A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Hernia inguinal adalah menonjolnya isi suatu rongga yang melalui anulus inguinalis yang
terletak di sebela lateral vaso epigastika inferior menyusuri kanal inguinal dan keluar ke rongga
perut melalui anulus inguinalis eksternus (Mansjoer, 2000).
Hernia Inguinal adalah keluarnya sebagai usus melalui kanalis (tempat dimana testis turun dan
skrotum) (Warsuda, 1996).
Hernia Inguinal adalah menonjolnya suatu organ atau struktur oragn dari tempatnya yang normal
melalui sebuah detek konginital (Long, 1996).
Adapun macam-macam Hernia
a. Inguinalis Indirect
Batang usus melewati cincin abdomen dan mengikuti saluran sperma masuk kedalam kanalis
inguinalis.
b. Inguinalis direct
Batang usus melewati dinding inguinal bagian posterior
c. Femoral
Batang usus melewati femoral ke bawah kedalam kanalis femoralis
d. Umibilikal
Batang usus melewati cincin umbilikal
e. Insicional
Batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan perut yang lemah. (Barbara.C. Long,
1996 : 119 )
2. Etiologi
Hernia inguinal dapat terjadi kongenetal atau karena ukuran testis lebih besar dari ukuran
ovarium (Jacobs, 1998).
Hal yang mengakibatkan hernia adalah:
a. Kelemahan Abdomen
Lemahnya dinding abdomen bisa disebabkan karena cacat bawaan atau keadaan yang didapat
sesudah lahir dan usia dapat mempengaruhi kelemahan dinding abdomen (semakin bertambah
usia dinding abdomen semakin melemah).
b. Peningkatan Tekanan Intra Abdomen
Mengangkat benda berat, batuk kronis kehamilan, kegemukan dan gerak badan yang berlebih.
c. Bawaan sejak lahir
Pada usia kehamilan 8 bulan terjadi penurunan testis melalui kanalis inguinal menarik peritoneus
dan disebut plekus vaginalis, peritoneal hernia karena canalis inguinal akan tetap menutup pada
usia 2 bulan.
3. Manifestasi Klinis
Mual muntah
Intelografi
Limfodenopati inguinal, Lihat apakah ada infeksi pada daerah hernia. Kadang
benjolannya dapat dimasukkan.
6. Komplikasi
Ileus
Terjadi peningkatan antara isi hebura dengan dinding kartona hernia, sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali.
Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat makin bertambah/banyaknya usus yang
masuk.
Bila inkonserata dibiarkan makan akan timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis.
kontribusi terhadap kesehatan dan penyembuhan dimana individu tersebut pmampu mengerjakan
tanpa bantuan bila memiliki kekuatan, kemauan dan pengetahuan yang dibutuhkan dan hal ini
dilakukan dengan cara membantu mendapatkan kemandiriannya secara tepat.
14 kebutuhan dasar Handerson memberikan kerangka ketiga dalam melakukan asuhan
keperawatan (Handerson, 1966).
a. Bernafas dengan normal
Bantuan yang dapat diberikan kepada klien oleh perawat adalah membantu memilih tempat tidur,
kursi yang cocok serta menggunakan bantal, alas dan sejenisnya agar dapat bernafas dengan
normal dan kemampuan mendomonstrasikan dan menjelaskan pengaruhnya terhadap klien.
b. Kebutuhan akan nutrisi (maklanan dan minum cukup)
Perawat harus mampu memberikan penjelasan mengenai tinggi dan berat badan yang normal.
Kebutuhan nutrisi yang diperlukan pemilihan dan penyediaan makanan. Pendidikan kesehatan
akan berhasil apabila diperhatikan latar belakang kultural dan sosial klien untuk ibu perawat
harus mengetahui kebiasaan, kepercayaan klien terhadap nutrisi.
c. Kebutuhan Eliminasi
Perawatan dasarnya meliputi semua pengeluaran tubuh. Perawat harus mengetahui semua
saluran pengeluaran dan keadaan normalnya. Jarak waktu pengeluaran dan frekuensi
pengeluaran yang meliputi keringat, udara yang keluar saat bernafas.
d. Gerak dan Keseimbangan Tubuh
Perawat harus mengetahui tentang prinsip keseimangan tubuh miring dan saat bersandar. Artinya
perawat harus bisa memberikan rasa nyaman dalam semua posisi dan tidak membiarkan
berbaring terlalu lama pada satu posisi. Perawat harus bisa melindungi pasien selama sakit
dengan berhati-hati saat memindahkan dan mengangkat.
e. Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Istirahat dan tidur sebagian tergantung pada relaksasi otot. Untuk itu perawat harus mengetahui
tentang pergrakan tubuh yang baik. Disamping itu juga dipengarui oleh emosi (stress) dimana
stress merupakan keadaan normal dari aktivitas.
f. Kebutuhan berpakaian: berpakaian dan melepaskan pakaian
Perawat dasarnya meliputi membantu klien memilih pakaian yang tepat dari pakaian yang
tersedia dan memantu untuk memakainya. Perawat tidak boleh memaksakan klien.
g. Mempertahankan temperatur tubuh dalam rentang normal
Perawat harus mengetahui physiologi panas dan bisa mendorong ke arah tercapainya keadaan
panas maupun dingin dengan mengubah temperatur kelembaban/pergerakan udara (dengan
memotivasi klien untuk meningkatkan atau engurangi aktivitasnya.
h. Kebutuhan akan personal hygiene (menjaga tubuh agar tetap bersih dan rapi) klien harus
disediakan fasilitas-fasilitas perawatan dan bantuan perawat sangat dibutuhkan untuk
membersihkan kulit, rambut, kuku, hidung, mulut dan giginya. Konsep mengenai kebersihan
berbeda tiap klien tetapi tidak perlu menurunkan hanya karena sakit.
i. Kebutuhan rasa aman dan nyaman (menhindari bahaya dari lingkungan)
Dalam keadaan sehat seseorang bebas mengontrol keadaan sekelilingnya. Mengubah keadaan itu
bila beranggapan sudah tidak cocok lagi. Jika sakit sikap tersebut tidak dilakukan. Ketidaktahuan
dapat menimbulkan kekhawatiran yang tidak perlu baik dalam keadaan sehat maupun sakit.
j. Berkomunikasi dengan orang lain dan mengekspresikan emosi, kerugian rasa takut dan
pendapat.
Kerugian, rasa takut dan pendapat dalam keadaan sehat tiap gerakan emosi nampak pada
ekspresi fisik. Bertambahnya cepat denyut jantung pernafasan/muka yang mendadak merah di
rifrerpresika sebagai pernyataa jiwa/emosi. Perawat mempunyai tugas yang kompleks baik yang
bersifat pribadi maupun yang menyangkut keseluruhan personalitas adalah hubungan klien
dengan tim kesehatan lain dalam memajukan kesehatannya.
k. Kebutuhan spiritual (beribadah menurut keyakinan)
Dalam memberikan perawatan dalam situasi apapun, kebutuhan spiritual klien harus dihormati
dan perawat harus membantu dalam pemenuhan kebutuhan itu apabila sewaktu sehat melakukan
ibadah agama merupakan faktor penting bagi seseorang. Kepercayaan dan agama berpengaruh
terhadap upaya penyembuhan.
l. Kebutuhan Bekerja
Dalam perawatan dasar maka penilaian terhadap interpretasi terhadap kebutuhan klien adalah
sangat penting. Sakit akan lebih ringan apabila seseorang dapat terus bekerja. Rasa keberatan
terhadap terang, bedrest didasarkan pada peningkatan perasaan tidak berguna karena tidak aktif.
m. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Seringkali keadaana sakit menyebabkan seseorang kehilangan kesempatan menikmati variasi dan
kurang segan serta rekreasi. Untuk itu perlu dipilihkan adanya aktifitas sampai dipengaruhi oleh
jenis kelamin, umur, kecerdasan, pengalaman dan selama klien, kondisi serta keadaan penyakit.
n. Kebutuhan belajar, mengguit/memuaskan serta keingintahuan yangh mengacu pada
perkembangan kesehatan
Bimbingan, latihan/pendidikan merupakan bagian dari pelayanan dasar. Fungsi perawat adalah
membantu kliend belajar dalam mendorong usaha penyembuhan dan meningkatkan kesehatan.
