Anda di halaman 1dari 28

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kepuasan Kerja


Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai
perasaan puas, rasa senang dan kelegaan serta kenyamanan dalam melakukan
tindakan.
Kepuasan kerja berhubungan dengan perasaan orang terhadap berbagai
aspek dari tugasnya, kondisi atau perancangan lingkungan kerjanya, juga
hubungannya dengan rekan kerjanya. Dengan demikian kepuasan kerja dapat
dipisahkan menjadi kepuasan terhadap (1) pekerjaan itu sendiri, (2) atasan, (3)
kondisi kerja, (4) upah atau gaji, dan (5) rekan sekerja (Luthans, 1989). Menurut
Davis dan Newstrom (1993) kepuasan kerja adalah seperangkat perasaan
karyawan tentang menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka.
Banyak ahli yang mengemukakan teori yng berhubungan dengan kepuasan
kerja antara lain teori Maslow dan teori Herzberg. Maslow dalam Sigit (2003)
mengatakan bahwa semua kebutuhan manusia yang banyak sekali itu
dikelompokkan ke dalam lima kategori yang tersusun secara hirarki dari bawah ke
atas yaitu kebutuhan fisiologis (physiological needs), kebutuhan keselamatan dan
keamanan (safety and security needs), kebutuhan social (social needs), kebutuhan
penghargaan (esteem needs) dan kebutuhan aktualisasi diri (pengisian diri atau
realisasi diri). Maslow dalam Gibson (1984) mengajukan hipotesis tentang lima

Universitas Sumatera Utara

level kebutuhan manusia yaitu (1) fisiologi, (2) keamanan, (3) sosial, (4)
penghargaan, dan (5) aktualisasi diri. Maslow menempatkan kebutuhan-kebutuhan
tersebut dalam suatu kerangka yang disebut hirarki kebutuhan. Apabila
kebutuhan-kebutuhan tersebut didapat maka orang-orang akan merasa bahwa
pekerjaan mereka menantang dan memperoleh kepuasan batin dari pekerjaan itu
(Maslow dalam Davis et.al,1989).
Herzberg menyatakan suatu teori yang berhubungan langsung dengan
kepuasan kerja, yang didasarkan pada penelitian bersama di Pitsburg dan
sekitarnya. Dari hasil penelitian ini Herzberg dalam Stoner et.al (1987)
menyatakan bahwa kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja berasal dari dua faktor
yang terpisah yang disebut faktor pemberi kepuasan (faktor motivator) dan faktor
pemberi ketidakpuasan.
Herzberg dalam Sigit (2003) menyatakan karyawan memiliki rasa
kepuasan kerja dan rasa ketidakpuasan kerja dalam pekerjaannya, tetapi faktorfaktor yang menyebabkan kepuasan kerja berbeda jika dibandingkan dengan
faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpuasan kerja. Selanjutnya Herzberg
menyatakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kepuasan kerja
adalah pengakuan, tanggung jawab, prestasi, pertumbuhan dan pengembangan
pekerjaan itu sendiri, yang disebut sebagai faktor intrinsik. Sedangkan faktorfaktor yang membuat ketidakpuasan kerja adalah gaji, kedudukan, kondisi tempat
kerja, keselamatan kerja, serta kebijakan dan administrasi perusahaan, dan faktorfaktor ini disebut faktor ekstrinsik.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Milton dalam Sigit (2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang


memengaruhi kepuasan kerja adalah :
a. Kerja (work) : kesempatan untuk belajar, banyaknya kegiatan, kesempatan
untuk sukses, penguasaan langkah dan metode.
b. Bayaran (pay) : banyaknya bayaran, kelayakan atau adil, dan cara pembayaran.
c. Promosi (promotion) : kesempatan untuk promosi, kejujuran, dan dasar untuk
promosi.
d. Pengakuan (recognition) : pujian atas pelaksanaan, penghargaan atas selesainya
pekerjaan, dan kritik.
e. Kondisi kerja (work condition) : jam kerja, istirahat, peralatan, temperature,
ventilasi, kelembaban, lokasi dan layout fisik.
f. Penyeliaan (supervision) : gaya penyeliaan dan pengaruh, perhubungan
kemanusiaan dan keahlian administrasi.
g. Teman pekerja (co-worker) : kemampuan, kesukaan menolong, dan
keramahan.
h. Perusahaan dan manajemen (company and management) : perhatiannya
terhadap karyawan, bayaran, dan kebijakan.
Pada penelitian ini, analisa kepuasan kerja difokuskan hanya pada
kepuasan atas kondisi tempat kerja. Dalam hal ini adalah kepuasan perawat pada
kondisi ruang ICU dalam memonitoring pasien.

