Anda di halaman 1dari 19

Morbus Hansen

Morbus Hansen atau Kusta atau Lepra adalah penyakit infeksi kronik yang
disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Bakteri ini merupakan bakteri gram positif yang
tahan asam dan alkohol. Bakteri M. leprae dapat berkembang biak dengan baik pada suhu
27oC - 30oC, suhu tersebut dapat ditemukan pada kulit dan saraf perifer. Sesuai dengan suhu
optimal untuk berkembang biak, bakteri ini akan menyerang saraf perifer, tepatnya pada sel
Schwann dan menyebabkan demyelinisasi. Selanjutnya M. leprae akan mulai menyerang
kulit, lalu mukosa saluran nafas atas, dan organ lain kecuali sistem saraf pusat. M. leprae
dapat ditularkan melalui droplet, kontak kulit, darah, ASI, dan gigitan serangga. Masa
inkubasi dari penyakit ini sangat bervariasi mulai dari 6 bulan hingga 20 tahun dengan rata-
rata 2 – 4 tahun1. Kusta adalah penyakit yang perkembangannya sangat bergantung pada
sistem imun, faktor-faktor seperti banyaknya bakteri yang menginfeksi, kerentanan pasien,
lingkungan yang padat penduduk, lingkungan kumuh, dan ekonomi yang rendah juga
mempengaruhi perjalanan penyakit kusta2.

Epidemiologi
Pada data yang dipublikasi oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 2020
yang mengamati 23 negara prioritas global dari tahun 2010-2019. Indonesia menepati urutan
ketiga sebagai negara dengan penderita kusta terbanyak dengan jumlah penderita pada tahun
2019 sebanyak 17.439 jiwa, urutan pertama ditempati oleh India dengan jumlah penderita
pada tahun 2019 sebanyak 114.451 jiwa lalu Brazil pada urutan kedua dengan jumlah
penderita sebanyak 27.863 jiwa pada tahun 20193.
Di Indonesia sendiri, melalui data yang dihimpun oleh Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia pada tahun 2017, tercatat penderita kusta terbanyak terdapat di provinsi
Jawa Timur dengan jumlah kasus sebanyak 3.373 jiwa, diikuti oleh Jawa Barat dengan 1.813
jiwa dan Jawa Tengah dengan 1.644 jiwa4.

Patogenesis
Patogenesis dari kusta sendiri sangat bergantung dari kekuatan sistem imun masing-
masing penderita. Pertama terinfeksi, bakteri M. Leprae akan menyerang saraf perifer terlebih
dahulu tepatnya di sel schwann lalu berlanjut ke organ lain seperti kulit, mukosa saluran
nafas atas, dan organ lainnya. Jika sistem imun dari orang yang terinfeksi sangat baik, bakteri
M. Leprae tidak akan menimbulkan infeksi yang berarti. Meskipun terjadi infeksi hanya akan
sampai tahap subklinis dan dapat sembuh spontan. Sebaliknya jika sistem imun orang
tersebut buruk, akan berlanjut ke fase sesuai kekuatan sistem imunnya, jika masih cukup baik
akan mengarah pada tuberkuloid (TT) sedangkan sudah sangat buruk akan mengarah ke tipe
lepromatosa (LL)2.
Gejala Klinis
Gejala klinis yang muncul pada penderita sangat bervariasi, bergantung pada sistem
imun masing-masing penderita. Gejala-gejala yang dapat muncul seperti hipopigmentasi,
hiperpigmentasi, eritema, kelemahan anggota gerak, rasa kebas, penebalan saraf, dan dapat
terjadi kerontokan pada alis dan bulu mata yang disebut madarosis. Tidak semua gejala
tersebut akan muncul tergantung dari sistem imun masing-masing penderita. Penderita
dengan sistem imun yang baik akan muncul gejala kusta yang mengarah pada tipe
Tuberkuloid atau pausi basiler, bahkan pada penderita yang memiliki sistem imun sangat baik
bahkan dapat sembuh secara spontan. Jika sistem imun penderita buruk maka gejala yang
ditimbulkan akan mengarah pada kusta dengan tipe Lepromatosa atau multi basiler. Menurut
Ridley-Jopling, kusta dapat dibagi menjadi 5 tipe, Tuberkuloid (TT), Borderline Tuberculoid
(BT), Mid Borderline (BB), Borderline Lepromatosa (BL), Lepromatosa (LL) dan 1 tipe
yang tidak masuk dalam klasifikasi ini yaitu Indeterminate (I)2.
Untuk mempermudah pemberian terapi, WHO membuat klasifikasi lain dari kusta
yaitu Pausi Basiler (TT, BT, I pada klasifikasi Ridley-Jopling) dan Multi Basiler (BB, BL, LL
pada klasifikasi Ridley-Jopling)2.