(Perry Potter, 2005)
Fokus Pengkajian
Selama pengumpulan data riwayat, perawat menanyakan tentang tanda dan gejala yang dirasakan
oleh pasien. Apakah pasien mengalami nyeri pada daerah perut bagian bawah? Kapan rasa nyeri
timbul? Apakah pernah ada riwayat sakit seperti ini sebelumnya? Apakah pernah melakukan
pembedahan sebelumnya? Faktor pekerjaan seperti apa yang sering dilakukan misalkan bekerja
terlalu berat, sering mengejan.
Tanda yang diketahui selama pemeriksaan fisik mencakup nyeri tean abdomen, adanya luka
insisi, perubahan warna, turgor kulit dan tidak adanya gangguan.
Lamanya waktu dimana gejala saat ini hilang dan metode yang digunakan oleh pasien untuk
mengatasi gejala, serta efeknya juga diindentifikasi.
(Brunner & Suddarth, 2002)
Menurut Doengoes 2000 terdapat data:
a. Aktivitas
Gejala : Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk yang terlalu lama.
Tanda : Atrosi otot pada bagian tubuh yang terkena gangguan dalam benjolan.
b. Eliminasi
Gejala : Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi.
c. Integritas ego
Gejala : Ketakutan akan timbulnya paralitik, ansietas masalah pekerja finansial keluarga.
Tanda : Cemas, depresi, menghidar dari keluarga.
d. Neurosensori
Gejala : Kesemutan, ketakutan, kelemahan.
Tanda : Kelemahan otot, nyeri tekan/spasme otot para vertebralis.
e. Nyeri
Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau
Tanda : Perubahan cara berjalan. Berjalan dengan terpincang-pincang.
2. Clinical Pathway dan Fokus Intervensi
a. Clinical Pathway
1.
Pengertian
Menurut Suster Nada (2007) Hernia adalah sebuah tonjolan atau benjolan yang
terjadi di salah satu bagian tubuh yang seharusnya tidak ada. Hernia adalah protusi
(penonjolan) ruas organ , isi organ ataupun jaringan melalui bagian lemah dari
dinding rongga yang bersangkutan atau lubang abnormal. Menurut Ester (2001)
hernia adalah protrusi abnormal organ, jaringan, atau bagian organ melalui struktur
yang secara normal berisi..Menurut Jennifer (2007) hernia adalah protusi atau
penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga
bersangkutan.
Hernia inguinalis
2.
Etiologi
Etiologi hernia Inguinalis menurut Hidayat (2006) dalam www.indopos.co.id adalah:
a.
b.
c.
Batuk
Adanya presesus vaginalis yang terbuka
Tekanan intra abdomen yang meningkatkan secara kronis seperti batuk kronik,
hipertrofi prostat, konstipasi dan asites.
d.
e.
3.
Kelemahan otot dinding perut dan degenerasi jaringan ikat karena usia lanjut.
Kehamilan multi para dan obesitas.
Patofisiologi
Patofisiologi
hernia
inguinalis
menurut
Suster
Nada
dalam
tersebut
resistensie,maka
telah
menutup.
keadaan
yang
Namun
karena
menyebabkan
merupakan
tekanan
lokus
intra
minoris
abdominal
menekan
trauma,kehamilan,obesitas.
dinding
rongga
yang
telah
melemas
oleh
4. Manifestasi Klinis
Adapun
Manifestasi
Klinis
yang
timbul
menurut
Hidayat
(2006)
dalam
www.indopos.co.id yaitu:
a.
b.
c.
Bila menangis , mengesan dan mengangkat benda keras akan timbul benjolan
kembali
d.
Rasa nyeri pada benjolan/ mual dan muntah bila sudah terjadi komplikasi.
e.
f.
Retensi urin
5.
Komplikasi
Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi
hermia tidak dapat dimasukan kembali pada keadaan ini belum terjadi gangguan
penyaluran isi usus .
b. Hernia strangulata
Terjadi penekanan terhadap cincin hermia akibat makin banyaknya usus yang
masuk . Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus di ikuti dengan
gangguan vaskuler (proses strangulasi)
6.
Penatalaksanaan
Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga yaitu untuk mempertahankan isi hernia yang telah di reposisi
(pengembalian kembali organ pada posisi normal) .Reposisi ini tidak dilakukan pada
hernia stranggulata , pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan
hernia yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus
dipakai seumur hidup.Sebaiknya cara ini tidak dilanjutkan karena mempunyai
komplikasi antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding di didaerah yang
tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam.
b.
Definitf
Tindakan definitif yaitu dengan jalan operasi.cara yang paling efektif mengatasi
hernia adalah pembadahan.untuk mengembalikan lagi organ dan menutup lubang
hernia agar tidak terjadi lagi. Ada dua prinsip pembedaahan yaitu:
1)
Herniorafi
Perbaikan
defek
laparoskopik
dengan
pemasangan
jaring
melalui
operasi
terbuka
atau
2)
Herniotomi
seluruh
kantong
hernia
di
potong
misalnya
pada
hernia
inkarserata yang telah menjadi gangren maka di sebut herniorapy .Bila dinding
perut yang lemah itu ditempati dengan fasia , misal di ambil dari fasia otot perut
maka disebut hernioplastik.
Pathway Keperawatan
KONSEP DASAR
KEPERAWATAN
1.
Fokus Pengkajian
Menurut Suster Nada dalam www.susternada.blogspot.com fokus pengkajian yang
di lakukan antara lain:
a.
Data subyektif
1)
Sebelum operasi
a)
b)
Nyeri
c)
Mual muntah
d)
Konstipasi
e)
Pada saat bayi menangis atau mengejang dan batuk-batuk kuat timbul
benjolan
2)
Sesudah operasi
a)
Nyeri
b)
Mual
c)
Muntah
b Data objektif
Sebelum operasi
a)
b)
Dehidrasi
c)
Gelisah
d)
Pucat
2)
Sesudah operasi
a)
b)
Puasa
c)
d)
Rewel
c Pemeriksaan diagnostik
1)
Rontgen
Pemeriksaan foto abdomen : terdapat gambaran distensi usus
2)
Tes laboratorium
a)
Darah
b)
c)
d)
Elektrolit serum
e)
Kultur
sekret / cairan
2.
Diagnosa Keperawatan
2)
3)
1)
2)
3)
4)
3. Intervensi
Pre operasi
DX I
NOC
: Kontrol Nyeri
Tujuan
:
Mengenali faktor penyebab.
b.
c.
d.
e.
f.
2.
Jarang dilakukan
3.
Kadang dilakukan
4.
Sering dilakukan
5.
selalu dilakukan.
b.
c.
d.
ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (ex. Relaksasi, terapi musik, masase,
dan lain-lain).
e.
f.
DX II
NOC
: Kontrol Cemas
Tujuan
2.
Jarang dilakukan.
3.
Kadang dilakukan
4.
Sering dilakukan.
5.
Selalu dilakukan
NIC
: Penurunan Kecemasan
Intervensi :
a.
Jelaskan seluruh prosedur tidakan kepada klien dan perasaan yang mungkin
muncul pada saat melakukan tindakan.
b.
Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan (takikardi,
takipnea, ekspresi cemas non verbal).
c.
d.
DX III
NOC
Tujuan
a.
b.
c.
d.
e.
Mendeskripsikan komplikasi.
f.
2.
Jarang dilakukan
3.
Kadang dilakukan
4.
Sering dilakukan
5.
Selalu dilakukan
NIC
Intervensi :
a.
b.
c.
d.
e.
Post Operasi
DX IV
NOC : Bowel Konstipation
Tujuan : Setelah dilakukan tidakan keperawatan bowel management Konstipasi
sistemik tidak terjadi
Kriteria Hasil:
a.
b.
c.
Keterangan Skala :
1.
Berat
2.
Baik
3.
Sedang
4.
Ringan
5.
Tidak ada
b.
c.
d.
DX V
NOC
: Kontrol Nyeri
Tujuan
:
Mengenali faktor penyebab.
b.
c.
d.
e.
f.
1.
2.
Jarang dilakukan
3.
Kadang dilakukan
4.
Sering dilakukan
5.
selalu dilakukan.
NIC
a.
: Pain Management
Kaji secara komprehensif tentang nyeri (lokasi karateristik, durasi, frekuensi,
kualitas)
b.
c.
ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (ex. Relaksasi, terapi musik, masase,
dan lain-lain).
e.
f.
DX VI
NOC : Risk kontrol
Tujuan : Setelah dilakukan tidakan keperawatan infection protection infeksi tidak
terjadi
Kriteria Hasil :
a.
b.
c.
d.
1.
Tidak menunjukan
2.
Jarang menunjukan
3.
Kadang menunjukan
4.
Sering menunjukan
5.
Selalu menunjukan
DX VII
NOC : Keseimbangan asam basa
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan fluid monitoring selama proses
keperawatan kekurangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria Hasil
a.
b.
c.
d.
Keterangan Skala
Berat
Baik
Sedang
Ringan
Tidak ada
NIC : Fluid monitoring
a.
b.
c.
d.
4. Evaluasi
DX I
a.
b.
Skala
mengurangi nyeri.
c.
d.
e.
f.
DX II
a.
b.
c.
d.
DX III
a.
b.
c.
d.
e.
Mendeskripsikan komplikasi.
f.
4
4
4
4
4
a.
b.
c.
DX V
a.
b.
c.
d.
e.
f.
4
4
DX VI
a.
b.
c.
d.
DX VII
a.
b.
c.
d.
DAFTAR PUSTAKA
Cameron, J.L. 1997. Terapi Bedah Mutakhir. Edisi 4. Jilid 1. Jakarta : Binarupa Aksara.
Doenges, M.E. Moorhouse, M.F.Geissles A.C. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.
Alih Bahasa : I Made Karrasa N, Made Sunarwati. Jakarta : EGC.
Engram, B. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 3. Alih Bahasa :
Sumaryati Sembu. Jakarta : EGC.
Http://www.balita_anda.indoglobal.com/balita_412_hernia.html;Diakses
tanggal
20
juni
20
juni
2008
Http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_c&id=323247;Diakses
tanggal
2008
Sjamsuhidayat, R. Jong, W.D. 1998. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta : EGC.
b.
c.
d.
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak
di sebalah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar
ke rongga perut malalui anulus inguinalis eksternus.
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan,
terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut
akan
Hernia reponibel.
Pada hernia ini isi hernia dapat keluar masuk. Usus akan keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau di dorong masuk. Pada hernia
reponibel ini penderita tidak mengeluh nyeri dan tidak ada gejala obstruksi usus.
b.
Hernia ireponibel.
Merupakan kebalikan dari hernia reponibel ( hernia tidak masuk kembali ) biasanya
disebabkan oleh perlekatan isi kantung pada peritoneum.
c.
Hernia inkaserata.
Pada hernia ini isi perut atau usus yang masuk kedalam kantung hernia tidak dapat
kembali disertai dengan gangguan aliran khusus. Gambaran klinis obstruksi usus
dengan gambaran keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa. Keadaan ini
hernia bisa terjepit oleh cincin hernia. Sehingga isi kantung bisa terperangkap dan
tidak dapat kembali ke rongga perut, akibatnya terjadi gangguan passase dan
hernia ini lebih dimaksudkan hernia irreponibel
d.
Hernia strangulata
Pada hernia ini pembuluh darah yang mempengaruhi usus yang masuk ke dalam
kantung hernia terjepit sehingga usus kehilangan system perdarahannya sehingga
mengakibatkan nekrosis pada usus. Pada pemeriksaan lokal usus tidak dapat
dimasukan kembali di sertai adanya nyeri tekan.
5. Manifestasi klinik
Pada pasien terlihat adanya masa bundar pada anulus inguinalis eksterna yang
mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior
maka hernia jarang sekali menjadi ireponibilis.
Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju anulus inguinalis
sehingga meskipun anulus inguinalis
eksterna
mengejan, tetap akan timbul bejolan. Bila hernia ini sampai skrotum, maka hanya
akan sampai kebagian atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus spermatikus
dapat dipisahkan dari masa hernia. Bila jari di masukan dalam anulus inguinalis
eksterna, tidak akan di temukan dinding belakang. Bila pasien di suruh mengejan
tidak akan terasa tekanan dan ujung jari dengan mudah meraba ligamentum
Cowperi pada ramus superior tulang pubis. Pada pasien kadang-kadang di temukan
gejala mudah kencing karena buli-buli ikut membentuk dinding medial hernia.
Komplikasi
a.
Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi
hernia tidak dapat di masukan kembali. Keadan ini disebut hernia inguinalis
ireponiblis. pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia
yang tersering menyebabkan keadaan ireponible adalah omentum, karena mudah
melekat pada dinding hernia dan isisnya dapat menjadi besar karena infiltrasi
lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan ireponibilis dari pada usu halus
.
b. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk
keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan gangguan
vaskuler (proses strangulasi). Keadaan ini disebut hernia inguinalis strangulata
pada keadaan strangulata akan timbul gejala ileus, yaitu perut kembung, muntah
dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang timbul akan lebih hebat dan kontinyu,
daerah benjolan menjadi merah, dan pasien menjadi gelisah.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada hernia dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu konservatif dan
pembedahan.
a)
Konservatif
Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara,
misalnya pemakaian korset. Tapi untuk hernia inguinalis pamakaian korset tidak
dianjurkan karena alat ini dapat melemahkan
otot dinding perut. Pada terapi konservatif dapat pula di berikan obat
anti
Pembedahan
Prinsip dasar hernia terdiri dari herniotomy ( memotong hernia ) dan menjepit
kantung hernia ( herniorafi ). Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia
dimasukan, kantong diikat, dan dilakukan bassiny plasty untuk memperkuat dinding
belakang kanalis inguinalis. Pasien yang telah dilakukan tindakan pembedahan
disarankan untuk tidak boleh mengendarai kendaran, aktifitas dibatasi, seperti tidak
boleh mengangkat benda berat, mendorong atau menarik benda paling sedikit 6
minggu.
Diagnosa keperawatan
a.
Tujuan
Kriteria hasil
Rencana tindakan :
1)
2)
3)
Ajarkan tehnik relaksasi napas dalam, dan distraksi pengalihan seperti mengobrol,
mendengarkan musik dan membaca buku.
4)
5)
b.
Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka post operasi.
Tujuan
Kriteria hasil
Rencana tindakan :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Monitor leukosits..
c.
uan
Setelah
terpenuhi.
teria hasil
ncana tindakan :
1)
2)
Kaji tingkat pengetahuan klien tentang pentingnya perawatan diri bagi klien.
Motivasi klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri sesuai
kemampuan.
