Anda di halaman 1dari 18

Geologi struktur

Cabang ilmu geologi yang mempelajari bangun ruang tubuh batuan yang dihasilkan
oleh proses deformasi. Pergerakan yang mempengaruhi tubuh batuan padat dihasilkan dari
tenaga endogen (asal dalam Bumi). Pembahasan geologi struktur tidak terlepas dari
orogenesis, yaitu proses terangkat dan terlipatnya jalur kerak bumi oleh tenaga endogen yang
terjadi pada daerah relatif sempit dan berhubungan dengan tektonik lempeng. Secara luas,
proses orogenesis menyebabkan deformasi pada tubuh batuan kerak dan menghasilkan
berbagai struktur geologi, antara lain lipatan (fold), kekar (joint), dan patahan/sesar (fault).
Teori Dasar Deformasi
Pada prinsipnya beban terhadap benda terdeformasi (Deformable Body) adalah suatu
gaya yang melakukan aksi terhadap benda padat sehingga menyebabkan Causative
Influences yang menyebabkan terjadinya deformasi.
Apabila suatu benda mengalami deformasi maka dapat dilakukan analisis dengan 2
macam cara, yaitu: Intrepretasi Fisik dan Analisis Geometri. Intrepretasi Fisik adalah proses
penerjemahan secara fisis terhadap sifat materi yang mengalami deformasi tegangan (stress)
yang terjadi pada materi, hubungan fungsional antara beban dan deformasi yang terjadi
dimana sifat materi yang terdeformasi terdiri atas 2 macam, yaitu:
1.

Rigid (Kaku) = Patah = Plastik.

2.

Non-Rigid = Lentur = Elastik.

Untuk analisis geometri lebih menekankan penentuan parameter deformasi dengan jalan
mentransformasikan perubahan posisi ke dalam bentuk parameter-parameter deformasi
meliputi translasi, rotasi dan dilatasi. Interpretasi Fisik dapat dilakukan dengan 2 macam
metode, yaitu: Penentuan Metode dan Metode Statistika. Penentuan metode pada umumnya
adalah metode deterministik; metode deterministik adalah metode operasional yang
menggunakan informasi yang berkaitan dengan beban, sifat-sifat materi, geometri benda dan
hukum fisis yang berlaku untuk tegangan-regangan (Stress-Strain). Sedangkan metode
statistika dinamakan juga metode analisis regresi yang menitikberatkan pembahasannya pada
analisis korelasi antara besaran deformasi antara besaran deformasi (displacement) dan
besaran beban (load) penyebab terjadinya deformasi. Terkait dengan pergeseran titik maka
deformasi deformasi merupakan pergerakan suatu titik pada suatu benda dimana titik terletak
pada benda artinya titik tersebut memiliki posisi dalam sistem koordinat tertentu. Induk dari
deformasi adalah dinamika Bumi yang mengalami banyak perubahan yang diakibatkan
kondisi yang tidak stabil disebabkan geometri Bumi yang tidak solid dan rigid (kaku).
Dinamika Bumi terbagi menjadi 3 skala, yaitu: skala global, skala regional dan skala
lokal. Skala global mencakup gerakan antar benua, skala regional mencakup gerakan antar
pulau dan skala lokal mencakup gerakan tanah pada tempat tertentu (Wahyuningtias, D.,

1996). Pada skala lokal inilah terdapat studi analisis deformasi terpadu. Untuk dapat
memahami pengertian analisis deformasi terpadu diperlukan pemahaman makna kata dari
analisis, deformasi dan terpadu. Hal ini dikarenakan pengertian analisis deformasi berbeda
dengan pengertian analisis pengkajian suatu obyek. Analisis adalah penarikan suatu
kesimpulan tentang karakteristik dari struktur fenomena secara keseluruhan dari unsur-unsur
atau komponen-komponen pembentuk struktur tersebut. Deformasi adalah perubahan bentuk,
posisi dan dimensi dari suatu benda (Kuang, 1996). Sehingga berdasarkan definisi tersebut,
deformasi dapat diartikan sebagai perubahan kedudukan atau pergerakan suatu titik pada
suatu benda secara absolut maupun relatif (Maruf, B., 2001). Sehingga analisis deformasi
adalah metodologi (hal-hal yang berkaitan metode) untuk menentukan parameter-parameter
deformasi. Ada 2 macam metode pendekatan yaitu pendekatan geodetik dan pendekatan
fisis. Ciri khas pendekatan geodetik adalah penerapan konsep, sebagai berikut:
1.

