Anda di halaman 1dari 265

BAB III

METODOLOGI
A.

Cara Kerja
1. Penentuan Titik Pengambilan Sample
a. Sebelum ke lokasi penelitian, siapkan perlengkapan yang dibutuhkan dalam
pengambilan sampel dan pengoleksian sampel alga.
b. Untuk memudahkan pengamatan dan pengambilan sampel dilakukan saat
surut terendah. Waktu surut tidak tetap dan terbatas. Untuk itu cari informasi
ke penduduk sekitar pantai untuk mendapatkan informasi waktu surut. Saat
surut lakukan pengambilan sampel dan pencatatan data sebaik mungkin
gunakan waktu sebaik-baiknya karena waktu surut sangat terbatas. Sebelum
waktu surut kita harus telah berada di lokasi pengambilan sampel.
c. Saat waktu surut tiba lakukan pengambilan sampel sesuai dengan stasiun yang
telah di tentukan.
d. Rentangkan tali rafia yang telah di beri skala jarak/panjang dari garis pantai
hingga tubir.
e. Letakkan plot ukuran 1m x 1m mulai dari tubir hingga garis pantai, untuk tiap
stasiun ada 3 plot.
Tahapan persiapan

1) Menyiapkan tali rapia sepanjang 100 atau 60 meter, kemudian diberi tanda pada tiap jarak 10
meter.
2) Dengan menggunakan tali rapia membuat kuadran 1 x 1 meter.
3)

Membuat etiket gantung dengan menggunakan sedotan plastik dan benang kenur, yaitu
dengan memotong sedotan plastik dengan panjang sekitar 3 cm, kemudian di ikat dengan
benang kenur, diusahakan warna atau bentuk sedotan yang diikat bervariasi.
Tahap pelaksanaan

1) Pada lokasi/stasiun pengambilan sampel direntangkan tali rapia sepanjang 100 meter yang
sudah diberi tanda tiap tepi pantai (stasiun) tegak lurus ke arah laut.
2)

Pada tiap substasiun tempatkan kuadran 1x1 meter. Mengambil semua jenis alga yang
berbeda yang berada didalam kuadran tersebut sesuai dengan tugas tiap kelompok (Divisi
Chlorophyta, Rhodophyta, Phaeopyta). Tiap jenis alga diambil diberi etiket gantung
kemudian dimasukkna dalam kantong plastik yang sudah diberi label. Hasilnya dicatat pada
tabel pengamatan Remak (temuan-temuan lapangan yang penting).

3) Mencatat tiap jenis sampel alga yang diambil kode etiket gantung dan Remaknya dalam tabel
pengamatan .
4)

Mengukur dan mengamati, kemudian mencatat semua parameter lingkungan pada stasiun
dan kuadran tersebut.

5) Untuk tiap substasiun mengambil sampel alga dalam luas 40 cm2, dengan cara menimbang
berat dan tiap-tiap jenis alga yang ada. mencatat jenis dan berat masing-masing jenis alga
tersebut.
6) Sepanjang lokasi pengambilan sampel dari tepi pantai hingga tubir (dibagi 3 daerah, dekat
pantai, daerah tengah dan dekat tubir) mengambil identifikasi dan mengkoleksi semua jenis
alga yang berbeda spesies. Semua alga yang didapat dimasukan dalam tiga kantong plastik
yang berbeda yang sudah diberi label.
7) Sampel-sampel alga yang sudah diambil kemudian di identifikasi speciesnya dan ditentukan
posisi taksonominya, serta dicari aspek pemanfaatan oleh masyarakat sekitar dengan cara
menanyakan ke masyarakat yang mengetahui pemanfaatan alga di sekitar pantai
sindangkerta. Kemudian membuat tabel mengenai species-species alga dan manfaatnya.
2. Identifikasi dan Tahap Wawancara
a.

Menyiapkan alga yang sudah diidentifikasi kedalam toples.

b. Mencari masyarakat yang mengetahui tentang jenis-jenis alga dan manfaatnnya untuk
diwawancara.
c.

Mewawancarai masyarakat yang mengetahui tentang jenis-jenis alga dan manfaatnnya

d. Mencatat hasil wawancara mengenai jenis-jenis alga dan manfaatnya.


Diposkan oleh hanifah nurlestari di 23.04 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Alga
Menurut Fritsch dalam Gupta (1981), alga mencakup semua organisme yang dapat
melakukan fotosintesis kecuali lumut dan tumbuhan berpembuluh. Penampakan pigmen atau
kloroplas dapat dijadikan dasar pengelompokan variasi alga kedalam kelasnya. Perbedaan
warna chloroplas ada hubungannya dengan kondisi alami dan jumlah pigmen tambahan yang
ada pada selain pigmen utama yaitu klorofil yang berwarna hijau.
Alga merupakan tumbuhan yang hidup pada perairan laut. Alga berukuran besar
tergolong dalam tiga divisi yakni Chlorophyta (alga hijau), Phaeophyta (alga coklat), dan
Rhodophyta ( alga merah). Pigmen yang terdapat pada alga merah dapat diketahui melalui
proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut aseton, metanol, petrolium eter dan dietil eter,
kemudian dianalisis dengan menggunakan kromatografi lapis tipis dan diserap dengan
spektrofotometer. Hasil penelitian menunjukan bahwa pigmen yang terdapat pada alga merah
umumnya adalah B-karoten, feofitin,violaxanthin dan klorofil (Sunadi, 2000).
Habitat alga adalah ditempat yang berair, misalnya air sungai, kolam, rawa,laut, tanah
yang lembab, pohon dan sebagainya. Alga ditemukan disumber air panas, disalju daerah dan
puncak gunung yang tinggi, bahkan diperairan yang mengandung boraks di lamongan juga
ditemukan (Sulistijono, 2009).
B. Klasifikasi
Konsep klasifikasi alga yang modern didasarkan pada beberapa kriteria sebagai
berikut:
1. Pigmen meliputi jenis dan jumlah
2. Bentuk atau wujud cadangan makanan
3. Flagel meliputi tipe dan jumlah flagel, morfologi, dan kedudukan
4. Dinding sel meliputi susunan atau struktur berdasarkan pengamatan mikroskop
5. Struktur sel meliputi ada tidaknya membrane sel

Menurut Round (1965), berdasarkan ide staner dan Van Niel membagi alga menjadi 8
filum dan masuk dalam kelompok prokariota dan eukariota. Selengkapnya klasifikasi
menurut Round (dari Gupta, 1981) adalah sebagai berikut:

Prokarita Eukariota :
a.Phylum Cyanophyta
b.Phylum Euglenophyta
c.Phylum Chlorophyta
d.Phylum Chrysophyta
e.Phylum Phyrrophyta
f.Phylum Phaeophyta
g.Phylum Rhodophyta
h.Phylum Cryptophyta.
Dalam hal ini akan dibahas beberapa alga makro yaitu :
1.Phylum Chlorophyta
Chlorophyta merupakan kelompok alga yang paling banyak ditemukan di air tawar,
hanya sebagian kecil yang hidup di laut. Di perairan Chlorophyta hidup sebagai plankton.
Plankton adalah organisme kecil yang hidup melayang-layang dalam air yang dapat menjadi
sumber makanan bagi hewan air dan ikan. Chlorophyta juga ada yang melekat pada tanah
yang basah, tembok yang lembab, pada batang tumbuhan lain, dan ada yang hidup melekat
pada tubuh hewan (Aziz, 2008).
Alga hijau sebagian besar hidup di air tawar, beberapa diantaranya di air laut dan air
payau. Alga hijau yang hidup di laut tumbuh di sepanjang perairan yang dangkal, pada
umumnya melekat pada batuan dan seringkali mencul apabila air menjadi surut (Sulisetijono,
2009)
Chlorophyta mempunyai pigmen hijau yang dominan dan terhimpun dalam kloroplas.
itulah mengapa Chlorophyta disebut dengan alga hijau. Cholorophyta tidak selalu berwarna
hijau karena beberapa anggotanya memiliki pigmen yang memberikan warna jingga, merah
atau merah kehitaman. Bentuk kloroplas pada Chlorophyta bernacam-macam. Pada kloroplas
ditemukan pirenoid dan stigma. Pirenoid adalah rongga yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan cadangan makanan berupa amilum. Stigma adalah bagian yang sensitif
terhadap cahaya, berguna untuk menuntun Chlorophyta menuju cahaya sehingga proses
fotosintesis dapat berlangsung (Aziz, 2008).

Tubuh Chlorophyta ada yang uniseluler, multiseluler, koloni, dan filamen. Sel-sel
Chlorophyta dikelilingi oleh dinding sel sehingga memiliki bentuk yang tetap. Chlorophyta
dipercaya sebagai asal mula tumbuhan darat. Alasan ini mendukung hipotesisi ini adlah
memiliki klorofil a dan b, memiliki dinding sel berupa selulosa, dan menyimpan cadangan
makanan berupa zat tepung (amilum) (Aziz, 2008).
Menurut Smith (1955) hanya terdiri dari satu kelas saja yaitu chlorophyceae yang
terdiri dari 10 bangsa yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.

Volvocales
f. Tetrasporales
Ulotrichales
g. Oedogenales
Ulvales
h. Schizogonales
Chlorococales i. Siphonales
Siphonacladades
j. Zygnematales
Sedangkan menurut Mattox dan Stewart (1984), ada 5 kelas Chlorophyta yaitu:

a.
b.
c.
d.
e.

Micromunadophyceae
Charophyceae
Ulvophyceae
Pleurastrohyceae
Chlorophyceae

Klas chlorophyceae sendiri menurutnya terbagi dalam 8 bangsa (ordo), yaitu :


a. Volvocales : sel sel flagelata dan berkoloni dinding glikoprotein
b. Tetrasporales : agregasi palmolloid dan berkoloni, flagelata nonmotil, sel sel dengan
vakuola kontraktile, tepi basal dan bentuk mata, dinding glicoprotein
c. Chlorococcales : sel -sel nonmotile, agregasi dan berkoloni sel selnya tampak. Vakuola
kontraktile, pembagiannya hanya menyatu dengan bentuk pada tahap reproduksi saja.
d. Ulotrichales : filament talus dengan bentuk bulat sel.
e. Ulvales : parenchymatous sel.
f. Oedogonialies : filament felamen bercabang dan tidak bercabang dengan sel sel uninukleat,
pembagian sel-sel termasuk pembentukan lingkaran, stephanokontous zoospora dan sperma.
g. Cladoporales : (mencakup siphonocladales) alga multiseluler dengan sel-sel multinukleat,
filamen atau sascate thalli.
h. Caulerpales : (siphorales) single coenoytic sel berkomposisi dengan thallus siphonaxanthin,
dinding selulosa, mannans atau xylan.
2.Phylum Phaeophyta

Phaeophyta (berasal dari bahasa Yunani, phaios yang berarti gelap), merupakan alga
multiseluler yang dikenal dengan nama alga coklat. Warna coklatnya berasal dari pigmen
fukosantin yang dimilikinya (Pitriana, 2008).
Selain pigmen coklat, pada Phaeophyta ditemukan juga pigmen lainnya berupa
klorofil a dan c, serta pigmen karotin. Oleh karena keberadaan klorofil ini, Phaeophyta
bersifat autotrof. Fotosintesisnya terjadi pada helaian yang menyerupai daun. Hasil
fotosintesisnya berupa karbohidrat yang yang disebut laminarin (Pitriana, 2008).
Alga coklat umumnya hidup di lingkungan laut. Hanya beberapa jenis Phaeophyta
yang saja yang hidup di air tawar. Banyak alga coklat memiliki struktur berisi udara yang
membuat mereka dapat melayang di air (Pitriana, 2008).
Phaeophyta hidup melekat pada dasar perairan (melalui semacam akar), sedangkan
bagian tubuh lainnya mengapung di air, dan melekat pada batu karang (Aziz, 2008).
Bentuk tubuh Phaeophyta tampak menyerupai tumbuhan tingkat tinggi karena adanya
bagian yang menyerupai akar, batang, dan daun. Tinggi Phaeophyta dapat mencapai 50
sampai 100 meter (Aziz, 2008).
Anggota kelompok Phaeophyta juga dikenal sebagai tumbuhan berukuran raksasa
(giant kleps), misalnya Macrocystis sp. dan Nereocytis sp. yang menghuni pantai pasifik. Di
indonesia, jenis Phaeophyta yang terkenal adalah Turbinaria austrilis, Sargasum siliquosum,
dan Fucus vesiculosus. Ketiga jenis alga tersebut biasa dijimpai sepanjang garis pantai. Di
laut yang beriklim sedang, terutama di laut Atlantika Utara dikenal sebagai kawasan Alga
Sargassum. Alga tersebut tampak mengambang dan menutupi sebagian permukaan laut
sehingga orang mengenalnya sebagi Sargaso (Aziz, 2008).
3.Phylum Rhodophyta
Alga merah atau Rhodophyta (berasal dari bahasa Yunani, rhodon, yang artinya
merah). Rhodophyta merupakan alga multiseluler berukuran besar yang biasa dikenal sebagai
rumput laut. Warnanya merah karena mengandung pigmen fikoeritrin (Pitriana, 2008).
Alga merah hidup di luat dalam, terutama di laut beriklim panas. Anggota kelompok
alga merah dapat ditemukan di daerah pantai hingga kedalaman 100 meter (Aziz, 2008).
Alga merah biasa menempel pada alga lain atau pada batu. Ada juga yang hidup bebas
mengapung dipermukaan air. Alga merah biasa ditemukan di air cukup dalam, lebih dalam
dibanding tempat tumbuh kelompok alga lainnya. Fikobilin, pigmen pada alga merah, dapat

mengumpulkan cahaya hijau dan biru yang masuk ke air yang dalam. Dengan begit alga
merah dapat berada di lokasi perairan yang lebih dalam dibanding alga lainnya (Pitriana,
2008).
Bentuk alga merah seperti rumput sehingga sering disebut sebagai rumput laut
(seaweed). Tubuhnya bersel banyak dan kebanyakan berbentuk lembaran sederhana dengan
cabang-cabang halus seperti pita. Di dalam selnya terdapat pigmen klorofil a dan fikobilin.
Fikobilin adalah semacam pigmen yang terdapat pada fikoeritrin dan fikosianin. Melalui
pigmen fikobilin, gelombang cahaya yang masuk ke dalam laut diserap. Kemudian
mentransfer energi cahaya ke klorofil untuk keperluan fotosintesis. Bentuk dari hasil
fotosintesis adalah karbohidrat yang disebut tepung floridean (Aziz, 2008).
Contoh alga merah adalah Euchemma spinosum, Gilidium, Rhodymenia, dan Scinata.
Eucemma spinosum merupakan penghasil agar-agar di daerah dingin. Beberapa famili
Corraline memiliki dinding sel berkalsium karbonat. Alga ini ikut membentuk fosil (Pitriana,
2008).
C. Peranan Alga
Menurut Sheehan dkk (1998) dari departemen energi Amerika Serikat, ada 3
komponen zat utama yang terkandung dalam alga, yaitu (1) Karbohidrat, (2) protein, dan (3)
Triacyglycerols. Karbohidrat dapat difermentasikan menjadi alkohol, protein dapat diolah
menjadi produk makanan dan kecantikan, dan Triacyglycerols dapat diubah fatty acid.
Kombinasi dari pemanfaatan 3 komponen diatas dapat menghasilkan makanan ternak.
Fatty acid merupakan produk dari alga yang berupa minyak nabati. Alga mengandung
minyak nabati yang sangat besar. Menurut Briggs (2004), alga mengandung minyak lebih
dari 50 % beratnya. Salah satu jenis alga yang diteliti oleh Sheehan dkk (1998) kandungan
minyaknya bahkan dapat mencapai lebih dari 50 %. Minyak nabati dapat digunakan sebagai
bahan baku pembuatan biodiesel.
Alga dapat diproduksi menjadi makanan yang dikonsumsi manusia, makanan ternak,
dan pupuk. Alga sangat besar perananya dalam biogeochemistry, yaitu sebagai bagian penting
dari siklus N (nitrogen), O (oksigen), S (Belerang), P (phosphate), dan C (karbon). Alga
memainkan peranan penting dalam bioteknologi, seperti menyerap polusi dan pencemaran
yang berlebihan (Graham dan Wilcox, 2000). Alga juga dapat dimanfaatkan pada bidang
farmasi sebagai bahan pembuatan obat-obatan (Cohen, 1999), seperti adanya kandungan zat
anti HIV dan anti Herves (Catie, 1998).
Selain itu alga juga dapat diproses menjadi menjadi minyak nabati, yang selanjutnya
diproses menjadi biodiesel. Setelah diambil minyaknya, sisa ekstraksinya yang berupa

karbohidrat dapat difermentasikan menjadi alkohol, baik dalam bentuk methanol maupun
ethanol (Sheehan, 1998).
Alga sangat bermanfaat bagi ekosistem. Di ekosistem, alga berperan sebagai
produsen. Alga menyediakan makanan bagi ikan, katak, hingga manusia. Alga juga
menghasilkan oksigen yang dibutuhkan oleh kita (Pitriana, 2008).
Salah satu manfaat alga adalah sebagai bahan makanan. Rumput laut merupakan
bahan makanan penting bagi manusia. Rumput laut biasa diolah menjadi agar-agar atau
dikeringkan. Selain lezat, rumput laut bermanfaat bagi kesehatan karena tinggi serat dan
mengandung vitamin A, B1, B2, B6, niasin, serta vitamin C. Rumput laut juga kaya akan
kandungan yodium, potasium, besi, magnesium, dan kalsium (Pitriana, 2008).
Alga coklat, terutama Sargassum menghasilkn alginat yang bersifat kental dan tidak
beracun. Alginat berfungsi pengemulsi, penyetabil, dan bahan pengikat produk kapsul,
produk kosmetik, dan produk makanan (seperti es krim). Oleh karena itu Sargassum
merupakan jenis alga yang umum dimanfaatkan dalam industri kosmetik, makanan, dan
farmasi (Pitriana, 2008).
Selain bermanfaat bagi ekosistem, alga juga mempunyai kerugian bagi ekosistem,
Blooming algae atau ledakan alga biasa terjadi di wilayah perairan seperti kolam, danau, dan
laut. Beberapa kasus ledakan alga disebabkan masuknya pupuk, terutama yang mengandung
fosfor dan nitrogen, kedalam perairan. Pupuk menyebabkan alga tumbuh terlalu subur.
Semakin banyak alga yang tumbuh di perairan, jumlah kematian alga di wilayah itupun
menjadi semakin tinggi. materi organik dari alga mati merupakan makanan bagi bakteri.
Dengan demikian,ketika semakin semakin banyak materi organik dari alga yang sudah mati,
semakin meningkat pula jumlah bakteri pada area tersebut. Aktivitas bakteri ketika
mendekomposisi materi organik banyak meggunakan oksigen terlarut. Akibatnya jumlah
oksigen terlarut di air menurun. Kurangnya oksigen terlarut akn menyebabkan kematian pada
ikan dan organisme air lainnya. Ledakan alga juga dapat berbahaya jika alga memproduksi
neurotoksin, racun yang mempengaruhi saraf. Racun ini berbahaya bagi penghuni perairan
(Pitriana, 2008).
Budidaya alga dapat dioptimalkan menggunakan sistem terpadu. Pada sistem ini alga
dikembangkan dan dibudidayakan berdekatan dengan power plant (pembangkit tenaga).
Panas dan sisa pembakaran dari power plant yang mengandung karbondioksida disalurkan ke
tempat pengeringan alga yang sudah dipanen, kemudian dialirkan ke tempat pembudidayaan
alga (Sheehan dkk, 1998).
Pengoptimalan alga juga dapat dilakukan pada pengolahan pasca panen. Seperti yang
telah dijelaskan, alga mempunyai tiga komponen biomasa utama, yaitu karbohidrat, protein,

dan minyak nabati. Karbohidrat dapat difermentasikan menjadi alkohol. Protein dapat diolah
menjadi produk makanan dan kecantikan. Minyak nabati dapat digunakan untuk
memproduksi bermacam-macam produk, salah satunya adalah biodiesel (Sheehan dkk, 1998).
Diposkan oleh hanifah nurlestari di 23.02 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah


Alga merupakan organisme bertalus yang hidup di air, baik air tawar maupun air laut,
merupakan jenis tumbuhan aquatik. Talus ialah bagian yang belum dapat dibedakan dalam
tiga bagian utamanya, yang disebut akar, batang dan daun. Tubuh yang berupa talus itu
mempunyai struktur dan bentuk dengan variasi yang sangat besar.
Untuk mempelajari Alga, baik secara morfologi maupun habitat perlu diadakannya
pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti yaitu dengan Praktikum
Lapangan, sehinggga mahasiswa dapat lebih mudah untuk mengidentifikasi baik ciriciri
mofologi maupun habitatnya, dalam hal ini maka Praktikum Lapangan dilaksanakan dengan
mengamati spesiesspesies Algae di pantai Cipatujah SindangKerta- Tasikmalaya.
Pentingnya dilakukannya Praktikum Lapangan ini untuk pengamatan secara
terorganisir adalah agar mahasiswa mengetahui Alga dengan jelas secara langsung untuk
diamati bagian-bagian dan ciri-ciri khususnya kemudian digunakan sebagai acuan dalam
mengidentifikasi. Selain itu agar mahasiswa mengetahui warna, bentuk dan habitat asli dari
Alga, karena pada waktu praktikum di laboratorium warna dan bentuk preparat sudah
berubah karena sudah diawetkan, sehingga kami harus melihat preparat yang morfologi dan
habitat dalam bentuk aslinya.
B. Tujuan
Tujuan dari penelitian alga di Pantai Sindangkerta ini adalah :

1. Mahasiswa lebih dapat memahami tentang alga, baik dari morfologi dan fisiologi.
2. Mahasiswa dapat lebih memahami tentang habitat dan penyebaran alga.
3. Mahsiswa dapat lebih memahami tentang pemanfaatan alga.

4. Mahasiswa dapat lebih memahami tentang karakterisik suatu alga


C. Manfaat
Manfaat diadakannya PraktikumLapangan ini adalah sebagai berikut :
1. Mempelajari morfologi dan kedudukan taksonomi dari Alga bentik.
2. Untuk mengenal species dengan cara mendeskripsikan ciri-ciri pada species tersebut.

DASAR TEORI
Campuran dapat tersusun atas beberapa unsur ataupun senyawa. Komponen-komponen
penyusun suatu campuran tersebut dapat dipisahkan berdasarkan sifat fisika zat penyusunnya.
Salah satu metode yang digunakan dalam pemisahan campuran adalah sentrifugasi.
Sentrifugasi ialah proses pemisahan partikel berdasarkan berat partikel tersebut terhadap
densitas layangnya (bouyant density). Dengan adanya gaya sentrifugal maka akan terjadi
perubahan berat partikel dari keadaan normal pada 1 xg (sekitar 9,8 m/s2) menjadi meningkat
seiring dengan kecepatan serta sudut kemiringan perputaran partikel tersebut terhadap
sumbunya (Budiman, 2010).
Dalam bentuk yang sangat sederhana sentrifus terdiri atas sebuah rotor dengan lubang-lubang
untuk meletakkan cairan wadah/tabung yang berisi cairan dan sebuah motor atau alat lain
yang dapat memutar rotor pada kecepatan yang dikehendaki. Semua bagian lain yang
terdapat pada sentrifus modern saat ini hanyalah perlengkapan yang dimaksudkan untuk
melakukan berbagai fungsi yang berguna dan mempertahankan kondisi lingkungan saat rotor
tersebut bekerja (Hendra 1989).
Gaya yang berperan dalam sentrifus adalah gaya sentrifugal yang menyatakan bahwa setiap
partikel yang berputar pada kecepatan sudut yang konstan memperoleh gaya keluar sebesar F.
Besar gaya tergantung pada kecepatan sudut () dan radius perputaran (r,cm). Perhatikan
persamaan di bawah ini :
F = 2r
Pemisahan sentrifugal menggunakan prinsip dimana objek diputar secara horizontal pada
jarak tertentu. Apabila objek berotasi di dalam tabung atau silinder yang berisi campuran
cairan dan partikel, maka campuran tersebut dapat bergerak menuju pusat rotasi, namun hal
tersebut tidak terjadi karena adanya gaya yang berlawanan yang menuju kearah dinding luar
silinder atau tabung, gaya tersebut adalah gaya sentrifugasi. Gaya inilah yang menyebabkan
partikel-partikel menuju dinding tabung dan terakumulasi membentuk endapan (Zulfikar,
2008).

Komponen utama pada proses sentrifugasi ialah Instrumen sentrifus, Rotor, dan Tabung
(wadah sampel). Sedangkan bagian yang sifatnya asesoris umumnya bergantung mengikuti
aplikasi yang akan dilakukan pada proses tersebut. Instrumen sentrifus, adalah bagian yang
menjadi alat penggerak proses sentrifugasi karena didalamnya memiliki motor yang mampu
berputar dan memiliki pengaturan kecepatan perputaran (Budiman, 2010).

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Alga merupakan organisme eukariotik fotoautotrof. Meskipun berfotosintesis,
alga berbeda dari tanaman karena alga tidak memiliki jaringan tanaman (akar,
batang
dan daun). Spesies alga ada yang bersifat uniseluler dan ada pula yang bersifat
multiseluler. Warna sebagian besar alga dipengaruhi klorofil a (pigmen penyerap
cahaya) dan pigmen fotosintesis lainnya yang dikenal sebagai karotenoid dan
biloprotein (disebut juga fikobilin). Karotenoid adalah hidrokarbon lurus berwarna
kuning, jingga atau merah yang tidak larut dalam air.
Biloprotein atau fikobilin adalah kompleks pigmen berwarna biru atau merah
yang larut dalam air. Semua alga memperoleh energi dari proses fotosintesis dan
menghasilkan oksigen. Banyak alga yang hidup sebagai sel tunggal dan ada pula
yang membentuk koloni multiseluler yang berisi sel-sel yang secara morfologi
identik. Sel-sel alga sering kali memiliki pirenoid, yaitu organel yang menyintesis
dan menyimpan pati. Struktur reproduktif alga berupa satu sel gamet yang
disebut
gametangia.
2. Pengertian
Alga ini merupakan kelompok alga terbesar dan yang paling beragam karena
ada yang bersel tunggal, koloni dan bersel banyak. warna hijau dari klorofil a dan
b
yang sama dalam proporsi sebagai 'tinggi' tanaman serta c klorofil tetapi
dilaporkan
terdapat di beberapa prasinophyceae; U-karoten, dan berbagai karakteristik
xanthophylls. Hasil asimilasi berupa amilum yang tersusun dalam kloroplas,
kloroplasnya beraneka bentuk dan ukurannya, ada yang seperti mangkok,
seperti
busa, seperti jala, dan seperti bintang, penyusunnya sama seperti pada
tumbuhan
tingkat tinggi yaitu amilase dan amilopektin.
Alga berperan sebagai produsen dalam ekosistem. Berbagai jenis alga yang
hidup bebas di air terutama yang tubuhnya bersel satu dan dapat bergerak aktif
merupakan penyusun pitoplankton. Sebagian fitolankton adalah alga hijau,
pigmen
klorofil yang dimilikinya aktif melakukan fotosintesis sehingga alga hijau
merupakan
produsen utama dalam ekosistem perairan.
3

Chlorella, salah satu anggota dari chlorophyceae memiliki nilai gizi sangat
tinggi dibandingkan dengan jenis jasad lainnya. Ukuran tubuhnya mikroskopis,
bentuk bulat, serta berkembangbiak dengan pembelahan sel, di dalam sel
chlorella
masih memiliki chlorelin yaitu semacam antibiotik yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri. Organisme ini banyak ditemukan sebagai plankton air
tawar.
Peranannya bagi kehidupan manusia antara lain, digunakan dalam
penyelidikan metabolisme di laboratorium. Juga dimanfaatkan sebagai bahan
untuk
obat-obatan, bahan kosmetik dan bahan makanan. Serbuk Chlorella dalam
industri
obat-obatan dimasukkan dalam kapsul dan dijual sebagai suplemen makanan
dikenal
dengan Sun Chlorella. Pengembangannya saat ini di kolam-kolam (contohnya
di
Pasuruan).
Beberapa anggota atau bagian yang bergabung dalam devisi chlorophyta
mempunyai persamaan pigmen, tempat penyimpanan dan susunan kloroplas.
Menurut
Levavaseur (1989), menyatakan bahwa pigmen-pigmen fotosintesis alga hijau
berklarofil a dan b dan mengandung siphonaxanthin atau lutein. Dan tempat
penyimpanan cadangan makanan biasanya berupa pati.
3. Klasifikasi
Chlorophyta (Alga Hijau)
Kingdom : Plantae
Divisio : Chlorophyta
Class : Chlorophyceae
Ordo : Halimedales
Genus : Caulerpa
Species : Caulepra racesmosa
4. Ciri-ciri umum chlorophyta
1) Habitat
Chrysophyta biasanya hidup di air tawar, air laut, air payau tanahtanah
yang basah, ada pula yang hidup di tempat-tempat kering. Pada
umumnya melekat pada batuan, dan seringkali muncul kepermukaan apabila
air surut merupakan suatu penyusun plankton atau sebagai bentos. Yang
4
bersel besar ada yang hidup di air laut, terutama dekat pantai. Ada jenis
chlorophyceae yang hidup pada tanah-tanah yang basah. Bahkan diantaranya
ada yang tahan akan kekeringan. Sebagian lainnya hidup bersimbiosis
dengan lichenes, dan ada yang intraseluler pada binatang rendah. Sebagian
yang hidup di laut merupakan makroalga seperti Ulvales dan siphonales.
Chlorophyta yang hidup di air tawar memiliki sifat kosmopolit,
terutama yang hidup di tempat yang terkena cahaya matahari langsung
seperti kolam, danau dan genangan air hujan, sungai atau selokan. Alga hijau
juga ditemukan dilingkungan semi akuatik yaitu pada batu-batuan dan kulit

batang pohon yang lembab (protococcus dan trentepotia. Beberapa


anggotanya hidup di air yang mengapung atau melayang. Beberapa jenis ada
yang hidup melekat pada tumbuhan atau hewan.
2) Susunan tubuh
Struktur tubuh bervariasi baik dalam ukuran, bentuk maupun
susunanya. Untuk mencakup sejumlah besar variasi tersebut, maka alga hijau
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Sel tunggal (uniseluler) dan motil (ex:Chlamydomonas)
b. Sel tunggal uniseluler dan non motil (ex:Chlorella)
c. Sel senobium (koloni yanh mempunyai jumlah sel tertentu sehingga
mempunyai bentuk yang relatif tetap)
d. Koloni tak baraturan (ex:tetraspora)
e. Filamen (ada yang bercabang dan tidak bercabang)
f. Heterotrikus (filamen barcabang bentuknya terbagi menjadi prostate dan
erect)
g. Foliaceus atau parenkimatis (filamen yang pembelahan sel vegetatif
terjadi lebih dari satu bidang)
h. Tubular (talus yang memiliki banyak inti tanpa sekat melintang)
3) Susunan sel
a. Dinding sel
5
Dinding sel tersusun atas 2 lapisan, lapisan dalam yang tersusun atas
selulosa dan lapisan luar tersusun atas pektin tetapi beberapa bangsa
Volvocales dindingnya tidak mengandung selulosa, melainkan tersusun
oleh glikoprotein. Dinding sel caulerpales mengandung xylan atau mannan.
Banyak jenis chlorophyceae mempunyai tipe ornamentasi dinding yang
berguna dalam klasifikasi.
b. Kloroplas
Kloroplas terbungkus oleh sistem membran rangkap. Pigmen yang
terdapat dalam kloroplas yaitu klorofil a dan klorofil b, beta karoten serta
berbagai macam xantifil (lutein, violaxanthin, zeaxanthin) kloroplas dalam
sel letaknya mengikuti bentuk dinding sel ( parietal,ex: ulotrix atau
ditengah lumen sel ( axial,ex:muogotia). Pada umumnya satu kloroplas
setiap sel tetapi pada siponoles zygnemales terdapat lebih dari satu
kloroplas setiap sel. Bentuk kloroplas sangat berfariasi. Faroasi bentuk
kloroplas adalah sebagai berikut:
a) Bentuk mangkuk ( ex:Clamydomonas)
b) Bentuk sabuk ( ex:Ulotrix)
c) Bentuk cakram ( ex:Chara)
d) Bentuk anyaman (ex:Oedogonium)
e) Bentuk spiral (ex:Spyrogyra)
f) Bentuk bintang (ex:Zygnema)
g) Bentuk lembaran
Amilum dari chlorophceae seperti pada tumbuhan tingkat tinggi,
tersusun sebagai rantai glukosa tak bercabang yaitu amilose dan rantai yang
bercabang amilopektin. Sering kali amilum tersebut terbentuk dalam
granula bersama dengan badan protein dalam plastida disebut pirenoid.