Universitas Sumatera Utara

2.2. ICU (Intensive Care Unit)


Unit Perawatan Intensif adalah ruang perawatan terpisah yang berada
dalam rumah sakit, dikelola khusus untuk perawatan pasien dengan kegawatan
yang mengancam nyawa akibat penyakit, pembedahan atau trauma dan
diharapkan dapat disembuhkan (reversible), dan menjalani kehidupan sosial
dengan terapi intensif yang menunjang fungsi vital tubuh pasien tersebut selama
masa kegawatan. Tujuan perawatan intensif agar ancaman kematian dapat
dikurangi dan harapan sembuh kembali normal dapat ditingkatkan (Depkes RI,
1996).
ICU menyediakan kemampuan dan sarana, prasarana, serta peralatan
khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan ketrampilan
staf medik, perawat, dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan
keadaan-keadaan tersebut.
Perawatan intensif biasanya hanya disediakan untuk pasien-pasien dengan
kondisi kritis yang memiliki peluang baik untuk bertahan hidup. Ruang lingkup
pelayanan ICU meliputi pemberian dukungan fungsi organ-organ vital seperti
pernafasan, kardiosirkulasi, susunan saraf pusat, renal baik pada pasien dewasa,
anak, dan pasien paska bedah (Depkes RI, 2003).
Fungsi utama ICU adalah untuk pasien kritis yang membutuhkan perhatian
medis dan alat-alat khusus, sehingga memudahkan pengamatan dan perawatan
oleh perawat yang sudah terlatih (WHO, 1992).

Universitas Sumatera Utara

Harus ada keahlian khusus dan teknologi tinggi dalam bidang kedokteran
untuk merawat pasien di ruang ICU. Ada beberapa prioritas indikasi masuk dan
keluar ICU (Hanafie, 2007).
Indikasi masuk ICU :
-

Prioritas pertama adalah pasien sakit kritis, pasien paska kardiotoraksik,


pasien shock septik, yang memerlukan terapi intensif seperti bantuan ventilasi,
infus obat-abatan.

Prioritas kedua adalah pasien yang berisiko yang memerlukan pemantauan


canggih dari ICU, seperti pasien-pasien yang menderita penyakit dasar
jantung, paru, atau ginjal akut dan berat atau yang telah mengalami
pembedahan besar.

Prioritas ketiga adalah pasien sakit kritis dan tidak stabil dimana penyakitnya
untuk sembuh tidak memungkinkan dan terapi di ICU tidak besar manfaatnya.
Contoh pasien ini antara lain pasien dengan keganasan metastase disertai
penyulit infeksi, pasien menderita penyakit jantung atau paru terminal disertai
komplikasi penyakit akut berat.

Kriteria pasien keluar dari ICU :


-

Pasien prioritas pertama adalah bila kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak
ada lagi, atau bila terapi telah gagal dan prognosis jangka pendek jelek dengan
kemungkinan sembuh kecil. Misalnya pasien dengan tiga atau lebih gagal
sistem organ.

Universitas Sumatera Utara

Pasien prioritas kedua dikeluarkan bila kemungkinan mendadak memerlukan


terapi intensif telah berkurang.

Pasien prioritas ketiga bila kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak ada lagi.
Misalnya pasien dengan penyakit lanjut (penyakit paru kronis, penyakit
jantung atau liver terminal, karsinoma yang telah menyebar luas yamg tidak
respons terhadap terapi ICU.