Kerusakan Saraf pada Kusta


Manisfestasi yang ditimbulkan dari kerusakan saraf tergantung dari saraf mana yang
rusak. Kerusakan pada saraf dapat terjadi melalui 2 proses5 :
 Infiltrasi langsung M. Leprae ke sususan saraf tepi dan organ
 Melalui reaksi kusta

Berikut adalah skema yang menggambarkan proses terjadinya kecacatan akibat kerusakan
dari fungsi saraf5:
Sesuai patogenesisnya, susunan saraf yang terkena akibat penyakit ini adalah susunan saraf
perifer, terutama beberapa saraf, seperti saraf fasialis, radialis, ulnaris, medianus, poplitea
lateralis, dan tibialis posterior. Berikut tabel yang menggambarkan kecacatan sesuai dengan
saraf yang terganggu5 :

Pemeriksaan Penunjang
Salah satu pemeriksaan penting untuk menegakkan diagnosis kusta adalah dengan
melakukan pemeriksaan bakterioskopik atau kerokan jaringan kulit. Kerokan dilakukan pada
lesi kulit yang diharapkan paling padat pertumbuhan kumannya dan dilakukan pewarnaan
basil tahan asam (BTA) dengan Ziehl-Neelsen. Hasil pewarnaan, M. Leprae akan tampak
warna merah. Bentuk bakteri pada sediaan dibedakan menjadi bentuk solid dan non-solid.
Secara teori, penting untuk membedakan bentuk solid dan non-solid, karena bentuk solid
merupakan bakteri hidup dan bentuk non-solid merupakan bakteri yang mati. Bentuk solid
lebih berbahaya karena dapat berkembang biak dan menyebar ke orang lain. Kepadatan BTA
tanpa membedakan bentuknya dinyatakan dengan Indeks Bakteri (IB)2.
1 + bila 1-10 BTA dalam 100 LP
2 + bila 1-10 BTA dalam 10 LP
3 + bila 1-10 BTA rata-rata dalam 1 LP
4 + bila 11-100 BTA rata-rata dalam 1 LP
5 + bila 101-1000 BTA rata-rata dalam 1 LP
6 + bila > 1000 BTA rata-rata dalam 1 LP

Persentase bentuk solid dibandingkan dengan jumlah solid dan non-solid dinyatakan dengan
Indeks Morfologi (IM)2.
Jumlah solid
× 100 % = … .%
Jumlah solid+nonsolid

Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan


histopatologik. Pemeriksaan ini bertujuan untuk membedakan tipe kusta tuberkuloid (TT) dan
tipe kusta lepromatosa (LL). Jika pada kusta ditemukan tuberkel maka tipe kusta tersebut
adalah tuberkuloid (TT), tuberkel terbentuk ketika makrofag datang berlebih untuk
memfagosit bakteri M. Leprae hingga akhirnya sudah tidak ada lagi yang bisa difagosit,
kemudia makrofag tersebut akan menjadi sel epiteloid, adanya massa epiteloid yang
berlebihan disebut tuberkel. Sedangkan pada tipe kusta lepromatosa (LL) akan ditemukan sel
Virchow, sel ini merupakan makrofag yang tidak dapat menghancurkan bakteri yang sudah
difagosit dan dijadikan tempat berkembang biak oleh bakteri2.
Pemeriksaan penunjang ketiga yang dapat digunakan adalah pemeriksaan serologik.
Pemeriksaan ini akan memeriksa antibodi spesifik yang muncul pada infeksi M. Leprae.
Antibodi yang terbentuk adalah anti phenolic glycolipid-1 (PGL-1) dan antibodi antiprotein
16 kD dan 35 kD. Pemeriksaan serologik ini dapat membantu mendiagnosis kusta yang
meragukan, karena tanda klinis dan hasil bakteriologik yang tidak jelas. Selain itu, dapat
membantu menentukan fase subklinis kusta, karena tidak muncul lesi pada kulit2.

Komplikasi
Pada anggota gerak atas dan bawah dapat menyebabkan hilangnya kemampuan
motorik sehingga terjadi kelemahan dan hilangnya kemampuan sensorik yang dapat
menimbulkan luka kronik lalu dapat terinfeksi hingga menyebabkan mutilasi. Jika penyakit
sudah menyebar hingga merusak nervus fasialis dan merusak nervus orbiklaris palpebrarum,
dapat mengakibatkan lagoftalmus dan selanjutnya merusak jaringan mata lainnya hingga
menyebabkan kebutaan. Infiltrasi pada kulit yang terdapat folikel rambut dapat
mengakibatkan alopesia. Jika infiltrasi sudah mencapai testis maka akan menimbulkan
gangguan hormonal sehingga menyebabkan ginekomastia dan dapat menyebabkan steril2.

Prognosis6
Ad vitam : bonam
Ad functionam : dubia ad bonam hingga dubia ad malam
Ad sanactionam : dubia ad bonam hingga dubia ad malam

Cenderung dubia ad bonam :


 Diagnosis dini
 Tanpa kerusakan saraf
 Pengobatan cepat dan tepat
 Melaksanakan perawatan diri

Cenderung dubia ad malam :


 Tanpa pengobatan
 Kerusakan saraf
 Tidak melakukan perawatan diri
Dafpus
1. Lastoria, Joel Carlos dan Marilda A.M.M. de Abreu. Leprosy: review of the
epidemiological, clinical, and etiopathogenic aspects – Part 1. An Bras Dermatol. 2014.
89(2). Hal. 205-218.
2. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu penyakit kulit dan kelamin Ed 7. FK UI:
Jakarta. 2018. Hal. 87-96.
3. World Health Organization. Weekly epidemiological record. 2020. Hal. 424.
4. Kementrian Kesehatan RI. Hapuskan stigma dan diskriminasi terhadap kusta. InfoDATIN.
2018. Hal. 7.
5. Kementrian Kesehatan RI. Pedoman nasional program pengendalian penyakit kusta. 2012.
Hal. 123-125.
6. PERDOSKI. Panduan praktik klinis bagi dokter spesialis kulit dan kelamin di Indonesia.
2017. Hal. 85.
Lembar Penilaian Pustaka Problem-based Learning FK UKWMS
(Literature Appraisal Form)

