasi DO: - Nyeri pada palpasi - Wajah tampak
meringis Kongenital dan akuisitas Peningkatan kelemahan tekanan intra otot abdomen
Invaginasi kanalis inguinalis Spasme otot Strangulasi usus Nyeri H. ANALISA DATA POST
OPERASI NO DATA PENYEBAB MASALAH KEPERAWATAN 1 DS. - Klien mengeluh nyeri
pada luka bekas operasi DO: - Ekspresi wajah meringis - Klien memegang daerah yang nyeri
Tindakan pembedahan Terputusnya kontinuitas jaringan Ujung saraf bebas terangsang
lmpuls diterima oleh serabut Diteruskan ke kornu dorsalis di medulla spinalis Hipotalamus
Cortex cerebri Nyeri 2 DS: - Klien mengeluh tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya
dilakukan DO: - Perubahan jalan, berjalan dengan pincang - ADL dilakukan di tempat tidur ADL dibantu perawat keluarga Tindakan pembedahan Terputusnya kontinuitas jaringan
Nyeri di daerah post operasi Takut bergerak Aktivitas menurun Intoleransi aktivitas 3 DO: Hipertemia - Terdapat luka bekas operasi Tindakan pembedahan Terputusnya kontinuitas
jaringan Adanya luka insisi Post dentry kuman Risiko tinggi infeksi 5. 6. 7. I. RENCANA
PERAWATAN PRE OPERASI NO DIAGNOSA KEPERAWATAN RENCANA ASUHAN
KEPERAWATAN (TUJUAN, KRITERIA RENCANA TINDAKAN) 1 Ansietas berhubungan
dengan kurangnya informasi, ditandai dengan: ekspresi wajah tegang dan pucat, respirasi, nadi,
tekanan darah meningkat T : Kecemasan hilang/berkurang dalam waktu 1 x 24 jam setelah
perawatan K : - Tampak rileks/tenang - Melaporkan ansietas hilang/berkurang I : - Kaji tingkat
ansietas pasien - Beri informasi yang akurat tentang penyakit yang dideritanya. - Beri
kesempatan pasien untuk mengungkapkan masalah yang dihadapinya. - Ajarkan mekanisme
koping yang baru. 2 Nyeri berhubungan dengan spasme otot, ditandai dengan: wajah tampak
meringis, nyeri pada palpasi. T : Nyeri hilang/terkontrol dalam waktu 2 x 24 jam setelah
perawatan K : - Wajah tampak ceria - Melaporkan nyeri hilang/terkontrol I : - Kaji tingkat nyeri,
catat lokasi, lamanya serangan, faktor pencetus/yang memperberat - Ajarkan teknik relaksasi Lakukan massage pada daerah sekitar nyeri - Observasi TTV - Kolaborasi pemberian obat sesuai
indikasi. 8. J. RENCANA PERAWATAN POST OPERASI NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (TUJUAN, KRITERIA RENCANA TINDAKAN) 1
Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan, ditandai dengan klien mengeluh
nyeri pada luka bekas operasi, wajah tampak meringis T : Nyeri hilang/berkurang dalam waktu 2
x 24 jam setelah perawatan K : - Nyeri hilang/berkurang - Wajah tampak ceria I : - Observasi