3)
4)
5)
Tujuan
Kriteria hasil
Rencana tindakan :
1)
Mengkaji pengetahuan klien tentang penyakit dan hal-hal yang harus di perhatikan
agar tidak terjadi kekambuhan.
2)
3)
4)
5)
6)
Intervensi :
a. Lihat semua insisi.
b. Evaluasi proses penyembuhan.
c. Kaji ulang penyembuhan terhadap penyembuhan dengan pasien
d. Catat adanya distensi dan auskultasi peristaltic usus
Rasional : Distensi dan hilangnya peristaltic usus merupakan tanda bahwa
fungsi defekasi hilang.
DX 4 : Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan deficit
cairan.
DX 5: Kekurangan volume cairan berhubungan dengan system irigasi/ drainase.
DX 6 : Resiko infeksi berhubungan dengan proses invasi kuman.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria Hasil : - tanda-tanda vital dalam batas normal
- Luka kering tidak ada pus
Intervensi :
a. Pantau tanda-tanda vital
Rasional : Suhu malam hari memucak yang kembali ke normal pada pagi hari
adalah karakteristik infeksi.
b. Observasi penyatuan luka, karakter drainase, adanya inflamasi
Rasional : Perkembangan infeksi dapat memperlambat pemulihan
HERNIA
Disusun oleh:
Lutfy Nooraini
KONSEP DASAR
A. Definisi
Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui pembukaan yang abnormal atau
kelemahannya suatu area dari suatu dinding pada rongga dimana ia terisi secara normal
(Lewis,SM, 2003).
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus/lateralis
menelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga abdomen melalui anulus inguinalis
externa/medialis (Mansjoer A,dkk 2000).
Hernia inguinalis adalah prolaps sebagian usus ke dalam anulus inginalis di atas kantong
skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kongenital. ( Cecily
L. Betz, 2004).
Hernia Inguinalis adalah suatu penonjolan kandungan ruangan tubuh melalui dinding
yang dalam keadaan normal tertutup (Ignatavicus,dkk 2004).
B. Klasifikasi
1.
2.
3.
4.
5.
Menurut lokalisasi
Hernia Inguinalis
Indirek: batang usus melewati cincin abdomen dan mengikuti saluran spermamasuk ke dalam
kanalis inguinalis
Direk: batang usus melewati dinding inguinalis bagian posterior
Hernia Diafragma
Hernia yang melalui diafragma
Hernia Umbilikal
Batang usus melewati cincin umbilical
Hernia Femoralis
Batang usus melewati femoral ke bawah ke dalam kanalis femoralis
Hernia Scrotalis
Batang usus yang masuk ke dalam kantong skrotum
C. Patofisiologi
Hernia inguinalis indireksa sebagian besar mempunyai dasar kangenital karena
penonjolan dari prossesus vaginalis peritonei atau penonjolan peritoneum yang disebabkan oleh
penurunan testis yang menarik peritoneum ke daerah skrotum.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prossesus ini telah mengalami abliterasi sehingga
isi rongga perut tidak dapat melalui knalis tersegut. Bila prosseus terbuka terus (karena tidak
mengalami obliterasi), akan timbul hernia inguinalis lateralis longenital.
Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup, namun karena menciptakan lokus minoris
resistensie maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdominal meningkat, kanal
tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita.
Setiap kondisi yang menyebabkan tekanan intra abdominal memegang peranan untuk
timbulnya dan membesarnya hernia.
D. Etiologi
a. Kngenital/cacat bawaanSejak kecil sudah ada, prosesnya terjadi intrauteri, berupa kegagalan
perkembangan
b. Hrediter (kelainan dalam keturunan)
c. Umur (hernia dijumpai pda semua umur)
d. Jenis kelamin, Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita
Didapat, seperti mengedan terlalu kuat, mengangkat barang-barang yang berat
F. Gejala Klinis
a.
b.
c.
d.
e.
G. Pemeriksaan fisik
a. Thumb test (Dengan menekan Anulus internus dan klien mengejar) tidak di dapatkan benjolan
keluar.
b. Finger test (test invaginasi jari lewat skrotum ke dalam inguinalis penderita mengejar) akan
c.
H. Penatalaksaan
1. Manajemen medis,
Setiap penderita hernia inguinalis lateralis selalu harus diobati dengan jalan pembedahan.
Pembedahan secepat mungkin setelah diagnosa ditegakkan. Adapun prinsip pembedahan hernia
inguinalis lateralis adalah :
a. Herniotomy : membuang kantong hernia, ini terutama pada anak anak karena dasarnya dalah
kongenital tanpa adanya kelemahandinding perut.
b. Herniorrhaphy : membuang kantong hernia disertai tindakan bedah plastik untuk memperkuat
dinding perut bagian bawah di belakangkanalis inguinalis.
c. Pada pasien yang didapatkan kontraindikasi pembedahan atau menolak dilakukan pembedahan
dapat dianjurkan untuk memakai sabuk hernia (truss). Sabuk itu dipakai waktu pagi dimana
penderita aktif dan dilepas pada waktu istirahat (malam).
2. Manajemen keperawatana.
a. Pre operasi :
Pengkajian : ditujukan pada nyeri, ada tonjolan pembengkakan daerah
inguinal, cemas, tingkat pengetahuan pasien tentang hernia dan penanganannya. Pengkajian juga
ditujukan pada riwayat.
Diagnosa keperawatan : masalah keperawatan yang bisa muncul adalah
gangguan kenyamanan, kecemasan, kurang pengetahuan dan resiko tinggi terjadi infeksi.
Intervensi keperawatan (secara umum) ; beri posisi kepala tempat
tidur ditinggikan, bila hernia turun/menonjol dimasukan kembali secara
manual, anjurkan menggunakan sabuk hernia, beri analgesik sesuai
advis, hindari manuever yang bisa meningkatkan tekanan intra abdominal : batuk kronik, angkat
berat, mengedan secara kuat dan anjurkan untuk kompres dingin pada daerah yang bengkak.
b. Post operasi
Dihubungkan dengan pembedahan umum lainnya seperti masalah resiko tinggi infeksi, masalah
gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan lukaoperasi, dan pendidikan pasien untuk
perencanaan pulang.
Hernia inguinalis lateralis reponibilis dilakuakn tindakan bedah elektif karena di takutkan akan
terjadi komlikasi yaitu Herniatomy dan Herniagrafi.
Bedah elektif adalah kanalis di buka, isi hernia di masukkan kantong di ikat dan di lakukan
bassiny plasty untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Hernia inkarserata dan strangulasi dilakukan bedah darurat yaitu cincin hernia di cari dan di
potong usus dilihat apakah vital atau tidak bila vital dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak
di lakukan reseksi usus dan Anastomisis.
I. Komplikasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia tidak dapat
dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada
gangguan penyaluran isi usus.
Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang masuk. Cincin hernia
menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Keadaan ini
disebut hernia inguinalis lateralis incarcerata.
Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan
terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis strangulata.
Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan
kemudian timbul nekrosis.
Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah dan obstipasi.
Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,
Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
9.
Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.
KONSEP PERAWATAN
A. Pengkajian
Pengumpulan data
Identitas klien
Meliputi nama, unsure, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekrjaan, no register, diagnosa medis,
dan tanggal MRS.
Keluhan utama
Adanya benjolan di inguinalis masuk bila klien tidur dan klien mengejar, menangis,
berdiri, mual mual, muntah. Bila adanya komplikasi ini menciptakan gejala klinis yang khas
pada penderita HIL
Riwayat kesehatan lalu
Biasanya kx dengan HIL akan mengalami penyakit kronis sebelumnya. Missal : adanya
batuk kronis, gangguan proses kencing (BPH). Kontipasi kronis, ascites yang semuanya itu
merupakan factor predis posisi meningkatnya tekanan intra abdominal.
