Anda di halaman 1dari 14

MENGENAL BUSINESS COUNTINUITY MANAGEMENT SYSTEM

(BCMS)

Oleh : Ibu Ira Kurniawati, CISA *


Kelangsungan bisnis (Business Countinuity)
Business Countinuity
Business Continuity (BC) didefinisikan sebagai kemampuan organisasi untuk melanjutkan
pengiriman produk atau jasa pada tingkat yang telah ditetapkan dan dapat diterima menyusul
insiden yang mengganggu. (Sumber: ISO 22301:2012)

Mengapa Perlu Business Countinuity ?


Business Countinuity antara lain karena :

Kita tidak bisa menjamin kondisi selalu ideal untuk menjalankan kegiatan bisnis
perusahaan.
Kondisi diluar normal tidak dapat dikendalikan sehingga seringkali menyebabkan
Sudden & massive lost

Terdapat cukup banyak hal yang tidak dapat dicegah, namun yang bisa dilakukan adalah
mengurangi dampaknya.

Sebagai pemenuhan prasyaratan dari stakeholder organisasi (stakeholder : pemerintah,


principle, customer, dsb)

Apa yang dimaksud dengan kondisi diluar normal?


Kodisi diluar normal adalah kondisi dimana organisasi / perusahaan tidak dapat mengantisipasi
kondisi tersebut. Contohnya adalah :
Natural Disaster : banjir, gempa bumi, gunung meletus.
Man-made disaster : sabotase, peperangan, serangan teroris.
Main Facility Failure : kegagalan supplay listrik, kegagalan system pendingin dan lain
sebagainnya.
GovernmentalIssue : Pemohokan, embargo ekonomi, dan sebagainya

Penyebaran Penyakit Menular.


Dan sebagainnya

Bagaimana jika terjadi Kondisi Diluar Normal?


Kondisi di luar normal (kondisi bahaya) adalah kondisi-kondisi yang tidak direncanakan dan
berpotensi menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi perusahaan. Jika terjadi kondisi ini
maka hal yang perlu dilakukan adalah menentukan nilai Maximum Tolerable Disruption Periode.
(MTDP).
Maximum Tolerable Disruption Periode (MTDP) adalah Berapa lama waktu layanan tidak
berfungsi dan bisa ditoleransi oleh pengguna
Karena MTDP adalah waktu yang bisa ditoreransi oleh pengguna, maka penentapan MTDP harus
dilakukan bersama-sama dengan (persetujuan) pengguna. MTDL adalah obyektif yang dilihat
dari sudut pandang unit pengguna/user yang melakukan kegiatan operasional.
Selanjutnya dari sudut penyedia layanan perlu memperhitungkan waktu yang dibutuhkan dalam
melakukan pemulihan layanan. Ada 2 objektif yang harus diperhitungkan, yaitu:

1. Recovery Time Objectives (RTO) adalah lama waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan
sistem dan data.Jika antar komponen layanan atau service component terjadi dependency,
maka waktu recovery dihitung secara serial untuk komponen-komponen yang
interdepencency.Jika antar komponen layanan tidak saling bergantung, recovery time
dapat dihitung secara paralel antara komponen layanan.Maksimum RTO adalah 80% dari
maksimum waktu layanan tidak befungsi yang ditoleransi atau MTDL.

2. Recovery Point Objectives (RPO) adalah ambang berapa banyak data yang boleh hilang
sejak terakhir backup dilakukan. Jika backup dilakukan sekali sehari pada malam hari,
sementara kerusakan sistem/storage dapat terjadi beberapa menit sebelum proses backup
dijalankan, maka nilai RPO adalah 24 jam. Dengan kata lain RPO merupakan pernyataan
berapa lama suatu informasi/data boleh hilang.

Gambar Penetepan MTDP

Business Countinuity Management


Apa yang dimaksud dengan Business Countinuity Management ?
Buniness Continuity Management (BCM) adalah manajemen holistic mulai dari menyediakan
langkah-langkah kebijakan, identifikasi risiko, struktur organisasi dan tanggung jawab,
mekanisme kerja sertaprosedur operasional dalam upaya pemulihan organisasi dan aktivitasnya.

Mengapa perlu Business Countinuity Management System (BCMS)?