keadaan umum dan tanda-tanda vital - Kaji tingkat nyeri, lokasi, lamanya serangan - Anjurkan
teknik relaksasi nafas dalam - Anjurkan klien untuk merubah posisi setiap 2 jam - Kolaborasi
pemberian obat analgetik sesuai indikasi 2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri yang
dirasakan pada daerah bekas operasi ditandai dengan perubahan jalan, ADL dilakukan di tempat
tidur, ADL dibantu oleh perawat/keluarga T : Klien dapat melakukan aktivitas sendiri dalam
waktu 2 x 24 jam setelah perawatan K : - Klien mampu melakukan aktivitas sendiri I : - Catat
respon emosi/perilaku mobilitas. Berikan aktivitas yang dapat ditoleransi. - Anjurkan pasien
untuk tetap ikut berperan serta dalam aktivitas sehari-hari dalam keterbatasan individu. - Bantu
pasien dalam melakukan aktivitas 3 Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan tindakan
pembedahan ditandai dengan DS: - DO: - Hipertermia - Terdapat luka bekas operasi T : Tidak
terjadi infeksi pada area bekas operasi dalam waktu 3 x 24 jam setelah perawatan K : - Luka
operasi kering - Tidak ada tanda-tanda infeksi I : - Awasi tanda-tanda infeksi - Ganti alat tenun
dan pakaian setiap hari - Jaga kebersihan diri dan lingkungan - Ganti balutan setelah 2 hari post
operasi dan selanjutnya rutin setiap hari dengan teknik septik/aseptik. - Kolaborasi untuk
pemberian obat antibiotik Pre operasi. DX I. - Puasakan klien 12 jam sebelum pembiusan. R/
Pengosongan lambung memerlukan waktu sebelum di lakukan anestesi. - Persiapan mental klen.
R/ Peningkatan pegetahuan klien akan kooperatif dalam tindakan yang akan di lakukan. Bersikan kulit daerah operasi . R/ Mencegah infeksi selama operasi. DX II. - Ansietas
berhubungan dengan kurang pengetahuan tetang tindakan operasi. - Kreteria : . Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi. - Pemeriksaan diagnostik dan rencana tindakan.
Intervensi : - Berikan informasi tentang pemeriksaan diagnostik. R/ Informasi akan mendorong
partisipasi klien dalam pengambilan keputusa dan kemandirian maximum. 2. Post operasi. DX I.
- Berikan HE Tentang tehnik relaksasidan distraksi. R/ Mengurangi rasa nyeri yang ada dengan
pengalihan perhatian. - Perawatan luka pada daerah operasi. R/ Mencegah terjadinya infeksi. Observasi TTV. R/ Mengetahui perkembangan dan tanda tanda penurunan /peningkatan
kesehatan klien. DX II. - Memberikan HE pada keluarga tentang perawatan klien. R/
Memberikan rasa nyaman pada klien. - Observasi TTV. R/ Mengetahui kegawatan / penurunan
kesehatan klien. DX III. - Inspeksi kulit untuk adanya iritasi / robekan / luka. R/ Deteksi tanda
mulanya peradangan. - Memberikan perawatan pasien sesuai protap. R/ Nenberikan perawatan
yang profesional dan mencegah terjadinya mal praktek. 10. Penutupan A. kesimpulan B. saran
11. Daftar pustaka Doengoes ME (2000), Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3, EGC , Jakarta.
-Purnawan Djunaidi dkk (1999) , Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3, Media Ausculapius FKUI ,
jakarta. -Barbara Engran (1999) , Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah Volum 1 , EGC,
Jakarta. Barbara Engram, Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah, EGC, Jakarta, 1998.
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien, ed.3. EGC, Jakarta. Griffith H. Winter, Buku Pintar Kesehatan, EGC,
Jakarta, 1994. Lynda Juall carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi
keperawatan, EGC, Jakarta, 1995. Nettina, S.M, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta :
EGC. Oswari, E. 2000. Bedah dan Perawatannya. Jakarta : FKUI.
Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ

Kebidanan
o
o
o
o
o

Keperawatan

SAP

Alat Kesehatan

Cerita

About

Uncategories ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HERNIA INGUINALIS LATERALIS


INKASERATA

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HERNIA INGUINALIS LATERALIS


INKASERATA
Christy Arum 17:40

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN HERNIA INGUINALIS LATERALIS INKASERATA

A. Pengertian
Hernia adalah prostrusi dari organ melalui lubang defektif yang didapat atau
kongenital pada dinding rongga yang secara normal berisi organ.
Istilah hernia berasal dari bahasa Yunani ERNOS yang berarti penonjolan.

B.

Macam macam hernia.


Ditinjau dari letaknya, hernia dibagi menjadi 2 golongan :

1.

Hernia eksterna.
Hernia yang tonjolannya tampak dari luar yaitu hernia inguinalis lateralis (indirek),
hernia inguinalis medialias (direk), hernia femoralis, hernia umbilikalis, hernia supra
umbilikalis, hernia sikatrikalis, dan lain lain.

2.

Hernia interna
Hernia yang tonjolannya tidak tampak dari luar, yaitu hernia obturatorika, hernia
diafragmatika, hernia foramen Winslowi dan hernia ligamen treitz.
Hernia inguinalis lateralis inakserata merupakan hernia yang sering atau paling
banyak didapat terutama pada laki laki, dengan bentuknya bulat lonjong. Disebut
inkaserata karena hernia yang isi kantongnya tidak dapat kembali ke dalam rongga
perut disertai gangguan passage dan atau vaskularisasi.

C.

Penyebab.
Penyebab terjadinya hernia ada dua yaitu :

1.

Kongenital
Terjadi sejak lahir.

2.

Didapat (acquired)
Terjadi setelah dewasa atau pada usia lanjut. Disebabkan adanya tekanan
intraabdominal yang meningkat dan dalam waktu yang lama misalnya batuk kronis,
konstipasi kronis, gangguan proses kencing (hipertropi prostat, striktur uretra),
ascites dan sebagainya.