Riwayat kesehatan sekarang
Pada umunya penderita mengeluh merasa adanya benjolan di selangkangan / di daerah
lipatan pada benjolan itu timbul bila penderita berdiri lama, menangis, mengejar waktu defekasi
atau miksi mengangkat benda berat dsb, sehingga ditemukan rasa nyeri pada benjolan tersebut.
Selain itu juga di dapatkan adanya gejala lain seperti mual dan muntah akibat dari peningkatan
tekanan intra abdominal.
Riwayat kesehatam keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit HIL atau penyakit menular lainnya.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Kesadaran, GCS, Vital sigh, bb dan Tb
Pemeriksaan laboratorium
Analisah slarah, untuk mengetahui jumlah darah seluruhnya Hb faal hemostasis, dan
jumlah lekosit.
Analisah urin untuk mengetahui adanya infeksi saluran kencing.
Pemeriksaan penunjang
foto thorax, untuk mengetahui keadaan dari jantung dan paru.
Pemeriksaan ECG, dilakukan pada pasien yang berusia 45 th.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d adanya insisi dari pembedahan dan trauma jaringan.
Potensial terjadi infeksi b/d adanya luka insisi pada operasi.
Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri
Ancretas b/d kurangnya pengetahuan klien tentang penyakitnya.
Gangguan eliminasi urine: Retensi urin b/d pengaruh anasthesi.
C. RENCANA PERAWATAN
Gangguan rasa nyaman (nyeri) s/d adanya insisi dari pembedahan dan trauma jaringan.
Tujuan : rasa nyeri berkurang dan rasa nyaman terpenuhi dalam waktu 3x24 jam.
Kriteria : - kx mengungkapkan myeri berkurang
- kx bebas dari rasa nyeri
- Ekspresi wajah tenang dan santai
- kx dapat tidur dan istirahat dengan nyaman
Rencana :
Melakukan pendekatan pada klien dan keluarga dengan komunikasi yang baik.
R/ : Dengan komunikasi yang baik akan memudahkan kita dalam melaksanakan asuhan
keperawatan sehingga px & kiq lebih kooperatif
Catat lokasi, intensitas, durasi dan penyebaran rasa nyeri
R/ : Mengetahui perkembangan nyeri dan tanda tanda nyeri hebat sehingga dapat menentukan
tindakan selanjutnya.
Beri penjelasan pada kx sebab sebab terjadinya nyeri
R/ : kx tidak merasa cemas dan mengerti sebab sebab nyeri.
Anjurkan teknik distraksi dan relaksasi
R/ : Menurunkan ketegangan otot, sendi dan melancarkan peredaran darah sehingga dapat
mengurangi nyeri.
Beri dorongan pada klien untuk melakukan mobilisasi secara bertahap.
R/ : Menghindari kekakuan sendi otot dan penekanan pada daerah tertentu
Laksanakan instruksi dokter untuk pemberian obat analgesik
R/ : Analgesik berfungsi sebagai depresan system syaraf pusat sehingga dapat mengurangi atau
menghilangkan nyeri.
Potensial terjadi infeksi adanya luka pada okerasi.
Tujuan : Luka operasi tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil : tidak ada tanda tanda infeksi / radang (color, dolor, rubar, tumor, functio laesa).
Rencana:
Beri penjelasan pada klien perlunya menjaga kebersihan daerah luka operasi
R/ : Dengan penjelasan diharapkan kx mengerti tentang pentingnya menjaga kebersihan daerah
luka operasi.
Observasi tanda tanda infeksi pada daerah operasi
R/ : Respon jaringan terhadap infeksi di manifestasikan dengan oedem, kemerahan, dan
berkurangnya epitelisasi atau granulasi kulit.
Periksa kulit untuk memeriksa adanya infeksi yang terjadi.
R/ : Gangguan pada integritas kulit atau dekat dengan lokasi operasi adalah sumber kontaminasi
luka.
Rawat luka operasi dengan tekhnik aseptik
R/ : Tindakan aseptik akan menghangat pertumbuhan kulitan dan menjaga luka operasi dari
infeksi.
Observasi gejala kardinal
R/ : Mengetahui perkembangan kesehatan kx dan peningkatan suhu merupakan salah satu tanda
infeksi.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik.
R/ : Anergiotik berfungsi untuk membunuh kuman dan mencegah infeksi
Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri
Tujuan : pasien mampu mobilisasi
Kriteria Hasil : -pasien mampu melakukan pergerakan secara bertahap
-pasien bisa beraktifitas mandiri
Rencana :
Beri motivasi & latihan pada pasien untuk beraktifitas
DAFTAR PUSTAKA
Black, M., Joyce, Ester, 1997, Medical Surgical Nursing Clinical Management for
Continuity of Care, USA
Brunner and Suddarth, 1980, Medical Surgical Nursing, J.B. Lippincott Company,
Philadelphia, USA
Donna, L., Wong, Marilyn Hockenberry-Eaton, Marilyn L. Winke David Wilson, et al,
1999, Wholey and Wongs Nursing Care of and Children, St. Louis, Mosby, USA
Kendarto, 1994, Hernia, HDW Ilmu Bedah I, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta
NANDA. 2005. Nursing Diagnosis : Definition and Classification 2005-2006. NANDA
International. Philadelphia.
University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing
adalah: kelemahan pada dinding otot abdomen dimana segmen dari isi perut atau struktur
abdomen lain yang menonjol atau turn (Ignatavicius Donna, and Bayne Marilynn, 2002).
Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical Problems, hal 1368) Hernia
adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui pembukaan yang abnormal atau kelemahannya
suatu area dari suatu dinding pada rongga dimana ia terisi secara normal (Lewis, Sharon Mantik,
2000, Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical Problems. Fifth
Edition. By Mosby Inc) Hernia scrotalis adalah merupakan hernia inguinalis lateralis yang
mencapai skrotum (Syamsuhidajat, 1997, Buku Ilmu Bedah, hal 717). Pengertian Hernia adalah
menonjolnya suatu organ atau struktur organ dan tempatnya yang normal malalui sebuah defek
konsenital atau yang didapat. (Long, 1996 : 246) Hernia adalah suatu keadaan menonjolnya isi
usus suatu rongga melalui lubang (Oswari, 2000 : 216). Hernia adalah penonjolan sebuah organ,
jaringan atau struktur melewati dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian
tersebut (Nettina, 2001 : 253). Hernia inguinalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah
sela paha (regio inguinalis). (Oswari, 2000 : 216). 2. Etiologi Penyebab dari timbulnya hernia
yaitu dapat berupa: - Kongenital: kanalis inguinalis belum menutup. - Kelemahan dinding
abdomen dan peningkatan tekanan intraabdominal yang dapat terjadi karena: - Kehamilan Obesitas - Mengangkat beban berat - Batuk - Konstipasi 3. Klasifikasi a)Berdasarkan proses
terjadinya hernia terbagi atas : - Hernia bawaan (Kongenital) - Hernia dapatan (akuisita)
b)Berdasarkan letak, Hernia terbagi atas : - Hernia diafragma - Hernia inguinalis - Hernia
umbilical - Hernia strotalis - Hernia insisional. 1. Hernia congenital: - Hernia umbilikalis Hernia diafragnatika - Hernia inguinalis lateralis 2. Hernia didapat: - hernia inguinalis medialis Hernia femoralis 1. Hernia Inguinalis Indirek Terjadi melalui cincin inguinalis dan melalui
korola spermatikus melalui korola inguinalis.Umumnya terjadi pada pria daripada
wanita.Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil.Hernia ini sangat besar dan sering turun
keskrotum. 2. Hernia Inguinalis Direk Hernia ini melewati dinding abdomen diare kelemahan
otot,tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis direk;ini lebih umum pada
lansia. 3. Hernia Femoralis Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada
wanita daripada pria.Ini mulai sebagai penyumbat lemak dikanalis femoralis yang membesar dan
secara bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk
kedalam kantung. 4. Hernia Umbilikalis Pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena
peningkatan tekanan abdominal.Ini biasanya terjadi pada orang yang gemik dan wanita
Multipara. 4. Manifestasi klinis - Adanya benjolan diselangkangan/kemaluan Misalnya:Rasa
sakit yang terus menerus - Adanya nyeri Misalnya:Pasien gelisah dan muntah - Jari tangan dapat
masuk pesibulus spermatikus sampai keanulus inguinalis interus - Nyeri - Muntah, mual - Nyeri
abdomen - Distensi abdomen - Kram - Ada penonjolan keluar 5. Patafisiologi Hernia
berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti tekanan pada saat
mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batukyang kuat atau bersin dan
perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah
abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding
abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak
atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan
kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal,
kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu selalu saja melakukan pekerjaan yang berat
dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan
mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang
terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka
menyeringai , merintih , menahan sakit . Dada : Suara nafas normal. Perut : Bising usus bisa
normal / meeningkat ,benjolan ingiunalis nyeri tekan. - Diagnostik. - Foto ronsend spinal.