Pendekatan stokastik.

2.

Penentuan posisi.

3.

Kerangka referensi, sistem referensi, kerangka koordinat dan sistem koordinat.

4.

Kerangka dasar horisontal dan vertikal dan bentuk geometri beserta ukuran lebih.
Sedangkan penerapan kata terpadu dalam analisis deformasi ditekankan bahwasannya

analisis deformasi masih dapat dikembangkan lagi untuk menjadi terperinci termasuk dalam
kemungkinannya untuk lintas bidang keilmuan. Adapun parameter-parameter deformasi ,
antara lain:
1.

Tegangan (Stress)
Tegangan adalah gaya (F) per luas permukaan (A) yang diteruskan ke seluruh material

melalui medan-medan gaya antar atom. Pada umumnya arah tegangan miring terhadap luas A
tempatnya bekerja dan dapat diuraikan menjadi dua komponen, yaitu:
a)

Tegangan Normal (Normal Stress), tegak lurus terhadap luas A.

b)

Tegangan Geser (Shear Stress), bekerja pada bidang luas A atau yang sejajar dengan
luas A.

Gambar 1. Komponen Tegangan

Keterangan:
: tegangan normal searah sumbu Y.
: tegangan geser tegak lurus sumbu Y sejajar sumbu Z.
: tegangan geser tegak lurus sumbu Y sejajar sumbu X.
2.

Regangan (Strain)
Perpindahan partikel suatu benda elastis selalu menimbulkan terjadinya perubahan

bentuk benda tersebut. Perubahan bentuk suatu benda elastik dikaitkan dengan regangan,
maka perubahan bentuk tersebut dipandang sebagai perubahan bentuk yang kecil. Dalam
sistem koordinat kartesian tiga dimensi, perpindahan kecil partikel yang berubah bentuk
diuraikan dalam komponen uX, uY dan uZ yang masing-masing sejajar terhadap sumbu
koordinat kartesian X, Y dan Z.

Gambar 2. Elemen Kecil Benda Plastik dan Komponen Regangan


(a) Komponen Regangan; (b) Elemen Kecil Benda Elastik
3.

Rotasi
Rotasi merupakan perubahan posisi materi tanpa mengalami perubahan bentuk yang

membentuk perubahan sudut terhadap koordinat acuan. Sebagai gambaran bentuk rotasi
dapat dilihat pada gambar 3.1., sebagai berikut:

Gambar 3. Komponen Rotasi

Deformasi adalah proses perubahan pada tubuh batuan akibat gaya yang bekerja
padanya. Perubahan yang terjadi dapat berupa perubahan posisi, bentuk, dan volume. Batuan
sedimen dianggap terkena deformasi apabila kedudukannya tidak horizontal (miring/tegak).
Kedudukan lapisan batuan sedimen yang miring dinyatakan dalam notasi strike dan dip.
Strike (jurus) adalah arah suatu garis yang dibentuk oleh perpotongan antara bidang
horizontal dengan bidang perlapisan batuan yang miring. Dip (kemiringan) adalah deviasi
sudut maksimum dari suatu bidang perlapisan batuan yang miring dari bidang horizontal.

Deformasi sering juga disebut sebagai strain. Deformasi pada batuan terjadi akibat stress.
Istilah stress mirip dengan tekanan, yaitu gaya yang bekerja pada suatu permukaan per satuan
luas. Ada 3 jenis stress, yaitu:
Compression (kompresi)
Kompresi dihasilkan akibat gaya eksternal yang saling berhadapan dan keduanya saling
menekan batuan. Batuan yang terkena kompresi akan mengalami pemendekan
(shortening).
Tension (ekstensi)
Ekstensi dihasilkan akibat gaya eksternal yang saling berhadapan dan keduanya saling
menjauhi batuan. Batuan yang terkena ekstensi akan mengalami pemanjangan.
Shear
Shear stress dihasilkan akibat gaya eksternal yang bekerja saling sejajar, namun
berlawanan arah. Batuan yang terkena stress ini akan mengalami pergeseran.