Klasifikasi Pelayanan ICU :


1. Pelayanan ICU Primer adalah pelayanan yang harus mampu memberikan
pengelolaan resusitatif segera untuk pasien gawat, dukungan kardiorespirasi
jangka pendek dan mempunyai peran penting dalam pemantauan dan
pencegahan penyulit pada pasien medik dan bedah yang beresiko. ICU Primer
harus mampu memberikan ventilasi mekanik dan pemantauan kardiovaskuler
sederhana selama beberapa jam.
2. Pelayanan ICU Sekunder adalah pelayanan yang harus mampu memberikan
standar ICU umum yang tinggi, mampu memberikan tunjangan ventilasi
mekanis lebih lama, mampu melakukan tunjangan hidup yang lain tetapi tidak
terlalu kompleks sifatnya.
3. Pelayanan ICU Tersier adalah pelayanan intensif tertinggi dan harus mampu
memberikan pelayanan tertinggi termasuk bantuan hidup multi-sistem yang
kompleks dalam jangka waktu yang tak terbatas. ICU Tersier harus mampu
melakukan

ventilasi

mekanis,

pelayanan

dukungan/bantuan

renal

Universitas Sumatera Utara

ekstrakorporal dan pemantauan kardiovaskular invasif dalam jangka waktu


yang terbatas dan mempunyai dukungan pelayanan penunjang medik. Semua
pasien yang masuk ke dalam unit harus dirujuk untuk dikelola oleh spesialis
intensive care (Hanafie,2007).

2.3. Desain Ruang ICU


Standar ruang ICU yang memadai ditentukan desain yang baik dan
pengaturan ruang yang adekuat. Letak area ICU dibagi dalam pintu-pintu
rintangan. Pintu-pintu rintangan mempunyai fungsi untuk melindungi pasien yang
kritis dari kuman-kuman. Ruangan sebaiknya diatur sedemikian rupa, sehingga
perawat dapat mengontrol pasien secara ergonomis, dapat mengontrol penerimaan
pasien, jalan masuk petugas, transportasi barang, dan bahan yang termasuk proses
kerja (WHO, 1992).
Letak ruangan ICU harus dekat dengan gedung gawat darurat,
laboratorium, radiologi, dan bedah supaya dapat diakses dengan cepat. Pasienpasien darurat yang memerlukan penanganan dan perawatan intensif dapat segera
dipindahkan ke ruang ICU dengan cepat. Ruang laboratorium dan radiologi harus
dekat dengan ruang ICU agar penanganan pasien di ruang ICU cepat ditangani
apabila diperlukan segera. Dan gedung harus terletak pada daerah yang tenang
(Depkes RI, 1991).
Pemerintah melalui Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah
mengeluarkan

Kepmenkes

1204/Menkes/SK/X/2004

Tentang

Persyaratan

Universitas Sumatera Utara

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Keputusan ini mewajibkan bagi setiap


Rumah Sakit bertanggung jawab terhadap pengelolaan kesehatan lingkungan
rumah sakit. Konstruksi ruang ICU yang termasuk zona dengan resiko tinggi
mempunyai ketentuan sebagai berikut :
1. Dinding permukaan harus rata dan berwarna terang.
2. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air, berwarna
terang, dan pertemuan antara lantai dengan dinding harus berbentuk konus.
3. Langit-langit terbuat dari bahan multipleks atau bahan yang kuat, warna
terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi minimal 2,70
meter dari lantai.
4. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan ambang
bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai.
5. Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 meter
dari lantai.
6. Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan serangga,
tikus dan binatang pengganggu lainnya. Atap yang lebih tinggi dari 10 meter
harus dilengkapi penangkal petir.
7. Kualitas udara ruang
a. Tidak berbau (terutama bebas dari H2S dan Amoniak)
b. Kadar debu (particulate matter) berdiameter kurang dari 10 micron
dengan rata-rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150 g/m
dan tidak mengandung debu asbes.