Tetapi beberapa jenis tidak mempinyai pirenoid merupaka golongan


chlorophyceae yang tinggi tingkatannya. Jumblah pirenoid umumnya
dalam tiap sel tertentu da[pat digunakan sebagai bukti taksonomi.
6
c. Inti
Chlorophyceae mempunyai inti seperti pada tumbuhan tingkat tinggi
yaitu diselubungi oleh membrane inti dan terdapat nukleus serta kromstin.
Inti umumya tunggal, tetapi jenis anggotayang tergolong dalam bangsa
shiponales memiliki inti lebih dari satu.
d. Cadangan makanan
Cadangan makanan pada chlorophyta seperti pada tumbuhan tingkat
tinggi yaitu berupa amilum, tersusun oleh amilosa (rantai glukosa tidak
bercabang) dan amilopektin (rantai glukosa yang bercabang). Sering sekali
amilum ditemukan dalam granula bersama dengan protein dalam plastida
disebut pirenoid. Tetapi beberapa jenis tidak memiliki pirenoid yaitu pada
golongan chlorophyceae yang telah tinggi tingkatannya, tirenoid dapat
digunakan sebagai bukti taksonomi.
Fototaksis dan bentuk mata pada chlorophyta terdapat dua tipe pergerakan
fototaksis, yaitu:
a) Pergerakan dengan flagella
Pada umunya sel alga hijau baik sel vegetatife maupun sel generatife
ditemukan adanya alat gerak. Flagella pada kelas chlorophyceae selalu
bertipe whiplash (akronomatik) dan sama panjang (isokon) kecuali pada
bangsa oedogoniales memiliki tipe stefanokon. Flagella dihubungkan
dengan struktur yang sangat halus disebut aparatus neuromotor, merupakan
granula pada pangkal dari tiap flagella disebut blepharoplas. Tiap flagella
terdiri dari axonema yang tersusun oleh 9 dupklet mikrotubula mengelilingi
bagian tengah terdapat dua singlet mikrotubula. Struktur semacam ini
dikenal sebagai susunan 9+2. Flagella tersebut dikelilingi oleh selubung
plasma.
b) Pergerakan dengan sekresi lender
Dalam monografi tentang desmid, ditunjukkan terjadi pergerakan pada
desmid di permukaan lumpur dalam laboratorium. Pergerakan tersebut
disebabkan oleh adanya stimulus cahaya yang diduga oleh adanya sekresi
7
lendir melalui porus dinding sel pada bagian apikal dari sel. Selama
pergerakan kedepan bagian kutub berayun dari satu sisi ke sisi lain
sehingga lendir bagian belakang seperti berkelok-kelok.
e. Flagella
Pada umumnya sel alga hijau baik sel vegetatif maupun sel generatif
dijumpai adanya alat gerak. Flagella pada kelas chorophyceae selalu
bertipe whiplash (akronomatik) dan sama panjang (isokon), kecuali pada
bangsa Oedogoniales memiliki type stefanokon. Flagella dihubumgkan
dengan struktur sel yang sangat halus disebut aparatus neuromotor,
merupakan granula pada pangkal dari tiap flagella disebut blephoroplas.
Granula tersebut masing-masing dihubungkan oleh benang yang letaknya
melintang disebut paradesmosa. Risoplas merupakan benang tegak dan

lurus menghubungkan salah satu dari granula (blepharoplas) dengan


struktur intranuklear dari inti disebut sentrosom.
f. Perkembangbiakan
Perkembangbiakan secara seksual banyak dijumpai yaitu, isogami,
anisogami, dan oogami. Meiosis dapat terjadi pada zigot yag berkecambah
atau pada waktu pembentukan spora dan gamet. Daur hidup yang umum
dijumpai adalah tipe haplontik, meskipun beberapa jenis termasuk tipe
diplohaplotik.
Isogami merupakan perkembangbiakan secara seksual yang paling
sederhana dan menunjukkan ke arah anisogami, pada tipe anisogami
masing-masing jenis merupakan sel bebas dengan ukuran tidak sama,
sedangkan yang lebih maju lagi yaitu tipe oogami. Pada tipe oogami
masing-masing jenis telah menunjukkan perbedaan baik jenis maupun
ukurannya.
Perkembangbiakan secara aseksual dengan cara membentuk sel khusus
yang mampu berkembang menjadi individu baru tanpa terjadinya peleburan
sel kelamin. Pada umumnya terjadi dengan peleburan spora, oleh karena itu
disebut perkembangbiakan secara sporik.
8
Zoospora dibentuk oleh sel vegetatif, tetapi beberapa tumbuhan
terbentuk dalam sel khusus yang disebut sporangia. Zoospora setelah
periode berenang beberapa waktu berhenti pada substrat yang sesuai,
umumnya dengan ujung anterior, flagella dilepaskan dan terbentuk dinding.
Selama proses ini alga mensekresikan lendir yang berfungsi untuk
mempertahankan diri.
Macam-macam perkembangbiakan pada alga hijau, yaitu:
1) Secara vegetatif
Secara vegetatif perkembangbiakan dilakukan dengan cara
fragmentasi tubuhnya dan pembelahan sel, serta pembentukan sporik
yaitu dengan membentuk:
a) Aplanospora, yaitu spora yang tidak dapat bergerak, contoh:
chlamydomonas
b) Planospora, yaitu spora yang dapat bergerak
c) Autospora yang berasal dari aplanospora, contoh: chlorella,
chlamydomonas.
d) Autokoloni yang berasal dari aplanospora, contoh: scenedesmus,
pediastrum, dan crucigenia.
2) Secara aseksual
secara aseksual: yaitu dengan pembentukan zoospora, aplanospora,
hipnospora, autospora, dan konjugasi.
Konjugasi, yaitu sel protoplas tumbuhan I ke tumbuhan II. Contoh:
spyrogira.
Prosesnya, filament saling mendekat kemudian sama-sama membentuk
tonjolan kecil, selanjutnya membentuk papilla, kemudian ke dua dinding
papilla melebur hingga membentuk saluran, dilanjutkan dengan gamet
jantan masuk ke sel betina melalui saluran itu.
Konjugasi ada 3 yaitu:

Konjugasi bentuk tangga (skalariform), yaitu pertemuan 2 protoplas di


saluran konjugasi.
9
Contoh: spyrogira.
Konjugasi bentuk lateral, yaitu perkawinan antara 2 protoplas yang saling
berlekatan yang
berasal dari satu filament. Contoh: zygnema
Konjugasi silang yaitu perkawinan antara 2 protoplas yang tanpa saluran
konjugasi. Contoh:
mougeotia dan zygnema
3) Secara seksual
secara seksual: isogami, Anisogami, oogami, aplanogami.
a) Isogami yaitu: gamet yang bentuk dan ukurannya sama (belum dapat
dibedakan mana jantan dan betina). Contoh: gonium, ulva.
b) Anisogami : gamet yang bentuk dan ukurannya tidak sama (gamet
yang bentuk dan ukurannya tidak sama). Contoh: codium, bryopsis.
c) Oogami yaitu jenis anisogami dengan gamet jantan yang aktif
(gametangium oogonium, dan gametangium spermatid). Contoh:
volvox dan oedogonium.
Berdasarkan sel gamet, perkembangbiakan dibedakan menjadi:
a) Heterotalik, yaitu perkembangbiakan yang berasal dari dua talus yang
berbeda. Contoh: spyrogira.
b) Homotalik, yaitu perkembangbiakan yang berasal dari satu talus.
Contoh: zygnema
Menurut smith (1955) kelas chlorophyceae terdiri dari 10 bangsa yaitu:
volvocales, tetrasporales, schizogonales, chlorococales, ulotrichales,
oedogonales, ulvales, shiponales, shiponocladales, dan zignematales.
Sedangkan menurut mattox dan stewart (1984), membagi chlorophyta
dalam 5 kelas yaitu: mikromonadophyceae, charophyceae, ulvophyceae,
pleurastrophyceae, dan chlorophyceae.
Kelas chlorophyceae sendiri terbagi dalam 9 bangsa, yaitu:
Volvocales, sel-sel flagellate dan berkoloni, dinding sel glikoprotein
10
a) Tetrasporales, aggregasi palmolloid dan berkoloni, flagellta non motil,
sel-sel dengan vacuoles contractile, tubuh basal dan bentuk mata,
dinding glikoprotein.
b) Chlorococcales, sel-sel non motil, aggregasi dan berkolon, sel-selnya
tanpa vakuola kontraktil, pembagiannya hanya menyatu dengan
bentuk pada tahap reproduksi saja.
c) Ulotrichales, filament talus dengan uninukleat sel
d) Ulvales, parenkim sel.
e) Oedogoniales, filament-filamen bercabang dan tidak bercabang
dengan sel-sel uninukleat, pembagian sel-sel termasuk pembentukan
lingkaran stephanokontous zoospore dan sperma.
f) Cladoporales, alga multiseluler dengan sel-sel multinukleat, filament
atau sacsate thali.
g) Caulerpales, sel berkomposisi dengan talus, siphonaxantin, dinding

selulosa, mannans atau xylan.


h) Dasicladales, talus sel tunggal dengan simetri radial, gamet terbentuk
pada sebuah cyst, dinding mennans
i) Clorophyta juga bervariasi dalam sejarah kehidupan mereka. Ada tiga
dasar susunan yang bergantung ketika terjadi miosis. Pada keadaan
yang primitif, sel vegetatif adalah haploid dan zigot yang satu adalah
bentuk tingkatan yang tidak aktif dalam merespon pada kondisi yang
menegangkan. Miosis terjadi ketika zigot berkecambah. Tipe kedua
dalam sejarah kehidupan yaitu terjadinya pergantian generasi, sebagai
gantinya zigot mengalami miosis, ini dibagi mitotacally, dalam
sebuah bentuk diploid talus, miosis terjadi selama formasi berdaya
membiakkan sel. Hasil spora memberikan peningkatan pada haploid
talus, jadi ada pergantian antara perbedaan fase haploid dan diploid
vegetatif. Kedua fase mungkin mirip dalam rupa dan dapat dibedakan
hanya dengan kepastian jumlah kromosom atau tipe daya
membiakkan sel dibentuk. Dalam hal ini generasi adalah isomorphic.
11
Dalam pergantian generasi heteromorphic, fase haploid dan diploid
jelas beda dalam rupa. Akhirnya tipe ketiga dalam sejarah kehidupan
adalah sedikit ganggang hijau. Ini mula-mulanya dari pergantian
generasi dengan perubahan miosis pada waktu formasi gamet. Zigot
dihasilkan dari peleburan memperkembangkan gamet pada sebuah
diploid talus yang baru. Gamet adalah satu-satunya sel haploid.
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari pengamatan praktikum makroalga untuk
1. Mengetahui jenis-jenis mikroalga yang terdapat pada air kolam ikan di Rest
Area, Rumah Makan SR daerah Tasik
2. Mengidentifikasi mikroalga yang terdapat pada air kolam ikan di Rest Area,
Rumah Makan SR daerah Tasik
C. ALAT DAN BAHAN
NO ALAT BAHAN
1 Mikroskop Air Kolam Ikan di Rest Area,
Rumah Makan SR Daerah Tasik
2 Alat Tulis Tisue
3 Camera Digital
4 Object glass
5 Pipet Tetes
D. CARA KERJA
1. Sebelum melakukan praktikum, catat peminjaman mikroskop pada buku
peminjaman
2. Pertama keluarkan mikroskop dari tempatnya, simpan mikroskop pada
tempat yang datar
3. Kedua pasangkan lensa okuler, cermin cahaya pada mikroskop, masukan
lensa okuler pada tabung mikroskop
12
4. Ketiga ambil air kolam setetes/secukupnya dengan menggunakan pipet tetes
pada object glass.

5. Keempat letakan object glass pada meja mikroskop


6. Kelima aturlah perbesaran mula-mula 10x10 sampai 10x40 tidak
diperkenankan menggunakan perbesaran 10x100
7. Ketujuh amati sediaan preparat pada air kolam sampai terlihat mikroalga,
dengan mengamati dibagian atas, bawah, kiri, dan kanan pada preparat air
13
E. HASIL PENGAMATAN
Berdasarkan hasil pengamatan air kolam ikan di rest area rumah makan SR
daerah Tasik didapatkan hasil
gambar sebagai berikut:
GAMBAR PENGAMATAN CIRI-CIRI KLASIFIKASI GAMBAR LITERATUR
Berwarna
hijau
Berbentuk
bulat
Kingdom: Protista
Divisi: Chlorophyta
Classis:
Chlorophyceae
Ordo: Chlorococcales
Familia: Oocystaceae
Genus: Chlorella
Species: Chlorella sp.
Berwarna
hijau
Berbetuk
bulat
Terdapat
bintik-bintik
bulat hijau
didalam
Kingdom : Protista
Divisio :
Chlorophyta
Kelas :
Chlorophyceae
Ordo :
Volvocales
Familia :
Volvocaceae
Genus :
Pandorina
Spesies :
Pandorina sp.
PEMBESARAN 15X10
Gambar 1 chorella
Google.co.id (Chlorella)

22 November 2012, 20:30


PEMBESARAN 15X10
Gambar 3 Volvox
Google.co.id (Volvox)
22 November 2012, 20:35
14
Berwarna
hijau
Bentuknya
bulat kecil
tersusun
memanjang
Bentuknya
menyerupai
tasbih
Berbentuk
benang
(filamen)
Kingdom: Plantae
Divisio:Cyanophyta
Classis:Cyanophyceae
Ordo: Hormogenales
Sub ordo: Nostocales
Familia: Nostocaleae
Genus: Anabaena
Species: Anabaena sp
Berbentuk
oval panjang
Berwarna
hijau
Bentuk
anterior
(kepala)
membulat
Bentuk
posterior
(belakang)
meruncing
Dibagian
kepala
terdapat bintik
mata
berwarna
merah
Phylum: Euglenozoa
Class: Euglenoidea
Order: Euglenida

Family:Euglenidae
Genus: Euglena
Spesies:Euglena
haemodes
Berwarna
hijau
Berbentuk
oval
memanjang
Bentuk tubuh
saling
menempel
satu sama
lain.
Dibagian
ujung atas dan
bawah
terdapat
seperti benang
panjang
Kingdom : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Kelas :
Chlorophyceae
Ordo : Cholococcales
Famili :
Scenedesmaceae
Species :
Scenedesmus
dimorphus
Google.co.id (Anabaena)
23 November 2012, 16:26
Google.co.id (Euglena)
23 November 2012, 16:34
Google.co.id
(Scedenesmus)
23 November 2012,
18:43
PEMBESARAN 15X10
Gambar 4 anabaena
PEMBESARAN 15X10
Gambar 5 euglena
PEMBESARAN 15X10
Gambar 6 scenedesmus
15
F. ANALISIS DATA
Berdasarkan hasil pengamatan air kolam ikan di rest area rumah makan SR

daerah Tasik. Pengambilan air dilakukan setelah selesai PKL di daerah


pangandaran
pada tanggal 18 November 2012 yang pada waktu itu bus sedang berhenti di
rest area
rumah makan SR daerah tasik, pada saat itu saya turun dari bus untuk solat isya
dan
tidak sengaja melihat kolam ikan yang kondisi airnya berwarna hijau, lalu saya
mengambilnya menggunakan botol minuman kecil.
Penelitian air dilakukan pada tanggal 20 November 2012 pukul 15:30 WIB di
laboratorium biologi. Pada saat itu saya bersama teman-teman yang lain
meminta ijin
kepada asisten mahasiswa botani cryptogamae untuk melakukan penelitian air
dan
mengisi selembar kertas peminjaman alat-alat laboratorium, pengamatn
berlangsung
ketika sedang praktikum botani cryptogamae bagian sift 2, dan saya sendiri
kebagian
praktikum sift 3 yaitu jam 16:30. Selanjutnya saya dan langsung mengamati air
kolam ikan yang telah dibawa, perlakuan terhadap air kolam ikan yang pertama
yaitu
air kolam disimpan selama 11/2 hari pada botol minuman yang tertutup,
kemudian
perlakuan yang kedua, sebelum pengamatan air kolam ikan, notol minuman
yang
berisikan air dikocok terlebih dahulu kemudian langsung diamati. Pengamatan
dilakukan dengan pembesaran 15X10.
Jenis mikroalga yang ditemukan adalah chlorella terlihat dari bagian kiri
bawah object glass, volvox terlihat pada bagian atas object glass, anabaena
terlihat
pada bagian kanan object glass, euglena terlihat dibagian tengah object glass,
dan
scedenesmus terlihat dibagian pojok kanan atas object glass. Pada gambar
pengamatan mikroalga pada air kolam ikan tidak terlihat dengan jelas karena
pada
saat melakukan praktikum banyak kendala yang dialami seperti mikroskop yang
sulit
difokuskan, kurangmya cahaya yang masuk dikarenakan waktu sudah sore dan
keadaan cuaca yang mendung dan hujan.
Pada gambar hasil pengamatan air kolam ikan yaitu pada gambar yang
ditunjukan diatas nom 1 dan 2 chlorella dan volvox yang dilingkari warna merah
banyak terdapat jenis mikroalga yang berkumpul, bukan hanya jenis chlorella
dan
volvox saja tapi terdapat juga jenis mikroalga seperti scedenesmus, dan euglena.
16
Bukan hanya mikroalga saja yang ditemukan di air kolam ikan tersebut, tetapi
terdapat juga jenis protozoa seperti paramecium. Mikroalga yang banyak
ditemukan

pada air kolam ikan adalah volvox dan chlorella, pada euglena banyak juga
ditemukan tetapi sebagian besar sudah banyak yang mengkista. Mungkin karena
disebabkan perlakuan air seperti didiamkan 11/2 hari dan dilakukannya
pengocokan
air ketika akan dilakukan penelitian.
Apabila dibandingkan dengan gambar literatur terlihat sangat berbeda dari
segi ukuran gambar mikroalga yang teramati oleh kasat mata. Pada pengamatan
mikroalga yang diamati kemarin hanya menggunakan mikroskop cahaya jadi
gambar
pengamatannya kurang begitu jelas terlihat, sedangkan pada gambar litertur
sudah
menggunakan mikroskop yang lebih canggih lagi seperti mikroskop electron dll.
G. KESIMPULAN
Pada hasil pengamatan air kolam ikan di rest area rumah makan SR daerah
Tasik ditemukan jenis mikroalga volvox, anabaena, euglena, chlorella,
scedenesmus
dan jenis mikroalga ini termasuk kedalam divisi chlorophyta (alga hijau). Dapat
disimpulkan bahwa jenis mikroalga hidup di air tawar, air laut, air payau tanahtanah
yang basah, ada pula yang hidup di tempat-tempat kering. Pada umumnya
melekat
pada batuan, dan seringkali muncul kepermukaan apabila air surut merupakan
suatu
penyusun plankton atau sebagai bentos.
Alga dibagi berdasarkan warna atau pigmen yang dikandungnya dan terbagi
atas beberapa divisio yaitu Cyanophyta (alga biru), Chlorophyta (alga hijau) dan
yang
lainnya. Untuk Cyanophyta talusnya tidak selalu berwarna kebiru-biruan, ada
yang
merah, kuning, biru dan sebagainya. Cyanophyta termasuk monera (yang juga
prokarion) karena intinya tidak memiliki selaput inti sehingga masih digolongkan
sebagai tumbuhan primitif. Kebanyakan ganggang biru hidup di air tawar,
tempattempat
lembab, sebagian kecil di air laut, ada yang tahan hidup di salju, di daerah
kutub. Alga dapat berupa filamen, non filamen, uniseluler atau berkoloni. Dan
pada
Cyanophyta terdapat bermacam-macam pigmen yaitu klorofil a, fikoritrin,
fikosianin,
karoten dan xantofil.
17
H. DAFTAR PUSTAKA
http://alvin53.blogspot.com/2008/11/chlorophyta.html diakses tanggal 4
Oktober 2012
http://zaifbio.wordpress.com/2009/01/30/chlorophyta-algae-hijau diakses
tanggal 4 Oktober 2012
Yulianto, Suroso Adi. 1992. Pengantar Cryptogamae. Bandung: Tarsito.

Alga( Ganggang)
Ganggang termasuk tumbuhan bertalus, tidak memiliki akar, batang, dan daun sejati.
Ganggang ada yang bersel satu dan bersel banyak, bersifat eukariotik, ada yang hidup
melayang-layang (neustonik) dan ada yang di dasar air (bentik). Habitat di air tawar, air laut
dan

daerah-daerah

yang

lembab,

reproduksi

dilakukan

dapat

dilakukan

secara

seksual(konjugasi, anisogami,isogami)atauaseksual.
4.1.1

Ciri- Ciri Alga ( Ganggang )

1. belum memiliki akar, batang, dan daun yang sesungguhnya


2. tubuh umumnya berlendir
3. memiliki klorofil, dapat berfotosintesis, bersifat autotrof.
4. mempunyai pigmen yang beragam sesuai dengan jenisnya.
5. hidup ditempat basah, diperairan tawar, dan air laut yang masih ditembus cahaya matahari.
6.

ada yang menjadi vegetasi perintis, dan ganggang bersel satu merpakan fitoplankton
( plankton tumbuhan ) diperairan.

7.

berkembang biak ( bereproduksi ) dengan cara vegetatif dan generatif. Secara vegetatif
dengan membelah diri, fragmentasi, dan membentuk zoospora, sedangkan secara genertif dan
konjugasi.

4.1.2

Klasifikasi Alga

Cholorophyta (ganggang hijau)


Alga hijau mempunyai klorofil yang terhimpun didalam kloroplas. Tumbuhan ini ada yang
bersel satu, dan ada yang bersel banyak. Inti selnya mempunyai membrane inti, disebut
eukarion.
Habitat : di air tawar, di air laut, di darat dan ditempat-tempat yang cukup basah.
Reproduksi vegetatif : dengan membelah diri, fragmentasi, membentuk spora kembar, yaitu
spora yang berflagel atau disebut zoospora.
Reproduksi generatif : dengan konjugasi
Contoh :
Ganggang hijau bersel satu yang tidak bergerak : chlorococcum, chlorella.
Ganggang hijau bersel satu yang bergerak : chlamydomonas, euglena viridis.

Ganggang hijau berbentuk koloni yang bergerak : volvox, globator.


Ganggang hijau berbentuk koloni yang tidak bergerak : hydrodictyon
Ganggang hijau yang berbentuk lembaran : ulva, chara.
Ganggang hijau berbentuk benang : spirogyra, oedogonium.
Phaeophyta (ganggang pirang)
Ganggang pirang mempunyai pigmen fikosantin yang menyebabkan warna pirang. Umumnya
berbentuk benang atau lembaran.
Habitat : di laut, terutama laut yang agak dingin.
Reproduksi vegetatif : dengan zoospora yang berflagel dua yang terdapat di sisi.
Reproduksi generatif : secara oogami atau isogami.
Contoh : focus, turbinaria, sargassum.
Rhodophyta (ganggang merah)
Ganggang ini mempunyai pigmen fikoeritrin yang berwarna merah. Umumnya bersel banyak
yang berupa benang atau lembaran.
Habitat : dilaut dan beberapa jenis di air tawar.
Reproduksi vegetatif : ganggang diploid menghasilkan spora jantan dan betina. Spora jantan
menjadi ganggang jantan dan membentuk spermatium (sel kelamin jantan). Spora betina
menjadi ganggang betina dan membentuk sel telur.
Reproduksi generatif : pada proses ini terjadi perkawinan antar spermatium dengan sel telur
yang akhirnya membentuk ganggang diploid.
Contoh : eucheuma spinosum, gelidium, dan gracilaria.
Chrysophyta (ganggang keemasan)
Ganngang keemasan mempunyai pigmen karotin yang menyebabkan warna keemasan. Ada
yang bersel satu, dan ada yang bersel banyak berupa benang.
Habitat : di air laut, di air tawar, dan dan di tempat-tempat basah.
Contoh :
Ganggang keemasan bersel satu (diatom atau alga kersik) : ochromonas, navicula
4.1.3

Manfaat Ganggang

1.

ganggang merah, seperti echeuma spinosum, gelindium, dan geracilaria dapat digunakan
untuk membuatagar-agar.

2.

ganggang bersel satu sebagai komponen fitoplankton merupakan produsen utama diperairan.

3.

tanah diatom dapat digunakan sebagai alat penggosok, penyaring, dan isolasi dinamit

4.

ganggang hijau chlorella merupakan sumber makanan baru.

5.

beberapa gangang pirang menghasilkan asam alginate yang berguna dalam industri tekstil,
makanan, dan farmasi.

4.2 Jamur (Fungi)


Jamur merupakan tumbuhan tingkat rendah bersel satu atau banyak, berspora, dan
tidak mempunyai klorofil.
4.2.1 Ciri-Ciri Jamur
1. Jamur bersel banyak sebagai tumbuhan terdiri atas benag-benag yang disebut hiva.
2. Tidak berklorovil, bersifat parasit atau saprofit.
3. Dinding sel atau dinding hifa umumnya terdiri dari selulosa, tetapi pada jamur tingkat tinggi
terdiri atas selulosa, tetapi pada jamur tingkat tinggi terdiri atas zat kitin.
4.

Jamur berkembang biak (bereproduksi) dengan cara vegetatif (aseksual) dan generatif
(seksual).

a.

Cara vegetatif dengan spora (spora ngiospora, tunas, konidia, (koni diospora), dan
fragmentasi.

b. Cara genetatif: dengan konjugasi dan sepora generatif.


5.

Jamur hidup pada tempat-tempat yang lembab, mengandung zat-zat organik sedikit asam,
dan kurang cahaya mata hari

6. Jamur memperoleh nutrisi dengan menyerap, bahan makanan yang sudah diserap digunakan
untuk kegiatan hidupnya.
4.2.2 Klasifikasi Jamur

1. Zygomycotina
hifa tidak bersekat, kecuali saat membetuk seporagia atau gamet,dan bersifat senositik
( mempunyai beberapa inti pada setiap selnya ).
Contoh:
rhizopus aryzae, untuk membuat tempe.
2. Ascomycotina
mempunyai hifa yang bersekat-sekat dan sinositik, dan ada yang berssel satu.
Contoh:
Saccharomy cescerevisae, untuk membuat tape
3. Basidiomycotina
kebanyakan kelompok basidiomycotina adalah jamur-jamur yang makroskopis, hanya sedikit
yang mikroskopis
contoh
volvariella volvacea ( jamur merang )
4. Deuteromycotina
jamur kelompok ini memiliki hifa yang bersekat. Reproduksi aseksual jamur ini dengan
sepora vegetatif, yaitu konidia, sedangkan reproduksi seksual nya belum diketahui.
Contoh: Monilia sitophila ( jamur oncom ).

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melaksanakan praktikum ini,kami dapat menyimpulkan :
1. Kami dapat nengenal berbagai jenis alga (ganggang)
2. Kami dapat memahami habitat kehidupan yang cocok bagi alga (ganggang)
3. Kami dapat memahami struktur tubuh jamur tempe
4. Kami dapat memahami perkembangbiakan pada jamur tempe

5.2 Saran-Saran
Penulis dapat memberikan saran-saran sebagai berikut :

Supaya alga dan jamur (fungi) dapat kita teliti dengan jelas, peralatan dalam laboratoriumnya
harus lebih lengkap lagi, karena sarana dan prasarana yang ada, mahasiswa dapat melakukan
praktikum dengan sungguh-sungguh.

DAFTAR PUSTAKA
Istamar Syamsuri, dkk. Buku biologi SMA II B. Jakarta : penerbit erlangga, 2004.
Soemarwoto, idjah dan kawan-kawan, Biologi Umum I, Jakarta : gramedia, 1984.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara garis besar organisme lautan terbagi atas tiga golongan yaitu
bentos, nekton, dan plakton. Bentos adalah organisme yang mendiami dasar
perairan. Nekton merupakan organisme yang lebih besar dengan kemampuan
renang yang melakukan kegiatan di daerah pelagik. Plankton didefinisikan
sebagai organisme hanyut (tidak memiliki kemampuan renang) apapun yang
hidup dalam zona pelagik (bagian atas) samudera, laut, dan badan air tawar.
(Sachlan, 1982).
Fitoplankton dapat berperan sebagai salah satu dari parameter ekologi
yang dapat menggambarkan kondisi suatu perairan. Salah satu ciri khas
organisme fitoplankton yaitu merupakan dasar dari mata rantai pakan di
perairan (Dawes, 1981). Oleh karena itu, kehadirannya di suatu perairan dapat
menggambarkan karakteristik suatu perairan apakah berada dalam keadaan
subur atau tidak.
Kelimpahan fitoplankton di suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa
parameter lingkungan dan karakteristik fisiologisnya. Komposisi dan kelimpahan
fitoplankton akan berubah pada berbagai tingkatan sebagai respons terhadap
perubahan-perubahan kondisi lingkungan baik fisik, kimia, maupun biologi
(Reynolds et al. 1984). Faktor penunjang pertumbuhan fitoplankton sangat

kompleks dan saling berinteraksi antara faktor fisika-kimia perairan seperti


intensitas cahaya, oksigen terlarut, stratifikasi suhu, dan ketersediaan unsur
hara nitrogen dan fosfor, sedangkan aspek biologi adalah adanya aktivitas
pemangsaan oleh hewan, mortalitas alami, dan dekomposisi (Goldman dan
Horne, 1983).
1.2 Tujuan
1.

Mahasiswa dapat mengetahui definisi serta terminologi fitoplankton

2.

Mahasiswa dapat mengklasifikasikan genus serta ciri-ciri fitoplankton

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Plankton
Plankton merupakan komunitas biota yang terdiri dari flora dan fauna

dimana pergerakannya relative lemah dibandingkan dengan kemampuannya


arus untuk membawanya. (Omori dan Ikeda, 1992). Berdasarkan ukurannya,
plankton dapat dibagi ke dalam beberapa kelompok yaitu :

Kelompok

Ukuran

Biota utama

Plankton non-net
Ultrananoplankton

< 5m

Bakteria

Nanoplankton

5 60 m

Fungi, Flagellata, dan Diatom kecil

Mikroplanton

60 500 m

Sebagian besar fitoplankton,


Foraminifera, Ciliata, Rotifera ,
dan Nauplius Copepoda

Plankton net
Mesoplankton

Cladocera,
0,5 1 mm

Larvaceae

Copepoda,

dan

Makroplankton

10 mm

Pteropoda, Copepoda, Euphausiid,


Chaetognatha.

Megaloplankton

>10 mm

Scyphozoa, Thaliaceae .

Nanoplankton adalah biota yang dapat melewati plankton net berukuran 20 m.


Sedangkan net plankton adalah biota yang dapat di jarring atau dikumpulkan
dengan plankton net berukuran 20 m.(Dussart, 1965).

Menurut Omori dan Ikeda (1992) pengelompokan plankton berdasarkan


ekologis :
1.

Plankton Laut (Marine plankton/Haliplankton)


Plankton oseanik (Oceanic Plankton) : plankton yang tinggal di lapisan

perairan diatas landasan kontinen.

Plankton neritik (Neritic Plankton) : plankton yang tinggal di lapisan perairan


dari pantai sampai dengan kedalaman 200 meter diatas landasan kontinen.

Plankton air payau (Brackishwater Plankton) : plankton yang tinggal di


estuaria, pantai, dan perairan payau.
2.

Plankton

air

tawar

(Freshwater

Plankton/Limnoplankton)

adalah

plankton yang tinggal di perairan-perairan darat, seperti sungai, danau.

Pengelompokan plankton berdasarkan kedalaman :


1.

Pleuston adalah biota plankton pada permukaan air laut dimana selalu
berhubungan dengan udara. Pergerakan plankton ini banyak dipengaruhi oleh
angin. Contohnya : Physalia dan velella (Hydrozoa).

2.

Neuston adalah biota plankton yang tinggal pada lapisan permukaan dari
kedalaman beberapa sampai dengan 10 milimeter.

3.

Epipelagic Plankton adalah biota plankton yang menempati lapisan perairan


sampai dengan kedalaman 300 m pada siang hari.

4.

Mesopelagic Plankton adalah biota plankton yang menempati lapisan perairan


diantara 300 sampai dengan 1000 meter pada siang hari.

5.

Bathypelagic Plankton adalah biota plankton yang menempati lapisan perairan


diantara 1000 sampai dengan 3000 4000 meter.

6.

Abyssopelagic Plankton adalah biota plankton yang menempati lapisan perairan


lebih dari 3000 4000 meter.

7.

Epibenthic Plankton adalah biota plankton yang menempati lapisan perairan


mendekati dasar atau secara temporer berkaitan dengan lapisan permukaan
dasar.
Pengelompokan plankton berdasarkan siklus hidupnya :
1.

Plankton tetap (holoplankton) adalah biota plankton yang kehidupannya

sebagai

plankton dijumpai sepanjan siklus hidupnya.

Contoh : Chaetognatha dan Copepoda.


2. Plankton sementara (meroplankton) adalah biota plankton yang kehidupannya
sebagai plankton hanya dalam waktu temporer tertentu dibandingkan dengan
keseluruhan siklus hidupnya seperti telur atau stadia larva.

2.2.

Fitoplankton
Fitoplankton

adalah

komponen

autotrof

plankton.

Autotrof

adalah

organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa


bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari
dan kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen.
Nama fitoplankton diambil dari istilah Yunani, phyton atau "tanaman" dan
("planktos"), berarti "pengembara" atau "penghanyut". Sebagian besar
fitoplankton berukuran terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang.
Akan tetapi, ketika berada dalam jumlah yang besar, mereka dapat tampak
sebagai warna hijau di air karena mereka mengandung klorofil dalam sel-selnya
(walaupun warna sebenarnya dapat bervariasi untuk setiap spesies fitoplankton

karena kandungan klorofil yang berbeda beda atau memiliki tambahan pigmen
seperti phycobiliprotein).(Thurman, H. V., 1997)
Fitoplankton

memperoleh

energi

melalui

proses

yang

dinamakan

fotosintesis sehingga mereka harus berada pada bagian permukaan permukaan


(disebut sebagai zona euphotic) lautan, danau atau kumpulan air yang lain.
Melalui fotosintesis, fitoplankton menghasilkan banyak oksigen yang memenuhi
atmosfer Bumi.(Thurman, H. V., 1997)
Kemampuan

mereka

untuk

mensintesis

sendiri

bahan

organiknya

menjadikan mereka sebagai dasar dari sebagian besar rantai makanan di


ekosistem lautan dan di ekosistem air tawar.(Richtel, M., 2007)
Disamping
ketersediaan

cahaya,

nutrisi

untuk

fitoplankton

juga

pertumbuhannya.

sangat

tergantung

Nutrisi-nutrisi

ini

dengan
terutama

makronutrisi seperti nitrat, fosfat atau asam silikat, yang ketersediaannya diatur
oleh kesetimbangan antara mekanisme yang disebut pompa biologis dan
upwelling pada air bernutrisi tinggi dan dalam. Akan tetapi, pada beberapa
tempat di Samudra Dunia seperti di Samudra bagian Selatan, fitoplankton juga
dipengaruhi oleh ketersediaan mironutrisi besi. Hal ini menyebabkan beberapa
ilmuan menyarankan penggunaan pupuk besi untuk membantu mengatasi
karbondioksida akibat aktivitas manusia di atmosfer.(Richtel, M., 2007)
Walaupun hampir semua fitoplankton adalah fotoautotrof obligat, ada
beberapa fitoplankton yang miksotrofik dan ada juga spesies tak berpigmen
yang merupakan heterotrof (yang ini dinamakan sebagai zooplankton). Jenisjenis ini, yang paling dikenal adalah dinoflagellata seperti genus Noctiluca dan
Dinophysis, memperoleh karbon organiknya dengan memakan organisme atau
material detritus lainnya.(Thurman, H. V., 1997)

BAB III
MATERI DAN METODE

3.1
1.

Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum Fitoplankton

Hari,/Tanggal : Selasa
a)12 April 2011
b) 19 April 2011
c) 26 April 2011
d) 3 Mei 2011
Pukul

: 11.00 12.00 WIB

Tempat

: Laboratorium Biologi Laut Ilmu Kelautan,


Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Diponegoro

3.2

Alat dan Bahan


1.

Alat

Mikroskop

: Digunakan untuk mengamati sampel

Pipet Tetes

: Digunakan untuk mengambil sampel plankton

Botol Sampel

: Digunakan untuk tempat sampel plankton

Kaca Preparat

: Sebagai tempat sampel plankton yang akan


diamati

Buku Identifikasi

: Sebagai panduan untuk mengidentifikasi plankton

Alat Tulis

: Digunakan untuk mencatat hasil praktikum

Buku Gambar
2.