Keterangan gambar 2:
- Gambar paling atas menunjukkan arah gaya eksternal yang bekerja pada batuan
- Gambar di tengah menunjukkan deformasi pada batuan yang bersifat ductile
- Gambar paling bawah menunjukkan deformasi pada batuan yang bersifat brittle
Material yang terkena deformasi bersifat elastis bila kembali ke bentuk semula ketika
stress dihilangkan. Saat batas elastisitas terlampaui, material akan mengalami deformasi yang
bersifat permanen. Deformasi permanen itu bersifat plastis bila material bersifat liat (ductile)
dan menghasilkan lipatan, atau bersifat patah bila material bersifat rapuh (brittle) dan
menghasilkan patahan. Sifat batuan yang ductile atau brittle tergantung pada berapa banyak
deformasi plastis yang dialaminya.
Gaya (Force)
1.
Gaya merupakan suatu vektor yang dapat merubah gerak dan arah pergerakan suatu
benda.
2.
Gaya dapat bekerja secara seimbang terhadap suatu benda (seperti gaya gravitasi dan
elektromagnetik) atau bekerja hanya pada bagian tertentu dari suatu benda (misalnya gayagaya yang bekerja di sepanjang suatu sesar di permukaan bumi).
3.

Gaya gravitasi merupakan gaya utama yang bekerja terhadap semua obyek/materi
yang ada di sekeliling kita.

4.

Besaran (magnitud) suatu gaya gravitasi adalah berbanding lurus dengan jumlah
materi yang ada, akan tetapi magnitud gaya di permukaan tidak tergantung pada luas
kawasan yang terlibat.

5.

Satu gaya dapat diurai menjadi 2 komponen gaya yang bekerja dengan arah tertentu,
dimana diagonalnya mewakili jumlah gaya tersebut.

6.

Gaya yang bekerja diatas permukaan dapat dibagi menjadi 2 komponen yaitu: satu
tegak lurus dengan bidang permukaan dan satu lagi searah dengan permukaan.

7.

Pada kondisi 3-dimensi, setiap komponen gaya dapat dibagi lagi menjadi dua
komponen membentuk sudut tegak lurus antara satu dengan lainnya. Setiap gaya, dapat
dipisahkan menjadi tiga komponen gaya, yaitu komponen gaya X, Y dan Z.

Tekanan Litostatik
1.
Tekanan yang terjadi pada suatu benda yang berada di dalam air dikenal sebagai
tekanan hidrostatik. Tekanan hidrostatik yang dialami oleh suatu benda yang berada di
dalam air adalah berbanding lurus dengan berat volume air yang bergerak ke atas atau
volume air yang dipindahkannya.
2.

Sebagaimana tekanan hidrostatik suatu benda yang berada di dalam air, maka batuan
yang terdapat di dalam bumi juga mendapat tekanan yang sama seperti benda yang berada
dalam air, akan tetapi tekanannya jauh lebih besar ketimbang benda yang ada di dalam air,
dan hal ini disebabkan karena batuan yang berada di dalam bumi mendapat tekanan yang
sangat besar yang dikenal dengan tekanan litostatik. Tekanan litostatik ini menekan
kesegala arah dan akan meningkat ke arah dalam bumi.

Tegasan (Stress forces)


1.
Tegasan adalah gaya yang bekerja pada suatu luasan permukaan dari suatu benda.
Tegasan juga dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi yang terjadi pada batuan sebagai
respon dari gaya-gaya yang berasal dari luar.
2.

Tegasan dapat didefinisikan sebagai gaya yang bekerja pada luasan suatu permukaan
benda dibagi dengan luas permukaan benda tersebut: Tegasan (P)= Daya (F) / luas (A).

3.

Tegasan yang bekerja pada salah satu permukaan yang mempunyai komponen tegasan
prinsipal atau tegasan utama, yaitu terdiri daripada 3 komponen, yaitu: P, Q dan R.

4.

Tegasan pembeda adalah perbedaan antara tegasan maksimal (P) dan tegasan
minimal (R). Sekiranya perbedaan gaya telah melampaui kekuatan batuan maka
retakan/rekahan akan terjadi pada batuan tersebut.

5.

Kekuatan suatu batuan sangat tergantung pada besarnya tegasan yang diperlukan
untuk menghasilkan retakan/rekahan.

Gaya Tarikan (Tensional Forces)


1.
Gaya Tegangan merupakan gaya yang dihasilkan oleh tegasan, dan melibatkan
perubahan panjang, bentuk (distortion) atau dilatasi (dilation) atau ketiga-tiganya.
2.