Universitas Sumatera Utara

c. Indeks angka kuman untuk unit ICU : konsentrasi maksimum 200


mikroorganisme per m3 udara (CFU/m3)
8. Penghawaan : sistem suhu dan kelembaban hendaknya didesain sedemikian
rupa sehingga dapat menyediakan suhu dan kelembaban sesuai standar.
Standar suhu ruang ICU 22-23C, kelembaban 35-36%, bertekanan positif.
Penghawaan mekanis dengan menggunakan exhaust fan atau air conditioner
dipasang pada ketinggian minimum 2,00 meter diatas lantai atau minimum
0,20 meter dari langit-langit.
9. Untuk mengurangi kadar kuman dalam udara ruang, satu kali sebulan harus
disinfeksi dengan menggunakan aerosol (resorcinol, trietylin glikol), atau
disaring dengan electron presipitator atau menggunakan penyinaran ultra
violet. Pemantauan kualitas udara ruang minimum dua kali setahun dilakukan
pengambilan sampel dan pemeriksaan parameter kualitas udara (kuman, debu,
dan gas).
Program ruang terdiri dari ruang pasien, ruang perawat, ruang isolasi,
ruang penyimpanan peralatan dan barang bersih, ruang tempat pembuangan bahan
kotor, ruang staf dokter, ruang tunggu, laboratorium. Area kerja meliputi ruang
yang cukup untuk staf dan dapat menjaga kontak visual perawat dengan pasien;
ruang yang cukup untuk memonitor pasien, peralatan resusitasi, penyimpanan
obat dan alat; ruang isolasi yang dilengkapi dengan tempat cuci tangan dan tempat
ganti pakaian sendiri; mempunyai pendingin ruangan yang dapat mengontrol suhu

Universitas Sumatera Utara

dan kelembaban; mempunyai ruang tunggu keluarga pasien, mempunyai cadangan


pengganti listrik jika arus listrik terputus (Depkes RI, 1991).
Beberapa contoh denah ruangan ICU (Kunders, 2004):

Gambar 2.1. Gambar denah ruangan ICU 1

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.2. Gambar denah ruangan ICU 2

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.3. Gambar denah ruangan ICU 3

Dari beberapa contoh denah diatas menggambarkan ruang kerja perawat


diatur agar dapat menjaga kontak visual perawat ke pasien sehingga perawat puas
bekerja dalam memonitor pasien.

Universitas Sumatera Utara

2.4. Standar Pelayanan di ICU


Standar pelayanan ICU memiliki tujuh standar dan masing-masing standar
mempunyai kriteria. Pada standar yang ke empat berisi tentang fasilitas dan
peralatan di ruang ICU. Standar pelayanan ICU ini diterbitkan oleh Departemen
Kesehatan, Direktorat Jenderal Pelayanan Medis kode 362. 18. Ind.S. tahun 2003.
Uraian setiap standar pelayanan ICU adalah sebagai berikut :
Standar 1. Falsafah dan Tujuan
Pelayanan Intensif disediakan dan diberikan kepada pasien yang dalam
keadaan sakit berat dan perlu dirawat khusus, memerlukan pantauan ketat dan
terus menerus serta tindakan segera. Pelayanan intensif ini bertujuan menurunkan
angka kematian dan kesakitan.
Kriteria :
Pelayanan intensif adalah tingkat pelayanan medis dan keperawatan yang tidak
terdapat di ruang rawat biasa.
a. Cakupan Pelayanan Intensif sesuai dengan kebutuhan terdiri atas Pelayanan
Intensif Serba Guna.
Untuk perawatan penderita sakit berat dengan beraneka ragam penyebab.
Pelayanan intensif serba guna ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian
sebagai berikut :
-

Pelayanan Intensif Akut : untuk rumah sakit kecil yang mempunyai


fasilitas dan tenaga terbatas

Universitas Sumatera Utara

ICU (Intensive Care Unit) : melakukan perawatan yang lebih lengkap dan
dilakukan oleh tenaga ahli yang bekerja penuh

ICCU (Intensive Cardiac Care Unit)

ICU Anak

Pelayanan Intensif paska bedah jantung

Unit Dialisa Ginjal

Unit Luka Bakar

Pelayanan Intensif Steril untuk transplantasi

Pelayanan Perinatal Risiko Tinggi

b. Pelayanan Intensif diselenggarakan berdasarkan kebutuhan


Pengertian :
Perencanaan dan pembiayaan pelayanan intensif di rumah sakit ditentukan
oleh jumlah pasien, utilisasi, dan fungsi rujukan di satu wilayah. Standar
minimal harus ditetapkan.
Standar 2. Administrasi dan Pengelolaan
Pengorganisasian pelayanan intensif disesuaikan dengan kebutuhan pasien
dan diintegrasikan dengan pelayanan medis lainnya.
Kriteria :
a. Kedudukan unit pelayanan intensif harus ditetapkan dengan jelas dalam
struktur organisasi rumah sakit disertai ditetapkannya hubungan kerja dengan
unit lain atau dengan rumah sakit lainnya.

