Kimia Kuantum
Kimia Kuantum
Muhamad A. Martoprawiro
Daftar Isi
Daftar Isi
1 Persamaan Schr
odinger
1.1 Kimia Kuantum . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.2 Latar Belakang Sejarah Makanika Kuantum .
1.3 Prinsip Ketakpastian . . . . . . . . . . . . . . .
1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung-Waktu . .
1.5 Persamaan Schrodinger Tak-Bergantung Waktu
1.6 Kebolehjadian . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.7 Bilangan Kompleks . . . . . . . . . . . . . . . .
.
.
.
.
.
.
.
5
5
5
5
5
6
6
7
9
9
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
3 Operator
13
3.1 Operator . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
3.2 Fungsi Eigen dan Nilai Eigen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
3.3 Operator Mekanika Kuantum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
4 Osilator Harmonik
15
4.1 Solusi Deret Pangkat untuk Persamaan Diferensial . . . . . . . 15
4.2 Getaran Harmonik Satu Dimensi . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
4.3 Vibrasi Molekul . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
5 Momentum Sudut
17
5.1 Penentuan Serentak Beberapa Sifat . . . . . . . . . . . . . . . . 17
5.2 Vektor . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
5.3 Momentum Sudut Sistem Satu Partikel . . . . . . . . . . . . . 18
6 Atom Hidrogen
19
2
DAFTAR ISI
6.1
6.2
6.3
6.4
6.5
3
19
20
21
21
22
23
8 Metode Variasi
25
9 Teori Perturbasi
27
29
31
12 Simetri Molekul
33
35
37
39
16 Metode Korelasi-Elektron
41
43
18 Perbandingan Metode
45
Bab
Persamaan Schr
odinger
1.1
Kimia Kuantum
1.2
1.3
Prinsip Ketakpastian
1.4
Persamaan Schr
odinger Bergantung-Waktu
~
~2 2
=
+ V (x, t)(x, t)
i t
2m x2
(1.1)
BAB 1. PERSAMAAN SCHRODINGER
1.5
Persamaan Schr
odinger Tak-Bergantung
Waktu
~2 2
+ V (x)(x) = E(x)
2m x2
(1.2)
1.6
(1.3)
Kebolehjadian
M
N
(1.4)
dP
dx
(1.5)
2 dx
(1.7)
Selain itu, karena kita yakin bahwa partikel itu ada, maka
Z
P =
2 dx = 1
(1.8)
1.7
Bilangan Kompleks
Karena fungsi gelombang dapat berupa bilangan kompleks, maka kita harus
memahami bilangan kompleks dan sifat-sifatnya.
Bilangan kompleks z adalah bilangan dengan bentuk
z = a + ib
(1.9)
Bab
Partikel dalam kotak satu dimensi berarti partikel yang lintasan gerakannya
berupa garis lurus, dengan pembatas di kedua ujung. Untuk pembahasan
kita, digunakan asumsi: (1) gerak tanpa gesekan, (2) batas di kedua ujung tak
tertembus, (3) partikel tidak berada dalam medan potensial selama geraknya
dalam kotak.
Penyelesaian tahap-demi-tahap dengan formalisme Schrodinger tak-bergantung
waktu:
1. Tulis ungkapan energi total menurut mekanika klasik.
Et = T + V =
p2x
+0
2m
(2.1)
ketika berada di dalam kotak. Lambang energi total dapat ditulis sebagai H.
2. Ubah ungkapan energi total menjadi operator energi total (yang disebut operator hamiltonian) dengan menggunakan postulat Schrodinger
tentang operator.
2
2
=~ d
H
2m dx2
(2.2)
10
~2
d2
2m dx2
= E
(2.3)
(2.4)
(2.5)
(2.6)
A sin ka = 0
(2.7)
(2.8)
(2.9)
PR =
(2.10)
Proses menentukan nilai A, yaitu nilai koefisien di depan fungsi gelombang, disebut sebagai normalisasi atau penormalan.
11
Bab
Operator
3.1
Operator
Suatu operator adalah sebuah aturan perubahan suatu fungsi menjadi fungsi
yang lain. Contoh operator antara lain: d/dx, 5, dll. Operator dalam kimia
maka
kuantum harus bersifat linier. Misalkan operator tersebut adalah D,
syarat sifat operator linier adalah D(f (x) + g(x)) = Df (x) + Dg(x), dan
(x)).
