0leh
O O N FURQON A F
B, 141028
RINGKASAN
OON FURQON.
(ki bawah
bim-
i d pada unggas.
t a s i p e n y a u t n y a hampir serupa.
LL dan
p o l a penyebaran p e n y a k i t se cara h o r i z o n t a l .
P e r u b a h a n pasca mati dari LL tesutama ditemukan pada
da s i s t e m s y a r a f , alat t u b u h v i s c e r a l , o t o t , k u l i t d a n
mata.
Gambaran h i s t o p a t o l o g i k d a r i t u m o r LL t e r n y a t a l e b i h
seragam d a n t e r d i r l d a r i s e l - s e l l i m f o b l a s t ,
Sedangkan
pada PM, s u s u n a n s e l u l e r n y a t e r d i r i d a r i s e l - s e l
bahan pasca m a t i dan h i s t o p a t o l o g i k , maka diagnosa penyak i t secara cepat dan t e p a t akan terlaksana,
SKRIPSI
P n s t i t u t Pertanian Bogor
Oleh
OQN FURQQM AF
B.
141028
DITINJAU D A R I SUDUT
UUSA
, PATOGERESA ,
OLeh
OON FURQON AF
B, 141028
S k r i p s i i n i t e l a h d i p e r i k s a dan
disetujui o l e h :
DR.
Pembimbing
ay
Tanggal
&+
k-4
CT 83
Dipersembahkan kepada :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 17 Desember 1957 di
Ciamis, Jawa Barat.
H.A.
Fathony.
Pada tahun 1964 penulis mulai memasuki Madrasah Ibti-
Pada ta-
Kemu-
pun mengikuti pelajaran di Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah III Yogyakarta dan berhasil menamatkan kedua sekolah
tersebut pada tahun 1976.
Pada tahun 1977 penulis mulai kuliah di Institut Pertanian Bogor dan memasuki Fakultas Kedokteran Hewan pada
tahun 1978 serta dilantik menjadi Sarjana Kedokteran Veteriner pada tanggal 21 Maret 1981.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan
Yang Maha Esa atas selesainya penulisan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terirna kasih kepada Drh. Willy Rumawas M.Sc., DR. yang telah
banyak memberikan bimbingan dan bantuan kepada penulis.
Juga penulis menyampaikan terima kasih pada seluruh
pengajar dan rekan-xekan yang telah memberikan dorongan
serta bantuan baik moral maupun material selama belajar
di Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor
hingga tersusunnya skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini memberikan hasil guna
yang selayaknya.
DAFTAR lSI
Ha1aman
KATA PENGANTAR
............................................................
ii
DAFTAR LAMPIRAN
iii
I.
PENDAHULUAN..............................
II.
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Lymphoid Leukose
................................................
2.
Penyakit Ma,rek .
..................................................
11
3.
22
4.
.. .. ..
.. .. .. .. .. .. .. .. .
26
5.
29
6.
31
III. PEMBAHASAN
....................................................................
33
IV.
. ................................................................ .
35
37
LAMPIRAN ...'.................................................................
iv
KESIMPULAN
DAFTAR LAMPIRAN
Tabe1 1.
Tabe1 2.
Tabe1 3.
Tabe1 4.
45
46
I.
PENDAHULUAN
Kejadian dan pembahasan tentang berbagai tumor unggas telah banyak dikemukakan.
kan oleh banyaknya penyakit tumor unggas yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang besar.
Hal
ini seperti dikemukakan oleh Calnek dan Witter (1978) disebabkan oleh dua faktor utama.
virus yang memiliki ciri-ciri yang multi potent, yaitu satu jenis virus mengakibatkan tumor yang bermacam-macam.
Kedua,
virus~virus
~ati,
histopatologik maupun
S 20.000.000,- per tahun yang setara dengan 2.5% dari keseluruhan hasil industri ayam disana.
Sedang di Australia
mUkan kasus PM pada dua peternakan ayarn broiler di Yogyakart a dengan angka kematian sebesar
Poernomo
3
selama 5 tahun sejak April 1974 - Maret 1979.
