PENDAHULUAN
terutama pada
kesadaran yang
membutuhkan penanganan gawat darurat segera. Insiden kasus compartment syndrome yang
sesungguhnya mungkin tidak akan diketahui karena banyak ahli bedah melakukan tindakan
pencegahan fasciotomy ketika melakukan tindakan pembedahan pada pasien risiko tinggi.(4)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Menurut Salter, Compartment syndrome adalah peningkatan tekanan dari suatu edema
progresif di dalam kompartemen yang secara anatomis mengganggu sirkulasi peredaran darah
dan
saraf
intrakompartemen
sehingga
dapat
menyebabkan
kerusakkan
jaringan
intrakompartemen. (9)
Menurut Michael S. Bednar et al, compartment syndrome adalah kondisi yang terjadi
karena peningkatan tekanan di dalam ruang yang sempit, yang secara akut menggangu
sirkulasi dan yang kemudian dapat menggangu fungsi jaringan di dalam ruang tersebut.(10)
Menurut Andrew L. chen, diagnosis compartment syndrome dapat ditegakkan jika
pada pemeriksaan ditemukan tekanan intrakompartemen yang meningkat di atas 45 mmHg
atau selisihnya dengan tekanan diastolik kurang dari 30 mmHg.(11)
Dapat disimpulkan bahwa compartment syndrome adalah sekumpulan gejala yang
disebabkan oleh peningkatan tekanan dari suatu edema progresif di dalam kompartemen baik
dari dalam maupun dari luar kompartemen yang secara anatomis mengganggu sirkulasi otototot dan saraf intrakompartemen sehingga dapat menyebabkan kerusakan jaringan di
dalamnya.
Compartment syndrome dapat diklasifikasikan menjadi akut dan kronik, berdasarkan
penyebab peningkatan tekanan kompartemen dan
terjadinya compartment syndrome akut adalah fraktur, trauma jaringan lunak, kerusakan
arteri, dan luka bakar. Sedangkan compartment syndrome kronik dapat disebabkan oleh
aktivitas yang berulang, sebagai contoh pada pelari marathon.(5)
2.2 Anatomi
Kompartemen merupakan sebuah ruang daerah tertutup dibatasi oleh fascia yang
terdapat jaringan otot, saraf dan pembuluh darah di dalamnya. (6)
Compartment syndrome pada umumnya terjadi pada extrimitas atas dan extrimitas bawah
2.2.1 Pada regio lengan atas, kompartemen dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
(9,10)
1. Kompartemen anterior :
2. Kompartemen posterior :
Otot:triceps brachii
Neurovaskular: nervus radialis, nervus ulnaris, arteri radialis rekuren.
(Gambar 1)
2.2.2
Otot: pronator teres, flexor carpi radialis, flexor carpi ulnaris, palmaris
longus, flexor digitorum superficialis, flexor digitorum profundus, flexor
2. Kompartemen posterior:
3. Mobile wad :
2.2.3 Pada regio tungkai bawah, kompartemen dibagi menjadi 4 bagian yaitu : (9,10)
1. Kompartemen anterior : (Gambar 3)
2. Kompartemen lateral:
popliteus
BAB III
DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA
3.1 Diagnosis
Diagnosis dan tatalaksana dini Compartment syndrome penting untuk ditegakkan
karena berkaitan dengan kerusakan pada jaringan yang terkena. Compartment syndrome
dapat didiagnosis berdasarkan pengetahuan tentang faktor resiko, keluhan subyektif dan
adanya suatu tanda-tanda fisik dan gejala klinis. Adapun faktor resiko pada compartment
syndrome meliputi fraktur yang berat dan trauma pada jaringan lunak, penggunaan bebat.
(15,16)
Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan klinis maupun secara objektif
menggunakan alat.
Gejala klinis yang umum ditemukan pada compartment syndrome meliputi 5 P, yaitu :
1. Pain (nyeri) : nyeri pada jari tangan atau jari kaki pada saat peregangan pasif pada otototot yang terkena.
2. Pallor (pucat) : kulit teraba dingin pada palpasi, kulit pucat
3. Parestesia : adanya sensasi rasa seperti terbakar atau kesemutan pada daerah yang terkena.
4. Paralysis : diawali dengan ketidakmampuan untuk menggerakkan sendi, merupakan tanda
yang lambat untuk diketahui.
5. Pulselesness (berkurang atau hilangnya denyut nadi) : akibat gangguan perfusi
10
11
12
Pada kasus penurunan volume kompartemen, gips harus dibuka dan pembalut dilepas.
Mengoreksi hipoperfusi dengan cara kristaloid dan produk darah.
Pemberian mannitol, vasodilator atau obat golongan penghambat simpatetik.
distal caput fibula sampai 3-4 cm proksimal malleolus lateralis. Kulit dibuka pada bagian
14
anterior dan jangan sampai melukai nervus peroneal superficial. Dibuat fasciotomy
longitudinal pada kompartemen anterior dan lateral. Berikutnya kulit dibuka ke bagian
posterior dan dilakukan fasciotomi kompartemen posterior superfisial. Batas antara
kompartemen superfisial dan lateral diperluas ke atas dengan memotong soleus dari fibula.