D. Patologi anatomi
Hernia terdiri dari 3 unsur yaitu kantong hernia yang terdiri dari peritoneum,
isi hernia yang biasanya terdiri dari usus, omentum, kadang berisi organ
intraperitoneal lain atau organ ekstraperitoneal seperti ovarium, apendiks divertikel
dan buli buli. Unsur terakhir adalah struktur yang menutupi kantong hernia yang
dapat berupa kulit (skrotum) umbilikus atau organ - organ lain misalnya paru dan
sebagainya.
Pada hernia inguinal lateralis (indirek) lengkung usus keluar melalui kanalis
inguinalis dan mengikuti kora spermatikus (pria) atau ligamen sekitar (wanita). Ini
diakibatkan gagalnya prosesus vaginalis untuk menutup testis turun ke dalam
skrotum atau fiksasi ovarium.
Pada pertumbuhan janin (+ 3 minggu) testis yang mula mula terletak di
atas mengalami penurunan (desensus) menuju ke skrotum. Pada waktu testis turun
melewati inguinal sampai skrotum prossesus vaginalis peritoneal yang terbuka dan
berhubungan dengan rongga peritoneum mengalami obliterasi dan setelah testis
sampai pada skrotum, prossesus vaginalis peritoneal seluruhnya tertutup
(obliterasi). Bila ada gangguan obliterasi maka seluruh prossesus vaginalis
peritoneal terbuka, terjadilah hernia inguinalis lateralis. Hernia inguinalis lateralis
lebih sering didapatkan dibagian kanan (+ 60 %). Hal ini disebabkan karena proses
desensus dan testis kanan lebih lambat dibandingkan dengan yang kiri.

E.

Tanda dan gejala


Pasien mengeluh benjolan pada lipat paha atau perut di bagian bawah. Benjolan
dapat keluar dan masuk di daerah kemaluan, kadang kadang terasa kemeng. Bisa

terjadi obstruksi usus seperti bising usus nada tinggi sampai tak ada, mual dan
muntah.

F.

Penatalaksanaan.

1.

Manajemen medis
Setiap penderita hernia inguinalis lateralis selalu harus diobati dengan jalan
pembedahan. Pembedahan secepat mungkin setelah diagnosa ditegakkan. Adapun
prinsip pembedahan hernia inguinalis lateralis adalah :

a.

Herniotomy : membuang kantong hernia, ini terutama pada anak anak karena
dasarnya adalah kongenital tanpa adanya kelemahan dinding perut.

b.

Herniorrhaphy : membuang kantong hernia disertai tindakan bedah plastik untuk


memperkuat dinding perut bagian bawah di belakang kanalis inguinalis.
Pada pasien yang didapatkan kontraindikasi pembedahan atau menolak dilakukan
pembedahan, dapat dianjurkan untuk memakai sabuk hernia (truss). Sabuk itu
dipakai waktu pagi dimana penderita aktif dan dilepas pada waktu istirahat
(malam).

2.

Manajemen keperawatan

a.

Pre operasi :

Pengkajian : ditujukan pada nyeri, ada tonjolan (pembengkakan) di daerah inguinal,


cemas, tingkat pengetahuan pasien tentang hernia dan penanganannya. Pengkajian
juga ditujukan pada riwayat.
Diagnosa keperawatan : masalah keperawatan yang bisa muncul adalah gangguan
kenyamanan, kecemasan, kurang pengetahuan dan resiko tinggi terjadi
reinkarserata.
Intervensi keperawatan (secara umum) ; beri posisi kepala tempat tidur ditinggikan,
bila hernia turun/menonjol dimasukan kembali secara manual, anjurkan
menggunakan sabuk hernia, beri analgesik sesuai advis, hindari manuever yang

bisa meningkatkan tekanan intraabdominal : batuk kronik, angkat berat, mengedan


secara kuat dan anjurkan untuk kompres dingin pada daerah yang bengkak.
b.

Post operasi :
Dihubungkan dengan pembedahan umum lainnya seperti masalah resiko tinggi
infeksi, masalah gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan luka operasi, dan
pendidikan pasien untuk perencanaan pulang.

Daftar Pustaka

Carpenito,J,L (1999). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan Edisi 2

D.D.Ignatavicius dan M.V.Bayne (1991), Medical Surgical Nursing, A Nursing Process


Approach, W. B. Saunders Company, Philadelphia

Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ).
Philadelpia, F.A. Davis Company.

Engrand, Barbara (1999), Keperawatan Medikal Bedah, volume 4, Jakarta, EGC

Goodner, Brenda & Roth, S.L. (1995), Panduan Tindakan Keperawatan Klinik Praktis, alih
bahasa Ni Luh G. Yasmin Asih, EGC, Jakarta

Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process
Approach St. Louis. Cv. Mosby Company.

Senat Mahasiswa FK Unair (1996) Diktat Kuliah Ilmu Bedah 1, Surabaya

Laporan Kasus

ASUHAN KEPERAWATAN TN. SUWITO


DENGAN HERNIA INGUINALIS LATERALIS SINISTRA
DI RUANG BEDAH G RSDS SURABAYA

Tgl. MRS :
No. Register :

Tempat/tanggalpengkajian : Bedah G,

PENGKAJIAN
I.

