Aspek Lalu Lintas
Aspek Lalu Lintas
Kajian aksesibilitas
Aksesibilitas di kawasan studi secara umum cukup baik. Artinya setiap pusat kegiatan yang
berpotensi menimbulkan tarikan perjalanan , dan bangkitan perjalanan mudah dijangkau.
Hal ini dapat terjadi karena telah terhubungnya setiap pusat kegiatan dengan jaringan jalan,
kondisi perkerasan jalan yang sebagian besar adalah aspal, dan kendaraan (pribadi, dan
umum) yang sangat mendukung terciptanya kemudahan aksesibilitas tersebut. Namun jika
diamati lebih jauh, tertdapat beberapa kendala yang dapat mengurangi kemudahan tingkat
aksesibilitas yaitu tingkat kemacetan di perlimaan Gladak Serang pada jam-jam tertentu.
2.
seperti sekolah, kantor, gudang, dan pusat perdagangan. Sedangkan pada siang dan sore
hari arah pergerakan berganti dari pusat kegiatan menuju ke kawasan permukiman.
Sementara bila dilihat dari jenis pergerakan terdapat 2 mCm, yaitu ; pergerakan
internal(asal dan tujuan pergerakan di dalam wilayah perencanaan), eksternal(asal
pergerakan dari dalam ke luar wilayah perencanaan, atau dari luar masuk ke wilayah
perencanaan, atau hanya sebagia tempat perlintasan saja).
b.
Hasyim yang dibedakan berdasarkan hari dan jenis kendaraan menunjukkan bahwa jenis
kendaraan roda dua mendominasi, disusul kemudian dengan kendaraan roda empat. Pada
jam-jam sibuk kendaraan roda dua sebagai sarana masyarakat sekitar menuju sekolah atau
tempat kerja lebih banyak sehingga memunculkan kondisi yang padat dan berkesan
semrawut. Untuk lebih jelasnya volume kendaraan/12 jam dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.2-1.
Volume Lalu Lintas (Kendaraan/12jam)
Dari hasil survey seperti terlihat pada tabel di atas, menunjukkan bahwa ruas jalan di
kawasan studi didominasi oleh jenis kendaraan roda dua, terutama pada ruas Jl. HOS
Cokroaminoto dan Jl. Mastrip yang merupakan akses utama. Kondisi ini lebih meningkat
pada hari senin pada jam-jam sibuk bersamaan dengan orang beraktifitas untuk sekolah dan
bekerja.
Arus maksimum per satuan jam yang melewati jalan atau yang disebut dengan kapasitas
jalan 1.682 smp (satuan mobil penumpang), serta pada hari kerja mencapai 2.464 smp
( satuan mobil penumpang). Dimana pada hari libur terjadi pada pukul 17.30 yaitu pada
saat orang pulang dari bepergian karena hari ini adalah hari libur. Sedangkan pada hari
kerja terjadi pada pukul 07.30 pada saat orang berangkat bekerja. Kondisi ini disebut jam
puncak yang menggambarkan waktu pada saat orang berangkat kerja. Kondisi ii disebut
jam puncak yang menggambarkan waktu pada saat volume lalu lintas mencapai tingkat
tertinggi di perlimaan Gladak Serang.
Apabila diasumsikan pada satu hari lagi dibagi dengan waktu pagi, siang, sore, maka akan
diketahui jam puncaknya. Pada hari minggu yang merupakan hari libur, jam puncak pag
iterjadi pada pukul 10.00 WIB saat orang pergi untuk berlibur. Sedangkan sore hari jam
pulang terjadi pada pukul 17.20 17.30 WIB. Jam puncak lalu lintas pada hari kerja terjadi
pada pukul 12.10 WIB pada saat jam pulang sekolah, serta sore pada pukul 17.30 17.40
WIB pada saat jam pulang kerja. Untuk lebih jelasnya, data-data mengenai traffic counting
disajikan pada lampiran.
