Anda di halaman 1dari 24

Session 1

Konsep Tegangan
Mekanika Teknik III

Review Statika
Struktur didesain untuk menerima
beban sebesar 30 kN
Struktur tersebut terdiri atas rod
dan boom, dihubungkan dengan
sendi (tidak ada momen) pada
tumpuan dan sambungan antar
batang.
Lakukan analisis statik untuk
menentukan reaksi tumpuan dan
gaya dalam pada setiap batangnya.

The civil and planning engineering education department


State University of Yogyakarta Faculty of Engineering

Struktur tersebut kemudian dilepaskan


dari kedua tumpuannya dan digantikan
dengan vektor gaya pada tumpuan
tersebut
Persamaan kondisi kesetimbangan statik
M C = 0 = Ax (0.6 m ) (30 kN )(0.8 m )
Ax = 40 kN

Fx = 0 =Ax + C x
C x = Ax = 40 kN

Fy = 0 = Ay + C y 30 kN = 0
Ay + C y = 30 kN

Besaran Ay dan Cy tidak dapat


diselesaikan menggunakan persamaan
kesetimbangan tersebut
The civil and planning engineering education department
State University of Yogyakarta Faculty of Engineering

Setiap komponen harus memenuhi


persamaan kesetimbangan statik
Perhatikan diagram badan-bebas (free-body
diagram) pada bagian boom.
M B = 0 = Ay (0.8 m )
Ay = 0

Substitusikan hasil tersebut pada


persamaan sebelumnya, diperoleh :
C y = 30 kN

Hasilnya :
Ax = 40 kN ; Cx = 40 kN ; Cy = 30 kN
Gaya-gaya pada reaksi tersebut diarahkan
ke setiap batang
The civil and planning engineering education department
State University of Yogyakarta Faculty of Engineering

Boom dan rod merupakan 2 elemen gaya, yakni


batang tersebut hanya menerima dua buah
gaya saja yang bekerja pada setiap ujung
batangnya.
Agar setimbang, gaya-gaya tersebut harus
sejajar dengan sebuah sumbu diantara titik-titik
bekerjanya gaya, memiliki besaran yang sama,
namun dengan arah yang berlawanan
Titik-titik tersebut haruslah memenuhi kondisi
kesetimbangan statik yangn dapat dinyatakan
dalam bentuk segitiga gaya sebagai berikut :

FB = 0
FAB FBC 30 kN
=
=
4
5
3
FAB = 40 kN

The civil and planning engineering education department


State University of Yogyakarta Faculty of Engineering

FBC = 50 kN

Dapatkan struktur tersebut menahan gaya


sebesar 30 kN?
Dari analisis statik diperoleh :
FAB = 40 kN (desak / tekan)
FBC = 50 kN (tarik)
Pada setiap potongan penampang, di
sepanjang batang BC gaya dalamnya sebesar 50
kN, dengan intensitas gaya atau tegangannya
sebesar :
P
50 103 N
BC = =
= 159 MPa
6
2
A 314 10 m

Dari sifat bahan baja, tegangan izinnya sebesar


all = 165 MPa

Kesimpulannya :
Batang BC cukup mampu menahan gaya 50 kN

The civil and planning engineering education department


State University of Yogyakarta Faculty of Engineering

Desain sebuah struktur membutuhkan pemilihan


bahan-bahan dan dimensi penampang yang sesuai
agar memenuhi persyaratan kemampu-layanan
Dengan alasan-alasan biaya, berat, ketersediaan dan
lain sebagainya, pilihan telah ditetapkan untuk
membuat bagian rod dari bahan aluminum (all=
100 MPa). Berapakah diameter yang sesuai untuk
rod tersebut?
P
all =
A

A=

d2
A=
4
d=

4A

all

50 103 N
100 106 Pa

4 500 10 6 m 2

= 500 10 6 m 2

) = 2.52 102 m = 25.2 mm

Maka dapat digunakan diameter rod 26 mm atau lebih

The civil and planning engineering education department


State University of Yogyakarta Faculty of Engineering

Tipe-tipe tegangan
Mekanika Teknik III

Resultan gaya-gaya internal untuk elemen yang dibebani


secara aksial adalah normal terhadap potongan penampang
tegak lurus terhadap sumbu batang
Intensitas gaya pada penampang tersebut dinyatakan
sebagai tegangan normal (normal stress)
F
A0 A