Universitas Sumatera Utara

b. Setiap unit pelayanan intensif harus membuat bagan organisasi dan uraian
kerja secara tertulis bagi semua tenaga yang bekerja.
c. Unit pelayanan intensif harus dikepalai oleh tenaga medis spesialis di bidang
pelayanan medis.
d. Kepala Unit Pelayanan Intensif bertanggung jawab atas pelaksanaan ketentuan
yang memuat sekurang-kurangnya :
-

Indikasi perawatan

Penggunaan peralatan dan pelatihan penggunaannya

Penyimpanan rekam medis yang memungkinkan penggunaan setempat


dan dirumah sakit secara keseluruhan

Sistem evaluasi hasil perawatan

Persyaratan untuk tenaga, laboratorium, dan radiologi

Protokol mengatasi kebakaran, bencana dan keadaan gawat darurat di unit


atau di rumah sakit.

Standar 3. Staf dan Pimpinan


Unit Pelayanan Intensif dipimpin oleh dokter spesialis yang berwenang
dan dibantu tenaga staf yang terlatih.
Kriteria :
a. Adanya uraian tugas secara tertulis untuk setiap jabatan dengan rincian:
-

Kualifikasi untuk jabatan tersebut

Garis komando

Universitas Sumatera Utara

Fungsi dan tanggung jawab

b. Perlu adanya daftar penilaian kemampuan staf yang juga dapat merupakan
umpan balik bagi staf.
c. Semua tenaga paramedis perawatan yang ditugaskan bekerja di pelayanan
intensif harus telah lulus pendidikan / pelatihan yang disyaratkan.
Pengertian :
Pendidikan / pelatihan harus memuat :
-

Mencatat tanda dan gejala penderita sakit gawat

Melakukan perawatan gawat darurat pendahuluan termasuk resusitasi


jantung paru dan defibrilasi

Memasang infus dan suntikan intravena

Melakukan pelayanan intensif sesuai kebutuhan pasien

Mencegah kontaminasi kuman dan infeksi silang

Pelatihan pencegahan kecelakaan akibat pemakaian alat-alat listrik

Menggunakan peralatan secara efektif dan aman

Bersikap tanggap dan penuh perhatian terhadap keluhan dan kebutuhan


pasien serta keluarga, termasuk segi psikologis dan sosial

Jumlah tenaga perawat di pelayanan intensif harus sesuai dengan standar


yang telah ditetapkan. Tenaga paramedis perawatan yang berkualitas
bukan perawat khusus dapat membantu di pelayanan intensif dengan
pengawasan

Jenis tenaga lain yang diperlukan di unit pelayanan intensif harus

Universitas Sumatera Utara

dicukupi.
Standar 4. Fasilitas dan Peralatan
Rancang bangun dan peralatan di pelayanan intensif harus dapat
mendukung pelayanan secara efektif dan aman.
Kriteria :
a. Pemilihan peralatan

mengutamakan fungsi untuk memenuhi kebutuhan

pasien. Peralatan di Unit Pelayanan Intensif meliputi :


-

Tempat tidur khusus

Alat pengukur tekanan darah

Pulse oximetri

EKG

Alat pengukur tekanan vena sentral

Alat pengukur suhu

Alat penghisap (suction) sentral

Alat ventilasi manual dan alat penunjangnya

Peralatan akses vaskuler

Ventilator

Oksigen sentral

Lampu untuk melakukan tindakan

Defibrilator dan alat pacu jantung

Peralatan drain thorax

Universitas Sumatera Utara

Emergensi troli yang berisi alat dan obat untuk keadaan emergensi seperti
airway, laringoskop, ambubag, Oksigen, adrenalin dan lain-lain.

