Anda di halaman 1dari 42

BAB 5 JENIS-JENIS RAKTOR NUKLIR DAN APLIKASI FISIKA INTI

5.1 Pressurized Water Reactor


5.1.1 Karakteristik Reaktor Air Tekan (PWR)
1.

Konstruksi Dasar

Deskripsi sistem utama reaktor air tekan diperlihatkan pada gambar di bawah ini.

Dalam reaktor air tekan terdapat konstruksi sistem pendinginan primer


(sistem reaktor) dan sistem pendingin sekunder (sistem uap). Keduanya
mengungkung material radioaktif agar tidak menyebar keluar dari reaktor. Pada
sistem primer air tidak diperbolehkan mendidih dengan cara memberi tekanan
yang cukup tinggi. Air pendingin bertekanan tinggi dan bertemperatur tinggi
(tekanan 157 kg/cm2 dan temperatur 325 oC) dari sistem primer dialirkan ke
perangkat pembangkit uap (steam generator) dengan pompa sirkulasi primer.
Setelah melepaskan energi panasnya, air ini kemudian dikembalikan ke bejana

reaktor. Pada perangkat pembangkit uap, panas dialihkan ke pendingin pada


sistem sekunder. Dengan panas tersebut air sistem sekunder diubah menjadi uap
dalam perangkat pembangkit uap. Temperatur uap di sistem sekunder pada saat
reaktor beroperasi adalah 277 oC dan tekanannya 62 kg/cm2. Uap yang terbentuk
ini kemudian dialirkan untuk menggerakkan turbin yang digandengkan dengan
generator listrik. Uap dari turbin dialirkan ke Kondenser untuk diembunkan
(diubah menjadi fase cair), selanjutnya air ini dikembalikan ke pembangkit uap
dengan bantuan pompa sekunder. Cara kerja sistem primer dan sekunder yang
dijelaskan di atas dianut oleh reaktor air tekan buatan Westinghouse dan
Mitsubishi.
5.1.2 Bentuk dan Konstruksi Reaktor Air Tekan (PWR)
Bentuk dan konstruksi reaktor air tekan dapat digolongkan atas reaktor
buatan Westinghouse (WH), Bibcock & Wilcock (B&W), Combustion
Engineering (CE) dan reaktor Rusia (VVER). Reaktor tipe WH, B&W dan CE
menganut prinsip yang sama dalam hal pemisahan sistem primer dan sekunder,
tetapi konstruksi sistem pendingin, konstruksi pembangkit uap dan beberapa hal
lain terdapat perbedaan di antara ketiganya.
1.

Reaktor Air Tekan Westinghouse


Dengan penambahan daya pembangkitan listrik, reaktor tipe WH

mengalami penambahan jumlah pembangkit uap dan sistem pendingin


pendukungnya. Seperti terlihat pada Gambar di bawah, reaktor WH dengan
kapasitas daya 1000 MWe mempunyai 4 buah sistem pendingin (4 buah
pembangkit uap dan sistem saluran pendingin, 4 buah pompa pendingin.

Sedangkan konstruksi dari pembangkit uap reaktor tipe WH. Terlihat


pada gambar tersebut bahwa pembangkit uap diletakkan berdiri tegak lurus
dengan pipa-pipa U berada di dalamnya. Pipa U berisi air panas dari pendingin
sistem primer, sedangkan air di luar pipa U akan menerima panas dan mengalami
pendidihan. Beberapa pembangkit uap yang sama dengan tipe ini adalah buatan
Mitsubishi-Jepang, Framatom-Perancis dan KWU-Jerman. Reaktor N4 (1516
MWe) buatan Framatom-Perancis dirancang berdasarkan pengalaman kecelakaan
reaktor Three Mile Island (pada tahun 1979), yaitu peningkatan keandalan operasi
dengan sentralisasi kendali, selain itu dilakukan juga peningkatan efisiensi
ekonomi. Sementara itu reaktor Chooz-B1, B2 dan Civaux-1,2 sudah mulai
beroperasi. Pengembangan reaktor air tekan terus berlanjut, EPR (Europan
Pressurized Water Reactor: Reaktor Air Tekan Eropa) dikembangkan oleh
Perancis dan Jerman berdasarkan rancangan reaktor air tekan Perancis N4 dan

reaktor air tekan Jerman Konvoy. Dalam pengembangan EPR, dilakukan


peningkatan faktor keselamatan dengan memperhitungkan adanya kecelakaan
terparah (Severe Accident), faktor efisiensi dengan pengoperasian yang mudah
serta peningkatan efisiensi ekonomis dengan umur reaktor yang relatif panjang
(60 tahun) dan derajat bakar bahan bakar mencapai 70 GWd/t, bahan bakar MOX
hingga 50 %. Sementara itu, perusahaan Westinghouse mengembangkan reaktor
air tekan dengan nama APWR 1530 MWe (Tabel 1). Reaktor air tekan ini
dirancang dengan peningkatan pada faktor keandalan (tingkat redundansi tinggi,
rapat daya rendah), faktor ekonomi (perangkat bahan bakar tingkat zirkalloy).
Sepertiga teras reaktor berbahan bakar MOX dengan kemampuan derajat bakar
bahan bakar lebih tinggi, yaitu mencapai 55 GWd/t. Jika terjadi kecelakaan,
probabilitas risiko yang ditanggung satu tingkat lebih rendah dari reaktor air tekan
yang ada. Jepang berencana untuk memakai reaktor tipe baru tersebut pada
Tsuruga 3 dan 4, tetapi hingga saat ini reaktor-reaktor tipe baru tersebut belum ada
yang beroperasi.

Perbedaan kinerja antara APWR (Advanced Pressurized Water Reactor) dan PWR
(Pressurized Water Reactor)

2.

Reaktor Air Tekan Combustion Engineering

Reaktor air tekan tipe CE ditunjukkan pada Gambar di atas. Reaktor ini
mempunyai 2 untai pendingin primer (2 buah pembangkit uap dan 4 buah pompa
pendingin pada sistem primer). Air pendingin sistem primer yang keluar dari
pembangkit uap dikembalikan ke bejana reaktor dengan tenaga dorong dari 4 buah
pompa. Konstruksi dari pembangkit uap sama dengan pembangkit uap pada
reaktor WH, yaitu pembangkit uap berdiri vertikal dengan tabung pipa U terbalik
di mana terbentuk uap dengan resirkulasi balik. Pembangkit uap buatan CE
dipakai di Jepang pada reaktor Mihama 1. Reaktor air tekan desain CE diberi
nama System80+. KNSP Korea telah membangun reaktor berbasis System80+
yang sangat murah ongkos pembangunannya dan sangat tinggi keandalannya.
Beberapa reaktor tipe ini yang telah mulai beroperasi di Korea adalah reaktor
Ulchin-3, 4 dan Yonggwang-1,2.
3.

Reaktor Air Tekan Bibcock & Wilcock


Konstruksi sistem pendingin reaktor B&W sama dengan yang ada pada

reaktor air tekan CE, yaitu mempunyai dua untai pendingin pada sistem primer (2
buah pembangkit uap dan 4 buah pompa pendingin pada sistem primer).
Seperti terlihat pada Gambar di bawah ini, pembangkit uap diletakkan
secara vertikal. Reaktor Three Mile Island yang mengalami kecelakaan pada tahun
1979 adalah reaktor air tekan tipe B&W.

4.

Reaktor air tekan Rusia (VVER)


Dari sudut pandang bentuk sistem pendingin reaktor, reaktor air tekan ini

dapat digolongkan pada reaktor air tekan tipe WH. Perbedaan menonjol
dibandingkan dengan reaktor tipe Eropa barat adalah bentuk perangkat bahan
bakar. Tampang lintang perangkat bahan bakar VVER adalah segi enam. Selain
bentuk perangkat bahan bakar, VVER mempunyai pembangkit uap yang
diletakkan secara horisontal. Pada tipe lama (VVER-440/V-230) diperkirakan
terdapat persoalan pada sistem keselamatannya, tetapi pada VVER-1000 (1000
MWe) sistem keselamatannya sudah diperhitungkan dengan baik sehingga bisa
disejajarkan dengan reaktor-reaktor Eropa Barat.

5.1.3 Cara Kerja Reaktor Nuklir Jenis Preassure Water Reactor (PWR)
Energi yang dihasilkan dalam reaksi fisi nuklir dapat dimanfaatkan untuk
keperluan yang berguna. Untuk itu, reaksi fisi harus berlangsung secara terkendali
di dalam sebuah reaktor nuklir. Sebuah reaktor nuklir paling tidak memiliki empat
komponen dasar, yaitu elemen bahan bakar, moderator neutron, batang kendali,
dan perisai beton. Elemen bahan bakar menyediakan sumber inti atom yang akan
mengalami fusi nuklir. Bahan yang biasa digunakan sebagai bahan bakar adalah
uranium U. Elemen bahan bakar dapat berbentuk batang yang ditempatkan di
dalam teras reaktor.
Neutron-neutron yang dihasilkan dalam fisi uranium berada dalam kelajuan
yang cukup tinggi. Adapun, neutron yang memungkinkan terjadinya fisi nuklir
adalah neutron lambat sehingga diperlukan material yang dapat memperlambat
kelajuan neutron ini. Fungsi ini dijalankan oleh moderator neutron yang umumnya
berupa air. Jadi, di dalam teras reaktor terdapat air sebagai moderator yang
berfungsi memperlambat kelajuan neutron karena neutron akan kehilangan
sebagian energinya saat bertumbukan dengan molekul-molekul air.
Fungsi pengendalian jumlah neutron yang dapat menghasilkan fisi nuklir
dalam reaksi berantai dilakukan oleh batang-batang kendali. Agar reaksi berantai
yang terjadi terkendali dimana hanya satu neutron saja yang diserap untuk
memicu fisi nuklir berikutnya, digunakan bahan yang dapat menyerap neutronneutron di dalam teras reaktor. Bahan seperti boron atau kadmium sering
digunakan sebagai batang kendali karena efektif dalam menyerap neutron.