Buniness Continuity Management (BCM) menjadi suatu keharusan karena bertujuan untuk
mempersiapkan dan melatih perusahaan agar mempunyai ketahanan dalam operasional bisnis
kritikal, sehingga apabila terjadi bencana atau gangguan proses operasional bisnis tersebut akan
tetap berjalan.
BCM perusahaan bisa bekerja dengan baik pada saat disaster apabila semua faktor penting dari
pendukungnya siap pada tempatnya kapansaja. Untuk mencapai hal tersebut perusahaan harus
terus menerus memperbaiki BCM lewat proses testing, reviwing, maintaining dan auditing.
Definisi dan pemahaman awal sangat penting untuk mengetahui secara lengkap Scope BCM dan
kaitannya dengan aktivitas lain di perusahaan lain seperti Enterprise Risk Management (ERM),
atau aktifitas operasional. Hal tersebut juga diperlukan untuk mengatur organisasi pelaksana
BCM di perusahaan.
Untuk mencapai ketahanan terhadap crisis atau bencana yang tak terduga, perusahaan harus
menyiapkan BCM Strategy yang akan dituangkan dalam bentuk penetapan kebijakan,
pengembangan dokumen Plan (BCP, CMP) dan implementasi resource yang diperlukan dalam
rangka continuity tersebut.

atasan Scope BCM adalah sesuatu yang strategik ditinjau dari aspek kebutuhan pelanggan,
finansial, reputasi, hukum dan regulasi serta stakeholder. Jika sebuah produk masuk ke dalam
scope, maka keseluruhan aktifitas yang mendukung harus masuk dalam pembahasan BCP yang
dibuat. Pertimbangan diluar diluar scope yang harus diperhatikan adalah produk/layanan yang
sudah akan terminasi, dang roduk dengan proporsi pendapatan kecil (margin kecil).
Seharusnya BCM ditetapkan pada setiap lini perusahaan, namun kadang-kadang hal ini perlu
dilakuakan secara bertahap. Maka dari itu harus dimual dari yang paling penting yaitu produk
dan layanan yang dihasilkan oleh perusahaan untuk pelanggannya. Jika produk dan layanan ini

cukup banyak dimulai dari yang paling besar value nya untuk perusahaanm jadi perusahaan
dapat menentukan mana yang lebih penting.
Dari produk dan layanan yang terpilih, tentukan divisi utama yang mengirim layanan tersebut.
Dengan demikian, akan diperoleh divisi apa saja yang masuk dalam scope BCM ini.

Bagaimana menyusun Business Countinuity Management System (BCMS)?


Dokumentasi Business Countinuity Management System (BCMS) terdiri atas dua dokumentasi
yaitu :
1. BCM Strategis, dan;
2. Business Continuity Plan (BCP).
Dokumen BCM Strategy yaitu suatu dokumen yang memuat segala asumsi dan analisa yang
diperlukan, yang menjadi acuan bagi pembuatan dokumen BCP.
Dokumen Business Continuity Plan (BCP) yaitu suatu panduan operasional untuk kondisi
sebelum /saat/sesudah kondisi di luar normal terjadi.

Adapun langkah-langkah untuk penyusunan Business Countinuity Management System (BCMS)


Strategy adalah :

1. Kebijakan Pembentukan dan Penetapan Ruang Lingkup


Dokumen kebijakan Business Countinuity Management System (BCMS) dibuat untuk
menggambarkan komitmen dan prinsip-prinsip dasar dari BCMS.
Selain membuat kebijakan BCMS maka dilakukan penetapan ruang lingkup, penetapan ruang
lingkup ini dilakukan untuk membatasi effort dan Proof on concept. Prinsip penentuan scope
disarankan adalah area yang paling kritikal namun paling mudah dilakukan.
Hal-hal yang menjadi batasan dalam scope adalah :

Physical Area

Proses Bisnis

Organisasi

Asset

2. Pendefinisian Kondisi Abnormal


Setelah menentukan ruang lingkup dari BCMS lakukan analisa untuk menentukan kondisi
abnormal yang mungkin dari ruang lingkup BCM yang telah ditetapkan. Kondisi abnormal ini
ditentukan untuk memudahkan dalam melakukan BIA (Business Impact Analysis) pada tahapan
BCMS selanjutnya.