: Untuk menggambar plankton hasil praktikum

Bahan

Sampel Plankton

: Sampel yang akan diamati

Formalin 4 %

: Digunakan untuk mengawetkan sampel plankton

Aquades

: Untuk membersihkan kaca preparat dan pipet tetes

3.3

Tissue

: Untuk membersihkan kaca preparat dan pipet tetes

Cara Kerja
Pengamatan Sampel Fitoplankton

Pengambilan satu tetes sampel plankton dari botol sampel

Pengamatan di bawah mikroskop dengan perbesaran tertentu

Digambar dan diidentifikasi dengan buku identifikasi fitoplankton


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
1.

Divisi

: Bacillariophyta

Kelas

: Bacillariophyceae

Ordo

: Centrales

Family

: Thalassiosiraceae

Genus

: Cyclotella

Spesies

: Cyclotella s
http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2010/07/25

2.

Divisi

: Bacillariophyta

Kelas

: Bacillariophyceae

Ordo

: Pennales

Family

: Naviculaceae

Genus

: Gyrosigma

Spesies

: Gyrosigma sp
http://www.keweenawalgae.mtu.edu/ALGAL_PAGES/diatoms3

3.

Divisi

: Bacillariophyta

Kelas

: Bacillariophyceae

Ordo

: Centrales

Family

: Rhizosoleniaceae

Genus

: Rhizosolenia

Spesies

: Rhizosolenia sp
http://www.pucpr.edu/marc/facultad/nnavarro

4.

Divisi

: Cyanophyta

Kelas

: Chrococcophyceae

Ordo

: Chrococcales

Family

: Coelosphaeriaceae

Genus

: Coelosphaerium

Spesies

: Coelosphaerium sp
http://www.lifesciences.napier.ac.uk/algalweb/Islay02.

5.

Divisi

: Dinoflagellata

Kelas

: Dinophyceae

Ordo

: Peridiniales

Family

: Peridiniaceae

Genus

: Peridinium

Spesies

: Peridinium sp
http://microbes.limnology.wisc.edu/outreach/majorgroups.

6.

Divisi

: Cyanopyta
Kelas

: Cyanophyceae

Ordo

: Oscillatoriales

Family

: Oscillatoriaceae

Genus

: Oscillatoria

Spesies

: Oscillatoria sp
http://biology.missouristate.edu/phycology

7.

Divisi

: Bacillariophyta
Kelas

Ordo

: Bacillariophyceae
: Centrales

Family

: Biddulphiaceae

Genus

: Streptotheca

Spesies

: Streptotheca sp
http://www.taibif.org.tw/nbrpp/algae.php

8.

Divisi
Kelas

: Bacillariophyta
: Bacillariales

Ordo

: Bacillariophyceae

Family

: Bacillariaceae

Genus

: Nitzschia

Spesies

: Nitzschia sp

http://www.fitoplankton-online.net/gallery.html&imgurl

9.

Divisi

: Bacillariophyta

Kelas

: Bacillariophyceae

Ordo

: Pennales

Familiy

: Naviculaceae

Genus

: Navicula

Spesies

: Navicula sp
http://www.desertfishes.org/cuatroc/organisms/stromatolites

10. Divisi

: Heterokontophyta

Kelas

: Bacillariophyceae

Ordo

: Centrales

Family

: Chaetocerotaceae

Genus

: Bacteriastrum

Spesies

: Bacteriastrum sp
http://www.chbr.noaa.gov/pmn/image_gallery_diatom.

11. Divisi

: Chlorophyta

Kelas

: Chlorophyceae

Ordo

: Zygnematales

Family

: Mesotaeniaceae

Genus

: Cylindrocystis

Spesies

: Cylindrocystis sp
http://www.dr-ralf-wagner.de/zieralgen-englisch.

12. Divisi

: Chlorophyta

Kelas

: Chlorophyceae

Ordo

: Zygnematales

Family

: Desmidiaceae

Genus

: Hyalotheca

Spesies

: Hyalotheca sp
http://www.microscopy-uk.org.uk/mag//artnov07/mm-algae.

13. Divisi

: Bacillariophyta

Kelas

: Bacillariophyceae

Ordo

: Centrales

Family

: Thalassiosiraceae

Genus

: Skeletonema

Spesies

: Skeletonema sp

http://test.b-neat.org/species_sheet

14. Divisi

: Prasinophyta

Kelas

: Prasinophyceae

Ordo

: Halosphaerales

Family

: Halosphaeraceae

Genus

: Halosphaera

Spesies

: Halosphaera sp
http://mygeologypage.ucdavis.edu/cowen/historyoflife/ch04images

15. Divisi

: Cyanobacteria

Kelas

: Cyanophyceae

Ordo

: Nostocales

Family

: Nostocaceae

Genus

: Anabaenopsis

Spesies

: Anabaenopsis sp
http://botany.natur.cuni.cz/algo/determin

16. Divisi
Kelas

: Bacillariophyta
: Bacillariophyceae

Ordo

: Pennales

Family

: Achnanthaceae

Genus

: Cocconeis

Spesies

: Cocconeis sp
http://botany.natur.cuni.cz/algo/determin

17. Divisi

: Bacillariophyta

Kelas

: Bacillariophyceae

Ordo

: Pennales

Family

: Cymbellaceae

Genus

: Amphora

Spesies

: Amphora sp
http://starcentral.mbl.edu/mv/portal

4.2. Pembahasan
1.

Cyclotella
Diatom kecil dengan sel-sel hanya berdiameter 3-5 mm. Katup pendek dan
berbentuk drum. Hidup dalam laut, merupakan salah satu penyusun plankton.
Memiliki alur yang memusat (central) pada permukaan cawannya. Hal ini
berkaitan dengan cara hidupnya yakni supaya memudahkan untuk melayang di
dalam air, terdapat alat-alat melayang yang berupa duri atau sayap, atau
dengan

perantaraan

lender.

Perkembangbiakannya

dapat

membelah

diri,

oogami, serta pembentukan auksospora.


2.

Gyrosygma
Alga kersik yang memiliki alur ke arah yang menyirip (pinnae), berbentuk
batang, seperti perahu atau pahat. Organisme ini bergerak merayap maju
mundur, yang mungkin karena pergeseran anatra alas dan arus plasma

ekstraseluler pada rafe. Organisme ini pula biasanya melekat pada tumbuhtumbuhan air. Perkembangbiakan seksual berlangsung dengan cara isogami.
3.

Rhizosolenia
Hidup dalam laut, merupakan salah satu penyusun plankton. Memiliki alur
yang memusat (central) pada permukaan cawannya. Hal ini berkaitan dengan
cara hidupnya yakni supaya memudahkan untuk melayang di dalam air, terdapat
alat-alat melayang yang berupa duri atau sayap, atau dengan perantaraan
lender. Perkembangbiakannya dapat membelah diri, oogami, serta pembentukan
auksospora.

4.

Coelosphaerium
Berbentuk tunggal atau kelompok tanpa spora, warna biru kehijau
hijauan. Umumnya alga ini membentuk selaput lendir pada cadas atau tembok
yang basah. Setelah pembelahan sel sel tetap bergandengan dengan
perantaraan lendir tadi dan dengan demikian terbentuk kelompok kelompok
atau koloni.

5.

Peridinium
Mempunyai bintik mata (stigma), berupa kumpulan butir lipid yang
mengandung pigmen karetinoid. Tubuh dinoflagellata primitif pada umumnya
berbentuk ovoid tapi asimetri, mempunyai dua flagella, satu terletak di lekukan
longitudinal dekat tubuh bagian tengah yang disebut sulcus dan memanjang ke
bagian posterior. Sedangkan flagella yang lain ke arah transversal dan
ditempatkan dalam suatu lekukan (cingulum) yang melingkari tubuh atau bentuk
spiral pada beberapa belokan. Lekukan tranversal disebut girdle, merupakan
cincin yang simpel dan jika berbentuk spiral disebut annulus. Flagellum
transversal

menyebabkan

pergerakan

rotasi

dan

pergerakan

kedepan,

sedangkan flagellum longitudinal mengendalikan air ke arah posterior.


6.

Oscillatoria
Ganggang ini berupa benang tebal terdiri dari sel pipih, pembiakan
membelah diri dan fragmentasi atau potongan benang yang terpisah timbul
menjadi benang baru yang disebut hormogonium.

7.

Streptotheca

Hidup dalam laut, merupakan salah satu penyusun plankton. Memiliki alur
yang memusat (central) pada permukaan cawannya. Hal ini berkaitan dengan
cara hidupnya yakni supaya memudahkan untuk melayang di dalam air, terdapat
alat-alat melayang yang berupa duri atau sayap, atau dengan perantaraan
lender. Perkembangbiakannya dapat membelah diri, oogami, serta pembentukan
auksospora.
8.

Nitzschia
Salah satu alga coklat yang berperan penting dalam pemeliharaan
(kekerangan, teripang, dan abalone) sebagai pakan langsung.

9.

Bacteriastrum
Hidup dalam laut, merupakan salah satu penyusun plankton. Memiliki alur
yang memusat (central) pada permukaan cawannya. Hal ini berkaitan dengan
cara hidupnya yakni supaya memudahkan untuk melayang di dalam air, terdapat
alat-alat melayang yang berupa duri atau sayap, atau dengan perantaraan
lender. Perkembangbiakannya dapat membelah diri, oogami, serta pembentukan
auksospora.

10. Navicula
Alga kersik yang memiliki alur ke arah yang menyirip (pinnae), berbentuk
batang, seperti perahu atau pahat. Organisme ini bergerak merayap maju
mundur, yang mungkin karena pergeseran anatra alas dan arus plasma
ekstraseluler pada rafe. Organisme ini pula biasanya melekat pada tumbuhtumbuhan air. Perkembangbiakan seksual berlangsung dengan cara isogami.

11. Cylindrocystis
Pada Umumnya unisel, koloni, filamen atau desmid, Tidak memiliki flagel.
Biasanya hidup di air tawar atau payau. Yang berbentuk koloni ada yg mhslkan
lendir yang mengapung dan menimbulkan bau busuk.
12. Hyalotheca

Unisel, koloni atau filament. Umumnya placoderm desmid. Sel tersusun


atas 2 semisel yang sama persis. Dinding sel terdiri dua lapis diliputi lender.
Hidup di perairan sedikit asam (pH 5-6).
13. Skeletonema
Hidup dalam laut, merupakan salah satu penyusun plankton. Memiliki alur
yang memusat (central) pada permukaan cawannya. Hal ini berkaitan dengan
cara hidupnya yakni supaya memudahkan untuk melayang di dalam air, terdapat
alat-alat melayang yang berupa duri atau sayap, atau dengan perantaraan
lender. Perkembangbiakannya dapat membelah diri, oogami, serta pembentukan
auksospora.
14. Halosphaera
Bersel satu dan mikroskopis. Habitat pada oceanic. Reproduksi dengan
transformasi isi sel menjadi zoospora transformasi menjadi ukuran semula
pelepasan selaput silika. Pembentukan resting spora.
15. Anabaenopsis
Hidup pada air tawar, air laut dan melapisi batu-batuan atau menempel
pada gaggang dan tanaman akuatik lainnya. Filament meruncing dan tidak
bercabang/ memiliki percabangan palsu. Percabangan palsu dapat lepas dari
trikom induk.Heterokist biasanya basal dan jika ada akinet berdekatan dengan
heterokist basal.
16. Cocconeis
Alga kersik yang memiliki alur ke arah yang menyirip (pinnae), berbentuk
batang, seperti perahu atau pahat. Organisme ini bergerak merayap maju
mundur, yang mungkin karena pergeseran anatra alas dan arus plasma
ekstraseluler pada rafe. Organisme ini pula biasanya melekat pada tumbuhtumbuhan air. Perkembangbiakan seksual berlangsung dengan cara isogami.
17. Amphora
Alga kersik yang memiliki alur ke arah yang menyirip (pinnae), berbentuk
batang, seperti perahu atau pahat. Organisme ini bergerak merayap maju
mundur, yang mungkin karena pergeseran anatra alas dan arus plasma

ekstraseluler pada rafe. Organisme ini pula biasanya melekat pada tumbuhtumbuhan air. Perkembangbiakan seksual berlangsung dengan cara isogami.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan
Dari hasil analisa sampel plankton, didapatkan tujuh belas jenis fitoplankton
yang kebanyakan dari divisi Bacillariophyta. Jenis-jenis tersebut antara lain yaitu
Cyclotella sp, Gyrosigma sp, Rhizosolenia sp, Streptotheca sp, Nitzschia sp,
Navicula sp, Skeletonema sp, Cocconeis sp, Amphora sp. Jenis dari fitoplankton
ini mendominasi sebagian besar perairan daerah tropis, karena jenis-jenis ini
mampu memiliki alur yang memusat (central) pada permukaan cawannya . Hal
ini berkaitan dengan cara hidupnya yakni supaya memudahkan untuk melayang
di dalam air, terdapat alat-alat melayang yang berupa duri atau sayap, atau
dengan perantaraan lender. Semua plankton yang teranalisa kebanyakan
ditemukan di daerah tropis, yang habitatnya di daerah estuarine.

5.2

Saran
Pada saat sampling lebih baik sampel plankton yang didapatkan langsung
dimasukkan kedalam botol sampel dan larutan yang digunakan berupa formalin
4 % sehingga sampel plankton tidak rusak karena sampel yang berupa
fitoplankton mudah rusak dan apabila rusak sedikit saja maka akan menyulitkan
saat identifikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Dawes. 1981. Marine Botany. New Zealand.


Dussart. 1965. Marine Ecological Processes. London: Great Britain.
Goldman dan Home. 1983. Ecological Society of America, Brooklyn Botanic
Garden. America.
Omori and Ikeda. 1992. Challenges to Marine Ecosystems: Proceedings of the
41st European Marine. Michigan State University Press, USA.

Reynolds et al. 1984. The Ecology of Freshwater Phytoplankton. University Pierre


et Marie Curie. Paris.
Richtel, M. 2007 "Recruiting Plankton to Fight Global Warming", New York Times
Thurman, H. V. 1997. Introductory Oceanography. New Jersey, USA: Prentice Hall
College. ISBN 0132620723.

Disebut ganggang hijau biru karena berwarna hijau kebiruan. Warna itu
diakibatkan oleh warna klorofil dan pigmen biru. Ganggang hijau biru banyak
dijumpai di tempat-tempat lembab, misalnya diatas tanah, batu, sawah, tembok,
parit dan di laut. Jika mongering koloni gannggang hijau biru mengelupas seperti
kerak. Ganggang hijau biru biasanya hidup di lingkungan yang sedikit asam hingga
basa, selain hidup bebas ganggang hijau biru juga ada yang hidup bersimbiosis
mutualisme dengn organism lain.
Ganggang hijau biru dapat hidup di batuan, di tempat organism lain susah
hidup. Dengan adanya ganggang hijau biru, terjadilah pelapukan batuan sehingga
meungkinkan ganggang dan tumbuhan lain hidup. Itulah sebabnya ganggang hijau
biru dikatakan sebagai organism perintis (Syamsuri,2004:150-151).
Ciri-ciri ganggang hijau biru menurut Sitorus (2004:59):
Ada yang bersel tunggal, bersel banyak, dan ada juga yang hidup berkoloni,
umumnya berupa filament, yang tersusun dari deretan sel, trikom, dan selubung.
Selain memiliki klorofil dan karetenoid, ganggang hijau biru juga memiliki pigmen
fikobilin yang menyebabkan warnanya menjadi hijau kebiruan.
Ganggang hijau biru yang berupa filament memiliki struktur berupa sel yang
menebal di dalam filamennya yang dinamakan heterosista. Fungsi utama
heterosisata adalah mengubah nitrogen menjadi ammonia melalui proses fiksasi
nitrogen.
Cara perkembangan ganggang hijau biru menurut Anonim (2008), dilakukan
dengan tiga cara:
Pembelahan sel.melalui cara ini sel dapat langsung terpisah atau tetap bergabung
membentuk koloni. Misal: Gloecapsa sp.
Fragmentasi, terutama pada ganggang Oscillatoria, pada filament yang panjang,
bila salah satu selnya mati, maka sel mati itu membagi filament menjadi dua
bagian/ lebih. Masing-masig disebut hormogonium.
Spora, pada keadaan yang kurang menguntungkan akan terbentuk spora yang
sebenarnya merupakan sel vegetative. Spora membesar dan tebal karena
penimbunan zat makanan. Contoh: Chamaesiphon camfervicolus.

Struktur sel ganggang hijau biru:


a. Dinding sel

b.

c.

d.

e.

a.

b.
1.

2.

Dinding sel mengakibatkan sel memiliki bentuk yang tetap. Di sebelah luar
dinding sel terdapat selubung lender yang berfungsi mencegah sel
darikekeringan.selain itu, lender dapat memudahkan sel bergerak, karena
beberapa ganggang ini dapat bergerak denagn gerakan osilasi (maju mundur).
Belum dpat dipastikan apa yang menyebabkan ganggang ini dapat bergerak.
Membran Sel
Berfungsi mengatur keluar masuknya zat dari dank e dalam sel. Terdapat
pelipatan membrane sel kea rah dalam membentuk lamella fotosintetik/
membrane tilakoid. Pada membrane tilakoid inilah terdapat klorofil. Jadi
berbeda dengan sel eukariotik yang memiliki klorofil di dalam kloroplas, ganggang
ijau biru tidak mempunyai kloroplas.
Sitoplasma
Merupakan koloid yang tersusun atas air, protein, lemak. Gula, mineral,
enzim, ribosom dan DNA. Di dalam sitoplasma inilah berlangsung proses
metabolism sel.
Asam inti/ Asam Nukleat
DNA terdapat pada satu lokasi di dalam sitoplasma, namun tidak memiliki
membrane inti. Karena itulah ganggang hijau biru digolongkan ke dalam
prokariotik.
Mesosom dan Ribosom
Organel lain yang tidak tercantum dalam gambar adalah ribosom, ribosom
merupakan organel untuk sintesis protein, sedangkan mesosom merupakan
penonjolan membrane sel kea rah dalam yang berperan sebagai penghasil energi.
Peranan Ganggang Hijau Biru bagi Manusia:
Merugikan
Beberapa ganggang hijau biru yang hidup di air ada yang menegluarkan
racun. Racun terlarut di dalam air dapat meracuni organism yang meminumnya.
Sifat merugikan lainnya adalah ganging ini dapat tumbuh di batu dan tembok,
sehingga tembok akan mudah lapuk.
Menguntungkan
Pengikat Nitrogen Bebas
Contoh yang dapat mengikat adalah Nostoc, Gleocapsa, dan Anabaena yang
mampu menangkap nitrogen di udara.
Sebagai Bahan Makanan
Misalnya Spirulina yang mengandung protein cukup tinggi.

5. ALAT DAN BAHAN


Alat:
- Mikroskop
- objek glass
- cover glass,

- pipet tetes
Bahan:
- Air kolam berwarna hijau
6. PROSEDUR KERJA
- Diambil air kolam berwarna hijau secukupnya
- Diambil air kolam di bagian permukaan air
- Ditetesi objek glass dengan air kolam yang diperoleh dengan pipet tetes.
- Ditutup objek glass dengan cover glass.
- Sampel air kolam di objek glass diamati.
- Alga hijau-biru yang terlihat pada pengamatan disesuaikan dengan literatu yang
diperoleh.
- Ditentukan jenis spesies dan digambar.
- Ditentukan bagian-bagian yang tampa.
- Dicari klasifikasi dan deskripsi
- Dicatat hasil
7. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Kingdom
: Monera
Divisi
: Cyanophyta
Kelas
: Chroococcophyceae
Ordo
: Chrococcales
Famili
: Synechoccaceae
Genus
: Dactyolococcopsis
Spesies
: Dactylococcopsis raphioides
Deskripsi:
- Warna hijau
- Motil karena berflagel
- Berkoloni (CBIS,2008).
b. Kingdom
: Monera
Divisi
: Cyanophyta
Kelas
: Chrococcophyceae
Ordo
: Chrococcales
Famili
: Coelosphaeriaceae
Genus
: Coelosphaerium
Spesies
: Coelosphaerium dubium
Deskripsi:
- Koloni berbentuk bulatan yang irregular tersusun oleh matriks yang berkoloni
pada bagian tepi.
- Sel berwarna hijau-biru atau mungkin gelap.
- Sel terisi oleh gelembung gas.

- Berbentuk tunggal/kelompok tanpa spora.


- Umumnya alga ini berbentik selaput lender pada cadas/ tembok basah
(Putu,2009).
c. Kingdom
: Monera
Divisi
: Cyanophyta
Kelas
: Cyanophiceae
Ordo
: Nostocales
Famili
: Rivulariaceae
Genus
: Calothrix
Spesies
: Calothrix sp
Deskripsi:
- Hidup pada air tawar, air laut dan melapisi batu-batuan atau menempel pada
gaggang dan tanaman akuatik lainnya.
- Filament meruncing dan tidak bercabang/ memiliki percabangan palsu.
- Percabangan palsu dapat lepas dari trikom induk.
- Heterokist biasanya basal dan jika ada akinet berdekatan dengan heterokist
basal (Idonkelor,2009).
d. Kingdom
: Monera
Divisi
: Cyanophyta
Kelas
: Cyanophyceae
Ordo
: Oscillatoriales
Famili
: Oscillatoriaceae
Genus
: Spirulina
Spesies
: Spirulina sp
Deskripsi:
- Mikroorganisme autotrof berwarna hijau kebiruan dengan sel berkoloni berbentk
filament terpilin menyerupai spiral (helix).
- Tubuh menyerupai benang, merupakan rangkaian sel berbentuk silindris dengan
dinding sel yang tipis berdiameter 1-12 mikrometer.
- Filament hidup berdiri sendiri dan dapat bergerak bebas.
- Ditemukan pada air payau dan bersifat alkalis.
- Mengandung sumber protein.
- Spirulina dapat digunakan dalam mengatasi kanker karena dapat menghasilkan
factor alfa.
- Mengandung polisakarida yang dapat memperbaiki sintesis kode gen DNA
(Ulfana,2008).
8. PERTANYAAN PASCA PRAKTEK
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan
a. Akinet

Adalah sel berdinding tebal pada cyanobakteria, terbentuk dari penebalan sel
vegetative sehingga menjadi besar dan penuh dengan cadangan makanan (granula
cyanophycin) dan penebalan-penebalan eksternal oleh tambahan zat kompleks.
Fungsinya sebagai cadangan makanan, akinet merupakan dinding kuat dan tebal
sehingga tahan terhadap kondisi yang tidak menguntungkan seperti kekeringan,
panas, dingin atau kekurangan makanan.
b. Heterocyst/Heterokista
Adalah sel berdinding tebal pada beberapa jenis cyanobakteria berbentuk
filament. Terbentuk dari penebalan sel vegetative. Heterokista merupakan sel
yang lebih besar daripada sel tetangganya. Fungsi utama heterokista adalah
mengubah nitrogen dia alam menjadi ammonia melaui proses fiksasi nitrogen.
c. Hormogonia/hormogonium
Potongan-potongan benang cyanophyta hasil fragmentasi. Pada filament yang
panjang bila slah satu selnya mati, maka sel mati iti membagi filament menjadi2
bagian lebih/lebih. Masing-masing bagian/ lebih masing-masing bagian disebut
hormogonium. Fungsinya bahwa kantung hormogonium akan membentuk filament
baru.
2. Jelaskan perbedaan antara:
a. Uniseluler
: Selnya satu
b. Berkoloni
: Sel-sel uniseluler yang berkumpul dalam jumlah banyak/
mengelompok.
c. Lembaran
: sel multiseluler yang berbentuk helaian.
d. Filamen
: Sel multiseluler yang berbentuk benang.
3. Mengapa Cyanophyta digolongkan ke dalam monera, dan bukan plantae ataupun
animalia?
Divisi Cyanophyta termasuk ke dalam kingdom monera karena strukturnya mirip
bakteri, karena sama-sama bersifat eukariotik, namun ia juga memiliki klorofil
sehingga mampu untuk berfotosintesis. Jadi strukturnya mirip hewan dan
tumbuhan, atau peraliahan anatra keduanaya.
9. KESIMPULAN
- Kingdom monera meliputi semua organism prokariotik, yaitu bakteri dan ganggang
hijau biru.
- Ganggang hijau biru memiliki klorofil dan bersifat autotrof.
- Hidup bebas dan bersimbiosis dengan organism lain.
- Mampu menambat nitrogen dari udara.
- Reproduksi dengan cara: pembelahan sel, fragmentasi dan pembentukan spora
10. DAFTAR PUSTAKA
(Tidak dipublikasikan, hanya ditampilkan dalam draft asli dokumen pribadi penulis)

GANGGANG (ALGA)
5.1. Pendahuluan
Alga adalah organisme berkloroplas yang dapat menghasilkan oksigen
melalui proses fotosintesis. Ukuran alga beragam dan beberapa micrometer
sarnpai beberapa meter panjangnya. Alga tersebar luas di alam dan dijumpai
hampir disegala macam lingkungan yang terkena sinar matahari (Pelczar dan
Chan, 1986).
Dalam dunia tumbuhan ganggang termasuk kedalam dunia Thallopyta
(tumbuhan talus), karena belum mempunyai akar, batang dan daun secara
jelas.
Tumbuhan ganggang ada yang bersel tunggal dan juga ada yang bersel banyak
dengan
Tubuh

bentuk
ganggang

serupa

benang

terdapat

zat

atau

lembaran.

warna

(pigmen),

yaitu

fikosianin

warna

biru

klorofil

warna

hijau

fikosantin

fikoeritrin

warna
:

karoten

perang/

warna
:

warna

coklat
merah

keemasan

- xantofil
: warna kuning
Ganggang bersifat autotrof (dapat menyusun makanannya sendiri).Hampir
semua ganggang bersifat eukaryotik. Habitat hidupnya di air tawar, laut dan
tempat-tempat yang lembab.
Kebanyakan alga adalah organisme akuatik yang tumbuh pada air tawar
atnu air laut. Beberapa jenis alga fotosintetik yang menggunakan CO sebagai
sumber

karbon

dapat

tumbuh

dengan

baik

di

tempat

gelap

(lengan

mcnggunakan senyawa organik sebagai sumber karbon, jadi berubah dan


metabolisme fotosintesis menjad I metabolisme pernafasan dan perubahan mi
bergantung pada keberadaan matahari (Stanier et al, 1976).
Alga menyimpan hasil kegiatan fotosintesis sebagal hasil bahan makanan
cadangan didalam selnya. Sebagal contoh adalah alga hijau yang dapat
menyimpan pati seperti pada tumbuhan tingkat tinggi (Pelezar dan Chan, I 986)
5.2 Habitat Algae
Algae dapat hidup di permukaan atau dalam perairan (aquatik) maupun
daratan (terestrial) yang terkena sinar matahari, namun kebanyakan hidup di
perairan. Algae laut mempunyai peranan yang sangat penting di dalam siklus

unsur-unsur di bumi, mengingat jumlah massanya yang sangat banyak yang


kemungkinan lebih besar dari jumlah tumbuhan di daratan. Beberapa algae laut
bersel satu bersimbiosis dengan hewan invertebrata tertentu yang hidup di laut,
misalnya spon, koral, cacing laut. Algae terestrial dapat hidup di permukaan
tanah, batang kayu, dan lain-lain.
5.3 Morfologi Algae
Makro alga mempunyai bentuk yang bermacam-macam. Selain tubuh
berbentuk Thallus ciri lainnya adalah bahwa dinding selnya dilapisi lendir dan
bersifat autotrof yang dapat hidup sendiri tanpa tergantung pada makhluk lain.
Secara ekologi makro alga mempunyai beberapa fungsi penting didaerah pesisir.
Alga

(Ganggang)

termasuk

tumbuhan

tingkat

rendah

yang

berukuran

makroskopis, dan susunan kerangka tubuhnya tidak dapat dibedakan antara


akar, batang dan daun, sehingga keseluruhan tubuhnya dikenal dengan nama
Thallus. Beberapa tumbuhan mempunyai bentuk kerangka tubuh menyerupai
tumbuhan berakar, berbatang dan berdaun atau berbuah, tetapi semua bentuk
tubuh

tumbuhan

tersebut

sebetulnya

hanyalah

thlallus.

Tubuh alga berupa thallus dan memiliki struktur yang sangat bervariasi
kadang-kadang menyerupai kormus tumbuhan tinggkat tinggi. Bentuk thallus
alga makroskopis bermacam-macam antara lain bulat, pipih, gepeng bulat
seperti kantong dan seperti rambut. Thalli ada yang tersusun uniseluler dan
multiseluler.
Percabangan thallus ada yang dichotomus (bercabang dua terus menerus),
pectinate (sederet searah pada satu sisi thallus utama ), pinnate (bercabang
dua-dua pada sepanjang thallus utama secara berseling), ferticinate (cabangnya
berpusat melingkari aksis atau sumbu utama), dan ada juga yang sederhana
tidak bercabang. Sifat substansi thalli juga beraneka ragam ada yang lunak
seperti gelatin (gelatinous), keras mengandung zat kapur (calcareous), lunak
seperti tulang rawan (cartilaginous) dan berserabut (spongious)
5.4 Perkembangbiakan Algae
Gambar 1: Siklus hidup algae
Perkembangbiakan secara aseksual pada algae seperti pada jasad
eukariotik lain, yaitu dengan terbentuknya dua jenis sel khusus yang disebut
gamet yang bersifat haploid. Dua sel gamet tersebut melebur dan menghasilkan
zygot yang bersifat diploid. Zygot mempunyai dua turunan masing-masing
kromosom (2n). Gamet hanya mempunyai satu turunan kromosom (1 n). Proses
reduksi jumlah kromosom ini disebut meiosis. Meiosis terjadi dalam masa-masa

yang berbeda pada berbagai siklus hidup algae. Beberapa jenis algae selama
siklus hidupnya terutama berada pada fase diploid, tetapi algae lain mempunyai
fase zygot sampai meiosis yang sangat singkat sehingga dalam siklus hidupnya
terutama berada pada fase haploid. Algae yang berukuran besar (makroskopik)
ada yang mempunyai 2 macam struktur reproduktif yang berbeda, yaitu
gametofit (haploid) dan sporofit (diploid). Sebagai contoh adalah pada Ulva yang
termasuk algae hijau.perkembangbiakan secara aseksual terjadi melalui proses
yang disebut mitosis. Kebanyakan algae bersel tunggal berkembang biak dengan
membelah diri seperti pada bakteri (prokariot). Perbedaannya, pada pembelahan
sel prokariot terjadi replikasi DNA dan masing-masing sel hasil pembelahan
mempunyai setengah DNA awal dan setengah DNA hasil replikasi. Pada algae
eukariot, terjadi penggandaan kromosom dengan proses yang lebih kompleks
yang

disebut

mitosis.

Masing-masing

sel

hasil

pembelahan

mempunyai

kromosom turunannya.
Algae lain, khususnya yang multiseluler, berkembang biak dengan
berbagai cara. Beberapa jenis algae dapat mengadakan fragmentasi, yaitu
pemotongan bagian filamen yang kemudian dapat tumbuh menjadi individu
baru. Algae lainnya mampu berkembang biak dengan menghasilkan spora. Spora
algae mempunyai struktur yang berbeda dengan endospora pada bakteri. Spora
ada yang dapat bergerak aktif, yang disebut zoospora, dan ada yang tidak dapat
bergerak aktif

Gambar 2 : Perkembang biakkan Alga ( Spirogyra)

1)
2)
3)
4)
5)

5.6 Klasifikasi
Alga dibedakan dalam 5 kelas yaitu:
Cyanophyceae (Alga hijau-biru)
Chlorophyceae ( Alga hijau)
Chrysophyceae ( Alga keemasan)
Phaeophyceae ( Alga coklat)
Rhodophyceae (Alga merah)

Ganggang

terbagi

menjadi

beberapa

kelas

5.6.1 CYANOPHYCEAE (ALGA BIRU)

Gambar 3: jenis-jenis ganggang biru


a)
b)

1) Ciri ciri :
Bersel tunggal ( Uniseluler ), ada pula yang berkoloni.
Memiliki klorofil, karotenoid serta pigmen fikobilin yang terdiri dari fikosianin

c)

dan fikoeritrin.
Dinding sel mengandung peptida, hemiselulosa dan selulose, kadang kadang

d)

berlendir.
Inti sel tidak memiliki membran ( prokariotik)

2)

Reproduksi
a. Pembelahan sel
Sel membelah menjadi 2 yang saling terpisah sehingga membentuk sel
sel tunggal, pada beberapa generasi sel sel membelah searah dan tidak saling
terpisah sehingga membentuk filamen yang terdiri atas deretan mata rantai sel
yang disebut trikom. Tempat tempat tertentu dari filamen baru setelah
mengalami dormansi ( istirahat yang panjang ). Heterokist dapat mengikat
nitrogen bebas di udara contoh pada Gleocapsa. Heterokist adalah sel yang
pucat, kandungan selnya terlihat homogen (terlihat dengan mikroskop cahaya)
dan memiliki dinding yang transparan. Heterokist terbentuk oleh penebalan
dinding sel vegetatif. Sedangkan akinet terbentuk dari penebalan sel vegetatif
sehingga menjadi besar dan penuh dengan cadangan makanan (granula
cyanophycin) dan penebalan-penabalan eksternal oleh tambahan zat yang
kompleks.
b. Fragmentasi
Fragmentasi adalah cara memutuskan bagian tubuh tumbuhan yang
kemudian membentuk individu baru. Fragmentasi terutama terjadi pada
Oscillatoria. Pada filamen yang panjang bila salah satu selnya mati maka sel mati
itu membagi filament menjadi 2 bagian atau lebih. Masing masing bagian
disebut hormogonium. Fragmentasi juga dapat terjadi dari pemisahan dinding
yang berdekatan pada trikom atau karena sel yang mati yang mngkin menjadi

potongan bikonkaf yang terpisah atau necridia. Susunan hormogonium mungkin


meliputi
c. Spora
Pada

kerusakan
keadaan

yang

transeluler.

kurang

menguntungkan

Cyanobacteria

akan

membentuk spora yang merupakan sel vegetatif. Spora membesar dan tebal
karena penimbunan zat makanan.
3) Klasifikasi
Cyanophyceae termasuk dalam kingdom Monera, divisi cyanophyta
Cyanophyceae dibedakan dalam 3 ordo berdasarkan bisa tidaknya membentuk
spora yaitu : ordo Chroococcales, Chamaesiphonales, dan Hormogonales.
1. Bangsa Chroococcales
Berbentuk tunggal atau kelompok tanpa spora, warna biru kehijau hijauan.
Umumnya alga ini membentuk selaput lendir pada cadas atau tembok yang
basah. Setelah pembelahan sel sel tetap bergandengan dengan perantaraan
lendir tadi dan dengan demikian terbentuk kelompok kelompok atau koloni
contoh

spesies

dari

ordo

chroococcales

1. Chrococcus sp.
Organisme uniseluler atau berkelompok dalam bentuk agregat dari 2 atau
4 sel hal ini disebabkan Karena kegagalan dari hasil pembelahan sel untuk
berpisah dengan cepat. Hasil pembelahan sel dari Chrococcus sp. berbentuk
setangah bola, sedangkan Gleocapsa sp. berbentuk bulatan atau memiliki
kutub.
2. Gleocapsa sp.
Berbentuk bulat memanjang dan dikelilingi oleh membran dengan
beberapa generasi sel yang terdapat di dalamnya. Membran kadang kadang
ada yang berpigmen. Gleocapsa sp. terdapat pada batuan yang lembab atau
pada

air

3. Anacystis sp.
Bentuknya bulat

silindris,

menuju

bentuk

basil

dan

mengalami

pembelahan secara transversal. Setiap individu dikelilingi oleh membran yang


lembut.