Biodata

A. Identitas pasien
1.

Nama : Tn. Suwito (Laki laki/62 tahun)

2.

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

3.

Agama : Islam

4.

Status perkawinan : kawin

5.

Pendidikan/pekerjaan : SD/swasta.

6.

Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia dan Jawa

7.

Alamat : Asam Jaya V/27 Surabaya

8.

Kiriman dari : datang sendiri

B.

Penanggung jawab pasien


Pasien sendiri bertanggung jawab atas perawatannya dan dijaga oleh anak
sulungnya yang tinggal bersama dengan pasien.

II. Alasan masuk rumah sakit


A. Alasan dirawat :
Pasien menderita nyeri hebat pada jam 11.00 tanggal 08 10 2001, hernia yang
menonjol tidak bisa masuk.
B.

Keluhan utama :
Pasien dan keluarga belum memahami mengenai penyakit yang diderita, dan
penanganannya. Pasien mengatakan apabila terjadi penurunan hernia maka yang
dilakukan hanyalah mendorongnya masuk kembali. Terjadi bila pasien bekerja keras
seperti mengangkat beban berat, saat BAB mengedan terlalu kuat. Pasein
mengatakan nyeri yang dirasakan biasanya di daerah perineum dan menjalar ke
belakang. Pasien dan keluarga menanyakan bagaimana penyakit ini bisa timbul dan
selain penanganan yang sudah dilakukan, tindakan lain apa yang harus dilakukan.

III. Riwayat kesehatan


A. Riwayat kesehatan sebelum sakit ini :
Pasien pernah menderita penyakit malaria waktu SD namun tidak sampai opname.
Pasien tidak ada alergi makanan dan obat obatan.
B.

Riwayat kesehatan sekarang :


Pasien merasakan hal ini sejak 2 tahun yang lalu. Namun tidak mengganggu
aktivitas karena dianggap biasa saja. Selain itu dengan mendorong ke atas maka
hernia akan masuk kembali. Pada tanggal 09 10 2001 jam 11.00 pasien
merasakan nyeri hebat yang tidak tertahankan. Pasien berusaha mendorong masuk

tetapi tidak bisa. Akhirnya jam 20.24 pasien dibawa ke IRD RSUD Dr. Soetomo
Surabaya.
C.

Riwayat kesehatan keluarga :


Kakek, nenek, saudara kandung ibu/bapak pasien tidak ada yang sakit. Saudara
kandung pasien salah satunya menderita asma. Orang tua pasien meninggal karena
usia tua.
Genogram :

Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Tinggal serumah
: pasien

IV. Informasi khusus


A. Masa balita
1.

Keadaan bayi lahir


Pasien waktu lahir normal dan sehat. Tidak tahu APGAR score, BB dan PB lahir, dan
lingkar kepala dan dada.

2.

Riwayat sehari hari


Pasien tumbuh dan berkembang sebagaimana layaknya teman teman yang lain
selama dalam proses tumbuh kembang.

B.

Klien wanita

Tidak dikaji

V. Aktivitas hidup sehari hari


Aktivitas sehari
hari
A.

Makan dan
minum

Pre masuk RS

Pasien makan tiga


kali sehari, tidak ada
makanan pantangan

Di rumah sakit

Pasien makan 3 kali/hari,


saat ini pasien puasa untuk
pemeriksaan gula darah,
sebelumnya diet lunak.

1.

Nutrisi

2.

Minum

B.

Eliminasi

1.

BAB

2.

BAK

BAK 2 kali/hari, tidak


ada kelainan

Tidak berkeringat

Keringat

Berkeringat bila
bekerja

Tidak tentu

Istirahat di tempat tidur

Malam hari jam


21.00 05.00. Tidak
ada kesulitan dalam
tidur.

Pasien baru satu malam di


RS dan tadi malam bisa tidur
dengan tenang karena hernia
sudah masuk kembali

Pasien sekarang
tidak bekerja lagi (di
rumah saja).

Pasien melakukan aktivitas


seperti biasa, hanya saat
terjadi herniasi maka pasien
hanya berbaring di tempat
tidur. Saat sekarang mandi,
menggosok gigi, BAB dan

3.
C.

Istirahat dan
tidur

1.

Istirahat

2.

Tidur

D.

Aktivitas

Pasien hanya minum


air putih, 8 10
gelas/hari.

1 kali sehari, tidak


konstipasi, warna
dan jumlah normal
serta tidak ada
kelainan dan bau

Belum BAB sejak masuk.

BAK 2 kali perhari, jumlah 2


gelas, warna kuning dan
tidak ada kelainan

BAK dilakukan di kamar


mandi.
E.