3. Business Impact Analysis (BIA)


Apa itu Business Impact Analysis (BIA)?
Analisa dampak bisnis/business impact analysis (BIA) merupakan salah satu bagian dari rencana
kelanjutan bisnis/business continuity planning (BCP) organisasi yang menggambarkan potensi
risiko organisasi. Analisa dampak bisnis/business impact analysis (BIA) adalah proses
mengidentikasi, menganalisa, dan menentukan dampak yang terjadi pada kelangsungan bisnis
proses di organisasi seandainya terjadi gangguan/bencana yang menimbulkan terhentinya
operasional dari bisnis proses tersebut.
Bagaimana Tahapan Penyusunan Business Impact Analysis (BIA)?
Efektifitas dari suatu BCP akan sangat bergantung pada kemampuan manajemen untuk secara
tepat mengidentifikasi kritis tidaknya berbagai proses kerja atau aktivitas yang ada sebelum BCP
disusun atau dikaji ulang. Dengan demikian Business Impact Analysis (BIA) merupakan dasar
dari penyusunan keseluruhan BCP. Hal-hal yang harus dianalisis dalam BIA meliputi:
1. Tingkat kepentingan (criticality) masing-masing proses bisnis dan ketergantungan antar
proses bisnis serta prioritisasi yang diperlukan;
2. Tingkat Maximum Tolerable Outage/Recovery Time Objective (berapa lama usaha dapat
bekerja tanpa sistem atau fasilitas yang mengalami gangguan dan atau berapa cepat
sistem atau fasilitas tersebut harus berfungsi kembali);
3. Tingkat Minimum Resources Requirement (personil, data dan kelengkapan sistem serta
fasilitas yang diperlukan secara minimal agar bisnis bisa pulih dan berjalan);
4. Dampak potensial dari kejadian yang bersifat tidak spesifik dan tidak dapat dikontrol
terhadap proses bisnis dan pelayanan kepada nasabah;
5. Dampak disaster terhadap seluruh departemen dan fungsi bisnis, bukan hanya
terhadap data processing;

6. Estimasi downtime maksimum yang dapat ditoleransi dan tingkat toleransi atas
kehilangan data dan terhentinya proses bisnis serta dampak downtime terhadap kerugian
finansial;
7. Jalur komunikasi yang dibutuhkan untuk berjalannya pemulihan;
8. Kemampuan dan pengetahuan petugas mengenai Contingency Plan dan ketersediaan
petugas pengganti di tempat pemulihan;
9. Dampak hukum dan pemenuhan ketentuan yang terkait, seperti ketentuan mengenai
kerahasiaan data.

Dalam melakukan Business Impact Analysis, satuan kerja masing-masing unit bisnis perlu
memperhatikan bahwa BCP yang akan disusun bukan hanya untuk total disaster namun untuk
berbagai situasi bencana dan gangguan mulai dari yang minor, major sampai
dengancatastrophic.
Dengan demikian dampak yang harus diperhatikan bukan hanya yang dapat diukur dengan jelas
(tangible impact) seperti penalti akibat keterlambatan pembayaran bunga atau biaya lembur
pegawai, namun juga yang tidak dapat diukur secara jelas (intangible impact) seperti kesulitan
konsumen memperoleh pelayanan.

4. Risk Assessment
Risk assessment adalah metode yang sistematis untuk menentukan apakah suatu organisasi
memiliki resiko yang dapat diterima atau tidak.
Risk assessment merupakan kunci dalam perencanan pemulihan bencana. Risk assessment
mencakup risk identification, risk analysis dan risk evaluation.
1. Risk identification adalahmengidentifikasi resiko yang mungkin terjadi , risk
identification bertujuan untuk mengkategorikan resiko resiko yang dapat
mempengaruhi organisasi. . Hasil dari risk identification adalah sebuah daftar resiko yang
dapat memudahkan management resiko pada tahap selanjutnya
2. Risk Analysis adalah menganalisis resiko yang mungkin terjadi pada suatu organisasi
yang ditimbulkan oleh potensi alam maupun manusia. Risk analysis menghasilkan
sebuah laporan analisis resiko untuk menentukan efek samping, kerugian, ancaman dan
digunakan untuk menyusun penanggulangan terhadap serangan atau bencana yang
mungkin terjadi.
3. Risk Evaluation adalah Pembentukan hubungan antara resiko dan manfaat dari potensi
bahaya yang ditimbulkan.Meliputi evaluasi dari semua informasi yang dikumpulkan
untuk menentukan besarnya kerugian yang ditimbulkan bencana. Risk evaluation

mengevaluasi langkah apa yang akan diambil untuk mengatasi dampak dari suatu
bencana.