Sel

mungkin

terdapat

di

dalam

matriks.

4. Merismopedia sp.
Sel tersusun atas matriks di dalam sebuah lapisan tunggal yang tipis dan
berliku yang dipelihara dan tumbuh dari pembelahan sel dalam 2 arah. Spesies
ini mungkin berentuk plenkton atau epipelic dan terdapat dalam air yang tenang.
Reproduksi

dari

5. Eucapsis sp.

bentuk

koloni

adalah

dengan

cara

fragmentasi.

Pembelahan sel kearah 3 garis tegak lurus dan membentuk sarkinoid.


Reproduksi

dengan

cara

fragmentasi.

6. Coelosphaerium sp.
Koloni berbentuk bulatan yang irreguler tersusun oleh matriks yang
berkoloni pada bagian tepi. Sel berwarna hijau biru atau mungkin gelap dan
terisi

oleh

gelembung

gas.

Coelosphaerium

sp.

sering

terdapat

pada

plankton.
7. Mycrocystis sp.
Koloni berbentuk bulatan atau tidak beraturan. Sel dari Mycrocystis sp.
disebarkan merata oleh kumpulan matriks. Mereka sering berwarna hitam atau
merah karena adanya kandungan gelembung gas. Mycrocystis sp. adalah
plankton yang keras, ini bukti bahwa Mycrocystis sp. biasanya menyebabkan
luapan air dan mensekresikan zat penghambat bagi ganggang lainnya.
2. Bangsa Chamaesiphonales
Alga bersel tunggal atau merupakan koloni berbentuk benang yang
mempunyai spora. Benang benang itu dapat putus putus merupakan
hormogonium yang dapat merayap dan merupakan koloni baru. Spora terbentuk
dari isi sel ( endospora ) setelah keluar dari sel induknya spora dapat menjadi
tumbuhan
Ordo

baru.

Chamaesiphonales

1.

dibagi

menjadi

Famili

famili

yaitu

Pleurocapcaceae

a) Xenococcus sp.
Bulatan sel dari Xenococcus sp. menempel pada filamen alga, mereka
mengalami pembelahan anticlinal untuk meningkatkan ukuran dari koloni. Setiap
sel

dapat

memproduksi

banyak

endospora

dan

disebut

baeocyt

yang

membedakan mereka dari spora bakteri. Endospora dari beberapa ganggang


hijau biru mungkin bersifat motil untuk periode yang singkat.
b) Hyella sp
Cabang trikom dari Hyella sp. tumbuh dari desmoschsis yang hidup dalam
cangkang kalkareus atau bersama ganggang lainnya. Filamen besal mungkin
menjadi

pluriseriata.

Banyak

sel

mungkin

terbagi

dalam

bentuk

endospora.
2. Famili Dermocarpaceae
Pembelahan sel vegetatif menjadi 2 bagian sel yang sama mungkin terjadi
dalam anggota famili ini. Contoh spesiesnya antara

lain : Dermocarpa sp.

Selnya berbentuk bulat hingga ramping atau pyriform dan tumbuh terikat pada
substrat dalam kelompok. Reproduksi diselesaikan sendiri oleh endospora yang
mungkin
3.

berkembang
Famili

dalam

jumlah

besar

dengan

sel

Chamoesiphonaceae

vegetatif

Contoh spesies ini adalah : Chamaesiphon sp. Persebarannya luas dan


umumnya epifit. Berada pada tanaman angiospermae aquatik, lumut , dan
ganggang khususnya Chladophora sp. dan pada tanaman dewasa, protoplast
pada kutub distal membentuk sebuah rantai spora yang disebut exospora.

3. Bangsa Hormogonales
Sel selnya merupakan koloni berbentuk benang atau diselubungi suatu
membran. Benang benang itu melekat pada substratnya, tidak bercabang,
jarang mempunyai percabangan sejati, lebih sering mempunyai percabangan
semu. Benang benang itu selalu dapat membentuk hormogonium.
Ordo

Hormogonales

dibagi

menjadi

famili

yaitu:

1. Famili Oscillatoriaceae
Hidup dalam air atau di atas tanah yang basah, sel selnya bulat,
merupakan benang benang dan akhirnya membentuk koloni yang berlendir.
Pada jarak jarak tertentu pada benang benang itu terdapat sel sel yang
dindingnya tebal, kehilangan zat warna yang berguna untuk asimilasi, hingga
kelihatan kekuning kuningan dan dinamakan heterokista. Heterokista ini dalam
keadaan khusus dapat tumbuh menjadi benang baru tetapi fungsinya belum
dikenal

dan

Contoh

biasanya

spesies

lekas

ini

yaitu

mati.
:

a) Oscillatoria sp.
Trikom dari Oscillatoria sp. berbentuk silindris dan tidak bercabang.
Mereka hanya mempunyai satu membran. Trikom sering berada di massa
pelampung atau bagian mengkilap pada tanah lembab. Selnya pendek dan lebar
kecuali untuk sel ujungnya yang mungkin tertutup dan tipis. Trikom dari
Oscillatoria sp. menunjukkan pertumbuhan meluncur, rotasi dan gerakan
Oscillatori

sp.

Reproduksi

dilakukan

oleh

hormogonia.

b) Spirullina sp.
Ganggang ini mengandung kadar protein yang tinggi sehingga dijadikan
sumber makanan. Spirullina mampu menghasilkan karbohidrat dan senyawa
organik lain yang sangat diperlukan oleh tubuh, juga menghasilkan protein yang
cukup

tinggi.

c) Mycrocaleus sp.
Berkas dari trikom kadang kadang menggulung satu sama lain berada
pada membrane yang sama. Trikom menonjol keluar dari pucuk membran.
Dinding terluar dari ujung sel menebal. Beberapa spesies Mycrocaleus sp. hidup

pada

air

tawar,

laut

dan

2.Famili Nostocaceae
Trikom tidak bercabang

juga

pada

pasir

yang

lembab

dan heterokist dan akinet terdapat pada

organisme dewasa. Heterokist mungkin bersambung atau interkalar. Contoh


spesies ini yaitu:
a) Nostoc sp.
Nostoc sp. lebih umum hidup pada terestrial / sub aerial daripada aquatik.
Persebarannya luas pada tanah alkali dan pada batuan lembab. Agregat gelatin
dari filamen mempunyai jeli. Trikom dikelilingi oleh lapisan tunggal dan pada
organisme dewasa terdapat kumpulan matriks. Sel seperti manik manik
mengalami pembelahan sel secara rata yang meningkatkan panjang dari bentuk
trikom.membran mungkin kuning tau kecoklatan.
b) Anabaena sp.
Sebagian besar spesies Anabaena sp. bersifat aquatik dan beberapa
bersifat planktonik.trikom dewasa dari Anabaena sp. menghasilkan heterokist
dan

akinet

yang

ukurannya

berbeda

dari

sel

vegetatif.

c) Cylindrospermum sp.
Memiliki heterokist yang selalu basal dan dibawah keadaan normal. Sel
yang

berbatasan

menjadi

berpindah

kedalam

akinet

silindris.

3. Famili Scytonemataceae
Trikom disertai membran yang mungkin berwarna. Trikom dicirikan oleh
percabangan palsu tanpa pembelahan sel inisiasi pada bidang yang baru, trikom
atau hormogonia putus atau tumbuh menyambung membran. Contoh spesies ini
yaitu

Tolipotrix

sp.

Diameter trikom seragam dan disertai membran yang sempit. Tipe percabangan
palsu

timbul

dari

sekitar

heterokist.

4. Famili Stigonemataceae
Trikom dari beberapa genera adalah pluriseriata. Trikomnya berbeda dari
cyanophyta lainnya dalam percabangannya yaitu dimulai oleh pembelahan sel
pada

bagian

yang

baru.

Contoh

spesies

ini

yaitu

a) Hapalosiphon sp.
Spesies ini tumbuh pada air yang asam atau netral dan bersifat epifit pada
tanaman aquatik lain. Sel berbentuk pendek silindris. Pada membran terdapat
hialin, hetrokist interkalar dan akinet. Hormogonia biasanya dari percabangan
yang

mugkin

b) Stigonema sp.

timbul

unilateral

atau

bilateral

spesies.

Hidup pada batuan yang lembab dan tanah yang lebih banyak terdapat
air. Trikom utama pluriseriata, membran tidak berwarna atau kuning kecoklatan.
Pertumbuhan ujung lebih luas dan percabangannya sama dengan sumbu utama,
bentuk sel mugkin bulat atau pipih. Mereka terlihat disambung oleh untai
protoplasmik

kasar.

Hormogonia

dihasilkan

dari

ujung

percabangan.

5. Famili Rivullariaceae
Trikomnya meruncing dari dasar sampai apeks atau dari tengah ke arah 2
ujung.

Contoh

spesies

ini

yaitu

a) Calothrix sp.
Hidup pada air tawar, air laut dan mungkin melapisi batu batuan atau
menempel pada ganggang dan tanaman aquatik lainnya. Filamen meruncing dan
tidak bercabang/memiliki percabangan palsu. Percabangan palsu dapat lepas
dari trikom induk. Heterokist biasanya basal dan jika ada akinet berdekatan
dengan

heterokist

basal.

b) Rivularia sp.
Rivularia sp. tidak memiliki akinet. Beberapa spesies dari Rivularia bersifat
sub areal pada karang yang lembab.
5.6.2 DIVISIO CHLOROPHYTA

Gambar 4: Contoh Algae Hijau


1) Ciri-ciri
a) Berwarna hijau, mempunyai pigmen fotosintetik yang terdiri dari klorofil a dan b
b)
c)

seperi pada tumbuhan, karoten, dan beberapa xantofil.


Cadangan makanan berupa pati.
Dinding sel terdiri dari selulosa, xylan, manan, beberapa tidak berdinding sel,

d)

dan mempunyai flagela 1 sampai 8 buah.


Algae hijau ini banyak terdapat di ekosistem perairan dan duga merupakan asal

e)

dari tumbuhan.
Organisasi selnya dapat berbentuk uniseluler, multiseluler ang berbentuk
koloni, dan multiseluler yang berbentuk filamen. Contoh algae hijau uniseluler

yaitu ordo Volvocales, genus Chlamydomonas dan Volvox, yang bersifat motil
karena berflagela.
Algae yang berbentuk filamen adalah genera Ulothrix, Spirogyra dan Ulva.
Bentuk Spirogyra sangat khusus karena loroplasnya yang berbentuk spiral.
Anggota algae ini yang sering ditanam sebagai rumput laut yaitu Scenedesmus
sp. dan yang sering digunakan sebagai makanan kesehatan adalah Chlorella sp.
Pada genus Chlamydomonas, dalam siklus hidupnya algae ini menadakan
reproduksi secara seksual dengan peleburan sel yag menghasilkan zygot.
Setelah periode dorman akan terjadi meiosis sehingga terbentuk 4 sel yang
kemudian
memperbanyak diri dengan pembelahan mitosis. Pada perkembangbiakan secara
aseksual, sel akan kehilangan flagela dan kemudian terjadi
Pembelahan secara mitosis menjadi 4, 8 atau 16 sel. Masing-masing sel
keluar dari dinding sel dan kemudian tumbuh flagela. Perkembangbiakan algae
yang

berbentuk

fragmentasi.

filamen

Spirogyra

terutama

dapat

secara

berkembang

aseksual
biak

yaitu

secara

dengan

seksual

cara

dengan

membentuk tabung konjugasi. Setelah isi sel melebur maka akan terbentuk
zygot dan berkembang menjadi zygospora. Pembelahan meiosis terjadi setelah
zygospora berkecambah.

Gambar 5 : Spyrogyra sp.


Ganggang hijau / Chlorohyta adalah salah satu klas dari ganggang
berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Ganggang hijau ada yang bersel
tunggal dan ada pula yang bersel banyak berupa benang, lembaran atau
membentuk koloni spesies ganggang hijau yang bersel tunggal ada yang dapat
berpindah tempat, tetapi ada pula yang menetap. Mengandung pigmen klorofil a
dan klorofil b lebih dominan dibandingkan karoten dan xantofit.
Algae berperan sebagai produsen dalam ekosistem. berbagai jenis algae
yang hidup bebas di air terutama tubuhnya yang bersel satu dan dapat berperan

aktif merupakan penyusun fitoplankton. sebagaian besar fitoplankton adalah


anggota algae hijau, pigmen klorofil yang dimilikinya efektif melakukan
fotosintesis sehingga algae hijau merupakan produsen utama dalam ekosistem
perairan.
2) Habitat
Ganggang hijau sebagian besar hidup di air tawar, beberapa diantaranya
hidup di air laut dan air payau. Pada umumnya melekat pada batuan dan
seringkali muncul apabila air menjadi surut. Jenis yang hidup diair tawar, bersifat
kosmopolit, terutama hidup di tempat yang cahayanya cukup seperti kolam,
danau, genangan air, Alga hijau ditemukan pula pada lingkungan semi akuatik
yaitu pada batu-batuan, tanah lembab dan kulit batang pohon yang lembab.
Beberapa anggotanya hidup di air mengapung atau melayang, sebagian hidup
sebagai plankton. Beberapa jenis ada yang hidup melekat pada tumbuhan atau
hewan.
Beberapa contoh alga hijau yang sering ditemukan dikolam anatara lain :
a. Chlorophyta bersel tunggal tidak bergerak
Contoh : Chlorella vulgaris.

Gambar 6: Chlorella vulgaris


Klasifikasi ilmiah

1.
2.

Kerajaan:

Plantae

Divisi

Chlorophyta

Kelas

Chlorophyceae

Ordo

Chlorococcales

Famili :

Oocystaceae

Genus :

Chlorella

Spesies :
Chlorella vulgaris
Chlorella pyrenoidosa
Organisme ini banyak ditemukan sebagai plankton air tawar. Ukuran tubuh
mikroskopis, bentuk bulat, berkembang biak dengan pembelahan sel.
Chlorella, genus ganggang hijau ditemukan baik sendiri atau berkelompok
dalam segar atau air garam dan di dalam tanah. Sel alga adalah bola dan
memiliki kloroplas berbentuk cangkir 's Chlorella. Reproduksi aseksual dengan
sel-sel reproduksi nonmotile (autospores). Telah banyak digunakan dalam studi
fotosintesis, dalam eksperimen massa budidaya, dan untuk memurnikan limbah

kotoran. Karena Chlorella mengalikan cepat dan kaya akan protein dan vitamin
B-kompleks, itu juga telah dipelajari sebagai produk makanan potensial bagi
manusia baik di Bumi dan di angkasa luar peternakan Chlorella. telah didirikan di
Amerika , Jepang, Belanda, dan Israel. Chlorella efektivitas 's Jerman, di limbah
pemurnian

tergantung

pada

sintesis

yang

dari

substansi

menghambat

pertumbuhan-(chlorellin) yang dapat menekan pertumbuhan bakteri.


Peranannya bagi kehidupan manusia antara lain, digunakan dalam
penyelidikan metabolisme di laboratorium. Juga dimanfaatkan sebagai bahan
obat-obatan dimasukkan dalam kapsul dan dijual sebagai suplemen makanan
dikenal dengan Sun Chlorella. Pengembangannya saat ini di kolam-kolam
(contohnya di pasuruan)
b. Chlorococcum sp.
Tubuh bersel satu, tempat hidup air tawar, bentuk bulat telur, setiap sel
memiliki satu kloroplas bentuk mangkuk. Reproduksi dengan membentuk
zoospora (secara aseksual). Chlorophyta bersel tunggal dapat bergerak
Contoh : Chlamidomonas sp.
Bentuk sel bulat telur, memiliki 2 flagel sebagai alat gerak, terdapat 1
vacuola, satu nukleus dan kloropas. Pada kloropas yang bentuknya seperti
mangkuk

terdapat

stigma

(bintik

mata)

dan

pirenoid

sebagai

tempat

pembentukan zat tepung. reproduksi aseksual dengan membentuk zoospora dan


reproduksi seksual dengan konjugasi.
c. Chlorophyta berbentuk koloni tidak bergerak
Contoh : Hydrodictyon africanum.

Gambar 7 : Hydrodictyon africanum

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan :

Plantae

Divisi

Chlorophyta

Kelas

Chlorophyceae

Ordo

Chlorococcales

Famili :

Hydrodictyaceae

Genus:

Hydrodictyon

Spesies

1.
2.
3.
4.

Hydrodictyon africanum
Hydrodictyon indicum
Hydrodictyon patenaeforme
Hydrodictyon reticulatum
Hydrodictyon banyak

ditemukan

didalam

air

tawar

dan

koloninya

berbentuk seperti jala. Ukuran cukup besar sehingga dapat dilihat dengan mata
telanjang. Reproduksi vegetatif dengan zoospora dan fragmentasi.
Fragmentasi dilakukan dengan cara melepas sebagian koloninya dan membentuk
koloni baru. sedangkan reproduksi generatif dengan konjugasi.
d. Chlorophyta berbentuk koloni dapat bergerak
Contoh : Volvox sp.

Gambar 8 : Volvox sp

Klasifikasi Ilmiah
Divisio

: Chlorophyta

Kelas

: Chlorophyceae

Ordo

: Volvocales

Familia

: Volvocaceae

Genus

: Volvox

Spesies

: Volvox sp.

Volvox sp. ditemukan di air tawar, koloni berbentuk bola jumlah antara
500 -5000 buah. Tiap sel memiliki 2 flagel dan sebuah bintik mata. Reproduksi
aseksual dengan fragmentasi dan seksual dengan konjugasi sel-sel gamet.

e. Chlorophyta berbentuk benang


Contoh : Spyrogyra sp.

Gambar 9 : Spirogyra sp.


Klasifikasi Ilmiah

Divisio
Kelas
Ordo
Familia
Genus
Spesies

:
:
:
:
:
:

Chlorophyta
Chlorophyceae
Zygnematales
Zygnemataceae
Spirogyra
Spirogyra sp.

Bentuk tubuh seperti benang, dalam tiap sel terdapat kloroplas berbentuk
spiral dan sebuah inti. Reproduksi vegetatif dengan fragmentasi, sedangkan
reproduksi seksual dengan konjugasi. adapun langkah-langkah konjugasi antara
lain, dua benang saling berdekatan, sel yang berdekatan saling membenuk
tonjolan. Ujung kedua tonjolan yang bersentuhan saling melebur membentuk
saluran konjugasi. Lewat saluran itu terjadilah aliran protoplasma dari satu sel ke
sel yang lain. kedua plasma melebur, disebut peristiwa plasmogami dan segera
diikuti oleh pelburan inti yang disebut kariogami. Hasil peleburan membentuk
zigospora diploid. zigospora mengalami meiosis dan ditempat yang sesuai
berkembang menjadi benang spirogyra baru yang haploid.
f. Oedogonium
Ganggang ini berbentuk benang, ditemukan di air atawar dan melekat di
dasar perairan. reproduksi vegetatif dilakukan oleh setiap sel menghasilkan
sebuah zoospora yang flagela banyak.
Reproduksi generatif adalah salah satu benang membentuk alat kelamin
jantan (antiridium) dan menghasilkan gamet jantan (spermatozoid). Pada benang
yang lain membentuk alat kelamin betina yang disebut oogonium. Oogonium
akan menghasilkan gamet betina (ovum). Sperma tozoid membuahi ovum dan
terbentuk zigot. Zigot akan tumbuh membentuk individu.
g. Chlorophyta berbentuk lembaran
Contoh :
1. Ulva lactuca

Gambar 10: Ulva Lactuca


Klasifikasi ilmiah
Kingdom
: Plantae
Phylum
: Chlorophyta
Class
: Ulvophyceae
Order
: Ulvales
Family
: Ulvaceae
Genus
: Ulva
Species
: U. Lactuca
Ulva Lactuca adalah datar tipis ganggang hijau yang tumbuh dari
berbentuk cakram pegangan erat. Margin yang agak terganggu dan sering
robek. Hal itu dapat mencapai 18 cm atau lebih panjang, meskipun pada
umumnya jauh lebih sedikit, dan sampai 30 cm dimembran ada dua sel tebal,
lembut dan tembus, dan tumbuh melekat, tanpa Stipe , untuk batuan dengan
yang berbentuk kecil. Hijau ke warna hijau tua, spesies ini di Chlorophyta
terbentuk dari dua lapisan sel tidak teratur, seperti yang terlihat dalam
penampang, kloroplas berbentuk cangkir dengan 1-3 pyrenoids .
Ganggang ini ditemukan di dasar perairan laut dan menempel di dasar,
bentuk seperti lembaran daun. berkembang biak secara vegetatif dengan
menghasilkan spora dan spora tumbuh menjadi Ulva yang haploid (n), Ulva
haploid disebut gametofit haploid. Kemudian secara generatif menghasilkan
gamet jantan dan gamet betina. pertemuan gamet jantan dan gamet betina
akan menghasilkan zigot (Z2n). Zigot berkembang menjadi Ulva yang diploid
disebut sporofit. Selanjutnya sporofit membentuk spora yang haploid setelah
mengalami meiosis. Selanjutnya mengalami mitosis dan menghasilkan gametofit
haploid.
2) Chara globularis.

Gambar 11: Chara globularis


Klasifikasi ilmiah
Kingdom: Plantae
Division: Charophyta
Class: Charophyceae
Order: Charales
Family: Characeae
Genera : Chara
spesies : Chara globularis
Chara globularis hidup di air tawar terutama melekat pada batu-batuan.
Bentuk talus seperti tumbuhan tinggi, menyerupai batang, yang beruas-ruas dan
bercabang-cabang, berukuran kecil. Pada ruasnya terdapat nukula dan globula.
Di dalam nukula terdapat arkegonium dan menghasilkan ovum. Di dalam globula
terdapat anterodium yang memproduksi spermatozoid. Spermatozoid akan
membuahi ovum dan menghasilkan zigospora yang berdinding sel. Pada
reproduksi secara vegetatif dilakukan dengan cara fragmentasi.
Chara hidup di air tawar terutama melekat pada batu-batuan. Bentuk talus
seperti tumbuhan tinggi, menyerupai batang, yang beruas-ruas dan bercabangcabang, berukuran kecil. Pada ruasnya terdapat nukula dan globula. Di dalam
nukula terdapat arkegonium dan menghasilkan ovum. Di dalam globula terdapat
anterodium yang memproduksi spermatozoid. Spermatozoid akan membuahi
ovum dan menghasilkan zigospora yang berdinding sel. Pada reproduksi secara
vegetatif dilakukan dengan cara fragmentasi.
3) Pigmen
Pigmen yang dimiliki kloroplas golongan chlorophyta yaitu klorofil a dan
klorofil b, beta karoten serta berbagai macam xantofit (lutein, violaxantin,
zeaxanthin). Karoten muncul sebagai karakter warna kuning kemerah-merahan.
Sedangkan xantotif muncul sebagai warna kuning dengan nuansa warna yang
unik. Menurut levavascur (1989) bahwa pigmen-pigmen fotosintesis dan pada
alga hijau berklorofil a dan b mengandung shiphoxanthim atau lutein.
4)

Cadangan Makanan
Cadangan makanan pada ganggang hijau berupa amilum, tersusun

sebagai rantai glukosa tidak bercabang yaitu amilose dan rantai yang bercabang
yaitu amilopektin seringkali amilum terbentuk dalam granula bersama dengan
bahan protein dalam plastida disebut pirenoid.
5) Susunan Tubuh

Alga hijau mempunyai susunan tubuh yang bervariasi baik dalam ukuran
maupun dalam bentuk dan susunanya. Ada Chlorophyta yang terdiri dari sel-sel
kecil yang merupakan koloni berbentuk benang yang bercabang-cabang atau
tidak, ada pula yang membentuk koloni yang menyerupai kormus tumbuhan
tingkat tinggi. Dari banyaknya variasi tersebut alga hijau dikelompokan sebagai
1.
2.
3.

berikut:
Sel tunggal (uniseluler) dan motil, contoh: Chlamidomonas sp.
Sel Tunggal dan non motil, contoh: Chlorella vulgaris
Koloni senobium yaitu koloni yang mempunyai jumlah sel tertentu sehingga

mempunyai bentuk yang relatif tetap, contoh: Volvox sp., Pandorina sp.
4. Koloni tidak bertauran, contoh: Tetraspora sp.
5. Berbentuk - filamen tidak bercabang, contoh: Ulothrix sp., Oedogonium sp.
Filamen bercabang, contoh: Chladhopora sp., Pithopora sp.
1. Hetemtrikus, yaitu filamen bercabang yang bentuknya terbagi menjadi bagian
yang rebah (prostrate) dan bagian yang tegak, contoh: Stigeoclonium sp.
2. Foliaceus atau parenkimatis, yaitu filamen yang pembelahan sel vegetatisnya
terjadi lebih dari satu bidang, contoh: Ulva lactuca
3. Tubular, yaitu talus yang memilik banyak inti tanpa sekat melintang, contoh:
Caulerpa sp.
6) Struktur Sel
Dinding sel tersusun atas dua lapisan, lapisan bagian dalam tersusun oleh
selulose yang dapat memberikan sifat keras pada dinding sel dan lapisan luar
adalah pektin. Tetapi beberapa alga bangsa volvocales dindingnya tidak
mengandung selulose, melainkan tersusun oleh glikoprotein. Dinding sel
caulerpales mengandung xylan atau mannan.
Inti pada clorophyta ada yang berinti prokariota dan ada yang sebagian
besar berinti eukariota. Intinya diselubungi membran inti terdapat nukleus dan
kromatin. Inti umumnya tunggal tetapi ada yang memiliki inti lebih dari satu.
7) Alat Gerak / Flagel
Ada dua tipe pergerakan pada chlorophyta, yaitu:
1. Pergerakan dengan flagela
Flagela pada kelas chlorohyceae selalu bertipe whiplash (akronematik)
dan sama panjang (isokon), kecuali pada bangsa oedogoniales, memiliki tipe
stefanokon. Flagela dihubungkan dengan struktur yang sangat halus yang
disebut aparatus neuromotor. Tiap flagela terdiri dari axonema yang tersusun
oleh 9 dupklet mikrotubula mengelilingi bagian tengah terdapat 2 singlet
mikrotubula. Struktur semacam ini dikenal sebagai susunan 9 + 2. Flagela
tersebut dikelilingi oleh selubung plasma.

2. Pergerakan dengan sekresi lendir


Pada chlorophyta terjadi pergerakan yang disebabkan adanya stimulus
cahaya yang di duga oleh adanya sekresi lendir melalui porus dinding sel pada
bagian apikal dari sel. Selama pergerakan ke depan bagian kutub berayun dari
satu sisi ke sisi yang lain sehingga lendir bagaian belakang seperti berkelokkelok.
8) Perkembangbiakan
Perkembangbiakan pada chlorophyta terjadi dengan 3 cara yaitu:
1. Secara vegetatif
Perkembanganbiakan vegetatif pada chlorophyta dengan fragmentasi
tubuhnya dan pebelahan sel.
2. Secara seksual
a) Melalui konjugasi yaitu perkembangbiakan secara kawin contohnya spirogyra
sp..
b) Isogami yaitu peleburan dua gamet yang bentuk dan ukurannya sama.
c) Anisogami yaitu peleburan dua gamet yang ukurannya tidak sama.
d) Oogami yaitu peleburan dua gamet yang satu kecil dan bergerak (sebagai

a)
b)
c)
a)
b)
c)

sperma) yang lain besar tidak bergerak (sebagai sel telur)


Beberapa contoh dari reproduksi sexual:
Isogami : Chlorococcum , Chlamydomonos , Hydrodictyon
Anisogami : Chlamydomonas, Ulva
Oogami : Chlamydomonas, Valva, Spirogya, Aedogonium
3. Secara aseksual
Perkembanganbiakan secara aseksual dapat terjadi dengan pembentukan:
Zoospora yaitu sel berflagel 2 contohnya Chlamydomonos
Aplanospora yaitu spora yang tidak bergerak contohnya Chlorococcum
Autospora yaitu aplanospora yang mirip dengan sel induk contohnya Chlorella
Klas chlorophyta dibagi menjadi beberapa klas, salah satu diantaranya
adalah klas chlorophyceae.

1.

Bangsa Chlorococcales
Sel-sel vegetatif tidak mempunyai bulu cambuk jadi tidak bergerak.
Mempunyai satu inti dan satu kloroplas. Mereka merupakan satu koloni yang
bentuknya bermacam-macam, dan tidak lagi melakukan pembelahan sel yang
vegetatif.
Perkembanganbiakan

dengan

zoospora

yang

mempunyai

dua

bulu

cambuk, atau dengan spora yang tiddak mempunyai bulu cambuk yang
dinamakan aplanospora. Perkembanganbiakan dengan isogami antara lain pada
marga Pediastrum.
Chlorococcales hidup sebagai plankton dalam air tawar, kadang-kadang
juga pada kulit pohon-pohon dan tembok-tembok yang basah. Ada yang hidup
bersimbiosis dengan fungsi sebagai lichenes bahkan ada yang hidup dalam
plasma binatang rendah, misalnya Chlorella Vulgaris dam Infusoria sp. dan
Hydra sp.

a)
b)
2.

Dalam bangsa ini termasuk antara lain:


Suku Hydrodictyceae, contoh Pediastrum bonganum
Suku Chlorococcaceae, contoh Chlorococcum humicale
Bangsa Ulotrichales
Sel-selnya selalu mempunyai satu inti dan satu kloroplas yang masih
sederhana membentuk koloni berupa benang yang bercabang atau tidak.
Benang-benang itu selalu bertambah panjang karena sel-selnya membelah
melintang. Yang lebih tinggi tingkatannya mempunyai talus yang lebar dan
melekat pada suatu substrat / alas. Dan talus ini sudah mempunyai susunan

seperti jaringan parenkim. Ada pula yang talusnya berbentuk pipa atau pita.
Dalam bangsa ini termasuk antara lain:
a) Suku Ulotrichaceae, contoh : Ulothrix zonata
Sel selnya membentuk koloni yang berupa benang dan tumbuh interkalar.
b)
1.

Sel-selnya pendek, kloroplas bentuk pipa. Pangkal melekat pada substrat.


Suku Ulvaceae, termasuk didalamnya
Ulva lactuca, talus menyerupai daun sladah, terdiri atas 2 lapis sel yang
membentuk struktur seperti parenkim. Zoospora dengan 4 bulu cambuk, gamet

2.
3.

sama besar, masing-masing dengan dua bulu cambuk.


Enteromorpha intestinalis, koloni berbentuk pipa atau pita, padanya tidak
terdapat isogami melainkan anisogami
Bangsa Cladophora
Sel-selnya berinti banyak, kloroplas berbentuk jala dengan pirenoidpirenoid membentuk koloni berupa benang-benang yang bercabang, menjadi
suatu berkas, hidup dalam air tawar yang mengalir atau dalam air laut, dan
biasanya

berkas

benang-benang

itu

melekat

pada

suatu

substrat.

Berkembangbiak secara vegetatif dengan zoospora dan generatif dengan


isogami.
Dalam bangsa Cladophorales termasuk suku Cladophoraceae contohnya
4.

Cladophora glomerata dan Cladophora dichotoma.


Bangsa Chaetophorales
Sel-selnya mempunyai satu inti dan kebanyakan juga satu kloroplas.
Organisme ini talusnya heterotrik, artinya mempunyai pangkal dan ujung yang
berbeda, terdiri atas benang-benang yang merayap, bercabang dan bersifat
pseudoparenkimatik. Tumbuh mendatar pada substratnya, dan bagian atasnya

yang bercabang-cabang dan berguna sebagai alat reproduksi.


Yang tergolong dalam bangsa ini antara lain:
a.
Suku Chaetophoraceae, contohnya Stigeoclonium lubricum, Stigeoclonium
tenue, hidup dalam air tawar, zoospora 4 dengan 4 bulu cambuk dan isogamet
b.

dengan 2 bulu cambuk.


Suku coleochaetaceae, contohnya Coleochaeta scutata. Zoospora dengan 2
bulu cambuk. Pangkalnya berbentuk cakram, perkembangbiakan generatif

dengan oogami. Coleochaeta kebanyakan hidup sebagai epifit pada ganggang


c.

lain atau tumbuhan air yang tinggi tingkat perkembangannya.


Suku Trentepohliaceae, contohnya Trentepohlia aurea. Zoospora dengan
isogamet mempunyai 2 bulu cambuk, telah menyesuaikan diri dengan hidup
didaratan, pada cadas, batang-batang pohon atau diatas daun sebagai epifit.

Zoosporangia berwarna merah karena hematokrom. Spora tersebar oleh angin.


5. Bangsa Oedogoniales
Hidup dalam air tawar, sel-selnya mempunyai satu inti dan kloroplas
berbentuk jala. Koloni berbentuk benang. Perkembangbiakan vegetatif dengan
pembentukan zoospora, ujungnya yang bebas dan klorofil mempunyai banyak
bulu cambuk yang tersusun dalam suatu karangan. Dari satu sel vegetatif hanya
keluar satu zoospora saja. Perkembangbiakan generatif dengan oogami
Bangsa Oedogoniales hanya dapat meliputi satu suku saja
oedogoniaceae
6.

contohnya

Oedogonium

concatenatum

dan

yaitu

Oedogonium

ciliatum.
Bangsa Siphonales
Bentuknya bermacam-macam, kebanyakan hidup dalam air laut, talusnya
tidak mempunyai didnding pemisah yang melintang. Sehingga dinding selnya
menyelubungi massa plasma yang mengandung banyak inti dan kloroplas.

Hanya alat-alat berkembangbiak saja yang terpisah oleh suatu dinding (sekat).
Dari siphonales dapat disebut beberapa jenis , antara lain:
a. Protosiphon botryoides (suku protosiphonaceae)
Ganggang ini masih sangat sederhana, hidup diatas tanah yang basah talus
hanya teridiri atas suatu sel. Bagian yang diatas tanah bentuknya seperti
gelembung, berwarna hijau dan mengandung banyak inti. Melekat pada tanah
dengan rizoid yang panjang, tidak bercabang dan tidak berwarna.
b. Halicystis ovalis (suku Uhalicystidaceae)
Ganggang ini menyerupai profosiphora, tetapi hidup dalam laut
c. Caulerpa prolifera (suku caulerpaceae)
Ganggang hijau yang hidup di laut tengah. Talus bagian atas menyerupai
daun dan besarnya sampai beberapa desimeter, berguna untuk asimilasi dan
dinamakan asimilator. Bagian bawah terdiri atas suatu sumbu yang menyerap,
tidak

berwarna

dan

tidak

mengandung

leukoamitoplas

dan

rizoid

pada

perkembangbiakanseksual yaitu anisogami, seluruh tumbuh-tumbuhan baik


jantan maupun betina masing-masing mengeluarkan gamet yang berwarna hijau
dalam jumlah yang amat besar dan setelah mengeluarkan gamet itu lalu mati.
d. Vaucheria sessilis (suku vaucheriaceae)
Talus berbentuk benang dan bercabang-cabang tidak beraturan, melekat
pada substrat dengan rizoid-rizoid yang merupakan suatu berkas. Karena talus
tidak mempunyai dinding pemisah melintang, maka talus kelihatan seperti pipa

bercabang-cabang. Perkembangbiakan aseksual dengan zoospora. Sedangkan


perkembangbiakan generatif (seksual) dengan oogami.
Alat-alat perkembangbiakan seksual dan aseksual ditemukan pada suatu
individu. Pembelahan reduksi terjadi pada perkecambahan zigot. Talusnya
menyerupai jamur payung pada pangkal tangkainya terdapat suatu inti yang
besar. Ganggang ini ditemukan di laut tengah dan talusnya diperkuat dengan
kapur. Perkembangbiakan seksual dengan anisogami.
a)
1.
2.
3.

9) Dampak positif dan negatif chlorophyta dalam kehidupan


Dampak positif
Sebagai sumber protein sel tunggal contoh Chlorella sp.
Sebagai bahan makan contoh volvox sp. sebagai sayuran
Sebagai plankton, merupakan salah satu komponen yang penting dalam

4.

rantai makanan diperairan tawar


Menghasilkan O2 (oksigen) dan hasil fotositensis yang diperlukan oleh hewan

b)
1.
2.
3.
4.

lain untuk bernafas


Dampak negative
Dapat mengganggu jika perairan terlalu subur
Membuat air berubah warna dan menjadi bau
Menjadi masalah dalam proses penjernihan air
Menyebabkan penyumbatan pada saringan pengolahan air.

10) Akibat pertumbuhan algae hijau terhadap kualitas air


Kehadiran alga hijau dalam air dapat meyebabkan :
Perubahan warna air
Air menjadi licin karena dapat menghasilkan lender
Dapat menimbulkan bau dan rasa pada air
Dapat menyebabkan kerapuhan pada beton
Jenis ganggang hijau yang hidup di air tawar tidak mengahasilkan racun
Dari sifat-sifat yang tampak pada chlorophyceae, dapat diambil
kesimpulan

bahwa

chlorophyceae

berasal

dari

flagellate

yang

setingkat

mengalami kemajuan-kemajuan perkembangan. Padanya ditemukan gambaran


perkembangan dari organisme yang sederhana ke yang makin menuju ke
adanya pembagian pekerjaan. talus heterotrik (yang terdiri atas pangkal yang
melekat pada substrat dan bagian yang bebas) dan kloroplas sederhana.
Pada kebanyakan chlorophyceae pembelahan reduksi terjadi

pada

pekecambahan zigot, jadi chlorophyceae adalah organisme haploid. alat-alat


perkembangbiakan seksual dan aseksual terdapat pada satu individu, tetapi
tidak tiap individu menghasilkan kedua macam alat perkembangbiakan itu.
Biasanya terdapat suatu deretan tumbuh-tumbuhan yang selalu berkembangbiak
secara vegetatif dan baru kemudian muncul individu yang dapat membiak
secara generatif. jadi meskipun keduanya haploid, ada yang bersifat vegetatif
dan ada juga yang bersifat generatif. Dengan pemindahan tempat pembelahan
reduksi dari zigot ke sporangium pada fase aseksual, terjadilah pergiliran

keturunan antara sporofit yang diploid dengan gametofit yang haploid. Pada
pembelahan reduksi terjadilah penentuan jenis kelamin. Ketentuan-ketentuan itu
dapat sama (isomorf) atau heteromorf.
Ada bermacam-macam jenis dari algae hijau diantaranya:
a. Algae benang
Merupakan algae hijau dari genus spyrogyra. Membentuk rumpun berupa
benang tipis, panjang dan berwarna hijau muda. Algae benang mempunyai
persyaratan hidup mendekati persyaratan tumbuhan tingkat tinggi kondisi air
yang baik dapat memicu pertumbuhannya, apalagi disertai dengan kondisi
pencahayaan yang baik. Algae benang mempunyai kemampuan tumbuh relatif
cepat.
b. Algae bintik hijau
Merupakan algae berbentuk kecil, bulat, dengan ukuran kurang lebih 3
mm, berwarna hijau. Algae ini melekatkan diri dengan kuat pada substrat.
biasanya melekat pada kaca atau pada daun. Algae bintik hijau sering muncul
pada aguarium baru, pada saat kondisi air belum stabil, atau pada saat kualitas
air akuarium menurun.
5.6.3. DIVISIO CHRYSOPHYTA

Gambar 12: Chrysophyta


Nama Chrysophyta diambil dari bahasa Yunani, yaitu Chrysos yang berarti
emas. Ganggang keemasan atau Chrysophyta adalah salah satu kelas dari
ganggang berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Ganggang ini berwarna
keemasan karena kloroplasnya mengandung pigmen karoten dan xantofil dalam
jumlah banyak dibandingkan dengan klorofil. Kloroplas ganggang ini berbentuk
cakram, pita, atau oval.
Sel-sel ganggang keemasan memiliki inti sejati (eukarion), dinding sel
umumnya mengandung silika (SiO2) atau kersik. Tubuh ganggang ini ada yang
terdiri

atas

satu

sel(uniseluler)

dan

ada

yang

terdiri

atas

banyak

sel

(multiseluler). Ganggang yang bersel satu bisa hidup sebagai komponen


fitoplankton yang dominan. Ganggang yang multiseluler berupa koloni atau
berbentuk filamen. Ganggang keemasan hidup secara fotoautotrof, artinya dapat

mensintesis

makanan

sendiri

dengan

memiliki

klorofil

untuk

berfotosintesis.
Ganggang ini ditemukan di air tawar, di laut, dan di tanah yang lembab.
Alga
a.
b.

ini
Kelas
Kelas

digolongkan
alga

kedalam
Hijau-Kuning

alga

kelas

yaitu:

(Xanthophyceae).

keemasan

(Chrysophyceae).

c. Kelas Diatom (Bacillariophyceae).


1)

Ciri-ciri
1. Pigmen, khlorofil a dan b, xantofil, dan karoten, klorofil terdapat dalam
jumlah yang banyak sehingga ganggang ini berwarna hijau rumput.
2. Hasil fotosintesis berupa amilum dan tersimpan dalam kloroplas.
3. Kloroplas berjumlah satu atau lebih; berbentuk mangkuk, bintang, lensa,
bulat,
pita,
spiral
dsb.
4.

Sel

berinti

sejati,

satu

atau

lebih.

5. Sel kembara mempunyai 2 atau 4 flagela sama panjang, bertipe whiplash.


6. Dinding sel mengandung selulose.
2) Bentuk talus/struktur vegetatif
1. Uniseluler motil/berflagela: Chlamydomonas sp.
2. Uniseluler nonmotil/kokoid: Chlorella sp.
3. Koloni motil (sel-sel dalam koloni mempunyai flagela) Volvox sp.
4. Koloni nonmotil (kokoid ): Pediastrum sp., Hydrodictyon sp.
5. Palmeloid: Tetraspora sp.
6. Dendroid: Prasinocladus sp.
7. Berbentuk filamen: bercabang: Cladophora sp
8. Tidak bercabang: Oedogonium sp., Spirogyra sp.
9. Heterotrikh: Coleochaeta sp., Stigeoclonium sp.
10. Berbentuk helaian/lembaran yang distromatik: Ulva sp.
11. Lembaran yang monostromatik: Monostroma sp.
12. Berbentuk silinder yang beruang di tengah: Enteromorpha sp.
13. Berbentuk sifon/spnositik: Caulerpa sp., Codium sp.
3) Perkembangbiakan
a. Perkembangbiakan vegetatif (aseksual) dengan pembelahan sel, fragmentasi,
pemisahan koloni, dan pembentukan spora (aplanospora atau zoospora).
b. Perkembangbiakan generatif (seksual) dengan konjugasi, isogami, anisogami,
dan oogami.
4) Kelas-kelas chrysophyta

Berdasarkan pembagian kelas diatas, alga dapat kita uraikan :


a) Kelas Xanthophyceae.
Alga ini memiliki klorofil (pigmen hijau) dan xantofil (pigmen kuning)
karena itu warnanya hijau kekuning-kuningan. Contoh: Vaucheria sp. Vaucheria
tersusun atas banyak sel yang berbentuk benang, bercabang tapi tidak bersekat.
Filamen

mempunyai

banyak

inti

dan

disebut

Coenocytic.

Berkembangbiakan secara seksual yaitu dengan oogami artinya terjadi


peleburan

spermatozoid

yang

dihasilkan

anteridium

dengan

ovum

yang

dihasilkan oogonium membentuk zigot. Zigot tumbuh menjadi filamen baru.


Reproduksi secara vegetatif dengan membentuk zoospora. Zoospora terlepas
dari induknya mengembara dan jatuh di tempat yang cocok menjadi filamen
baru.
b) Kelas Chrysophyceae.
Alga ini memiliki pigmen keemasan (karoten) dan klorofil. Tubuh ada yang
bersel satu, contohnya Ochromonas dan bentuk koloni contohnya Synura.
Ochromonas Sel tubuhnya berbentuk bola yang dilengkapi dengan 2 flagel
sebagai alat gerak. Kedua flagel tersebut tidak sama panjang. Di dalam
sitoplasmanya terdapat beberapa organel penting, seperti kloroplas yang
berbentuk lembaran melengkung, vakuola, stigma, dan nukleus. Ochromonas
berkembangbiak dengan membelah diri.
c) Kelas Diatom (Bacillariophyceae).
Diatom banyak ditemukan dipermukaan tanah basah misal, sawah, got
atau parit. Tanah yang mengandung diatom berwarna kuning keemasan. Tubuh
ada yang uniseluler dan koloni. Dinding sel tersusun atas dua belahan yaitu
kotak (hipoteca) dan tutup (epiteca). Reproduksi secara aseksual yaitu dengan
cara membelah diri. Contohnya: Navicula sp, Ganggang ini dikenal sebagai
diatomae atau ganggang kersik karena dinding sel tubuhnya mengandung zat
kersik. Kersik merupakan komponen penting dalam plankton. Navicula sp hidup
di air tawar dan di laut.
Tubuh Navicula sp. terdiri atas dua bagian yaitu kotak (hipoteka) dan tutup
(epiteka). Di antara kotak dan tutup terdapat celah yang disebut rafe.
Perkembangbiakan

Navicula

sp

Perkembangbiakan vegetatif Navicula sp. dengan membelah diri. Setiap


inti diatomae membelah menjadi dua, diikuti pembagian sitoplasma menjadi dua
bagian. Selanjutnya, dinding sel Navicula memisah menjadi kotak dan tutup.
Pada sel anakan, baik kotak maupun tutup akan berfungsi menjadi tutup, dan
masing-masing akan membentuk kotak baru. Dengan demikian setiap sel anakan

yang berasal dari kotak akan mempunyai ukuran lebih kecil daripada sel asalnya.
Peristiwa ini berlangsung berulang kali.
Perkembangbiakan generatif Navicula sp. berlangsung dengan konjugasi.
Bila ukuran tubuh Navicula sp. tidak memungkinkan untuk mengadakan
pembelahan lagi, inti selnya akan mengalami meiosis dan menghasilkan gamet.
Gamet itu kemudian akan meninggalkan sel dan setelah terjadi pembuahan di
dalam air akan menghasilkan zigot. Zigot selanjutnya tumbuh menjadi sel
Navicula baru dan membentuk tutup dan kotak baru.
Bila Navicula sp. mati, dinding selnya akan mengendap membentuk tanah
diatom yang kaya zat kersik. Tanah ini merupakan bahan dinamit, isolator, dan
bahan

gosok

penghalus.

Contoh lain, Pinnularia sp. dan Cyclotella sp.


5) Peranan Ganggang Keemasan Dalam Kehidupan Sehari-hari.
Berguna sebagai bahan penggosok, bahan pembuat isolasi, penyekat
dinamit, membuat saringan, bahan alat penyadap suara, bahan pembuat cat,
pernis, dan piringan hitam.

5.6.4 PHAEOPHYTA (GANGGANG COKLAT/ PERANG)


Gambar 13: Algae coklat
1) Ciri-Ciri
Algae ini mempunyai pigmen fotosintetik yang terdiri atas klorofil a dan c,
karoten, fukoxantin dan xantofil. Cadangan makanan di dalam selnya berupa
laminarin dan manitol, dengan dinding sel tersusun dari selulosa, asam alginat,
dan mukopolisakarida sulfat. Algae ini mempunyai dua flagela yang tidak sama
panjang dengan letak lateral. Organisasi selnya multiseluler, dan dapat
membentuk morfologi yang sangat besar dan kompleks seperti tumbuhan.
Terdapat struktur seperti akar (hold fast), seperti daun (blade), seperti batang
(stipe), dan pengapung (bladder), tetapi tidak ada sistem transport nutrien dan
cadangan makanan. Di tengah stipe terdapat sel-sel memanjang seperti jaringan
vaskuler

pada

tumbuhan.

Sel-sel

tersebut

berfungsi

untuk

membantu

memindahkan karbohidrat hasil fotosintesa dari blade ke tempat sel-sel yang


kurang aktif fotosintesanya seperti stipe dan hold fast. Anggota algae ini yang
banyak hidup di laut adalah genera Sargassum, Macrocystis, Nereocystis, dan

Laminaria. Algae coklat ini dapat tumbuh dengan sangat cepat, misalnya
Nereocystis dapat mencapai panjang 40 meter dalam satu musim. Kebanyakan
cara perkembangbiakan algae coklat sama dengan algae hijau Ulva.
Genera Fucus umumnya tumbuh di bebatuan. Mereka dapat melapukkan
batuan tersebut. Jenis tertentu algae ini dapat digunakan untuk biosorpsi, atau
penyerapan logam berat oleh biomassa. hal ini disebabkan karena kandungan
polisakarida pada dinding selnya dapat bersifat sebagai resin penukar ion (ion
exchange).

Algae

ini

juga

dapat

digunakan

sebagai

indikator

adanya

pencemaran logam berat seperti Cadmium, Cu, dan Pb, misalnya algae Fucus
vesiculosus.

Beberapa

jenis

algae

coklat

seperti

Macrocystis,

banyak

mengandung bahan algin pada dinding selnya. Bahan algin ini mempunyai nilai
ekonomis untuk bahan pembuat stabiliser dan emulsifier pada cat, tekstil, kertas,
bahan makanan, dan bahan lain.
Ganggang coklat adalah salah satu ganggang yang tersusun atas zat
warna atau pigmentasinya. Phaeophyta (ganggang coklat) ini berwarna coklat
karena mengandung pigmen xantofis. Bentuk tubuhnya seperti tumbuhan tinggi.
Ganggang coklat ini mempunyai talus (tidak ada bagian akar, batang dan daun),
terbesar diantara semua ganggang ukuran tulusnya mulai dari mikroskopik
sampai makroskopik. Ganggang ini juga mempunyai jaringan transportasi air dan
makanan yang anolog dengan transportasi pada tumbuhan darat, kebanyakan
bersifat autotrof.
Tubuhnya selalu berupa talus yang multiseluler yang berbentuk filamen,
lembaran atau menyerupai semak/pohon yang dapat mencapai beberapa puluh
meter, terutama jenis-jenis yang hidup didaerah beriklim dingin. Sel vegetatif
mengandung kloroplas berbentuk bulat panjang, seperti pita, mengandung klofil
serta xantofil.
Set vegetatif mengandung khloroplast berbentuk bulat, bulat panjang,
seperti pita; mengandung khlorofil a dan khlorofil c serta beberapa santofil
misalnya fukosantin. Cadangan makanan berupa laminarin dan manitol. Dinding
sel mengandung selulose dan asam alginat.
Setiap organisme tersusun dari salah satu diantara dua jenis sel yang
secara struktural berbeda, sel prokariotik dan sel eukariotik. Hanya bakteri dan
arkhea; alga hijau biru yang memiliki sel prokariotik. Sedangkan protista,
tumbuhan, jamur dan hewan semuanya mempunyai sel eukariotik
2) Habitat
Alga/ganggang coklat ini umumnya tinggal di laut yang agak dingin dan
sedang, terdampar dipantai, melekat pada batu-batuan dengan alat pelekat

(semacam akar). Bila di laut yang iklimnya sedang dan dingin, talusnya dapat
mencapai ukuran besar dan sangat berbeda bentuknya. Ada yang hidup sebagai
epifit pada talus lain. Tapi ada juga yang hidup sebagai endofit.
3) Pigmen
Pigmen yang terdapat pada ganggang coklat (Chrysophyta) adalah klorofil
a, klorofil b, karoten dan xantofil. (Fukoxantin) yang terdiri dari violaxantin,
flavoxantin, a dan neofukoxontin b, xantofil memberikan kesan warna coklat
pada chrysophyta.
Berdasarkan tipe pergantian keturunan, phaeophyto di bagi dalam 3
golongan, yaitu:
a) Golongan Isogeneratae
Golongan isogeneratae yaitu golongan tumbuhan yang memiliki pergiliran
keturuan isomorf. Sporofit dan gametofit mempunyai bentuk dan ukuran yang
sama secara morfologi tetapi sitologinya berbeda.
Contoh: Ectocarpus sp.
b) Golongan Heterogenerate
Golongan heterogenerate yaitu golongan

tumbuhan

yang

memiliki

pergiliran keturunan yang heteromorf. Sporofit dan gametofitnya berbeda secara


morfologi maupun sitologinya.
Contoh: Laminaria sp.
c) Golongan Cyelosporae
Golongan cyelosporae yaitu golongan tumbuhan yang tidak memiliki
pergiliran keturunan.
Contoh: Fucus sp.
Alga coklat (Phaeophyta) hanya mempunyai satu kelas saja yaitu klas
phaeophyceae. Thallus dari jenis golongan phaeophyceae bersel banyak
(multiseluler), umumnya mikroskopik dan mempunyai bentuk tertentu. Sel
mengandung promakropora yang berwarna coklat kekuning-kuningan karena
adanya kandungan fukoxontin yang melimpah. Cadangan makanan berupa
laminarin yang beta glukan yang mengandung manitol. Dinding sel sebagian
besar tersusun oleh tiga macam polimer yaitu selulosa asam alginat, fukan dan
fuoidin.
Perkembangbiakkan dilakukan secara aseksual dan seksual :
a) Perkembangbiakan secara aseksual dilakukan oleh zoospora atau aplanospora
yang tidak berdinding.
Zoospora mempunyai dua, buah flagella yang tidak sama panjang,
terletak dibagian lateral. Spora dibentuk dalam sporangium yang uniseluler,
dinamanakan sporangia unilokuler. Atau spora yang dibentuk dalam sporangia
yang multiseluler yang disebut sporangium prulilekuler.
b) Perkembanganbiakan seksual dilakukan secara isogamet,
Pembuahan pada alga coklat.

anisogamet.

Sebelum terjadi pembuahan, layak anthernazoid mengelilingi sel telur


pada ganggang ini terbentuk 8 sel telur. Biasanya hanya satu antherozoid yang
masuk ke sel telur. Dalam waktu satu jam kedua intinya melebur dan terjadinya
inti diploid. Zigot segera membentuk dinding yang berlendir dan dapat melekat
pada substrat. Zigot membentuk tonjolan yang akan seperti cahaya. Suhu pH
dan adanya zat pengatur di dalam sel telur merupaan faktor perangsang bagi
terjadinya polaritas. Karena adanya cadangan makanan yang cukup di dalam sel
telur.

Maka

mula-mula

pertumbuhan

embrionya

cepat,

tetapi

kemudian

pertumbuhan menjadi lambat karena tergantung dari fotosintesis. Tubuh yang


terbentuk

bersifat

diploid

dan

pembelahan

reduksi

terjadi

pada

waktu

yang

isomorf

yaitu

gametogenesis. Jadi daur hidupnya bersifat diplontik.


1.

Bangsa Ectocarpales
Ectocarpales mempunyai

pergantian

keturunan

tumbuhan sporofit sama dengan tumbuhan gametofit, talusnya berbentuk


cabang-cabang bebas atau saling berhubungan satu sama lainnya. Hingga
membentuk jaringan pseudoparenkimatik. Alat perkembangbiakan letaknya
bebas satu sama lain. Sporofit menghasilkan zoospora dan spora netral. Sedang
gametofit menghasilkan gamet.
Suku Ectocarpaceae
Marga Ectocarpus
Thallus dari ganggang ini merupakan filamen yang uniseriate, bercabang
banyak. Sel berinti tunggal dan plastida yang membentuk pita atau piring.
Perkembangbiakan dilakukan oleh zooid yang berflagella 2 buah dan di bentuk di
dalam alat reproduksi yang unilokuler atau plusilokuler. Alat reproduksinya
biasanya terdapat pada ujung-ujung cabang lateral.
Gametofit bersifat homothallik atau heterothallik. Gambet dibentuk dalam
gametangium

yang

plulilokuler

yang

perkembangannya

identik

dengan

perkembangan sporangium yang prusilokuler. Sel-sel yang terbentuk mengalami


metamorfose menjadi gamet yang berflagella 2 buah. Tipe persatuan gamet
adalah isogamik atau anisogamik.
2. Bangsa Dietyotales
Sebagian besar dari bangsa ini terdapat di lautan daerah tropic. Pada
ganggang ini spora tidak mempunyai bulu cambuk. Sporangium beruang satu
dan mengeluarkan 4 tetraspora. Pembiakan seksual dengan oogami. Anteredium
yang berkotak-kotak dan oogonium tidak pada tumbuhan yang berlainan dan
tersusun secara berkelompok. Tiap oogonium merupakan satu sel telur. Gamet
jantan mempunyai satu bulu cambuk yang terdapat pada sisinya. Sporofit dan
gametofit

bergiliran

dengan

beraturan

dan

keduanya

mempunyai

talus

berbentuk pita yang bercabang-cabang menggarpu. Misal Dictyota dichotoma


yang terbesar di lautan Eropa. Skema pergiliran keturunan Dictyota dichotoma:
Marga Dictyota
Thallus tegak dan berbentuk pita yang bercabang-cabang, melekat pada
suatu substrat dengan perantaraan alat pelekat yang berbentuk seperti cakram.
Thallus terdiri dari 3 lapis. Lapisan tengah tersusun dari sel-sel besar, terbentuk
segi empat dan berdinding tebal tanpa khromatofora. Kedua berdinding tipis dan
mengandung banyak kromotofora. Pada lapisan ini terdapat banyak rambutrambut steril dan tidak berwarna serta dapat mengeluarkan lendir pada
permukaannya.
Perkembangbiakan

dilakukan

secara

aseksual,

dan

seksual.

Perkembangbiakan aseksual dilakukan oleh aplanospora yaitu yang tidak


bergerak.

Dalam

Perkembangbiakan

satu

sporangium

seksual

hanya

dilakukan

dibentuk

secara

oogami.

aplanospora
Gametofit

saja.

bersifat

heterothallik. Alat kelamin terdapat dalam suatu sorus. Terdapat di kedua


permukaan talusnya.
3.
Bangsa Cutleriales
Suku Cutleriaceae
Suku ini hanya mempunyai 2 marga saja, yaitu zanardinia dan cutleria,
zanardinia mempunyai pergantian keturunan yang gametofit dan sporofitnya
identik satu sama lain, sedang gametofit cutleria tidak identik dengan
sporofitnya, hingga pergantian keturunan dari cutleria bersifat iso morfik. Tetapi
kedua

marga

tersebut

mempunyai

kesamaan,

yaitu

pertumbuhan

yang

tirkhothallik, sporangia yang uniloker dan sel-sel kelamin dan betina ukurannya
tidak sama.
Marga Cutleria
Cutleria mempunyai gamtofit yang berbentuk pita yang bercabang,
menggarpu yang tidak begitu teratur atau berbentuk seperti kipas. Pertumbuhan
terjadi pada tepi talus bagian atas yang mempunyai rambut yang uniseriate.
Gametofit bersifat heterothallik. Gametofit jantan mengandung anteridia yang
menghasilkan gamet jantan berbentuk buah pir, berflagellata 2 buah di bagian
leteral. Gametofit betina mengandung gametangia betina yang mengeluarkan
gamet betina yang bentuknya mirip dengan yang jantan. Tetapi ukurannya lebih
besar dan gerakannya lebih lambat.
4. Bangsa Laminariales
Jenis-jenis yang termasuk dalam bangsa ini mempunyai sporofit yang
dapat dibagi menjadi alat pelekat, tangkai dan helaian atau lembaran.
Pertumbuhan terjadi pada bagian yang meristematik yang letaknya interkalar
dan biasanya terletak diantara tangkai dan lembaran. Sporofit mempunyai

sporangia yang unilokuter dan terkumpul dalam suatu sorus pada permukaan
lembaran. Gametofit dari laminariales berupa filamen yang mikroskopik.
Perkembangbiakan seksual bersifat oogamik.
Bangsa ini mempunyai 30 marga dengan kurang lebih 100 jenis yang
kesemuanya merupakan penghuni lautan beriklim dingin. Dari marga ke marga
gametrofitnya dapat dikatakan identik satu sama lain, tetapi sporofitnya
mempunyai bentuk yang beranekaragam. Contoh:
a. Macrocystis pyrifera, hidup di daerah kutub selatan. Talusnya dapat
mencapai panjang 60 m dengan berat sampai 100 kg. alat pelekatnya
seakan-akan mempunyai kuku untuk berpegangan erat-erat. Sumbu talus
bebas, mempunyai cabang-cabang talus berbentuk lembaran yang
bergantungan, kadang-kadang sampai 3 m panjangnya hingga dengan itu
talus dapat terapung pada permukaan laut.
b. Lessonia,sp mempunyai talus yang bentuknya seperti pohon palma.
c. Laminaria cloustoni, banyak terdapat di laut utara, panjangnya sampai 5
m. pangkal talus setebal lengan dan umurnya tahunan, bagian atas
menyerupai daun atau mempunyai lembaran-lembaran menjari yang
setiap tahun diperbaharui. Menjelang berakhirnya musim dingin terjadi
pertumbuhan di bagian tengah dari pangkal lembaran-lembaran tadi dan
terbentuklah lembaran-lembaran baru.
Suku Laminaria
Alat pelekat sporofit umumnya berupa cabang-cabang yang dikhotom
disebut haptera. Tangkai tidak bercabang silindris atau agak memipih, diujung
tangkai ini terdapat helaian yang utuh atau terbagi kearah vertikal menjadi
beberapa segmen. Tangkai terdiri dari medula dan korteks yang dikelilingi oleh
selapis sel yang menyerupai sel epidermis. Sporofit mempunyai sporongia yang
unilokuler dan terdapat pada perunukan helaian. Sporangia berbentuk ganda.
Pada laminaria saccharina, penentuan jenis kelamin gametofit terjadi pada
saat pembelahan reduksi, setengah dari zoospora akan tumbuh menjadi
gametofit betina sedang lainnya akan membentuk gametofit jantan. Gametongia
akan

dibentuk

setelah

gametofit

mencapai

2-3

sel.

Terjadi

pembuahan

tergantung langsung pada suhu.


5. Bangsa Fucales
Ganggang ini merupakan penyusun utama vegetasi lautan di daerah
dingin.

Pembiakan

generatif

dengan

oogami,

pembiakan

vegetatif

tidak

ada.Thallus dari ganggang ini bersifat diploid, pembelahan reduksi (meiosis)


terjadi pada saat gametogenesis alat kelamin terdapat di dalam konseptakel.
Dalam daur hidupnya, ganggang ini tidak menunjukkan adanya pergiliran
keturunan.
Suku Fucaceae

Ganggang ini banyak ditemukan hidup di air laut maupun air tawar. Focus
yang sudah berumur beberapa tahun mempunyai talus berbentuk pita yang di
tengah-tengahnya diperkuat oleh rusuk tengah. Bentuknya kaku dank eras
seperti kulit.
Marga Fucius
Fucus berwarna coklat tua. Berbentuk pita yang bercabangdi khotom
dengan suatu rusuk tengah, melekat pada karang dengan suatu alat pelekat.
Beberapa jenis dari fucus ini mempunyai gelembung udara di dalam tubuhnya
untuk

menyimpan

udara

hingga

membantu

keterapungannya

letak

dari

gelembung udara biasanya berpasangan kanan dan kiri. Ujung cabang-cabang


menggelembung dan mengandungkoseptakel, tempat konseptakel berkumpul
tersebut

dinamakan

reseptakel,

secara

anatomi,

talus

tersusun

atas

meristaderm, korteks dan medula. Di dalamnya terdapat oogonium, anteredium,


dan benang-benang mandul (parafisis). Anteredium berupa sel-sel berbentuk
jorong, duduk rapat satu sama lain pada benang-benang pendek yang
bercabang-cabang. Tiap anteredium menghasilkan 64 spermatozoid. Suatu
spermatozoid terutama terdiri dari bahan inti, suatu bintik mata dan 2 bulu
cambuk pada sisinya. Bulu cambuk yang pendek menghadap ke muka dan
mempunyai rambut-rambut mengkilat. Oogonium berupa suatu badan yang
duduk diatas tangkai, terdiri dari 1 sel saja dan mengandung 8 sel telur. Zigot
lalu membentuk dinding selulose dan pectin, melekat pada suatu substrat dan
tumbuh menjadi individu yang diploid.
5) Susunan sel
Pada phaeophyta umumnya dapat ditemukan adanya dinding sel yang
tersusun dari tiga macam polimer yaitu selulosa, asam alginat, fukan dan
fukoidin. Algin dari fukoidin lebih kompleks dari selulose dan fukoidin lebih
kompleks dari selulose dan gabungan dan keduanya membentuk fukokoloid.
Dinding selnya juga tersusun atas lapisan luar dan lapisan dalam, lapisan luar
yaitu selulosa dan lapisan dalam yaitu gumi. Tapi kadang-kadang dinding selnya
juga mengalami pengapuran. Inti selnya berinti tunggal yang mana pana pada
pangkal berinti banyak.
Dinding sel menyebabkan sel tidak dapat bergerak dan berkembang
bebas, layaknya sel hewan. Namun demikian, hal ini berakibat positif karena
dinding-dinding sel dapat memberikan dukungan, perlindungan dan penyaring
(filter) bagi struktur dan fungsi sel sendiri. Dinding sel mencegah kelebihan air
yang masuk ke dalam sel.Dinding sel terbuat dari berbagai macam komponen,
tergantung golongan organisme. Pada tumbuhan, dinding-dinding sel sebagian

besar terbentuk oleh polimer karbohidrat (pektin, selulosa, hemiselulosa, dan


lignin

sebagai

penyusun

penting).

Pada

bakteri,

peptidoglikan

(suatu

glikoprotein) menyusun dinding sel. Fungi memiliki dinding sel yang terbentuk
dari kitin. Sementara itu, dinding sel alga terbentuk dari glikoprotein, pektin, dan
sakarida sederhana (gula).
6) Cadangan Makanan
Cadangan makanan pada Phaeophyta berupa laminarin, yaitu sejenis
karbohidrat yang menyerupai dekstrin yang lebih dekat dengan selulose dari
pada zat tepung.selain laminarin juga ditemukan manitol minyak dan zat-zat
lainnya.
7) Alat Gerak
Alat gerak pada Phaeophyta berupa flagel yang terletak pada sel-sel
perkembangbiakan dan letaknya lateral. Berjumlah dua yang heterokon dan
terdapat di bagian samping badannya yang berbentuk pir atau sekoci. Pada
waktu bergerak ada yang panjang mempunyai rambut-rambut mengkilat
menghadap kemuka dan yang pendek menghadap ke belakang. Dekat dengan
keluarga flogel terhadap bintik mata yang berwarna kemerah-merahan.
8) Perkembangbiakan
Perkembangbiakan pada Phaeophyta dapat dilakukan dengan beberapa
cara yaitu:
a. Perkembangbiakan secara vegetatif dengan fragmentasi
b. Perkembangbiakan secara sporik dengan membentuk spora
Dilihat dari sporangiumnya, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a.

Pembentukan Unilokuler, dimiliki oleh anggota Phaeophyta yang uniseluler


Terjadi dari sel terminal dengan cabang pendek yang membesar.
Sporangia muda berbentuk bulat panjang atau bulat telur. Ukurannya lebih kecil
dari sel semula. Inti tunggal mengalami pembelahan meioses kemudian diikuti
pembelahan mitosis sehingga dihasilkan 32-64 inti. Selanjutnya terjadilah celahcelah yang membagi proteplas yang berinti satu. Masing-masing protoplas
mengalami metamorfose membentuk zoospora perflagel dua yang terletak di
bagian lateral dengan panjang flagel yang tidak sama. Flagel yang pendek

b.

diarahkan ke belakang, flagel yang panjang diarahkan kedepan.


Pembentukan plurilokuler dimiliki oleh anggota phaeophyta yang multiseluler
Berasal dari sel terminal yang pendek. Ukurannya relatif besar dan terjadi
pembelahan tranversal secara berulang-ulang yang akhirnya dihasilkan 6-12
sel.pembelahan vertikal dimulai dari deretan sel bagian tengah dan kemudian
terbentuklah kubus yang letaknya teratur sebanyak 20-40 deretan. Protoplas
pada masing-masing sel mengalami sultamorfosa menjadi zoospora yang

memiliki 2 stagel. Diikuti dengan talus yang bersifat diploid dan terbentuklah
c.

sporangia yang bersifat unilokuler dan atau plorilokuler.


Perkembangbiakan secara gametik, gametangium dimiliki oleh sporangium

a.

yang plurilokuler. Gamet akan membentuk zoogamet dengan cara:


Isogami yaitu gamet yang bentuk dan ukurannya sama (belum dapat

b.

dibedakan mana jantan dan mana betina). Contoh: Ulva sp.


Anisogami: gamet yang bentuk dan ukurannya tidak sama (gamet betina
memiliki ukuran besar dan gamet jantan memiliki ukuran kecil). Contoh: Codium

sp.
Oogami: jenis anisogami dengan gamet jantan yang aktif. Contoh: Volvox sp.
Contoh-Contoh Phaeophyta
a. Sargassum binderi (Sonder)
Nama latin : Sargassum binderi
Spesifikasi : Batang gepeng (1,5 mm), halus licin, tinggi mencapai sekitar 60 cm,
c.

percabangan alternate teratur, oppsite (kiri-kana). Cabang utama yang pendek


(1-2 cm) diatas holdfast. Daun lonjong, pinggir bergerigi, panjang 5 cm, lebar 1
cm ujung runcing.
Sebaran : Tubuh pada substrat batu umumnya di daerah rataan terumbu dekat
bagian ujung luar yang terkena gerakan air relatif lebih kuat dan konstan.
Potensi : Belum banyak dimanfaatkan, kandungan kimia sama dengan jenis
b.

sargassum lainnya.
Sargassum Polycystum
Nama latin : Sargassum polycystum
Spesifikasi : Ciri-ciri umum. Thallia silidris berduri-duri kecil merapat hodfast
membentuk cakram kecil dengan diatasnya secara karaktersitik terdapat
perakaran/stolon yang rimbun berekspansi ke segala arah. Batang pendek
dengan percabangan utama tumbuh rimbun.
Sebaran : Algae yang kosmopolitan di daerah tropis hingga subtropis. Bukan
merupakan algae endemic perairan Indonesia tetapi banyak ditemukan di
perairan nusantara terutama di Kalimatan.
Potensi : Bisa dimanfaatkan sebagai bahan esktraksi alginat. Manfaat lainnya

c.

belum diketahui. Tidak dibudidayakan.


Turbin Conoides
Nama Latin : Turbinaria conoides
Nama Daerah : Rumput Coklat Corong
Spesifikasi : Batang silindris, tegak, kasar, terdapat bekas-bekas percabangan,
Holdfast berupa cakram kecil dengan terdapat perakaran yang berkspansi radial.
Percabangan berputar sekeliling batang utama. Daun merupakan kesatuan yang
terdiri dari tangkai dan lembaran.
Sebaran : Umumnya terdapat di daerah rataan terumbu, menempel pada batu.
Tersebar luas di perairan Indonesia.
Potensi : Algae ini mengandung alginat dan iodin. Potensi eksport ke Jepang.
9) Peranan Ganggang Coklat (Phaeophyta)

Adapun peranan ganggang coklat dalam kehidupan yaitu:


a. Ganggang coklat dapat dimanfaatkan dalam industri makanan
b. Phaeophyta sebagai sumber alginat banyak dimanfaatkan dalam dunia
industri tekstil untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas bahan
industri,

kalsium

alginat

digunakan

dalam

pembuatan

obat-obatan

senyawa alginat juga banyak digunakan dalam produk susu dan makanan
yang dibekukan untuk mencegah pembentukan kristal es. Dalam industri
farmasi, alginat digunakan sebagai bahan pembuat bahan biomaterial
untuk teknik pengobatan.
c. Dapat digunakan sebagai pupuk organik karena mengandung bahanbahan mineral seprti potasium dan hormon seperti auxin dan sylokinin
yang

dapat

meningkatkan

daya

tumbuh

tanaman

untuk

tumbuh,

berbunga dan berbuah.


d. Macrocytis pyrifers menghasilkan iodine (unsur yang dapat digunakan
untuk mencegah penyakit gondok).
e. Laminaria sp., Fucus sp., Ascophylum sp. dapat menghasilkan asam
alginat. Alginat biasanya digunakan sebagai pengental pada produk
makanan (sirup, salad, keju, eskrim) serta pengentalan dalam industri
(lem, tekstil, kertas, tablet antibiotik, pasta gigi) dan pengentalan produk
kecantikan (lotion, krim wajah).
Macrocytis pryfers juga dibuat sebagai makanan suplemen untuk hewan
ternak karena kaya komponen Na, P, N, Ca.
f.

5.6.5 RHODOPHYTA (GANGGANG MERAH)

Gambar 14: Algae merah


Divisio ini sering disebut sebagai algae merah, karena pigmen fotosintetik
didominasi oleh fikoeritrin. Pigmen lain terdiri atas klorofil a, dan pada beberapa
jenis mempunyai klorofil d, fikosianin, karoten, dan beberapa xantofil. Bahan
cadangan makanan di dalam selnya berupa pati floridean, yaitu polisakarida
yang mirip amilopektin. Algae ini mempunyai dinding sel berupa selulosa, xylan,
dan galaktan. Alat gerak yang berupa flagela tidak ada. Umumnya algae merah
hidup di lautan, terutama di daerah tropis, beberapa spesies hidup di daerah

dingin. Adanya klorofil a, fikoeritrin dan fikosianin atau fikobilin merah,


menyebabkan algae ini dapat mengabsorpsi dengan baik sinar hijau, violet dan
biru yang dapat menembus air dalam. Jadi algae merahpun dapat tumbuh
sampai kedalaman lebih dari 175 meter di perairan. Algae merah kebanyakan
tumbuh menempel pada batuan dan substrat lain atau lagae lain, tetapi ada juga
yang hidup mengapung dengan bebas. Anggota dari algae ini yang sering
ditanam sebagai rumput laut adalah Navicula. Dinding selnya terdiri dua lapis,
lapisan bagian dalam kasar (rigid) dan menyerupai mikrofibril, sedangkan bagian
luar berbentuk lapisan mucilaginous. pada dinding selnya terdapat berbagai
macam bahan selain selulosa, yaitu polisakarida sulfat, agar dan karagenin. Pada
algae pembentuk koral, dapat mengumpulkan CaCO 3 di dalam dinding selnya.
Oleh karena hal tersebut jenis algae ini berperan penting dalam proses
pembentukan karang.
Rhodophyta (algae merah) umumnya warna merah karena adanya protein
fikobilin,terutama fikoeritrin, tetapi warnanya bervariasi mulai dari merah ke
coklat atau kadang-kadang hijau karena jumlahnya pada setiap pigmen. Dinding
sel terdiri dari sellulosa dan gabungan pektik, seperti agar-agar, karaginan dan
fursellarin. Hasil makanan cadangannya adalah karbohidrat yang kemerahmerahan. Ada perkapuran di beberapa tempat pada beberapa jenis. Jenis dari
divisi ini umumnya makroskopis, filamen, sipon, atau bentuk thallus, beberapa
dari

mereka

bentuknya

seperti

lumut.

Rhodophyta (ganggang merah)


Umumnya hidup di laut dan beberapa jenis di air tawar, mengandung
pigmen
Tubuh

klorofi
bersel

Reproduksi

a,
banyak

klorofil

d,

karoten,

menyerupai

vegetatif

benang

a. Batrachospermum sp.
b. Gelidium

sp.

Eucheuma

d.

Gracililaria

e.

Chondrus

f.

Porphyra

g.

Polysiphonia

atau

dengan

Contoh

c.

fikoeritrin,

fikosianin.

lembaran.
spora.

sp.
sp.
sp.
sp.
sp.

h. Nemalion sp.
Ganggang merah berwarna merah sampai ungu, tetapi ada juga yang
lembayung atau pirang atau kemerah merahan, chromatofora berbentuk
cakram atau lemabaran dan mengandung klorofil a, klorofil b dan karoteboid.

Akan tetapi, warna lain tertutup oleh warna merah fpikoiretrin sebagai pigmen
utama yang mengadakan fluoresensi
a)

Ciri
1.

Bentuknya

2.
3.

berupa

Thalus
helaian

atau

Tidak
Selnya

terdiri

dari

berbentuk

seperti

pohon.

berflagella.
komponen

yang

berlapis

lapis.

4. Mempunyai pigmen fotosintetik fikobilin, memiliki pirenoid yang terletak


didalam koroplas, pirenoid berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan
atau hasil asimilasi.
b) Cara hidup
Ganggang merah umumnya bersifat autotrof, ada juga yang heterotrof,
yaitu yang tidak memiliki kromatofora dan biasanya parasit pada ganggang lain.
c) Habitat
Umumnya hidup di laut yang dalam dari pada tempat hidup ganggang
coklat. Hidup diperairan tawar.
d) Reproduksi
Bereproduksi secara seksual dengan pembentukan dua ateridium pada
ujung ujung cabang talus. Arteridium menghasilakn gamet jantang yang
berupa spermatium dan betinanya karpogamium terdapat pada ujung cabang
lainnya.
Reproduksi aseksual terjadi dengan pembentukan tetraspora kemudian
menjadi gametania jantan dan gametania betina, akan membentuk satu
karkospofrafit. Karkosporafit akan menghasil tentranspora. Contoh anggota
ganggang merah antara lain: porallina, parmalia, bateracospermum moniniformi,
gelidium, gracilaria,eucheuma, dan skinaia furkellata.
e) Peran ganggang merah pada kehidupan.
Manfaatnya antara lain sebagai bahan makanan dan kosmetik.misalnya
eucheuma spinosum , selain itu juga dipakai untuk mengeraskan atau
memadatkan media pertumbuhan bakteri.
Berwarna merah sampai ungu, kromotofora berbentuk cakram atau
sesuatu lembaran, sebagai hasil asimilasi terdapat sejenis karbohidrat yang
disebut tepung floride, hidupnya diair laut, da berkembang biak secara aseksual,
yaitu dengan pembentuka spora dan seksual atau oogami.
Sebaran alga atau rumput laut diindnesia ada beberapa jenis yaitu rumput
laut penghasil agar-agar (agarophyte) diantaranya adalah

Gracillaria sp.,

Gelidium sp., Gelediupsis sp., Hypnea sp., dan rumput laut penghasil keraginan
yaitu spinosum, Euchema catini dan Eucheuma striatum. Selain itu juga rumput
laut penghasil algin yaitu Sargasum sp., Marcocystis sp., dan Lessonia sp.

Klasifikasi

dari

alga

merah

Divisio

Classsis

Gigartinales

Genus

berikut

Rhodophyceae
:

Familia

sebagai

Rhodophycophyta

Ordo

Species

ini

Gracilariaceae
:

Gracilaria

: Gracilaria sp

Fitoplankton disebut juga plankton nabati, adalah mahluk hidup


mikroskopik berpigmen yang hidupnya mengapung atau melayang di perairan,
baik tawar ataupun air asin. Yang termasuk kedalam fitoplankton adalah
golongan Protista mirip tumbuhan atau banyak yang menyebutnya alga serta
golongan Cyanophyta. Ukurannya sangat kecil sehingga hanya jenis fitoplankton
tertentu yang dapat dilihat oleh mata telanjang. Umumnya fitoplankton
berukuran 2 200 m (1 m = 0,001mm). Fitoplankton umumnya berupa
individu bersel tunggal, tetapi juga ada yang berbentuk rantai (Hutabarat, 1986)
.
Alga yang masuk kategori plankton dapat berupa Alga uniseluler (contoh
Chlorococcus sp), koloni (Volvox sp), serta benang (filamen) (contoh Spyrogyra
sp). Alga tidak memiliki akar, batang dan daun sejati. Tubuh seperti ini
dinamakan talus. Itulah sebabnya alga tidak dapat digolongkan sebagai
tumbuhan (plantae).
Selain itu, fitoplankton memiliki ciri khusus yang dapat digunakan untuk
membedakan antara zooplankton dan fitoplankton, yaitu pigmen warna. Di
dalam sel alga terdapat berbagai plastida yaitu organel sel yang mengandung
zat warna (pigmen). Plastida yang terdapat pada alga terutama kloroplas
mengandung pigmen klorofil yang berperan penting dalam proses fotosintesis.
Sehingga alga bersifat autrotof karena dapat menyusun sendiri makanannya
berupa zat organik dan zat-zat anorganik.

Berdasarkan pigmentasi alga yang termasuk ke dalam plangton adalah sebagai


berikut:
a.

Chlorophyta

(alga

hijau)

Chlorella.sp

Merupakan kelompok alga yang paling beragam karena ada yang bersel
tunggal, koloni dan bersel banyak. Pigmen yang dimilikinya adalah klorofil yang
mengandung karoten. Banyak terdapat di danau, kolam tetapi sebagian ada juga
yang hidup di laut. Beberapa contoh alga hijau yang sering Anda jumpai di kolam
sekitarmu antara lain:
1)

Chlorophyta bersel tunggal tidak bergerak

a)

Chlorella

Organisme ini banyak ditemukan sebagai plankton air tawar. Ukuran tubuh
mikroskopis, bentuk bulat, berkembangbiak dengan pembelahan sel. Peranannya
bagi kehidupan manusia antara lain, digunakan dalam penyelidikan metabolisme
di laboratorium. Juga dimanfaatkan sebagai bahan untuk obat-obatan, bahan
kosmetik dan bahan makanan. Serbuk Chlorella dalam industri obat-obatan
dimasukkan dalam kapsul dan dijual sebagai suplemen makanan dikenal dengan
Sun Chlorella. Pengembangannya saat ini di kolam-kolam (contohnya di
Pasuruan)

b)

Chlorococcum

Tubuh bersel satu, tempat hidup air tawar, bentuk bulat telur, setiap sel
memiliki satu kloroplas bentuk mangkuk. Reproduksi dengan membentuk
zoospora (secara aseksual)
2)

Chlorophyta bersel tunggal dapat bergerak

a)

Chlamidomonas

Bentuk sel bulat telur, memiliki 2 flagel sebagai alat gerak, terdapat 1
vacuola, satu nukleus dan kloroplas. Pada kloroplas yang bentuknya seperti
mangkuk

terdapat

stigma

(bintik

mata)

dan

pirenoid

sebagai

tempat

pembentukan zat tepung.


Reproduksi aseksual dengan membentuk zoospora dan reproduksi seksual
dengan konjugasi (perhatikan gambar berikut ini).
3)

Chlorophyta berbentuk koloni tidak bergerak

Contohnya ialah Hydrodictyon banyak ditemukan di dalam air tawar dan


koloninya berbentuk seperti jala. Ukuran cukup besar sehingga dapat dilihat
dengan mata telanjang. Reproduksi vegetatif dengan zoospora dan fragmentasi.
Fragmentasi dilakukan dengan cara melepas sebagian koloninya dan membentuk
koloni baru. Sedangkan reproduksi generatif dengan konjugasi.
4)

Chlorophyta berbentuk koloni dapat bergerak

Volvox merupakan contoh alga ini yang dapat ditemukan di air tawar.
Koloni berbentuk bola jumlah antara 500 - 5000 buah. Tiap sel memiliki 2 flagel
dan sebuah bintik mata. Reproduksi aseksual dengan fragmentasi dan seksual
dengan konjugasi sel-sel gamet.
5)

Chlorophyta berbentuk benang

Contoh dari ganggang ini adalah Spyrogyra. Ganggang ini didapatkan di


sekitar kita yaitu di perairan. Bentuk tubuh seperti benang, dalam tiap sel
terdapat kloroplas berbentuk spiral dan sebuah inti. Reproduksi vegetatif dengan
fragmentasi, sedangkan reproduksi seksual dengan konjugasi.
Selain itu contoh lain adalah Oedogonium. Ganggang ini berbentuk
benang, ditemukan di air tawar dan melekat di dasar perairan. Reproduksi

vegetatif dilakukan oleh setiap sel menghasilkan sebuah zoospora yang


berflagela banyak. Reproduksi generatif adalah salah satu benang membentuk
alat kelamin jantan (antiridium) dan menghasilkan gamet jantan (spermatozoid).
Pada benang yang lain membentuk alat kelamin betina yang disebut Oogonium
b.

Chrysophyta

(ganggang

keemasan)

Ephitemia zebra sebagai contoh dari diatome


Ganggang keemasan (chrysophyta) merupakan alga yang hidup di air
tawar dan ada yang hidup di air laut. Tubuh ada yang bersel satu dan ada yang
bersel banyak. Alga ini digolongkan ke dalam 3 kelas, yaitu:
1)

Kelas alga Hijau-Kuning (Xanthophyceae)

Alga ini memiliki klorofil (pigmen hijau) dan xantofil (pigmen kuning)
karena itu warnanya hijau kekuning-kuningan. Contoh: Vaucheria. Vaucheria
tersusun atas banyak sel yang berbentuk benang, bercabang tapi tidak bersekat.
Filamen mempunyai banyak inti dan disebut Coenocytic.
Berkembangbiak secara seksual yaitu dengan oogami artinya terjadi
peleburan

spermatozoid

yang

dihasilkan

anteridium

dengan

ovum

yang

dihasilkan oogonium membentuk zigot. Zigot tumbuh menjadi filamen baru.


2)

Kelas alga keemasan (Chrysophyceae)

Alga ini memiliki pigmen keemasan (karoten) dan klorofil. Tubuh ada yang
bersel satu, contohnya Ochromonas dan bentuk koloni, contohnya Synura.
3)

Kelas Diatom (Bacillariophyceae)

Diatom banyak ditemukan dipermukaan tanah basah misal, sawah, got


atau parit. Tanah yang mengandung diatom berwarna kuning keemasan. Tubuh
ada yang uniseluler dan koloni. Dinding sel tersusun atas dua belahan yaitu
kotak (hipoteca) dan tutup (epiteca). Reproduksi secara aseksual yaitu dengan
cara membelah diri.
Contohnya: Navicula, Pannularia dan Cyclotella.
c.

Alga

Api

(Pyrrhophyta)

Peridinium sp.

Alga yang termasuk alga api ini disebut Dino Flagellata, tubuh tersusun
atas satu sel memiliki dinding sel dan dapat bergerak aktif. Ciri yang utama
bahwa di sebelah luar terdapat celah dan alur, masing-masing mengandung satu
flagel. Alga api berkembangbiak dengan membelah diri, kebanyakan hidup di
laut dan sebagian kecil hidup di air tawar.
Contohnya adalah Perodinium sp. Alga api yang hidup di laut memiliki sifat
fosforesensi

d. Euglenophyta

yaitu

memiliki

fosfor

yang

memancarkan

cahaya

Euglena viridis

Euglenophyta adalah organisme bersel satu yang mirip hewan karena


tidak berdinding sel dan mempunyai alat gerak berupa flagel sehingga dapat
bergerak

bebas.

Mirip

tumbuhan

karena

memiliki

klorofil

dan

mampu

berfotosintesis. Hidup di air tawar, dalam tanah dan tempat lembab, contohnya:
Euglena.
Euglena terdapat di air tawar, misal di sawah. Bentuk tubuh sel oval
memanjang, pada mulut sel terdapat cambuk atau flagel dan digunakan untuk
bergerak. Dekat mulut terdapat bintik mata (stigma) yang gunanya untuk
membedakan gelap dan terang. Di dalam sitoplasmanya terdapat butir kloroplas
yang berisi klorofil. Oleh karena itu Euglena berwarna hijau. Contohnya Euglena
viridis.
Euglena dapat membuat makanan sendiri dengan cara fotosintesis dan
juga dapat memakan zat-zat organik. Karena Euglena mampu melakukan
fotosintesis maka dikatakan hidup secara fotoautotrof. Di samping itu dikatakan
juga sebagai heterotrof karena memakan bahan organik yang tersedia. Cara
berkembang biak yaitu dengan membelah diri yang disebut pembelahan biner.

e. Cyanophyta (alga hijau-biru)

Oschillatoria sp.

Crhooccocus sp.

Ganggang hijau biru adalah organisme prokariotik dan karenanya tidak


terikat membran organel. Lebih erat kaitannya dengan bakteri daripada algae
lain, mereka sering disebut sebagai cyanobacteria. Mereka terjadi di laut, air
tawar dan habitat darat. Cyanophyta merupakan komponen penting dalam siklus
nitrogen dan produsen.
Cyanophyta [dalam bahasa Yunani, siano = biru-hijau, dan myx = lendir]:
ini terjadi di uniseluler, berserabut, dan bentuk-bentuk kolonial, dan sebagian
besar tertutup dalam sarung mucilaginous baik secara perorangan maupun di
koloni.

Sebagian

Chroococcaceae

besar

dari

keluarga

biru-hijau

coccoid

planktonic

(misalnya,

terdiri

Anacystis

dari
=

anggota

Microcystis,

Gomphosphaeria = Coelosphaerium, dan Coccochloris) dan keluarga berserabut


Oscillatoriaceae,

Nostocaceae,

dan

Rivulariaceae

(misalnya,

Oscillatoria,

Lyngbya, Aphanizomenon [3 -- 6 m], Anabaena)


Cyanobacteria

ditemukan

di

hampir

semua

habitat

yang

bisa

dibayangkan, dari samudera ke air tawar ke batu sampai tanah. Mereka bisa
bersel tunggal atau koloni. Koloni dapat membentuk filamen ataupun lembaran.
Cyanobacteria termasuk uniselular, koloni, dan bentuk filamen. Beberapa koloni
filamen memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi tiga tipe sel yang
berbeda: sel vegetatif adalah yang normal, sel fotosintesis pada kondisi
lingkungan yang baik, dan tipe heterokista yang berdinding tebal yang
mengandung enzim nitrogenase. Setiap individu sel umumnya memiliki dinding
sel yang tebal, lentur, dan Gram negatif. Cyanobacteria tidak memiliki flagela.
Mereka

bergerak

dengan

meluncur

sepanjang

permukaan.

Kebanyakan

cyanobacteria ditemukan di air tawar, sedangkan lainnya tinggal di lautan,


terdapat di tanah lembab, atau bahkan kadang-kadang melembabkan batuan di

gurun. Beberapa bersimbiosis dengan lumut kerak, tumbuhan, berbagai jenis


protista, atau spons dan menyediakan energi bagi inang.

1. Actinastrum hantzschii

Actinastrum hantzschii ( Perbesaran: 100X )


(Sumber : dokumen pribadi)

Klasifikasi
Divisi

: Chlorophyta

Class

: Chlorophyceae

Ordo

: Chlorococcales

Famili

: Scenedesmaceae

Genus

: Actinastrum

Speseies : Actinastrum hantzschii

(Toshihiko Wizuno, 1970)

Ciri-ciri:

sel dan koloni tanpa selabung gelatin yang mencolok

sel memanjang membentuk koloni 4,8, atau 16 memancar dari pusat

tubuh sel berbentuk silinder atau dalam bentuk gelondong panjang

tersusun secara radial dengan menempel satu sisi ke sisi lain

(Charles C. Davies, 1955)

2. Navicula laterostrata

Navicula laterostrata ( Perbesaran: 100X )


(Sumber : dokumen pribadi)

Klasifikasi
Division: Chrysophyta
Class

: Bacillariophyceae

Ordo

: Pennales

Famili

: Naviculaceae

Genus : Navicula

Species : Navicula laterostrata


(Toshihiko Wizuno, 1970)

Ciri-ciri:

bentuk memenjang simetri bilateral

kedua ujung mengecil dan menbulat

ukuran sedang dengan bagian tengan membuncit

(Charles C. Davies, 1955)

3. Pediastrum biwae

Pediastrum biwae (perbesaran 100x)


( Sumber : dokumen pribadi)

Klasifikasi
Division: Chlorophyta
Class : Chlorophyceae
Ordo

: Chlorococcales

Famili

: Hidrodictyaceae

Genus : Pediastrum

Species : Pediastrum biwae


(Toshihiko Wizuno, 1970)

Ciri-ciri

sel dan koloni tanpa selabung gelatin yang mencolok

sel membentuk seperti piring datar melingkar

sel tubuh dalam bentuk poligonal, dengan tanduk menyerupai tonjolan

(Charles C. Davies, 1955)

4. Scenedesmus ellipsoideus

Scenedesmus ellipsoideus (perbesaran 100X)


(Sumber : dokumen pribadi)

Klasifikasi
Divisi

: Chlorophyta

Class

: Chlorophyceae

Order

: Chlorococcales

Family

: Scenedesmaceae

Genus

: Scenedesmus

Spesies

: Scenedesmus ellipsoideus

(Toshihiko Wizuno, 1970)

Ciri-ciri

berwarna hijau terang

kosmopolitan (air tawar, payau, asin)

dinding sel terbuat dari selulosa atau polimer xylosa atau mannosa atau
hemiselulosa

memiliki flagela dapat bergerak sedikit

bentuk flagel isokontae

jumlah dan letak sangat bervariasi (apikal, subapikal, lateral)

5. Crhoococcus dispersus

Crhoococcus dispersus (perbesaran 100x)


(sumber : dokumen pribadi)

Klasifikasi
Division: Cyanophyta
Class : Cyanophytaceae
Ordo
: Chroococcales
Famili : Chroococcaceae
Genus : Crhoococcus

Species : Crhoococcus dispersus


(Toshihiko Wizuno, 1970)
Ciri-ciri

terdiri dari satu sel atau koloni yang relatif kecil

sel sebagian besar semi bulat

memiliki selubung yang biasanya terlihat jelas

6. Synedra flugens

Synedra flugens (perbesaran 100X)


(sumber : dokumen pribadi)

Klasifikasi
Division

: Ochrophyta

Class

: Fragilariophyceae

Order

: Fragilariales

Family

: Fragilariaceae

Genus

: Synedra

Species

: Synedra flugens

Ciri-ciri

berbentuk memanjang seperti jarum

Bisa hidup secara individu ataupun koloni

jika berkoloni, akan berkumpul pada satu titik digumpalan lendir yang
dikeluarkan dari pori-porinya

spesies tertentu memiliki 2 tanduk pendek atau duri yang menonjol tepat
diatas katup pori-pori

hidup di air tawar seperti danau atau waduk

7. Pinnularia braunii

Pinnularia braunii (perbesaran 100X)


(Sumber : dokumen pribadi)
Klasifikasi

Division

: Ochrophyta

Class

: Bacillariophyceae

Order

: Naviculales

Family

: Pinnulariaceae

Genus

: Pinnularia

Species

: Pinnularia braunii

Ciri-ciri

Pinnularia termasuk organisme uniseluler.

Dinding sel tersusun atas zat pectic pada kerangka silika yang kaku.

Dinding mereka terdiri dari dua bagian yang disebut katup (hipoteka dan
epiteka)

terdapat dua kloroplas hadir di sepanjang sisi sel, dan mengandung


klorofil a, c, beta-karoten dan fucoxanthin pigmen.

8. Gomphonema olivaceum

Gomphonema olivaceum (perbesaran 100x)


(Sumber : dokumen pribadi)

Klasifikasi

Division

: Ochrophyta

Class

; Bacillariophyceae

Order

: Cymbellales

Family

: Gomphonemataceae

Genus
Species

Ciri-ciri

: Gomphonema
: Gomphonema olivaceum

Sel berbentuk baji dalam tampilan korset dengan pseudosepta terlihat

9. Eucoconeis

sp

Eucoconeis sp (perbesaran 100X)


(Sumber : Dokumen pribadi)

Klasifikasi
Division

: Ochrophyta

Class

: Bacillariophyceae

Order

: Achnanthales

Family

: Achnanthidiaceae

Genus

: Eucoconeis

Species

: Eucoconeis sp

Ciri-ciri

Hidup soliter
terdapat satu kloroplas ditengah
Sel berbentuk elips, terdapat garis dengan tiang bulat atau bercotok dan
mantel yang relatif dalam.

10. Nitzschia scalaris

Nitzschia scalaris (perbesaran 100X)


(sumber : dokumen pribadi)
Klasifikasi

Division

: Ochrophyta

Class

: Bacillariophyceae

Order

: Bacillariales

Family

: Bacillariaceae

Genus

: Nitzschia

Species

: Nitzschia scalaris

Ciri-ciri

Berbentuk seperti baling-baling

Dapat menghasilkan jesenis racun saraf yang dikenal dengan domoic

Memiliki toleransi tinggi terhadap salinitas

11. Nitzschia capitalia

Nitzschia capitalia (perbesaran 100X)


(sumber : dokumen pribadi)
Klasifikasi
Division

: Ochrophyta

Class

: Bacillariophyceae

Order

: Bacillariales

Family

: Bacillariaceae

Genus

: Nitzschia

Species

: Nitzschia capitalia

ciri-ciri

Sel soliter

Katup bilateral simetris

12. Ephitemia zebra

Ephitemia zebra (perbesaran 100X)


(sumber : dokumen pribadi)
Klasifikasi
Division

: Ochrophyta

Class

: Bacillariophyceae

Order

: Rhopalodiales

Family

: Rhopalodiaceae

Genus

: Ephitemia

Species

: Ephitemia zebra

13. Mastogonia smithii

Mastogonia smithii (perbesaran 100X)

(sumber : dokumen pribadi)


Klasifikasi
Division

: Ochrophyta

Class

: Bacillariophyceae

Order

:Pennales

Family

: Mastoginiceae

Genus

: Mastogonia

Species

: Mastogonia smithii

Ciri-ciri

Organisme uniseluler

bersifat kosmopolitan

Dinding sel tersusun atas silikat dan karbon

14. Asterionella sp

Asterionella sp (perbesaran 100x)


(sumber : dokumen pribadi)
Klasifikasi
Division

: Ochrophyta

Class

: Bacillariophyceae

Order

:Pennales

Family

: Asterionellaceae

Genus

: Asterionella

Species

: Asterionella sp

ciri- ciri

dapat berfotosintesis

berbentuk lingkaran menyerupai bintang

15. Achantes brevipes

Achantes brevipes (perbesaran 100x)


(Sumber : dokumen pribadi)
Klasifikasi

Division

: Ochrophyta

Class

: Bacillariophyceae

Order

: Achnanthales

Family

: Achnanthidiaceae

Genus

: Achantes

Species

: Achantes brevipes

Ciri-ciri

Sel yang heterovalvar dan tertekuk


Hidup soliter (kadang-kadang membentuk rantai pendek)

16. Melosira italica

Melosira italica (perbesaran 100X)


(sumber : dokumen pribadi)
Klasifikasi

Division

: Ochrophyta

Class

: Bacillariophyceae

Order

: Coscinodiscophycidae

Family

: Melosirales

Genus

: Melosira

Species

: Melosira italica

ciri-ciri

Sel berbentuk silinder

Katup datar dan ditutupi dengan duri kecil atau butiran.

Diameter katup 4-24 m dan ketinggian mantel adalah 9-20 m.

17. Meridion circulare

Meridion circulare
(Sumber : www.sharkan.net)

Klasifikasi

Division

: Ochrophyta

Class

: Bacillariophyceae

Order

: Fragilariales

Family

: Fragilariaceae

Genus

: Meridion

Species

: Meridion circulare

ciri-ciri

Sel berbentuk seperti pemukul bola (katup linear-clavate),

Jika bergabung akan membentuk


(westerndiatoms.colorado.edu)

koloni

yang

berbentuk

kipas.

18. Neidium

affine

Neidium affine (perbesaran 100x)


(Sumber : dokumen pribadi)
Klasifikasi

Division

: Ochrophyta

Class

: Bacillariophyceae

Order

: Naviculales

Family

: Neidiaceae

Genus

: Neidium

Species

Neidium

affine

Ciri-ciri :

Katup
linear
elips,
dengan
(Sumber :craticula.ncl.ac.uk)

19. Amphora sp
1.
Klasifikasi:
Kingdom : Protista
Divisio

: Bacillariophyta

panjang

82-110

m.

Kelas

: Bacillariophyceae

Ordo

: thalassiophysales

Famili

: Catenulaceae

Genus : Amphora
Spesies

: Amphora sp.

