Anda di halaman 1dari 90

PENATAAN KAWASAN TAMBAK

PANTURA JAWA
DALAM UPAYA
REVITALISASINYA

OUTLINE

PENDAHULUAN
ANALISIS PERENCANAAN
RENCANA ZONASI RINCI
INDIKASI PROGRAM

LATAR BELAKANG
Pantai Utara Pulau Jawa (Pantura) merupakan kawasan
pertambakan yang terluas di Indonesia, pernah
mengalami kejayaan dalam produksi udang pada era
tahun
1990-an,
dengan
menerapkan
teknologi
ekstensif, semi-intensif dan intensif. Dengan timbulnya
berbagai masalah, seperti penurunan daya dukung
lingkungan, serangan penyakit udang, dan menurunnya
mutu induk/benih udang, mengakibatkan kegagalan
pada produksi udang di Pantura.
Oleh karena itu, untuk membangkitkan kembali
produksi udang di Pantura perlu dilakukan upaya-upaya
khusus, antara lain melalui Revitalisasi Tambak Udang
di Pantura terhadap tambak-tambak uang idle atau
yang beroperasi tetapi tidak secara optimal.
Secara ideal, kegiatan perikanan budidaya haruslah
dikembangkan secara berkelanjutan. Dalam artian,
kegiatan budidaya tersebut haruslah menghasilkan
produktivitas yang sebanding dengan upaya, tidak
menciptakan konflik sosial, serta selaras dengan daya
dukung dan daya tampung lingkungannya.
Rendahnya tingkat produktivitas perikanan budidaya di
Kabupaten Gresik saat ini masih dapat ditingkatkan.
Dengan melakukan revitalisasi melalui perencanaan
zonasi kawasan pesisir, akan tercipta keseimbangan
tata
ruang
kawasan
perikanan
yang
mampu

TUJUAN
Mengurangi Kemiskinan, (Pro Poor)
Mengurangi Pengangguran, (Pro Job)
Meningkatkan Daya Saing Kegiatan
Dan Produk Perikanan (Pro Growth),
Membangun Ketahanan Pangan,
Membangun Daerah Dan Mengurangi
Ketimpangan Antar Wilayah,
Membangun Kesinambungan
Kegiatan Perikanan, Serta
Melestarikan Lingkungan Hidup (Blue
Carbon).

SASARAN

Tersedianya
seluruh
data
potensi, daya dukung dan
kondisi existing baik teknis
maupun non teknis sebagai
bahan
acuan
rencana
revilaisasi tambak udang di
Pantura Jawa
Terumuskannya
rencana
pengembangan
revitalisasi
tambak udang di Pantura jawa
Terumuskannya rekomendasi
pola pelaksanaan revilaisasi
tambak udang di Pantura Jawa

POLA PIKIR
Kondisi
Eksisting
Teori

Analisis Kesesuaial dan Daya Dukung


Lingkungan
Analisis Daya Tampung Lingkungan
Analisis Skenario-skenario penerapan
Teknologi
Analisis Kebutuhan Bibit dan Sarana
Budidaya
Analisis Kebutuhan Investasi

Revitalisasi

Penataan Ruang yang


seimbang
Penerapan Teknologi
Dukungan Sarana
Prasarana
Strategi

Rencana
Zonasi
Indikasi
Program

III. KAJIAN DAYA DUKUNG DAN POTENSI REVITALISASI


TOLAK UKUR
FAKTOR TEKNIS

FAKTOR NON TEKNIS

Aspek kesesuaian
lokasi sesuai standar
kelayakan budidaya
udang
Aspek daya dukung
lingkungan
Kesesuaian lokasi
dengan penerapan
teknologi yang akan
dikembangkan
(teknologi anjuran)

Kelembagaan
kelompok
Aspek sosial budaya
Aspek kemudahan
(Aksesibilitas, sumber
benih dan pasar)
Kondisi sarana dan
prasarana penunjang
Komitmen pelaku dan
dukungan
pemerintah daerah

PROFIL KABUPATEN GRESIK

Kabupate
n
Lamonga
n

Kabupate
n Gresik

Kabupate
n
Bangkala
n

Kota
Surabaya
Luas wilayah 1.191,25km
Jumlah penduduk: 1.072.190 jiwa (2009)
PDRB unggulan: Industri dan Perikanan.

KAWASAN PERENCANAAN ZONASI RINCI

Kawasan
Perencanaan
Kabupaten
Gresik

terdiri dari 18 Kecamatan,


dengan hanya 7 Kecamatan yang berada di
kawasan pesisir, yaitu sepanjang Kec. Kebonmas,
Sebagian Kec. Gresik, Kec Manyar, Kec. Bungah,
dan Kec. Ujung Pangkah.
Memiliki akses perdagangan regional, nasional
bahkan internasional sebagai alternatif terbaik
untuk investasi atau penanaman modal.
RTRW Kab Gresik dan Kepmen KP No.41/2009
tentang Penetapan Lokasi Minapolitan dengan
merevitalisasi tambak di Kab. Gresik, kawasan
perikanan budidaya tambak di wilayah utara.
Kaw. Minapolitan dipusatkan di Kec. Sidayu
dengan kecamatan penyangga (hinterland)nya di
Kec. Dukun, Bungah, Ujung Pangkah dan Panceng.
Dengan komoditas unggulan Udang vaname dan
bandeng.
Lahan budidaya perikanan tersebut sebagian
besar merupakan pertambakan yang bersalinitas
(18,82-28,11 ppt), namun dengan derajat
keasaman yang tinggi (8.08-10.34).
Sumber air tambak berasal dari laut dengan
tingkat kekeruhan tinggi dan salinitas yang
bervariasi. Pemasok utaman S. Bengawan Solo, S.
Lamong, yang bercabang ke sungai-sungai kecil
S. Ketode, Lengok, Kakus dan Celeng.. Saluran
primer, sekunder, tersier dan kuarter berasal dari

PERTIMBANGAN
PRIORITAS

PEMILIHAN

KECAMATAN

Pertimbangan
terpilihnya
Kecamatan
Ujung
Pangkah:
Sedimentasi yang sangat tinggi
1) Mayoritas penggunaan lahan adalah areal
budidaya,
2) Memiliki isu tingkat perubahan bentang alam
yang sangat tinggi. Karena perubahan bentang
alam akan sangat mempengaruhi tidak hanya
Perubahan ini membawa dampak
kegiatan perikanan budidaya, termasuk juga
negatif:
perubahan pada kawasan perairan lautnya.
1) Rusaknya jaringan irigasi/drainase,
2) Turunnya kualitas air (kekeruhan dll),
3) Meningkatnya
tingkat
kematian
budidaya,
4) Menurunnya produktifitas perikanan,
5) Konflik sosial kepemilikan tanah
tumbuh.
Kecamatan Ujung Pongkah
Kecamatan Panceng

Batas Kecamatan
Kecamatan Dukun

Kecamatan Sedayu

Peta Kecamatan
sebelum
Sedimentasi

Peta Kecamatan
sesudah
Sedimentasi

ANALISIS
ANALISIS
KESESUAIAN
DAN
DAYA
DUKUNG
LINGKUNGAN
ANALISIS KOMODITAS YANG SESUAI
ANALISIS DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN
ANALISIS
SKENARIO-SKENARIO
PENERAPAN
TEKNOLOGI
ANALISIS
KEBUTUHAN
BIBIT
DAN
SARANA
BUDIDAYA
ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI

(S1): 799,53 Ha
(S2): 31.140,21
Ha
Total: 31.939,74
Ha

KONDISI FISIK TAMBAK DI KAB. GRESIK

Hasil Kajian BPPBAP Maros, 2011

ANALISIS KESESUAIAN

(S1): 799,53 Ha
(S2): 31.140,21 Ha
Total: 31.939,74 Ha

(sempadan sungai dan sempadan pantai) untuk


melindungi pertambakan di sekitarnya
Kondisinya selalu tergenang atau tereduksi,
bahan organik tanah dan N total tanah yang
relatif rendah. Pada Kawasan Tambak yang
terletak pada
kawasan rawan bencana
gelombang pasang, disarankan melakukan
adaptasi dengan cara pendalaman tambak,
pergentaian komoditi/spesies yang lebih tahan,
dan penerapan teknologi
Kondisi jaringan irigasi tambak saat ini sangat
dangkal
sehingga
memerlukan
upaya
pengerukan untuk memperlancar penyediaan
air tambak yang cukup baik dan berkualitas
Pada Kawasan tambak yang mengandung
unsur
atau
senyawa
beracun,
potensi
kemasaman (pH) dan kandungan besinya
tinggi, disarankan melakukan upaya perbaikan
tanah berupa remediasi dengan tahapan
pengeringan, peredaman, pencucian, atau
pembilasan dan pengapuran yang dilakukan
pada
saat
persiapan
tambak
sebelum
pemupukan dan penebaran ikan atau udang.
Pengelolaan
tambak
tidak
disarankan
menggunakan air tanah sebagai sumber air
untuk tambak, disamping banyak kandungan
besi fero (Fe2+ ) juga dalam kurun waktu relatif
lama dapat menurunkan permukaan tanah.

ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN


NO
TOLOK UKUR
.
1. Tipe dasar pantai
2. Tipe garis pantai
3. Arus perairan
4. Amplitudo Pasut
rataan
5. Elevasi
6. Mutu tanah
7. Air Tawar
8. Permukaan air
tanah
9. Jalur Hijau
10. Curah hujan

KATAGORI DAYA DUKUNG

SKOR

Sangat Landai, tekstur


tanahnya
lempung berliat, lempung liat berpasir
hingga lempung berpasir
Konsistensi tanah stabil
Sedang
11-21 dm

Dapat diairi pada saat Pasang tinggi


rataan, Dapat dikeringkan total pada
saat surut rendah rataan
Tekstur,
sandy
clay-loam,
tidak
bergambut, kandungan pirit rendah
Dekat sungai dengan mutu air dan
jumlah memadai
Di bawah LLWL

3
2
2

2
3
3

Tipis/tanpa jalur hijau , didominasi


1
Avicennia sp. Dan Sonneratia sp.
2000-2500 mm/tahun
2
NILAI
22/30

ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN


Berdasarkan hasil analisis kelas
kesesuaian lahan untuk komoditas
udang, menunjukkan bahwa kelas
kesesuaian lahan di kawasan ini
cukup beragam, yaitu, S1 (sesuai),
S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai
marginal), dan N (tidak sesuai).
Sementara itu, faktor pembatas
lahan yang ada adalah salinitas
(Sal),
kekeruhan
(NTU),
dan
keasaman (pH). Dari hasil analisis
tanah yang dilakukan, diperoleh
data bahwa di beberapa tempat,
tanah-tanahnya memiliki pH tanah
berkisar dari 8 sampai 10. Selain
itu, rata-rata pada kedalaman > 50
cm terdapat potensi pirit (FeS
).
Luas
2
No

Kelas Kesesuaian Lahan

1
2
3
4
5

S1
S2_Sal
S3_TSS
S3_Sal
S3_SalpH
Jumlah

Ha

67.8
28.4
9.1
7.6
11.2

%
54.63
22.88
7.33
6.12
9.02

124.1

100.00

PARAMETER
Salinitas
Kekeruhan
Alkalinitas

SATU
AN
ppt
NTU
ppm

pH

KISARAN/
AMBANG
BATAS
5-35
150
75-200

OPTIMU
M
15-25
20-30
100-150

7,5-8,7

8,0-8,5

ppm

1.0

0.1

ppm
ppm
ppm

0,25
0,25
0,25

0
0
0

Air Raksa/Merkuri
(Hg)
Tembaga (Cu)

ppm

0,0025

ppm

0,1

Besi (Fe)

ppm

0,01

Timbal (Pb)

ppm

0,25

Cadmium (Cd)

ppm

0,15

ppb

0,0004

NH4+3(Total
Amonium)
NH3
NO2
H2S
Logam Berat

Jenis Pestisida
Malathion

SEBARAN DAYA DUKUNG

No

Kelas Kesesuaian
Lahan

Luas
Ha

S1

67.8 54.63

S2sl

28.4 22.88

S3B

9.1

7.33

S3sl

7.6

6.12

S3sl.pH

11.2

9.02

Jumlah

124.1 100.00

ANALISIS DAYA TAMPUNG


Perhitungan daya tampung diturunkan dari Peta Kesesuaian Lahan
(Daya Dukung). 52% merupakan persentase penggunaan lahan
dengan memperhitungkan keseimbangan penggunaan ruang untuk
produktivitas perikanan budidaya yang berkelanjutan.
Kawasan Konservasi

1. Zona Inti: Sempadan


Sungai & Sempadan
Pantai
2. Zona Penyangga Pantai

Kawasan Pemanfaatan
Umum

1.
2.
3.
4.
5.

20%

Petak Tandon
Petak Steril Air
Petak Tambak
Petak Pengendali Hama
Bangunan
52% (+12%)

Dengan demikian perkiraan luas daya


tampung bagi kegiatan budidaya udang
adalah sebagai berikut.
Luas (Ha)
No Kelas Kesesuaian Lahan
1
2
3
4
5

S1
S2sl
S3B
S3sl
S3sl.pH
Jumlah

Luas Daya Dukung


67.8
28.4
9.1
7.6
11.2

Daya Tampung (52%)


35.25
14.76
4.73
3.95
5.82

124.1

64.53

Alur

1. Saluran Masuk
2. Saluran Keluar

13%

KOMPOSISI ALOKASI RUANG ZONASI

KK
Jalur Hijau
20%
13.56
5.68
5.58
24.82

KPU
Tambak
52%
35.256
14.768
14.508
64.532

Tandon
15%
10.17
4.26
4.185
18.615

Alur
Saluran Irigasi
13%
8.814
3.692
3.627
16.133

Total
100%
67.8
28.4
27.9
124.1

ANALISIS SKENARIO PENERAPAN TEKNOLOGI

Dengan menggunakan data daya tampung, dapat diperkirakan


produktivitas
perikanan budidaya
dengan
menggunakan
berbagai macam skenario agar dapat diketahui bagaimana
aplikasi teknologi terhadap kondisi eksisting saat ini:
1) Skenario 1. Kondisi eksisting, yaitu pelaku budidaya
menggunakan
metode
tradisional,
dengan
padat
penebaran 80.000 ind/Ha/Thn dan survival rate sebesar
40%,
2) Skenario 2. Perlakuan 1, yaitu penerapan teknologi semi
intensif dengan dengan padat penebaran 240.000
ind/Ha/Thn dan survival rate sebesar 50%,
3) Skenario 3. Perlakuan 2, yaitu penerapan teknologi
intensif dengan dengan padat penebaran 500.000
ind/Ha/Thn dan survival rate sebesar 50%.

ANALISIS
SKENARIO
URAIAN

PRODUKTIVITAS
BUDIDAYA TAMBAK
TEKNOLOGI
TRADISIONAL

Padat Tebar
(1000xind/ha/th)

80

SR

40%

Size

30

Estimasi Produksi
(ton/ha/th)
Estimasi pakan
(ton/ha/th)
FCR
Harga /Kg

1.07
1.92
1.8

5,160,000.00
2,064,000.00
61,920,000.0
0
66.25
118.89
111.46

BERDASARKAN

BUDIDAYA TAMBAK
TEKNOLOGI SEMI
INTENSIF
240
50%
35
3.43
6.86
2

15,480,000.00
7,740,000.00
270,900,000.0
0
929.19
1,858.37
541.80

BUDIDAYA TAMBAK
TEKNOLOGI INTENSIF
500
50%
40
6.25
12.5
2

54000 3,577,737,60 54000 50,176,098,00 54000


0.00
0.00

32,250,000.00
16,125,000.00
645,000,000.0
0
4,031.25
8,062.50
1,290.00
217,687,500,0
00.00

Keterangan:
Luas merupakan lahan daya tampung yang sebesar 52% dari lahan daya
dukung.
Produksi, merupakan hasil kali dari luas lahan dengan ton produksi per hektar
Harga, merupakan hasil kali dari produksi dengan harga udang windu size 30
senilai Rp 42.000 per kilogram.