Kebersihan diri

Pasien mandi 2
X/hari, menggosok
gigi setiap kali
setelah mandi dan
makan, tidak ada
hambatan dalam
melakukana
personal hygiene

Pasien mandi pagi dan sore,


menggosok gigi. Melakukan
personal hygiene di kamar
mandi

F.

Rekreasi

Pasien senang
mendengar radio
dibandingkan
menonton tv dan
mendengar musik.

Tidak bisa dilakukan karena


masuk rumah sakit

VI. Psikososial
A. Psikologsi
1.

Persepsi klien terhadap penyakit :


Menurut pasien dan keluarga mereka belum mengerti proses penyakit, dan cara
menangani selain yang dilakukan pasien. Keluarga menanyakan bagaimana bila
dilakukan operasi karena baru pertama kali mengalami hal ini.

2.

Konsep diri :
Pasien mengatakan bahwa perannya sebagai orang tua terganggu namun beliau
menyatakan bahwa anak anaknya sudah dewasa dan sudah biasa mandiri bila
ayahnya tidak ada.

3.

Keadaan emosi :
Pasien pasrah saja terhadap apa yang dialaminya.

4.

Kemampuan adaptasi :
Pasien mampu beradaptasi terhadap apa yang dialaminya sekarang.

5.

Mekanisme pertahanan diri :

Pasien menyerahkan sepenuhnya sakit yang dialaminya kepada Tuhan Yang


Mahaesa.
B.

Sosial
Hubungan pasien dengan keluarga dan keluarga lain harmonis, dimana anak anak
dan isterinya secara bergantian menunggu dan membantu pasien dalam memenuhi
kebutuhannya. Saat berinteraksi dengan perawat, pasien kontak mata terus dan
sangat memperhatikan apa yang dijelaskan. Kegemaran/hoby adalah membaca dan
merawat bunga.

C.

Spiritual
Pelaksanaan ibadah : pasien beribadah 5 waktu namun sejak masuk rumah sakit
pasien hanya berdoa dalam hati. Keyakinan tentang kesehatannya menurut pasien
karena pekerjaan yang keras dan tidak disadari bahwa hal tersebut merupakan
pencetus terjadi sakitnya..

VII. Pemeriksaan fisik


A. Keadaan umum :
Nampak tenang dan lemah, kesadaran baik, tampak sakit sedang. Tingkat
kesadaran compos mentis, GCS : 4 5 6. Ciri tubuh kulit sawo matang, rambut air
dan agak kurus. Tanda vital : nadi 140 X/menit, RR 20 X/menit, suhu 36 70C, tekanan
darah 120/70 mmHg.
B.

Head to toe

1.

Kepala
Bentuk kepala bulat, posisi kepala datar tanpa bantal, tidak ada luka atau cedera
kepala dan kulit kepala tidak ada kotoran atau bersih.

2.

Rambut
Rambut lurus, warna hitam dan agak panjang. Nampak bersih, tidak ada ketombe.

3.

Mata (penglihatan).

Visus/ketajaman penglihatan dapat melihat dengan baik, sklera putih, konjungtiva


tidak anemis, kedua pupil (kanan dan kiri) isokor, refleks cahaya positif, posisi bola
mata tengah, dan menggunakan alat bantu yaitu kaca mata.
4.

Hidung (penciuman).
Bentuk normal, tidak ada kelainan seperti deviasi septum, mempunyai dua lubang,
sekret tidak ada, epistaksi dam rhinorrhea, peradangan mukosa dan polip tidak ada,
sedangkan fungsi penciuman normal.

5.

Telinga (pendengaran).
Ketajaman pendengaran baik, bentuk normal : simetris kiri dan kanan, fungsi
pendengaran baik, tidak ada serumen dan cairan, demikian juga dengan
perdarahan dan otorrhoe serta alat bantu tidak ada.

6.

Mulut dan gigi.


Bentuk bibir normal, mulut tidak berbau dan bersih. Tidak ada perdarahan dan
peradangan pada mulut. Jumlah gigi utuh, tidak ada karang/caries, tepi lidah tidak
hiperemik, tidak ada benda asing atau gigi palsu. Sedangkan fungsi pengecapan
baik, bentuk dan ukuran tonsil normal serta tidak ada peradangan pada faring.

7.

Leher
Kelenjar getah bening, kelenjar tiroid dan tekanan vena jugularis tak ada kelainan
(tidak mengalami pembesaran), tidak ada kaku kuduk : dimana pergerakan
memutar dan menoleh dalam batas normal.

8.