D(af
(x)) = a(Df
(x) =
Kita definisikan jumlah dan selisih dua operator, yaitu: (A + B)f
(x) + Bf
(x). Sedangkan perkalian operator didefinisikan sebagai berikut:
Af
Bf
(x)). Pada umumnya, operator tidak bersifat komutatif
(AB)f (x) = A(
6= B
A.
Untuk sifat ini, didefinisikan operator
terhadap perkalian, artinya AB
komutator, yaitu
i
h
B
= AB
B
A
A,
(3.1)
dikatakan komut (commute).
Jika komutator bernilai nol, maka A dan B
3.2
Untuk operator-operator tertentu, yang dioperasikan pada fungsi tertentu, kadang diperoleh hasil operasi berupa kelipatan dari fungsi semula. Untuk kasus
ini, dikatakan bahwa fungsi tersebut merupakan fungsi eigen untuk operator
tersebut, dengan nilai eigen berupa angka kelipatan tersebut. Sebagai contoh,
jika
(x) = kf (x)
Af
(3.2)
maka dikatakan ..
13
14
3.3
BAB 3. OPERATOR
Dalam mekanika kuantum, besaran dinamik momentum mempunyai padanan operator .. dan besaran dinamik posisi, memiliki padanan operator ...
Operator Hamiltonian merupakan operator energi total (yaitu jumlah energi kinetik dan energi potensial) dengan mengganti ungkapan energi tersebut
dengan operator momentum dan posisi.
Untuk sistem yang tak bergantung waktu, Schrodinger menyatakan bahwa fungsi gelombang sistem tersebut merupakan fungsi eigen untuk operator
Hamiltonian, dengan nilai eigen berupa energi total yang teramati. Persamaan yang diperoleh berdasarkan prinsip ini disebut persamaan (diferensial)
Schr
odinger tak bergantung waktu. Jika sistem tersebut berupa sistem yang
terbatas, maka energi total tersebut akan terkuantisasi, yang dibuktikan
lewat penyelesaian persamaan Schrodinger. Dengan demikian, persamaan diferensial Schr
odinger tak bergantung waktu adalah
H..
(3.3)
Bab
Osilator Harmonik
4.1
Misalnya:
y(x) + c2 y(x) = 0
(4.1)
(4.2)
(D + c )y = 0
(4.3)
(D + ic)(D ic)y = 0
(4.4)
4.2
4.3
Vibrasi Molekul
Kita batasi pembahasan pada molekul diatom. Dibandingkan dengan pembahasan lalu, dua hal harus diperbaiki: (1) getaran tidak hanya melibatkan
satu partikel saja, (2) energi potensial tidak berupa potensial harmonik, tapi
semacam potensial Morse.
15
16
(4.5)
Bab
Momentum Sudut
5.1
Untuk beberapa besaran tertentu, akurasi penentuan dua besaran tidak bisa
ditingkatkan secara serentak. Jika kita meningkatkan akurasi salah satu besaran, maka akurasi besaran yang lain akan berkurang (prinsip Heisenberg).
Untuk besaran yang saling mempengaruhi seperti ini, maka operator kedua
besaran tersebut akan tidak bersifat komutatif.
6= B
A
AB
(5.1)
(5.2)
Dengan operator komutator, hasil kali kesalahan minimum dua besaran bisa
dihitung dengan
Z
1
(5.3)
AB = [A, B]d
2
Contoh dua besaran yang komutator dari operator besaran tersebut tidak
nol adalah posisi dan momentum linier. (Silakan dibuktikan bahwa komutatornya tidak nol).
5.2
Vektor
Lihat kembali: jumlah dan selisih vektor, perkalian titik, perkalian silang,
konsep ortogonal, panjang vektor.
17
18
5.3
(5.4)
Bab
Atom Hidrogen
6.1
Berbeda dengan masalah partikel dalam kotak, yang dapat diselesaikan dengan sistem koordinat Cartesius, masalah sistem dengan gaya-terpusat memerlukan koordinat polar. Elemen volume dalam koordinat Cartesius adalah
dxdydz sedangkan dalam koordinat polar adalah r2 sin drdd. Di samping
itu, diperlukan Laplacian dalam koordinat polar, yaitu
2 =
2
2
2
1 2
1
1
+
+
+
cot
+
r2 r r r2 2 r2
r2 sin2 2
(6.1)
p2
+ V (r)
2m
(6.2)
(6.3)
(6.4)
Kita dapat menyatakan Laplacian dalam koordinat polar di atas, berdasarkan operator kuadrat momentum sudut.