ANALISIS KEBUTUHAN PRASARANA HATCHERY


Hatchery merupakan unit penyediaan benur dalam jumlah yang
mencukupi dengan kualitas yang memadai.
Kegiatan perikanan budidaya udang di kawasan perencanaan saat ini
masih mengandalkan pasokan benur dari luar Kabupaten Gresik.
Hal ini dikarenakan pada saat ini unit pembenihan yang ada masih
belum mampu menyediakan benur sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan.
Dengan demikian diperlukan unit penyediaan benur yang berlokasi
dekat dengan kawasan produksi.
Perhitungan kebutuhan benur disampaikan sebagai berikut.
Lahan
Padat Tebar
(1000xind/ha/th
)
Sesuai (S1)
Cukup Sesuai
(S2)
Kurang Sesuai
(S3)
Total

Kebutuhan Benur
Luas
SemiTradisional
Intensif
Intensif

80

240

500

35.3 2,824,000

8,472,000

17,650,000

14.8 1,184,000

3,552,000

7,400,000

14.5 1,160,000

3,480,000

7,250,000

64.5 5,160,000 15,480,000 32,250,000

Kebutuhan Hatchery Lengkap


Tradision
SemiIntensif
al
Intensif

ANALISA KELAYAKAN INVESTASI


TAMBAK
UDANG
LAHAN
YANG DIPERLUKAN 70 HA, TERDIRI

DARI 65 HA LAHAN TAMBAK DAN 5 HA


BANGUNAN
Teknik Produksi
Skala Usaha

65 Ha untuk lahan tambak, 5 Ha untuk


infrastruktrur dan emplassemen

Status Usaha

Kemitraan

Sifat Usaha

Semi Intensif

Jenis Udang

Udang vaname (Penaeus vannamei)

Kepadatan Bibit

15.480.000 ekor/kepadatan 240.000 ekor per


Ha

Target Panen

4 Bulan atau satu tahun 2 kali panen

Kapasitas Produksi

929.19 Ton/Tahun atau 464.59 Ton per panen

Volume Panen

30 gram per ekor udang

Mortalitas Udang

50%

KEBUTUHAN SARANA PRODUKSI


PER TAHUN/ DUA KALI PANEN

Bibit/Benur

Pakan

Pupuk Urea
Pupuk TSP
Saponin
Kapur

:
:
:
:

15.480.000 ekor/kepadatan 240.000


ekor per Ha
1.858,37 Ton/tahun atau 929.19
Ton/panen
20 Ton
20 Ton
10 Ton
100 Ton

KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA

Gedung Kantor
Gudang
Pos Keamanan
Aerator/Kincir
Kendaran
Operasional
Motor
Mobil Angkutan
Perahu motor
tempel
Kebutuhan Listrik

:
:
:
:

100 M2
100 M2
4 Unit (16 M 2 )
650 Unit atau 10 Unit/Ha

: Unit Jenis Box


: 5 Unit
: 1 Unit pick up
: 5 unit
: 5 Unit

TABEL JUMLAH DAN GAJI TENAGA KERJA PER TAHUN


No.

Jabatan

Jumlah

Gaji Per Bulan


(Rp)

Teknisi Kepala

1
7,500,000.00

Teknisi

Jumlah Per
Tahun
(Rp)
7,500,000.00

8
5,000,000.00 40,000,000.00

Operator

128
3,000,000.00 384,000,000.00

4
5

Staf Administrasi
Keuangan
Straf HRD

1
3,500,000.00

3,500,000.00

3,500,000.00

3,500,000.00

6 Satpam
10
2,500,000.00 25,000,000.00
Keterangan :
orang teknisi mengelola 16 149
ha, dengan operator 32 orang (2
2Jumlah
463,500,000.00
org/Ha).
Upah belum termasuk lembur, intensif dan bonus.
Gaji disesuaikan dengan UMR setempat

ANALISIS BIAYA PRODUKSI


No.

Uraian

Volume

Unit

Modal Tetap

1. Pembebasan Lahan

55

Ha

2. Konstruksi Lahan Tambak

50

Ha

3. Bangunan Emplasemen

200

M2

4. Genset (Merk Perkins)

5. Aerator

6. Kendaraan Operasional

Harga/Unit
Total (Rp)
(Rp 1.000)

250.000 1.375.000.0
00
250.000 2.500.000
500.

100.000

US$ 57.950

956.175

Unit

1.856,25

556.875

Unit

80.000

80.000

7. Motor

Unit

12.000

12.000

8. Instalasi Listrik

153.375

Jumlah A

6.858.425

Modal Kerja

1. Bibit (Benur)

14.000.000

Ekor

0,045

630.000

2. Pakan

420.000

Kg

7,5

3.150.000

3. Obat-obatan

2 Unit 500
KVA
300

Analisis Biaya Produksi


No.

Uraian

B Modal Kerja
1. Bibit (Benur)

Volume

14.000.00
0
2. Pakan
420.000
3. Obat-obatan

- Urea
20.000
- TSP
20.000
- Saponin
10.000
- Kapur
100.000
4. Gaji Karyawan

5. Biaya Panen

6. Transportasi

7. Wareng
600
Setrimin
8. Wareng Hijau
2.000

Unit

Ekor
Kg

Kg
Kg
Kg
Kg

M
M

Harga/U
nit (Rp)

0,045

Total
(Rp)

630.000

7,5 3.150.000

1,5
30.000
1,5
30.000
7
70.000
1 100.000
438.000
150.000

50.000
7,5
4.500
4

8.000

ANALISIS BIAYA PRODUKSI


No.
C

Uraian
9. Bahan bakar
10. Rehabilitasi
Jumlah B
Modal Investasi
(A+B)

Volume

Unit

96.000
50

Liter
Ha

Harga/Uni
Total (Rp)
t (Rp)
4.500
192.000
5.000.
250.000
5.002.500
11.860.925

Catatan :
Modal Kerja satu tahun dihitung untuk dua kali panen, modal kerja
untuk satu kali panen 50% dari modal kerja selama satu tahun
Harga Genset atas dasar harga pasaran Surabaya, Juli 2011, dengan
nilai dolar
Harga tanah lahan tambak Rp. 250.000,-/m2 atas dasar Nilai Jual
Objek Pajak di daerah pantai Gresik

MULTIPLAYER EFECT

Manfaat langsung: menambah petani


tambak dan menyerap tenaga kerja lokal
Manfaat tidak langsung: perbaikan
transportasi seperti jalan, jembatan,
angkutan; perbaikan sarana perekonomian
seperti pasar, warung, dan Tempat
Pelelangan Ikan (TPI); dan sarana
keamanan seperti pos polisi
Manfaat yang diterima oleh pemerintah
daerah lebih bersifat intang

ANALISIS KEBUTUHAN PRASARANA BUDIDAYA


Fasilitas

Fungsi

Kebutuhan

Hatchery

Menyediakan bibit dalam jumlah yang


mencukupi dengan kualitas yang
memadai

1 Hatchery Lengkap (HL) untuk


skenario Tradisional, 2 Hatchery
Lengkap (HL) untuk skenario SemiIntensif, dan 3 Hatchery Lengkap
(HL) untuk skenario Intensif

Tanggul, Pintu Air,


Pompa, dan Aerasi

Meningkatkan produktivitas budidaya

Sesuai masing-masing skenario

Kios Minasaprodi

Menyediakan dan menyalurkan sarana


produksi perikanan seperti bibit ikan,
pupuk, obat-obatan dan sarana perikanan
budidaya lainnya untuk mendukung
peningkatan produksi dalam upaya
penyediaan pangan dan pengembangan
minabisnis
Menyediakan sarana mekanisasi prapanen yang mampu melayani seluruh
kawasan

1 Kios Minasaprodi setara Lini 3

Saluran Irigasi Tersier


dan Tandon

Menjaga ketersedian dan kualitas air


untuk keberlangsungan budidaya
perikanan

Normalisasi saluran irigasi


Pembuatan tandon sebagia inlet
air laut dan air tawar

Sentra Pengolahan
Hasil Perikanan

Menyediakan peralatan untuk


pengolahan dan pemasaran hasil
perikanan.

