Anda di halaman 1dari 47

Kimia Kuantum

Muhamad A. Martoprawiro

Daftar Isi
Daftar Isi

1 Persamaan Schr
odinger
1.1 Kimia Kuantum . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.2 Latar Belakang Sejarah Makanika Kuantum .
1.3 Prinsip Ketakpastian . . . . . . . . . . . . . . .
1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung-Waktu . .
1.5 Persamaan Schrodinger Tak-Bergantung Waktu
1.6 Kebolehjadian . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.7 Bilangan Kompleks . . . . . . . . . . . . . . . .

.
.
.
.
.
.
.

5
5
5
5
5
6
6
7

2 Partikel dalam Kotak


2.1 Partikel dalam Kotak 1 Dimensi . . . . . . . . . . . . . . . . .

9
9

.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.

3 Operator
13
3.1 Operator . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
3.2 Fungsi Eigen dan Nilai Eigen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
3.3 Operator Mekanika Kuantum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
4 Osilator Harmonik
15
4.1 Solusi Deret Pangkat untuk Persamaan Diferensial . . . . . . . 15
4.2 Getaran Harmonik Satu Dimensi . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
4.3 Vibrasi Molekul . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
5 Momentum Sudut
17
5.1 Penentuan Serentak Beberapa Sifat . . . . . . . . . . . . . . . . 17
5.2 Vektor . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
5.3 Momentum Sudut Sistem Satu Partikel . . . . . . . . . . . . . 18
6 Atom Hidrogen

19
2

DAFTAR ISI
6.1
6.2
6.3
6.4
6.5

Masalah Gaya-Terpusat Satu-Partikel . . . . . . . . . . . . . .


Partikel yang Tak Saling Berinteraksi dan Pemisahan Variabel
Perampingan Masalah Dua Partikel Menjadi Masalah SatuPartikel . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Rotor Kaku Dua-Partikel . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Atom Hidrogen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

3
19
20
21
21
22

7 Teorema Mekanika Kuantum

23

8 Metode Variasi

25

9 Teori Perturbasi

27

10 Spin Elektron dan Teorema Statistik-Spin

29

11 Atom Berelektron Banyak

31

12 Simetri Molekul

33

13 Struktur Elektron Molekul Diatom

35

14 Teorema Mekanika Kuantum Molekul

37

15 Struktur Elektron Molekul

39

16 Metode Korelasi-Elektron

41

17 Penanganan Mekanika Molekul dan Semiempirik terhadap


Molekul

43

18 Perbandingan Metode

45

Bab

Persamaan Schr
odinger
1.1

Kimia Kuantum

1.2

Latar Belakang Sejarah Makanika Kuantum

1.3

Prinsip Ketakpastian

1.4

Persamaan Schr
odinger Bergantung-Waktu

Postulat mekanika kuantum:


Setiap sistem memiliki fungsi gelombang (yang bergantung pada koordinat partikel-partikel) yang dapat menggambarkan keadaan sistem.
Setiap besaran klasik mempunyai padanannya dalam mekanika kuantum
berupa operator.
Untuk sistem yang bergantung waktu, fungsi gelombang satu partikel yang
bergerak pada ruang satu-dimensi memenuhi suatu persamaan yang dapat
dipostulatkan sebagai

~
~2 2
=
+ V (x, t)(x, t)
i t
2m x2

(1.1)

Persamaan di atas dikenal sebagai persamaan Schrodinger yang bergantung


waktu.
5


BAB 1. PERSAMAAN SCHRODINGER

1.5

Persamaan Schr
odinger Tak-Bergantung
Waktu

Dari persamaan Schr


odinger yang bergantung waktu, dapat diturunkan persamaan Schr
odinger yang tak-bergantung waktu (lihat Levine, hal. 13). Dari
penurunan ini, diperoleh persamaan Schrodinger tak-bergantung waktu, yaitu

~2 2
+ V (x)(x) = E(x)
2m x2

(1.2)

untuk partikel yang bergerak dalam ruang satu-dimensi.