Batang kendali didesain sedemikian rupa agar secara otomatis dapat keluarmasuk teras reaktor. Jika jumlah neutron di dalam teras reaktor melebihi jumlah
yang diizinkan (kondisi kritis), maka batang kendali dimasukkan ke dalam teras
reaktor untuk menyerap sebagian neutron agar tercapai kondisi kritis. Batang
kendali akan dikeluarkan dari teras reaktor jika jumlah neutron di bawah kondisi
kritis (kekurangan neutron), untuk mengembalikan kondisi ke kondisi kritis yang
diizinkan.
Radiasi yang dihasilkan dalam proses pembelahan inti atom atau fisi nuklir
dapat membahayakan lingkungan di sekitar reaktor. Diperlukan sebuah pelindung
di sekeliling reaktor nuklir agar radiasi dari zat radioaktif di dalam reaktor tidak
menyebar ke lingkungan di sekitar reaktor. Fungsi ini dilakukan oleh perisai beton
yang dibuat mengelilingi teras reaktor. Beton diketahui sangat efektif menyerap
sinar hasil radiasi zat radioaktif sehingga digunakan sebagai bahan perisai.
Secara garis besar cara kerja sebuah reaktor nuklir (jenis PWR) hingga bisa
menghasilkan listrik adalah sebagai berikut :
1. Didalam inti reaktor, reaksi fisi terjadi karena adanya penembakan neutron
terhadap bahan bakar nuklir yang menghasilkan energi panas.
2. Energi panas yang dihasilkan dari inti reaktor kemudian dibawa oleh air
bertekanan pada primary loop ke generator uap.

3. Didalam generator uap, air yang berasal dari secondary loop menjadi
terpanaskan dan terbentuklah uap.
4. Uap yang dihasilkan diarahkan ke turbin uap untuk memutar generator dan
akhirnya menghasilkan listrik
5.2 RBMK (CHERNOBYL TYPE REACTOR)
5.2.1 Konsep dan Karakteristik RBMK (Chernobyl Type Reactor)
RBMK berasal dari bahasa Rusia "Reaktory Bolshoi Moshchnosti
Kanalynye" (hi-power pressure-tube reactors: Reaktor pipa tekan berdaya tinggi).
Dalam bahasa Inggris dikenal dengan Light Water-cooled Graphite-moderated
Reactor (LWGR). RBMK adalah reaktor pipa tekan pendingin air didih dengan
menggunakan grafit sebagai moderator yang merupakan hasil pengembangan
negara Uni Soviet. bahan bakar yang digunakan adalah uranium dioksida dengan
pengayaan rendah. Pada mulanya reaktor ini dirancang sebagai reaktor produksi
plutonium, tetapi kemudian dikembangkan menjadi reaktor pembangkit daya
(PLTN). Salah satu jenis RBMK yaitu reaktor Chernobyl yang ada di Republik
Ukraina dimana reaktor ini telah mengalami kecelakaan pada tahun 1986.
Kecelakaan ini terkenal dengan kecelakaan Chernobyl.
Reaktor Chernobyl merupakan reaktor jenis RBMK 1000 atau reaktor pipa
tekan berdaya tinggi. Reaktor ini menggunakan air biasa sebagai pendingin
(dalam pipa tekan, air dibiarkan mendidih), grafit sebagai bahan memperlambat
kecepatan neutron (moderator neutron). Sebagai bahan bakar digunakan uranium
dioksida yang dibungkus dengan kelongsong dari bahan Zirconium alloy
membentyk elemen bakar. Perangkat bahan bakar diletakkan di dalam pipa tekan
yang disebut kanal bahan bakar. Pipa tekan ini ditempatkan dalam suatu blok
grafit yang berperan sebagai moderator neutron dengan batang kendali yang
berada di antaranya untuk mengatur reaktivitas reaktor. Dalam pipa mengalir air
pendingin bertekanan yang mengambil panas dari bahan bakar sehingga akan
mendidih. Jadi dalam pipa ini terdapat aliran campuran air dan uap (aliran dua
fasa). Uap yang terjadi dialirkan ke tangki pemisah uap dan dipisahkan dari fasa
cairnya, dan uap yang telah kering (terpisah dari fasa cairnya) disalurkan ke turbin

pembangkit listrik. Uap yang telah bekerja memutar turbin disalurkan ke


kondenser untuk diembunkan menjadi fasa cair dan selanjutnya dengan bantuan
pompa sirkulasi utama air dialirkan kembali ke teras reaktor. Gambar berikut
merupakan sketsa sistem kerja reaktor Chernobyl:

Gambar 2.1: Sistem Kerja Reaktor Chernobyl


5.2.2. Bangunan Utama Reaktor

Gambar 2.2: Perangkat Bahan Bakar RBMK

Dengan diameter luar bejana reaktor 14,8 meter (diameter teras efektif 11,8
meter) dan tinggi 9,8 meter, bejana RBMK merupakan suatu bejana reaktor yang
tergolong sangat besar. Teras reaktor terdiri dari susunan tumpukan blok grafit. Di
antara tumpukan grafit tersebut terdapat pipa tekan (kanal bahan bakar). Dalam
kanal bahan bakar ini terdapat perangkat bahan bakar dengan (jumlah pipa tekan
1661, diameter luar 88 mm, ketebalan 4mm), dan air biasa dialirkan dalam kanal
bahan bakar untuk mengambil panas yang dibangkitkan dari reaksi fisi dalam
bahan bakar. Di dalam satu pipa tekan (kanal bahan bakar) terdapat sebuah
perangkat bahan bakar, sedangkan dalam satu perangkat bahan bakar terdapat 18
batang bahan bakar. Panjang satu perangkat bahan bakar adalah 7 meter, terdiri
dari bagian atas dan bawah tepat di tengah-tengah ketinggian (tinggi efektif teras
adalah 3,43 m x 2). Pipa tekan terbuat dari Zr - 2% Nb (bagian tengah), perangkat
bahan bakar dalam pipa tekan dapat menghasilkan energi termal rata-rata 1.890
MWt.
Jika diambil contoh bahan bakar yang terdapat pada reaktor Chernobyl
No.3, bahan bakar reaktor mempunyai pengayaan U-235 sebanyak 1,8% berat,
digunakan hingga mencapai derajat bakar 20.000 MWd/t. Bahan yang digunakan
untuk membuat kelongsong bahan bakar (batang bahan bakar: panjang 6,9 m,
diameter luar 13,6 mm, tebal 0,9 mm dengan jenis bahan bakar Pelet UO 2 ) adalah
Zr - 1% Nb.
Dalam RBMK terdapat beberapa tipe batang kendali sesuai dengan
fungsinya, yaitu batang kendali otomatis pengatur daya rata-rata, batang kendali
otomatis pengatur daya lokal, batang kendali penghenti reaktor pada kondisi
darurat, dan batang kendali pengatur distribusi daya aksial (vertikal). Batang
kendali terbuat dari bahan penyerap neutron, yaitu B4C (Boron Carbida) dengan
jumlah 211 batang kendali yang dimasukkan ke dalam kelongsong yang terbuat
dari logam paduan aluminium. Sebagai penggerak batang kendali digunakan
konstruksi motor dan sabuk penggerak (belt). Pada bagian bawah batang kendali
dilengkapi dengan displacer yang terbuat dari grafit yang berguna untuk
menghalangi masuknya air pada kanal batang kendali saat batang kendali berada
di luar teras. Pada saat batang kendali berada pada luar teras, displacer ini berada

tepat ditengah-tengah panjang efektif bahan bakar dengan menyisakan ruang


masing-masing sepanjang 1, 25 m pada bagian atas dan bawah displacer yang
terisi air. Desain seperti ini menyebabkan adanya sifat reaktivitas positif scram.

Gambar 2.3: Sketsa posisi displacer pada saat (a) batang kendali berada di luar teras dan
(b) batang kendali berda di dalam teras.