= lim

ave =

P
A

Tegangan normal pada suatu titik tertentu bisa jadi tidak


sama dengan tegangan reratanya, namun resultan distribusi
tegangannya harus memenuhi :
P = ave A = dF = dA
A

Detil distribusi tegangannya merupakan statik-tak-tentu,


dan tidak dapat dicari hanya dengan statika semata

The civil and planning engineering education department


State University of Yogyakarta Faculty of Engineering

Distribusi tegangan yang merata pada sebuah penampang


menyatakan bahwa garis aksi resultan gaya-gaya dalam
melewati pusat berat penampang.
Distribusi tegangan yang merata hanya mungkin terjadi bila
beban-beban terpusat pada ujung penampang elemen bekerja
pada pusat berat penampang. Hal ini dinyatakan sebagai
pembebanan terpusat (centric loading)
Bila elemen dengan dua buah gaya dibebani secara eksentris
(eccentrically loaded), maka resultan distribusi tegangan pada
penampang menghasilkan gaya aksial dan momen

Distribusi tegangan pada elemen-elemen yang terbebani


secara eksentris tidak berbentuk merata ataupun
simetris.

The civil and planning engineering education department


State University of Yogyakarta Faculty of Engineering

Gaya-gaya P dan P bekerja secara transversal terhadap


elemen AB
Gaya-gaya dalam yang bersesuaian bekerja pada bidang
penampang C dan dinamakan dengan gaya geser
(shearing force)
Resultan distribusi gaya geser dalam didefinisikan
sebagai geser tampang dan besarannya sama dengan
beban P
Tegangan geser reratanya :

ave =

P
A

Distribusi tegangan geser bervariasi dari nol pada


permukaan elemen hingga mencapai nilai maksimum
yang bisa jadi lebih besar daripada nilai reratanya
Distribusi tegangan geser tidak dapat disumsikan bekerja
secara merata

The civil and planning engineering education department


State University of Yogyakarta Faculty of Engineering

Geser Tunggal

ave =

P F
=
A A

The civil and planning engineering education department


State University of Yogyakarta Faculty of Engineering

Geser Ganda

ave =

P F
=
A 2A

Baut, paku keling, dan paku pasak


menimbulkan tegangan-tegangan
pada titik-titik kontak atau muka
tumpu (bearing surface) elemenelemen yang terhubung
Resultan distribusi gaya pada
permukaannya adalah sama dan
berlawanan arah terhadap gaya yang
diberikan pada paku pasak

Rerata intensitas gayanya dinamakan


dengan tegangan tumpu (bearing
stress)
b =

The civil and planning engineering education department


State University of Yogyakarta Faculty of Engineering

P P
=
A td

Contoh

Dari elemen-elemen dan alat


sambung pada struktur
disamping, tentukan tegangantegangan yang terjadi
Berdasarkan analisis statik,
diperoleh :
FAB = 40 kN (tekan / desak)
FBC = 50 kN (tarik)
Perlu diperhatikan tegangan
normal maksimum pada
batang AB dan BC, tegangan
geser dan tegangan tumpu
pada setiap sambungan sendi

The civil and planning engineering education department


State University of Yogyakarta Faculty of Engineering

Batang BC (rod) dalam kondisi tertarik dengan gaya aksial 50


kN
Pada pusat batang, tegangan normal rerata pada potongan
penampang melintang lingkarannya (A = 314x10-6m2) yakni
BC = +159 MPa.
Pada bagian ujung rod yang diratakan, luasan potongan
melintang terkecilnya terdapat pada pusat berat paku
pasaknya :
A = (20 mm )(40 mm 25 mm ) = 300 10 6 m 2
50 103 N
P
BC ,end = =
= 167 MPa

6
2
A 300 10 m

Batang AB (boom) dalam kondisi terdesak dengan gaya aksial


40 kN dan tegangan normal reratanya sebesar 26.7 MPa.
Luasan penampang minimum pada ujung boom tidak
tertegangkan sebab boom dalam kondisi terdesak.