4. Kajian penyediaan sarana dan prasarana transportasi
Fungsi jalan di kawasan studi dibedakan sebagai jalan kolektor sekunder untuk Jl. Mastrip
dan Jl. HOS Cokroaminoto, serta jalan lokal sekunder pada Jl. Slamet Riyadi dan Jl. Wahid
Hasyim. Sedangkan jalan lingkungan berupa gan-gang yang menghubungkan permukiman
ke akses jalan utama/pusat-pusat kegiatan yang berada di jalan utama. Analisa mengenai
fungsi jalan terkait dengan peraturan perundangan yaitu peraturan pemerintah nomor 34
tahun 2006 tentang jalan.
a. Fungsi Jl. HOS Cokroaminoto dan Jl. Mastrip yaitu jalan kolektor sekunder yang
mempunyai ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
Kecepatan rencana paling rendah 20 km/jam;
Lebar badan jalan paling sedikit 9 meter;
Ruang manfaat jalan (Rumaja) minimum ditentukan 15 meter;
Ruang pengawasan jalan (Ruwasja) minimum ditentukan 19 meter;
b. Fungsi Jl. Wahid Hasyim dan Jl. Slamet Riyadi sebagia jalan lokal sekunder yang
mempunyai ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
Kecepatan rencana paling rendah 10 km/jam;
Lebar badan jalan paling sedikit 7,5 meter;
Ruang manfaat jalan (Rumaja) minimum ditentukan 9,5meter;
Ruang milik jalan (Rumija) minimum ditentukan 11 meter;
Ruang pengawasan jalan (Ruwasja) minimum ditentukan 13,5 meter;
c.
Kondisi eksisting pada Jl. HOS Cokroaminoto yaitu : lebar badan jalan 8
meter, ruang manfaat jalan (Rumaja) 11 meter, ruang milik jalan 11,6 meter, serta ruang
pengawasan jalan 12,6 meter. Kondisi factual Jl. HOS Cokroaminoto tidak sesuai
dengan ketentuan dalam peraturan pemerintah seperti diatas.
b.
Kondisi eksisting Jl. Mastrip yaitu : badan jalan selebar 8 meter, ruang
manfaat jalan (Rumaja) 11 meter, ruang milik jalan (Rumija) 14 meter, serta ruang
pengawasan jalan (Ruwasja) 14,3 meter. Kondisi factual pada Jl. Mastrip juga belum
sesuai dengan ketentuan seperti pada PP Nomor 34 Tahun 2006 tentang jalan.
c.
Sebagai jalan lokal sekunder Jl. Wahid Hasyim sisi Utara yaitu arah Jl.
HOS Cokroaminoto menuju Jl. Wahid Hasyim mempunyai badan jalan selebar 5,5
meter dengan ruang milik jalan (Rumija) 8,5 meter. Sedangkan jalan Jl. Wahid Hasyim
sisi selatan yaitu dari arah Jl. Wahid Hasyim menuju Jl. Mastrip mempunyai badan
jalan selebar 7,5 meter dengan ruang milik jalan (Rumija) 10,5 meter. Jl. Wahid Hasyim
yagn menuju ke timur mempunyai badan jalan selebar 7,6 meter dengan ruang milik
jalan (Rumija) 10,6 meter. Secara hierarki, koridor jalan ini mempunyai badan jalan
yang sudah sesuai dengan ketentuan peraturan peerintah, hanya memerlukan
penyesuaian lebih lanjut dalam menentukan rumija,rumaja, dan ruwasja nya.
d.
Jl. Slamet Riyadi yang merupakan jalan lokal sekunder pula memiliki
badan jalan 8,2 meter dan ukuran milik jalan 13,5 meter dan sisi jalan dari arah Jl.
Mastrip menuju
Jl. Slamet Riyadi. Untuk ukuran badan jalan sudah sesuai karena
minimum jalan dengan fungsi lokal sekunder mempunyai lebar badan jalan 7,5 meter.
Namun perlu penyesuaian lebih lanjut pada rumija, rumaja, ruwasja. Sedangkan Jl.
Slamet Riyadi sisi utara yaitu dari arah Jl. HOS Cokroaminoto - Jl. Slamet Riyadi
mempunyai badan jalan 7 meter dan ruang milik jalan (Rumija) selebar 10 meter.
Kondisi ini tidak sesuai dengan ketentuan peraturan pemerintah tentang jalan yang ada,
sehingga perlu penyesuaian lebih lanjut.