Judul Artikel / Bab : Leprosy: review of the epidemiological, clinical, and


etiopathogenic aspects – Part 1

Nomor daftar pustaka : Kela


yak
an
Jenis Buku Teks
pustaka Pedoman(guideline)
: Jurnal Penelitian Artikel
ilmiah daring Artikel ilmiah cetak
Laporan institusi
1. Penulis (tulis 3 1. Joel Carlos Lastoria dan Marilda A.M.M. de Abreu
terdepan) :
2. Afiliasi/keahlian : 2.
Tangga 2014
l
publika
si1 :
1. Desain penelitian Systematic review/meta-analysis
(khusus jurnal) : Randomized controlled trial
Cohort Case-control
Cross-sectional Case series
Report
Lainnya : …
2. Level of Evidence2: (I, II, III, IV)
Keleng ( Lengkap / Tidak lengkap )
kapan
penulis
an3
(khusus
jurnal) :
PICO Population :
framew
ork Intervention/Expose :
(khusus Comparasion :
jurnal Outcome :
peneliti
an
analitik
):
Alamat https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/P
web MC4008049/
resmi
(khusus
artikel
daring)
:
Alasan Artikel ini membahas definisi dan etiologi dari
pemilih kusta dengan jelas dan lengkap .
an
pustaka
ini
(jelaska
n) :
Kesimpulan kelayakan sumber pustaka4 :
Lembar Penilaian Pustaka Problem-based Learning FK UKWMS
(Literature Appraisal Form)

Judul Artikel / Bab : Ilmu penyakit kulit dan kelamin Ed 7

Nomor daftar pustaka : Kela


yak
an
Jenis Buku Teks
pustaka Pedoman(guideline)
: Jurnal Penelitian Artikel
ilmiah daring Artikel ilmiah cetak
Laporan institusi
1. Penulis 1. Fakultas Kedokteran UI
(tulis 3
terdepan) : 2.
2. Afiliasi/keahlian :
Tangga 2018
l
publika
si1 :
1. Desain penelitian Systematic review/meta-analysis
(khusus jurnal) : Randomized controlled trial
Cohort Case-control
Cross-sectional Case series
Report
Lainnya : …
2. Level of Evidence2: (I, II, III, IV)
Keleng ( Lengkap / Tidak lengkap )
kapan
penulis
an3
(khusus
jurnal) :
PICO Population :
framew
ork Intervention/Expose :
(khusus Comparasion :
jurnal Outcome :
peneliti
an
analitik
):
Alamat
web
resmi
(khusus
artikel
daring)
:
Alasan Buku ini dibuat khusus untuk penyakit kulit
pemilih dan dibuat oleh fakultas kedokteran UI. Buku
an ini menjelaskan factor risiko, gejala klinis,
pustaka pathogenesis, komplikasi dari kusta dengan
ini bahasa yang mudah dimengerti dan ringkas.
(jelaska
n) :
Kesimpulan kelayakan sumber pustaka4 :
Lembar Penilaian Pustaka Problem-based Learning FK UKWMS
(Literature Appraisal Form)

Judul Artikel / Bab : Weekly epidemiological record

Nomor daftar pustaka : Kela


yak
an
Jenis Buku Teks
pustaka Pedoman(guideline)
: Jurnal Penelitian Artikel
ilmiah daring Artikel ilmiah cetak
Laporan institusi
1. Penulis 1. World Health Organization
(tulis 3
terdepan) : 2.
2. Afiliasi/keahlian :
Tangga 2020
l
publika
si1 :
1. Desain Systematic review/meta-analysis
penelitian Randomized controlled trial
(khusus Cohort Case-control
jurnal) : Cross-sectional Case series
Report
Lainnya : …
(I, II, III, IV)

2. Level of Evidence2:
Keleng ( Lengkap / Tidak lengkap )
kapan
penulis
an3
(khusus
jurnal) :
PICO Population :
framew
ork Intervention/Expose :
(khusus Comparasion :
jurnal Outcome :
peneliti
an
analitik
):
Alamat
web
resmi
(khusus
artikel
daring)
:
Alasan Data yang dipublikasikan sangat mutakhir
pemilih
an
pustaka
ini
(jelaska
n) :
Kesimpulan kelayakan sumber pustaka4 :
Lembar Penilaian Pustaka Problem-based Learning FK UKWMS
(Literature Appraisal Form)