The civil and planning engineering education department


State University of Yogyakarta Faculty of Engineering

Luasan penampang paku pasak pada A, B, dan C


2

25 mm
6 2
A =r =
= 491 10 m
2
2

Gaya pada paku pasak di C sama dengan gaya yang


diberikan oleh batang BC (rod)
P
50 103 N
C , ave = =
= 102 MPa

6
2
A 491 10 m

Paku pasak di A dalam kondisi geser ganda dengan


jumlah total gaya sama dengan gaya yang diberikan oleh
batang AB (boom)
A, ave =

P
20 kN
=
= 40.7 MPa
A 491 10 6 m 2

The civil and planning engineering education department


State University of Yogyakarta Faculty of Engineering

Bagilah paku pasak di B menjadi sejumlah potongan


untuk menentukan potongan yang menerima gaya
geser palinlg besar
PE = 15 kN
PG = 25 kN (largest)

Lakukan evaluasi terhadap tegangan geser reratanya

B, ave =

PG
25 kN
=
= 50.9 MPa
A 491 10 6 m 2

The civil and planning engineering education department


State University of Yogyakarta Faculty of Engineering

Untuk menentukan tegangan tumpu di A pada boom AB,


diperoleh t = 30 mm dan d = 25 mm,
b =

P
40 kN
=
= 53.3 MPa
td (30 mm )(25 mm )

Untuk menentukan tegangan tumpu di A pada bagian


pegangan, diperoleh t = 2(25 mm) = 50 mm dan d = 25 mm,
b =

P
40 kN
=
= 32.0 MPa
td (50 mm )(25 mm )

The civil and planning engineering education department


State University of Yogyakarta Faculty of Engineering

Tegangan-tegangan
akibat pembebanan
secara umum

Suatu elemen yang menerima kombinasi


pembebanan secara umum dipotong
menjadi dua bagian dengan bidang
potong melewati Q
Distribusi komponen tegangan
internalnya dapat didefinisikan sebagai
berikut :
F x
x = lim
A0 A

xy = lim

A0

V yx
A

Vzx
xz = lim
A0 A

Untuk kesetimbangan, suatu gaya


internal yang bernilai sama namun
berlawanan arah dan distribusi
tegangan harus diberikan pada bagian
yang lain dari elemen tersebut

The civil and planning engineering education department


State University of Yogyakarta Faculty of Engineering

Komponen-komponen tegangannya didefinisikan


untuk bidang-bidang potong yang sejajar terhadap
sumbu x, y dan z. Untuk kesetimbangan, tegangantegangan yang bernilai sama namun berlawanan arah
diberikan pada bidang-bidang yang tersembunyi.
Kombinasi gaya-gaya yang dihasilkan oleh tegangantegangan harus memenuhi kondisi-kondisi
kesetimbangan:

Fx = Fy = Fz = 0
Mx = My = Mz = 0
Perhatikan momen-momen terhadap sumbu z :

M z = 0 = ( xy A)a ( yx A)a

xy = yx
similarly, yz = zy

and yz = zy

Hasilnya adalah hanya 6 komponen tegangan yang


diperlukan untuk mendefinisikan kondisi tegangan
yang lengkap

The civil and planning engineering education department


State University of Yogyakarta Faculty of Engineering

Elemen-elemen struktur atau mesinmesin harus didesain sedemikian


rupa sehingga tegangan-tegangan
yang bekerja lebih kecil daripada
kekuatan ultimit bahannya
FS = Factor of safety
FS =

u
ultimate stress
=
all allowable stress

pertimbangan-pertimbangan faktor
keselamatan (factor of safety) :
Ketidakpastian sifat-sifat bahan
Ketidakpastian pembebanan
Ketidakpastian analisis
Jumlah pembebanan ulang
Tipe kegagalan
Kebutuhan akan perawatan dan efekefek kerusakan
Tingkat kepentingan elemen-elemen
terhadap integritas struktur
Resiko terhadap nyawa dan kepemilikan
Pengaruhnya terhadap fungsi mesin

The civil and planning engineering education department


State University of Yogyakarta Faculty of Engineering

End Session 1
Thank you

Anda mungkin juga menyukai