Memperlihatkan adanya perubahan degeneratif pada tulang belakang kecurigaan patologis lain
seperti tumor osteomilitis. - Elektromigrafi. Dapat melokalisasi tingkat dasar saraf spinal
terutama yang trkena. - Venogram epidural. Dapat di lakukan pada kasus keakuratan dari
miogram terbatas. - Fungsi lumbal. Mengsampingkan kondisi yang berhubungan dengan infeksi
adanya darah. - Scan CT. Dapat menunjukan kanal spinal yang mengecil, adanya proteksi diskus
intervetrebralis. c. Diagnose keperawatan 1. Pre operasi. - Nyeri berhubungan dengan peritonium
teregang. - Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang tindakan operasi. 2. Post
operasi. - Nyeri berhubungan dengan terputusnya intergitas jaringan. - Kurang prawatan diri
berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisiksekunder terhadap pembedahan. - Resiko tinggi
infeksi berhubungan dengan luka pembedahan - intoleran aktifitas 1. Analisa data ANALISA
DATA PRE OPERASI NO DATA PENYEBAB MASALAH KEPERAWATAN 1 DS: - Klien
banyak bertanya tentang penyakit yang dideritanya DO: - Ekspresi wajah tegang dan pucat Respirasi, nadi, tekanan darah meningkat Proses hospitalisasi Kurang Informasi Stress
meningkat Ansietas 2 DS: - Klien mengeluh nyeri seperti tertusuk, yang akan memburuk dengan
adanya batuk, membungkukkan badan, defekasi DO: - Nyeri pada palpasi - Wajah tampak
meringis Kongenital dan akuisitas Peningkatan kelemahan tekanan intra otot abdomen
Invaginasi kanalis inguinalis Spasme otot Strangulasi usus Nyeri H. ANALISA DATA POST
OPERASI NO DATA PENYEBAB MASALAH KEPERAWATAN 1 DS. - Klien mengeluh nyeri
pada luka bekas operasi DO: - Ekspresi wajah meringis - Klien memegang daerah yang nyeri
Tindakan pembedahan Terputusnya kontinuitas jaringan Ujung saraf bebas terangsang
lmpuls diterima oleh serabut Diteruskan ke kornu dorsalis di medulla spinalis Hipotalamus
Cortex cerebri Nyeri 2 DS: - Klien mengeluh tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya
dilakukan DO: - Perubahan jalan, berjalan dengan pincang - ADL dilakukan di tempat tidur ADL dibantu perawat keluarga Tindakan pembedahan Terputusnya kontinuitas jaringan
Nyeri di daerah post operasi Takut bergerak Aktivitas menurun Intoleransi aktivitas 3 DO: Hipertemia - Terdapat luka bekas operasi Tindakan pembedahan Terputusnya kontinuitas
jaringan Adanya luka insisi Post dentry kuman Risiko tinggi infeksi 5. 6. 7. I. RENCANA
PERAWATAN PRE OPERASI NO DIAGNOSA KEPERAWATAN RENCANA ASUHAN
KEPERAWATAN (TUJUAN, KRITERIA RENCANA TINDAKAN) 1 Ansietas berhubungan
dengan kurangnya informasi, ditandai dengan: ekspresi wajah tegang dan pucat, respirasi, nadi,
tekanan darah meningkat T : Kecemasan hilang/berkurang dalam waktu 1 x 24 jam setelah
perawatan K : - Tampak rileks/tenang - Melaporkan ansietas hilang/berkurang I : - Kaji tingkat
ansietas pasien - Beri informasi yang akurat tentang penyakit yang dideritanya. - Beri
kesempatan pasien untuk mengungkapkan masalah yang dihadapinya. - Ajarkan mekanisme
koping yang baru. 2 Nyeri berhubungan dengan spasme otot, ditandai dengan: wajah tampak
meringis, nyeri pada palpasi. T : Nyeri hilang/terkontrol dalam waktu 2 x 24 jam setelah
perawatan K : - Wajah tampak ceria - Melaporkan nyeri hilang/terkontrol I : - Kaji tingkat nyeri,
catat lokasi, lamanya serangan, faktor pencetus/yang memperberat - Ajarkan teknik relaksasi Lakukan massage pada daerah sekitar nyeri - Observasi TTV - Kolaborasi pemberian obat sesuai
indikasi. 8. J. RENCANA PERAWATAN POST OPERASI NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (TUJUAN, KRITERIA RENCANA TINDAKAN) 1
Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan, ditandai dengan klien mengeluh
nyeri pada luka bekas operasi, wajah tampak meringis T : Nyeri hilang/berkurang dalam waktu 2
x 24 jam setelah perawatan K : - Nyeri hilang/berkurang - Wajah tampak ceria I : - Observasi
keadaan umum dan tanda-tanda vital - Kaji tingkat nyeri, lokasi, lamanya serangan - Anjurkan
teknik relaksasi nafas dalam - Anjurkan klien untuk merubah posisi setiap 2 jam - Kolaborasi
pemberian obat analgetik sesuai indikasi 2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri yang
dirasakan pada daerah bekas operasi ditandai dengan perubahan jalan, ADL dilakukan di tempat
tidur, ADL dibantu oleh perawat/keluarga T : Klien dapat melakukan aktivitas sendiri dalam
waktu 2 x 24 jam setelah perawatan K : - Klien mampu melakukan aktivitas sendiri I : - Catat
respon emosi/perilaku mobilitas. Berikan aktivitas yang dapat ditoleransi. - Anjurkan pasien
untuk tetap ikut berperan serta dalam aktivitas sehari-hari dalam keterbatasan individu. - Bantu
pasien dalam melakukan aktivitas 3 Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan tindakan
pembedahan ditandai dengan DS: - DO: - Hipertermia - Terdapat luka bekas operasi T : Tidak
terjadi infeksi pada area bekas operasi dalam waktu 3 x 24 jam setelah perawatan K : - Luka
operasi kering - Tidak ada tanda-tanda infeksi I : - Awasi tanda-tanda infeksi - Ganti alat tenun
dan pakaian setiap hari - Jaga kebersihan diri dan lingkungan - Ganti balutan setelah 2 hari post
operasi dan selanjutnya rutin setiap hari dengan teknik septik/aseptik. - Kolaborasi untuk
pemberian obat antibiotik Pre operasi. DX I. - Puasakan klien 12 jam sebelum pembiusan. R/
Pengosongan lambung memerlukan waktu sebelum di lakukan anestesi. - Persiapan mental klen.