3 Sentra Pengolahan dan


Pemasaran Hasil Perikanan, berupa:
pembangunan rumah pengolahan
beserta pengadaan alat-alat
pengolahan

Balai Latihan dan


Keterampilan (BLK)

Memberikan pendidikan dan pelatihan


budidaya (pra, proses dan pasca

1 Balai Latihan dan Keterampilan

Unit Pelayanan Jasa


Alat dan Mesin
perikanan/Alsintan
(UPJA)

1 Depo peralatan pra panen


1 Pusat Perbengkelan dan Gudang
Suku Cadang Alsintan (tranktor,
kincir)

ANALISIS SWOT STRATEGIS


Kekuatan (Strength-S)
1) Lahan masih sangat luas.
2) Daya dukung lahan sangat baik.

1)

2)

3)

4)
Peluang (Opportunity-O)
STRATEGI S-O
1) Faktor kedekatan lokasi 1) Potensi pasar dan keberadaan industri 1)
dengan
Pelabuhan
perikanan di Gresik dan Surabaya dapat
Tanjung Perak,
dijadikan modal untuk mencari investor
2) Industri
perikanan
yang
dapat
mendukung
aplikasi
budidaya membutuhkan
teknologi untuk memanfaatkan potensi
udang
dalam
jumlah
lahan yang masih sangat luas.
besar.
Ancaman
STRATEGI S-T
(Threat-T)
1) Pemerintah Daerah harus berkoordinasi 1)
1) Keberadaan
Sungai
dengan
.Pemerintah
Pusat
dalam
Bengawan Solo, Sodetan
mengupayakan
penanggulangan
dan Curah Hujan yang
sedimentasi dan limpasan limbah dari
cukup
tinggi,
dapat
Sungai
Bengawan
Solo,
dan
membawa
limpasan
Sodetannya.
limbah
industri 2) Pemerintah Daerah dapat membuat
berbahaya
sistem perijinan satu atap untuk
2) Keamanan
kawasan
mempercepat proses perizinan lahan
masih rendah,
budidaya

Kelemahan (Weakness-W)
Masih bersifat tradisional dalam
upaya
pembenihan
dan
pembesaran.
Jaringan
irigasi
teknis
untuk
pembudidayaan tambak masih tidak
merata.
Mutu
sarana
produksi
dan
produktivitas usaha budidaya masih
relatif rendah.
Lemahnya kelembagaan kelompok
pembudidaya.
STRATEGI W-O
Potensi
pasar
dan
keberadaan
industri
dapat
di
Gresik
dan
Surabaya menjadi modal untuk
menarik
investor
untuk
meningkatkan teknologi, kapasitas
sumberdaya manusia, dan dukungan
kelembagaan yang dibutuhkan..
STRATEGI W-T
Lingkungan harus menjadi perhatian
penting
agar
dampak
dari
pencemaran dan sedimentasi dapat
diminimalkan pengaruhnya pada
kualitas air.

PERTIMBANGAN DALAM REVITALISASI

STRATEGI REVITALISASI
Sungai/Laut
(Air Payau)

PT
PAS

PU

PU

PU

UPL
SPN

SS

PT
= Petak Treatment
PAS = Petak air siap pakai berisi ikan omnivoraherbivora (bandeng-mujair jantan/nila jantan belanak)
U
= Petak pembesaran udang
SS
= Saluran sedimentasi
SPN
= Saluran penyerapan nutrient terlarut
(rumput laut)
UPL = Petak pengolahan limbah (oksidasi dan pohon
bakau)

REALISASI REVITALISASI TAMBAK UDANG

Manajemen Kesehatan Budidaya Udang (SCHM), melalui:


a. Perbaikan Persiapan Petak Tambak dan Kawasan Tambak
Persiapan Tambak, Persiapan kawasan tambak, Penyiapan
Air Tawar Siap Tebar)
b. Pencegahan Pengelolaan Kualitas Air -> Pencegahan Masuk
Kembali Patogen (Pengadaan benur Bebas Patogen dan
Pencegahan masuknya kembali patogen melalui air)
c. Peningkatan Pengelolaan Pemberian Pakan
d. Pencegahan Penyebaran Penyakit
e. Rekayasa Sosial

1. PERBAIKAN PERSIAPAN PETAK TAMBAK DAN


KAWASAN TAMBAK
TATA LETAK TAMBAK
TATA LETAK TAMBAK HARUS MEMENUHI:
Menjamin kelancaran mobilitas operasional
Menjamin kelancaran dan keamanan pasok air
dan pembuangannya.
Menekan biaya kontruksi tanpa mengurangi
fungsi teknis dari unit tambak yang dibangun
dan mempertahankan kelestarian lingkungan.
ASPEK TATA LETAK TAMBAK:
Konstruksi petakan dan pintu air tergantung
teknologi
Sistem Irigasi, Saluran pemasukan & pembuangan
terpisah
Tandon air sumber dan air buangan (limbah) Sistem
pararel bukan seri (perbaikan kualitas air, ramah
lingkungan, biremediator, mencegah patogen & cerrier,
serta menetralisir ekses racun)
Daerah penyangga, sempadan pantai (lebarnya min
130 x nilai rata2 perbedaan pasang tertinggi dan
terendah) & sempadan sungai (min 100 dari kanan
kiri sungai besar dan 50 m kanan kiri sungai kecil)
Areal sarana penunjang (gudang pakan, gudang

RENCANA ZONASI RINCI

No

Kelas Kesesuaian
Lahan

Luas
Ha

S1

67.8 54.63

S2sl

28.4 22.88

S3B

9.1

7.33

S3sl

7.6

6.12

S3sl.pH

11.2

9.02

Jumlah

124.1 100.00

RENCANA ZONASI RINCI

4. PENCEGAHAN PENYEBARAN
PENYAKIT
Konsepsi Aksi Dan Pelaku Serta Persyaratan Operasi
Manajemen Kesehatan Budidaya Udang
Konsepsi
1. Eradikasi Patogen
a. Di petak
b. Di hamparan
2. Eradikasi Patogen
a. Di petak
b. Di hamparan

3. Eradikasi Patogen
a. Di petak
b. Di hamparan
4. Eradikasi Patogen
a. Di petak
b. Di hamparan

5. Eradikasi Patogen
a. Di petak
b. Di hamparan

Aksi
a. Desinfektan petak
b. Desinfektan saluran +
peralatan
a. Gunakan Patogen
Free Seed
b1. Desinfeksi air masuk
b2. Gunakan karnivora
sebagai filter carrier
a.
Gunakan
teknologi
resirkulasi
b. Probiotik/Bioremediasi
a. Kontrol kualitas +
jumlah petak >> FCR
kecil
b.
Pemupukan
untuk
pakan
alami
>>
peningkatan daya tahan

Pelaku
a. Petani (P)
b. Kelompok
Tani (KT)
a. P/KT
b. P
a. P
b. P
a. KT
b. P
P

Syarat Operasi
Diperlukan bahan
dari SOP (standard
operation
procedure) yang
semuanya harus
dapat dilaksanakan
dalam kerjasama
kelompok tani
tambak yang
Kompak

5. REKAYASA SOSIAL
Kemandirian Agribisnis Budidaya Udang
integrated bisnis dari mulai hulu sampai hilir

PENGEMBANGAN BUDIDAYA AIR PAYAU


No.