Jenis bencana berdasarkan kerusakan yang ditimbulkan dibagi menjadi 2, yaitu :


1. Minor Disaster
Bencana kecil yang ditimbulkan baik dari alam ataupun dari kesalahan manusia
Contoh : gempa kecil, mouse rusak, gangguan listrik, serangan penyakit yang menyebabkan
karyawan yang memegang posisi penting, perampokan, operator error, kebocoran, pemadaman
listrik, dll

2. Mayor Disaster
Bencana besar yang menyebabkan sistem informasi benar benar terhenti tanpa toleransi
Contoh : gempa bumi, tsunami, kebakaran, kerusakan hardware pada server, kerusakan jaringan,
serangan hacker, perang, terorisme, kegagalan telekomunikasi, ledakan, dll

5. Formulasi Strategi Keberlangsungan


Penyusunan strategi keberlangsungan dilakukan dengan cara :
1. Petakan komponen-komponen pendukung suatu sumber daya yang akan dikelalo
keberlangsungannya.
2. Tentukan Recovery Time objective (RTO) dan khusus untuk komponen yang berupa
informasi, tentukan juga Recovery Point Objective (RPO), sehingga MTDPdari sumber
daya yang akan dikelola dapat tercapai.

6. Business Continuity Plan (BCP)


Apa itu Business Continuity Plan (BCP)?
Business Continuity Plan (BCP) adalah suatu kreasi dan validasi perencanaan logistik tentang
bagaimana organisasi dapat mengembalikan atau memulihkan fungsi dari bagian organisasinya
uang rusak setelah terjadinya bencana atau gangguan (Zhao et al., 2012). Dalam bahasa lain,
BCP adalah rencana bagaimana suatu organisasi bertahan dalam menghadapi bencana yang

terjadi.
Saat ini semakin banyak perusahan yang membutuhkkan layanan jaringan untuk menjalankan
proses bisnisnya, oleh karena itu, keamanan informasi menjadi lebih penting dari sebelumnya,
apalagi jika dihubungkan dengan bencana yang terjadi namun tidak terprediksikan sebelumnya.
BCP menjadi salah satu perencanaan yang bertujuan meminimalkan dampak terjadinya bencana
tersebut.

Bagaimana Tahapan Penyusunan Business Continuity Plan?


Gambar.1 BCP Life Cycle
Berikut ini tahapan penyusunan Bisnis Continuity Plan (BCP) :
1. Mengorganisasi Proyek Penyusunan BCP
Pada tahap ini dilakukan perencanaan pembuatan dokumen Business Continuity Plan (BCP)
yang meliputi :

Tujuan BCP
Ruang Lingkup

Struktur Organisasi Proyek

Jadwal Pelaksanaan BCP

2. Mengidentifikasi dan Menganalisa Dampak Resiko


Pada tahap ini dilakukan identifikasi dan analisa dampak potensial apa sajakah yang dapat terjadi
serta bagaimana akibatnya terhadap operasional bisnis.
3. Mempersiapkan Kondisi Darurat
Persiapan kondisi darurat dilakukan dengan :

Menentukan strateti back-up (penyelamatan) dan recovery (pemulihan) untuk setiap


prediksi bencana
Menentukan prosedur untuk menghadapi kondisi darurat.

4. Menentukan Tindakan Pemulihan Bisnis


Tindakan pemulihan bisnis dilakukan dengan cara menentukan personil / tim yang bertanggung
jawab dan menentukan prosedur yang dilakukan untuk pemulihan bisnis.
5. Melakukan Pengujian BCP

Pengujian terhadap BCP ini dilakukan dengan menguji sistem BCP yang disusun serta
melakukan evaluasi dan perbaikan sistem BCP
6. Melakukan Pelatihan BCP
Pelatihan dilakukan dengan sosialisasi dan pelatihan BCP kepada seluruh pegawai khususnya
serta mengevaluasi hasil pelatihan tersebut.
7. Melakukan Pemeliharaan Sistem BCP
Pada tahap ini dilakukan dengan peninjauan ulang BCP yang dibuat dan membuat prosedur
kebijakan untuk melakukan perubahan.

Apa Manfaat dengan adanya BCP?


