BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Cedera pada jaringan muskuloskeletal dapat melibatkan satu jaringan yang
spesifik seperti ligament, tendon atau satu otot tunggal, walaupun cedera pada satu
jaringan tunggal jarang terjadi. Kejadian yang lebih umum adalah beberapa jaringan
mengalami cedera dalam suatu insiden traumatik seperti fraktura yang berhubungan
dengan trauma kulit, saraf dan pembuluh darah.
Ada dua jenis cedera yang sering dialami oleh atlet, yaitu trauma akut dan
Overuse Syndrome (Sindrom Pemakaian Berlebih). Cedera akut adalah suatu cedera
berat yang terjadi secara mendadak, seperti robekan ligament, otot, tendo, atau terkilir,
atau bahkan patah tulang. Cedera akut biasanya memerlukan pertolongan profesional.
Sedangkan Sindrom pemakaian berlebih sering dialami oleh atlet, bermula dari adanya
suatu kekuatan yang sedikit berlebihan, namun berlangsung secara berulang-ulang
dalam jangka waktu lama. Sindrom ini kadang memberi respon yang baik dengan
pengobatan sendiri.
Tekanan yang dihadapi pada pertandingan terkadang tidak bisa ditoleransi oleh
tubuh. Jika kekuatan luar yang mengenai tubuh melebihi daya tahan jaringan tubuh,
maka cedera akan terjadi. Cedera bisa mengenai otot dan tendon, sendi dan ligamen,
tulang, saraf, otak, dan lain sebagainya. Cedera ini seringkali direspon oleh tubuh
dengan tanda radang yang terdiri atas rubor (merah), tumor (bengkak), kalor (panas),
dolor (nyeri), dan functiolaesa (penurunan fungsi).
1.2.
Tujuan
Dalam penyusunan makalah ini tentunya meniliki tujuan yang diharapkan
berguna bagi para pembaca dan khususnya kepada penulis sendiri. Dimana
tujuannya dibagi menjadi dua macam.Yang pertama secara umum makalah ini
bertujuan menambah wawasan mahasiswa/i dalam menguraikan suatu persoalan
secara holistik dan tepat, serta melatih pemikiran ilmiah dari seorang mahasiswa/i
fakultas kedokteran.
2014
Agar kita mengetahui segala aspek yaang berkaitan dengan cedera otot, tendo
dan ligamen
2014
BAB II
PEMBAHASAN
Semester 5 Skenario 3 Modul Gerak dan Muskuloskeletal
Pentingnya Pemanasan (Warming Up)
Seorang atlet wanita pelari marathon mengikuti perlombaan lari jarak jauh 10
kilometer. Karena sesuatu hal, dia terlambat sampai di tempat pertandingan sehingga
tidak sempat melakukan pemanasan. Seusai pertandingan, dia merasa sakit di engkel
kaki, lalu oleh tim medis atlet tersebut dibawa kerumah sakit, untuk mendapatkan
penanganan. Selanjutnya atlet tersebut dianjurkan untuk menggunakan tongkat selama
1 bulan.
2.1.
A. Otot
Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuan berkontraksi . Otot
memendek jika sedang berkontraksi dan memanjang jika berelaksasi.
Kontraksi otot terjadi jika otot sedang melakukan kegiatan , sedangkan
relaksasi otot terjadi jika otot sedang beristirahat.
Dengan demikian otot memiliki 3 karakter, yaitu:
a. Kontraksibilitas yaitu kemampuan otot untuk memendek dan lebih pendek
dari ukuran semula, hal ini teriadi jika otot sedang melakukan kegiatan.
b. Ektensibilitas, yaitu kemampuan otot untuk memanjang dan lebih panjang
dari ukuran semula.
c. Elastisitas, yaitu kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula.
Otot tersusun atas dua macam filamen dasar, yaitu filament aktin dan
Cedera Otot, Tendo dan Ligamen
2014
filament miosin. Filamen aktin tipis dan filament miosin tebal. Kedua
filamen ini menyusun miofibril. Miofibril menyusun serabut otot dan serabut
otot-serabut otot menyusun satu otot.
Fungsi Otot
Melaksanakan kerja, misalnya: berjalan, memegang, mengangkat (otot lurik).
Otot adalah jaringan kontraktil, salah satu dari empat macam jaringan dasar jaringan
ikat, otot, saraf, dan jaringan epitelial. Ada tiga jenis otot:
1. Otot lurik atau skeletal, yaitu otot yang menempel di kerangka. Otot
lurik dikendalikan secara sadar atau dengan rangsangan saraf untuk
menggerakkan tubuh bagian luar. Otot rangka bekerja di sepanjang
rentang sendi dan meregang di antara tulang-tulang, dan akan
terasa nyeri setelah latihan berat. Otot lurik adalah jaringan tubuh
yang paling banyak, sekitar 23% dari berat tubuh wanita dan sekitar
40% dari berat tubuh laki-laki.
2. Otot polos, yaitu otot yang menempel pada dinding organ-organ
internal selain jantung, seperti lambung, usus, dan ginjal. Otot polos
bertindak tanpa rasangan saraf, seperti yang mengendalikan
pernapasan, pencernaan dan fungsi lainnya.
3. Otot kardiak atau otot jantung yang bertindak tanpa rangsangan
saraf, yang mengendalikan fungsi jantung.
B. Tendo
Tendon adalah jaringan ikat fibrosa yang menghubungkan otot dengan tulang. Setiap
otot punya tendon di ujung-ujungnya. Tendon memiliki kemampuan meregang yang
sangat kecil. Tugas tendon adalah untuk mengirimkan daya di antara tulang dan otot.
Cedera Otot, Tendo dan Ligamen
2014
Pada dasarnya tendonlah yang memungkinkan kita bergerak karena tendon adalah
perantara ketika otot menggerakkan tulang.