Teras reaktor RBMK mempunyai ukuran yang sangat besar sehingga mudah
terjadi ketidakstabilan karena distribusi daya ruang yang tak merata. Oleh karena
itu pada reaktor ini diperlukan pengaturan distribusi daya, baik ke arah horisontal
maupun vertikal.
Pada bagian atas dan bawah reaktor terdapat perisai biologis yang terbuat
dari beton berat dan beton khusus. Perisai biologis pada sisi lain dari reaktor
terbuat dari kombinasi lapisan baja, air, pasir pengisi dan beton.
5.2.3 Sistem Pendingin Reaktor
Di dalam sistem pendingin reaktor ada dua sistem pendingin yaitu sistem
pendingin primer yang berinteraksi langsung dengan teras reaktor dan sistem
pendingin skunder yang berinteraksi dengan menara pendingin. Sistem pendingin
primer mengambil panas dari teras reaktor, untuk kemudian dipindahkan ke
pendingin sekunder melalui alat penukar panas, dan panas tersebut dibuang ke
lingkungan melalui menara-menara pendingin sekunder. Sistem pendingin primer
mempunyai 1 pompa, pada operasi normal 2 pompa beroperasi dan 1 sebagai
cadangan. Air mengalir melewati teras reaktor dari atas ke bawah terus ke kamar

tunda (delay chamber), dan selanjutnya, air melewati penukar panas (heat
exchanger) dan kembali lagi ke kolam reaktor. Diagram alir pendingin reaktor
ditunjukkan dalam gambar berikut:

Gambar 2.4: Diagram Alir Pendingin Reaktor

Keterangan:

Berikut ini gambar yang menunjukkan tata letak pompa sirkulasi


pendingin dan aliran pendingin.:

Gambar 2.5: Gambar Aliran Sistem Pendingin Reaktor dan Pompa Utama

Gambar berikut menjelaskan aliran pendingin pada saat reaktor beroperasi


normal. Sistem reaktor dibagi menjadi dua untai sistem pendingin, yaitu sistem
kiri dan kanan. Setiap untai pendingin mempunyai 4 buah pompa sirkulasi (pompa
pendingin utama), dalam kondisi operasi normal 3 buah di antaranya beroperasi
dan satu buah dalam kondisi siap beroperasi (stand-by). Air yang keluar dari
pompa sirkulasi pendingin dibagi menjadi 22 header selanjutnya didistribusikan
ke setiap pipa tekan (kanal bahan bakar) dalam teras reaktor. Pada pintu masuk
pipa tekan terdapat katup pengatur debit aliran yang dapat digerakkan secara
manual.

Gambar 2.6: Gambar Aliran Pendingin Reaktor pada Kondisi Operasi Normal

Uap air yang keluar dari pipa tekan dialirkan ke tangki pemisah uap.
Terdapat 2 buah tangki pemisah uap yang diletakkan di kiri atas dan kanan atas
bejana reaktor. Uap kering yang telah dipisahkan dari fasa cairnya di dalam tangki
pemisah uap kemudian dialirkan ke turbin pembangkit listrik. Setelah
menggerakkan turbin, uap air tersebut diembunkan di kondenser. Setelah semua
uap berubah menjadi fasa cair dalam kondenser, air dialirkan ke tangki pemisah
uap sebagai air pasokan (make-up water). Dalam tangki pemisah uap, air yang
dipisahkan dari fase uap dialirkan pada 12 pipa downcomer untuk dikumpulkan
di header umum (manifold) yang kemudian masuk ke pompa untuk disirkulasikan
ke dalam teras reaktor. Reaktor tipe RBMK dapat digolongkan sebagai salah satu
tipe reaktor air didih (Boiling Water Reactor, BWR), karena air diperbolehkan
mendidih dalam teras reaktor dan uap langsung dialirkan ke turbin untuk
membangkitkan listrik.
Dalam reaktor tipe RBMK yang diwakili oleh reaktor Chernobyl No.3,
terdapat 2 buah turbin uap, masing-masing berkapasitas 510 MWe. Temperatur
uap masuk turbin adalah 280,4 C dengan tekanan 65,9 kg/m2. Daya termal yang
dibangkitkan 3.140 MWt, dan diubah menjadi daya listrik 1.000 MWe, jadi
efisiensi termalnya adalah 31,3%.

Sistem pendingin teras darurat RBMK ditunjukkan pada gambar berikut


ini:

Gambar 2.7: Gambar Sistem Pendingin Darurat Reaktor RBMK-1000

Jika terjadi kebocoran saluran pendingin yang menyebabkan teras


kehilangan pendingin (kecelakaan LOCA), sistem ini akan menginjeksikan air ke
sistem pendingin sehingga kekurangan pendingin dapat diimbangi dan temperatur
teras tetap terjaga. Pada sistem pendingin darurat teras reaktor ini terdapat injeksi
cepat dan injeksi lambat. Sistem injeksi cepat terdiri dari 3 buah subsistem, dua
buah di antaranya dipasok dari katup pada tangki akumulator bertekanan tinggi
(10 MPa). Satu subsistem lainnya digerakkan oleh pompa listrik. Tipe sistem
pendinginan teras darurat yang diterapkan pada reaktor RBMK antara satu dan
generasi lainnya berbeda. Pada reaktor tipe RBMK generasi pertama, sistem
pendinginan teras darurat yang tersedia tidak memadai, dan baru pada generasi
berikutnya terdapat penyempurnaan.
Sistem pendinginan teras darurat lambat terdapat pada masing-masing untai
pendingin. Pada saat salah satu untai mengalami kebocoran, pada untai ini akan
bekerja tiga sistem pendingin teras darurat lambat, masing-masing digerakkan
dengan dua pompa paralel, dengan kemampuan pasokan 50% kapasitas total

pasokan pendingin teras. Pada untai yang tidak mengalami kebocoran, terdapat 3
sistem pendinginan teras darurat lambat dengan kemampuan pasokan 50 %
pasokan teras, yang masing-masing digerakkan oleh satu pompa listrik.
5.2.4 Masalah Keselamatan RBMK
Reaktor tipe RBMK mempunyai beberapa kelebihan, yaitu teras reaktor
dapat diperbesar dangan mudah dan penggantian bahan bakar dapat dilakukan
selama reaktor sedang beroperasi. Tetapi reaktor ini mempunyai banyak
kelemahan, di antaranya koefisien reaktivitas uap positif sehingga pengendalian
reaktor menjadi tidak mudah, bentuk teras yang besar menjadikannya sulit untuk
ditempatkan dalam bejana pengungkung reaktor. Oleh karena itu reaktor ini tidak
memiliki bejana pengungkung reaktor seperti desain reaktor air didih Eropa-Barat.
Kelemahan yang menonjol pada RBMK generasi pertama adalah sistem
pendinginan teras darurat tidak memadai, sedangkan pada generasi kedua terdapat
kelemahan yang mencolok yaitu tidak adanya sistem kendali

tekanan berlebih.

Semua kelemahan di atas menjadi masalah keselamatan dari reaktor tipe RBMK.
Pada tahun 1983 Uni Soviet memberlakukan suatu standar rekayasa (OPB82) meliputi desain PLTN, keselamatan umum bangunan fasilitas dan
operasionalnya. Tetapi kenyataannya baru pada tahun 1990 diberlakukan standar
OPB-88 yang merupakan penyempurnaan dari OPB-82

dengan mengadopsi

standar yang berlaku di negara-negara Eropa-Barat. Tidak ada informasi yang


jelas apakah standar OPB-88 diperlakukan atau tidak. RBMK generasi ketiga
(Smolensk No.3) yang beroperasi pada tahun 1990, dan reaktor Kursk No.5 yang
beroperasi pada tahun 2003, keduanya dirancang berdasarkan OPB-82, jadi pada
kedua reaktor ini belum dipakai standar OPB-88. Dengan demikian, sampai saat
ini belum ada RBMK generasi ke-3 yang dirancang berdasarkan standar OPB-88.
5.3 GAS COOLED FAST REAKTOR (GCFR)
5.3.1 Karakteristik Gas Cooled Fast Reaktor (GCFR)

Dalam fisika nuklir kita mengenal ada dua jenis reaksi, yaitu reaksi fusi dan
reaksi fisi. Reaksi fisi adalah reaksi pembelahan inti berat yang bersifat fissile
seperti U-235 atau Pu-239 menjadi inti yang lebih ringan atau kecil massanya
untuk menghasilkan energi. Setiap reaksi fisi menghasilkan energi yang besarnya

kira-kira 200 MeV. Reaksi fisi tidak bisa terjadi begitu saja (spontan) tetapi reaksi
ini membutuhkan neutron berat untuk menumbuk inti berat tersebut agar
menghasilkan panas. Partikel neutron yang telah menumbuk inti berat U-235
atau Pu-239 akan memproduksi 2-3 neutron baru. Sehingga,di dalam reactor
adalah kondisi dimana jumlah neutron yang hilang karena adanya serapan dan
tumbukan dari inti berat dengan jumlah neutron yang dihasilkan setelah tumbukan
berlangsung adalah berbanding lurus.