Sedangkan
Sobari (1980) yang melakukan penyidikan terhadap spesimen-spesimen unggas yang dikirim ke BPPH VII Ujung Pandang selama tahun 1978 menyatakan bahwa kasus PM adalah
sebanyak 11.8% dan kasus 11 sebanyak 9.0%.
Mengingat industri unggas di Indonesia semakin meningkat, maka diperlukan pengetahuan yang mendalam tentang penyakit tersebut, sehingga bisa dilakukan diagnosa
penyakit secara dini dan tepat.
II.
1.
TINJAUAN PUSTAKA
LYMPHOID LEUKOSE
Menurut Purchase dan Burmester (1978) Lymphoid Leukose
gai penyakit leukotik-neoplastik yang disebabkan oleh myxovirus yang terjadi pada ayam menjelang dewasa kelamin dan
ayam dewasa kelamin.
yang berjalan lambat, angka kematian rendah dan adanya pertumbuhan tumor pada bursa Fabricius (BF).
sejak lama.
LL telah dikenal
dan Burmester (1978) menunjukkan bahwa Roloff telah melaporkan LL pada tahun 1868 sebagai Lymphosarcomata, Caparini
pada tahun 1896 melaporkannya sebagai fowl leukemia dan pada tahun 1905 Butterfield di USA mendiagnosanya sebagai
aleukemic lymphoadenosis.
Purchase dan Burmester (1978) yang mengutip out line
Burmester dan Witter (1971) mengemukakan synonim yang pernah
digunakan untuk LL, yakni big liver disease dan lymphatic
leukosis (Ellermann, 1921), visceral lymphoma (Pappenheimer
et. al., 1926), lymphocytoma (Feldman, 1932), lymphomatosis
(Furth, 1933), visceral lymphomatosis (Jungher, 1941) dan
lymphoid leukosis (Campbell, 1961 dan Biggs, 1961).
5
Kausa.
Dengan mengutip laporan Nowinski et. al. (1973) dan
Temin (1974), Purchase dan Burmester (1978) mengemukakan
bahwa berdasarkan type asam inti yang dikandung, bentuk
partikel dan kepekaan terhadap pelarut lemak dan pH yang
rendah virus penyebab LL digolongkan dalam golongan myxovirus.
Gordon (1977) membagi virus 11 dalam 5 sub group A,
B, C, D dan E.
Di lapangan
6
dewasa kelamin.
L~
Berhubung
hal tadi dan disertai kelabilan virus, maka penularan horizontal tidak banyak artinya.
~.al.
(1980)
7
di atas.
Whiteman dan Bickford (1979) melaporkan bahwa penularan virus LL yang paling penting adalah penularan vertikal.
30 butir telur dari induk yang sakit akan mengandung virus LL yang bisa ditemukan hampir di setiap flock industri ayam ras.
Shwartz (1977) menjelaskan bahwa masa inkubasi LL
umumnya 16 minggu.
Pada kasus
penyakit di lapangan dapat terjadi kapan saja setelah ayam berumur 14 minggu, tetapi walaupun demikian kejadian
yang paling sering biasanya menyerang ayam-ayam
menjelan~
Pro-
mati~
Ditemukan pembengkakan
Hematokrit
8
10-15 mg% (normal 30-40 mg%).
Purchase dan Burmester (1978) menjelaskan bahwa gejala klinis LL tidak spesifik.
H1lang nafsu
Per-
4 bulan.
yang lain seperti jantung, ginjal, paru-paru, gonad, sumsum tulang dan mesenterium ikut terserang dan kadang-kadang terjadi pertumbuhan tumor pada alat tubuh tsb.
Tumornya sendiri terasa empuk, liein dan mengkilap, bidang sayatannya terlihat keabu-abuan sampai putih kekuning-kuningan dan kadang-kadang ditemukan bagian-bagian
nekrose.
9
gepeng.
dewasa kelamin.
Hati yang
terseran~
Tumor LL pada
bahwa secara mikroskopik semua tumor LL pada dasarnya bersifat fokal dan multisentrik.