Pompa infus dan pompa syringe

Monitor tekanan darah invasif

Monitor tekanan darah sentral

Monitor tekanan arteri pulmonalis kapnograf

Bronkoskopi

Echokardiografi

EEG

Hemodialisa

b. Semua peralatan harus berfungsi baik, siap pakai dan tersedia terus menerus.
Unit Pelayanan Intensif harus mempunyai program :
-

Program pemeliharaan peralatan

Program dan prosedur perbaikan peralatan jika tidak berfungsi

Program

pencegahan

kontaminasi

yang

mengacu

pada

program

pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit


-

Program kaliberasi peralatan tertentu

c. Disekitar tempat tidur ruang di unit pelayanan intensif harus cukup ruang
untuk melakukan kegiatan pelayanan keperawatan, tindakan rutin, tindakan
gawat darurat, dan juga memungkinkan menempatkan alat-alat yang
diperlukan seperti :
-

Tempat tidur diubah posisinya untuk tindakan dan kenyamanan pasien

Universitas Sumatera Utara

Tersedia oksigen dan pengisap

Alat- alat untuk pertolongan segera harus mudah dicapai, siap pakai, dan
berfungsi baik

Perlu ada sistem alarm

Ruangan ber-AC

Ruang perawat (nurse station) diletakkan sedemikian rupa agar perawat


mudah mengawasi dan menolong pasien

Perlu ada ruangan untuk konsultasi bagi pasien atau keluarganya

Perlu lemari pendingin untuk penyimpanan darah, cairan spesimen, dan


obat

Cukup tersedia cairan dan obat-obatan

Perlu cadangan tenaga listrik dan sistem penggantinya untuk menjalankan


alat-alat.

Unit pelayanan intensif berdekatan dengan kamar operasi, ruang pulih,


gawat darurat dan laboratorium

Cukup tersedia ruangan untuk peralatan dan sterilisasi.

Standar 5. Kebijakan dan Prosedur


Perlu dibuat kebijakan dan prosedur tertulis sebagai bagian dari kebijakan
dan prosedur rumah sakit.
Kriteria :
a. Kebijakan dan prosedur tersebut dibuat untuk menjadi petunjuk bagi staf

Universitas Sumatera Utara

dalam menjalankan pelayanan intensif, dan memuat :


-

Fungsi dan kewenangan kepala unit

Indikasi rawat dan pemulangan pasien

Uraian tugas tertulis berisi penjelasan siapa yang berhak melaksanakan


prosedur, resusitasi kardiopulmonal, trakeostomo, pemberian cairan infus,
dan pemberian obat lainnya, cara memperoleh darah, pemeriksaan
laboratorium, dan prosedur invasive lainnya

Penggunaan dan penempatan peralatan

Prosedur standar pelayanan intensif

Prosedur pencegahan infeksi nosokomial

Indikasi pemeriksaan laboratorium

Pengaturan waktu berkunjung

Prosedur penanggulangan kebakaran dan bencana

b. Prosedur-prosedur ini perlu diketahui dan dipahami oleh staf yang bekerja di
unit pelayanan intensif dan dikomunikasikan dengan unit lain
c. Secara berkala prosedur ini perlu ditinjau kembali.
Standar 6. Pengembangan Staf dan Program Pendidikan
Partisipasi staf di Unit Pelayanan Intensif dalam program pengembangan
dan pendidikan merupakan kegiatan esensial.
Kriteria :

Universitas Sumatera Utara

Program pelatihan harus diselenggarakan bagi semua staf agar dapat


meningkatkan dan menambah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan dalam
menerapkan kemampuan prosedur dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang
baru.
a. Harus ada program orientasi bagi staf baru
b. Pertemuan berkala mingguan harus mendukung tujuan pendidikan
c. Unit Pelayanan Intensif harus mendukung program penelitian medis dan
perawatan.
Standar 7. Evaluasi dan Pengendalian Mutu
Harus ada prosedur evaluasi yang mampu mengukur peningkatan mutu
pelayanan.
Kriteria :
a. Rekam medis harus diisi lengkap dengan data-data klinik serta laboratorium
yang dapat menggambarkan proses pelayanan, pola pengobatan, morbilitas,
mortalitas, dan lama dirawat
b. Metode evaluasi perlu disempurnakan secara berkala agar sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
c. Penilaian klinik dan audit medis perlu didorong dan dilakukan di lingkungan
staf medis untuk menilai pelayanan intensif.

