Anda di halaman 1dari 3

1.

Keefektifan dan ketidak efektifan menyusui


Keefektifan proses menyusui didefinisikan sebagai proses interaktif antara ibu dan
bayi yang berakibat secara langsung pada transfer ASI dari payudara ibu kepada bayi,
dalam perilaku yang menggambarkan terpenuhinya kebutuhan ibu dan bayi. Terdapat
empat indikator dalam proses menyusui yang efektif. Keempat indikator tersebut
meliputi:
a. Posisi ibu dan bayi yang benar (Body position)
Posisi tubuh antara ibu dan bayi merupakan hal yang paling utama untuk menentukan
perlekatan pada payudara yang tepat sehingga hisapan bayi pada payudara efektif dan
transfer ASI dapat berlangsung dengan baik.
b. Perlekatan bayi yang tepat (Latch)
Perlekatan yang tepat dapat memfasilitasi hisapan yang efektif pada payudara,
sebaliknya perlekatan yang tidak tepat dapat mengurangi keefektifan hisapan bayi
pada payudara.
c. Keefektifan hisapan bayi pada payudara (effective sucking)
Faktor yang mempengaruhi keefektifan hisapan antara lain:
BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah), hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur
(umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu
menghisap secara efektif. Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi dapat

disebabkan oleh berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.
Pemberian susu formula yang dapat mengakibatkan bayi bingung puting (nipple
confusion). Hal ini terjadi karena mekanisme menyusu yang berbeda antara
keduanya. Menyusu pada puting ibu memerlukan usaha yang lebih daripada
minum pada botol, yaitu bayi harus mempergunakan otot pipi, gusi, langit-langit
dan lidahnya. Sementara itu, menyusu dengan botol membuat bayi pasif menerima
susu karena dot sudah mempunyai lubang diujungnya, sehingga bayi dapat

menelan susu yang terus mengalir tanpa dihisap


d. Transfer ASI (Milk transfer).

Sedangkan ketidakefektifan menyusui didefinisikan sebagai ketidakpuasan atau


kesulitan ibu, bayi, atau anak pada proses menyusui yang ditandai dengan :
a.
b.
c.
d.
e.

Proses menyusui yang tidak memuaskan


Puting yang luka saat minggu pertama menyusui
Tanda tanda intake bayi yang tidak adekuat
Pengosongan setiap payudara yang tidak mencukupi
Ketidakmampuan bayi menghisap secara benar.

2. Bayi enggan menyusu


Bayi yang enggan menyusu harus mendapat perhatian khusus, karena kadang kadang
hal tersebut merupakan gejala dari penyakit penyakit yang membahayakan jiwa anak,
seperti anak yang sakit berat, tetanus neonatorum, meningitis/ensefalitis, dan
hiperbilirubinemia. Penyebab lain dari bayi enggan menyusu adalah:
Bayi pilek, sehingga waktu menyusu sulit bernafas
Bayi sariawan/moniliasis, sehingga nyeri pada waktu menghisap
Bayi tidak rawat gabung, yang sudah pernah minum dengan menggunakan botol dot
Bayi yang ditinggal lama, karena ibu sakit/bekerja
Bayi bingung puting
Bayi dengan tali lidah (frenulum linguae) yang pendek
Teknik menyusu yang salah
ASI kurang lancar/yang terlalu deras memancar
Pemberian makanan yang terlalu dini
Cara menangani bayi yang enggan menyusu adalah sesuai dengan penyebabnya,
misalnya:

Pada bayi yang moniliasis, sehingga moniliasis harus diobati


ASI yang terlalu deras memancar, sehingga sebelum menyusu harus dikeluarkan

DAFTAR PUSTAKA

Arifin S. 2004. Faktor faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Oleh Ibu Melahirkan.
Universitas Sumatera Utara: Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Mulder, J. 2006. The Association of Womens Health, Obstentric and Neonatal
Nurses AWHONN. A Concept Analysis Of Effective Breastfeeding, 332 339.

Thomas Rabe. 2002. Buku Saku Ilmu Kebidanan. Jakarta: Hipokrates

Anda mungkin juga menyukai