Otot dan pembuluh darah dipisahkan di belakang, kemudian dilakukan identifikasi fascia
otot tibialis posterior hingga fibula dan dilakukan inisisi secara longitudinal(1,19). (Gambar 8)
Dilakukan insisi sepanjang 20-25 cm pada kompartemen anterior, di tengah antara fibula
dan kaput tibia. Diseksi subkutaneus digunakan untuk mengekspos fascia kompartemen.
Dilakukan insisi tranversal pada septum intermuskular lateralis dan dilakukan identifikasi
nervus peroneal superfisial pada bagian posterior septum. Selanjutnya kompartemen anterior
dibuka kearah proksimal dan distal pada garis dari anterior tibia. Kemudian dilakukan
fasciotomi pada kompartemen lateral ke arah proksimal dan distal pada garis tubulus fibula.
Insisi kedua dibuat secara longiotudinal 1 cm dibelakang garis dari posterior tibia.
Digunakan diseksi subkutaneus yang luas untuk mengidentifikasi fascia. Vena dan nervus
saphenus ditarik ke anterior kemudian dibuat insisi tranversal untuk mengidentifikasi septum
15
pembebasan kompartemen anterior dan posterior dapat dilakukan dengan insisi tunggal.
Insisi kulit dimulai dari proksimal ke fossa antecubiti sampai ke palmar pada daerah carpal
tunnel. Tekanan kompartemen dapat diukur selama operasi untuk mengkonfirmasi tindakan
fasciotomy. Insisi kulit dimulai dari medial ke tendon bicep, kemudian ke sisi radial tangan
dan diperpanjang kearah distal sepenjang brachioradialis, dilanjutkan ke palmar. Kemudian
kompartemen anterior diinsisi, mulai pada 1 atau 2 cm di atas siku kearah bawah sampai di
pergelangan. (17)
16
Gambar 10. Insisi pada volkmans kontraktur; A) insisi pada sisi posterior dari
lengan bawah; B) insisi pada anterior lengan bawah. (25)
Pendekatan volar ulnar dilakukan dengan cara yang sama dengan pendekatan Henry.
Lengan disupinasikan dan insisi mulai dari medial bagian atas tendon bisep, melewati lipatan
siku, diteruskan ke bawah melewati garis ulnar lengan bawah, dan sampai ke carpal tunnel
sepanjang lipatan
sampai ke aponeurosis siku dan ke carpal tunnel ke arah distal. Kemudian dicari batas antara
fleksor carpi ulnaris dan fleksor digitorum superficialis. Pada dasar fleksor digitorum
susuperficialis terdapat arteri dan nervus ulnaris, yang harus dicari dan dilindungi. Fascia
pada kompartemen fleksor profundus kemudian diinsisi dan dibebaskan(1,19)
17
Pendekatan Dorsal
memberikan
gejala
yang
sama
dengan
compartment
syndrome.
(22,23)
Gejala pada tendinitis biasanya muncul setelah latihan, nyeri sering diakibatkan oleh
regangan pada tendo. Pada fatigue fracture, daerah tulang yang diserang meluas dari satu sisi
tulang ke tulang yang lain. Pada shin splints, nyeri biasanya hanya pada puncak belakang
tibia medial, sering pada pertemuan setengah dan sepertiga distal tibia. (22,23)
3.4 Etiologi
Penyebab terjadinya compartment syndrome adalah tekanan di dalam kompartemen yang
terlalu tinggi, lebih dari 30 mmHg. Adapun penyebab terjadinya peningkatan tekanan
intrakompartemen adalah peningkatan volume cairan dalam kompartemen atau penurunan
volume kompartemen. (9)
18
BAB IV
19
DISKUSI
4.1 Patogenesis
Terjadinya
compartment
syndrome
tidak
seluruhnya
dipengaruhi
tekanan
(12,13)
Aliran darah yang melewati kapiler akan berhenti perlahan menyebabkan perfusi mengalami
penurunan dan berwarna pucat (Palor). Dalam keadaan ini penghantaran oksigen juga akan
terhenti. Terjadinya hipoksia menyebabkan sel-sel akan melepaskan substansi vasoaktif
(misal : histamin, serotonin) yang meningkatkan permeabilitas endotel. Dalam kapiler-kapiler
terjadi kehilangan cairan sehingga terjadi peningkatan tekanan jaringan dan memperberat
kerusakan disekitar jaringan hingga mengganggu fungsi jaringa (Paralysis) dan jaringan otot
mengalami nekrosis akibat berhentinya aliran darah (pulseless). (5) (Gambar 11)
20
21
4.2 Patofisiologi
Patofisiologi dari compartment syndrome terdiri dari dua kemungkinan
mekanisme, yaitu: berkurangnya ukuran kompartemen dan/atau bertambahnya isi dari
kompartemen tersebut. Kedua mekanisme tersebut sering terjadi bersamaan, ini adalah suatu
keadaan yang menyulitkan untuk mencari mekanisme awal atau etiologi yang sebenanya.