Bila terdapat perubahan tekanan litostatik, suatu benda (homogen) akan berubah
volumenya (dilatasi) tetapi bukan bentuknya. Misalnya, batuan gabro akan mengembang
bila gaya hidrostatiknya diturunkan.

3.

Perubahan bentuk biasanya terjadi pada saat gaya terpusat pada suatu benda. Bila
suatu benda dikenai gaya, maka biasanya akan dilampaui ketiga fasa, yaitu fasa elastisitas,
fasa plastisitas, dan fasa pecah.

4.

Bahan yang rapuh biasanya pecah sebelum fase plastisitas dilampaui, sementara
bahan yang plastis akan mempunyai selang yang besar antara sifat elastis dan sifat untuk
pecah. Hubungan ini dalam mekanika batuan ditunjukkan oleh tegasan dan tarikan.

5.

Kekuatan batuan, biasanya mengacu pada gaya yang diperlukan untuk pecah pada
suhu dan tekanan permukaan tertentu.

6.

Setiap batuan mempunyai kekuatan yang berbeda-beda, walaupun terdiri dari jenis
yang sama. Hal ini dikarenakan kondisi pembentukannya juga berbeda-beda.

7.

Batuan sedimen seperti batupasir, batugamping, batulempung kurang kuat


dibandingkan dengan batuan metamorf (kuarsit, marmer, batusabak) dan batuan beku
(basalt, andesit, gabro).

Batuan yang terdapat di Bumi merupakan subyek yang secara terus menerus
mendapat gaya yang berakibat tubuh batuan dapat mengalami pelengkungan atau keretakan.
Ketika tubuh batuan melengkung atau retak, maka kita menyebutnya batuan tersebut
terdeformasi (berubah bentuk dan ukurannya). Penyebab deformasi pada batuan adalah gaya
tegasan (gaya/satuan luas). Oleh karena itu untuk memahami deformasi yang terjadi pada
batuan, maka kita harus memahami konsep tentang gaya yang bekerja pada batuan.
Tegasan (stress) dan tegasan tarik (strain stress) adalah gaya gaya yang bekerja di
seluruh tempat dimuka bumi. Salah satu jenis tegasan yang biasa kita kenal adalah tegasan
yang bersifat seragam (uniform-stress) dan dikenal sebagai tekanan (pressure). Tegasan
seragam adalah suatu gaya yang bekerja secara seimbang kesemua arah. Tekanan yang terjadi
di bumi yang berkaitan dengan beban yang menutupi batuan adalah tegasan yang bersifat
seragam. Jika tegasan kesegala arah tidak sama (tidak seragam) maka tegasan yang demikian
dikenal sebagai tegasan diferensial.
Tegasan diferensial dapat dikelompokaan menjadi 3 jenis, yaitu:
1.
Tegasan tensional (tegasan extensional) adalah tegasan yang dapat mengakibatkan
batuan mengalami peregangan atau mengencang.
2.

Tegasan kompresional adalah tegasan yang dapat mengakibatkan batuan mengalami


penekanan.

3.

Tegasan geser adalah tegasan yang dapat berakibat pada tergesernya dan
berpindahnya batuan.

Ketika batuan terdeformasi maka batuan mengalami tarikan. Gaya tarikan akan merubah
bentuk, ukuran, atau volume dari suatu batuan. Tahapan deformasi terjadi ketika suatu batuan
mengalami peningkatan gaya tegasan yang melampaui 3 tahapan pada deformasi batuan.

Gambar di bawah ini memperlihatkan hubungan antara gaya tarikan dan gaya tegasan yang
terjadi pada proses deformasi batuan.
1. Deformasi yang bersifat elastis (Elastic Deformation) terjadi apabila sifat gaya
tariknya dapat berbalik (reversible).
2. Deformasi yang bersifat lentur (Ductile Deformation) terjadi apabila sifat gaya
tariknya tidak dapat kembali lagi (irreversible).
3. Retakan / rekahan (Fracture) terjadi apabila sifat gaya tariknya yang tidak kembali
lagi ketika batuan pecah/retak.

Kita dapat membagi material menjadi 2 (dua) kelas didasarkan atas sifat perilaku dari
material ketika dikenakan gaya tegasan padanya, yaitu :
1.