Thoraks (fungsi pernapasan)


Inspeksi : simetris, pengembangan dada optimal, frekuensi pernapasan 20 x/menit.
Palpasi : hangat, ada vokal fremitus, ekspansi paru pada inspirasi dan ekspirasi
maksimal. Perkusi : tidak ada penumpukan sekret, tidak ada hiperresonan dan bunyi
konsolidasi. Auskultasi : tidak ada ronchii, rales ataupun wheezing.

9.

Abdomen
Inspeksi : tidak ada massa, abdomen simetris, tidak ada jaringan parut, dilatasi
vena ataupun kemerahan. Palpasi : tidak ada spasme abdomen, tidak ada nyeri

tekanan lepas. Perkusi : tidak ada distensi kandung kemih, ataupun


lambung/saluran cerna. Auskultasi : bising usus normal (17 X/menit).
10. Reproduksi (alat kelamin)
Inspeksi : nampak bersih dan pada saat pasien disuruh mengedan nampak ada
benjolan bulat lonjong di daerah inguinal. Palpasi : tes Zieman ada dorongan pada
jari kedua dari tangan kanan. Pada tes finger ada dorngan atau tekanan pada ujung
jari telunjuk dan pada tes Thumb tidak ada tonjolan pada waktu pasien mengedan.
Tidak ada nyeri tekan.
11. Ekstremitas
Tidak ada luka pada tangan kiri dan kanan. Kekuatan cukup, dimana mampu
membolak balikan tangan dan menggerakan kakinya.
12. Integumen
Secara umum kulit kelihatan bersih, tidak ada penyakit kulit. Teraba hangat di dahi
dan daerah thoraks. Turgor kulit normal. Rambut di daerah kemaluan dicukur habis.

VIII. Pemeriksaan penunjang


A. Laboratorium :
Tanggal 10 10 2001 : pemeriksaan WBC 7,4 X 100 ; RBC 5,17 X 10 5 ; Hb 14,3 g/dl ;
PCV (Hct) 42,3 % ; MCV 81,8 fl ; MCH 27,7 pg ; Trombosit 299 X 1000 ; Eosinofil -- ;
basofil -- ; stab -- ; segmen 85 ; limfosit 15 ; monosit -- ; LED 32 mm/jam ; BUN 22
mg/dl ; creatinin 0,9 mg/dl ; SGOT 18 u/l ; SGPT 14 u/l ; gula darah puasa 72 mm/dl
dan gula darah 2 jam PP 144 mg/dl.
B.

Radiologi
Ada x ray dada : interpretasi tidak ada kelainan.

C.

EKG/USG/IVP
Tidak ada

D. Endoskopi

Tidak ada

Analisa data : tanggal 09 10 2001

N
o

Data subyektif

Data Obyekif

Masalah

Etiologi

1.

Pasien dan
keluarga
mengatakan tidak
memahami proses
penyakit,
perawatan/
penanganannya,
pasien
mengatakan baru
pertama kali
masuk rumah
sakit

Tidak bisa menjawab


pengertian, penyebab,
proses penyakit, hanya
menyebutkan cara
penanganan bila hernia
timbul, dan tidak prosedur
pembedahan : persiapan,
pendidikan SD,

Pengetahu
an

Informasi
yang
kurang

2.

Pasien
mengatakan
hernianya hilang
timbul

Saat pasien disuruh


mengedan nampak ada
benjolan bulat lonjong di
daerah inguinal. Palpasi :
tes Zieman ada dorongan
pada jari kedua dari
tangan kanan. Pada tes
finger ada dorngan atau
tekanan pada ujung jari
telunjuk dan pada tes
Thumb tidak ada tonjolan
pada waktu pasien
mengedan.

Resiko
tinggi
terjadi
hernia
yang isi
kantongny
a tidak
dapat
kembali

Meningkat
nya
tekanan
intrabdomi
nal dan
lemahnya
otot
diinding
perut.

DIAGNOSA KEPERAWATAN (Sesuai prioritas)


1. Kurang pengetahuan tentang pengertian, proses dan perawatan penyakit
hernia yang diderita berhubungan dengan kurangnya informasi.
2. Resiko tinggi terjadinya hernia yang isinya kantongnya tidak dapat kembali
berhubungan dengan meningkatnya tekanan intra abdominal dan lemahnya
otot dinding perut.

Pada tanggal 10102001 ditemukan masalah baru (diagnosa keperawatan 3)


yaitu :
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan menurunnya isi kantong hernia
di daerah inguinal, yang ditandai dengan pasien mengatakan nyeri pada angka 4
pada skala 5, pasien meringis, berkeringat, ada benjolan di sebelah kanan inguinal
(lipat paha).

PERENCANAAN
1.

Diagnosa keperawatan 1.