10
~.al.
Burmester (1978) melaporkan bahwa tumor 11 terlihat sebagai kumpulan sel-sel limfoid dimana selaput sitoplasmanya
sasi dengan baik nukleolinya terlihat jelas seperti inclusion body dalam inti yang biasa terdapat pada penyakit
viral.
11
khas dari sel-sel tumor tersebut.
2.
PENYAKIT MAREK.
Calnek dan Witter (1978) berpendapat bahwa penyakit
(1975) menyatakan bahwa PM ditandai dengan berbagai perubahan pada syaraf,.mata dan alat tubuh visceral.
Batas-
alat tubuh visceral dan urat daging disebut sebagai visceral lymphomatosis, sedangkan pada kulit dikenal sebagai
leukosis kulit.
12
konferensi Penyakit Avian Leukosis Complex (ALe) di University of Georgia tahun 1965.
tata nama yang dipimpin oleh Calnek memutuskan bahwa penyakit ALC dapat dibedakan menjadi dua katagori yaitu Penyakit Marek dan Lymphoid Leukose.
nya disetujui oleh American Association of Avian Pathologists (AAAP) dan digunakan sampai sekarang.
Kansa.
PM disebabkan oleh DNA-virus golongan Herpes B
(cell-associated herpes virus) dan cell-free herpes virus.
Menurut Witter (1971) cell-associated virus Herpes pertama kali diisolasi oleh Churchill dan Biggs pada tahun
1967, sedang cell-free virus Herpes berhasil diisolasi
oleh Calnek
~.al.
terutama terletak pada keganasan virus dan distribusi kerusakan patologik pada jaringan.
Biggs dan Milne (1972) yang disitir oleh Calnek dan
Witter (1978) melaporkan bahwa isolat yang diperoleh dari
kasus PM di lapangan dapat digolongkan dalam bentuk akut,
klasik dan apatogen.
13
Kejadian Penyakit.
Calnek dan Witter (1978) menjelaskan bahwa sejauh
ini induk aemang alami yang terpenting urttuk PM adalah
ayam, sedangkan spesies unggas lainnya belum cukup berarti.
Wight
(1963) melaporkan bahwa PM dapat menyerang pheasant, kalkun, angsa dan bebek/itik.
Biggs dan Payne (1963) melaporkan bahwa PM merupakan
penyakit yang kontagious.
un~uk peny~{it
ini.
mengemukakan bahwa penularan penyakit lewat udara mempunyai arti yang lebih penting dibandingkan dengan penularan melalui ekskreta.
rus PM ditemukan dalam eksreta mulut dan faeces, tapi ternyata kedua-duanya bukan merupakan sumber penularan penyaki t yang baik.
Calnek dan Hitchner (1973) yang mengutip laporan Calnek, Adldinger dan Kahn (1970) dan Nazerian dan Witter
(1970) melaporkan bahwa epitel folikel bulu merupakan sumber penularan utama.
14
ternyata merupakan karier yang dapat menularkan penyakit
pada ayam yang rentan.
(1972) dia juga menyebutkan bahwa gigitan kumbang (Alphitobius diaperinus) ikut berperan dalam menyebarkan penyakit, tapi gigitan nyamUk (Culex gUinguefasciatus dan Culex
pipiens) gagal untuk menularkan PM.
Calnek dan Hitchner (1978) melaporkan bahwa walaupun
Sevoian pada tahun 1968 pernah me1aporkan penu1aran PM lewat te1ur, tapi berdasarkan data yang dia himpun menunjukkan bahwa kejadian penularan PM 1ewat te1ur sangat jarang
bahkan ctiduga tidak pernah terjacti.
Masa inkubasi PM sangat bervariasi tergantung pacta
strain virus, jumlah virus yang menginfeksi dan rute infeksinya itu sendiri.