Material yang bersifat retas (brittle material), yaitu apabila sebagian kecil atau
sebagian besar bersifat elastis tetapi hanya sebagian kecil bersifat lentur sebelum material
tersebut retak/pecah (gambar 4-3 kiri).

2.

Material yang bersifat lentur (ductile material) jika sebagian kecil bersifat elastis dan
sebagian besar bersifat lentur sebelum terjadi peretakan / fracture (gambar 4-3 kanan).

Bagaimana suatu batuan / material akan bereaksi tergantung pada beberapa faktor, antara lain
adalah:
1.

Temperatur Pada temperatur tinggi molekul molekul dan ikatannya dapat meregang
dan berpindah, sehingga batuan/material akan lebih bereaksi pada kelenturan dan pada
temperatur, material akan bersifat retas.

2.

Tekanan bebas pada material yang terkena tekanan bebas yang besar akan sifat
untuk retak menjadi berkurang dikarenakan tekanan disekelilingnya cenderung untuk
menghalangi terbentuknya retakan. Pada material yang tertekan yang rendah akan menjadi
bersifat retas dan cenderung menjadi retak.

3.

Kecepatan tarikan Pada material yang tertarik secara cepat cenderung akan retak.
Pada material yang tertarik secara lambat maka akan cukup waktu bagi setiap atom dalam
material berpindah dan oleh karena itu maka material akan berperilaku / bersifat lentur.

4.

Komposisi Beberapa mineral, seperti Kuarsa, Olivine, dan Feldspar bersifat sangat
retas. Mineral lainnya, seperti mineral lempung, mica, dan kalsit bersifat lentur. Hal
tersebut berhubungan dengan tipe ikatan kimianya yang terikat satu dan lainnya. Jadi,
komposisi mineral yang ada dalam batuan akan menjadi suatu faktor dalam menentukan
tingkah laku dari batuan. Aspek lainnya adalah hadir tidaknya air. Air kelihatannya
berperan dalam memperlemah ikatan kimia dan mengitari butiran mineral sehingga dapat
menyebabkan pergeseran. Dengan demikian batuan yang bersifat basah cenderung akan
bersifat lentur, sedangkan batuan yang kering akan cenderung bersifat retas.

LIPATAN
Lipatan merupakan pembengkokan pada batuan. Struktur geologi ini terbentuk jika
batuan mengalami deformasi plastis akibat bekerjanya compressional stress (kompresi)
selama selang waktu tertentu pada batuan tersebut. Tidak hanya batuan yang bersifat ductile,
batuan yang bersifat brittle pun dapat mengalami perlipatan jika laju deformasinya (strain
rate) rendah.
Berdasarkan bentuknya, ada 4 macam lipatan, yaitu:
1. Antiklin

Antiklin adalah lipatan yang dicirikan oleh lapisan batuan yang terbengkokkan ke atas
(menjadi cembung atau concave). Pada antiklin, arah kemiringan kedua sayap lipatan saling
menjauhi hinge.
2. Sinklin

Sinklin adalah lipatan yang dicirikan oleh lapisan batuan yang terbengkokkan ke bawah
(menjadi cekung atau convex). Pada sinklin, arah kemiringan kedua sayap lipatan saling
mendekati hinge.
3. Kubah (Dome)
Kubah adalah antiklin yang berbentuk melingkar atau elips.
4. Cekungan (Basin)
Cekungan adalah sinklin yang berbentuk melingkar atau elips.

Lipatan juga diklasifikasi menjadi beberapa macam menurut kenampakannya:


1. Lipatan simetris: kedua sayap lipatan miring ke arah yang berbeda dengan sudut
kemiringan yang sama
2. Lipatan asimetris: kedua sayap lipatan miring ke arah yang berbeda dengan sudut
kemiringan yang juga berbeda
3. Lipatan isoklinal: kedua sayap lipatan miring ke arah yang sama dengan besar dip yang
sama; terbentuk jika compressional stress terjadi secara intens.
4. Lipatan menggantung (overturned/overfold): kedua sayap lipatan miring ke arah yang
sama; lapisan batuan pada salah satu sayap lipatan mulai terbalikkan.
5. Lipatan rebah (recumbent): kedua sayap lipatan miring ke arah yang sama dengan posisi
axial plane mendekati horizontal; lapisan batuan pada salah satu sayap lipatan sudah
terbalikkan