Gambar bagan reaksi fisi


Reaktor nuklir adalah tempat terjadinya reaksi pembelahan inti (nuklir) atau
dikenal dengan reaksi fisi berantai yang terkendali. Bagian utama reaktor nuklir
yaitu elemen bakar, perisai, moderator dan elemen kendali. Reaksi fisi berantai
terjadi apabila inti dari suatu unsur yang dapat membelah atau fisionable
(Uranium-235, Uranium-233) bereaksi dengan neutron termal yang akan
menghasilkan unsur-unsur lain dengan cepat serta menimbulkan energi panas dan
neutron-neutron baru. Beberapa teknologi reaktor telah dikembangkan di dunia.
Reaktor fisi secara kasar dapat dibagi menjadi dua macam, tergantung energi yang
digunakan untuk mempertahankan reaksi fisi berantai, yaitu (Duderstadt, 1976):
1.

Reaktor thermal/lambat, reaksi fisi didominasi oleh neutron termal.


Reaktor ini dikarakterisasi oleh adanya moderator yang digunakan untuk
menurunkan kecepatan neutron dan menurunkan energi kinetiknya.
Nentron thermal adalah neutron bebas dengan level energi kinetik sekitar
0,025 eV dengan kecepatan sekitar 2,2 km/detik.

2.

Reaktor cepat (fast reactor) yaitu reaksi fisi yang didominasi oleh neutron
cepat, ditandai dengan pengurangan bahan moderator. Reaktor ini
memerlukan bahan bakar yang diperkaya dengan sangat tinggi, atau
plutonium, untuk mengurangi jumlah U-238 yang akan menyerap neutron
cepat.Reaktor cepat tidak menggunakan bahan moderator neutron namun
membutuhkan bahan bakar yang diperkaya dengan sangat tinggi. Contoh
bahan bakarnya adalah Uranium alam (U-238 dan U-235). Reaktor cepat
dapat mengubah radioisotop yang berumur panjang dalam limbahnya
menjadi bahan yang cepat meluruh. Dengan alasan ini, reaktor cepat lebih
dapat terus-menerus sebagai sumber energi daripada reaktor thermal.
Karena kebanyakan reaktor cepat digunakan untuk menghasilkan
plutonium, maka reaktor ini dihubungkan dengan pertimbangan proliferasi
nuklir
Selain berdasarkan pada energi pada neutronnya, reaktor dibagi atas

meterial yang dipakai sebagai bahan pendinginnya. Ada yang menggunakan air
ringan atau berat, menggunakan gas dan menggunakan metal cair sebagai
pendingin.
Dalam perkembangan teknologi reaktor dewasa ini, telah dan akan
dikembangkan reaktor generasi maju yang inovatif dengan keselamatan tinggi,
menggantikan generasi yang ada sekarang ini (Gen-III/ Gen-III+). Sejak Januari
2000 telah dibentuk Generation IV International Forum (GIF) yang beranggotakan
negara-negara maju di bidang nuklir untuk membahas masalah reaktor maju
inovatif yang dibutuhkan dalam penyediaan energi di masa mendatang. Dalam
perkembangannya, forum ini telah mengevaluasi dan mengkaji sekitar 100 konsep
jenis reaktor yang mungkin cocok untuk diterapkan pada Sistem Energi Nuklir
Generasi ke-IV (Reaktor Gen-IV). Pada akhir Desember 2002, telah diputuskan 6
jenis kandidat reaktor yang potensial dan layak untuk dibangun pada tahun 2030.
Keenam jenis SEN Gen-IV ini adalah: (1) Gas-cooled Fast Reactor (GFR), (2)
Lead-cooled Fast Reactor (LFR), (3)Molten Salt Reactor (MSR), (4) Sodium-

cooled Fast Reactor (SFR), (5) Super Critical Water-cooled Reactor (SCWR), dan
(6) Very High Temperature Reactor(VHTR).
Gas-Cooled Fast Reactor (GFR) merupakan salah satu konsep reaktor dari
enam konsep reactor generasi lanjut (Generasi IV) yang sedang dalam tahap
pengembangan. Reaktor-reaktor Generasi IV belum akan dikomersialkan sebelum
tahun 2030. Penelitian reaktor-reaktor jenis ini secara resmi dimulai oleh The
Generation IV International Forum (GIF) berdasarkan delapan tujuan teknologi.
Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan keselamatan nuklir, meningkatkan
resistensi proliferasi, meminimisasi limbah dan penggunaan sumber daya alam,
mengurangi biaya dalam pembangunan dan pengoperasian reaktor. Gas Cooled
Fast Reactor (GFR) termasuk kedalam jenis reaktor generasi IV yang akan
diimplementasikan pada tahun 2025.
Gas Cooled Fast Reactor (GFR) adalah jenis reaktor generasi IV yang
sedang dikembangkan oleh para ilmuwan yang menggunakan Helium sebagai
pendinginnya, Uranium alam sebagai bahan bakarnya dan memiliki siklus bahan
bakar tertutup. Dalam percobaan membakar Uranium nantinya akan dihasilkan
Plutonium yang akan dijadikan sebagai bahan bakar selanjutnya.
Seperti halnya reaktor dengan pendingin gas spektrum termal seperti
GTMHR dan PBMR, temperatur outlet yang tinggi dari pendingin helium
memungkinkan untuk menghasilkan listrik, hidrogen atau proses panas lain
dengan efisiensi tinggi. Namun berbeda dengan reaktor termal, GFR tidak
menggunakan grafit sebagai moderator. Massa termal dan konduktivitas
termal lebih rendah dibandingkan dengan reaktor termal sehingga temperatur
teras dapat naik mencapai 16000 C/menit.

Untuk mengeliminasi temperatur

ekstrim maka diperlukan keramik carbide dan nitrit seperti SiC, ZrC, TiC,
TiN dan ZrN sebagai material campuran penyusun bahan bakar (Fielding et al.,
2007: 243-249).
GFR adalah reaktor yang terbaik dalam hal ketahanan karena GFR
mempunyai siklus bahan bakar tertutup dan GFR juga sangat bagus dalam
manajemen aktinida. GFR beroperasi pada outlet 850 0C

dengan daya 288

MWe,efisiensi termal 48 % menggunakan siklus Brayton untuk efisiensi thermal

yang tinggi. Bahan bakar dioperasikan pada suhu tinggi sehingga sangat
berpotensi untuk produksi Hidrogen.
Pada umumnya, operasi temperatur tinggi dari sebuah reaktor nuklir
akan menghasilkan efisiensi yang relatif tinggi, namun dibutuhkan material
yang advanced untuk menopang kondisi operasi. Saat ini pin, pelat dan blok
prismatik sedang dipertimbangkan sebagai konfigurasi teras.
GFR dipilih sebagai salah satu sistem energi nuklir Generasi IV
karena potensinya yang excellent dalam sustainabilitas melalui reduksi volum
dan radiotoksisitas dari bahan bakarnya sendiri dan bahan bakar bekas lainnya.
Potensi lainnya yang dimiliki GFR adalah meningkatkan pemanfaatan orde
sumber daya uranium. Dengan menggunakan turbin siklus helium Brayton
untuk

produksil istrik atau dapat menggunakan panas prosesnya untuk

termokimia produksi hidrogen. Dengan daur ulang aktinida dalam spektrum yang
cepat, GFR akan meminimalkan pembuangan limbah berumur panjang untuk
HLW repositori dan bisa memaksimalkan pemanfaatan kandungan

energi

uranium (termasuk U yang berkurang) dengan transmutasi dari238U ke


transuranicsfisi.
Reactor Coolant

Neutron

spectrum
GFR
Gas
Fast
(Weston M. Stacey, 2007: 271)

Electric

H-pood

Actinide

Earliest

mission
X

mission
X

mission
X

deplay
2025

Sistem GFR mengutamakan spektrum neutron cepat dan perputaran bahan


bakar

tertutup

GFR

menggunakan

gas

SiC

sebagai

pendingin

untuk

mengefisienkan konversi uranium fertil dan manejemen aktinida. GFR beroperasi


dalam putaran bahan bakar yang tertutup dengan interval pengisian bahan bakar
yang lama (10 sampai 20 tahun). Keutamaannya adalah desain yang
diperuntukkan bagi produksi listrik dalam jaringan kecil dan bagi negara
berkembang yang tidak mau menyebarkan infrastuktur perputaran bahan bakar
alaminya untuk mendukung sistem energi nuklirnya. Sistem baterai ini didesain
untuk pembangkitan listrik yang terdistribusi dan produk lain, termasuk hidrogen
dan air yang dapat diminum. (Duderstadt, 1976)

Dari kompilasi data parameter yang ditabulasikan dalam Tabel diatas dapat
dilihat bahwa, desain reaktor memiliki SiC sebagai material matriks. Seleksi
ini didasarkan untuk keberlanjutan material pada operasi temperatur tinggi.
Konsekuensinya

profil

fluks diekspektasi lebih lunak daripada yang

dipromosikan dalam spesifikasi Generasi IV awal, karena pemuatan karbon


dalam teras yang tinggi dan banyaknya hampir setengah dari jumlah total
material teras. (M. Driscoll.2005)
GFR sama dengan jenis VHTR yaitu gas helium, namun bentuk spectrum
neutronnya sangat keras yang dihasilkan oleh