Jika potensial pada persamaan (1.1) tak bergantung waktu, maka kedua
persamaan di atas saling berkaitan melalui persamaan
(x, t) = eiEt/~ (x)

1.6

(1.3)

Kebolehjadian

Salah satu definisi kebolehjadian diuraikan dengan kalimat-kalimat berikut.


Jika kita melakukan n percobaan, dan ternyata peristiwa A terjadi sebanyak
m kali, maka kebolehjadian untuk peristiwa A tersebut adalah m/n. Definisi ini bersifat memutar, karena kita ingin mendefinisikan kebolehjadian, tapi
kita harus mengasumsikan bahwa keluar setiap percobaan tersebut memiliki
kebolehjadian yang sama. Definisi lain, keboleh jadian untuk peristiwa A: jika
dilakukan N kali percobaan dan muncul M kali peristiwa A, maka kebolehjadian untuk peristiwa A tersebut adalah
lim

M
N

(1.4)

Interpretasi Born terhadap fungsi gelombang untuk sistem terkait dengan


konsep kebolehjadian. Kuadrat dari fungsi gelombang (atau perkalian antara fungsi gelombang dengan kompleks konjugatnya) mempunyai makna fisik
kebolehjadian per satuan ukuran ruang, yang secara singkat disebut rapat
kebolehjadian. Untuk partikel dalam ruang 1-dimensi, rapat kebolehjadian
adalah kebolehjadian per satuan panjang. Untuk partikel dalam ruang 3dimensi, rapat kebolehjadian adalah kebolehjadian per satuan volume. Jadi,
untuk partikel dalam ruang 1-dimensi:
2 =

dP
dx

(1.5)

1.7. BILANGAN KOMPLEKS

Berdasarkan persamaan terakhir, kita dapat menentukan kebolehjadian


untuk menemukan partikel yang bergerak dalam ruang 1-dimensi, melalui
persamaan
Z
P = 2 dx
(1.6)
Jadi, bagaimanakah kita dapat menentukan kebolehjadian untuk menemukan
partikel di antara x = a dan x = b?
Z
P =

2 dx

(1.7)

Selain itu, karena kita yakin bahwa partikel itu ada, maka
Z
P =
2 dx = 1

(1.8)

Fungsi gelombang yang memenuhi persamaan terakhir disebut sebagai fungsi


gelombang yang ternormalkan (normalized ). Proses untuk membuat agar
fungsi gelombang memenuhi persamaan tersebut disebut proses normalisasi.

1.7

Bilangan Kompleks

Karena fungsi gelombang dapat berupa bilangan kompleks, maka kita harus
memahami bilangan kompleks dan sifat-sifatnya.
Bilangan kompleks z adalah bilangan dengan bentuk
z = a + ib

(1.9)

dengan i = 1. (Baca Levine hal. 17 untuk mengetahui bilangan kompleks


lebih jauh).

Bab

Partikel dalam Kotak


2.1

Partikel dalam Kotak 1 Dimensi

Partikel dalam kotak satu dimensi berarti partikel yang lintasan gerakannya
berupa garis lurus, dengan pembatas di kedua ujung. Untuk pembahasan
kita, digunakan asumsi: (1) gerak tanpa gesekan, (2) batas di kedua ujung tak
tertembus, (3) partikel tidak berada dalam medan potensial selama geraknya
dalam kotak.
Penyelesaian tahap-demi-tahap dengan formalisme Schrodinger tak-bergantung
waktu:
1. Tulis ungkapan energi total menurut mekanika klasik.
Et = T + V =

p2x
+0
2m

(2.1)

ketika berada di dalam kotak. Lambang energi total dapat ditulis sebagai H.
2. Ubah ungkapan energi total menjadi operator energi total (yang disebut operator hamiltonian) dengan menggunakan postulat Schrodinger
tentang operator.
2
2
=~ d
H
2m dx2

(2.2)