15
Masa inkubasi PM sangat bervariasi, dapat berjalan hanya
selama 3 sampai 4 minggu tapi pada beberapa kasus bisa
mencapai beberapa bulan.
ayam semuda-mudanya berumur 2 sampai 3 minggu, tetapi kejadian yang lebih serius justeru baru terlihat pada minggu ke-8 atau ke-9 . Kenyataan inilah yang menyulitkan penentuan kapan ayam mulai tertular.
Gejala Klinis.
Secara klinis Biggs (1967) membagi PM dalam dua katagari utama yaitu gejala bentuk klasik dan gejala bentUk
akut.
sampai 5 bulan, walaupun kadang-kadang bisa ditemukan pada ayam yang lebih muda atau ayam yang lebih tua.
Kema-
Karena syaraf
yang terserang bisa satu atau lebih, maka gejala klinisnya juga dapat bervariasi dari ayam yang satu dengan ayam
yang lainnya.
16.
sayap menggantung, sikap tubuh yang tidak normal, sesak
nafas dan beberapa gejala klinis yang tidak spesifik seperti penurunan berat badan, atropi otot dan diarhae.
Kematian biasanya sebagai akibat kelaparan dan dehydrasi
yang disebabkan ayam tidak mampu mencapai tempat makan
dan minum, juga dapat disebabkan akibat terinjak-injak
oleh ayam sekandang.
PM bentuk klasik umumnya ditandai dengan paralysis spastis yang kemudian berubah menjadi paralysis flaccid.
Pe-
tersera~g
le-
tuk akut adalah kematian yang tinggi, diikuti dengan banyaknya ayam yang mengalami depresi, baru kemudian terlihat gejala syaraf seperti pada PMbentuk klasik.
Kadang-
kadang ditemukan ayam yang tidak menunj\ukkan gejala paralysis, beberapa diantaranya mati dalam kondisi yang sangat
jelek sedang sisanya mati tanpa menunjukkan gejala sama
sekali.
17
Ahmad (1970) mengemukakan bahwa PM bentuk akut ditandai dengan ditemukannya tumor limfoid pada berbagai alat
tubuh dan berbagai jaringan dari ayam yang terserang.
Biasanya diikuti dengan kematian.
ruang abdomen.
Whiteman dan Bickford (1979) melaporkan bahwa secara
klinis PM dapat dibedakan menjadi
dari kaki
18
c.
ayam broiler) diinfiltrasi oleh sel-sel limfoid yang mengalami hyperplasia atau yang bersifat neoplastik.
Pada
nis tetapi dalam waktu yang relatif singkat dapat menimbulkan kematian yang tinggi.
19
adalah paru-paru, ginjal, jantung, hati, mesenterium,
otot, limpa dan kulit.
Tumor lim-
foid pada paru-paru, ginjal, hati, limpa, jantung, mesenterium dan otot tidak selalu bisa ditemukan.
Ahmad (1970)
Bila
hat~f"limpa
dan
,"
20
pe~ivaskuler
tu~ang
~elainan
0-
liferasi limfoid.
Wight (1962) dan Payne dan Biggs (1967) yang disitir
oleh Biggs (1967) melaporkan bahwa kelainan pada syaraf
perifer dapat dibagi at as 3 type.
Menurut klasifikasi
tersebar antara syaraf-syaraf yang beradang atau berkumpul di sekitar buluh darah.
terjadi demyelinisasi, proliferasi sel Schwann dan kadangkadang ditemukan axon yang abnormal.
21
Pada lesio
type A juga ditemukan sejenis sel yang sitoplasmanya sangat basofilik, pyroninofilik dan bervakuola, sedangkan
intinya keeil bahkan tidak jelas.
oleh oedema inter neuron dan infiltrasi ringan dari selsel limfosit keeil dan sel plasma, kadang-kadang ditemukan pula demyelinisasi dan proliferasi sel-sel Sehwann.
Type C lesionya lebih ringan.
yang ter-
InPada
22
mengakib~tkan
ter-
bentuknya ulkus.
Purchase dan Biggs (1967) yang disitir oleh Calnek
dan Witter (1978) melaporkan bahwa BF yang terserang PM
mengalami atrofi dari bagian korteks dan medulla, juga
terjadi nekrosa, pembentukkan kysta dan infiltrasi inter
folikuler oleh sel-sel limfoid.