R/ Peningkatan pegetahuan klien akan kooperatif dalam tindakan yang akan di lakukan. Bersikan kulit daerah operasi . R/ Mencegah infeksi selama operasi. DX II. - Ansietas
berhubungan dengan kurang pengetahuan tetang tindakan operasi. - Kreteria : . Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi. - Pemeriksaan diagnostik dan rencana tindakan.
Intervensi : - Berikan informasi tentang pemeriksaan diagnostik. R/ Informasi akan mendorong
partisipasi klien dalam pengambilan keputusa dan kemandirian maximum. 2. Post operasi. DX I.
- Berikan HE Tentang tehnik relaksasidan distraksi. R/ Mengurangi rasa nyeri yang ada dengan
pengalihan perhatian. - Perawatan luka pada daerah operasi. R/ Mencegah terjadinya infeksi. Observasi TTV. R/ Mengetahui perkembangan dan tanda tanda penurunan /peningkatan
kesehatan klien. DX II. - Memberikan HE pada keluarga tentang perawatan klien. R/
Memberikan rasa nyaman pada klien. - Observasi TTV. R/ Mengetahui kegawatan / penurunan
kesehatan klien. DX III. - Inspeksi kulit untuk adanya iritasi / robekan / luka. R/ Deteksi tanda
mulanya peradangan. - Memberikan perawatan pasien sesuai protap. R/ Nenberikan perawatan
yang profesional dan mencegah terjadinya mal praktek. 10. Penutupan A. kesimpulan B. saran
11. Daftar pustaka Doengoes ME (2000), Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3, EGC , Jakarta.
-Purnawan Djunaidi dkk (1999) , Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3, Media Ausculapius FKUI ,
jakarta. -Barbara Engran (1999) , Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah Volum 1 , EGC,
Jakarta. Barbara Engram, Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah, EGC, Jakarta, 1998.
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien, ed.3. EGC, Jakarta. Griffith H. Winter, Buku Pintar Kesehatan, EGC,
Jakarta, 1994. Lynda Juall carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi
keperawatan, EGC, Jakarta, 1995. Nettina, S.M, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta :
EGC. Oswari, E. 2000. Bedah dan Perawatannya. Jakarta : FKUI.
Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ
Kebidanan
o
o
o
o
o
Keperawatan
SAP
Alat Kesehatan
Cerita
About
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN HERNIA INGUINALIS LATERALIS INKASERATA
A. Pengertian
Hernia adalah prostrusi dari organ melalui lubang defektif yang didapat atau
kongenital pada dinding rongga yang secara normal berisi organ.
Istilah hernia berasal dari bahasa Yunani ERNOS yang berarti penonjolan.
B.
1.
Hernia eksterna.
Hernia yang tonjolannya tampak dari luar yaitu hernia inguinalis lateralis (indirek),
hernia inguinalis medialias (direk), hernia femoralis, hernia umbilikalis, hernia supra
umbilikalis, hernia sikatrikalis, dan lain lain.
2.
Hernia interna
Hernia yang tonjolannya tidak tampak dari luar, yaitu hernia obturatorika, hernia
diafragmatika, hernia foramen Winslowi dan hernia ligamen treitz.
Hernia inguinalis lateralis inakserata merupakan hernia yang sering atau paling
banyak didapat terutama pada laki laki, dengan bentuknya bulat lonjong. Disebut
inkaserata karena hernia yang isi kantongnya tidak dapat kembali ke dalam rongga
perut disertai gangguan passage dan atau vaskularisasi.
C.
Penyebab.
Penyebab terjadinya hernia ada dua yaitu :
1.
Kongenital
Terjadi sejak lahir.
2.
Didapat (acquired)
Terjadi setelah dewasa atau pada usia lanjut. Disebabkan adanya tekanan
intraabdominal yang meningkat dan dalam waktu yang lama misalnya batuk kronis,
konstipasi kronis, gangguan proses kencing (hipertropi prostat, striktur uretra),
ascites dan sebagainya.
D. Patologi anatomi
Hernia terdiri dari 3 unsur yaitu kantong hernia yang terdiri dari peritoneum,
isi hernia yang biasanya terdiri dari usus, omentum, kadang berisi organ
intraperitoneal lain atau organ ekstraperitoneal seperti ovarium, apendiks divertikel
dan buli buli. Unsur terakhir adalah struktur yang menutupi kantong hernia yang
dapat berupa kulit (skrotum) umbilikus atau organ - organ lain misalnya paru dan
sebagainya.
Pada hernia inguinal lateralis (indirek) lengkung usus keluar melalui kanalis
inguinalis dan mengikuti kora spermatikus (pria) atau ligamen sekitar (wanita). Ini
diakibatkan gagalnya prosesus vaginalis untuk menutup testis turun ke dalam
skrotum atau fiksasi ovarium.
Pada pertumbuhan janin (+ 3 minggu) testis yang mula mula terletak di
atas mengalami penurunan (desensus) menuju ke skrotum. Pada waktu testis turun
melewati inguinal sampai skrotum prossesus vaginalis peritoneal yang terbuka dan
berhubungan dengan rongga peritoneum mengalami obliterasi dan setelah testis
sampai pada skrotum, prossesus vaginalis peritoneal seluruhnya tertutup
(obliterasi). Bila ada gangguan obliterasi maka seluruh prossesus vaginalis
peritoneal terbuka, terjadilah hernia inguinalis lateralis. Hernia inguinalis lateralis
lebih sering didapatkan dibagian kanan (+ 60 %). Hal ini disebabkan karena proses
desensus dan testis kanan lebih lambat dibandingkan dengan yang kiri.
E.
terjadi obstruksi usus seperti bising usus nada tinggi sampai tak ada, mual dan
muntah.
F.
Penatalaksanaan.
1.
Manajemen medis
Setiap penderita hernia inguinalis lateralis selalu harus diobati dengan jalan
pembedahan. Pembedahan secepat mungkin setelah diagnosa ditegakkan. Adapun
prinsip pembedahan hernia inguinalis lateralis adalah :
a.
Herniotomy : membuang kantong hernia, ini terutama pada anak anak karena
dasarnya adalah kongenital tanpa adanya kelemahan dinding perut.
b.
2.
Manajemen keperawatan
a.
Pre operasi :
Post operasi :
Dihubungkan dengan pembedahan umum lainnya seperti masalah resiko tinggi
infeksi, masalah gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan luka operasi, dan
pendidikan pasien untuk perencanaan pulang.
Daftar Pustaka
Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ).
Philadelpia, F.A. Davis Company.
Goodner, Brenda & Roth, S.L. (1995), Panduan Tindakan Keperawatan Klinik Praktis, alih
bahasa Ni Luh G. Yasmin Asih, EGC, Jakarta
Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process
Approach St. Louis. Cv. Mosby Company.
Laporan Kasus
Tgl. MRS :
No. Register :
Tempat/tanggalpengkajian : Bedah G,
PENGKAJIAN
I.
Biodata
A. Identitas pasien
1.
2.
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
3.
Agama : Islam
4.
5.
Pendidikan/pekerjaan : SD/swasta.
6.
7.
8.
B.
Keluhan utama :
Pasien dan keluarga belum memahami mengenai penyakit yang diderita, dan
penanganannya. Pasien mengatakan apabila terjadi penurunan hernia maka yang
dilakukan hanyalah mendorongnya masuk kembali. Terjadi bila pasien bekerja keras
seperti mengangkat beban berat, saat BAB mengedan terlalu kuat. Pasein
mengatakan nyeri yang dirasakan biasanya di daerah perineum dan menjalar ke
belakang. Pasien dan keluarga menanyakan bagaimana penyakit ini bisa timbul dan
selain penanganan yang sudah dilakukan, tindakan lain apa yang harus dilakukan.
tetapi tidak bisa. Akhirnya jam 20.24 pasien dibawa ke IRD RSUD Dr. Soetomo
Surabaya.