Tujuan : pengetahuan pasien dan keluarga tentang proses penyakit dan penanganannya
meningkat setelah 3 kali pertemuan.
Kriteria : -

dapat menyebutkan pengertian, penyebab dan tanda/gejala

dapat menyebutkan penanganan bila terjadi reinkarserata

dapat menyebutkan aktivitas yang menyebabkan reinkarserata

dapat memahami pembedahan yang akan dialami


Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien

Rasional : tingkat pengetahuan membantu menentukan metoda dalam memberikan


pendidikan kepada pasien
b. Berikan penjelasan mengenai hernia : pengertian, penyebab dan proses serta
penanganan dengan jelas.
Rasional : penjelasan yang jelas membuat pasien dan keluarga cepat memahami
sehingga pengetahuan meningkat.
c. Berikan penguatan bila pasien mampu menyebutkan kembali apa yang sudah
dijelaskan.
Rasional : pasien akan lebih mudah mengingat jika diberi reinforcement oleh perawat
mengenai pemahamannya.

d. Anjurkan pasien untuk menanyakan kepada pasien di samping untuk berbagi


pengalaman
Rasional : eksplorasi penggalaman dengan pasien lain dalam pembedahan yang sama
membantu meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga

2.

Diagnosa keperawatan 2.

Tujuan : selama menunggu jadwal pembedahan tidak terjadi tanda dan gejala
reinkarserata.
Kriteria : -

tidak mengeluh nyeri

tidak ada benjolan/pembengkakan di lipat paha

tidak mengeluh mual dan muntah

ADL dilakukan sesuai kemampuan pasien


Intervensi :
a. Berikan penjelasan dan monitor tanda tanda terjadinya reinkarserata

Rasional : indikasi pembedahan elektif atau pembedahan emergensi.


b. Observasi tanda vital
Rasional : mengetahui perubahan dan perkembangan tanda vital pasien sehingga tepat
dalam menentukan tindakan selanjutnya.
c. Anjurkan pasien untuk tidur dengan kepala tempat tidur ditinggikan.
Rasional : posisi kaki lebih tinggi dari kepala tempat tidur memungkinkan
penurunan/penonjolan isi hernia berkurang.
d. Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas harian tanpa memerlukan energi
yang tinggi.

Rasional : aktivitas yang berlebihan meningkatkan tekanan intraabdominal sehingga


memudahkan penurunan/penonjolan isi hernia.
e. Anjurkan pasien untuk menggunakan celana hernia (truss)
Rasional : celana hernia membantu mencegah turunnya isi hernia ke lipat paha.

3.

Diagnosa keperawatan 3.

Tujuan : setelah diberi tindakan keperawatan selama 3 jam pasien merasa nyaman
(tidak merasa nyeri).
Kriteria : -

pasien rileks

tenang

tidak ada penonjolan pada daerah lipat paha

tanda vital dalam batas normal : Tensi 120/80, Nadi 100 x/menit, pernapasan 12
kali/menit dan suhu 373oC.
Intervensi :
a. Kaji tingkat nyeri pasien
Rasional : pnentuan tindak selanjutnya
b. Anjurkan teknik relaksasi

Rasional : teknik relaksasi membantu mengurangi peningkatan tekanan intrabdominal


c. Kolaborasi pemberian analgesik
Rasional : membantu mengurangi atau menghilangkan nyeri
d. Dorong secara manual isi hernia agar kembali ke atas.
Rasional : mencegah terjadinya strangulasi yang bisa menambah nyeri yang dialami
pasien

e. Pertahankan sikap yang kalem


Rasional : sikap yang kalem dan lingkungan tenang membantu pasien mengontrol
nyeri dan mengurangi kecemasan pasien.

PELAKSANAAN DAN EVALUASI


No

Dx.
kep

Hari/tgl

Implementasi

Selasa, 9
10 2001
1

18.00

18.30 -

Jam 2
Mengkaji tingkat pengetahuan pasien tentang pengertian,
penyebab dan penanganan hernia
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang :

a.

Pengertian hernia

b.

Penyebab

c.

Tanda dan gejala

d.

Penangannya

S : pas
mem
peng
mem

O : mam
belum
peny
meny
dihin
tujua

A : peng
berta

P : interv
penje

20.00 -

Menganjurkan pasien untuk tidur dengan kaki ditinggikan

20.30 -

Menganjurkan agar menggunakan kain untuk dibebat pada


daerah inguinal untuk mencegah turunnya isi hernia

No

Dx.
kep

Hari/tgl

08.00

O : tidak
mual

Menganjurkan kepada pasien agar dalam melakukan akrivitas


A : tidak
harian tidak boleh berlebihan seperti BAB tidak boleh terlalu kuat
mengedan, mengangkat beban berat.
P : in
Implementasi

Rabu, 10 10 2001
1

S : Pasie
penu

12.30 -

Jam 1
Menanyakan kembali tentang pengertian, penyebab dan
penanganan hernia

S : pas
mem
dihad

Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang proses


terjadinya hernia dan pembedahan yang akan dijalani : persiapanO : mam
sampai pulang dari ruang operasi
mam
secar
- Menganjurkan kepada pasien untuk menanyakan pengalaman

pembedahan pada pasien lain yang sudah menjalani


pembedahan (Tn. Mahmud)

kemb
belum
pemb

A : peng
meni

P : interv

07.30
2

3.