3.
23
golongan myxovirus sub group A dan B, sedangkan virus
sub group C dan D jarang sekali ditemukan.
Pada tabel 1
24
suhu _60C tahan beberapa tahun tanpa kehilangan daya
tularnya.
Diluar
Selan-
25
dari sediaan pewarnaan negatif dari epitel folikel bulu
ternyata mempunyai envelope dengan ukuran 273-400 nm yang
terlihat sebagai struktur anorganik yang tidak beraturan.
Daya tular virus PM berkurang at au bahkan hi lang dengan perlakuan tertentu.
Apabila
kelembaban mencapai 80% maka virus tidak lagi menular sesudah disimpan 1-2 minggu padasuhu 37.5 0 C.
Walaupun ti-
dak membunuh semua virus, fumigasi dengan gas formaldehyde merupakan cara desinfeksi yang terbaik untuk viruS
PM.
26
4.
Walau
Fadly
dapat juga terjadi penularan yang efektif asalkan perbandingan ayam tertular dan ayam sehat 1 : 1.
Purchase dan Burmester (1978) melaporkan mekanisme
terjadinya penularan vertikal.
Penularan verti-
27
setelah meninggalkan ovarium atau virus LL menulari
zygote di bagian atas oviductus.
Kekebalan terhadap LL bisa bersifat pasif maupun aktif.
kan bahwa ayam yang tertular PM secara alam gejalanya kadang-kadang terlihat pada minggu ketiga, tetapi yang paling sering gejala penyakit muncul antara bulan ke-2 dan
bulan ke-5.
Kejadian
28
penularan utama pada PM.
jadi kalu virus PM mengkontaminasi lingkungan, gabah, bulu, sekreta dan eksreta atau kumbang (Alphitobius diaperinus) yang kemudian termakan oleh ayam.
Calnek dan Witter (1978) melaporkan bahwa kejadian
PM kadang-kadang mun.cul pada ayarn umur 2-3 minggu.
Teta-
Pada
29
5.
lihat setelah ayam berumur 4 bulan dan hampir selalu melibatkan hati, limpa dan BF.
bahwa BF sebagai titik pangkal penyebaran penyakit mengalami pembesaran dan ditemukan tumor noduler.
Gordon (1977) melaporkan bahwa LL ditandai dengan
hati yang membesar secara ekstensif sehingga hampir menutup seluruh ruang abdomen.
t~buh
yang
30
proventrikulus, iris, otot kerangka dan kulit.
Alat tu-
buh yang terserang mengalami pembesaran yang difuse sampai beberapa kali ukuran normal disertai dengan perubahan
warna keabu-abuan.
Pem-
lagi.
Perubahan pada ganglia akar medulla spinalis adalah pembesaran yang umumnya bersifat unilateral, sedikit mengkilat
dan berwarna kekuning-kuningan.
Whi teman dan Bi ckford (1979) melaporl{an tentang berbagai alat tubuh yang bisa terserang 11 dan PM dengan frekuensi kejadiannya (tabel 2).
31
6.
Lymphoid Leukose
Wight (1963) melaporkan bahwa perubahan histopatologik yang ditemukan pada hati burung puyuh yang terserang
LL terdiri at as titik-titik yang tersebar difuse atau infiltrasi ekstensif dari sel-sel limfoblast yang seragam.
Sel ini ditandai oleh inti yang besar, kadang-kadang inti
dan sitoplasmanya sangat basofilik.
Schwartz (1977) melaporkan bahwa pada tahap awal LL
menginfeksi sel limfosi t pada BF (sel B) yang kernudian .
sel-sel yang tertular ini menyebar ke seluruh tubuh.
Dia
Neumann
Lesio
syaraf permukaan seperti dilaporkan oleh Biggs (1967) terjadi akibat infiltrasi ringan sampai berat dari sel-sel
mononuklear yang kadang-kadang disertai dengan oedema, degenerasi myelin dan proliferasi sel-sel Schwann.