6. Lipatan chevron: terdapat pembengkokan yang tajam (tidak melengkung) pada hingenya; sayap lipatan membentuk pola zig-zag
7. Monoklin: terbentuk pada lapisan horizontal yang secara lokal memiliki kemiringan
8. Teras struktural: terbentuk pada lapisan miring yang secara lokal memiliki lapisan
horizontal

KEKAR
Kekar adalah retakan pada batuan yang sisi-sisinya tidak mengalami pergerakan.
Kekar sering menjadi tempat mengalirnya fluida hidrotermal, ditandai dengan kehadiran urat
(vein) mineral tertentu hasil presipitasi atau kristalisasi dari fluida tersebut.
Kekar diklasifikasi menjadi beberapa macam berdasarkan penyebabnya, reaksi batuan
terhadap stress, dan kedudukan relatifnya. Berdasarkan penyebabnya, ada 3 macam kekar:
1. Kekar tiang (columnar joint)
Kekar tiang terbentuk akibat pendinginan pada batuan beku (biasanya basalt). Bentuk
umum dari kekar jenis ini adalah retakan poligonal (5 atau 6 sisi) yang berbentuk seperti
tiang.

Gambar 9 Kekar tiang


2. Kekar lembaran (sheeting joint)
Kekar lembaran mempunyai bidang kekar yang kira-kira sejajar dengan permukaan
tanah. Kekar ini terbentuk akibat penghilangan beban batuan karena erosi.

Gambar 10 Kekar lembaran


3. Kekar tektonik (tectonic joint)
Kekar tektonik terbentuk akibat gaya tektonik.

Gambar 11 Kekar tektonik


Kekar juga dapat dibagi menjadi 3 macam menurut reaksi batuan terhadap stress
(compressional stress), antara lain:
1. Kekar gerus (shear joint)
Pola retakan yang terbentuk pada kekar gerus adalah menyilang dengan sepasang sudut
lancip dan sepasang sudut tumpul. Sepasang retakan yang berbentuk sudut lancip searah
dengan arah datangnya gaya eksternal yang dominan.

2. Kekar ekstensi (extension joint)


Pada kekar ini, terbentuk jajaran bidang retakan yang searah dengan arah datangnya gaya
eksternal yang dominan.

3. Kekar rilis (release joint)


Pembentukan kekar ini agak berbeda dengan kekar gerus maupun kekar ekstensi.
Kekar gerus dan kekar ekstensi terbentuk selama berlangsungnya stress, sedangkan kekar rilis
terbentuk setelah berlangsungnya stress. Awalnya, compressional stress menekan batuan. Saat
compressional stress menghilang, tubuh batuan berusaha kembali ke volume semula. Namun,
deformasi yang berlangsung menyebabkan terbentuknya jajaran bidang retakan yang arahnya
tegak lurus dengan arah datangnya gaya eksternal yang dominan. Dilihat dari formasi
rekahannya, kekar rilis agak mirip dengan kekar lembaran.

Sesar
Sesar adalah retakan pada batuan dengan terjadinya pergerakan di sepanjang bidang
retakan.

Di lapangan, sesar biasanya cukup sulit dikenali. Meski begitu, ada beberapa kenampakan di
lapangan yang dapat digunakan sebagai petunjuk adanya sesar, antara lain:
Adanya struktur yang tidak menerus (lapisan yang terpotong dengan tiba-tiba)
Adanya perulangan lapisan atau hilangnya lapisan batuan
Kenampakan khas pada bidang sesar, seperti cermin sesar, gores-garis, dll
Kenampakan khas pada zona sesar, seperti seretan (drag), breksi sesar, horses/slices,
milonit, dll
Silisifikasi dan mineralisasi sepanjang zona sesar
Perbedaan fasies sedimen
Petunjuk fisiografi, seperti gawir (scarp), scarplets (piedmont scarp), triangular facet,
terpotongnya bagian depan rangkaian pegunungan structural
Berdasarkan orientasi pola tegasan yang utama, sesar dapat dibedakan menjadi:
1. Sesar anjak (thrust fault): tegasan maksimum dan menengah mendatar. Istilah thrust fault
digunakan untuk sesar naik dengan dip bidang sesar kurang dari 450. Jika suatu sesar naik
memiliki dip bidang sesar lebih dari 450, maka istilah yang digunakan adalah reverse
fault. Istilah overthrust dipakai untuk sesar naik dengan dip bidang sesar yang landai atau
hampir datar.