238

U. GFR menggunakan bahan

bakar partikel berlapis keramik yang terdispersi dalam matriks bahan bakar GFR
sampai saat ini dalam kajian yang serius. Namun demikian SiC kemungkinan
merupakan kandidat kuat sabagai bahan matrik yang digunakan reactor ini.
Pengembangan fisika reactor jenis GFR ini diantaranya adalah efek dari aliran
neutron(neutron streaming) di sepanjang kanal pending Helium dan data nuklir
untuk aktinida transuranic (TRU) serta material kandidat untuk bahan matriks
bahan bakar seperti SiC
Parameter
Daya, MWth
Densitas Daya kW /l
Daya Spesifik (kW per/ HM
Bahan Bakar

GFR
1500-3000
100
38
UC-SiC
(U-TRU) carbide, nitride, oxide

Pendingin Primer

He(600-850)

(Tout, 0C)
Moderator
Spektrum Neutron
Tekanan Kerja
Siklus
Bahan Bakar
Keluaran

Tidak ada
Cepat
Tinggi
Tertutup
(insitu)
Listrik dan Produksi Hidrogen

Pada GFR tidak membutuhkan moderator sama halnya dengan raktor


generasi IV yang lain yaitu LFR dan SFR. Pendingin untuk reactor jenis GFR
adalah gas Helium (He). Fitur GFR berupa pendingin helium spektrum cepat dan
perputaran bahan bakar tertutup. Temperatur outlet yang tinggi dari pendingin
helium memungkinkan untuk menghasilkan listrik, hidrogen atau proses panas
lain dengan efisiensi tinggi. (Suwoto dan Zuhair,2012)
Parameter reactor GFR juga dideskripsikan sebagai berikut
Teras Reaktor
Daya Reaktor, MWt
600
Temperatur Pendingin masukan 490/850
dan keluaran0C
Efisiensi, %
Rata-rata Densitas daya, MWt/m3
Debit aliran helium, kg/det
Bahan Bakar

48
100
320
UPuC/SiC
UPuC:70%
SiC :30%

kandungan Pu: 20%


Fraksi Volume bahan bakar/gas 50%/40%/10%
He/SiC
5.3.2 Bahan Bakar
Kandidat bahan bakar untuk reaktor cepat berpendingin gas adalah
UPuC/SiC yang dilapisi keramik, dengan geometri berbentuk bola atau batang
silinder atau batang heksagonal, seperti yang diperlihatkan pada gambar Adapun
komposisi kandungan bahan bakar GFR adalah UPuC : 70% dan SiC: 30%,
dengan kandungan Pu dalam UPuC adalah 20%.

Tergantung pada jenis dan kondisi operasi reaktor nuklir, bahan nuklir dapat
muncul dalam berbagai bentuk geometris dan berbagai senyawa kimia. Bahan
bakar oksida (UPuO2) saat ini senyawa bahan bakar standar untuk semua reaktor
nuklir, baik termal dan sistem cepat.

Berikut ini adalah prinsip kerja GFR:


1. Reaksi fisi nuklir pada teras reaktor akan menghasilkan daya thermal yang
besarnya berkisar sekitar 2400 MWt
2. Daya thermal tersebut ditransfer ke pembangkit/turbin
3. Pembangkit uap akan menghasilkan uap bertekanan tinggi yang kemudian
menggerakan turbin uap
4. Turbin kemudian akan menggerakkan generator pembangkit listrik
5. Setelah melewati turbin, gas kemudian ke compressor utama untuk
diturunkan temperaturnya dan disinilah sekitar 60%-70% daya thermal
reactor terbuang sia-sia. Mengingat suhu dan tekanan dari turbin sangat
tinggi,maka pada GFR menyediakan 2 buah compressor dan 2 buah
cooler.Hal ini bertujuan agar temperatur yang keluar dari turbin benarbenar diturunkan
6. Kemudian air hasil kompresi dipompa masuk kembali ke pembnagkit upa
7. Siklus ini akan terus berlanjut selama teras reactor menyuplai daya thermal

5.3.3 Keunggulan dan Kelemahan Gas-Cooled Fast Reactor (GFR)

Sistem GFR mengutamakan spektrum neutron cepat dan perputaran bahan


bakar tertutup GFR menggunakan gas Helium (He) sebagai pendingin untuk
mengefisienkan konversi uranium fertil dan manejemen aktinida. Keunggulan dari
pemanfaatan penggunaan gas sebagai pendingin, terutama Helium adalah helium
tidak dapat mendidih serta dapat beroperasi pada temperature yang tinggi sebagai
pendukung produktivitas gas hidrogen sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan
merupakan reaktor terbaik dari segi ketahanan karena mempunyai siklus bahan
bakar tertutup.
GFR beroperasi dalam putaran bahan bakar yang tertutup dengan interval
pengisian bahan bakar yang lama (10 sampai 20 tahun). Keutamaannya adalah
desain yang diperuntukkan bagi produksi listrik dalam jaringan kecil dan bagi
negara berkembang yang tidak mau menyebarkan infrastuktur perputaran bahan
bakar alaminya untuk mendukung sistem energi nuklirnya.
Pada dasarnya Konsep PLTN Generasi ke-IV (reaktor Gen-IV) adalah PLTN
yang mempunyai spesifikasi:
1) Sustainability (efisiensi bahan bakar tinggi, limbah nuklir rendah dan
merupakansuatu sumber energi yang awet (durable).
2) Economics (dapat bersaing dengan sumber energi yang lain).
3) Safety & Reliability (mempunyai keandalan dan keamanan yang tinggi
yaitu frekuensi dan tingkat kerusakan teras reaktor yang sangat rendah
dibandingkan dengan PLTN yang ada).
4) Proliferation resistance and physical protections (tak rentan terhadap
penyebaran bahan nuklir berbahaya dan tidak membutuhkan daerah
esklusif di sekitar PLTN meskipun dalam kondisi kecelakaan sehingga
dapat ditempatkan berdampingan dengan pemukiman penduduk).
Keandalan dan keakuratan serta ketelitian data nuklir merupakan salah
satu kunci sukses dalam pengembangan konsep reaktor Gen-IV yang beroperasi
pada temperatur tinggi. Namun kondisi status data nuklir yang ada sekarang masih
dirasakan belum cukup dapat dipercaya serta handal untuk mendukung
pengembangan konsep desain reaktor Gen-IV.

Analisis kebutuhan data nuklir untuk reaktor Gen- IV masih terus dikaji,
dievaluasi dan masih dikembangkan di negara-negara maju, sehingga masih
banyak data-data dan karakteristik yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
reaktor Gen-IV mendatang diantaranya dengan eksperimental untuk memperoleh
data nuklir yang sesuai, evaluasi data nuklir secara integral, studi sensitivitas data
nuklir dan tampang lintang nuklir fungsi temperatur yang sesuai untuk reaktor
Gen-IV. Data-data ini sampai sekarang masih jarang ditemukan, baik di internet
maupun di perpustakaan, karena masih terus dalam pengembangan. Untuk
meningkatkan kemampuan analisis keselamatan dan optimasi desain reaktor GenIV sangat dibutuhkan peningkatan kemampuan analisis data nuklir yang
digunakan dalam perhitungan dengan berbagai variasi parameter desain dan
parameter yang terkait lainnya seperti variasi reaktivitas dan variasi distribusi
daya teras reaktor Gen-IV. Bagian ujung belakang pengelolaan siklus bahan bakar
dari sistem reaktor Gen-IV juga membutuhkan data yang lebih akurat untuk
memperkirakan parameter siklus dan bentuk akhir bahan bakar.
5.4 Fisika Inti dalam Bidang Kesehatan
5.4.1 Aplikasi Nuklir di Bidang Kesehatan
Asal-mula fisika nuklir terikat pada fisika atom, teori relativitas, dan teori
kuantum dalam permulaan abad kedua-puluh. Kemajuan awal utama meliputi
penemuan radioaktivitas (1898), penemuan inti atom dengan menginterpretasikan
hasil hamburan partikel alfa (1911), identifikasi isotop dan isobar (1911),
pemantapan hukum-hukum pergeseran yang mengendalikan perubahan-perubahan
dalam nomor atom yang menyertai peluruhan radioaktivitas (1913), produksi
transmutasi nuklir karena penembakan dengan partikel alfa (1919) dan oleh
partikel-partikel yang dipercepat secara artifisial (1932), formulasi teori peluruhan
beta (1933), produksi inti-inti radioaktif oleh partikel-partikel yang dipercepat
(1934), dan penemuan fissi nuklir (1938). Fisika nuklir ialah unik pada tingkat
dimana ia menghadirkan banyak topik terapan dan paling fundamental.
Instrumentasi-intrumentasinya telah memiliki kegunaan yang banyak di seluruh