Universitas Sumatera Utara

2.5. Peralatan ICU


Alat dalam perawatan intensif adalah alat-alat monitor, dan alat pembantu
seperti ventilator, hemodialisa, dan berbagai alat lainnya termasuk defibrilator.
Alat-alat yang digunakan dalam ICU adalah sebagai berikut :
a. Alat radiologi
-

Mesin X-Ray portabel

USG

CT Scan

MRI

b. Alat respirasi
Alat pertolongan respirasi :
-

Masker Oksigen

Alat intubasi

Ventilator

Bronkoskopi

Alat-alat WSD

Alat pemantau respirasi :


-

Pengukuran lembab udara (humidifiers)

Gas analisa dan analisa asam basa

Alat pertolongan kardiovaskular

DC kardioversi

Pompa intra-aortik balon

Universitas Sumatera Utara

Cardiac pacing

Alat ginjal

Mesin hemodialisa

Perlengkapan lainnya

Kasur bertekanan

Selimut untuk panas dan dingin

Standar infus

Troli

Tirai berpindah

2.6. Monitoring pasien di ICU


Monitoring adalah salah satu tindakan yang dilakukan di ruang ICU.
Monitoring yang dilakukan bertujuan untuk memantau semua keadaan vital dan
menilai suatu tindakan termasuk pemberian obat yang dilakukan. (Tabrani, 2007)
Beberapa pemantauan yang dapat dilakukan di ICU :
1. Monitoring suhu tubuh
2. Monitoring tekanan darah
3. Monitoring Tekanan Vena Sentral
4. Monitoring Cardiac Output
5. Monitoring Respirasi
6. Monitoring Oksigen dan Karbondioksida
7. Monitoring urine

Universitas Sumatera Utara

8. Monitoring Elektrokardiografi
9. Monitoring Asam Basa
10. Monitoring Elektrolit
11. Monitoring pH intragastrik
12. Monitoring Serebral
Tugas seorang perawat yang bertugas di ICU yakni life support,
memonitor keadaan pasien, dan perubahan keadaan akibat pengobatan dan
mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Oleh karena itu diperlukan perawat
yang profesional dan terlatih dalam tim kerja (Tabrani, 2007).
Monitoring peralatan yang dilakukan di ruang ICU adalah sebagai berikut:
a. Tanda bahaya kegagalan pasokan gas
b. Tanda bahaya kegagalan pasokan oksigen
Alat yang secara otomatis teraktifasi untuk memonitor penurunan tekanan
pasokan oksigen, yang selalu terpasang di ventilator.
c. Pemantauan konsentrasi oksigen
Diperlukan untuk mengukur konsentrasi oksigen yang dikeluarkan oleh
ventilator atau sistem pernafasan.
d. Tanda bahaya kegagalan ventilator atau diskonsentrasi sistem pernafasan.
Pada penggunaan ventilator otomatis, harus ada alat yang dapat segera
mendeteksi kegagalan sistem pernafasan atau ventilator secara terus menerus.
e. Volume dan tekanan ventilator

Universitas Sumatera Utara

Volume yang keluar dari ventilator harus dipantau. Tekanan jalan nafas dan
tekanan sirkuit pernafasan harus terpantau terus menerus dan dapat
mendeteksi tekanan yang berlebihan.
f. Suhu alat pelembab (humidifier)
Ada tanda bahaya bila terjadi peningkatan suhu udara inspirasi.
g. Elektrokardiograf
Terpasang pada setiap pasien dan dipantau terus menerus.
h. Pulse oximetry
Harus tersedia untuk setiap pasien di ICU.
i. Emboli udara
Apabila pasien sedang menjalani hemodialisis, plasmapheresis, atau alat
perfusi, harus ada pemantauan untuk emboli udara.
j. Bila ada indikasi klinis harus tersedia peralatan untuk mengukur variabel
fisiologis lain seperti tekanan intra-arterial dan tekanan arteri pulmonalis,
curah jantung, tekanan inspirasi dan aliran jalan nafas, tekanan intrakranial,
suhu, transmisi neuromuskular,kadar CO 2 ekspirasi (Hanafi,2007).