Program

Stakeholder
201
3

Rehabilitasi iriigasi

2
3

Rehabilitasi Green belt (Sempadan


pantai dan sempadan sungai)
Rehabilitasi tambak

Rehabilitasi balai-balai benih udang

Menarik investor untuk


a.membangun cold storage

Pemda, Dis-KP, Dis-PU,


Petambak
Pemda, Dis-KP, Dis-Hut,
Dis-PU, Petambak
Pemda, Dis-KP, Dis-PU,
Petambak
Dis-KP, Petambak
Pemda, BKPMD,
Dis-KP, Dis-Perindag

a.membangun pabrik es
a.membangun pabrik pakan
6

Rehabilitasi LBAP

Dis-KP

Operasionalisasi LBAP

Dis-KP

Menjadikan LBAP Ujung Batee sebagai


broodstock center udang vannamei
Memberikan pelatihan cara-cara
budidaya di wilayah endemik penyakit
viral (SCHM)
Menghidupkan/membentuk kelompok
kelompok tani agar memiliki pola
tanam yang teratur sehingga ada
kontinuitas sarana dan hasil panen

Dis-KP

10

Dis-KP, Petambak, Pakar

Dis-KP, Petambak,
Pengusaha

Tahun
201 201 201 201
4
5
6
7

TERIMA KASIH

DESAIN & KONTRUKSI


TAMBAK UDANG

KONTRUKSI TAMBAK
Syarat konstruksi tambak:
1. Tahan terhadap damparan ombak
besar, angin kencang dan banjir.
Jarak minimum pertambakan dari
pantai
adalah
50 meter
atau
minimum 50 meter dari bantara
sungai.
2. Lingkungan tambak beserta airnya
harus cukup baik untuk kehidupan
udang sehingga dapat tumbuh
normal sejak ditebarkan sampai
dipanen.
3. Tanggul harus padat dan kuat tidak
bocor atau merembes serta tahan
terhadap erosi air.
4. Desain tambak harus sesuai dan
mudah untuk operasi sehari-hari,
sehingga menghemat tenaga.
5. Sesuai dengan daya dukung lahan
yang tersedia.
6. Menjaga kebersihan dan kesehatan

DESAIN TAMBAK SISTEM RESIRKULASI/SEMI TERTUTUP


Konstruksi dan pengelolaan
tambak
dengan
sistem
resirkulasi
tertutup
adalah
sebagai berikut :
Memiliki tandon pasok dan
tandon buang yang masingmasing terdiri dari 3 4 petak
(pengendapan/karantina,
biofilter, aklimatisasi).
Menerapkan biosecurity secara
umum
selama
operasional
pemeliharaan.
Penggunaan
ikan-ikan
bioscreening
multi
species
sebagai pemangsa inang dan
sebagai biofilter.
Bila didalam petak tandon
aklimatisasi kondisi plankton
belum
memadai
perlu
dilakukan
inokulasi
phytoplankton pada air media
pemeliharaan.
Daerah penyangga dan jalur

SPE

PB

PP

PP

PAS

PK
UPL

Keterangan :
PK
:
Petak karantina
PAS
: Saluran air pasok
SPE
:
Saluran air buang
PB
:
Petak (pengendapan/ karantina, biofilter,
aklimatisasi)
UPL
: Tempat penyaringan limbah tambak
Desain tambak sistem resirkulasi tertutup (semi
tertutup) (Sumber : BBPBAP Jepara, 2003)

DISAIN PEMATANG
Ada dua macam pematang, yaitu pematang
utama dan pematang antara.
Pematang utama merupakan pematang
keliling unit, yang melindungi unit yang
bersangkutan
dari
pengaruh
luar.
Tingginya 0,5 m di atas permukaan air
pasang tertinggi. Lebar bagian atasnya
sekitar 2 m. Sisi luar dibuat miring
dengan kemiringan 1:1,5. Sedangkan
untuk sisi pematang bagian dalam
kemiringannya 1:1.
Pematang antara merupakan pematang
yang membatasi petakan yang satu
dengan yang lain dalam satu unit.
Ukurannya tergantung keadaan setempat,
misalnya: tinggi 1-2 m, lebar bagian atas
0,5-1,5. Sisi-sisinya dibuat miring dengan
kemiringan 1:1.
Pematang dibuat dengan menggali saluran
keliling yang jaraknya dari pematang 1 m.
Jarak tersebut biasa disebut berm.

DISAIN PEMATANG

DISAIN SALURAN

Saluran air harus cukup lebar dan dalam,


tergantung
keadaan
setempat,
lebarnya
berkisar antara 3-10 m dan dalamnya kalau
memungkinkan sejajar dengan permukaan air
surut terrendah. Sepanjang tepiannya ditanami
pohon bakau sebagai pelindung.
Ada dua macam pintu air, yaitu pintu air utama
(laban) dan pintu air sekunder (tokoan/pintu air
petakan).
Pintu air berfungsi sebagai saluran keluar
masuknya air dari dan ke dalam tambak yang
termasuk dalam satu unit.
Lebar mulut pintu utama antara 0,8-1,2 m,
tinggi dan panjang disesuaikan dengan tinggi
dan lebar pematang. Dasarnya lebih rendah dari
dasar saluran keliling,serta sejajar dengan dasar
saluran pemasukan air.
Bahan pembuatannya antara lain: pasangan
semen, atau bahan kayu (kayu besi, kayu jati,
kayu kelapa, kayu siwalan, dll)
Setiap pintu dilengkapi dengan dua deretan
papan penutup dan di antaranya diisi tanah
yang disebut lemahan.
Pintu air dilengkapi dengan saringan, yaitu

DISAIN SALURAN

Saluran
tambak
pada
umumnya
termasuk
tipe
terbuka
dengan
penampang berbentuk trapesium terbalik
dan airnya mengalir secara gravitasi.
Tipe tertutup biasanya dipakai untuk
menyalurkan air yang dipompa dari laut
Disain saluran meliputi: penentuan
kemiringan saluran, lebar dan dalam
dasar saluran serta kemiringan dinding
saluran.

2. PENGELOLAAN KUALITAS AIR


REHABILITASI PERTAMBAKAN DI WILAYAH ENDEMIK
MBV, WSV DAN TSV

Saluran pembawa (supply) harus terpisah dari saluran


pembuang (drainase).
Dua sampai tiga bulan pertama tidak dilakukan pergantian air dan
bulan ke empat pergantian air hanya untuk mengganti
evapotranspirasi. Pergantian air yang besar dapat bermakna
memasukkan lebih banyak carrier penyakit.
Sebagai konsekuensi dari butir ke dua adalah dimensi saluran
pembawa tidak terlalu besar. Dengan kisaran pasang
setinggi 1,10 m maka dimensi saluran selebar 10 m dan
kedalaman 1,5 m cukup untuk mengairi tambak seluas 125
ha.

PENGELOLAAN KUALITAS AIR

Penggantian air dilakukan


secara teratur, misalnya 5%
setiap hari dan hindari
penggantian air secara
total/sampai habis kecuali ada
masalah-masalah tertentu.
Untuk tambak-tambak tertentu
biasanya dilengkapi 2 pintu air
pembuangan yaitu pipa atas
dan pipa bawah.
Untuk pipa atas diperlukan
untuk membuang air pada saat
sehabis hujan deras sehingga
timbul dua lapisan yang
berbeda yaitu lapisan air
berkadar garam dan air hujan.
Oleh karena itu, karena air
hujan tidak cocok dengan
kondisi lingkungan udang maka
perlu dibuang

PEMASANGAN KINCIR

Kincir biasanya dipasang


setelah pemeliharaan 1,5-2
bulan, karena udang sudah
cukup kuat terhadap
pengadukan air.
Kincir dipasang 3-4 unit/ha.
Daya kelarutan O2 ke dalam
air dengan pemutaran kincir
itu mencapai 75-90%.

A.
B.

Desain Tambak ukuran 4000 m2 lingkaran


dan bujur sangkar danpengaturan Kincir 1.5
HP
Disain tambak dengan luas > 5000 m2

PROFIL TAMBAK UDANG DI JAWA TIMUR


2.1. Pemanfaatan Lahan Tambak
Total pemanfaatan lahan tambak
untuk
kegiatan
budidaya
di
Pantura Jawa mencapai sebesar
180.844,96 hektar. Berdasarkan
tingkat
teknologi
dari
nilai
tersebut masing-masing untuk
budidaya
sistem
tradisional
sebesar 146.757,36 hektar; semi
intensif
sebesar
29.992,11
hektar,
dan
sistem
intensif
sebesar 4.095, 49 hektar.
Provinsi Jawa Timur merupakan
kawasan yang memiliki lahan
pertambakan
terluas
yaitu
mencapai
79.816,46
hektar,
diikuti berturut-turut Provinsi Jawa
Barat 50.340,64 hektar, Jawa
Tengah 41.198,86 hektar, dan
Banten sebesar 9.489,00 hektar.
Kawasan tambak Pantura di atas
meliputi 22 Kabupaten/Kota yang
tersebar di 4 (empat) Provinsi.