07.45

Menganjurkan pasien untuk tidur dengan kaki ditinggikan

S : Pasie
penu

Menganjurkan agar menggunakan kain untuk dibebat pada


daerah inguinal untuk mencegah turunnya isi hernia

O : ada p
tidak

Menganjurkan pasien agar aktivitas harian tidak boleh


berlebihan seperti BAB tidak boleh terlalu kuat mengedan,
mengangkat beban berat.

A : ada t

Mengkaji tingkat nyeri pasien dengan skala 1 5

Mengobservasi tanda vital

Dx.
kep

P : in

Hari/tgl

Implementasi

Kamis, 11
- 102001
2

08.00

Jam 1
-

Menganjurkan pasien untuk tidur dengan kaki ditinggikan

Menganjurkan agar menggunakan kain untuk dibebat pada


daerah inguinal untuk mencegah turunnya isi hernia

12.30 -

3.

S : Pasie
5, tid

O : ada p
130/8
- Menganjurkan untuk menarik napas dalam dan berusaha rileks
07.15
perna
- Mempertahankan sikap yang kalem dengan pasien dan keluarga
A : gang
sambil mendengarkan keluhan pasien dan keluarga
08.20

No

P : in

07.15

Menganjurkan pasien agar aktivitas harian tidak boleh


berlebihan seperti BAB tidak boleh terlalu kuat mengedan,
mengangkat beban berat.

Mengkaji tingkat nyeri pasien dengan skala 1 5

Mengobservasi tanda vital

S : Pasie
herni

O : tidak
munt

A : ada t

P : in

S : Pasie
5, tid

08.20

Mempertahankan sikap yang kalem dengan pasien dan keluargaO : tidak


sambil mendengarkan keluhan pasien dan keluarga
tensi
perna

A : gang

P : in

Pada hari Jumad, 12 Oktober 2001 pasien menjalani pembedahan (herniotomi).

Tweet

Share

Share

Share

Share

About SiChesse

Di blog ini juga Saya membagikan beberapa hasil karya tulis Saya seperti yang bisa sobat baca
secara gratis. Harapan Saya yaitu semoga blog ini dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat
bagi sobat semua.

undefined

undefined

undefined

undefined

Next
karsinoma mamma
Previous
EFUSI PLEURA

1 komentar:
Click here for komentar
Muhtar Khudlori
27 October 2015 at 04:15

No more live link in this comments field


Reply

Conversion Emoticon
Translate
Powered by

Translate

Popular

Labels

Arsip

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1


Latar Belakang Angka kematian bagi bayi
khususnya neonatus merupakan indikator dalam menilai st...

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN POST OP. APPENDISITIS


ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN POST OP. APPENDISITIS No. RM : 084284
Tanggal : 29-03-2006 Tempat
: Perawatan IV RSUD Syekh ...

MAKALAH STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN


BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Standarisasi merupakan sarana
penunjang yang sangat penting artinya sebagai salah satu alat ...

MAKALAH PELECEHAN SEKSUAL


BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG
Pelecehan seksual
merupakan perilaku atau tindakan yang menganggu melecehkan...

CONTOH ASKEP KOMUNITAS


Lampiran 1 ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI WILAYAH RW 011
KELURAHAN CIPINANG KECAMATAN PULO GADUNG JAKARTA TIMUR DX Kep...

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN RETENSIO PLASENTA


BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah kematian dan
kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar. Pen...

CONTOH ASKEB FISIOLOGIS


BAB III TINJAUAN KASUS I. SUBYEKTIF 1.
Identitas Nama bayi
: ...

Identitas

1.

MAKALAH AQIDAH SYARIAH DAN AKHLAK


BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Ajaran Islam merupakan
ajaran yang sempurna, lengkap dan universal yang terangkum...

Asuhan Kebidanan pada Ny.D dengan ANC trimester II.


BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 1994 dan tahun 1997 menunjukkan ...

MAKALAH SUMBER AJARAN ISLAM AL-QURAN, HADIST DAN IJTIHAD


MAKALAH SUMBER AJARAN ISLAM AL-QURAN, HADIST DAN IJTIHAD
UNIVERSITA...

Total Pageviews
2,635,187
There was an error in this gadget
Followers
Author

Christy Arum
View my complete profile
flag

Counter

Copyright 2014 SiChesse All Right Reserved


Created by Arlina Design

Anda mungkin juga menyukai