sains, teknologi, dan kedokteran; rekayasa nuklir dan kedokteran nuklir adalah
dua bidang spesialisasi terapan yang sangat penting.
Aplikasi teknik nuklir, baik aplikasi radiasi maupun radioisotop, sangat
dirasakan manfaatnya sejak program penggunaan tenaga atom untuk maksud
damai dilancarkan pada tahun 1953. Dewasa ini penggunaannya di bidang
kedokteran sangat luas, sejalan dengan pesatnya perkembangan bioteknologi,
serta didukung pula oleh perkembangan instrumentasi nuklir dan produksi
radioisotop umur pendek yang lebih menguntungkan ditinjau dari segi medik.
Energi radiasi yang dipancarkan oleh suatu sumber radiasi, dapat menyebabkan
peruba.hari fisis, kimia dan biologi pada materi yang dilaluinya. Perubahan yang
terjadi dapat dikendalikan dengan jalan memilih jenis radiasi (, , atau neutron)
serta mengatur dosis terserap, sesuai dengan efek yang ingin dicapai. Berdasarkan
sifat tersebut, radiasi dapat digunakan untuk penyinaran langsung seperti antara
lain pada radioterapi, dan sterilisasi. Selain itu, radiasi yang dipancarkan oleh
suatu radioisotop, lokasi dan distribusinya dapat dideteksi dari luar tubuh secara
tepat, serta aktivitasnya dapat diukur secara akurat; sehingga penggunaan
radioisotop sebagai tracer atau perunut, sangat bermanfaat dalam studi
metabolisme, serta teknik pelacakan dan penatahan berbagai organ tubuh, tanpa
harus melakukan pembedahan.
5.4.2 Kedokteran Nuklir
Ilmu Kedokteran Nuklir adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan
sumber radiasi terbuka berasal dari disintegrasi inti radionuklida buatan, untuk
mempelajari perubahan fisiologi, anatomi dan biokimia, sehingga dapat
digunakan untuk tujuan diagnostik, terapi dan penelitian kedokteran. Pada
kedokteran Nuklir, radioisotop dapat dimasukkan ke dalam tubuh pasien (studi
invivo) maupun hanya direaksikan saja dengan bahan biologis antara lain darah,
cairan lambung, urine da sebagainya, yang diambil dari tubuh pasien yang lebih
dikenal sebagai studi in-vitro (dalam gelas percobaan).

Pemeriksaan kedokteran nuklir banyak membantu dalam menunjang


diagnosis berbagai penyakitseperti penyakit jantung koroner, penyakit kelenjar
gondok, gangguan fungsi ginjal, menentukan tahapan penyakit kanker dengan
mendeteksi penyebarannya pada tulang, mendeteksi pendarahan pada saluran
pencernaan makanan dan menentukan lokasinya, serta masih banyak lagi yang
dapat diperoleh dari diagnosis dengan penerapan teknologi nuklir yang pada saat
ini berkembang pesat.
Disamping membantu penetapan diagnosis, kedokteran nuklir juga
berperanan dalam terapi-terapi penyakit tertentu, misalnya kanker kelenjar
gondok, hiperfungsi kelenjar gondok yang membandel terhadap pemberian obatobatan non radiasi, keganasan sel darah merah, inflamasi (peradangan)sendi yang
sulit dikendalikan dengan menggunakan terapi obat-obatan biasa. Bila untuk
keperluan diagnosis, radioisotop diberikan dalam dosis yang sangat kecil, maka
dalam terapi radioisotop sengaja diberikan dalam dosis yang besar terutama dalam
pengobatan terhadap jaringan kanker dengan tujuan untuk melenyapkan sel-sel
yang menyusun jaringan kanker itu.
Di Indonesia, kedokteran nuklir diperkenalkan pada akhir tahun 1960an,
yaitu setelah reaktor atom Indonesia yang pertama mulai dioperasikan di
Bandung. Beberapa tenaga ahli Indonesia dibantu oleh tenaga ahli dari luar negeri
merintis pendirian suatu unit kedokteran nuklir di Pusat Penelitian dan
Pengembangan Teknik Nuklir di Bandung. Unit ini merupakan cikal bakal Unit
Kedokteran Nuklir RSU Hasan Sadikin, Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran. Menyusul kemudian unit-unit berikutnya di Jakarta (RSCM, RSPP,
RS Gatot Subroto) dan di Surabaya (RS Sutomo). Pada tahun 1980-an didirikan
unit-unit kedokteran nuklir berikutnya di RS sardjito (Yogyakarta) RS Kariadi
(Semarang), RS Jantung harapan Kita (Jakarta) dan RS Fatmawati (Jakarta).
Dewasa ini di Indonesia terdapat 15 rumah sakit yang melakukan pelayanan
kedokteran nuklir dengan menggunakan kamera gamma, di samping masih

terdapat 2 buah rumah sakit lagi yang hanya mengoperasikan alat penatah ginjal
yang lebih dikenal dengan nama Renograf.
Radioisotop dan Teleterapi
Henry Bacquerel penemu radioaktivitas telah membuka cakrawala nuklir
untuk kesehatan. Kalau Wilhelm Rontgen, menemukan sinar-x ketika gambar jari
dan cincin istrinya ada pada film. Maka Marie Currie mendapatkan hadiah Nobel
atas penemuannya Radium dan Polonium dan dengan itu pulalah sampai dengan
1960-an Radium telah digunakan untuk kesehatan hampir mencapai 1000 Ci.
Tentunya ini sebuah jumlah yang cukup besar untuk kondisi saat itu. Masyarakat
kedokteran menggunakan radioisotop Radium ini untuk pengobatan kanker, dan
dikenal dengan Brakiterapi. Meskipun kemudian banyak ditemukan radiosiotop
yang lebih menjanjikan untuk brakiterapi, sehingga Radium sudah tidak
direkomendasikan lagi. Selain untuk Brakiterapi, radisotop Cs-137 dan Co-60
juga dimanfaatkan untuk Teleterapi, meskipun belakangan ini teleterapi dengan
menggunakan radioisotop Cs-137 sudah tidak direkomendasikan lagi untuk
digunakan. Meskipun pada dekade belakangan ini jumlah pesawat teleterapi Co60 mulai menurun digantikan dengan akselerator medik. Radioisotop tersebut
selain digunakan untuk brakiterapi dan teleterapi, saat ini juga telah banyak
digunakan untuk keperluan Gamma Knife, sebagai suatu cara lain pengobatan
kanker yang berlokasi di kepala.
Teleterapi adalah perlakuan radiasi dengan sumber radiasi tidak secara
langsung berhubungan dengan tumor. Sumber radiasi pemancar gamma seperti
Co-60 pemakaiannya cukup luas, karena tidak memerlukan pengamatan yang
rumit dan hampir merupakan pemancar gamma yang ideal. Sumber ini banyak
digunakan dalam pengobatan kanker/tumor, dengan jalan penyinaran tumor secara
langsung dengan dosis yang dapat mematikan sel tumor, yang disebut dosis letal.
Kerusakan terjadi karena proses eksitasi dan ionisasi atom atau molekul. Pada
teleterapi, penetapan dosis radiasi sangat penting, dapat berarti antara hidup dan
mati. Masalah dosimetri ini ditangani secara sangat ketat di bawah pengawasan

Badan Internasional WHO dan IAEA bekerjasama dengan laboratoriumlaboratorium standar nasional.
Orang pertama yang menggunakan radioisotop nuklir sebagai tracer
(perunut) pada 1913-an adalah GC Havesy, dan dengan tulisannya dalam Journal
of Nuclear Medicine, Havesy menerima hadiah Nobel Kimia 1943. Prinsip yang
ditemukan Havesy inilah yang kemudian dimanfaatkan dalam Kedokteran Nuklir,
baik untuk diagnosa maupun terapi. Radioisotop untuk diagnosa penyakit
memanfaatkan instrumen yang disebut dengan Pesawat Gamma Kamera atau
SPECT (Single Photon Emission Computed Thomography). Sedangkan aplikasi
untuk terapi sumber radioisotop terbuka ini seringkali para pakar menyebutnya
sebagai Endoradioterapi.
Rutherford dan Teknologi Pemercepat Radioisotop
Penemuan Rutherford memberikan jalan pada munculnya teknologi
pemercepat radioisotop, sehingga J Lawrence dapat menggunakan Siklotron
Berkeley dapat memproduksi P-32, yang merupakan radioisotop artifisial pertama
yang digunakan untuk pengobatan leukimia. Sekitar 1939, I-128 diproduksi
pertama kalinya dengan menggunakan Siklotron, namun dengan keterbatasan
pendeknya waktu paro, maka I-131 dengan waktu paro 8 hari diproduksi.
Perkembangan teknologi Siklotron untuk kesehatan menjadi penting setelah
beberapa produksi radioisotop dengan waktu paro pendek mulai dimanfaatkan dan
sebagai dasar utama PET (Positron Emission Tomography).
Radioisotop selain diproduksi dengan pemercepat, juga dapat diproduksi
dengan reaktor nuklir. Majalah Science telah mengumumkan bahwa reaktor nuklir
penghasil radioisotop pada 1946, dan menurut Baker sampai sekitar 1966 ada 11
reaktor nuklir di Amerika Serikat memproduksi radiosisotop untuk melayani
kesehatan. Perkembangan teknologi reaktor juga saat ini dimanfaatkan untuk
produksi secara in-situ aktivasi Boron untuk pengobatan penyakit maligna dan
biasanya dikenal dengan BNCT (Boron Netron Capture Therapy ). Meskipun saat
ini banyak juga berkembang BNCT dengan metode akselerator.

Generator radioisotop-pun saat ini juga berperan besar dalam memproduksi


radioisotop

untuk

kesehatan,

terutama

kedokteran

nuklir.