Luas Tambak (ha)


No
1

Kabupaten

Total

Lamongan
20.842,05

Gresik
32.464,17

Pasuruan
3.952,90

6
7

Probolinggo

1.999,10

Situbondo
488,20

Intensif

2.807,73
19.771,70
32.402,17

126,13

224,77

983,75

86,60

43,00

19,00

7,00

4,00

2,10

878,40

65,50

342,70

161,00

773,00

Sidoarjo
15.530,41

Semi

Tuban
3.158,63

Tradisional

Banyuwangi

1.381,00

15.530,41
3.941,90
1.118,60
80,00
447,00

79.816,46 76.099,51

1.388,4 2.328,4
8
7

2.2 GAMBARAN PRODUKSI BUDIDAYA

Total
produksi
budidaya
tambak
Pantura mencapai 395.143,71 ton.
Angka tersebut didominasi oleh 3
(tiga)
komoditas budidaya
yakni
berturut-turut udang (windu dan
vaname) sebanyak 86.500,07 ton ,
bandeng sebanyak 180.268,77 ton,
Gracilaria sebanyak 66.603,99 ton
dan lainnya sebanyak 61.770,87 ton.
Produksi
Provinsi
Jawa
Timur
Komoditas
udang
sebanyak
29.637,92 ton, Bandeng sebesar
70.732,17 ton, Sedangkan Gracilaria
3.911,5 ton

REKAPITULASI HASIL IDENTIFIKASI


PRODUKSI BUDIDAYA TAMBAK DI PANTURA
Produksi (ton)
No

Kabupate
n/Provinsi

Total

Udang

Banden Gracilar
g
ia
Lainnya

Tuban
6.548,32 2.176,14 3.381,29

2,00

988,89

Lamongan

Gresik

Sidoarjo

Pasuruan

4.411,00 2.406,00 1.405,00

- 600,00

45.224,6
37.347,4
3 7.877,18
5

56.376,8
23.295,0
24.896,9
0 5.459,10
0 2.725,80
0
9.191,62 1.091,62 4.071,13 1.001,99 3.026,88

6
7

Probolinggo

3.720,16 1.542,88 932,50

Situbondo
2.321,20 2.041,20 266,50

168,30 1.076,48

Banyuwang
i
7.373,10 7.043,80

33,30

13,50
-

296,00

2.3 JUMLAH RUMAH TANGGA PELAKU BUDIDAYA


REKAPITULASI HASIL IDENTIFIKASI
JUMLAH RUMAH TANGGA PERIKANAN

Aktivitas budidaya tambak telah


secara
nyata
mempengaruhi
terhadap serapan tenaga kerja
bagi masyarakat di Pantura Jawa.
Dengan total pemanfaatan lahan
budidaya
sebesar
180.844,96
hektar, jumlah rumah tangga
perikanan yang aktif melakukan
kegiatan
usaha
budidaya
di
tambak mencapai 69.937 RTP,
dengan rincian masing-masing
pelaku
budidaya
tradisional
sebanyak 53.134 RTP, semi
intensif sebanyak 13.757 RTP,
dan intensif sebanyak 358 RTP.
Data jumlah RTP pelaku budidaya
di tambak pantura Jawa

Jumlah RTP
No Kabupaten/
Provinsi
Total

JAWA
TIMUR

Trad

4
5
6

117,00

31,00

11,00

5,00

3.257,00 3.257,00

1.438,00 1.438,00

9,00

15,00

Lamongan

Gresik

703,00

17.743,0 17.727,0
0
0

Sidoarjo
Pasuruan
Probolinggo
549,00

311,00

Tuban

851,00
3

Intensif

25.523, 25.032,
00
00 180,00
1.117,00 1.117,00

Semi

Situbondo

525,00

2.4. KELEMBAGAAN POKDAKAN DAN KETERSEDIAAN PELAKU


PEMBINA

Dari sisi kelembagaan Pokdakan secara umum masih didominasi oleh Pokdakan kategori
pemula, yang mencapai sebanyak 1.331 buah, sedangkan kategori lainnya berturut-turut
pokdakan kategori lanjut sebanyak 27 buah, madya sebanyak 84 buah dan kategori utama
sebanyak 11 buah.
Kualitas pokdakan dari sisi kelembagaan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan pelaku
pembina, total petugas lapang yang secara langsung berperan dalam pembinaan dan
pendampingan Pokdakan, masing-masing untuk Jumlah Petugas Penyuluh Lapangan (PPL PNS)
sebanyak 124 orang, Petugas Penyuluh Perikanan Kontrak (PPTK) sebanyak 60 orang, Unit
Pelaksana Teknis (UPT) sebanyak 39 orang dan Technical Service (TS) Swasta sebanyak 15
POKDAKAN
DAN KETERSEDIAAN
PETUGAS
orang.REKAPITULASI
Data sebaranKELEMBAGAAN
jumlah Pokdakan
dan ketersediaan
petugas
lapangLAPANG
di masing-masing
DI JAWA TIMUR
Kabupaten/Kota
POKDAKAN (Buah)

No Kabupaten
2

Tuban

Lamongan

Gresik

Jumlah Pemula Lanjut Madya Utama Jumlah


24
23
0
0
1
7

Petugas Lapang
PTL/PP
PPL
TK
UPT
3
2
2

TS
Swasta
0

188

188

25

Sidoarjo

65

47

10

13

Pasuruan

34

Probolinggo

15

15

Situbondo

30

15

12

177

167

22

10

504

441

18

108

57

33

18

Banyuwangi
Total

3.1. TARGET REVITALISASI TAMBAK UDANG


JAWA
TIMURbahwa luas lahan tambak DI Jawa Timur yang berpotensi
Hasil identifikasi

untuk

direvitalisasi mencapai 20.879,66 hektar, dengan rincian :

Potensi Luas Revitalisasi (ha)


No
-Tambak Tradisional seluas
: 16.661,33
ha
-Tambak Semi intensif seluas
: 1.838,23
ha
-Tambak intensif seluas : 2.380,10
- ha

KABUPATEN

Tuban

Lamongan

Gresik

Sidoarjo

Pasuruan

Probolinggo

Situbondo

Banyuwangi

Jumlah

Ekstensif

Semi

Intensif

484,16

319,73

126,13

38,30

3.240,00

- 1.675,00 1.565,00

15.381,51 15.381,51

394,19

394,19

351,00

346,00

5,00

798,60

175,40

32,10

591,10

230,20

44,50

185,70

20.879,6 16.661,3
1.838,23 2.380,10
6
3

3.2. RENCANA KEBUTUHAN PENGEMBANGAN REVITALISASI TAMBAK UDANG JAWA TIMUR

Data sementara yang dihimpun (data sekunder) bahwa kebutuhan untuk


rencana pengembangan revitalisasi tambak pantura, sebagai berikut :
- Rehab Saluran
: Rp. 280.885.850,- Jalan Produksi
: Rp. 16.550.000,- Kebutuhan PTL : 33 orang
No

KABUPATEN/
PROVINSI

Tuban

2
3
4
5
6

Lamongan
Gresik
Sidoarjo
Pasuruan
Probolinggo

Perkiraan Kebutuhan Pengembangan


Rehab Saluran*
Jaringan PLN
Jalan Produksi**
Petugas
Jumlah
Jumlah
Lapang
Jumlah
(Rp.000
(Rp.000
REKAPITULASI
KEBUTUHAN PENGEMBANGAN
(org)
Vol
Sat REVITALISASI
(Rp.000)
Vol
Sat DI PANTURA
)
Vol
Sat
)
TAMBAK
UDANG
16.700
1.288.06
5
10.000
5.500
27.325

3.290.000

193.464.60
0
75.000.000

6.831.250

3,5

km

15.750.0
00

3.3. RENCANA CALON LOKASI DEMFARM


Hasil identifikasi dan kajian teknis maupun non teknis untuk menentukan calon
lokasi demfarm, didapatkan calon lokasi demfarm masing-masing sebagai
berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kabupaten Tuban :....... Pokdakan, dengan luas demfarm : ...... Ha