3. Menurut postulat Schr


odinger yang lain, partikel akan memenuhi per9

10

BAB 2. PARTIKEL DALAM KOTAK


samaan
= E
H

~2

d2

2m dx2

= E

(2.3)
(2.4)

sehingga diperoleh persamaan (diferensial) Schrodinger tak-bergantung


waktu. Dengan sedikit penyusunan ulang, diperoleh
d2
2mE
= 2
2
dx
~

(2.5)

4. Cari solusi persamaan diferensial Schrodinger. Sementara kita gunakan


fungsi sederhana dengan penalaran sederhana. Solusi yang mungkin
untuk persamaan tersebut adalah: (1) (x) = A sin kx, (2) (x) =
A cos kx, (3) (x) = Aeikx .
5. Berdasarkan sifat fungsi gelombang yang harus bersifat kontinu, maka
nilai fungsi gelombang di tepi kotak harus sama dilihat dari sudut pandang luar-kotak atau dalam-kotak. Berdasarkan hal ini, maka salah satu
fungsi yang memenuhi syarat tersebut di ujung kiri adalah = A sin kx.
Fungsi ini memenuhi syarat batas ujung kiri, yaitu (0) = 0. Syarat
batas ujung kanan harus pula dipenuhi, yaitu
(a) = 0

(2.6)

A sin ka = 0

(2.7)

Agar ini terpenuhi, maka ka = , 2, 3, ..., n. Yang menarik, dari


syarat batas ini, kita bisa membuktikan bahwa sistem kuantum menghasilkan energi yang terkuantisasi.
6. Nilai A dapat ditentukan berdasarkan pengetahuan bahwa kebolehjadian
untuk menemukan partikel dalam kotak (antara x = 0 hingga x = a
adalah 1.
Px=0x=a = 1
Z a
2 dx = 1

(2.8)
(2.9)

PR =

(2.10)

Proses menentukan nilai A, yaitu nilai koefisien di depan fungsi gelombang, disebut sebagai normalisasi atau penormalan.

2.1. PARTIKEL DALAM KOTAK 1 DIMENSI

11

Kurva fungsi gelombang untuk berbagai tingkat energi (n = 1, 2, ...) dapat


digambarkan di bawah ini. Kuadrat dari fungsi-fungsi gelombang tersebut,
yang menggambarkan rapat kebolehjadian untuk menemukan partikel dalam
kotak, digambarkan di bagian kanan. (Bayangkan).
Pembahasan interpretasi Born terhadap kuadrat fungsi gelombang di atas
menghasilkan kesimpulan bahwa distribusi kebolehjadian partikel dalam kotak, terutama pada tingkat-tingkat energi yang rendah, bersifat tidak merata.

Bab

Operator
3.1

Operator

Suatu operator adalah sebuah aturan perubahan suatu fungsi menjadi fungsi
yang lain. Contoh operator antara lain: d/dx, 5, dll. Operator dalam kimia
maka
kuantum harus bersifat linier. Misalkan operator tersebut adalah D,

syarat sifat operator linier adalah D(f (x) + g(x)) = Df (x) + Dg(x), dan

(x)).
D(af
(x)) = a(Df
(x) =
Kita definisikan jumlah dan selisih dua operator, yaitu: (A + B)f
(x) + Bf
(x). Sedangkan perkalian operator didefinisikan sebagai berikut:
Af

Bf
(x)). Pada umumnya, operator tidak bersifat komutatif
(AB)f (x) = A(
6= B
A.
Untuk sifat ini, didefinisikan operator
terhadap perkalian, artinya AB
komutator, yaitu
i
h
B
= AB
B
A
A,
(3.1)
dikatakan komut (commute).
Jika komutator bernilai nol, maka A dan B

3.2

Fungsi Eigen dan Nilai Eigen

Untuk operator-operator tertentu, yang dioperasikan pada fungsi tertentu, kadang diperoleh hasil operasi berupa kelipatan dari fungsi semula. Untuk kasus
ini, dikatakan bahwa fungsi tersebut merupakan fungsi eigen untuk operator
tersebut, dengan nilai eigen berupa angka kelipatan tersebut. Sebagai contoh,
jika
(x) = kf (x)
Af
(3.2)
maka dikatakan ..
13

14

3.3

BAB 3. OPERATOR

Operator Mekanika Kuantum

Dalam mekanika kuantum, besaran dinamik momentum mempunyai padanan operator .. dan besaran dinamik posisi, memiliki padanan operator ...
Operator Hamiltonian merupakan operator energi total (yaitu jumlah energi kinetik dan energi potensial) dengan mengganti ungkapan energi tersebut
dengan operator momentum dan posisi.
Untuk sistem yang tak bergantung waktu, Schrodinger menyatakan bahwa fungsi gelombang sistem tersebut merupakan fungsi eigen untuk operator
Hamiltonian, dengan nilai eigen berupa energi total yang teramati. Persamaan yang diperoleh berdasarkan prinsip ini disebut persamaan (diferensial)
Schr
odinger tak bergantung waktu. Jika sistem tersebut berupa sistem yang
terbatas, maka energi total tersebut akan terkuantisasi, yang dibuktikan
lewat penyelesaian persamaan Schrodinger. Dengan demikian, persamaan diferensial Schr
odinger tak bergantung waktu adalah

H..

(3.3)

Untuk partikel yang bergerak dalam ruang 1 dimensi, persamaannya menjadi




~2 d2

+ V (x) i (x) = Ei i (x)


(3.4)
2m dx2
Sekali lagi, kuantisasi i terjadi jika gerak partikel tersebut dibatasi.

Bab

Osilator Harmonik
4.1

Solusi Deret Pangkat untuk Persamaan


Diferensial

Misalnya:
y(x) + c2 y(x) = 0

(4.1)

Kita bisa selesaikan dengan sederhana, karena berupa persamaan diferensial


orde 2 dengan koefisien tetap.
D2 y + c2 y = 0
2

(4.2)

(D + c )y = 0

(4.3)

(D + ic)(D ic)y = 0

(4.4)

Solusi persamaan diferensial ini adalah: y = C1 eicx + C2 e+icx


Persamaan diferensial tersebut dapat pula diselesaikan dengan solusi deretpangkat.

4.2

Getaran Harmonik Satu Dimensi

4.3

Vibrasi Molekul

Kita batasi pembahasan pada molekul diatom. Dibandingkan dengan pembahasan lalu, dua hal harus diperbaiki: (1) getaran tidak hanya melibatkan
satu partikel saja, (2) energi potensial tidak berupa potensial harmonik, tapi
semacam potensial Morse.
15

16

BAB 4. OSILATOR HARMONIK

Untuk hal pertama, ternyata dapat dibuktikan bahwa frekuensi getaran


dua benda yang dihubungkan dengan pegas (untuk memodelkan molekul diatom) sama dengan frekuensi getaran satu benda, tapi dengan massa yang
sama dengan massa tereduksi 2 benda. Massa tereduksi 2 atom yang massanya berturut-turut m1 dan m2 adalah ..
Gerakan molekul diatom terdiri atas gerakan internal dan gerakan pusat
massa. Gerakan internal terdiri atas 2 macam gerakan: gerak vibrasi dan
gerak rotasi, sedangkan gerak pusat massa bisa disebut sebagai gerak translasi.
Perbaikan terhadap potensial yang bekerja pada gerak vibrasi molekul
diatom menyebabkan jarak antar tingkat energi vibrasi berubah, terutama
pada tingkat-tingkat energi yang tinggi. Karena daerah gerak di tingkat energi
yang tinggi semakin lebar (lihat potensial Morse), maka jarak antar tingkat
energi semakin rapat. Nilai k untuk molekul diatom diperoleh dari turunan
kedua ungkapan energi potensial vibrasi pada titik setimbang (titik dengan
energi terendah).
Salah satu pendekatan untuk mengoreksi energi vibrasi molekul diatom:
1
1
Evib = (v + )he (v + )2 he xe
2
2

(4.5)

Bagaimana molekul dapat berpindah dari satu tingkat energi vibrasi ke


tingkat energi yang lain? Untuk berpindah ke tingkat yang lebih tinggi, bisa
dengan cara: (1) menyerap foton (gelombang infra merah), (2) transfer energi
vibrasi atau translasi dari molekul lain, (3) transfer energi dari vibrasi atom
dalam padatan (dari fonon). Untuk berpindah ke tingkat yang lebih rendah,
sulit dengan cara pemancaran gelombang infra merah. Untuk penyerapan
gelombang infra merah, hanya modus vibrasi yang menyebabkan terjadinya
perubahan momen dipol yang dapat menyerapnya. Frekuensi foton yang diserap dapat dihitung dengan:

Bab

Momentum Sudut
5.1

Penentuan Serentak Beberapa Sifat

Untuk beberapa besaran tertentu, akurasi penentuan dua besaran tidak bisa
ditingkatkan secara serentak. Jika kita meningkatkan akurasi salah satu besaran, maka akurasi besaran yang lain akan berkurang (prinsip Heisenberg).
Untuk besaran yang saling mempengaruhi seperti ini, maka operator kedua
besaran tersebut akan tidak bersifat komutatif.
6= B
A
AB

(5.1)

Untuk menyederhanakan pembahasan tentang hal di atas, didefinisikan


operasi yang disebut komutator:
B]
= AB
B
A
[A,

(5.2)

Dengan operator komutator, hasil kali kesalahan minimum dua besaran bisa
dihitung dengan

Z

1

(5.3)
AB = [A, B]d
2
Contoh dua besaran yang komutator dari operator besaran tersebut tidak
nol adalah posisi dan momentum linier. (Silakan dibuktikan bahwa komutatornya tidak nol).

5.2

Vektor

Lihat kembali: jumlah dan selisih vektor, perkalian titik, perkalian silang,
konsep ortogonal, panjang vektor.
17

18

5.3

BAB 5. MOMENTUM SUDUT

Momentum Sudut Sistem Satu Partikel

Momentum sudut partikel dengan posisi r dan momentum p adalah


L=rp

(5.4)

Operator untuk momentum sudut dapat ditentukan, dengan mengubah


momentum p di atas menjadi operator momentum, lalu selesaikan perkalian
silang tersebut. Dari perkalian silang itu diperoleh operator Lx , Ly , dan Lz .
Sifat kuantum penting dari momentum sudut dapat dibuktikan dari operatoroperator tersebut, yaitu:
... artinya nilai Lz dan Lx tidak bisa secara serentak bernilai akurat, artinya
tidak bisa terkuantisasi secara serentak.
... artinya idem
... artinya idem
.. artinya idem (4,5,6)
Tapi, karena (1,2,3), konsekuensinya kita harus memilih salah satu saja dari
(4,5,6).
Nilai momentum sudut berbanding lurus dengan l(l + 1), dengan l adalah
bilangan kuantum azimut, sedangkan momentum sudut arah Z (yaitu arah
yang kita pilih berdasarkan pembahasan di atas), berbanding lurus dengan
m, yaitu bilangan kuantum magnetik.
Fungsi gelombang untuk benda berputar dapat dilihat pada halaman 114
untuk komponen variabel , sedangkan komponen yang mengandung variabel
adalah eim .

Bab

Atom Hidrogen
6.1

Masalah Gaya-Terpusat Satu-Partikel

Berbeda dengan masalah partikel dalam kotak, yang dapat diselesaikan dengan sistem koordinat Cartesius, masalah sistem dengan gaya-terpusat memerlukan koordinat polar. Elemen volume dalam koordinat Cartesius adalah
dxdydz sedangkan dalam koordinat polar adalah r2 sin drdd. Di samping
itu, diperlukan Laplacian dalam koordinat polar, yaitu
2 =

2
2
2
1 2
1

1
+
+
+
cot

+
r2 r r r2 2 r2
r2 sin2 2

(6.1)

Hamiltonian klasik untuk partikel dalam medan-terpusat adalah


H =T +V =

p2
+ V (r)
2m

(6.2)

Dengan demikian Hamiltonian kuantum untuk sistem itu adalah


2
= ~ 2 + V (r)
H
2m

(6.3)

Persamaan diferensial Schr


odinger untuk partikel tersebut adalah
= E
H

(6.4)

Kita dapat menyatakan Laplacian dalam koordinat polar di atas, berdasarkan operator kuadrat momentum sudut.
2 =

1 2
2
2
+
2 2L
2
r
r r r ~
19

(6.5)

20

BAB 6. ATOM HIDROGEN

Solusi dari persamaan diferensial Schrodinger suku ketiga dengan menggunakan Laplacian terakhir, dapat ditunjukkan dalam persamaan berikut:
2 = l(l + 1)~2 ,
L

l = 0, 1, 2, ...

(6.6)

Sedangkan, dengan cara yang sama dengan penyelesaian kasus gerak melingkar
di bab sebelumnya, kita dapat memperoleh persamaan eigen untuk komponen
momentum sudut dalam arah Z:
z = m~,
L

m = l, l + 1, ..., 0, ..., +l

(6.7)

Solusi suku ketiga di atas, kita substitusi ke dalam persamaan diferensial


Schr
odinger untuk partikel dalam gaya-terpusat, sehingga diperoleh

H




~2 2
2
1 2

+
2 2L
+ V (r)
2
2m r
r r r ~


~2 2 2
1 2

+
2 2 L + V (r)
2m r2
r r
r ~
 2

2
~
2
1
2

l(l
+
1)~

+ V (r)
2m r2
r r
r2 ~2


~2 2 2
l(l + 1) 2

+
+
~ + V (r)
2
2m r
r r
2mr2

= E

(6.8)

= E

(6.9)

= E

(6.10)

= E

(6.11)

= E

(6.12)

Persamaan terakhir sama dengan persamaan (6.15) pada buku Levine.


Selanjutnya, kita pecah fungsi gelombang , menjadi
= R(r)Ylm (, )

(6.13)

Dengan mensubstitusi persamaan terakhir ke persamaan sebelumnya, diperoleh




~2
2 0
l(l + 1) 2

R + R +
~ R + V (r)R = ER
(6.14)
2m
r
2mr2

6.2
...

Partikel yang Tak Saling Berinteraksi dan


Pemisahan Variabel

6.3. PERAMPINGAN MASALAH DUA PARTIKEL MENJADI


MASALAH SATU-PARTIKEL

6.3

21

Perampingan Masalah Dua Partikel Menjadi


Masalah Satu-Partikel

Gerak elektron mengelilingi inti atom yang menghasilkan gaya terpusat (di
inti) dapat disederhanakan menjadi gerak satu partikel dalam medan terpusat
(tetapi di pusat medan tersebut tak terdapat partikel sama sekali). Ternyata,
agar dihasilkan solusi energi dan fungsi gelombang yang sama, massa partikel
pada kasus pengganti tersebut haruslah berupa massa tereduksi.

6.4

Rotor Kaku Dua-Partikel

Rotor kaku dua partikel merupakan pendekatan terhadap rotasi molekul diatom, tetapi dengan pengabaian vibrasi molekul. Ternyata, gerak 2 partikel
tersebut dapat digantikan dengan gerak melingkar satu partikel terhadap suatu pusat rotasi, dengan massa partikel tersebut sama dengan massa tereduksi
kedua partikel semula.
Pada gerak ini, fungsi gelombangnya adalah
= Ylm (, )

(6.15)

Penyelesaian persamaan Schr


odinger untuk sistem ini menghasilkan energi
partikel yang terkuantisasi, yaitu
EJ =

J(J + 1)~2
,
2d2

J = 0, 1, 2, ...

(6.16)

Silakan Anda membuktikan bahwa momen inersia sistem dua partikel:


I = mi ri2

(6.17)

dengan ri adalah jarak partikel masing-masing ke pusat massa sistem, akan


sama dengan
I = d2
(6.18)
Jadi, energi sistem di atas dapat ditulis sebagai
EJ =

J(J + 1)~2
,
2I

J = 0, 1, 2, ...

(6.19)

Pembilang dari persamaan terakhir adalah kuadrat dari momentum sudut molekul diatom (yang dianggap kaku), yang ternyata persis sama dengan
rumus untuk momentum sudut partikel yang berputar akibat medan-gaya terpusat.

22

BAB 6. ATOM HIDROGEN

Energi partikel ini dapat berubah dari satu tingkat ke tingkat yang lain,
tetapi harus mengikuti aturan seleksi:
J = 1

6.5

(6.20)

Atom Hidrogen

Hamiltonian klasik untuk atom hidrogen, dengan menggunakan transformasi di atas, adalah
p2
1 e2
H =T +V =

(6.21)
2 4o r
Jika kita menggunakan satuan atom, yaitu energi dalam Hartree, jarak dalam
jari-jari Bohr, muatan dalam satuan muatan elektron, dan seterusnya, maka
Hamiltonian klasik menjadi
H =T +V =

p2
e2

2m
r

(6.22)

Dengan demikian, persamaan diferensial Schrodinger untuk atom hidrogen


adalah


~2 2 e2


= E
(6.23)
2m
r
sedangkan untuk atom serupa hidrogen (hydrogen-like atom)

~2 2
Ze2

= E
2m
r

(6.24)

Patut dicatat bahwa persamaan Schrodinger di atas menggunakan satuan


atom atau satuan CGS. Untuk yang terakhir, muatan diukur dalam statCoulomb, jarak dalam cm, dan seterusnya. Konversi satuan dapat dilihat di
http://www.chemie.fu-berlin.de/chemistry/general/units en.html.
Untuk menyelesaikan persamaan Schrodinger ini, kita andaikan fungsi gelombang untuk atom hidrogen dapat dipisahkan variabelnya, antara variabel
sudut dan variabel jarak dari inti (fungsi gelombang radial dan fungsi gelombang angular).
...
Solusi untuk fungsi sudut atau fungsi angular, persis sama dengan solusi
untuk momentum angular, dimana untuk bilangan kuantum m = 0, solusinya
berupa fungsi nyata (real), sedangkan untuk m 6= 0, kita harus menjumlahkan
atau mengurangkan solusi sudut untuk m = +k dan m = k. Solusi untuk fungsi radial dapat diselesaikan untuk keadaan tak terikat dengan jarak

6.5. ATOM HIDROGEN

23

yang jauh, dan keadaan terikat. Untuk keadaan tak terikat, dianggap r = ,
dan solusinya berupa fungsi periodik. Untuk keadaan terikat, maka fungsi
r terdiri atas: (1) fungsi polinom, (2) fungsi eksponensial. Fungsi polinom
menghasilkan distribusi kebolehjadian terhadap r yang bergelombang, sedangkan fungsi eksponensial memberikan nilai yang secara asimtotik menuju
nol dengan membesarnya r.

Bab

Teorema Mekanika Kuantum

25

Bab

Metode Variasi

27

Bab

Teori Perturbasi

29

Bab

Spin Elektron dan Teorema


Statistik-Spin

31

10

Bab

Atom Berelektron Banyak

33

11

Bab

Simetri Molekul

35

12

Bab

Struktur Elektron Molekul


Diatom

37

13

Bab

Teorema Mekanika Kuantum


Molekul

39

14

Bab

Struktur Elektron Molekul

41

15

Bab

Metode Korelasi-Elektron

43

16

Bab

Penanganan Mekanika Molekul


dan Semiempirik terhadap
Molekul

45

17

Bab

Perbandingan Metode

47

18

Anda mungkin juga menyukai