Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aluminium merupakan logam yang paling banyak dijumpai pada kulit bumi,
kandungannya sekitar 8,8% pada kulit bumi, tetapi tidak pernah ditemukan secara bebas di alam.
Unsur ini terdapat dalam biji bauksit, Al2O3.2H2O (kadarnya 35-60%), granit dan tanah liat.
Logam aluminium mudah bereaksi dengan oksigen. Reaksi logam aluminium dengan
oksigen akan menghasilkan aluminium oksida yang sangat tipis dan bersifat sangat keras, stabil
dan tidak berpori sehingga berperan sebagai pelindung terhadap permukaan logam di dalamnya.
Akibatnya, reaksi dengan oksigen dari udara akan berhenti setelah semua permukaan tertutup
rapat oleh lapisan oksidanya dan logam tersebut sudah tentu akan terhindar dari reaksi oksidasi
selanjutnya yang mana bila reaksi oksidasi ini terus berlanjut maka akan mengakibatkan korosi
atau proses pengkaratan.
Berdasarkan beberapa keterangan di atas maka percobaan mengenai oksidasi aluminium
ini amat penting untuk dilakukan agar didapatkan aluminium sesuai dengan yang diinginkan.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Menelaah kemungkinan peningkatan tebal lapisan oksida logam aluminium melalui
proses anodasi.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu:
1. Menentukan berat dan perubahan warna yang terjadi pada keping aluminium sebelum dan setelah
proses anodasi.
2. Menentukan rendamen yang diperoleh setelah proses anodasi.
1.3 Prinsip Percobaan

Proses anodasi yang terjadi pada keping aluminium melalui serangkain sel elektrokimia
dengan H2SO4 sebagai cairan elektrolit. Pewarnaan dilakukan pada keping aluminium hasil
oksidasi dengan cara mencelupkan kedalam larutan besi (III) klorida dan air mendidih.
TINJAUAN PUSTAKA
Aluminium (Latin: alumen, alum), orang-orang Yunani dan Romawi kuno menggunakan
alum sebagai cairan penutup pori-pori dan bahan penajam proses pewarnaan. Pada tahun 1761 de
Morveau mengajukan nama alumine untuk basa alum dan Lavoisier, pada tahun 1787, menebak
bahwa ini adalah oksida logam yang belum ditemukan. Metode untuk mengambil logam
aluminium adalah dengan cara mengelektrolisis alumina yang terlarut dalam cryolite. Metoda ini
ditemukan oleh Hall di AS pada tahun 1886 dan pada saat yang bersamaan oleh Heroult di
Perancis. Cryolite, bijih alami yang ditemukan di Greenland sekarang ini tidak lagi digunakan
untuk memproduksi aluminium secara komersil. Penggantinya adalah cariran buatan yang
merupakan campuran natrium, aluminium dan kalsium fluorida (Muhsin, 2006).
Banyak ilmuwan yang melaporkan implikasi teknis antara aluminium dengan logam
paduannya. Para ilmuwan ini menyatakan bahwa aluminium tahan terhadap korosi dan kuat
terhadap pengaruh mesin, bobot jenis rendah, suhu tinggi dan memiliki banyak manfaat.
Tuntutan dan pembuatan aluminium alloy yang berkualitas tinggi dengan praktik bubuk
metallurgy (PM) telah meluas, contoh terkecil untuk aeroskop dan tujuan automotif (Findik dan
Gocke, 2008).
Sifat bahan korosi dari aluminium diperoleh karena terbentuknya lapisan aluminium
oksida (Al2O3) pada permukaan aluminium. Lapisan ini membuat Al tahan korosi tetapi sekaligus
sukar dilas, karena perbedaan melting point (titik lebur). Aluminium umumnya melebur pada
temperatur 600C dan aluminium oksida melebur pada temperature 2000C. Kekuatan dan
kekerasan aluminium tidak begitu tinggi dengan pemaduan dan heat treatment dapat ditingkatkan

kekuatan dan kekerasannya. Aluminium komersil selalu mengandung ketidakmurnian 0,8%


biasanya berupa besi, silicon, tembaga dan magnesium. Sifat lain yang mnguntungkan dari
aluminium adalah sangat mudah difabrikasi, dapat dituang (dicor) dengan cara penuangan
apapun.
Dapat deforming dengan cara: rolling, drawing, forging, extrusi, dan lain-lain menjadi bentuk
yang rumit sekalipun (Suhariyani, 2008).
Terdapat beberapa teknik untuk mencegah korosi. Pelapisan permukaan dengan suatu
lapisan tak tertembuskan seperti cat, dapat mencegah masuknya udara lembab. Perlindungan ini
akan gagal dan menimbulkan malapetaka jika cat menjadi berpori. Bentuk lain pelapisan
permukaan dilakukan dengan galvanisasi, yaitu pelapisan benda besi dengan seng. Karena
potensial elektroda seng adalah -0,76 V, yang lebih negatif dari pasangan besi, maka korosi seng
dipermudah secara termodinamika, sehingga besi itu tertahan (seng itu bertahan karena
dilindungi oleh lapisan oksida terhidrasi) (Atkins, 1997).
Anoda adalah elektroda, bisa berupa logam maupun penghantar listrik lain, pada sel
elektrokimia yang terpolarisasi jika arus listrik mengalir ke dalamnya. Arus listrik mengalir
berlawanan dengan arah pergerakan elektron. Pada proses elektrokimia, baik sel galvanik
(baterai) maupun sel elektrolisis, anoda mengalami oksidasi. Perlu diperhatikan bahwa tidak
selalu anion (ion yang bermuatan negatif) bergerak menuju anoda, ataupun tidak selalu kation
(ion bermuatan positif) akan bergerak menjauhi anoda. Pergerakan anion maupun kation menuju
atau menjauh dari anoda tergantung dari jenis sel elektrokimianya (Anonim, 2008).
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan
Bahan-bahan yang dipakai pada percobaan ini adalah akuades, asam sulfat (H2SO4) 2 M,
tissu roll, keping logam aluminium, besi (III) klorida (FeCl3), amplas dan detergen.

3.2 Alat
Alat-alat yang dipakai pada percobaan ini adalah gelas kimia 50 mL, gelas kimia 250 mL,
alligator clips, stopwatch, power supply, pinset, neraca analitik, gunting, lap kasar, pemanas
listrik dan sumber arus listrik.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Proses Anodasi
Lempengan aluminium diamplas lalu digunting dan dilekukkan menyerupai silinder
sesuai dengan ukuran gelas kimia 50 mL. Lalu dijepit dengan menggunakan penjepit buaya dan
dihubungkan dengan kawat.
Kepingan aluminium lain digunting dengan ukuran 1,5 x 3 cm lalu dibersihkan, dicuci
dengan deterjen. Lempeng yang sudah dibersihkan tadi dikeringkan dengan tissu dan dipegang
dengan menggunakan pinset. Dihubungkan dengan kawat lain menggunakan penjepit buaya.
Dituangkan larutan asam sulfat 2 M ke dalam gelas kimia sampai dipertengahan silinder Keping
diletakkan tepat di tengah silinder aluminium dalam gelas kimia sedimikian rupa agar tidak
bersentuhan dengan silinder aluminium. Kemudian kedua kawat dihubungkan dengan tegangan
listrik.
3.3.2 Proses Pewarnaan
Disediakan 75 mL larutan besi (III) klorida yang mana larutan ini befungsi sebagai larutan
pewarna. Kemudian dipanaskan hingga mendidih dan kepingan aluminium hasil anodasi
dicelupkan ke dalam larutan pewarna ini selama 10 menit dan 15 menit. Setelah itu keping
dimasukkan ke dalam air panas dan diamati perubahannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Teknik anodasi (anodizing) merupakan suatu teknik yang digunakan untuk meningkatkan
perlindungan pada logam aluminium dari korosi atau proses perkaratan. Perlindungan ini berupa
penebalan lapisan oksida pada aluminium. Pada proses ini, logam aluminium ditempatkan pada
posisi anoda dalam proses elektrolisis larutan asam sulfat.
Aluminium oksida adalah sebuah senyawa kimia dari aluminium dan oksigen, dengan
rumus kimia Al2O3. Aluminium oksida adalah insulator (penghambat) panas dan listrik yang
baik. Umumnya Al2O3 terdapat dalam bentuk kristalin yang disebut corundum atau -aluminum
oksida. Al2O3 dipakai sebagai bahan abrasif dan sebagai komponen dalam alat pemotong karena
sifat kekerasannya.
Aluminium oksida berperan penting dalam ketahanan logam aluminium terhadap
perkaratan dengan udara. Logam aluminium sebenarnya amat mudah bereaksi dengan oksigen di
udara. Aluminium bereaksi dengan oksigen membentuk aluminium oksida, yang terbentuk
sebagai lapisan tipis yang dengan cepat menutupi permukaan aluminium. Lapisan ini melindungi
logam aluminium dari oksidasi lebih lanjut. Ketebalan lapisan ini dapat ditingkatkan melalui
proses anodisasi. Beberapa alloy (paduan logam), seperti perunggu aluminium, memanfaatkan
sifat ini dengan menambahkan aluminium pada alloy untuk meningkatkan ketahanan terhadap
korosi.
Al2O3 yang dihasilkan melalui anodisasi bersifat amorf, namun beberapa proses oksidasi
seperti plasma electrolytic oxydation menghasilkan sebagian besar Al2O3 dalam bentuk kristalin,
yang meningkatkan kekerasannya.
Proses peningkatan tebal lapisan oksida logam aluminium ini dilakukan dengan melalui
beberapa prosedur. Pertama-tama lempeng aluminium digunting lalu dilekukkan menyerupai
silinder sesuai ukuran gelas kimia kemudian dihubungkan dengan kawat. Lalu kepingan

aluminium lain (ukuran 1,5 x 3 cm) sebanyak 2 keping dibersihkan, dicuci dengan menggunakan
deterjen dan jika ingin memegang kepingan ini harus menggunakan pingset. Hal ini
dimaksudkan agar kepingan tersebut betul-betul bersih. Sebelum dihubungkan dengan kawat,
dua kepingan ini ditimbang pada neraca Ohaus. Adapun berat dari masing-masing kepingan yaitu
yang akan diamati pada suhu 10 menit, beratnya 0,3618 gram dan yang untuk 15 menit, beratnya
0,4083 gram. Dengan penjepit aligator, keping aluminium bersih dihubungkan dengan kawat
lain. Keping ini diletakkan persis ditengah silinder aluminium di dalam gelas kimia 50 mL,
diatur sedemikian rupa sehingga tidak bersentuhan dengan silinder. Ke dalam gelas kimia yang
berisi kedua keeping tersebut, dimasukkan larutan asam sulfat 2 M yang berfungsi sebagai
larutan elektrolit yaitu larutan yang dapat menghantarkan listrik. Kedua kabel tersebut
dihubungkan dengan sumber arus pada saat dimasukkan ke dalam larutan elektrolit dan seketika
itu pula nampak gelembung-gelembung gas di sekitar keping aluminium tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa telah terjadi proses elektrolisis dimana gelembung-gelembung gas tersebut
tidak lain adalah gas hidrogen yang dihasilkan dari asam sulfat yang mengalami proses reduksi
serta ion Al3+ dilepaskan pada anoda.
Kepingan aluminium ini mengalami anodasi maka keping aluminium yang telah
dianodasi tersebut, dimasukkan dalam larutan besi (III) klorida (FeCl 3). Hal ini bertujuan untuk
memberikan zat warna pada bagian logam atau keping logam aluminium yang telah mengalami
proses anodasi. Setelah itu, keping-keping logam aluminium yang telah berisi zat warna tersebut,
dimasukkan ke dalam air mendidih dengan tujuan mengakibatkan beberapa oksida akan
mengalami hidrasi dan mengembang dan dengan sendirinya akan menutupi pori-pori yang ada.
Kemudian keping aluminium dikeringkan dengan menggunakan tissu dan ditimbang pada neraca

analitik. Adapun berat yang didapatkan setelah proses anodasi ini yaitu keping yang diuji selama
10 menit beratnya 0,3578 gram dan 0,3905 gram untuk yang 15 menit.
Waktu anodasi (menit)
Hasil anodasi
10
++
15
+
Berdasarkan teori yang ada seharusnya berat yang diperoleh juga semakin meningkat dengan
bertambahnya waktu. Tapi hasil yang diperoleh tidaklah seperti demikian. Kesalahan ini
mungkin disebabkan oleh kekeliruan dan kecerobohan selama praktikum. Atau hal ini juga bisa
disebabkan
oleh
alat
dan
bahan
yang
digunakan.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Berat lempeng logam aluminium yang telah teranodasi yakni lempeng I yang diuji selama 10
menit beratnya 0,3578 gram dan lempeng II yang diuji selama 15 menit beratnya 0,3905 gram
2. Nilai rendamen untuk lempeng I yaitu -7,575% dan lempeng II yaitu -2,244%.
5.2 Saran
Sebaiknya bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu lempeng aluminiumnya
diganti karena sudah berkarat dan hal ini bisa menyebabkan hasil praktikum tidak maksimal.

Anodisasi Alumunium
Alumunium (Al) termasuk logam lunak, liat dan mudah ditempa. Alumunium
mempunyai sifat ringan, bercahaya dan daya hantar listrik. Adaya sifat ringan ini membuat
alumunium banyak digunakan pada industri pesawat terbang dan angkutan. Al mempunyai
afinitas yang besar terhadap oksigen, membentuk lapisan oksida yang terbentuk dialumini tipis,
maka melindungi korosi lapisan oksida ini harus tebal yang dapat dihasilkan dari proses
anodisasi.

Anodisasi alumunium adalah proses pembentukan oksida pada Al secara elektrolisa.


Anodisasi Al bertujuan sebagai berikut:
1. Menigkatkan ketahanan korosi
2. Meningkatkan adhesi
3. Memperbaiki Penampilan Dekoratif
4. Sebagai dasar untuk pelapisan lain
5. Meningkatkan tahanan listrik atau sebagai isolasi listrik
6. Meningkatkan ketahanan abrasi
Proses anodisasi ini di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti rapat arus, jenis larutan
elektrolit, pH larutan, konsentrasi larutan, temperatur operasi. Disamping itu perlu juga
diperhatikan pula proses persiapan permukaannya, karena apabila ada kotoran atau lemak yang
terbawa pada permukaan, maka hasil anodisasi akan kurang baik terhadap daya lekat maupun
sifat-sifatnya. Proses anodisasi Al juga di sebut anodic oxidation yang prinsipnya hampir sama
dengan proses pelapisan dengan cara lapis listrik (electroplating). Akan tetapi bedanya logam
yang akan dioksidasi ditempatkan sebagai anoda di dalam larutan elektrolit. Perbedaan lain ialah
larutan elektrolit yang digunakan bersifat asam dengan penyerah arus DC bertipe voltage dan
ampere tinggi. Katoda disini hanya berfungsi sebagai penghantar arus listrik, jadi tidak larut.
Katoda harus dari bahan logam yang tidak larut atau terkorosi di dalam larutan asam kuat
misalnya stainless steel, alumunium, titanium dll atau bahan dari grafit.
Perlatan utama dari proses anodisasi sam seperti yang digunakan pada proses pelapisan
secara listrik yaitu penyerah arus rectifier, elektroda katoda dan anoda, rak serta bak pada proses
anodisasi tidak menggunakan alat perndingin (thermostat). Fungsi dari alat-alat tersebut hampir
sama dengan yang digunakan pada proses lapis listrik yang telah dijelaskan pada sebelumnya
dilihat dari proses pemakaian dan kegunaannya. Proses anodisasi dapat dibagi menjadi 2 yaitu
untuk keperluan dekoratif dan keperluan protektif. Untuk keperluan yang bersifat dekoratif harus
tahan cuaca dan tahan warna. Jenis ini proses anodisasinya dilakukan diatas temperatur kamar,
sedangkan untuk yang bersifat protektif yaitu tahan terhadap proses korosi dan abrasi biasa
disebut anodisasi keras. Proses ini dilakukan di bawah temperatur kamar.
Selain alumuniun dan paduaannya, logam-logam seperti stainless steel, titanium dan
tembaga dapat juga dilakukan proses anodisasi, karena mempunyai sifat kedap air dan relatif
stabil. Proses anodisasi pada umumnya dilakukan pada temperatur yang lebih rendah, karena

gam I.

akan menghasilkan lapisan yang keras, dan porositasnya rendah. Bila dilakukan pada temperatur
tinggi lapisan yang akan terbentuk akan lebih poros sehingga daya tahan terhadap korosinya
terutama pada udara terbuka akan menurun dan karena bagian luar lapisannya sangat rapuh dan
mudah lepas.
Pemakaian arus searah akan menghasilkan lapisan yang lebih keras dan tahan korosi, tapi
lebih bersifat rapuh. Sifat ketahanan korosi akan bergantung pada proses pengerjaan akhir,
terutama proses sealing. Proses sealing bertujuan untuk menutupi atau melapisi pori-pori yang
tidak dapat di tutupi dengan proses anodisasi. Caranya mereaksikan lapisan hasil anodisasi
dengan H2O atau dengan larutan kimia lainnya.
Proses sealing akan sangat efektif apabila dilakukan dengan air biasa pada temperatur
didih atau larutan tertentu dengan pH yang tepat. Ke efektifan sealing akan berkurang jika
lapisan oksida yang terbentuk tidak rata, tidak keras dan banyak terdapat cacat atau rusak.
Tampak rupa, warna dan sifat-sifat lapisan oksida yang terbentk akibat pengaruh dari larutan
elektrolit dan jenis bahan yang dioksidasi.

Sumber :

Anda mungkin juga menyukai