2 =
1 2
2
2
+
2 2L
2
r
r r r ~
19
(6.5)
20
Solusi dari persamaan diferensial Schrodinger suku ketiga dengan menggunakan Laplacian terakhir, dapat ditunjukkan dalam persamaan berikut:
2 = l(l + 1)~2 ,
L
l = 0, 1, 2, ...
(6.6)
Sedangkan, dengan cara yang sama dengan penyelesaian kasus gerak melingkar
di bab sebelumnya, kita dapat memperoleh persamaan eigen untuk komponen
momentum sudut dalam arah Z:
z = m~,
L
m = l, l + 1, ..., 0, ..., +l
(6.7)
H
~2 2
2
1 2
+
2 2L
+ V (r)
2
2m r
r r r ~
~2 2 2
1 2
+
2 2 L + V (r)
2m r2
r r
r ~
2
2
~
2
1
2
l(l
+
1)~
+ V (r)
2m r2
r r
r2 ~2
~2 2 2
l(l + 1) 2
+
+
~ + V (r)
2
2m r
r r
2mr2
= E
(6.8)
= E
(6.9)
= E
(6.10)
= E
(6.11)
= E
(6.12)
(6.13)
R + R +
~ R + V (r)R = ER
(6.14)
2m
r
2mr2
6.2
...
6.3
21
Gerak elektron mengelilingi inti atom yang menghasilkan gaya terpusat (di
inti) dapat disederhanakan menjadi gerak satu partikel dalam medan terpusat
(tetapi di pusat medan tersebut tak terdapat partikel sama sekali). Ternyata,
agar dihasilkan solusi energi dan fungsi gelombang yang sama, massa partikel
pada kasus pengganti tersebut haruslah berupa massa tereduksi.
6.4
Rotor kaku dua partikel merupakan pendekatan terhadap rotasi molekul diatom, tetapi dengan pengabaian vibrasi molekul. Ternyata, gerak 2 partikel
tersebut dapat digantikan dengan gerak melingkar satu partikel terhadap suatu pusat rotasi, dengan massa partikel tersebut sama dengan massa tereduksi
kedua partikel semula.
Pada gerak ini, fungsi gelombangnya adalah
= Ylm (, )
(6.15)
J(J + 1)~2
,
2d2
J = 0, 1, 2, ...
(6.16)
(6.17)
J(J + 1)~2
,
2I
J = 0, 1, 2, ...
(6.19)
Pembilang dari persamaan terakhir adalah kuadrat dari momentum sudut molekul diatom (yang dianggap kaku), yang ternyata persis sama dengan
rumus untuk momentum sudut partikel yang berputar akibat medan-gaya terpusat.
22
Energi partikel ini dapat berubah dari satu tingkat ke tingkat yang lain,
tetapi harus mengikuti aturan seleksi:
J = 1
6.5
(6.20)
Atom Hidrogen
Hamiltonian klasik untuk atom hidrogen, dengan menggunakan transformasi di atas, adalah
p2
1 e2
H =T +V =
(6.21)
2 4o r
Jika kita menggunakan satuan atom, yaitu energi dalam Hartree, jarak dalam
jari-jari Bohr, muatan dalam satuan muatan elektron, dan seterusnya, maka
Hamiltonian klasik menjadi
H =T +V =
p2
e2
2m
r
(6.22)
= E
(6.23)
2m
r
sedangkan untuk atom serupa hidrogen (hydrogen-like atom)
~2 2
Ze2
= E
2m
r
(6.24)
23
yang jauh, dan keadaan terikat. Untuk keadaan tak terikat, dianggap r = ,
dan solusinya berupa fungsi periodik. Untuk keadaan terikat, maka fungsi
r terdiri atas: (1) fungsi polinom, (2) fungsi eksponensial. Fungsi polinom
menghasilkan distribusi kebolehjadian terhadap r yang bergelombang, sedangkan fungsi eksponensial memberikan nilai yang secara asimtotik menuju
nol dengan membesarnya r.
Bab
25
Bab
Metode Variasi
27
Bab
Teori Perturbasi
29
Bab
31
10
Bab
33
11
Bab
Simetri Molekul
35
12
Bab
37
13
Bab
39
14
Bab
41
15
Bab
Metode Korelasi-Elektron
43
16
Bab
45
17
Bab
Perbandingan Metode
47
18