2.7. Landasan Teori


Unit Perawatan Intensif adalah ruang perawatan terpisah yang berada
dalam rumah sakit, dikelola khusus untuk perawatan pasien dengan kegawatan
yang mengancam nyawa akibat penyakit, pembedahan atau trauma dan
diharapkan dapat disembuhkan (reversible), dan menjalani kehidupan sosial

Universitas Sumatera Utara

dengan terapi intensif yang menunjang fungsi vital tubuh pasien tersebut selama
masa kegawatan. Yang bertujuan agar ancaman kematian dapat dikurangi dan
harapan sembuh kembali normal dapat ditingkatkan (Depkes RI, 2003).
Fungsi utama ICU adalah untuk pasien kritis yang membutuhkan perhatian
medis dan alat-alat khusus, sehingga memudahkan pengamatan dan perawatan
oleh perawat yang sudah terlatih (WHO, 1992).
Standar ruang ICU yang memadai ditentukan desain yang baik dan
pengaturan ruang yang adekuat. Letak area ICU dibagi dalam pintu-pintu
rintangan. Pintu-pintu rintangan mempunyai fungsi untuk melindungi pasien yang
sekarat dari kuman-kuman. Ruangan sebaiknya diatur sedemikian rupa, sehingga
perawat dapat mengontrol pasien secara ergonomis, dapat mengontrol penerimaan
pasien, jalan masuk petugas, transportasi barang, dan bahan yang termasuk proses
kerja (WHO, 1992).
Letak ruangan ICU harus dekat dengan gedung gawat darurat,
laboratorium, radiologi, dan bedah supaya dapat diakses dengan cepat. Pasienpasien darurat yang memerlukan penanganan dan perawatan intensif dapat segera
dipindahkan ke ruang ICU dengan cepat. Ruang laboratorium dan radiologi harus
dekat dengan ruang ICU agar penanganan pasien di ruang ICU cepat ditangani
apabila diperlukan segera. Dan gedung harus terletak pada daerah yang tenang
(Depkes RI, 1991).
Monitoring adalah salah satu tindakan yang dilakukan perawat di ruang
ICU. Monitoring yang dilakukan bertujuan untuk memantau semua keadaan vital

Universitas Sumatera Utara

dan menilai suatu tindakan termasuk pemberian obat yang dilakukan pasien
(Tabrani, 2007).
Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai
perasaan puas, rasa senang dan kelegaan serta kenyamanan dalam melakukan
tindakan. Menurut Davis dan Newstrom (1993) kepuasan kerja adalah
seperangkat perasaan karyawan tentang menyenangkan atau tidaknya pekerjaan
mereka. Kepuasan kerja berhubungan dengan perasaan orang terhadap berbagai
aspek dari tugasnya, kondisi atau perancangan lingkungan kerjanya, juga
hubungannya dengan rekan kerjanya. Dengan demikian kepuasan kerja dalam
penelitian ini difokuskan pada kepuasan atas kondisi tempat kerja.

2.8. Kerangka Konsep Penelitian


Variabel Independen

Variabel Dependen

Desain Ruang ICU


1.Tata atur ruang ICU
dalam Rumah Sakit
2.Tata atur ruang ICU
3.Besaran ruang ICU
4. Kenyamanan fisik :
pencahayaan-penghawaan-kebisingan

Kepuasan Kerja
Perawat

Peralatan ICU

Gambar 2.4. Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan Gambar 2.4. di atas, diketahui variabel independen dalam


penelitian ini yaitu variabel desain ruang ICU meliputi tata atur ruang ICU dalam
Rumah Sakit, tata atur ruang ICU, besaran ruang ICU, kenyamanan fisik:
pencahayaan-penghawaan-kebisingan serta variabel peralatan ICU. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah kepuasan kerja perawat.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai