Anda di halaman 1dari 20

AKHLAKUL KARIMAH (MAHMUDAH) DAN

AKHLAKUL MADZMUMAH
(MAKALAH)

DI SUSUN OLEH :
SHOLIHIN

REGULER B
PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2015

KATA PENGANTAR


Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit
sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam
atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidyah-Nya yang tiada terkira besarnya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Akhlakul Karimah
(Mahmudah) dan Akhlakul Madzmumah
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai
pihak, karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
segenap pihak yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu
besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan
sedikit kabahagiaan dan menuntunpada langkah yang lebih baik.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun manusia itu tidak sempurna selalu ada kekurangannya. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat
lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua
pembaca. Amiin...

Pringsewu, Juni 2015

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................................
C. TUJUAN......................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN AKHLAK.........................................................................................
B. PENGERTIAN AKHLAKUL KARIMAH (MAHMUDAH)..................................
1. Ikhlas......................................................................................................................
2. Amanah..................................................................................................................
.
3. Adil..........................................................................................................................
4. Bersyukur...............................................................................................................
.
5. Rasa
Malu...............................................................................................................
C. PENGERTIAN AKHLAK MADZMUMAH (TERCELA).....................................
1. Riya dan Sumah...................................................................................................
2. Takabur dan Tahasud............................................................................................
3. Hasad......................................................................................................................
4. Ghadab...................................................................................................................
.
5. Namimah................................................................................................................
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN............................................................................................................
B. SARAN.........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ajaran islam adalah ajaran yang bersumber pada wahyu Allah, Al-Quran dalam
penjabarannya terdapat pada hadis Nabi Muhammad SAW. Masalah akhlak dalam
Islam mendapat perhatian yang sangat besar. Berdasarkan bahasa, akhlak berarti
sifat atau tabiat.
Berdasarkan istilah, akhlak berarti kumpulan sifat yg dimiliki oleh seseorang
yang melahirkan perbuatan baik dan buruk.
Konsep Akhlak menurut Al-Ghazali adalah sifat yg tertanam dalam jiwa
seseorang, darinya lahir perbuatan yang mudah tanpa pertimbangan pikiran terlebih
dahulu. Akhlak meliputi jangkauan yang sangat luas dalam segala aspek kehidupan.
Akhlak meliputi hubungan hamba dengan Tuhannya (vertikal) dalam bentuk ritual
keagamaan dan berbentuk pergaulan sesama manusia (horizontal) dan juga sifat
serta sikap yang terpantul terhadap semua makhluk (alam semesta).
Bagi seorang muslim, akhlak yang terbaik ialah seperti yang terdapat pada diri
Nabi Muhammad SAW karena sifat-sifat dan perangai yang terdapat pada dirinya
adalah sifat-sifat yang terpuji dan merupakan uswatun hasanah (contoh teladan)
terbaik bagi seluruh kaum Muslimin.
Dan seharusnya kita lebih dapat mengetahui antara akhlak terpuji dan akhlak
tercela. Untuk itu dalam makalah ini diuraikan bebagai macam akhlak terpuji dan
macam akhlak tercela. Contoh akhlak terpuji yaitu Ikhlas, Amanah, Adil, bersyukur
dan rasa malu. Sedangkan akhlak tercela yaitu Riya, takabur, hasad,
Ghadab( pemarah ), Namimah ( adu Domba).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan definisi akhlakul karimah (mahmudah) dan akhlakul madzmumah.
2. Apa saja yang termasuk dalam akhlakul karimah (mahmudah) dan penjelasanya.

3. Apa saja yang termasuk dalam akhlakul madzmumah dan penjelasanya.

C. TUJUAN
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah agama.
2. Agar dapat mengetahui definisi akhlakul karimah (mahmudah) dan akhlakul
madzmumah.
3. Agar dapat mengetahui apa saja yang termasuk dalam akhlakul karimah
(mahmudah) dan penjelasanya.
4. Agar dapat mengetahui apa saja yang termasuk dalam akhlakul madzmumah
dan penjelasanya.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN AKHLAK
Akhlak berasal dari kata akhlaq yang merupakan jama dari khulqu dari
bahasa Arab yang artinya perangai, budi, tabiat dan adab. Akhlak itu terbagi dua
yaitu Akhlak yang Mulia atau Akhlak yang Terpuji (Al-Akhlakul Karimah /
Mahmudah) dan Akhlak yang Buruk atau Akhlak yang Tercela (Al-Ahklakul
Madzmumah).
Akhlak yang mulia, menurut Imam Ghazali ada 4 perkara; yaitu bijaksana,
memelihara diri dari sesuatu yang tidak baik, keberanian (menundukkan kekuatan
hawa nafsu) dan bersifat adil. Jelasnya, ia merangkumi sifat-sifat seperti berbakti
pada keluarga dan negara, hidup bermasyarakat dan bersilaturahim, berani
mempertahankan agama, senantiasa bersyukur dan berterima kasih, sabar dan rida
dengan kesengsaraan, berbicara benar dan sebagainya.
Masyarakat dan bangsa yang memiliki akhlak mulia adalah penggerak ke arah
pembinaan tamadun dan kejayaan yang diridai oleh Allah Subhanahu Wataala.
Seperti kata pepatah seorang penyair Mesir, Syauqi Bei:"Hanya saja bangsa itu
kekal selama berakhlak. Bila akhlaknya telah lenyap, maka lenyap pulalah bangsa
itu".
Akhlak yang mulia yaitu akhlak yang diridai oleh Allah SWT, akhlak yang baik
itu dapat diwujudkan dengan mendekatkan diri kita kepada Allah yaitu dengan
mematuhi segala perintahnya dan meninggalkan semua larangannya, mengikuti
ajaran-ajaran dari sunnah Rasulullah, mencegah diri kita untuk mendekati yang
maruf dan menjauhi yang munkar, seperti firman Allah dalam surat Al-Imran 110
yang artinya Kamu adalah umat yang terbaik untuk manusia, menuju kepada yang
makruf dan mencegah yang mungkar dan beriman kepada Allah
Akhlak yang buruk itu berasal dari penyakit hati yang keji seperti iri hati, ujub,
dengki, sombong, nifaq (munafik), hasud, suudzaan (berprasangka buruk), dan

penyakit-penyakit hati yang lainnya, akhlak yang buruk dapat mengakibatkan


berbagai macam kerusakan baik bagi orang itu sendiri, orang lain yang di sekitarnya
maupun kerusakan lingkungan sekitarnya sebagai contohnya yakni kegagalan dalam
membentuk masyarakat yang berakhlak mulia samalah seperti mengakibatkan
kehancuran pada bumi ini, sebagai mana firman Allah Subhanahu Wataala dalam
Surat Ar-Ruum ayat 41 yang berbunyi:
Artinya
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Q.S. Ar-Ruum:
41).
B. PENGERTIAN AKHLAKUL KARIMAH (MAHMUDAH)
Akhlak karimah (terpuji) adalah perbuatan yang dibenarkan oleh agama (Allah
dan RasulNya). Contohnya : disiplin, hidup bersih, ramah, sopan-santun, syukur
nikmat, hidup sederhana, rendah hati, jujur, rajin, percaya diri, kasih sayang, taat,
rukun, tolong-menolong, hormat dan patuh, sidik, amanah, tablig, fathanah,
tanggung jawab, adil, bijaksana, teguh pendirian, dermawan, optimis, qanaah, dan
tawakal, ber-tauhiid, ikhlaas, khauf, taubat, ikhtiyaar, shabar, syukur, tawaadu',
husnuzh-zhan, tasaamuh dan taaawun, berilmu, kreatif, produktif, akhlak dalam
berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu, adil, rida, amal salih,
persatuan dan kerukunan, akhlak terpuji dalam pergaulan remaja, serta pengenalan
tentang tasawuf.
Contoh-Contoh Akhlak Mahmudah
Dalam pembahasan ini kami akan menjabarkan akhlak mahmudah yang
meliputi ikhlas, sabar, syukur, jujur, adil dan amanah.
1. Ikhlas
Kata ikhlas mempunyai beberapa pengertian. Menurut al-Qurtubi, ikhlas
pada dasarnya berarti memurnikan perbuatan dari pengaruh-pengaruh makhluk.
Abu Al-Qasim Al-Qusyairi mengemukakan arti ikhlas dengan menampilkan
sebuah riwayat dari Nabi Saw, Aku pernah bertanya kepada Jibril tentang
ikhlas. Lalu Jibril berkata, Aku telah menanyakan hal itu kepada Allah, lalu

Allah berfirman, (Ikhlas) adalah salah satu dari rahasiaku yang Aku berikan
ke dalam hati orang-orang yang kucintai dari kalangan hamba-hamba-Ku.
Keikhlasan seseorang ini, akan menghasilkan kemenangan dan kejayaan.
Anggota masyarakat yang mengamalkan sifat ikhlas, akan mencapai kebaikan
lahir-bathin dan dunia-akhirat, bersih dari sifat kerendahan dan mencapai
perpaduan, persaudaraan, perdamaian serta kesejahteraan.
2. Amanah
Secara bahasa amanah bermakna al-wafa (memenuhi) dan wadiah (titipan)
sedangkan secara definisi amanah berarti memenuhi apa yang dititipkankan
kepadanya. Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT:

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak


menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha
melihat.(QS. Annisa : 58)
Dalam ayat lainnya, Allah juga berfirman:




Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gununggunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu
Amat zalim dan Amat bodoh.(QS. Al-Ahzab : 72)
3. Adil
Adil berarti menempatkan/meletakan sesuatu pada tempatnya. Adil juga
tidak lain ialah berupa perbuatan yang tidak berat sebelah. Para Ulama
menempatkan adil kepada beberapa peringkat, yaitu adil terhadap diri sendiri,
bawahan, atasan/ pimpinan dan sesama saudara. Nabi Saw bersabda, Tiga

perkara yang menyelamatkan yaitu takut kepada Allah ketika bersendiriaan dan
di khalayak ramai, berlaku adil pada ketika suka dan marah, dan berhemat
cermat ketika susah dan senang; dan tiga perkara yang membinasakan yaitu
mengikuti hawa nafsu, terlampau bakhil, dan kagum seseorang dengan dirinya
sendiri. (HR. Abu Syeikh).
4. Bersyukur
Syukur menurut kamus Al-mujamu al-wasith adalah mengakui adanya
kenikmatan dan menampakkannya serta memuji (atas) pemberian nikmat
tersebut.Sedangkan makna syukur secara syari adalah : Menggunakan nikmat
Allah SWT dalam (ruang lingkup) hal-hal yang dicintainya. Lawannya syukur
adalah kufur. Yaitu dengan cara tidak memanfaatkan nikmat tersebut, atau
menggunakannya pada hal-hal yang dibenci oleh Allah SWT.
5. Rasa Malu
Berbuatlah sekehendakmu, tapi ingatlah bahwa segala perbuatan itu akan
dimintakan pertanggungjawaban
Rasa malu merupakan rem atau pengekang dari segala bentuk kemaksiatan.
Sepanjang rasa malu ini ada terpelihara pada jiwa seseorang maka dirinya akan
terjaga dari segala godaan syetan yang mengajak kepada perbuatan dosa.
Dengan memiliki rasa malu, orang akan terjaga akhlaknya. Oleh karena itu
semua agama samawi mengajarkan kepada umatnya untuk berakhlak mulia
yang salah satunya adalah memlihara rasa malu.
Sabda Rosulullah SAW, "Sesungguhnya setiap agama mampunyai akhlak,
dan akhlak Islam adalah rasa malu," (Riwayat Imam Malik).
Allah berfirman :





Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, mereka tidak
tersembunyi dari kami. Maka Apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam neraka
lebih baik, ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari kiamat?

perbuatlah apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang
kamu kerjakan.(QS. Al-Fushshilat : 40)
Kalau tidak merasa malu, manusia dipersilakan oleh Allah untuk berbuat
apa saja, tapi harus ingat bahwa segala perbuatan itu tidak ada yang terlepas dari
pengawasan Allah SWT dan kelak akan dimintakan pertanggungjawaban.
Dengan kurangnya rasa malu, orang akan berbuat apa saja tanpa
mempertimbangkan halal dan haram. Hilangnya rasa malu akan mengakibatkan
rusaknya akhlak dan rusaknya akhlak mengakibaatkan rusaknya iman. Itulah
sebabnya dikatakan oleh Rosululla s.a.w, "Malu itu bagian dari iman."
Orang

yang

tidak

memiliki

rasa

malu,

sering

disebut

dengan

ungkapan tebal kulit muka. Karena kalau orang merasa malu, biasanya akan
memerah mukanya. Orang yang tidak pernah memerah mukanya adalah orang
yang kurang rasa malunya karena itu disebut tebal kulit muka. Tentu ini hanya
peribahasa saja, bukan berarti bahwa kulit mukanya setebal kulit badak.
Rosulullah bersabda: "Malu itu bagian dari keimanan, dan keimanan itu
dapat memasukkan seseeorang ke surga, sedangkan sifaat yang keji adalah sifat
kasar, dan sifaat kasar itu menyebabkan masuk neraka. (Riwayat Imam Ahmad
dan Tirmidzi).
Timbulnya berbagai penyakit sosial di tengah-tengah masyarakat kita, tentu
disebabkan karena orang tidak atau kurang memiliki rasa malu. Tidak malu
dijatuhi hukuman oleh negara, bahkan penjara hanya dianggap sebagai tempat
istirahat dan rekreasi. Keluar dari penjara, tidak malu berbuat pelanggaran lagi
karena sudah siap masuk penjara berulang kali.
Kalau masih memiliki rasa malu, berarti orang akan terhindar dari segala
tindakan kejahatan, keserakahan, korupsi, mengambil yang bukan haknya dan
lain-lain. Marilah kita jaga diri kita dari segala bentuk kema'siatan yang akan
membawa kepada kehancuran pribadi dan kehancuran masyarakaat, bangsa dan
nengara.
C. PENGERTIAN AKHLAK MADZMUMAH (TERCELA)
Akhlak Madzmumah (tercela) adalah perbuatan yang tidak dibenarkan oleh
agama (Allah dan RasulNya). Contohnya : hidup kotor, berbicara jorok/kasar,
bohong, sombong, malas, durhaka, khianat, iri, dengki, membangkang, munafik,

hasud, kikir, serakah, pesimis, putus asa, marah, fasik, dan murtad, kufur, syirik,
riya, nifaaq, anaaniah, putus asa, ghadlab, tamak, takabbur, hasad, dendam,
giibah, fitnah, dan namiimah, aniaya dan diskriminasi, perbuatan dosa besar (seperti
mabuk-mabukan, berjudi, zina, mencuri, mengkonsumsi narkoba), israaf, tabdzir.
Contoh Sifat Mazmumah (Tercela) yaitu:
1. Riya dan Sumah
Diantara penyakit hati yang tidak hanya menimpa orang umum tetapi juga kader
dakwah adalah riya dan sumah. Mulai dari definisi riya dan sumah, faktor penyebab,
dampak buruk, fenomena riya dan sumah, sampai kiat mengatasinya. Insya Allah.
a.

Definisi Riya secara Etimologi.


Kata riya berasal

dari

kata ruyah,

yang

artinya

menampakkan.

Dikatakan arar-rajulu, berarti seseorang menampakkan amal shalih agar


dilihat oleh manusia. Makna ini sejalan dengan firman Allah SWT:


Orang-orang yang berbuat riya dan enggan menolong dengan barang
berguna. (QS. Al-Maauun : 6-7).
dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya kepada manusia. (QS.
Al-Anfal : 47)
b. Definisi Riya secara Terminologi.
Pengertian riya secara istilah/terminologi adalah sikap seorang muslim
yang menampakkan amal shalihnya kepada manusia lain secara langsung
agar dirinya mendapatkan kedudukan dan/atau penghargaan dari mereka,
atau mengharapkan keuntungan materi.
c. Pengertian Sumah secara Etimologi
Kata sumah berasal dari kata sammaa (memperdengarkan). Kalimat
sammaan naasa bi amalihidigunakan jika seseorang menampakkan
amalnya kepada manusia yang semula tidak mengetahuinya.
d. Definisi Sumah secara Terminologi.
Pengertian sumah secara istilah/terminologi adalah sikap seorang
muslim yang membicarakan atau memberitahukan amal shalihnya yang
sebelumnya tidak diketahui atau tersembunyi kepada manusia lain agar
dirinya mendapatkan kedudukan dan/atau penghargaan dari mereka, atau
mengharapkan keuntungan materi.

Dalam Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-Asqalani mengetengahkan pendapat


Izzudin bin Abdussalam yang membedakan antara riya dan sumah. Bahwa
riya adalah sikap seseorang yang beramal bukan untuk Allah; sedangkan
sumah adalah sikap seseorang yang menyembunyikan amalnya untuk Allah,
namun ia bicarakan hal tersebut kepada manusia. Sehingga, menurutnya
semua riya itu tercela, sedangkan sumah adalah amal terpuji jika ia
melakukannya karena Allah dan untuk memperoleh ridha-Nya, dan tercela
jika dia membicarakan amalnya di hadapan manusia.
Dalam Al-Quran Allah telah memperingatkan tentang sumah dan riya
ini:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala)
sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si
penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada
manusia (QS. Al-Baqarah : 264)
Rasulullah

SAW

juga

memperingatkan

dalam

haditsnya:

Siapa yang berlaku sumah maka akan diperlakukan dengan sumah oleh
Allah dan siapa yang berlaku riya maka akan dibalas dengan riya. (HR.
Bukhari).
Diperlakukan dengan sumah oleh Allah maksudnya adalah diumumkan
aib-aibnya di akhirat. Sedangkan dibalas dengan riya artinya diperlihatkan
pahala amalnya, namun tidak diberi pahala kepadanya. Naudzubillah min
dzalik.
Dalam

hadits

yang

lain,

Rasulullah

menjelaskan

tentang

kekhawatirannya atas umat ini terhadap riya yang akan menimpa mereka.
Riya yang tidak lain merupakan syirik kecil.
Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil.
Para sahabat bertanya, Apa yang dimaksud dengan syirik kecil itu, wahai
Rasulullah? Rasulullah menjawab, Riya. Allah akan berfirman pada
hari kiamat nanti ketika Ia memberi ganjaran amal perbuatan hamba-Nya,
Pergilah kalian kepada orang yang kalian berlaku riya terhadapnya. Lihat
Apakah kalian memperoleh balasan dari mereka? Kemudian Rasulullah
mendengar seseorang membaca dan melantunkan dzikir dengan suara yang

keras. Lalu beliau bersabda, Sesungguhnya dia amat taat kepada Allah.
Orang tersebut ternyata Miqdad bin Aswad.(HR. Ahmad)
Demikianlah riya dan sumah akan membawa petaka di akhirat. Namun,
tidak semua yang diperdengarkan berarti sumah. Dalam hal ini suara dzikir
Miqdad bin Aswad tidak dikategorikan demikian. Karena riya dan sumah
adalah penyakit hati, maka perbuatan fisik yang sama bukan berarti
berangkat dari hati/niat yang sama
2. Takabur dan Tahasud
Dari Abdillah ibn Masud r.a dari Nabi SAW, beliau bersabda : tidak akan
masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat sifat sombong, walaupun
hanya sebesar atom. (HR. Muslim)
Takabur artinya : sombong, congkak atau merasa dirinya lebih tinggi dari
orang lain, baik kedudukan, keturunan, kebagusan, petunjuk, dan lain-lain.
Takabur itu terbagi atas 2 macam yaitu :
Takabur batin : yang merupakan pekerti di dalam hati.
Takabur lahir : yang merupakan kelakuan-kelakuan yang keluar dari anggota
badan, kelakuan-kelakuan ini amat banyak sekali bentuknya dan oleh karena itu
sukar untuk dihitung dan diperinci satu persatu.
Jelasnya ialah orang yang menghinakan saudaranya sesama muslim
melihatnya dengan mata ejekan, menganggap bahwa dirinya lebih baik dari
yang lain, suka menolak kebenaran, sedangkan ia telah mengetahui bahwa itulah
yang sesungguhnya benar, maka jelaslah bahwa orang tersebut dihinggapi
penyakit kesombongan dan mengabaikan hak-hak Allah, tidak mentaati apa
yang diperintahkan olehnya serta melawan benar-benar pada zat yang maha
kuasa.
Takabur itu hukumnya haram, kecuali pada 2 tempat :
a. Sombong terhadap orang yang sombong.
b. Sombong diwaktu peperangan terhadap orang-orang kafir.

3. Hasad

a. Pengertian Hasad
Hasad artinya menaruh perasaan benci, tidak senang yang amat sangat
terhadap keberuntungan atau kenikmatan yang di peroleh.
Hasad merupakan akhlak yang tercela, harus dihindari dalam kehidupan
sehari- hari. Wujudnya seperti memusuhi, menjelek- jelekan, mencemkan
nama baik orang lain, dan lain- lain. Sabda Rasullah Telah masuk kedalam
tubuhmu penyakit penyakit umat dahulu, ( yaitu ) benci dan dengki. Itulah
yng membinasakan agama, buakan sengki mencukur rambut. ( Hr. Abu
Daud Tirmidzi ).
Hadits diatas menjelaskan apabila manusia apabila manusia saling
mendengki, maka ajaran agama dan segala tatanan hukum tidak akan
mengaturnya. Sehingga Rasulullah SAW mengibaratkan sifat dengki
bagaikan api yang membakar kayu bakar.
b. Bahaya Sifat Hasad
Rasulullah SAW menggambarkan buruknya sifat hasad seprti api yang
membakar kayu bakar, sebagia perusak dan penghancur Sendi-sendi agama,
artinya orang bersikap dan berbuat dengki pada dasarnya sama dengan
penghancur agama. Hasad harus dihindari karena merugikan diri sendiri
ataupun orang lain. Adapun bahaya hasad antara lain:
1. Menimbulkan permusuhan dan pertikain.
2. Menimbulkan perasaan dendam.
3. Menghilangkan persahabatan.
4. Tidak disenangi oleh orang banyak.
5. Menghilangkan semua aml baik yang telah dilakukan.
6. Dibenci Allah SWT ( mendapat dosa ).
c. Cara Menghindari Sifat Hasad ( Dengki )
Cara menghindari sifat hasad,antara lain :
1. Meningkatkan iman dan taqwa kerada Allah SWT.
2. Mendekatkan diri kepada Allah SWT,dengan harapan hati dan
pikiran menjadi tenang.
3. Menyadari bahwa hasad dapat menghupus kebaikan.
4. Mempererat tali persaudaraan guna terjalin kerukunan dan kebersamaan.
5. Meningkatkan rasa syukur kepada Allah SWT.

6. Menumbuhkan sifat qanah ( merasa cukup terhadap apa yang dimiliki ).


7.
4. Ghadab
a. Pengertian
Ghadab (pemarah) artinya orang yang suka marah. Sedangkan marah
artinya berontaknya jiwa dalam menghadapi sesuatu yang tidak disenangi
atau marah adalah luapan hawa nafsu, baik dengan perkataan maupun
dengan perbuatan yang tidak terkendali.
Dalam pergaulan hendaknya manusia jangan mudah marah. Apabila arah
karena hal-hal yang sepele, yang sebenarnya tidak perlu marah,tetapi
menjadi marah besar (murka). Hal yang demikian tidak sesuai dengan
pribadi muslim yang sebenarnya. Sebab selain menganjurkan agar kita
menjadi pemaaf, suka maafkan kesalahan atau kehilafan orang lain agar
persaudaraan dapat terpelihara dengan sebaik-baiknya.
Disekolah ada seorang guru yang sabar dalam menghadapin perilaku
siswanya. Meskipun siswanya tidak memeperdulikannya, namun ia tetap
melaksanakan kewajibannya sebagai guru dengan baik, bahkan ia tetap
menyayangi siswanya. Pada suatu ketika ia mendadak marah, anak-anak
tidak ada yang berani berbicara dan mereka tidak mengerti apa
penyebabnya, sehingga mereka diam semuanya.
Sikap guru tersebut sangat bertentangan dengan norma agama, padahal
islam menganjurkan kepda umatnya untuk bersabar bila mengadapi ujian
atau cobaan. Permasalahan tidak boleh dihadapi dengan marah. akan tetapi
harus dihadapi dengan penuh kesabaran.
Sabda Rasulullah SAW. Janganlah kamu memutuskan suatu perkara
antara yang bersengketa ketika engkau dalam keadaaan marah. (HR.
Bukhari)
Al Ghazali juga mengatakan bahwa orng tyang sabar ialah orang yang
sanggup bertahan dalam mengadapi gangguan dan rasa sakit, yang sanggup
memikul beban yang tidak disukainya, yang sanggup mengendalikan
kemarahan.

Firman Allah SAW. Hai orang-orang yang beriman mintalah


pertolongan dengan sabar dan sesungguhnya Allah menyertai orang-orang
yang sabar. (QS Al Baqarah: 153)
Allah SWT juga menjanjikan kepada orang-orang yang sanggup
menahan amarahnya dengan surga yang luasnya seluas langit dan
bumi. ..dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang
disedikan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang
menafkahkan (hartanya), baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orangorang yang menahan amarahnya dan memanfaatkan (kesalahan) orang.
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Qs Ali Imran : 133
134)
Jika terlajur marah, maka sikap yang diajarkan Rasulllah SAW
adalah Sesungguhnya marah itu dari syetan dan sesungguhnya setan itu
dijadikan dari api dan pai akan mati dengan (disiram) air, maka apabila
marah seseorang di antara kamu, maka berwudhulah. (HR Abu Dawud)
Demikianlah, kita harus mampu menahan amarah, karena amarah itu
datangnya dari syetan yang akan senantiasa menyesatkan kita, sehingga kita
akan berbuat yang tidak seharusnya kita lakukan. Orang yang kuat bukanlah
orang yang kuat dan menang dalam bergulat melainkan orang yang sanggup
menahan marahnya.
b. Bahaya sifat pemarah
Adapun bahaya sifat pemarah antara lain:
1. Dibenci oleh Allah SWT, teman dan masyarakat.
2. Menimbulkan permusuhan.
3. Retaknya tali persaudaraan.
c. Cara menghindari sifat pemarah antara lain sebagai berikut:
1. Membaca taawuz.
2. Seringlah membaca istigfar.
3. Apabila marah segeralah mengambil air wudhu.
4. Jika saat marah itu kita sedang berdiri, segeralah duduk dan jika dalam
keadaan duduk, segeralah berbaring.

5. Namimah
a. Pengertian Namimah
Namimah atau mengadu domba adalah usah atau perbuatan seseorang
baik berupa ucapan atau perbuatan yang bertujuan mengadu domba satu
orang dengan orang lain, satu golongan dengan golongan yang lain, dan lain
sebagainya. Perbutan namimah adalah perbuatan yang dibenci orang Allah
SWT. Sebagaimana firman-Nya.

Dan janganlah kamu ikuti Setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina,Yang
banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah, .

( QS. Al Qalam : 10- 11)

Orang yang terbiasa dengan sifat naminah akan slau berbuat kerusakan
dimana pun dan kapanpun, apalagi sifat ini sudah terpatri kuat dalam hati.
Orang orang seperti akan selsu menggunakn siasat buruknya untuk
kepentingan pribadinya. Selain itu, ia akan selalu mencela orang lain
dengan kesana kemari menyebar fitnah, mereka adalah orang yang selalu
bersama sama berada ditengah tengah dengan tujuan untuk menghasut,
membuat huru hara, dan kerusakan .
b. Dampak Negatif Namimah
Adapun beberapa akibat negatif yang ditimbulkan dari sifat namimah
antara lain sebagai berikut :
1. Dapat merusak hubungan baik antar sesama manusia.
2. Orang yang memiliki sifat namimah akan dikucikan darii kehidupan
masyarakat,dan diperlakukan buruk lainnya.
3. Orang yang memiliki sifat namimah akan mendapat siksa kubur.
Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya Rasulullah Saw melewati
dua kuburan, lalu Rasulullah bersabda penghuni kedua kuburan ini
telah disiksa bukan karena melakukan dosa besar. Yang satu tidak
membersihkan kencing dan yang lain berjalan untuk mengadu domba.(
H.R. Asy- Syakhani )
4. Mendapat siksa dari kubur
Rasulullah SAW bersabda: Dan Abu Darda berkata : Rasulullah
bersabda : setiap orang yang menyebarkan pada seseorang dengan

kalimat untuk melakukan di dunia, maka baginya atas Allah siksa yang
menghancurkan di neraka pada hari kiamat. ( HR. At. Tabaini )
c. Cara Menghindari Perbuatan Namimah
1. Menyadari bahwa perbuatan tersebut dibenci oleh Allah SWT, dan orang
melakukannya akan mendapat siksa yang pedih, baik dilam kubur
maupun di akhirat.
2. Menyadari bahwa sesama muslim adalah saudara yang harus saling
menolong, bukan saling bermusuhan.
3. Memahami bahwa perpecahan akan berakibat sangat merugikan bagai
semua elemen masyarakat.
4. Menumbuhkan dan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bermula dari zaman Nabi Adam a.s, manusia sudah ditakdirkan untuk menjalani
peringkat hidup duniawi di atas muka bumi ini. Sedari detik itu sehingga kini,
manusia terus menjalani hidup dengan berbagai cara dan peristiwa yang membentuk
sejarah dan tamaddun manusia. Sifat dan keperibadian manusia penuh pertentangan
dan beraneka ragam. Manusia bukan makhluk sosial semata-mata malah bukan jua
diciptakan untuk mementingkan diri sendiri semata-mata.
Rasulullah sallallahu alaihi wasallam diutuskan kepada manusia untuk
menyempurnakan akhlak sebagaimana yang dinyatakan dalam hadis Rasulullah
SAW. Dengan akhlak Rasulullah memenuhi kewajiban dan menunaikan amanah,
menyeru manusia kepada tauhid dan dengan akhlak jualah baginda menghadapi
musuh di medan perang.
B. SARAN
Dengan membaca makalah ini, kita telah mengetahui yang mana akhlakul
karimah dan yang mana akhlakul madzmumah, sehingga kita dapat berusaha untuk
menghindari semua akhlak yang tercela (madzmumah).

DAFTAR PUSTAKA
1. Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.

2. Amin, Ahmad, Etika (Ilmu Akhlak), (Terj), Farid Maruf, dari judul asli alAkhlak, Jakarta:Bulang Bintang, 1983.

Anda mungkin juga menyukai