Produksi,

pengembangan dan pemanfaatan generator Mo-99/Tc-99m merupakan dampak


positif dalam aplikasi nuklir untuk kesehatan dan farmasi. Dengan generator ini
masalah-masalah faktor produksi ulang, waktu, dan jarak terhadap tempat yang
memproduksi radioisotop, selain juga mengurangi dosis yang diterima oleh
pasien.
5.4.3 Teknik Pengaktivan Neutron
Teknik nuklir ini dapat digunakan untuk menentukan kandungan mineral
tubuh terutama untuk unsur-unsur yang terdapat dalam tubuh dengan jumlah yang
sangat kecil (Co,Cr,F,Fe,Mn,Se,Si,V,Zn dsb) sehingga sulit ditentukan dengan
metoda konvensional. Kelebihan teknik ini terletak pada sifatnya yang tidak
merusak dan kepekaannya sangat tinggi. Di sini contoh bahan biologik yang akan
idperiksa ditembaki dengan neutron.
5.4.4 Penentuan Kerapatan Tulang Dengan Bone Densitometer
Pengukuran kerapatan tulang dilakukan dengan cara menyinari tulang
dengan radiasi gamma atau sinar-x. Berdasarkan banyaknya radiasi gamma atau
sinar-x yang diserap oleh tulang yang diperiksa maka dapat ditentukan konsentrasi
mineral kalsium dalam tulang. Perhitungan dilakukan oleh komputer yang
dipasang pada alat bone densitometer tersebut. Teknik ini bermanfaat untuk
membantu mendiagnosis kekeroposan tulang (osteoporosis) yang sering
menyerang wanita pada usia menopause (matihaid) sehingga menyebabkan tulang
muda patah.
5.4.5 Three Dimensional Conformal Radiotheraphy (3d-Crt)
Terapi Radiasi dengan menggunakan sumber radiasi tertutup atau pesawat
pembangkit radiasi telah lama dikenal untuk pengobatan penyakit kanker.
Perkembangan teknik elektronika maju dan peralatan komputer canggih dalam
dua dekade ini telah membawa perkembangan pesat dalam teknologi radioterapi.

Dengan menggunakan pesawat pemercepat partikel generasi terakhir telah


dimungkinkan untuk melakukan radioterapi kanker dengan sangat presisi dan
tingkat keselamatan yang tinggi melalui kemampuannya yang sangat selektif
untuk

membatasi

bentuk

jaringan

tumor

yang

akan

dikenai

radiasi,

memformulasikan serta memberikan paparan radiasi dengan dosis yang tepat pada
target. Dengan memanfaatkan teknologi 3D-CRT ini sejak tahun 1985 telah
berkembang metoda pembedahan dengan menggunakan radiasi pengion sebagai
pisau bedahnya (gamma knife). Dengan teknik ini kasus-kasus tumor ganas yang
sulit dijangkau dengan pisau bedah konvensional menjadi dapat diatasi dengan
baik oleh pisau gamma ini, bahkan tanpa perlu membuka kulit pasien dan yang
terpenting tanpa merusak jaringan di luar target.
5.4.6 Sterilisasi Alat Kedokteran
Alat/bahan yang digunakan di bidang kedokteran pada umumnya harus
steril. Banyak di antaranya yang tidak tahan terhadap panas, sehingga tidak bisa
disterilkan dengan uap air panas atau dipanaskan. Demikian pula sterilisasi
dengan gas etilen oksida atau bahan kimia lain dapat menimbulkan residu yang
membahayakan kesehatan. Satu-satunya jalan adalah sterilisasi dengan radiasi,
dengan sinar gamma dan Co-60 yang dapat memberikan hasil yang memuaskan.
Sterilisasi dengan cara tersebut sangat efektif, bersih dan praktis, serta biayanya
sangat murah. Untuk transpiantasi jaringan biologi seperti tulang dan urat, serta
amnion chorion untuk luka bakar, juga disterilkan dengan radiasi.
5.5 Fisika Inti dalam Bidang Industri
5.5.1 Pemeriksaan Tanpa Merusak
Pemeriksaan tak merusak dalam menentukan kualitas suatu sistem dapat
dilakukan baik dengan metode teknik nuklir maupun non-nuklir. Radiasi berdaya
tembus tinggi dapat dipakai untuk melakukan pemeriksaan bahan tanpa merusak
bahan yang diperiksa (non destructive testing). Teknik pemeriksaan dengan radiasi
ini disebut juga radiografi industri. Uji tak merusak ini biasanya memanfaatkan
radiasi jenis foton berdaya tembus tinggi, baik berupa sinar gamma yang

dipancarkan oleh radioisotop maupun sinar-X dari suatu pesawat. Sifat dari radiasi
itu sendiri adalah sebagian diserap dan sebagian diteruskan oleh bahan yang
diperiksa. Oleh sebab itu, radiasi akan mengalami pelemahan di dalam bahan.
Tingkat pelemahannya bergantung pada tebal bagian bahan yang menyerap
radiasi.
Prinsip dasar dalam uji tak merusak ini adalah bahwa radiasi akan
menembus benda yang diperiksa, namun karena adanya cacat dalam bahan maka
banyaknya radiasi yang diserap oleh bagian-bagian pada bahan tidak sama.
Dengan memanfaatkan sifat interaksi antara radiasi foton dengan bahan seperti
ini, maka radiasi dapat dimanfaatkan untuk memeriksa cacat yang ada di dalam
bahan. Rongga maupun retak sekecil apapun dapat dideteksi dengan teknik
radiografi ini. Apabila radiasi yang diteruskan dan keluar dari bahan ditangkap
oleh film fotografi yang dipasang di belakang bahan tersebut, maka perbedaan
intensitas radiasi akan menimbulkan kehitaman yang berbeda pada film, sehingga
cacat dalam bahan yang diperiksa akan tergambar pada film. Dengan teknik ini
dapat diketahui mutu sambungan las, kualitas logam cor dan juga keadaan dalam
diri suatu sistem. Untuk mendapatkan ketelitian pemeriksaan yang lebih tinggi,
maka teknik radiografi dapat dikombinasikan dengan teknik pemeriksaan lainnya
karena tiap cacat pada benda menimbulkan gambar yang berlainan. Maka untuk
membaca gambar pada film diperlukan pengalaman dan keahlian tersendiri,
sehingga kemungkinan terjadinya salah interpretasi dapat dihindari atau
dikurangi.

(Gambar contoh pengujian pada pipa)


5.5.2 Untuk Menentukan Kehausan Atau Keroposan Yang Terjadi Pada
Bagian Pengelasan Atau Logam
Radioisotop digunakan untuk mendeteksi kebocoran pipa yang ditanam di
dalam tanah atau dalam beton dengan memasukannya ke dalam aliran pipa yang
diperkirakan terjadi kebocoran pipa di dalamnya sehingga kebocoran dapat
dideteksi tanpa penggalian tanah atau pembongkaran beton.
Radiasi sinar gamma dapat digunakan untuk memeriksa cacat pada logam
atau sambungan las, yaitu dengan meronsen bahan tersebut. Teknik ini
berdasarkan sifat bahwa semakin tebal bahan yang dilalui radiasi, maka intensitas
radiasi yang diteruskan makin berkurang, jadi dari gambar yang dibuat dapat
terlihat apakah logam merata atau ada bagian-bagian yang berongga didalamnya.
Pada bagian yang berongga itu film akan lebih hitam,
Jika bagian pengelasan atau logam ini disinari dengan sinar gamma dan
dibalik bahan itu diletakkan film foto maka pada bagian yang terdapat kehausan
atau kekeroposan akan memberikan gambar yang tidak merata.
5.5.3 Untuk Mengetahui Adanya Cacat Pada Material
Pada bidang industri aplikasi baja perlu dianggap bahwa semua bahan selalu
mengandung cacat. Cacat dapat berupa cacat bawaan dan cacat yang terjadi akibat
penanganan yang tidak benar. Cacat pada material merupakan sumber kegagalan
dalam industri baja. Penyebab timbulnya cacat pada material meliputi desain yang

tidak tepat, proses fabrikasi dan pengaruh lingkungan. Desain yang tidak tepat
meliputi pemilihan bahan, metode pengerjaan, panas yang tidak tepat dan tidak
dilakukannya

uji mekanik.