Sel yang
32
keeil dan sedang, sel plasma, limfoblast dan kadang-kadang ditemukan juga makrofag dalam jumlah keeil.
Selain
sel tersebut di at as ditemukan pula sejenis sel yang sitoplasmanya sangat basofilik, bersifat pyroninofilik dan
bervakuola, sedang intinya keeil bahkan tidak jelas.
Sel
Pada sum-
Biggs
(1967) mengemukakan bahwa susunan selulernya terlihat sebagai proliferasi difuse dari sel-sel limfosit keeil sampai sedang, sel limfoblast, sel-sel Penyakit Marek dan sel
retikulum dan kadang-kadang ditemukan pula sel plasma.
Seeara umum Calnek dan Witter (1978) dan Gordon
(1977) memberikan beberapa pedoman untuk membedakan antara
LL dan PM (tabel 3 dan 4).
I II
PEMBAHASAN
PM yang
2.
3.
Adanya tumor-tumor limfoid dalam berbagai jaringan seperti hati, jantung, gonad, kulit, otot dan proventrikulus pada ayam berumur di bawah 18 minggu.
4.
Adanya tumor limfoid dari alat-alat tubuh visceral pada ayam umur 18 minggu at au lebih, tetapi tidak melibatkan BF.
Tumor LL terdiri atas limfoblast yang seragam, se-
Limfoblast
muda yang merupakan sifat khas tumor LL bersifat pyroninofilik, sedangkan sel-sel limfosit kecil dan sedang yang
merupakan komponen utama tumor PM tidak akan mengambil
warna dengan pyronine
IV.
1.
KESIMPULAN
LL dan PH merupakan dua jenis penyakit neoplasma unggas yang sering ditemukan
kan.
tet~pi
3.
4.
baran PM yang utama adalah secara horizontal yaitu dari hewan tertular at au dari lingkungan yang tertular
ke hewan yang sehat.
5.
Perubahan pasca mati dari LL pada umumnya baru terlihat setelah ayam berumur
36
ayam yang lebih tua dan kelainan pasca mati terutama
diteroukan pada sistim syaraf.
6.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Ahmad, M.
1970.
Biggs, P.M.
1967.
Marek's Disease.
Vet. Rec., 81
583-592.
3.
1963.
Transmission
4.
1965.
Purchase, B.R.
Dal-
Vet.
Rec., 77 : 1339-1340.
5.
Boer, E. De, en R.
Djaenoedin.
tosis Gallinarum in
ling).
6.
Djaenoedin.
tosis Gallinarum in
7.
Indonesi~
Neurolymphoma-
(Voorlopige Medede-
Boer, E. De, en R.
ling).
1949.
1951.
Indonesi~
Neurolymphoma-
(Voorlopige Medede-
1980.
Av. Pathol., 9
Schmid.
0
207-218.
1979.
Antigenic
38
Av. Pathol., 8 : 265-277.
9.
Burmester, B.R.
1959.
Burmester, B.R.
Conference.
11.
1966.
408.
12.
Calnek, B.W., J.
MUrthy.
Fabricant, K.A.
1977.
Pathogenicity of Low-Virulence
Av. Dis., 21 :
346-357.
:).3.
Hitchner.
1973.
Survival
Witter.
1978.
Calnek, C.F.
Marek's Disease
Edited by Hofstad,
Helmboldt, W.M.
Reid,
pp. 385-418.
Witter.
1977.
Studies of
39
16.
Dal1.lay, T.
19'19.
20 - 26.
1951.
Mungkinkah
1952.
Tentang Bebe-
218.
1981.
Hat-
r~elated
to Lymphoid-Leuko-
Av.
Dis., 25 :
667 - 67'[.
2U.
21.
Poultry Diseases.
13ai1liere 'J:in-
pp. 65 - d1.
1967.
J;'Xcretion of the
MOI'I'isroe. 1.S.
1970.
Vet.
)68.
ciated Cnic;cen8.
2').
Av.
Dis., 23 : 417 -
19'1d8.
42:;.
Differential
IS
.Ji8ee
40
se by Tumor Associated Criteria.
Field Case.
24.
Av.
II.
Studies on
1978b.
Differential Di-
II.
Studies on
1979.
Av.
1982.
Av. Dis.,
26 : 553 - 559.
27.
Peterson, E.H.
book.
Arkansas.
28.
1978.
USA.
pp.
182 - 191.
1980.
Laporan Hasil
Risalah (Proceding)
pp.
1978.
Lembaga
109 - 112.
Leukosis/
Edited by Hofstad. I'l.S B.W. Calnek, C.E'. He1rnboldt. W.M. Reid, and H. W. Yorder. Jr.
Iowa Sta-
41
te Uni versi ty Press.
pp . 418 -
468.
30.
Cheville.
1975.
Infectious
Schwartz, D. L.
edt.
191'7.
Av.
College of Agriculture,
::>tate University.
The Pennsylvania
University ParK.
Pennsylvania.
Saberi.
1980.
Spesifilen-sp~
do~or.
19'('(.
Lymphoid Leuko-
and ChiCles.
Av.
Dis. 21
331 - 34:::>.
34.
1980.
PenyaKit Morek p!
l;!;litel"CoIl, C.S.,
Ellld A.A.
Bic,cfJrci.
Lelnbaga
1979.
LeU.Koais,
pp.
41 - 4d.
36.
Wiglit, P.Vi..L. 19,63. Lymphoid Leukosis and Fowl Paralysis in the Quail.
3,(..
1975.'
Principles of Bac-
London.
pp. 2589 -
2594.
3S.
Witter, R.L.
1971.
and Perspectives.
39.
Witter, R.L.
1982.
Poult.
Av.
lJi s.,
27 : 113 - '
132.
40.
19,79.
Pa
Lampi ran
43
Tabel 1.
(1966)
11-erythroblastosis
Rubin Strain 1L
Myeloblastosis BAI
Strain A
Erythroblastosis
Strain R
Rous associated
RP1-12
RIF- 1
RIF-2
AMV- 1.
AMV-2
AEV
RAV-l,
-.3, -4,
-5.
Fujinami associated
FAV-l,
FAV-2.
RAV-2
44
Tabe1 2.
Alat tubuh
yang terserang.
Frekuensi
ke jadian
pacta LL.
Frekuensi
kejadian
pada PM.
Hati
Limpa
Ginjal
Syaraf
Iris
Kulit
Gonad
Paru-paru
Jantung
otot kerangka
Bursa Fabricius
sering
sering
sering
jarang
jarang
jarang
jarang
jarang
jarang
jarang
sering
sering
sering
sering
sering
sering
sering
sering
sering
sering
sering
jarang sekali
sekali
sekali
sekali
seka1i
seka1i
seka1i
sekali
45
Tabel 3.
L1
PM
16 minggu
4 minggu
tidalC ada
lazim
tldak ada
lazim
lazim
lazirn
tidak ada
lazilll
intraiolikuler interfolikuler
del blast
sel pleolllorf'ik
yang matang
aan 'yanG muda
91-99 % sel B 60 - 90 % sel T,
3 - 2:;' % sel B
46
Tabel 4.
Perbandingan Epizootiologi dan perbedaan Patologi antara LL dan PM menurut Gordon (1977)
LL
PM
Umur
16 minggu keatas.
tidak I.has
jarang mencapai 5%
6 minggu atau
lebih.
paralysis
biasanya diatas
5% pada ayam
yang tidak divaksin.
tidak ada
tumor noduler
lazim
pembesaran difuse atau atrofi
tidak ada
ada
tidak ada
fokal atau
difuse
bisa fokal
tumor intrafolikuler
ada
biasanya perivaskuler
difuse
tumor interfolikuler atau
atro fi folikel
ada
Gejala klinis
Kejadian penyakit
tidak ada
sel B
tidak ada
sel-sel limfoblast
ada
sel limfoid pleQ
morfik mencakup
limfoblast, limfosit kecil, sedang dan besar
serta sel retikulum
sel T