Manfaat utama dari pendekatan Business Continuity Plan adalah membantu mencapai keyakinan
yang memadai ketersediaan proses bisnis dan fungsi end-to-end yang penting dengan biaya
yang efektif dan efisien. Fokus utama adalah pada persyaratan pemulihan bisnis. Pemangku
Kepentingan Bisnis bekerjasama untuk melaksanakan rencana darurat dan pengaturan yang
sesuai dengan kebutuhan mereka.
Sangat dipercaya bahwa relevansi dari program kontinuitas bisnis tergantung pada proses bisnis
yang mendasarinya diambil dalam konteks dan tujuan strategi manajemen. Tujuan bisnis harus
mendorong strategi pemulihan. Hal ini adalah kombinasi pengalaman kontinuitas
(keberlanjutan), teknologi know-how, dan pengetahuan industri untuk fokus secara efisien
pada apa yang penting dan untuk membantu memfokuskan waktu dan sumber daya pada solusi
kesinambungan yang tepat.
*Senior Consultan Proxsis IT
Source :
https://www.proxsis.com/mengenal-business-countinuity-management-system-bcms/
diakses pada Rabu, 18 Mei 2016 jam 19.48

Proxsis Corporate University


Proxsis Corporate University merupakan salah satu lembaga training untuk kalangan
Professional terdepan di Indonesia dengan berbagai ragam keunikan dalam programprogramnya. Mulai dari fasilitas yang tersedia seperti library, caf dengan pemandangan city
view, layanan seperti hotel, dsb. Keunikan lain seperti pegawai yang tidak terikat dengan costum.
Apa lagi kah keunikan lain dari Proxsis Corporate University? Ini alasan saya untuk
mewawancarai Chairman dari Proxsis Group, Rudi Maulana.

Latar belakang Proxsis Corporate University dibuat adalah Menjadi global partner bagi
professional dalam pengembangan keahlian dan pengetahuan serta menyediakan support
bertaraf international untuk perusahaan-perusahaan dalam pengembangan sumber daya
manusianya.
Proxsis memiliki Proxsis Corporate University (PCU) yang fokus dalam pengembangan SDM
professional , dan juga Proxsis Consulting Group (PCG), yang sudah dikenal lebih dulu di
Indonesia sebagai Leading Management Consulting dan telah membantu lebih dari 1000
perusahaan dengan pengalaman mencapai ribuan project. Pengalaman dan best practices serta
team reaserch yang dimiliki oleh Proxsis Consulting Group dalam membantu perusahaanperusahaan national maupun multinational tersebut menjadi muatan yang sangat penting dalam
memberikan knowledge dan training untuk kalangan Professional. Sehingga pelatihan dan
edukasi yang diberikan di PCU selalu menggunakan pendekatan best practice dan mudah

diimplementasikan, dibantu dengan case study yang nyata dari pengalaman yang dimililiki
dalam membantu perusahaan-perusahaan.

Inilah perbedaannya PCU dengan lembaga-lembaga edukasi atau universitas pada umumnya.
Lembaga edukasi lainnya lebih fokus ke mahasiswa, atau fresh graduate tamatan SMA dan yang
setara. Sedangkan PCU, sesuai dengan namanya Corporate University adalah partner
Corporate untuk menyediakan program pengembangan SDM Corporate, dalam bentuk Short
course (Public and Inhouse), Program executive, Management Trainee development,
Competency assessment and Program design, dan Porgram edukasi Professionals jangka pendek.
Bidang kehalian yang dikembangkan terbagi menjadi 7 (tujuh) bidang: Quality & Business
Process, Health & Safety, IT, Productivity & Leadership, Oil and Gas, Banking & Finance and
Environmental. Untuk itu, Proxsis Corporate University juga memiliki 7 lembaga pengembangan
yang sesuai dengan 7 bidang tersebut. ;
1.IPQI (Indonesia Productivity and Quality Institute).
2. ISC (Indonesia Safety Center)
3. ITGID (IT Governance Indonesia)
4.PLC (Proxsis Leadership Center)
5.OMC (Oil and Gas Management Center)
6.IBF (Indonesia Banking and Finance)
7. IEC (Indonesia Environment and Energy Center)

Masing-masing memiliki nama yang berbeda-beda karena memiliki keahlian yang berbeda.
Proxsis Corporate University adalah lembaga yang menaungi ketujuh lembaga pengembangan
tersebut.
Alasan Mengapa Memilih Proxsis Corporate University