20. Tabellaria binalis


1.
Klasifikasi:
Kingdom : Protista
Divisio

: Bacillariophyta

Kelas

: Bacillariophyceae

Ordo

: Pennales

Famili

: Diatomaceae

Genus : Tabellaria
Spesies

: Tabellaria binalis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Di dalam suatu perairan terdapat berbagai jenis organisme. Salah satu diantaranya
adalah plankton. Plankton merupakan organisme yang hidupnya melayang-layang di perairan.
Plankton terdiri dari organisme-organisme yang berukuran kecil (mikroskopik) yang
jumlahnya sangat banyak dan mereka ini tidak cukup kuat untuk menahan gerakan air yang
begitu besar. Terdapat dua jenis golongan plankton, yaitu dari golongan binatang
(zooplankton) dan golongan tumbuh-tumbuhan (fitoplankton). Banyak di antara golongan
hewan ini yang merupakan golongan perenang aktif walaupun demikian merekatetap
terombang-ambing oleh arus lautan.Dalam ekosistem laut plankton, baik fitoplankton
maupun zooplankton mempunyai peranan penting karena plankton menjadi bahan makanan
bagi berbagai jenis hewan lautlainnya. Selain itu hampir semua hewan laut memulai
kehidupannya sebagai planktonterutama pada tahap masih berupa telur dan larva.
Fitoplankton di perairan mempunyai peran yang sama pentingnya dengan tumbuhan tingkat
tinggi di darat sebagai produsen primer penghasil nutrisi yang sangat diperlukan oleh
konsumen-konsumen lain dalamrantai makanan. Sedangkan zooplankton dapat dikonsumsi
oleh manusia sebagai bahanmakanan yang banyak mengandung asam amino esensial,

mineral, vitamin, serta lemak dan karbohidrat. Ada sekitar 20 jenis zooplankton yang secara
komersial ditangkap untuk berbagai macam pemanfaatan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah menambah kemampuan mahasiswa untuk menghitung luas
bidang pandang, untuk membudidayakan fitoplankton, mengetahui ruang lingkup kegiatan
kultur fitoplankton (Scenedesmus sp.), mengetahui permasalahan dalam kultur Scenedesmus
sp.
1.3 Manfaat Praktikum
- Dapat membudidayakan plankton dengan cara yang benar.
- Dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat memicu pertumbuhan dan kematian
plankton.
- Menambah pemahaman mahasiswa tentang kultur plankton.
- Menambah ketrampilan mahasiswa terutama dalam mengkultur plankton dan pengambilan
sampel plankton.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Kultur
Kultur merupakan suatu proses pembiakan organisme perairan dari mulai proses
produksi, penanganan hasil sampai pemasaran (Wheaton, 1977).
Kultur merupakan upaya produksi biota atau organisme perairan melalui penerapan teknik
domestikasi (membuat kondisi lingkungan yang mirip dengan habitat asli organisme yang
dibudidayakan), penumbuhan hingga pengelolaan usaha yang berorientasi ekonomi (Bardach,
dkk., 1972).
Kultur merupakan proses pengaturan dan perbaikan organisme akuatik untuk kepentingan
konsumsi manusia (Websters Dictionary, 1990)
2.2 Definisi Scenedesmus sp.
Scenedesmus sp. merupakan kelompok mikroalga dan yang paling beragam karena ada yang
bersel tunggal, koloni dan bersel banyak. warna hijau dari klorofil a dan b yang sama dalam
proporsi sebagai 'tinggi' tanaman serta c klorofil tetapi dilaporkan terdapat di beberapa
prasinophyceae; U-karoten, dan berbagai karakteristik xanthophylls. Hasil asimilasi berupa
amilum yang tersusun dalam kloroplas, kloroplasnya beraneka bentuk dan ukurannya, ada
yang seperti mangkok, seperti busa, seperti jala, dan seperti bintang, penyusunnya sama
seperti pada tumbuhan tingkat tinggi yaitu amilase dan amilopektin.
Scenedesmus sp. yang hidup di air tawar memiliki sifat kosmopolit, terutama yang hidup di
tempat yang terkena cahaya matahari langsung seperti kolam, danau dan genangan air hujan,
sungai atau selokan.
Scenedesmus sp. merupakan mikroalga yang bersifat kosmopolit. Sebagian besar
Scenedesmus dapat hidup di lingkungan akuatik seperti perairan tawar dan payau.
Scenedesmus juga ditemukan di tanah atau tempat yang lembab. Sel Scenedesmus berbentuk
silindris dan umumnya membentuk koloni. Koloni Scenedesmus terdiri dari 2, 4, 8, atau 16

sel tersusun secara lateral. Ukuran sel bervariasi, panjang sekitar 8--20 m dan lebar sekitar
3--9 m. Struktur sel Scenedesmus sederhana. Sel Scenedesmus sp. diselubungi oleh dinding
yang tersusun atas tiga lapisan, yaitu lapisan dalam yang merupakan lapisan selulosa, lapisan
tengah merupakan lapisan tipis yang strukturnya seperti membran, dan lapisan luar, yang
menyelubungi sel dalam koloni. Lapisan luar berupa lapisan seperti jaring yang tersusun atas
pektin dan dilengkapi oleh bristles.
Scenedesmus sp. dapat dibagi menjadi 10 divisi dan 8 divisi algae merupakan bentuk
unicellulair. Dari 8 divisi algae, 6 divisi telah digunakan untuk keperluan budidaya perikanan
sebagai pakan alami. Setiap divisi mempunyai karakteristik yang ikut memberikan andil pada
kelompoknya, tetapi spesies-spesiesnya cukup memberikan perbedaan-perbedaan dari
lainnya. Ada 4 karakteristik yang digunakan untuk membedakan divisi mikro algae yaitu ;
tipe jaringan sel, ada tidaknya flagella, tipe komponen fotosintesa, dan jenis pigmen sel.
Selain itu morfologi sel dan bagaimana sifat sel yang menempel berbentuk koloni / filamen
adalah merupakan informasi penting didalam membedakan masing-masing group.
scenedesmus termasuk dalam kelas Chlorophyceae dan family Scenedesmaceae.
2.3 Klasifikasi Scenedesmus sp
Gambar 1. Scenedesmus sp.
Sumber: Copyright Protist Information Server 1995-2012
Kingdom : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Cholococcales
Famili : Scenedesmaceae
Genus : Scenedesmus
Species : Scenedesmus dimorphus
2.4 Habitat Scenedesmus sp.
Scenedesmus sp. biasanya hidup di air tawar, air laut, air payau, tanah tanah yang
basah , ada pula yang hidup di tempat tempat kering. Pada umumnya melekat pada batuan,
dan seringkali muncul kepermukaan apabila air surut, merupakan suatu penyusun plankton
atau sebagai bentos. Yang bersel besar ada yang hidup di air laut, terutama dekat pantai. Ada
jenis chlorophyceae yang hidup pada tanah-tanah yang basah. Bahkan diantaranya ada yang
tahan akan kekeringan. Sebagian lainnya hidup bersimbiosis dengan lichenes, dan ada yang
intraseluler pada binatang rendah. Sebagian yang hidup di laut merupakan makroalga seperti
Ulvales dan siphonales.
2.5 Reproduksi Scenedesmus sp.
Scenedesmus sp. dapat melakukan reproduksi aseksual maupun seksual. Reproduksi
aseksual terjadi melalui pembentukan autokoloni, yaitu setiap sel induk membentuk koloni
anakan yang dilepaskan melalui sel induk yang pecah terlebih dahulu. Beberapa spesies
Scenedesmus dapat melakukan reproduksi seksual dengan pembentukan zoospora biflagel
dan isogami.
Karbohidrat, protein, dan lemak bila diuraikan menjadi monomer-monomer penyusunnya,
pada akhirnya akan menjadi asetil KoA. Selanjutnya, asetil KoA masuk ke dalam siklus
Krebs, dilanjutkan dengan rantai transpor elektron yang akan menghasilkan ATP. Energi yang
terkandung dalam ATP tersebut digunakan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel

Scenedesmus.
2.6 Kegunaan Scenedesmus sp.
Scenedesmus sp. berperan sebagai produsen dalam ekosistem. Berbagai jenis alga yang
hidup bebas di air terutama yang tubuhnya bersel satu dan dapat bergerak aktif merupakan
penyusun pitoplankton. Sebagian fitolankton adalah alga hijau, pigmen klorofil yang
dimilikinya aktif melakukan fotosintesis sehingga alga hijau merupakan produsen utama
dalam ekosistem perairan. Peranan Scenedesmus sp. bagi kehidupan manusia antara lain,
digunakan dalam penyelidikan metabolisme di laboratorium. Juga dimanfaatkan sebagai
bahan untuk obat-obatan, bahan kosmetik dan bahan makanan.
Scenedesmus sp. mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, yaitu: Produsen
primer (penyedia oksigen), Sebagai alternatif bahan pangan bagi astronot, terutama spesies
chlorella (karena kandungan chlorelinnya banyak mengandung vitamin E), Sumber pakan
alami bagi ikan dan organism air lain (terutama benih), Beberapa diantaranya dibudidayakan
sebagai sumber pakan dip anti pembenihan ikan, contoh: chlorella, dunaliella, tetraselmis,
dan scenedesmus. Jenis tertentu dimanfatkan sebagai suplemen makanan bagi manusia dan
sebagai pengawet makanan, Twtraselmis dan chlorella dikenal sebagai probiotik.

BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktikum
Tempat : Laboratorium Gedung Dekanat Lantai 1 FPIK
Waktu : Hari Senin
Tanggal : 2 April 2012
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat yang Digunakan
- Mikroskop
- Tabung ukur
- Cover glass
- Pipet tetes
- Toples + tutup
- Aerasi
- Selang plastik, untuk memberikan saluran aerasi
- Lampu neon
- Haemacytometer
- Hand counter
- Plankton net
3.2.2 Bahan yang Digunakan
- Bibit scenedesmus sp.
- Aquades

- Pupuk organik cair


3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Persiapkan Alat dan Bahan
1. Menyiapkan toples+tutupnya
2. Membersihkan toples+tutupnya
3. Cuci toples dan tutupnya dengan air kemudian di beri alkohol
4. Setelah toples+tutup bersih siapkan aquades yang akan di masukkan ke dalam toples
sebanyak 1000 ml (scenedesmus).
3.3.2 Perhitungan Kepadatan Stok Awal
Menghitung kepadatan stok awal dengan rumus:
- Rata- rata = A1+A2+A3+A4+A5/ 5
- Kepadatan Scenedesmus sp. stok awal (tanpa cahaya)
A1 = 9
A2 = 8
A3 = 10
A4 = 7
A5 = 2
Total = 36
- Kepadatan Scenedesmus sp. stok awal (menggunakan cahaya)
A1 = 5
A2 = 4
A3 = 6
A4 = 4
A5 = 2
Total = 21
3.3.3 Perhitungan Padat Tebar dan Volume Aquades
- Perhitungan padat tebar
- Di cari V2 dengan rumus : V1 x N1 = V2 x N2
Rata-rata x kotak (cover glass) yang digunakan x 104
- Volume Aquades
Volume aquades yang digunakan untuk kultur Scenedesmus sp. adalah 1000 ml
3.3.4 Perhitungan Pengenceran/ Penambahan Aquades Sebagai Media Kultur
Menghitung jumlah air aquades yang akan di masukan dalam toples
Rumus: Volume aquades ( V2 + pupuk )
3.3.5 Pemupukan
Setelah aquades dimasukkan ke dalam toples sebanyak 940.9 ml, langkah ke dua adalah
memasukkan pupuk cair dengan dosis 3.5 ml/l ke dalam toples menggunakan tabung ukur.
2.3.6 Penebaran
Penebaran bibit Scenedesmus sp dilakukan setelah aquades dan pupuk cair dimasukkan. Bibit
Scenedesmus sp dimasukkan terlebih dahulu kedalam tabung ukur sebanyak 55.6 , setelah itu
bibit Scenedesmus sp dimasukkan kedalam toples yang berisi aquades dan pupuk cair.
2.3.7 Aerasi

Setelah aquades, pupuk cair dan Scenedesmus sp di masukkan kedalam toples, kemudian
pasangkan aerasi. Aerasi dimasukkan ke dalam tutup toples yang sudah di lubangi terlebih
dahulu. Setelah aerasi terpasang, tutup toples dan simpan toples di dekat lampu neon.
Aerasi yang diberikan bertujuan untuk suplai oksigen dan membantu penguapan gas-gas yang
tidak berguna, pengadukan untuk menekan pengendapan, memastikan seluruh bibit
Scenedesmus sp mendapatkan cahaya dan nutrient yang sama, mengurangi terjadinya
stratifikasi suhu, menambah pertukaran gas antara media dan udara. Aerasi diberikan terus
menerus, mulai penebaran bibit (inokulasi) sampai kegiatan kultur selesai.
3.4 Analisis Data
3.4.1 Perhitungan Kepadatan Scenedesmus sp.
- Kultur Scenedesmus sp 1 (tanpa lampu)
Hari pertama
Hari ke-1 Kepadatan Scenedesmus sp
individu/ml)
A1 A2 A3 A4 A5
Jumlah 14 10 12 22 3
Total =61
Hari ke dua
Hari ke-2 Kepadatan Scenedesmus sp
A1 A2 A3 A4 A5
Jumlah 11 7 4 5 2
Total =29
Hari ke tiga
Hari ke-3 Kepadatan Scenedesmus sp
A1 A2 A3 A4 A5
Jumlah 17 21 16 16 8
Total =78
Hari ke empat
Hari ke-4 Kepadatan Scenedesmus sp
A1 A2 A3 A4 A5
Jumlah 13 24 6 13 19
Total =74
- Kultur Scenedesmus sp 1 (menggunakan lampu)
Hari pertama
Hari ke-1 Kepadatan Scenedesmus sp
A1 A2 A3 A4 A5
Jumlah 9 17 11 12 11
Total =60
Hari ke dua
Hari ke-2 Kepadatan Scenedesmus sp
A1 A2 A3 A4 A5

Jumlah 12 17 13 17 12
Total =71
Hari ke tiga
Hari ke-3 Kepadatan Scenedesmus sp
A1 A2 A3 A4 A5
Jumlah 13 16 15 19 13
Total =76
Hari ke empat
Hari ke-4 Kepadatan Scenedesmus sp
A1 A2 A3 A4 A5
Jumlah 20 22 11 21 31
Total =105

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Data Perhitungan Kepadatan Scenedesmus sp.
Perhitungan padat tebar dan volume aquades
Di cari V2 dengan rumus : V1 x N1 = V2 x N2
Rata-rata x kotak (cover glass) yang digunakan x 104
(tanpa lampu)
36/5 x 25 x 104 = 1.800.000
1.000 x 100.000 = V2 x 1.800.000
100.000.000 = V2 x 1.800.000
V2 1.800.000 = 100.000.000
V2 = 100.000.000/1.800.000
V2 = 55.6
(menggunakan lampu)
21/5 x 25 x 104 = 1.050.000
1.000 x 100.000 = V2 X 1.050.000
100.000.000 = V2 X 1.050.000
V2 1.800.000 = 100.000.000
V2 = 100.000.000/1.800.000
V2 = 95.2 ml/l
- Volume Aquades
Volume aquades yang digunakan untuk kultur Scenedesmus sp. adalah 1000 ml
Menghitung jumlah air aquades yang akan di masukan dalam toples
Rumus: Volume aquades ( V2 + pupuk )
= 1000 (55.6 + 3.5 )
= 1000 59.1
= 940.9 ml/l (tanpa lampu)
Rumus: Volume aquades (V2 + pupuk)
= 1000 (95 + 3.5)
-

= 1000 98.5
= 901.5 ml/l (menggunakan lampu)
- Scenedesmus sp. yang di sentrifugasi adalah 1/2 tabung reaksi
Beratnya Scenedesmus sp. yang telah di sentrifugasi adalah 0.05 gram
- Tabel dan Grafik kultur Scenedesmus sp.
Hari ke- Total kepadatan Scenedesmus sp Kepadatan (x 104 individu/ml)
Scenedesmus sp
1 61 61/5 x 25 x 104 = 3.050.000
2 29 29/5 x 25 x 104 = 1.450.000
3 78 78/5 x 25 x 104 = 3.900.000
4 74 74/5 x 25 x 104 = 3.700.000
Total 332 indivudu/ml 12.100.000 individu/ml
Tabel Kultur Scenedesmus sp. (tanpa lampu)
Grafik kultur Scenedesmus sp. (tanpa lampu)
Hari ke- Total kepadatan Scenedesmus sp Kepadatan (x 104 individu/ml)
Scenedesmus sp
1 60 60/5 x 25 x 104 = 3.000.000
2 71 71/5 x 25 x 104 = 3.550.000
3 76 76/5 x 25 x 104 = 3.800.000
4 105 105/5 x 25 x 104 = 5.250.000
Total 312 individu/ml 15.600.000 individu/ml
Tabel Kultur Scenedesmus sp. (menggunakan lampu)
Grafik kultur Scenedesmus sp (menggunakan lampu)
- DATA KELOMPOK LAIN :
Kelompok 5
Kolom Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3
H-1 H-2 H-3 H-1 H-2 H-3 H-1 H-2 Panen
A1 9 2 4 11 2 4 8 6 11
A2 8 1 6 21 0 2 6 10 27
A3 10 2 2 10 8 9 6 4 24
A4 7 2 3 12 7 3 5 10 23
A5 2 4 5 14 6 6 10 3 24
Jumlah 36 11 20 68 23 24 35 33 109
Tabel Hasil Data Perhitungan Kepadatan Scenedesmus sp.
Grafik kultur Scenedesmus sp.
Kelompok 7
Hari ke- Total kepadatanScenedesmus sp Kepadatan (x 104 individu/ml)
Scenedesmus sp
1 43 43/5 x 25 x 104 =2.150.000
2 35 35/5 x 25 x 104 = 1.750.000
3 20 20/5 x 25 x 104 = 1.000.000
4 42 42/5 x 25 x 104 = 2.100.000

Total 198 indivudu/ml 7.000.000 individu/ml


Tabel Kultur Scenedesmus sp. (tanpa lampu)
Grafik kultur Scenedesmus sp.
Hari ke- Total kepadatanScenedesmus sp Kepadatan (x 104 individu/ml)
Scenedesmus sp
1 46 46/5 x 25 x 104 =2.300.000
2 35 35/5 x 25 x 104 = 1.750.000
3 21 21/5 x 25 x 104 = 1.050.000
4 44 44/5 x 25 x 104 = 2.200.000
5 108 108/5 x 25 x 104 = 5.400.000
Total 254 indivudu/ml 12.700.00 individu/ml
Tabel kultur Scenedesmus sp.
Grafik kultur Scenedesmus sp.
Kelompok 27
haemacytometer HARI 1 HARI 2 HARI 3 HARI 4
A1 4 8 6 3
A2 6 5 4 4
A3 10 9 5 4
A4 3 5 7 4
A5 8 6 5 5
JUMLAH 31 33 27 20
RATA-RATA 10,33333 11 9 6,666667
KEPADATAN 2583333 2750000 2250000 1666667
Data Scenedesmus sp. yang tidak menggunakan lampu ( gagal )
Kolom pada haemacytometer minggu ke 1 minggu ke 2 minggu panen
hari ke1 hari ke 2 hari ke 3 hari ke 4 hari ke 5 hari ke 6
A1 3 5 10 23 15 28
A2 0 7 8 7 21 17
A3 0 4 12 14 16 15
A4 0 3 9 16 28 30
A5 1 3 10 15 23 27
A 4 22 49 75 103 117
Rata rata 0,8 4,4 9,8 15 20,6 23,4
Kepadatan 200000 1100000 2450000 3750000 5150000 5850000
Hasil Data Perhitungan Kepadatan Scenedesmus sp.
( sampai tanggal 23 April 2012 (pupuk yang di gunakan 1,5 ml )
Grafik Hasil perhitungan scenedesmus per minggu
Kelompok 25
kepadatan Minggu ke 1 Minggu ke 2 Minggu ke 3 Minggu ke 4
Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3 Hari ke 4
A1 28 5 10 25 25 46 53

A2 8 10 15 22 17 38 72
A3 10 12 14 23 36 50 69
A4 7 8 10 20 37 52 74
A5 4 7 12 33 43 50 80
A rata-rata 6,4
= 6 8,4
= 8 12,2
= 12 24,6
= 25 31,6
= 32 47,2
= 47 69,6
= 70
kepadatan Minggu ke 1 Minggu ke 2 Minggu ke 3
Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3 Hari ke 4
A1 29 6 22 23 40 49
A2 18 4 31 30 35 33
A3 22 4 18 28 20 23
A4 22 4 21 25 32 39
A5 40 4 33 15 42 40
A rata-rata 26.2 4.4 25 24,2 33,8 36,8
Tabel hasil kultur Scenedesmus sp.
Grafik kultur Scenedesmus sp.
Perhitungan Kepadatan
Hari ke- 1 2 3 4 minggu ke-2
Rata-rata 26.2 4.4 25 24.2 33.8
Kepadatan 6550000 1100000 6250000 6050000 8450000
Tabel Hasil Perhitungan Kepadatan Scenedesmus sp.
Hari pengecekan Kepadatan
1 46,47
2 60,14
3 98,23
4 48,45
5 979
A 1232,29
Rata rata 246,258
Tabel kultur Scenedesmus sp.
Grafik kultur Scenedesmus sp.
Hasil Data Perhitungan Kepadatan Scenedesmus sp
Hari Ke - Jenis Kultur
Scenedesmus sp. Chlorella sp.
Kelompok

3 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 4 13 14 15 - 17 18 19 20
Kepadatan (x . 10 4 individu / ml)
1 180 55 70 185
17 200 320 35 390
2 55 70 110 300 41 315 345 265 130
3 100 95 135 162 280 4
- 352 5
- 203 6
7 340 245 538 100 305 530 760 110 180
8 115 - 90 1550 345 130 325
9 120 - 260 425 130 335
10
- 65 510 620 360
11
- 170
12
13
14 175 895 780 915 2265 555 385 155 385 465
15 165 - 705 680 - 265
16
680 320 285
17
- 340
18
480
19
20
21 545 995 1925 960 1015 1260 745 2750 190
4.2 Pembahasan
4.2.1 Kepadatan Scenedesmus sp
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terhadap kepadatan kultur Scenedesmus
sp., ternyata selama masa kultur tanpa menggunakan cahaya lampu, tingkat kepadatan
populasi pada hari ke-2 dan ke-4 menurun. Kepadatan kultur plankton yang selama masa
kulturnya menggunakan cahaya lampu, pertumbuhan harian populasi Scenedesmus sp. tiap
harinya terus meningkat .
Pada percobaan kultur Scenedesmus sp. pertama (tanpa lampu), bibit Scenedesmus sp. yang
di gunakan adalah sebanyak 55.8 individu/ml, pupuk yang digunakan sebanyak 3.5 ml/l, dan
volume air yang digunakan adalah sebanyak 940.9 ml/l (berdasarkan perhitungan di atas).
Setelah dua hari berjalan kepadatan Scenedesmus sp. berkurang dari hari yang pertama dan
meningkat kembali pada hari ketiga, kemudian menurun kembali pada hari ke empat. Hal
tersebut terjadi karena kultur Scenedesmus sp. tidak diberi cahaya . Jadi tumbuhnya
Scnedesmus sp. tidak merata, bahkan ada yang mati.
Pada percobaan kultur Scenedesmus sp. yang ke dua (diberi lampu), bibit Scenedesmus sp.
yang digunakan adalah sebanyak 29,4 individu/ml, pupuk yang digunakan sebanyak 3.5 ml/l ,
volume air yang digunakan 967.1 ml/l, Scenedesmus sp. yang di sentrifugasi adalah setengah
tabung sentrifugasi, dan berat Scenedesmus sp. Yang telah di sentrifugasi adalah 0.05 gram
(berdasarkan perhitungan di atas). Berbeda dengan kultur yang pertama pertumbuhan
Scenesesmus sp. menurun, pada kultur yang ke dua pertumbuhan Scenedesmus sp. tiap
harinya semakin meningkat karena kultur Scenedesmus sp. di beri cahaya lampu.
Dalam mengkultur fitoplankton, berarti cahaya sangat mempengaruhi pertumbuhan

fitoplankton. Cahaya merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk mengkultur
Scenedesmus sp. Tanpa cahaya Scenedesmus sp. akan mati seperti pada percobaan kultur
pertama. Berarti cahaya merupakan faktor penting dalam teknik mengkultur plankton.
Hasil dari tiap-tiap kelompok kultur Scenedesmus sp. berbeda-beda. Itu tergantung pada
banyaknya pupuk organik cair yang digunakan serta factor-faktor lainnya. Semakin banyak
pupuk yang di masukkan ke dalam toples semakin banyak pula Scenedesmus sp. yang akan
tumbuh. Selain pemupukkan pertumbuhan Scenedesmus sp. juga dipengaruhi oleh faktor
lain, seperti cahaya, dalam budidaya plankton juga harus memperhatikan alat dan bahan yang
akan digunakan, semuanya harus dilakukan dengan benar supaya menghasilkan hasil yang
maksimal. Perlu diingat dalam budidaya plankton alat-alat yang digunakan haruslah bersih,
agar tidak terkontaminasi dengan organisme lain yang akan mengganggu pertumbuhan.
Penyediaan bibit juga harus sangat murni (satu spesies) agar menghindari keanekaragaman
plankton. Beberapa faktor fisika juga bisa mempengaruhi pertumbuhan plankton diantaranya
antara lain suhu, salinitas, pH, dan intensitas cahaya. Salah satu faktor kimia disini adalah
unsur hara dalam media pemeliharaan harus sesuai dengan kebutuhan jenis plankton yang
akan dikultur.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dalam mengkultur Fitoplankton ini, dapat kita simpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan kegiatan kultur murni fitoplankton adalah kualitas air yang
meliputi suhu, salinitas, kekuatan cahaya, dan pH. Faktor utama yang menyebabkan jumlah
populasi Scenedesmus sp. percobaan pertama kami menurun adalah tidak adanya cahaya
lampu.
Perkembangan budidaya palankton dikatakan berhasil jika memenuhi faktor-faktor dibawah
ini diantaranya :
1. Faktor biologis meliputi penyediaan bibit yang bermutu (termasuk kemurnian) dan jumlah
yang mencukupi serta kandungan gizi bibit (penggunaan pupuk organik).
2. Faktor fisika yang mempengaruhi antara lain suhu, salinitas, pH, dan intensitas cahaya.
3. Faktor kimia disini adalah unsur hara dalam media pemeliharaan harus sesuai dengan
kebutuhan jenis plankton yang akan dikultur.
4. Selain faktor-faktor tersebut ada faktor lain yang perlu diperhatikan yaitu kebersihan dari
alat-alat kultur agar tidak terkontaminasi dengan organisme lain yang akan mengganggu
pertumbuhan.
5.2 Saran
Dalam kegiatan kultur murni fitoplankton, sebaiknya sterilisaasi media dan alat-alat
harus selalu di jaga agar kultur tidak terkontaminasi. Perlu adanya penambahan unsur hara
terhadap media kultur, yaitu berupa pemberian pupuk yang optimal dengan memperhatikan
faktor-faktor lingkungan dan kualitas air agar makanan alami tersedia dalam jumlah yang
cukup, tepat waktu, dan berkesinambungan.
Sebaiknya kultur yang sudah berkembang setelah 7 hari sesegera mungkin dipanen, karena
apabila terlambat kemungkinan besar Scenedesmus sp. akan mati. Pemberian pencahayaan
selama 24 jam terus menerus sebelum kultur berkembang diketahui dapat memicu
perkembangan yang baik. Agar Scenedesmus sp. tetap melimpah dalam waktu yang lama,
dan lakukan pemupukan ulang.

DAFTAR PUSTAKA
Davis,C.C. 1995. The Marine and Fresh Water Plankton. Michigan State Univ.Press.
Hutabarat, S dan Evans. 1985. Kunci Identifikasi Zooplankton Daerah Tropik . UI Press: Jakarta.
Mahyuddin, Kholish. 2010. Panduan Lengkap Agrobisnis Patin, Penebar swadaya: Jakarta.
Mulyanto, W. 1992. Biologi laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia :Jakarta.
Nontji, Anugerah. 1993.Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan
Odum, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology . WB Saunders Company.Phyladelphia.
Romimohtarto, Kasijan. 2004. Meroplanton Laut . Djambatan: Jakarta.
Romimohtarto, Kasijan.dkk. 2007. Biologi laut . Ilmu Tentang Biota Laut.Djambatan:
Jakarta.
Rostini,I.2007. Kultur fitoplankton pada skala laboratorium Unpadpress: Bandung.
Sachlan, M. 1982.Planktonologi. Fakultas Peternakan dan Perikanan. Universitas Diponegoro:
Semarang.
Stewart. M dan Hutabarat.1986. Kunci Identifikasi Plankton. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro: Semarang.
Stone, D. 1997.Biodiversity of Indonesia. Singapore:Tien Wah Press.
Wardhana, Wisnu. 2003. Teknik Sampling, Pengawetan dan Analisis Plankton. Departemen
Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.Universitas Indonesia:
Jakarta

LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI 1


ALGA MIKROSKOPIS DAN ALGA MAKROSKOPIS

NAMA

: HILDA AYU NURSANTI

NPM

: 12320069

PROGDI

: PENDIDIKAN BIOLOGI

KELAS

: 2C

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA


DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
IKIP PGRI SEMARANG
TAHUN 2013
Judul

: Alga Mikroskopis dan Alga Makroskopis

Landasan Teori

a) Telaah Pustaka
Air adalah materi essensial di dalam kehidupan. Tidak ada satu pun makhluk hidup di
dunia ini yang tidak membutuhkan air (Suriawiria, 2003). Algae termasuk kedalam divisio
Tallophyta, karena tubuhnya tidak dapat dibedakan antara bagian akar, batang dan daun.
Tubuhnya yang berupa tallus itu kadang-kadang mirip dengan tumbuhan tingkat tinggi
(Pelczar, 1986). Algae termasuk tumbuhan yang berklorofil sehingga ia bersifat autotrof yang
dapat melakukan asimilasi. Kebanyakan alga berukuran mikroskopis (Ariyanto, 2000).
Ganggang mempunyai 3 macam pigmen fotosintetik : klorofil, karotenoid, dan fikobilin.
Tumbuhan ganggang (Algae) hidup di air, baik air tawar maupun air laut, setidak-tidaknya
selalu menempati habitat yang lembab atau basah (Campbell, 2003). Pada umumnya alga
merupakan penyusun plankton yang penting di kehidupan air. Berbentuk uniseluler, filamen
yang sekeliling tubuhnya banyak diselimuti oleh lendir (polisakarida), atau berbentuk koloni
sederhana (Gembong, 2009).
Filum Alga :
Chlorophyta (Alga Hijau)
Ciri-Ciri
:
Berklorofil a dan b
Berpigmen karoten dan xantofil
Cadangan makanan berupa pati
Dinding sel berupa selulosa, pectin, algin
Dapat berfotosintesis
90% hidup di air tawar dan 10% hidup di laut
Hidup di air umumnya sebagai plankton

Menenpel pada batu dan tanah


Reproduksi dengan fragmentasi dan konyugasi
Terdapat perkapuran pada beberapa jenis
Kegunaan

Memproduksi bahan makanan baru (protein, lemak, karbohidrat)


Sebagai plankton dan merupakan komponen penting dalam rantai makanan air tawar
Dipakai sebagai makanan
Penghasil O2
Phaeophyta (Alga Coklat)
Ciri-Ciri
:
Berklorofil a dan b
Berpigmen karoten dan xantofil
Cadangan makanan berupa laminosin manitol
Dinding sel berupa selulosa, pectin, algin
Hidup dipantai
Berbentuk seperti benang atau lembaran
Reproduksi vegetative dengan fragmentasi
Generative isogami dan oogami
Melekat pada batu dan kayu
Kegunaan

Penghasil asam laktat (campuran ice cream, cat, obat, lateks sintesis)
Sumber I2 dan K
Sebagai bahan ternak
Rhodophyta (Alga Merah)
Berklorofil a dan d
Berpigmen karoten, xantofil, dan fikoeritrin
Cadangan makanan berupa bahan agar-agar
Dinding sel berupa selulosa
Umumnya warna merah tetapi warna bervariasi mulai dari merah ke coklat, kadang hijau
Umumnya hidup di laut, beberapa jenis di air tawar
Bersel banyak, menyerupai benang atau lembaran
Reproduksi vegetative dengan spora
Kegunaan
:
Penghasil agar-agar
Untuk mengeraskan atau memadatkan media pertumbuhan bakteri
Chrysophyta (Ganggang Keemasan)
Ciri-Ciri
:
Berklorofil a dan c
Berpigmen karoten dan xantofil
Cadangan makanan berupa leukosin dan minyak
Dinding sel berupa selulosa, pectin
Bersel tunggal atau banyak

Hidup ditempat yang basah, laut, air tawar, fikoplankton


Kegunaan

Dapat dipakai sebagai penyerap nitrogliserin pada bahan peledak


Sebagai campuran semen
Sebagai bahan penggosok
Bahan pembuatan isolosi, penyekat dinamit
Phyrophyta (Alga Api)
Ciri-Ciri
:
Berklorofil a dan c
Berpigmen karoten dan xantofil
Cadangan makanan berupa pati
Dinding sel berupa selulosa
Tubuhnya tersusun atas satu sel
Dapat bergerak aktif
Habitat di laut bersifat fosforesensi
Sebelah luar terdapat celah
Croma warna pirang
Kegunaan

Menyebabkan laut tampak bercahaya pada malam hari


Eugleophyta
Ciri-Ciri
:
Berklorofil a dan b
Berpigmen karoten dan xantofil
Cadangan makanan berupa pati
Dinding sel berupa pati
Dapat bergerak mendekati cahaya
Ada yang heterotrof dan ada yang autotrof
Punya 2 flagelium
Habitat di air tawar
Reproduksi aseksual
Kegunaan

Makanan ikan
Penyedia bahan organic, oksigen
Bahan penggosok, isolasi, bahan dasar kaca, penyaring

b) Tujuan
Untuk mengetahui alga mikroskopis yang ada pada air kolam hijau, air laut, air gallon, air
sawah dan air es.
Mengetahui bentuk-bentuk alga

Mengetahui berbagai macam spesies dari alga.


Mengidentifikasi jenis-jenis alga menurut klasifikasinya.

Alat

1. Mikroskop
2. 5 pipet
3. 5 cawan petri
4. Tissue
5. Alcohol
6. 5 objek glass
7. 5 cover objek glass
8. Label
9. Kertas
10. Pensil

Bahan

1. Air kolam hijau


2. Air laut
3. Air gallon
4. Air sawah
5. Air es
6. Ulfa sp
7. Ulfa histrik
8. Sargassum sp.
9. Sargassum c.ag
10. Sargassum histrik
11. Turbenaria lamour
12. Ganggang merah

Cara Kerja

:
MIKROSKOPIS

1.
2.
3.
4.
5.

Menyiapkan mikroskop yang masih baik.


Membersihkan mikroskop dengan tissue.
Menyiapkan dan membersihkan cawan petri dan pipet dengan alcohol agar steril.
Menyiapkan dan membersihkan objek glass beserta cover dengan alcohol.
Menuangkan air kolam hijau, air laut, air gallon, air sawah dan air es pada cawan petri yang

sudah steril.
6. Memberikan label pada cawan petri yang sudah diberi air yang akan diamati agar tidak
7.

tertukar.
Untuk mengamati air kolam hijau maka menetesi objek glass dengan pipet yang berisi air

kolam hijau.
8. Menutup objek glass dengan cover tanpa ada gelembung udara.
9. Memfokuskan mikroskop pada preparat.
10. Menggambar alga-alga yang telah ditemukan dan mengidentifikasi dengan gambar
pembanding.
11. Mengamati preparat lainnya dengan cara yang sama seperti mengamati air kolam hijau.
MAKROSKOPIS
1. Menyiapkan semua awetan yang akan diamati
2. Mencuci tempat awetan
3. Menggambar bentuk awetan dan mengidentifikasinya

Hasil Pengamatan

:
Mikroskopis

Table Hasil Praktikum Pertama


Kelompok
Air Laut
1.
Spirogyra
Chaetophora
2.
Tetraspora
Ankistrodesmus
Mikrospora
3.
Tetraspora
Mougeotia
Ankistrodesmus
Mikrospora
4.
Ophiocytium

Air kolam Hijau


Air Sawah
Fitrospora
Ankistrodesmus

Air Es
Cladophora

Tetraspora
Ankistrodesmus
Selenastrum
Tetraspora
Ankistrodesmus
Ophiocytium
Pediastrum
Protococcus

Tetraspora
Ankistrodesmus
Mougeotia
Protococcus
Tetraspora
Ankistrodesmus
Mougeotia
Dictyosphaerium

Tetraspora
Ankistrodesmus
Protococcus
Protococcus
Tetraspora

Protococcus

Mikrospora
Crucigenia
Bulbochaeta
Protococcus
Spirogyra
Ankistrodesmus
Kirchneriela
Protococcus
Tetraspora

Dictyosphaerium
Chaetrophora

Protococcus
Sorastrum

Spirogyra
Dictyosphaerium

Spirogyra

Spirogyra
Ankistrodesmus
Kirchneriella
Ankistrodesmus
Protococcus
Chaetopora

7.

Ophiocytium
Protococcus
Bedogonium

Selenastrum
Drapamaldia
Protococcus

Ankistrodesmus

8.

Ophiocytium
Protococcus
Ankistrodesmus
Tetraspora
Protococcus
Ophiocytium
Spirogyra
Mougeotia
Hydrodictyom
Kirchneriella
Bulbochaeta
Characium
Tetraspora

Mougeotia
Protococcus
Oedogonium
Ankistrodesmus
Mougeotia
Tetraspora
Ophiocytium
Ankistrodesmus
Protococcus
Protococcus
Pediastrum
Tetraspora
Ankistrodesmus

Mougeotia
Sorastrum
Ophiocytium
Ankistrodesmus
Tetraspora
Sorostrum
Botryococcus
Spirogyra
Microspora
Pediastrum
Chaetophora
Ulotrix
Richterella

Ankistrodesmus
Cladophora
Ankistrodesmus
Kirchneriella
Scenedesmus
Ophiocytium
Protococcus
Ophiocytium
Craciyenia
Drapamaldia
Tetraspora
Chaetopora
Protococcus
Cladiophora
Richterella

Pedinomanes tuber
Selenastrum
Ophiocytium
Tribonema
Ankistrodesmus
Ankistrodesmus
Ulothrix
kircneriella

5.
6.