Kabupaten Lamongan :....... Pokdakan, dengan luas demfarm : ...... Ha
Kabupaten Gresik :....... Pokdakan, dengan luas demfarm : ...... Ha
Kabupten Sidoarjo :....... Pokdakan, dengan luas demfarm : ...... Ha
Kabupaten Pasuruan :....... Pokdakan, dengan luas demfarm : ...... Ha
Kabupaten Probolinggo :....... Pokdakan, dengan luas demfarm : ...... Ha
Kabupaten Situbondo :....... Pokdakan, dengan luas demfarm : ...... Ha
Kabupaten Banyuwangi :....... Pokdakan, dengan luas demfarm : ...... Ha

REKAPITULASI CALON LOKASI DEMFARM


Potensi Pengembangan Demfarm
No

Kabupaten

Tuban

Nama
Pokdakan

Mina Lestari

Barokah

Tirto Makmur

Udang Perkasa

Tani mandiri

Udang Sari

Bina Mulya

Tambak Waru

Luas Tambak
Teknologi
Jenis
untuk
dapat
Komoditas
Demfarm (ha) dikembangkan
8

15

10

1,2

Semi intensif

Semi intensif

Intensif

Intensif

Semi intensif

Semi intensif

Semi intensif

Semi intensif

Vaname

Vaname

Vaname

Vaname

Vaname

Vaname

Vaname

Vaname

Kondisi/
persyaratan
teknis

Kondisi Perlu
Perbaikan

Saluran, petak
budidaya, tandon,
Kurang baik
jaringan listrik dan
BBM
Saluran, petak
Kurang baik
budidaya, tandon,
(air tawar tidak
jaringan listrik dan
ada)
BBM
Saluran, petak
budidaya, tandon,
Baik
jaringan listrik dan
BBM
Saluran, petak
budidaya, tandon,
Kurang baik
jaringan listrik dan
BBM
Saluran, petak
budidaya, tandon,
Baik
jaringan listrik dan
BBM
Saluran, petak
budidaya, tandon,
Kurang baik
jaringan listrik dan
BBM
Saluran, petak
budidaya, tandon,
Kurang baik
jaringan listrik dan
BBM
Saluran, petak
budidaya, tandon,
Baik
jaringan listrik dan
BBM

Perkiraan
biaya
perbakan

REKAPITULASI CALON LOKASI DEMFARM


Potensi Pengembangan Demfarm
No

Kabupaten

Lamongan

Nama
Pokdakan
Langgeng
Harjo

Luas Tambak
Teknologi
Kondisi/
Jenis
untuk
dapat
persyaratan
Komoditas
Demfarm (ha) dikembangkan
teknis
Udang
cukup baik
20
Tradisional plus Vaname

Kondisi Perlu
Perbaikan

Perkiraan
biaya
perbakan

cukup baik

Mitra Sejati

Mina Abadi

20

20

Tradisional plus Udang


Vaname
Udang
Tradisional plus Vaname

cukup baik

Mina Makmur
Abadi I dan II
Bakti Usaha

20

20

Udang
Tradisional plus Vaname &
Windu
Udang
Tradisional plus Vaname

cukup baik

cukup baik

Gresik

Podho Rukun
Tani Pangka
Wetan
Mina Sari Asih

112

3150

100

Vanname
Makmur

20

Kampung
Vanname

Semi-intensif

Semi-intensif

Tradisional Plus

Vanname+Ba
Cukup
ndeng
Vanname+Ba
Cukup
ndeng
Vanname+Ba
Kurang
ndeng+Tawes

Tradisional Plus

Bandeng+Ta
Kurang
wes

Intensif

Vanname

Baik

Saluran, petak
budidaya, sarana
penunjang
Saluran, petak
budidaya, sarana
penunjang
Saluran, petak
budidaya, sarana
penunjang
Saluran, petak
budidaya, sarana
penunjang
Saluran, petak
budidaya, sarana
penunjang

LANJUTAN,..
3 Gresik

Podho Rukun

Tani Pangka
Wetan

Mina Sari Asih

Vanname
Makmur

Kampung
Vanname

Vanname+Band
Cukup
eng
Vanname+Band
3150 Semi-intensif
Cukup
eng
Tradisional
Vanname+Band
100
Kurang
Plus
eng+Tawes
Tradisional
20
Bandeng+Tawes Kurang
Plus
112 Semi-intensif

Intensif

Vanname

Baik

Saluran, petak budidaya,


sarana penunjang
Saluran, petak budidaya,
sarana penunjang
Saluran, petak budidaya,
sarana penunjang
Saluran, petak budidaya,
sarana penunjang

Saluran, petak budidaya,


sarana penunjang

4 Sidoarjo

Sumber Mina 1

300 Ekstensif Plus Windu

Baik

Eco Shrimp

950 Ekstensif Plus Windu

Baik

Karya Makmur

152 Ekstensif Plus Windu

Mina Alam
Lestari

475 Ekstensif Plus Windu

Sumber Urip

152

Pasuruan

Ekstensif Plus
dan Semi I

Windu

Kurang
Baik
Kurang
Baik
Kurang
Baik

Saluran, petak budidaya,


sarana penunjang
Saluran, petak budidaya,
sarana penunjang
Saluran, petak budidaya,
sarana penunjang
Saluran, petak budidaya,
sarana penunjang
Saluran, petak budidaya,
sarana penunjang

Lanjutan,..
Probolingg
o
6

Sumber
Vaname

Tradisional plus
dan Semi intensif

Vaname dan
Bandeng

Sido Agung

47

Ekstensif

Vaname

Sumber
Hidup

130

Mina Bakau

47

Ekstennsi dg
polikultur
Ekstennsi dg
polikultur

Vaname,
bandeng
Vaname,
bandeng

Pesisir Asri

12

Ekstensif

Vaname

Ekstensif dg
polikultur
-

Vaname,
bandeng
-

Semi-intensif

Vanname

Baik

10

Semi-intensif dan
intensif

Vanname

Baik

Semi-intensif

Vanname

Baik

Semi-intensif

Vanname

Baik

15

Semi-intensif

Vanname

Mina Mas

7 Situbondo

Banyuwan
Sido Rukun
gi
8
Sabuk
Hijau

Sinar Mina
Kencana

Sukses
Abadi

Mina
Bangkit
Bersama

Tambak
Asri

Tirta
Kencana

Raja
Vaname

11

Semi-intensif

Vanname

Semi-intensif

Vanname

Semi-intensif

Vanname

Saluran, petak budidaya,


tandon, jalan akses
Saluran, petak budidaya,
tandon, jalan akses
Saluran, petak budidaya,
tandon, jalan akses
Saluran, petak budidaya,
tandon, jalan akses
Saluran, petak budidaya,
tandon, jalan akses
Saluran, petak budidaya,
tandon, jalan akses
Salluran. Petak budidaya,
tandon dan sarana penunjang
Salluran. Petak budidaya,
tandon dan sarana penunjang
Salluran. Petak budidaya,
tandon dan sarana penunjang
Salluran. Petak budidaya,
tandon dan sarana penunjang

Kurang
Salluran. Petak budidaya,
baik tandon dan sarana penunjang
Kurang
Salluran. Petak budidaya,
baik tandon dan sarana penunjang
Salluran. Petak budidaya,
Baik
tandon dan sarana penunjang
Salluran. Petak budidaya,
Baik
tandon dan sarana penunjang

DUKUNGAN SEKTOR YANG DIPERLUKAN

Dep. PU : Pengembangan jaringan irigasi


tambak dan jalan produksi
Dep. Keuangan : Dukungan pembiayaan
untuk pembangunan insfratuktur tambak
Dep. Dalam Negeri : Mendorong PEMDA
untuk penetapan & penegakan tata ruang
BAPEDAL dan PEMDA : Pengelolaan
lingkungan perairan tambak.
Koperasi dan UKM : Pemberdayaan Kelompok
melalui Koperasi
Perbankan : Penyediaan kredit program KUR,
KKPE
PT. PLN : Penyediaan jaringan listrik bagi
tambak udang semi/intensif dan hatchery
udang

PROFILE KONDISI CALON LOKASI


REVITAISASI TAMBAK UDANG

PROVINSI BANTEN
1. Kabupaten Serang
Kelompok : Mina Gracillaria Insani
Ketua : Bp. Haris
Anggota : 10 orang
Luas lahan : 72 ha
Komoditi : Bandeng, udang dan
Gracilaria