C.
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Tinggal serumah
: pasien
2.
B.
Klien wanita
Tidak dikaji
Makan dan
minum
Pre masuk RS
Di rumah sakit
1.
Nutrisi
2.
Minum
B.
Eliminasi
1.
BAB
2.
BAK
Tidak berkeringat
Keringat
Berkeringat bila
bekerja
Tidak tentu
Pasien sekarang
tidak bekerja lagi (di
rumah saja).
3.
C.
Istirahat dan
tidur
1.
Istirahat
2.
Tidur
D.
Aktivitas
Kebersihan diri
Pasien mandi 2
X/hari, menggosok
gigi setiap kali
setelah mandi dan
makan, tidak ada
hambatan dalam
melakukana
personal hygiene
F.
Rekreasi
Pasien senang
mendengar radio
dibandingkan
menonton tv dan
mendengar musik.
VI. Psikososial
A. Psikologsi
1.
2.
Konsep diri :
Pasien mengatakan bahwa perannya sebagai orang tua terganggu namun beliau
menyatakan bahwa anak anaknya sudah dewasa dan sudah biasa mandiri bila
ayahnya tidak ada.
3.
Keadaan emosi :
Pasien pasrah saja terhadap apa yang dialaminya.
4.
Kemampuan adaptasi :
Pasien mampu beradaptasi terhadap apa yang dialaminya sekarang.
5.
Sosial
Hubungan pasien dengan keluarga dan keluarga lain harmonis, dimana anak anak
dan isterinya secara bergantian menunggu dan membantu pasien dalam memenuhi
kebutuhannya. Saat berinteraksi dengan perawat, pasien kontak mata terus dan
sangat memperhatikan apa yang dijelaskan. Kegemaran/hoby adalah membaca dan
merawat bunga.
C.
Spiritual
Pelaksanaan ibadah : pasien beribadah 5 waktu namun sejak masuk rumah sakit
pasien hanya berdoa dalam hati. Keyakinan tentang kesehatannya menurut pasien
karena pekerjaan yang keras dan tidak disadari bahwa hal tersebut merupakan
pencetus terjadi sakitnya..
Head to toe
1.
Kepala
Bentuk kepala bulat, posisi kepala datar tanpa bantal, tidak ada luka atau cedera
kepala dan kulit kepala tidak ada kotoran atau bersih.
2.
Rambut
Rambut lurus, warna hitam dan agak panjang. Nampak bersih, tidak ada ketombe.
3.
Mata (penglihatan).
Hidung (penciuman).
Bentuk normal, tidak ada kelainan seperti deviasi septum, mempunyai dua lubang,
sekret tidak ada, epistaksi dam rhinorrhea, peradangan mukosa dan polip tidak ada,
sedangkan fungsi penciuman normal.
5.
Telinga (pendengaran).
Ketajaman pendengaran baik, bentuk normal : simetris kiri dan kanan, fungsi
pendengaran baik, tidak ada serumen dan cairan, demikian juga dengan
perdarahan dan otorrhoe serta alat bantu tidak ada.
6.
7.
Leher
Kelenjar getah bening, kelenjar tiroid dan tekanan vena jugularis tak ada kelainan
(tidak mengalami pembesaran), tidak ada kaku kuduk : dimana pergerakan
memutar dan menoleh dalam batas normal.
8.
9.
Abdomen
Inspeksi : tidak ada massa, abdomen simetris, tidak ada jaringan parut, dilatasi
vena ataupun kemerahan. Palpasi : tidak ada spasme abdomen, tidak ada nyeri
Radiologi
Ada x ray dada : interpretasi tidak ada kelainan.
C.
EKG/USG/IVP
Tidak ada
D. Endoskopi
Tidak ada
N
o
Data subyektif
Data Obyekif
Masalah
Etiologi
1.
Pasien dan
keluarga
mengatakan tidak
memahami proses
penyakit,
perawatan/
penanganannya,
pasien
mengatakan baru
pertama kali
masuk rumah
sakit
Pengetahu
an
Informasi
yang
kurang
2.
Pasien
mengatakan
hernianya hilang
timbul
Resiko
tinggi
terjadi
hernia
yang isi
kantongny
a tidak
dapat
kembali
Meningkat
nya
tekanan
intrabdomi
nal dan
lemahnya
otot
diinding
perut.
PERENCANAAN
1.
Diagnosa keperawatan 1.
Tujuan : pengetahuan pasien dan keluarga tentang proses penyakit dan penanganannya
meningkat setelah 3 kali pertemuan.
Kriteria : -
2.
Diagnosa keperawatan 2.
Tujuan : selama menunggu jadwal pembedahan tidak terjadi tanda dan gejala
reinkarserata.
Kriteria : -
3.
Diagnosa keperawatan 3.
Tujuan : setelah diberi tindakan keperawatan selama 3 jam pasien merasa nyaman
(tidak merasa nyeri).
Kriteria : -
pasien rileks
tenang
tanda vital dalam batas normal : Tensi 120/80, Nadi 100 x/menit, pernapasan 12
kali/menit dan suhu 373oC.
Intervensi :
a. Kaji tingkat nyeri pasien
Rasional : pnentuan tindak selanjutnya
b. Anjurkan teknik relaksasi
Dx.
kep
Hari/tgl
Implementasi
Selasa, 9
10 2001
1
18.00
18.30 -
Jam 2
Mengkaji tingkat pengetahuan pasien tentang pengertian,
penyebab dan penanganan hernia
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang :
a.
Pengertian hernia
b.
Penyebab
c.
d.
Penangannya
S : pas
mem
peng
mem
O : mam
belum
peny
meny
dihin
tujua
A : peng
berta
P : interv
penje
20.00 -
20.30 -
No
Dx.
kep
Hari/tgl
08.00
O : tidak
mual
Rabu, 10 10 2001
1
S : Pasie
penu
12.30 -
Jam 1
Menanyakan kembali tentang pengertian, penyebab dan
penanganan hernia
S : pas
mem
dihad
kemb
belum
pemb
A : peng
meni
P : interv
07.30
2
3.
07.45
S : Pasie
penu
O : ada p
tidak
A : ada t
Dx.
kep
P : in
Hari/tgl
Implementasi
Kamis, 11
- 102001
2
08.00
Jam 1
-
12.30 -
3.
S : Pasie
5, tid
O : ada p
130/8
- Menganjurkan untuk menarik napas dalam dan berusaha rileks
07.15
perna
- Mempertahankan sikap yang kalem dengan pasien dan keluarga
A : gang
sambil mendengarkan keluhan pasien dan keluarga
08.20
No
P : in
07.15
S : Pasie
herni
O : tidak
munt
A : ada t
P : in
S : Pasie
5, tid
08.20
A : gang
P : in
Tweet
Share
Share
Share
Share
About SiChesse
Di blog ini juga Saya membagikan beberapa hasil karya tulis Saya seperti yang bisa sobat baca
secara gratis. Harapan Saya yaitu semoga blog ini dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat
bagi sobat semua.
undefined
undefined
undefined
undefined
Next
karsinoma mamma
Previous
EFUSI PLEURA
1 komentar:
Click here for komentar
Muhtar Khudlori
27 October 2015 at 04:15
Conversion Emoticon
Translate
Powered by
Translate
Popular
Labels
Arsip
Identitas
1.
Total Pageviews
2,635,187
There was an error in this gadget
Followers
Author
Christy Arum
View my complete profile
flag
Counter