2. Sesar normal: tegasan utama vertikal


3. Sesar geser (strike-slip fault): tegasan utama maksimum dan minimum mendatar. Sesar ini
terdiri atas :

Sesar geser sinistral (left-handed strike-slip fault). Pada sesar geser sinistral, blok
batuan sebelah kiri bergerak relatif mendekati pengamat.

Sesar geser dekstral (right-handed strike-slip fault). Pada sesar geser dekstral, blok
batuan
sebelah
kanan
bergerak
relatif
mendekati
pengamat.

Selain yang telah dicantumkan di atas, ada beberapa jenis sesar lain yang spesifik, antara lain:
- Horst dan Graben
Extensional stress dapat menyebabkan sesar turun bisa terbentuk berderet/berjajar.
Pada deretan sesar turun ini, blok hanging wall bergerak turun karena ambles, sedangkan blok
foot wall tidak bergerak dan posisinya lebih tinggi daripada hanging wall. Horst adalah
struktur tinggian pada blok foot wall, dan graben adalah struktur rendahan pada blok hanging
wall.

Patahan
pengertian patahan (fault) adalah gerakan tekanan horizontal dan vertikal
menyebabkan kulit bumi yang rapuh menjadi retak atau patah. Patahan merupakan gejala
yang sangat umum pada batuan, terutama pada batuan yang berlapis-lapis seperti batuan
sedimen. Patahan dapat terjadi karena adanya gempa bumi ataupun adanya tenaga endogen
yang arahnya mendatar dan saling menjauh satu sama lain sehingga pada bongkah batuan
terjadi retakan-retakan dan pada akhirnya patah membentuk bagian yang merosot (graben
atau slenk) dan bagian yang menonjol (horst).
Jenis-jenis Patahan (Fault)
Fault atau patahan merupakan suatu gejala adanya pergeseran lapisan batuan akibat
gaya geologi. Ciri paling mudah untuk melihat struktur patahan pada lapisan batuan adalah
adanya bidang offset pada batuan tersebut. Batas bidang patahan dinamakan bidang sesar. Di
Indonesia patahan yang terkenal adalah Patahan Semangko yang membujur dari ujung utara
Sumatera hingga Lampung. Patahan Semangko terbentuk karena desakan lempeng indo
australia ke dalam lempeng eurasia sehingga pulau sumatera terbelah. Sesar membagi lapisan
batuan menjadi 2 block yaitu Hanging wall dan Foot wall. Hanging wall adalah block batuan
yang terletak di atas bidang sesar sedangkan Foot wall adalah block yang terdapat di bawah
bidang sesar.

Sesar Sumatera (Semangko)

Untuk memudahkan mengenali mana itu hanging wall atau foot wall, lihat saja blok batuan
yang bentuknya seperti telapak kaki itu adalah foot wall. Dalam lingkungan fault biasanya
terdapat lapisan batuan yang turun yang disebut graben, atau lapisan yang naik disebut horst.

Jenis Sesar dapat dikategorikan menjadi beberapa macam berdasarkan gerakannya yaitu
1.
Normal Fault
Merupakan patahan yang memungkinkan satu blok (footwall) lapisan batuan bergerak dengan
arah relatif naik terhadap blok lainnya (hanging wall). Ciri dari patahan ini adalah sudut
kemiringan besar hingga mendekati 90 derajat.

2.
Reserve Fault
Merupakan patahan dengan arah footwall yang relatif turun dibanding hanging wall. Ciri dari
patahan ini adalah sudut kemiringan yang relatif kecil yaitu kurang dari 45 derajat.

3.

Strike Fault

Merupakan patahan yang arahnya relatif mendatar ke kiri atau ke kanan. Arah patahan
mendatar ini tidak sepenuhnya seluruh lapisan batuan bergerak dengan arah mendatar namun
sebagian ada yang bergerak dengan arah vertikal. Bila gerakan patahan ke kanan di sebut
sesar geser sinistrial dan bila ke kiri dinamakan sesar geser dekstral.

Struktur faults terbentuk karena adanya gaya endogen kerak bumi berupa tekanan-tekanan
pada dinding lapisan batuan. Gempa berskala rendah juga sering terjadi pada zona ini. Di
zona patahan ini sering ditemukan fenomena seperti gawir, air terjun, sungai berpola
rektangular dan cebakan minyak/gas.

Anda mungkin juga menyukai