1. Karena lembaga ini fokus sesuai dengan spesialisasi 7 (tujuh) Lembaga didalamnya.
Kebanyakan lembaga SDM di Indonesia tidak terlalu fokus. Indonesia Safety Center yang fokus
dibidang Safety, ITGID fokus pada IT Governance dan lain sebagainya. Dengan focus,
menjadikan PCU menjadi lebih advance dan lebih banyak mengeluarkan inovasi terkait
perkembangan pengetahuan dibidang masing-masing. Hal tersebut sangat membantu perusahaan
untuk melakukan update mengenai pengetahunan. Perusahaan yang menggunakan PCU tidak
perlu investasi dan effort khusus dalam meng-update perkembangan di bidang-bidang tersebut.
2. Lembaga-lembaga di PCU ini jika dikombinasikan menjadi kumpulan para specialist,
sehingga PCU menjadi mudah sekali untuk memberikan solusi terintegrasi dan sekaligus
advance. Sehingga jika perusahaan ingin mengembangkan kembali SDM untuk berbagai
kompetensi secara berbarengan, tidak lagi merasa susah untuk mencari berbagai Partner, karena
di PCU sudah ada 7 (tujuh) lembaga specialist sesuai bidangnya.
3. Karena dari awal memiliki fokus pada pengembangan Professionals atau Personal Corporate,
maka program-program yang dirancang sudah compatible dengan berbagai kebutuhan dunia
Corporate. Malah, lembaga-lembaga itu mampu menjadi trend setter di Indonesia untuk
memimpin perubahan yang perlu dilakukan Perusahaan-perusahaan.
4. Karena specialist dan para pengajar adalah para professional di bidang tersebut, otomatis
dalam merancang programnya sangat up to date sesuai dengan kebutuhan pengembangan
sekarang, dan selalu disesuaikan. Berbeda dengan kebanyakan lembaga pendidikan lebih banyak
bersifat organizer dan programnya masih sama dan tidak berkembang.
5. Lembaga-lembaga di PCU berafiliasi/ bekerjasama dengan lembaga-lembaga sertifikasi dan
lembaga-lembaga internasional sehingga dapat membantu para Professional untuk mendapatkan
program-program yang membutuhkan sertifikasi, baik nasional maupun internasional seperti
ISACA, NFPA, British Safety Council, NEBOSH, LSP MIGAS, Depnakertrans, BSMR,
dsb.
6. Didukung oleh tim Research and Development dan juga para konsultan di Proxsis Consulting
Group, yang berpengalaman dalam pengembangan manajemen lebih dari 1000 perusahaan di
Indonesia. Dengan jumlah mencapai 120 orang pegawai, Proxsis Consulting Group sekarang
menjadi salah satu perusahaan consulting terbesar saat ini. Pengalaman-pengalaman mereka
menjadikan nilai tambah untuk mendevelopment kurikulum atau pelatihan yang di lakukan di
dalam PCU.

Rencana Proxsis Corporate University ke Depan


1.Go Global,

Selama ini banyak lembaga training asing yang datang ke Indonesia, dan sekarang PCU ingin
menjadi tenaga pengembangan training yang bisa bersaing di pasar International
2. Menawarkan solusi bagi dunia corporate indonesia yang belum memiliki
corporate university sendiri.

Perusahan-perusahaan yang ingin mengembangkan Corporate University secara internal dapat


menggandeng PCU sebagai Partner. Perusahaan seharusnya bisa mengelola corporate university
internal tetapi karena investasi besar dan sumber daya kurang, maka PCU akan membantu
perusahaan-perusahaan tersebut menjadi partner dalam mengelola corporate university mereka.
Mulai dari assessment, menggali kebutuhan sumber daya, merancang program (kurikulum,
silabus, menentukan trainer yang qualified, sertifikasi, pengawasan dalam praktek di lapangan
dan meriview perkembangan kompetensi hingga diperlukan eksekusi dalam bentuk coaching).
PCU adalah yang pertama di Indonesia yang menawarkan support membentuk Corporate
University terintegrasi, karena memiliki pengalaman, serta sumber daya dalam pengembangan
professional untuk berbagai jenis keahlian.
3. Menyediakan layanan online training.

Karena banyak peserta-peserta dari daerah yang mengalami kesulitan dalam hal waktu dan biaya
sehingga tidak dapat terjangkau ke tempat-tempat PCU seperti di Jakarta, Surabaya dan Duri,
dengan online training dapat memudahkan peserta untuk mendapatkan perkembangan terbaru,
biaya murah, mudah namun tetap up to date. Akan membantu perusahaan-perusahaan yang
berada di luar daerah.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan Proxsis Corporate University
Hal-hal yang mempengaruhi layanan yang diberikan oleh PCU sangat
dipengaruhi, oleh point-point berikut ini:

1. Tenaga-tenaga trainer dan coach yang handal


2. Partner-partner yang dimiliki
3. Kualitas pelayanan dan operasional
4. Research dan development untuk menentukan program-program unggulan.
By : Versha Nur Yunita (Team P-News)
Source :
https://www.proxsis.com/proxsis-corporate-university/

Anda mungkin juga menyukai