Judul Artikel / Bab : Hapuskan stigma dan diskriminasi terhadap kusta

Nomor daftar pustaka : Kela


yak
an
Jenis Buku Teks
pustaka Pedoman(guideline)
: Jurnal Penelitian Artikel
ilmiah daring Artikel ilmiah cetak
Laporan institusi
1. Penulis 1. Kementrian Kesehatan RI
(tulis 3
terdepan) : 2.
2. Afiliasi/keahlian :
Tangga 2018
l
publika
si1 :
1. Desain Systematic review/meta-analysis
penelitian Randomized controlled trial
(khusus Cohort Case-control
jurnal) : Cross-sectional Case series
Report
Lainnya : …
(I, II, III, IV)

2. Level of Evidence2:
Keleng ( Lengkap / Tidak lengkap )
kapan
penulis
an3
(khusus
jurnal) :
PICO Population :
framew
ork Intervention/Expose :
(khusus Comparasion :
jurnal Outcome :
peneliti
an
analitik
):
Alamat
web
resmi
(khusus
artikel
daring)
:
Alasan Menampilkan data epidemiologi dari kusta di
pemilih Indonesia, data disini merupakan data terbaru
an yang bisa saya temui
pustaka
ini
(jelaska
n) :
Kesimpulan kelayakan sumber pustaka4 :
Lembar Penilaian Pustaka Problem-based Learning FK UKWMS
(Literature Appraisal Form)

Judul Artikel / Bab : Pedoman nasional program pengendalian penyakit kusta

Nomor daftar pustaka : Kela


yak
an
Jenis Buku Teks
pustaka Pedoman(guideline)
: Jurnal Penelitian Artikel
ilmiah daring Artikel ilmiah cetak
Laporan institusi
1. Penulis 1. Kementrian Kesehatan RI
(tulis 3
terdepan) : 2.
2. Afiliasi/keahlian :
Tangga 2014
l
publika
si1 :
1. Desain Systematic review/meta-analysis
penelitian Randomized controlled trial
(khusus Cohort Case-control
jurnal) : Cross-sectional Case series
Report
Lainnya : …
(I, II, III, IV)

2. Level of Evidence2:
Keleng ( Lengkap / Tidak lengkap )
kapan
penulis
an3
(khusus
jurnal) :
PICO Population :
framew
ork Intervention/Expose :
(khusus Comparasion :
jurnal Outcome :
peneliti
an
analitik
):
Alamat
web
resmi
(khusus
artikel
daring)
:
Alasan Pedoman ini menjelaskan pathogenesis
pemilih terjadinya ulkus pada kusta akibat kerusakan
an saraf.
pustaka
ini
(jelaska
n) :
Kesimpulan kelayakan sumber pustaka4 :
Lembar Penilaian Pustaka Problem-based Learning FK UKWMS
(Literature Appraisal Form)

Judul Artikel / Bab : Panduan praktik klinis bagi dokter spesialis kulit dan
kelamin di Indonesia

Nomor daftar pustaka : Kela


yak
an
Jenis Buku Teks
pustaka Pedoman(guideline)
: Jurnal Penelitian Artikel
ilmiah daring Artikel ilmiah cetak
Laporan institusi
1. Penulis 1. PERDOSKI
(tulis 3
terdepan) : 2.
2. Afiliasi/keahlian :
Tangga 2017
l
publika
si1 :
1. Desain Systematic review/meta-analysis
penelitian Randomized controlled trial
(khusus Cohort Case-control
jurnal) : Cross-sectional Case series
Report
Lainnya : …
(I, II, III, IV)

2. Level of Evidence2:
Keleng ( Lengkap / Tidak lengkap )
kapan
penulis
an3
(khusus
jurnal) :
PICO Population :
framew
ork Intervention/Expose :
(khusus Comparasion :
jurnal Outcome :
peneliti
an
analitik
):
Alamat
web
resmi
(khusus
artikel
daring)
:
Alasan Saya membutuhkan sumber untuk prognosis
pemilih kusta dan pustaka ini menjelaskannya.
an
pustaka
ini
(jelaska
n) :
Kesimpulan kelayakan sumber pustaka4 :

Anda mungkin juga menyukai