Tendon adalah jaringan ikat yang memiliki kekuatan tarik yang sangat tinggi yang
menghubungkan otot dengan tulang. Mirip dengan ligamen, tendon juga terutama
terdiri dari serat kolagen. Tendon secara struktural dirancang untuk menahan jumlah
tinggi tegangan otot dan mereka bekerja sama dengan otot untuk mengerahkan
kekuatan dalam yang digunakan untuk menarik hal-hal ke arah tubuh. Selain serat
kolagen padat, tendon juga terdiri dari elastin, glikoprotein berat glikosilasi, kalsium,
mangan dan tembaga.
C. Ligamen
Ligamen adalah jaringan ikat yang berbentuk pita mempertemukan kedua ujung tulang
pada sendi. Ligamen membungkus tulang dengan tulang yang diikat oleh sendi.
Beberapa tipe ligamen :
a.
b.
2014
Ligamen adalah jaringan ikat fibrosa yang sedikit lentur, yang mengikat satu tulang
dengan tulang lainnya dan membentuk sendi. Ligamen mengendalikan jangkauan
gerak sendi, mencegah dan menstabilkan sendi sehingga tulang bergerak dalam
keselarasan. Karena memiliki kemampuan peregangan terbatas, ligamen membatasi
panjang gerak sendi untuk melindunginya dari cedera.
Diberikan di bawah ini adalah perbedaan utama antara tendon dan ligamen dalam hal
komposisi, penempatan, fungsi dan jenis cedera.
Tempat
Perbedaan
Ligamen
Tendon
Komposisi
Tempat
Fungsi
Menghubungkan
tulang dengan
tulang
Menghubungkan otot
dengan tulang
Cedera
Terkilir, robek
ligamen
2.2.
Ada dua jenis cedera yang sering dialami, yaitu trauma akut dan
Overuse Syndrome (Sindrom Pemakaian Berlebih). Trauma akut
adalah suatu cedera berat yang terjadi secara mendadak, seperti
robekan ligament, otot, tendo, atau terkilir, atau bahkan patah
tulang. Cedera akut biasanya memerlukan pertolongan profesional.
Sedangkan sindrom pemakaian berlebih sering
dialami, bermula dari adanya suatu kekuatan yang sedikit
berlebihan, namun
berlangsung berulang-ulang dalam jangka waktu lama. Sindrom ini
kadang memberi respon yang baik dengan pengobatan sendiri.
2014
Menurut Hardianto Wibowo (1995: 22) ada dua jenis cedera pada otot atau tendo dan
ligamentum, yaitu
1. Strain
2. Sprain
2014
Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi, akibat gerakan menjepit atau
memutar.
(Brunner & Suddarth. 2001. KMB. Edisi 8. Vol3.hal 2355. Jakarta:EGC)
Sprain adalah trauma pada ligamentum, struktur fibrosa yang memberikan stabilitas
sendi, akibat tenaga yang diberikan ke sendi dalam bidang abnormal atau tenaga
berlebihan dalam bidang gerakan sendi.
(Sabiston.1994.Buku Ajar Bedah. Bagian 2. Hal 370. Jakarta:EGC)
Sprain merupakan keadaan ruptura total atau parsial pada ligamen penyangga yang
mengelilingi sebuah sendi.
(Kowalak, Jenifer P. 2011. Patofisiologi. Hal 438. Jakarta:EGC)
Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sprain adalah cedera
struktural ligamen akibat tenaga yang di berikan ke sendi abnormal, yang juga
merupakan keadaan ruptura total atau parsial pada ligamen.
2.3.
2014
A. Strain
Nyeri local
Nyeri local
Bengkak
Tenderness
Gejala :
Adanya stabilitas
Spasme
Kuat
Bengkak
Tenderness
Cedera Otot, Tendo dan Ligamen
2014
a.
1.
Merupakan
robekan
dari
beberapa
ligament
akan
tetapi
tidak
2.
3.
4.
c.
1.
10
2014
2.4.
penggunaan otot yang berlebihan, tekanan yang terlalu besar, atau perenggangan yang
berlebihan.
1.
2.
3.
menyebabkan sprain.
4. Tidak melakukan pemanasan
Pada atlet olahraga sering terjadi sprain karena kurangnya pemanasan.
Dengan melakukan pemanasan otot-otot akan menjadi lebih lentur.
1.
2.
normal
Fraktur atau dislokasi yang terjadi secara bersamaan
Faktor Risiko
1. Riwayat keseleo sebelumnya (faktor risiko yang paling sering)
2. Gangguan pada jaringan ikat
3. Kaki Cavovarus
11
2014
2.5.
2.6.
A. Strain
B. Sprain
2.7.
2.8.
2.9.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Semua jenis kejang, baik yang umum maupun yang parsial, baik yang
disebabkan oleh demam maupun penyebab lainnya haruslah ditangani dengan
12
2014
adekuat. Penanganan awal yang tidak cepat dan tepat dapat memperparah
kondisi pasien karena kejang adalah keadaan klinis yang serius.
Kebanyakan orang akan merasa panik ketika menjumpai pasien dengan
kejang. Maka dari itu diperlukan ketenangan dan kesigapan tenaga medis,
khususnya dokter, agar setiap pasien dapat menerima penatalaksanaan awal yang
baik.
3.2. Saran
Dalam penyelesaian makalah ini kami juga memberikan saran bagi para
pembaca dan mahasiswa/i agar dapat:
1. Mengetahui jenis-jenis kejang serta penatalaksanaannya
2. Mengetahui setiap penanganan awal yang harus dilakukan jika menemui
kasus kejang
3. Melakukan penatalaksanaan awal sebelum merujuk pasien dengan kejang
13