Edema jaringan yang parah atau hematom yang berkembang dapat menyebabkan
bertambahnya isi kompartemen yang dapat menyebabkan atau memberi kontribusi pada
compartment syndrome.(Gambar 12)
TRAUMA/EXCERCISE
Edema/
hematom lokal
(semakin
bertambah)
Iskemia jaringan
(dapat terjadi
kematian sel)
Peningkatan
tekanan
intrakompartemen
Ganguan aliran
pembuluh darah
(pembuluh darah
kolaps)
22
23
4.4 Prognosis(12,21)
Compartment syndrome akut cenderung memiliki hasil akhir yang baik jika ditangani
dalam 4 jam saat gejala klinis muncul. Kerusakan irreversibel terjadi bila lebih dari 8 jam.
Jika diagnosa terlambat, dapat menyebabkan trauma saraf dan hilangnya fungsi otot.
Walaupun fasciotomi dilakukan dengan cepat dan awal, hampir 20% pasien mengalami
defisit motorik dan sensorik yang persisten.
DAFTAR PUSTAKA
24
1. Salter B. Robert, Textbook of disorders and injuries of the musculoskeletal system. Third
edition. Lipincot William and Wilkins. Maryland. 1999.
2. DeLee C Jesse, Drez David. Compartment syndrome in DeLee & Drez`s orthopaedic
sports medicine. Ed 2nd. Vol 1. Saunders. USA. 2003. p : 13-4
3. Argenta C Louis. Compartment syndromes in Basic sciense for surgeons. Saunders.
Philadelphia. 2004. p : 143-4
4. Paula Richard. Compartment syndrome, extremity. Available at http://www.emedicine.com.
Accessed on July 20th 2007.
5. Louis Solomon et al. Apleys system of orthopaedic and fractures. 9th edition. Hoddor
Arnold. UK. 2010
6. Cameron Peter, Jelinek George. Compartment syndrome in Textbook of adult emergency
medicine. Ed 2nd. Churchill Livingstone. New York. 2004. p : 84-5
7. Anonym. Compartment syndrome. Available at http://www.AAOS.com. Accessed on July
20th 2015.
8. Andrew L, Chen. Compartment syndrome. Available at http://www.medlineplus.com.
Accessed on July 20th 2015.
9. Marc F Swiontkowski. Compartmental syndromes in Manual of orthopaedics. Ed 5th.
Lippincott Williams & Wilkins. USA. 2001. p : 20-8
10. Preston R Miller, John M Kane. Compartment syndrome and rhabdomyolysis in The
trauma manual. Ed 2nd. Lippincott Williams & Wilkins. USA. 2002. p : 335-7
11. Wallace Stephen. Compartment syndrome, lower extremity. Available at
http://www.emedicine.com. Accessed on June 4th 2007.
12. Anglen J, Banovetz. Pathophysiology of compartment syndrome in The well leg resulting
from fracture table positioning. Clinical Orthopaedics & Related Research. 1994. p : 239-42
13. Kearns, Daly, Sheehan, Murray. Oral vitamin C reduces the injury to skeletal muscle
25
caused by compartment syndrome. Journal of Bone and Joint Surgery. Aug 2004.
14. Solomon Louis, Warwick David. Compartment syndrome in Appley`s system of
orthopaedics and fractures. Ed 8th. Oxford University Press. New York. 2001. p : 563-4
15. Townsend M Courtney, Beau Champ. Acute compartment syndrome in Textbook of
surgery. Ed 17th. Elsevier Saunders. USA. 2004. p : 554-7
16. Pink P Mitchell, Abraham Edward. Compartment syndrome in Textbook of critical care.
Ed 5th. Elsevier Saunders. USA. 2005. p : 2099
17. McRae Ronald, Esser Max. Compartment syndromes in Practical fracture treatment.
Churchill Livingstone. New York. 2002. p : 99
18. Flandry Fred. Compartment syndrome : swelling out of control. Available at
http://www.hughston.com. Accessed on 20 Juli 2015.
19. Amendola, Bruce Twaddle. Compartment syndromes in Skeletal trauma basic science,
management, and reconstruction. Vol 1. Ed 3rd. Saunders. 2003. p : 268-92
20. Brian J Awbrey, Shingo Tanabe. Chronic exercise-induced compartment syndrome of the
leg. Harvard Orthopaedic Journal.
21. Kalb L Robert. Compartment syndrome evaluation in Procedures for primary care.
Mosby. USA. 2003. p : 1419-29
22. Frederick A. Compartmental syndromes. Available at http://www.wikipedia.org. diakses
20 juli 20015.
23. Braver Richard. Surgical pearls : How to test and treat exertional compartment syndrome.
American College of Foot and Ankle Surgeons. May 2002.p:22-4
24. Anonym. Compartment syndrome. Available at http://www.wikipedia.org. diakses 20 juli
2015
25. Green DP, Hotchkiss RN, Pederson, WC, Wolfe, SW. Greens Operative Hand Surgery. 6th
ed. USA. 2011. Churchill Livingstone
26
26. Jon C. Thompson. Netters Concise Orthopaedic Anatomy. 2nd ed. Philadelphia. Elsevier.
2010
27