Proses fabrikasi meliputi

keretakan karena

penggerindaan, cacat proses fabrikasi dan cacat pengelasan. Kondisi operasi


lingkungan meliputi korosi. Untuk mengetahui adanya cacat pada material maka
digunakan suatu pengujian material tak merusak yang salah satunya adalah
dengan metode radiografi sinar gamma.
Teknik radiografi merupakan salah satu metode pengujian material takmerusak yang selama ini sering digunakan oleh industri baja untuk menentukan
jaminan kualitas dari produk yang dihasilkan. Teknik ini adalah pemeriksaan
dengan menggunakan sumber radiasi (sinar-x atau sinar gamma) sebagai media
pemeriksa dan film sebagai perekam gambar yang dihasilkan. Radiasi melewati
benda uji dan terjadi atenuasi dalam benda uji. Sinar yang akan diatenuasi tersebut
akan direkam oleh film yang diletakkan pada bagian belakang dari benda uji.
Setelah film tersebut diproses dalam kamar gelap maka film tersebut dapat
dievaluasi. Bila terdapat cacat pada benda uji maka akan diamati pada film
radiografi dengan melihat perbedaan kehitaman atau densitas. Pemilihan sumber
radiasi berdasarkan pada ketebalan benda yang diperlukan karena daya tembus
sinar gamma terhadap material berbeda. Pada sumber pemancar sinar gamma
tergantung besar aktivitas sumber. Sedangkan pemilihan tipe film sangat
mempengaruhi pemeriksaan kualitas material. Film digunakan untuk merekam
gambar material yang diperiksa. Pemilihan tipe film yang benar akan
menghasilkan kualitas hasil radiografi yang sangat baik. Pada umumnya kita
mengenal dua macam jenis film, yaitu film cepat dan film lambat. Pada film cepat
butir-butirannya besar, kekontrasan dan definisinya kurang baik. Sedangkan pada
film lambat butir-butirannya kecil, kekontrasan dan definisinya lebih baik
Penentuan jarak sumber ke film (SFD) juga mempengaruhi hasil kualitas film
radiografi. Penghitungan SFD yang tidak benar mempengaruhi tingkat kehitaman
atau density hasil film radiografi sehingga akan mempengaruhi tingkat sensitivitas
atau tingkat ketelitian.

5.5.4 Digunakan Dalam Pengujian Kualitas Las Pada Waktu Pemasangan


Pipa Minyak/Gas Serta Instalasi Kilang Minyak
Teknik radiografi merupakan teknik yang sering dipakai terutama pada
tahap-tahap konstruksi. Pada sektor industri minyak bumi, teknik ini digunakan
dalam pengujian kualitas las pada waktu pemasangan pipa minyak/gas serta
instalasi kilang minyak. Selain bagianbagian konstruksi besi yang dianggap kritis,
teknik ini digunakan juga pada uji kualitas las dari ketel uap tekanan tinggi serta
uji terhadap kekerasan dan keretakan pada konstruksi beton. Radioisotop yang
sering digunakan adalah kobal-60 (60Co). Dalam bidang industri, radioisotop
digunakan juga sebagai perunut misalnya untuk menguji kebocoran cairan/gas
dalam pipa serta membersihkan pipa, yang dapat dilakukan dengan menggunakan
radioisotop iodoum-131 dalam bentuk senyawa CH3131l. Radioisotop seng-65
(65Zn) dan fosfor-32 merupakan perunut yang sering digunakan dalam penentuan
efisiensi proses industri, yang meliputi pengujian homogenitas pencampuran serta
residence time distribution (RTD). Sedangkan untuk kalibrasi alat misalnya flow
meter, menentukan volume bejana tak beraturan serta pengukuran tebal material,
rapat jenis dan penangkal petir dapat digunakan radioisotop kobal-60, amerisium241 (241Am) dan cesium-137 (137Cs).
Kebocoran dan dinamika fluida di dalam pipa pengiriman gas maupun
cairan dapat dideteksi menggunakan radioisotop. Zat yang sama atau memiliki
sifat yang sama dengan zat yang dikirim diikutsertakan dalam pengiriman setelah
ditandai dengan radioisotop. Keberadaan radioisotop di luar jalur menunjukkan
terjadinya kebocoran. Keberadaan radioisotop ini dapat dicari jejaknya sambil
bergerak dengan cepat, sehingga pipa transmisi minyak atau gas bumi dengan
panjang ratusan bahkan ribuan km dapat dideteksi kebocorannya dalam waktu
relatif singkat. Radioisotop dapat digunakan pula untuk menguji kebocoran tangki
penyimpanan ataupun tangki reaksi. Pada pengujian ini biasanya digunakan
radioisotop dari jenis gas mulia yang inert (sulit bereaksi).
5.5.5 Mengontrol Ketebalan Bahan
Ketebalan produk yang berupa lembaran, seperti kertas film atau lempeng
logam dapat dikontrol dengan radiasi. Prinsipnya sama seperti diatas, bahwa

intensitas radiasi yang diteruskan bergantung pada ketebalan bahan yang dilalui.
Detektor radiasi dihubungkan dengan alat penekan. Jika lembaran menjadi lebih
tebal, maka intensitas radiasi yang diterima detektor akan berkurang dan
mekanisme alat akan mengatur penekanan lebih kuat sehingga ketebalan dapat
dipertahankan.
5.5.6 Pengawetan Bahan
Radiasi juga telah banyak digunakan untuk mengawetkan bahan seperti
kayu, barang-barang seni dan lainlain. Radiasi juga dapat meningkatkan mutu
tekstil karena inengubah struktur serat sehingga lebih kuat atau lebih baik mutu
penyerapan warnanya. Berbagai jenis makanan juga dapat diawetkan dengan dosis
yang aman sehingga dapat disimpan lebih lama.
5.6. Bidang Pertanian
5.6.1 Pemuliaan Tanaman
Pemuliaan tanaman atau pembentukan bibit unggul dapat dilakukan dengan
menggunakan radiasi. Misalnya pemuliaan padi, bibit padi diberi radiasi dengan
dosis yang bervariasi, dari dosis terkecil yang tidak membawa pengaruh hingga
dosis rendah yang mematikan. Biji yang sudah diradiasi itu kemudian disemaikan
dan ditaman berkelompok menurut ukuran dosis radiasinya. Serta dengan
menggunakan unsur-unsur radioaktif, juga dapat diketahui waktu yang paling
tepat untuk melakukan pemupukan pada satu jenis tanaman. Selain sinar gamma,
fosfor-32 (P-32) juga berguna untuk membuat benih tumbuhan yang bersifat lebih
unggul dibandingkan induknya. Radiasi radioaktif ini ke tanaman induk akan
menyebabkan ionisasi pada berbagai sel tumbuhan. Ionisasi inilah yang
menyebabkan turunan akan mempunyai sifat yang berbeda dari induknya.
Kekuatan radiasi yang digunakan diatur sedemikian rupa hingga diperoleh sifat
yang lebih unggul dari induknya.
5.6.2 Perunut Aktivitas Pupuk
Radioisotop dapat digunakan untuk merunut gerakan pupuk di sekitar
tanaman setelah ditabur. Gerakan pupuk jenis fosfat, dari tanah sampai ke dalam
tumbuhan dapat ditelusuri dengan mencampurkan radioisotop fosfor-32 (P-32) ke
dalam senyawa fosfat di dalam pupuk. Dengan cara ini dapat diketahui pola

penyebaran pupuk dan efektifitas pemupukan. Untuk melaksanakan pemupukan


pada waktu yang tepat, dapat digunakan radioisotop Nitrogen 15 ( N 15 ).
Pupuk yang mengandung N 15 di pantau dengan alat pancacah jika pancacah
tidak mendeteksi lagi adanya radiasi, berarti pupuk sepenuhnya sudah diserap oleh
tanaman. Pada saat itulah pemupukan berikutnya sebaiknya dilakukan, dari upaya
ini akan diketahui jangka waktu pemupukan yang sesuai untuk diperlukan dengan
usia tanaman.
5.6.3 Iradiasi Makanan
Pada proses pengawetan bahan pangan dengan iradiasi digunakan radiasi
berenergi tinggi yang dikenal dengan radiasi pengion, karena dapat menimbulkan
ionisasi pada materi yang dilaluinya. Jenis radiasi yang dapat digunakan untuk
pengawetan bahan pangan, adalah radiasi elektromagnetik dengan panjang
gelombang di bawah 10 nm. . Sampai saat ini yang banyak digunakan adalah sinar
gamma 60Co dengan energi foton sebesar 1,17 dan 1,33 MeV dan 137Cs dengan
energi foton sebesar 0,66 MeV.

DAFTAR PUSTAKA
Bassi, C and Marque, M. 2008. Reliability Assessment of 2400 MWth GasCooled Fast Reactor Natural Circulation Decay Heat Removal in
Pressurized Situations. Science and Technology of Nuclear Installations
Volume 2008.
Duderstadt, J.J. 1976. Nuclear Reactor Analysis. John Wiley & Sons
Fielding, R. et al, 2007. Gas-cooled fast reactor fuel fabrication. Journal of
Nuclear Material Volume 371, Issues 1-3, 15 September 2007.

M. Dricoll, et al., Engineering and Physics Optimization of Breed and Burn Fast
Reactor Systems: Final Report. MIT-GFR-035, September, 2005.
Mulyaman, Maman.2008. Kajian Fluks Neutron Teras Reator Daya Generasi
Lanjut. Jurnal Sigma Epsilon Volume 12 Nomer 2
Rooijen, W.F.Geert.

2006.

Improving

Fuel

Cycle

Design

and Safety

Characteristics of a Gas Cooled Fast Reactor. IOS Press


Stacey, Weston M. 2007. Nuclear Reactor Physics. New York:Willey VCH
Willem Frederik Geert VAN ROOIJEN . 2006. Improving Fuel Cycle Design and
Safety Characteristics of a Gas Cooled Fast Reactor, IOS Press

Anda mungkin juga menyukai