2. KABUPATEN TANGERANG

Kelompok : Bina Marepat


Lokasi : Kecamatan Kronjo, Kemeri dan
Mekar baru
Komoditi : Udang windu, Bandeng dan
Gracilaria
Anggota : 10 orang
Luas lahan 30 ha

PROVINSI JAWA BARAT


1. Kabupaten Karawang
Pokdakan : Mina Karya
Alamat : Desa karya Bakti, Batu jaya
Jumlah Anggota : 28 orang
Luas potensi demfarm : 54
Komoditas saat ini : Windu dan bandeng
Teknologi : tradisional, dapat
dikembangkan : semi intensif

2. Kabupaten Subang
Pokdakan : Cipta Bahari
Alamat : Patimban, Pusaka Nagara
Jumlah Anggota : 15
Luas potensi demfarm : 20 ha
Komoditas saat ini : udang Vaname
Teknologi : Intensif

3. Kabupaten Indramayu
Pokdakan : Datuk Jaya Mina
Alamat : Desa Pranggon, Kec. Arahan
Jumlah Anggota : 42 orang
Luas potensi demfarm : 44
Komoditas saat ini : Windu, vaname dan
bandeng
Teknologi : tradisional, dapat ditingkatkan
menjadi semi intensif

4. Kabupaten Cirebon
Pokdakan : Mina Jaya Bakti
Alamat : Desa Bungko, Kec. Kapetakan
Jumlah Anggota : 10 orang
Luas potensi demfarm : 5 ha
Komoditas saat ini : Vaname
Teknologi dapat dikembangkan: semi
intensif

PROVINSI JAWA TENGAH

1. Kabupaten Brebes
Pokdakan : Harapan Jaya
Alamat : Desa Limbangan
Jumlah Anggota : 30 orang
Luas tambak : 30 ha
Komoditas : Udang
Teknologi Tradisional

2. Kabupaten Pemalang
Pokdakan : Mina Tulus
Jumlah Anggota : 20 0rang
Luas tambak : 40 ha
Komoditas : udang
Teknologi : Semi /intensif

3. Kabupaten Pekalongan

Pokdakan Sunter Mas III


Lokasi : Desa Depok, Kec. Siwalan

Kondisi Teknis :

Teknologi budidaya ekstensif


Luas lahan 40 Ha
Secara umum sesuai standar
kelayakan teknis budidaya yang
dpersaratkan
Komoditas dikembangkan saat ini
Bandeng dan gracilaria (sebagai
pelengkap)
Udang Windu mengalami
kegagalan sejak tahun
3keterbatasan info teknologi
Masih ada budidaya udang windu
tp relatif sangat sedikit

Kondisi Non Teknis :

Potensi Pengembangan Demfarm :


Luas tambak 20,5 dengan total 24 petak (tandon dan petak budidaya)
Teknologi tradisional dan dapat dikembangkan menjadi semi intensif
Komoditas udang windu/vaname dengan polikultur Bandeng dan Nila
Teknologi diterapkan dengan sistem cluster
Persyaratan teknis baik
Kondisi perlu perbaikan : Saluran 0,9 km; Petak Tandon 4 ha; petak
budidaya 20,5 ha dan sarana penunjang

Kelembagaan baik, dan menunjukkan


adanya animo dan komitmen yang tinggi
dalam menerapkan teknologi anjuran
Jumlah anggota 45 orang
Lahan cukup luas dengan status hak milik
maupun sewa
Aksesibilitas mudah
Jalan akses baik (beraspal) dan
memungkinkan masuk roda 4
Jaringan listrik (PLN) belum ada
Lahan tambak masih bisa diperluas
(banyak lahan idle dan potensi alih fungsi
menjadi lahan tambak)

4. Kabupaten Kendal
Pokdakan : Ngudi Makaryo
Alamat : Desa Kartikajaya, Kec. Patebon
Jumlah Anggota : 40 orang
Luas tambak : 505 ha
Komoditas saat ini : Bandeng
Teknologi Tradisional

5. Kabupaten Demak
Pokdakan : Windu Jaya I
Alamat : Desa Sidarejo Kecamatan Sayung
Jumlah Anggota : 20 orang
Luas potensi demfarm : 50 ha
Komoditas saat ini : udang dan bandeng
Rekomendasi Teknologi : Polikultur udang
dan bandeng

6. Kabupaten Jepara
Pokdakan : Mina Barokah
Alamat : Desa Surodadi, Kec. Kedung
Jumlah Anggota : 40 orang
Luas potensi demfarm : 10 ha
Komoditas saat ini : udang dan bandeng
Teknologi : Tradisional plus

7. Kabupaten Pati
Pokdakan : Murya
Alamat : Desa Tunggul Sari, Tayu
Jumlah Anggota : 122 orang
Luas tambak: 98 ha
Komoditas saat ini : udang dan bandeng
Teknologi : tradisional

8. Kabupaten Rembang
Pokdakan : Sidodadi Maju III
Alamat : Desa Dasun, Kec. Lasem
Jumlah Anggota : 30 orang
Luas potensi demfarm : 20 ha
Komoditas saat ini : udang vaname
Teknologi yang dapat dikembangkan: semi
intensif

9. Kota Pekalongan
Pokdakan : Mina Barokah
Alamat : Kel. Degayu, Kec. Pekalongan Utara
Jumlah Anggota : 15 orang
Luas potensi demfarm : 1,7 ha
Komoditas : udang vaname
Teknologi yang dapat dikembangkan:
Tradisional

A. KAWASAN KONSERVASI

KAWASAN PEMANFAATAN UMUM

KAWASAN PEMANFAATAN UMUM

PERSYARATAN DISAIN & KONTRUKSI TAMBAK UDANG

DISAIN TAMBAK
Tujuan:
Mempermudah pengelolaan air dan pemanenan udang, serta
mengefektifkan pengelolaan limbah

Disain Petakan merupakan perencanaan bentuk tambak


yang meliputi: ukuran panjang dan lebar petakan,
kedalaman, ukuran pematang, ukuran berm, ukuran
saluran keliling serta ukuran dan letak pintu air.
Luas petakan tambak tergantung pada tingkat teknologi
yang digunakan. Semakin kecil ukuran semakin mudah
dalam pengelolaanny, tetapi akan lebih mahal dalam
kontruksi maupun operasionalnya
Sebaiknya dibuat dalam bentuk unit. Setiap satu unit
tambak pengairannya berasal dari satu pintu besar, yaitu
pintu air utama atau laban. Satu unit tambak terdiri dari
tiga
macam
petakan:
petak
pendederan,
petak
glondongan (buyaran) dan petak pembesaran dengan
perbandingan luas 1:9:90.
Petakan pembagi air, yang merupakan bagian yang
terdalam. Dari petak pembagi, masing-masing petakan
menerima bagian air untuk pengisiannya. Setiap petakan

DISAIN KONTRUKSI TAMBAK


(i) petak Tandon/bio filter

Organisme : kerang bakau, tiram,


dan vegetasi bakau
Kerang bakau, ukuran cangkang 4-5
cm dan kepadatan 6-8 ekor/m
Tiram, ukuran cangkang 5-7 cm
dengan kepadatan 0.75 kg/m (28
ekor/ m), ditempatkan dalam rak
bambu pada kedalaman 10 cm

KAWASAN PEMANFAATAN UMUM

KLASIFIKASI JARINGAN IRIGASI


BERDASARKAN CARA PENGATURAN, PENGUKURAN DAN
KELENGKAPAN FASILITAS DIBAGI DALAM 3 TIPE :

1. Jaringan Irigasi
sederhana
2. Jaringan irigasi semi
Teknis
3. Jaringan Irigasi Teknis

MACAM MACAM SISTEM IRIGASI

Menurut sumber airnya:


1. Air permukaan :
( sungai, danau, waduk )

2. Air tanah : akuifer

Menurut cara
pengambilan airnya:
3. gravitasi
4. Pompa
5. Pasang Surut

L
A
NJ
U
T
A
N

..

Menurut cara pengaliran


airnya:
1. Saluran terbuka (open channel)
2. Jaringan pipa (pipe network)

Menurut cara distribusi


airnya ke lahan:
3. Irigasi permukaan
4. Irigasi curah
5. Irigasi tetes

Anda mungkin juga menyukai