9.

10.

Ankistrodesmus
Selenastrum
Protococcus

Kelompok
Air Galon
1.
Richterella
2.

Tetraspora
Ophiocytium

3.

Ankistrodesmus
Ophiocytium
Tetraspora

4.

Tetraspora
Coelastrum

Kelompok
Air Galon
6.
Ankistrodesmus
Ophiocytium
Protococcus
7.
Pediastrum
Sorastrum
Ulothrix
Protococcus
8.
Ankistrodesmus
Richterella
Ophiocytium
Cladhophora
9.
Crucigenia
Sorastrum

Crucigenia

5.

Ophiocytium
Bulbochaeta

10.

Protococcus
Drapornalida
Ophiocytium
Chaetophora
Ankistrodesmus
Protococcus
Ophiocytium
Pediastrum

Table Hasil Praktikum Kedua :


Kelompo

Air Laut

Air Kolam Hijau

Air Sawah

Air Es

k
1.

Ankistrodesmus
Oedogonium

Bulbochaeta
Richterella
Ulotrix

2.

Mougeotia
Ankistrodesmus
Tetraspora
Bulbochaeta
Ulotrix
Tetraspora
Protococcus
Oedogonium
Mougeotia
Mikrospora

Mougeotia
Protococcus
Oedogonium
Ankistrodesmus
Tetraspora
Oedogonium
Tetraspora
Soratrum
Ankistrodesmus
Tribonema

Characium
Tribonema
Ophiocytium
Tetraspora
Ankistrodesmus
Chaetopora
Selenastrum
Ankistrodesmus
Mougeotia
Tetraspora
Ophiocytium

Sorastrum
Spirogyra
Protococcus
Chaetospora
Ulotrix

Drapamaldia
Spirogyra
Ankistrodesmus
Ophiocytium
Characium
Crucigenia

Ulotrix
Ankistrodesmus
Ulotrix
Protococcus

Ankistrodesmus
Ulotrix
Crucigenia

Ankistrodesmus

Oedogonium

3.

4.

5.

6.

7.

Ankistrodesmus
Tetraspora
Oedogonium

Protococcus
Ophiocytium
Tetraspora
Mougeotia
Protococcus
Ankistrodesmus
Richterella
Tetraspora
Mougeotia
Kirchneriella
Protococcus
Oedogonium
Ophiocytium
Ankistrodesmus
Ankistrodesmus
Sorastrum
Pediastrum
Spirogyra
Protococcus
Crucigenia
Digtiyosphaerium
Ankistrodesmus
Oedogonium
Mougeotia

Ankistrodesmus
Mougeotia
Tetraspora
Pediastrum
Ankistrodesmus
Spyrogira
Oedogonium
Scenedesmus
Tetraspora
Protococcus
Oedogonium
Characium
Ankistrodesmus
Tetraspora
Mougeotia
Spirogyra
Chaetophora
Protococcus
Ophiocytium
Selenastrum
Ankistrodesmus
Mougeotia
Oedogonium
Tetraspora
Ankistrodesmus
Ophiocytium
Ankistrodesmus
Tribonema
Crucigenia
Ophiocytium
Pediastrum

8.

9.

10.

Tribonema
Ankistrodesmus
Richterella
Protococcus

Ulotrix
Pediastrum
Protococcus
Tetraspora

Ankistrodesmus
Tetraspora
Ophiocityum
Richterella
Characium
Coelastrum
Cladophora
Protococcus
Ophiocytium
Spirogyra
Mougeotia
Hydrodictyon

Ankistrodesmus
Mougeotia
Protococcus
Ophiocytium
Characium

Crucigenia
Ulotrix
Protococcus
Ankistrodesmus
Coelastrum

Mougeotia
Tetraspora
Ophiocytium
Ankistrodesmus
Protococcus

Chaetophora
Protococcus
Coelastrum

Kelompok
Air Galon
1.
Coelastrum
Tribonema
Protococcus
Tetraspora
Ophiocytium
2.
Ankistrodesmus
Protococcus
Ophiocytium
Tribonema
Mougeotia
Tetraspora
3.
Ankistrodesmus
Dictyosphaerium
Tetraspora
Characium

Chaetophora
Protococcus
Pediastrum
Kircneriella
Richterella
Mougeotia
Ankistrodesmus
Ophiocytium
Characium
Cladophora
Tetraspora
Tetraspora
Sorastrum
Botryococcus
Spirogyra
Mikrospora
Ankistrodesmus
Sorastrum
Protococcus
Coelastrum

Kelompok
6.

Ophiocytium
Ankistrodesmus
Richterella
Protococcus
Tetraspora
Mougeotia
Coelastrum
Cladophora
Ophiocytium
Protococcus
Padinumanes
Tuberculata
Selenastrum
Ophiocytium
Tribonema
Ankistrodesmus
Ankistrodesmus
Cladophora
Ophiocytium
Sorastrum

Air Galon
Drapamaldia
Tribonema
Ophiocytium
Protococcus

7.

Richterella
Ophiocytium
Tetraspora
Coelastrum
Tribonema

8.

Chaetophora
Coelastrum
Ophiocytium
Scenedesmus

Protococcus
Spirogyra
Protococcus
Ankistrodesmus
Sorastrum
Pediastrum
Crucigenia
Dictyosphaerium
Ophiocytium
Ankistrodesmus
Richterella
Spirogyra
Mougeotia

4.

5.

Pembahasan

9.

Cruciagenia
Sorastrum
Protococcus
Dropolnalida
Ophiocytium
Chaetophora

10.

Ankistrodesmus
Spirogyra
Kirchterella
Tetraspora

Dari praktikum yang saya dan teman-teman lakukan terdapat banyak alga
mikroskopis yang ditemukan. Pada setiap air yang saya amati selalu terdapat ankistrodesmus,
tetraspora, mougeotia, protococcus dan chaetophora.
Hasil praktikum dua kali kelompok saya (kelompok 2) pada air laut terdapat alga
mikroskopis yaitu :
1. Ankistrodesmus

Domain

: Eukariotik

Kingdom
Devisi
Kelas
Ordo
Familia
Genus
Spesies

: Plantae
: Chlorophyta
: Chlorophyceae
: Chlorococcales
: Oocystaceae
: Ankistrodesmus
: Ankistrodesmus braunii

Organisme ini berwarna hijau dan tidak motil dan biasa bersel satu, , selnya berbentuk cresent
tipis. Biasanya berkoloni empat hingga delapan dengan membentuk sudut satu dengan
lainnya. Organisme ini seringkali mengkontaminasi perairan dan dapat hidup pada pipa
saluran air, air dalam kendi, dan air tandon. Tidak umum dikultur sebagai pakan. berkembang
biak dengan cara seksual dengan anisogami dan aseksual dengan cara membentuk zoospora.
Bentuknya runcing, panjang, berkelok-kelok dan terdapat pada semua air yang kita amati dan
jumlahnya pun sangat banyak.
2. Tetraspora

Domain

: Eukariotik

Kingdom
: Plantae
Divisio
: Chlorophyta
Classis
: Chlorophyceae
Ordo
: Tetrasporales
Familia
: Tetrasporaceae
Genus
: Tetraspora
Spesies
: Tetraspora lubrica
Pada praktikum saya tetraspora di gambarkan berupa bulatan-bulatan.
Tetraspora adalah alga mikroskopis (uniseluler) yang berkoloni mempunyai klorofil, hidup
secara autotrof dan memiliki pseudofiagel (tidak dapat bergerak) pada kutub anterior.
Tetraspora memiliki bentuk bulat kecil dan tersepar pada wilayah tersebut, jumlahnya pun
sangat banyak. Tetraspora merupakan produsen primer dan penyedia oksigen nomor 1.
3. Mougeotia
Domain
Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus

: Eukariotik
: Plantae
: Chlorophyta
: Chlorophyceae
: Zygnematales
: Zygnemataceae
: Mougeotia
Spesies

: Mougeotia scalaris

Mougeotia yaitu alga yang berwarna hijau, berklorofil sehingga dapat hidup dengan cara
autotrof. Bentuknya panjang dan pada tengahnya terdapat seperti ruang. Pada pengamatan
pertama tidak terdapat mougeotia tapi pada pengamatan atau praktikum kedua kelompok
kami menemukan mougeotia yang jumlahnya sangat banyak dan berkumpul dengan alga
lainnya. Mungkin kelompok saya pada praktikum pertama kurang teliti dalam mengamati
preparat. Mougeotia yang saya temukan kurang jelas karena mikroskop yang dipakai adalah
mikroskop hitam putih.
4. Bulbochaeta

Domain

: Eukaryota

Kingdom

: Plantae

Filum

: Chlorophyta

Kelas

: Chlorophyta

Ordo

: Oedogoniales

Familia

: Oedogoniaceae

Genus

: Bulbochaeta

Spesies

: Bulbochaeta setigera

Pada pengamatan kedua terdapat bulbochaeta yang bersisihan dengan mougeotia.


Bulbochaeta ditunjukkan no.4. Bulbochaete terjadi pada berbagai habitat air tawar, hanya
beberapa spesies yang diketahui dari perairan payau. Biasanya epifit dan melekat pada
tumbuhan air dengan sel basal pegangan erat, sesekali mengambang bebas. Yang paling
sering ditemui dalam tubuh kecil dangkal, genangan air seperti kolam, danau kecil, dan parit.
Cosmopolitan dengan kelimpahan terbesar dari spesies di daerah beriklim subtropis dan.
Saham dengan genera lain di Oedogoniales fitur unik berikut pembelahan sel (1)
pembentukan cincin bahan dinding sel baru di dekat ujung anterior setiap sel membagi, (2)
pecahnya dinding sel orangtua dalam posisi ini, dan (3) secara bertahap perpanjangan cincin
bahan dinding untuk membentuk komponen dinding silinder baru didistribusikan ke kedua
sel anak setelah sitokinesis. Pembelahan sel juga menyebabkan pembentukan "apikal cap"
menandai dinding sel dekat puncak apikal-paling sel anak. Gabungan cahaya dan investigasi
mikroskopis elektron telah mengklarifikasi banyak aspek struktural dan perkembangan
pembelahan sel, pembentukan sel rambut, dan gametogenesis. Di atas dijelaskan bahwa
bulbochaeta terdapat dalam air tawar namun saya dan teman kelompok menemukan

bulbochaeta di air laut. Ada kemungkinan saya dan teman kelompok kurang teliti dalam
membandingkan dengan gambar pembanding.
5. Ulotrix
Domain
Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Spesies

: Eukariotik
: Plantae
: Chlorophyta
: Chlorophyceae
: Ulotrix cales
: Ulotricaceae
: Ulotrix
: Ulotrix sp.

Ditunjukkan oleh nomor 5. Alga ulotrix yaitu sel dengan satu inti bersama kloroplasnya.
Hidup dengan membentuk koloni ataupun mempunyai talus yang lebar dan menempel pada
substrat, bentuknya seperti sabuk yaitu panjang dan terdapat seperti rongga pada tengahnya.
Pada air kolam hijau kelompok saya menemukan alga :
1. Ankistrodesmus
Domain
Kingdom
Devisio
Kelas
Ordo
Familia
Genus
Spesies

: Eukariotik
: Plantae
: Chlorophyta
: Chlorophyceae
: Chlorococcales
: Oocystaceae
: Ankistrodesmus
: Ankistrodesmus braunii

Organisme ini berwarna hijau dan tidak motil dan biasa bersel satu, , selnya berbentuk cresent
tipis. Biasanya berkoloni empat hingga delapan dengan membentuk sudut satu dengan
lainnya. Organisme ini seringkali mengkontaminasi perairan dan dapat hidup pada pipa
saluran air, air dalam kendi, dan air tandon. Tidak umum dikultur sebagai pakan. berkembang
biak dengan cara seksual dengan anisogami dan aseksual dengan cara membentuk zoospora.
2. Tetraspora

Domain
Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia

: Eukariotik
: Plantae
: Chlorophyta
: Chlorophyceae
: Tetrasporales
: Tetrasporaceae

Genus
Spesies

: Tetraspora
: Tetraspora lubrica

Tetraspora adalah alga mikroskopis (uniseluler) yang berkoloni mempunyai klorofil, hidup
secara autotrof dan memiliki pseudofiagel (tidak dapat bergerak) pada kutub anterior.
Tetraspora memiliki bentuk bulat kecil dan tersepar pada wilayah tersebut, jumlahnya pun
sangat banyak. Tetraspora merupakan produsen primer dan penyedia oksigen nomor 1.

3. Selenastrum

Divisio

:Chlorophyta

Kelas

:Chlorophyceae

Ordo

:Chlorococcales

Familia

:Scenedesmaceae

Genus

:Selenastrum

Spesies

:Selenastrum acuminatum

Selenastrum ditemukan pada praktikum pertama sedangkan pada praktikum yang kedua tidak
ditemukan. Namun pada praktikum yang kedua terdapat alga lainnya yang lebih banyak.
Selenastrum termasuk dalam kelas Chlorophyceae. Selenastrum memiliki sel berbentuk bulan
sabit atau berbentuk sabit yang lebih panjang dari yang luas dan sangat melengkung atau
bengkok. Setiap sel memiliki kloroplas parietal tunggal,sering dengan pyrenoid. Selenastrum
mendiami fitoplankton dan rawa-rawa.
4. Mougeotia
Domain
Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus

: Eukariotik
: Plantae
: Chlorophyta
: Chlorophyceae
: Zygnematales
: Zygnemataceae
: Mougeotia
Spesies

: Mougeotia scalaris

Mougeotia yaitu alga yang berwarna hijau, berklorofil sehingga dapat hidup dengan cara
autotrof. Bentuknya panjang dan pada tengahnya terdapat seperti ruang. Di gambar
ditunjukkan pada nomor 6, gambar pembanding berwarna hijau tapi pada gambar yang saya
temukan tidak berwarna karena menggunakan mikroskop hitam putih.
5. Protococcus

Domain

: Eukariotik

Kingdom

: Plantae

Devisio

: Chlorophyta

Classis

: Chlorophyceae

Ordo

: Ctenocladales

Familia

: Ctenocladaceae

Genus

: Protococcus

Spesies

: Protococcus viridis

Pada gambar ditunjukkan nomor 4, berbentuk bulat dan berkoloni. Protococcus mempunyai
inti dan kloroplas,habitatnya sebagai plankton didalam air tawar dan juga menempel pada
kulit-kulit pohon dan tembok-tembok yang basah, perkembangbiakannya dengan zoospora
dengan 2 bulu cambuk, berkoloni dan dinding selnya berbentuk bulat.
6. Oedogonium

Domain

: Eukariotik

Kingdom

: Plantae

Divisio

: Chlorophyta

Classis

: Chlorophyceae

Ordo

: Oodogoniales

Familia

: Oodogoniceae

Genus

: Oodogonium

Spesies

: Oedogonium sp.

Ditunjukkan dengan nomor 5. Gangang ini umum terdapat dan tersebar luas, tumbuh sebagai
benang tidak bercabang, melekat pada tempat tumbuh, di dasar perairan, di air tawar dengan
pelengkap ketika masih muda, tetapi biasanya mengapung dalam bentuk masa ketika matang.
Selnya mengandung sebutir kloroplas yang berbentuk silindris dan seperi jala, dengan banyak
sekali pirenoid. Tumbuhan ini berkembang biak secara aseksual dengan fragmentasi dan
dengan zoospore berukuran besar, berwarna hijau serta bulat atau bulat telur. Reproduksi
seksual pada Oedogonium ternyata agak rumit, namun secara garis besar dapat diberikan
gambaran yang cukup mengenai proses yang berlangsung karena seksual melalui oogami.
Telur yang dihasilkan satu -satu dalam sel khusus yang melebar dan disebut oogonium. Sel
sel khusus yang menghasilkan sperma dinamakan anteridium. Pada praktikum terdapat
oedogonium dengan bentuk panjang dan terdapat kloroplas di tengahnya. Hidup dengan cara
berkoloni dengan bentuk menyerupai benang bentuk anyaman. Habitat di air tawar dan sesil,
kloroplas sepeti jala dan setiap sel memiliki satu nucleus.

Pada air sawah terdapat

1. Tetraspora

Domain
Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Spesies

: Eukariotik
: Plantae
: Chlorophyta
: Chlorophyceae
: Tetrasporales
: Tetrasporaceae
: Tetraspora
: Tetraspora lubrica

Tetraspora adalah alga mikroskopis (uniseluler) yang berkoloni mempunyai klorofil, hidup
secara autotrof dan memiliki pseudofiagel (tidak dapat bergerak) pada kutub anterior.
Tetraspora memiliki bentuk bulat kecil dan tersepar pada wilayah tersebut, jumlahnya pun
sangat banyak. Tetraspora merupakan produsen primer dan penyedia oksigen nomor 1.

2. Ankistrodesmus
Domain
Kingdom
Devisi
Kelas
Ordo
Familia
Genus
Spesies

: Eukariotik
: Plantae
: Chlorophyta
: Chlorophyceae
: Chlorococcales
: Oocystaceae
: Ankistrodesmus
: Ankistrodesmus braunii

Ditunjukkan oleh nomor 3. Organisme ini berwarna hijau dan tidak motil dan biasa bersel
satu, selnya berbentuk cresent tipis. Biasanya berkoloni empat hingga delapan dengan
membentuk sudut satu dengan lainnya. Organisme ini seringkali mengkontaminasi perairan
dan dapat hidup pada pipa saluran air, air dalam kendi, dan air tandon. Tidak umum dikultur
sebagai pakan. berkembang biak dengan cara seksual dengan anisogami dan aseksual dengan
cara membentuk zoospora. Bentuknya seperti cambuk.
3. Mougeotia
Domain
Kingdom
Divisio
Classis

: Eukariotik
: Plantae
: Chlorophyta
: Chlorophyceae

Ordo
Familia
Genus

: Zygnematales
: Zygnemataceae
: Mougeotia
Spesies

: Mougeotia scalaris

Mougeotia yaitu alga yang berwarna hijau, berklorofil sehingga dapat hidup dengan cara
autotrof. Bentuknya panjang dan pada tengahnya terdapat seperti ruang.
4. Protococcus
Domain

: Eukariotik

Kingdom

: Plantae

Devisio

: Chlorophyta

Classis

: Chlorophyceae

Ordo

: Ctenocladales

Familia

: Ctenocladaceae

Genus

: Protococcus

Spesies

: Protococcus viridis

Protococcus ditunjukkan oleh nomor 1, mempunyai inti dan kloroplas,habitatnya sebagai


plankton didalam air tawar dan juga menempel pada kulit-kulit pohon dan tembok-tembok
yang basah, perkembangbiakannya dengan zoospora dengan 2 bulu cambuk, berkoloni dan
dinding selnya berbentuk bulat.
Pada air es

1. Protococcus
Domain

: Eukariotik

Kingdom

: Plantae

Devisio

: Chlorophyta

Classis

: Chlorophyceae

Ordo

: Ctenocladales

Familia

: Ctenocladaceae

Genus

: Protococcus

Spesies

: Protococcus viridis

Protococcus mempunyai inti dan kloroplas,habitatnya sebagai plankton didalam air tawar dan
juga

menempel

pada

kulit-kulit

pohon

dan

tembok-tembok

yang

basah,

perkembangbiakannya dengan zoospora dengan 2 bulu cambuk, berkoloni dan berbentuk


bulat hitam yang saya dapatkan dari mikroskopkarena nuansa mikroskop adalah hitam putih.

2. Tetraspora

Domain
Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Spesies

: Eukariotik
: Plantae
: Chlorophyta
: Chlorophyceae
: Tetrasporales
: Tetrasporaceae
: Tetraspora
: Tetraspora lubrica

Tetraspora adalah alga mikroskopis (uniseluler) yang berkoloni mempunyai klorofil, hidup
secara autotrof dan memiliki pseudofiagel (tidak dapat bergerak) pada kutub anterior.
Tetraspora memiliki bentuk bulat kecil dan tersepar pada wilayah tersebut, jumlahnya pun
sangat banyak. Tetraspora merupakan produsen primer dan penyedia oksigen nomor 1.
3. Ankistrodesmus

Domain
: Eukariotik
Kingdom
: Plantae
Devisi
: Chlorophyta
Kelas
: Chlorophyceae
Ordo
: Chlorococcales
Familia
: Oocystaceae
Genus
: Ankistrodesmus
Spesies
: Ankistrodesmus braunii
Ankistrodesmus ditunjukkan oleh nomor 3. Organisme ini berwarna hijau dan tidak motil dan
biasa bersel satu, , selnya berbentuk cresent tipis. Biasanya berkoloni empat hingga delapan
dengan membentuk sudut satu dengan lainnya. Organisme ini seringkali mengkontaminasi
perairan dan dapat hidup pada pipa saluran air, air dalam kendi, dan air tandon. Tidak umum
dikultur sebagai pakan. berkembang biak dengan cara seksual dengan anisogami dan aseksual

dengan cara membentuk zoospora. Yang saya temukan bentuknya sedikit tidak beraturan,
panjang, berkelok-kelok.
4. Spirogyra
Devisi
: Chlorophyta
Kelas
: Chloropyceae
Ordo
: Zygnematales
Familia
: Zygnemataceae
Genus
: Spirogyra
Spesies
: Spirogyra singularis
Spirogyra ditunjukkan dengan nomor 2. Spirogyra yang didapatkan di sekitar kita yaitu
perairan, berbentuk panjang seperti benan dan setiap sel tengahnya terdapat kloroplas dan
berkelok-kelok atau spiral. Mendapatkan alga tersebut pada praktikum yang kedua.
Reproduksi vegetative dengan fragmentasi, sedangkan reproduksi seksual dengan konjugasi.
Adapun langkah-langkah konjugasi antara lain dua benang saling berdekatan, sel yang
berdekatan saling membentuk tonjolan. Ujung kedua tonjolan yang bersentuhan saling
melebur membentuk saluran konjugasi. Lewat saluran itu terjadillah aliran protoplasma dari
satu sel ke sel yang lain. Kedua plasma melebur disebut peristiwa plasmogami dan segera
diikuti oleh peleburan inti yang disebut kariogami. Hasil peleburan inti yang disebut
kariogami. Hasil peleburan mengalami meiosis dan di tempat yang sesuai berkembang
menjadi benang Spirogyra baru yang haploid.
5. Oedogonium

Domain

: Eukariotik

Kingdom

: Plantae

Divisio

: Chlorophyta

Classis

: Chlorophyceae

Ordo

: Oodogoniales

Familia

: Oodogoniceae

Genus

: Oodogonium

Spesies

: Oedogonium sp.

Ditunjukkan oleh nomor 4. Gangang ini umum terdapat dan tersebar luas, tumbuh sebagai
benang tidak bercabang, melekat pada tempat tumbuh, di dasar perairan dengan pelengkap
ketika masih muda, tetapi biasanya mengapung dalam bentuk masa ketika matang. Selnya
mengandung sebutir kloroplas yang berbentuk silindris dan seperti jala, dengan banyak sekali
pirenoid. Tumbuhan ini berkembang biak secara aseksual dengan fragmentasi dan dengan

zoospore berukuran besar, berwarna hijau serta bulat atau bulat telur. Reproduksi seksual
pada Oedogonium ternyata agak rumit, namun secara garis besar dapat diberikan gambaran
yang cukup mengenai proses yang berlangsung karena seksual melalui oogami. Telur yang
dihasilkan satu -satu dalam sel khusus yang melebar dan disebut oogonium. Sel sel khusus
yang menghasilkan sperma dinamakan anteridium. Hidup dengan cara berkoloni dengan
bentuk menyerupai benang bentuk anyaman. Habitat pada air tawar.
6. Scenedesmus
Kingdom
: Plantae
Devisio
: Chlorophyta
Kelas
: Chlorophyceae
Ordo
: Chlorococcales
Familia
: Scenedesmaceae
Genus
: Scenedesmus
Spesies
: Scenedesmus dimorphus
Ditunjukkan oleh nomor 5. Bentuknya tumpuk-tumpuk. Memiliki warna hijau terang,
kosmopolitan ( air tawar, payau, asin). Dari oligotrof sampai eotrof. Memiliki anggota
terbanyak, kolono dan filament. Dinding sel terbuat dari selulosa. Peranannya sebagai
produsen dalam ekosistem, penyelidikan metabolism dalam laboratorium, obat-obatan, bahan
kosmetik dan bahan makanan. Scenedesmus dalam reproduksi dapat dilakukan secara seksual
dan aseksual. Aseksual melalui pembentukan autokoloni yaitu setiap sel induk membentuk
koloni anakan yang dilepaskan melalui sel induk yang pecah terlebih dahulu. Seksual dengan
pembentukan zoospore biflagel dan isogami.
Pada air gallon

1. Tetraspora

Domain
Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Spesies

: Eukariotik
: Plantae
: Chlorophyta
: Chlorophyceae
: Tetrasporales
: Tetrasporaceae
: Tetraspora
: Tetraspora lubrica

Tetraspora adalah alga mikroskopis (uniseluler) yang berkoloni mempunyai klorofil, hidup
secara autotrof dan memiliki pseudofiagel (tidak dapat bergerak) pada kutub anterior.

Tetraspora memiliki bentuk bulat kecil dan tersepar pada wilayah tersebut, jumlahnya pun
sangat banyak. Tetraspora merupakan produsen primer dan penyedia oksigen nomor 1.
2. Ophiocytium
Domain
: Eukariotik
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Xanthophyta
Classis
: Xanthophyceae
Ordo
: Mischococcales
Familia
: Ophiocytaceae
Genus
: Ophiocytium
Spesies
: Opiocytium parvulum
Ophiocythium memiliki klorofil a dan c, tidak menyimpan makanan sebagain kanji
melainkan sebagai minyak dan umumnya menghasilkan sel dengan dua flagella yang
berlainan. Berbentuk spiral.
3. Ankistrodesmus

Domain
: Eukariotik
Kingdom
: Plantae
Devisi
: Chlorophyta
Kelas
: Chlorophyceae
Ordo
: Chlorococcales
Familia
: Oocystaceae
Genus
: Ankistrodesmus
Spesies
: Ankistrodesmus braunii
Organisme ini ditunjukkan oleh nomor 1, berwarna hijau dan tidak motil dan biasa bersel
satu, , selnya berbentuk cresent tipis. Biasanya berkoloni empat hingga delapan dengan
membentuk sudut satu dengan lainnya. Organisme ini seringkali mengkontaminasi perairan
dan dapat hidup pada pipa saluran air, air dalam kendi, dan air tandon. Tidak umum dikultur
sebagai pakan. berkembang biak dengan cara seksual dengan anisogami dan aseksual dengan
cara membentuk zoospora.
4. Protococcus
Domain

: Eukariotik

Kingdom

: Plantae

Devisio

: Chlorophyta

Classis

: Chlorophyceae

Ordo

: Ctenocladales

Familia

: Ctenocladaceae

Genus

: Protococcus

Spesies

: Protococcus viridis

Protococcus ditunjukkan oleh nomor 2, mempunyai inti dan kloroplas,habitatnya sebagai


plankton didalam air tawar dan juga menempel pada kulit-kulit pohon dan tembok-tembok
yang basah, perkembangbiakannya dengan zoospora dengan 2 bulu cambuk, berkoloni dan
berbentuk bulat.
5. Mougeotia
Domain
Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus

: Eukariotik
: Plantae
: Chlorophyta
: Chlorophyceae
: Zygnematales
: Zygnemataceae
: Mougeotia
Spesies

: Mougeotia scalaris

Mougeotia ditunjukkan oleh nomor 5, yaitu alga yang berwarna hijau, berklorofil sehingga
dapat hidup dengan cara autotrof. Bentuknya panjang dan pada tengahnya terdapat seperti
ruang. Mougeotia telah lama, tidak bercabang, filamen uniseriate. Terkadang rhizoid-seperti
pertumbuhan dari
sel-sel basal memungkinkan filamen untuk melampirkan substrat. Sel-sel biasanya silinder
dan setidaknya empat kali lebih lama dari yang luas. Inti
biasanya terletak di sebelah kloroplas di tengah sel. Seperti Mesotaenium, setiap sel memiliki
satu Mougeotia atau dua kloroplas seperti pelat yang bisa berputar untuk memaksimalkan
tingkat cahaya. Setiap kloroplas memiliki beberapa pyrenoids yang baik tersebar atau disusun
dalam satu baris. Pigmen sensorik mendeteksi panjang gelombang dan posisi cahaya. Sebuah
transduser menerjemahkan informasi ini ke dalam kode kimia yang sinyal efektor mekanik
untuk memindahkan kloroplas, seperti panel surya mekanik.
Praktikum yang saya amati banyak menemukan alga mikroskopis pada praktikum
yang kedua karena sudah paham dan mengetahui caranya. Sedangkan pada praktikum yang
pertama kita belum begitu jelas dengan apa yang di suruh dan banyak kekeliruan pada saat
mengamati dengan mikroskop karena kita menganggap mikroskopis yang ditemukan adalah
alga yang ada pada preparat tetapi itu alga mikroskopis yang ada pada lensa mikroskop. Ada
juga alga mikroskopis yang seharusnya hanya ditemukan pada air tawar tapi pada hasil

pengamatan ditemukan pada air laut. Itu dapat disebabkan ketidaktelinya dalam pengamatan
dan bingung pada saat mencocokannya dengan gambar pembanding.
Selain alga yang ditemukan kelompok saya, ada alga lain yang ditemukan oleh kelompok
sebelum dan berikutnya.

Cladophora
Domain

: Eukariotik

Kingdom

: Plantae

Devisio

: Chlorophyta

Classis

: Chlorophyceae

Ordo

: Cladophorales

Familia

: Cladophoraceae

Genus

: Cladophora

Spesies
: Cladophora graminea
Sel dengan berisi banyak dengan kandungan kloroplas serta mengandung pirenoid, hidup
dengan membentuk koloni berupa benang-benang bercabang dan menempel pada
substrat,cara hidup dengan autotrof, habitat air tawar maupun air laut, perkembangbiakan
vegetative dalam bentuk zoospore dan generative dalam bentuk isogami. Bentuk seperti

bambu. Kelompok lain menemukan alga ini pada air es.


Coelastrum
Devisi
: Eukariotik
Kingdom
: Plantae
Devisi
: Chlorophyta
Kelas
: Chlorophyceae
Ordo
: Chlorococcales
Familia
: Coelastraceae
Genus
: Coelastrum
Spesies
: Coelastrum cubicum
Merupakan tumbuhan talus dengan 1 inti yang mengandung kloroplas dengan membentuk
koloni, hidup di perairan tawar, tembok dan kulit pohon yang lembab, bersifat autotrof dan
ada pila yang bersimbiosis dengan organisme lain, perkembangbiakan dengan vegetative

Domain
Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Spesies

membentuk zoospore sedangkan generative dengan isogami. Ini ditemukan pada air gallon.
Botryococcus
: Eukariotik
: Plantae
: Chlorophyta
: Chlorophyceae
: Chlorococcales
: Dictyosphaeriaceae
: Botryococcus
: Botryococcus braunii

Ini terdapat ada air sawah. Bentuknya bulat dan berkoloni. Reproduksi sel vegetative dengan

membentuk zoospore. Alga ini tidak menguntungkan bagi ikan karena sukar dicerna.
Dictyosphaerium
Domain
: Eukariotik
Kingdom

Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Spesies

: Plantae

: Chlorophyta
: Chlorophyceae
: Chlorococcales
: Distyosphaeriaceae
: Dictyosphaerium
: Dictyosphaerium planctonicum
Di temukan pada air kolam hijau. Memiliki anggota terbanyak atau berkoloni. Habitatnya di
air tawar. Reproduksi aseksual oleh autospore seksual reproduksi, dengan pemupukan telur
dan sperma. Plankton; koloni dalam sarungnya agar-agar; sel tubuh bulat, elips atau buah pir,
4 sel anakan yang melekat pada filamen dikotomus menyebar dari pusat koloni, sebuah

kloroplas tunggal berbentuk cangkir.


Pediastrum

Divisio

: Chlorophyta

Kelas

: Chlorophyceae

Ordo

: Chlorococcales

Familia

: Hydrodictyaceae

Genus

: Pediastrum

Spesies

: Pediastrum sp.
Habitat pada kolam-kolam yang permanen atau semi permanent. Ukuran Pediastrum
koloninya mengapung, berisi 2 128 (biasanya 4-64) sel poligonal (bersudut banyak) yang
tersusun dari satu bidang pipih setebal selnya .Reproduksi : aseksual (zoospore), seksual
(isogami).
Manfaat Pediastrum sebagai fitoplankton yang berfungsi sebagai makanan ikan. Pediastrum
merupakan produser primer, yaitu sebagai penyedia bahan organic dan oksigen bagi hewanhewan air, seperti ikan, udang, dan serangga air. Keberadaan produser mengundang kehadiran

Spesies

konsumen, predator, dan organisme lain yang membentuk ekosistem perairan.


Crucegenia
Divisio
: Chlorophyta
Kelas
: Chlorophyceae
Ordo
: Chlorococcales
Familia
: Scenedesmaceae
Genus
: Crucigenia
: Crucigenia quadrata

Sel uninukleat, kloroplas tunggal berbentuk cangkir dan parietal, dengan atau tanpa pyrenoid.
Reproduksi aseksual oleh autospores, 4 per sporangium dan disusun dalam sporangia, dirilis
oleh pecahnya dinding sel orang tua di wajah luar sel dengan koloni putri diputar 45%
sehubungan dengan koloni induknya. Seksual reproduksi dan tahap flagellated diketahui.
Crucigenia plankton di berbagai ekosistem air tawar termasuk sungai dan danau, sebagian
besar dalam kondisi eutrofik, genus dasarnya kosmopolitan kecuali di daerah kutub dan
subkutub. Spesies dibedakan berdasarkan rincian bentuk sel dan ada atau tidak adanya
pyrenoid. Morfologis mirip dengan Crucigeniella dan Tetrastrum Genus.
Praktikum makroskopis yaitu menggambar, mengklasifikasi dan mengidentifikasi
preparat awetan yang sudah ada di laboratorium. Kita semua menggambar dengan bergantian.
Tetapi pada preparat awetan tentang warna sudah ada yang berubah dikarenakan terlalu lama
diawetkan. Menggambar secara langsung preparat awetan tersebut tidak mudah namun harus
dengan kesabaran dan ketelitian karena tidak dapat menyentuhnya serta ada cairan pengawet.
Klasifikasi yang ditempel pada botol preparat awetan kebanyakan salah. Jadi itu membuat
saya bingung dan salah penafsiran. Preparat yang wajib digambar, diklasifikasi dan
diidentifikasi ada 6 yaitu Ulva sp, Ulva lactuca, Sargassum sp, Sargassum CAG, Sargassum
histrik, Turbenaria lamour :
1) Ulva sp.
Devisio
Kelas
Ordo
Familia
Genus
Spesies

: Chlorophyta
: Chlorophyceae
: Ulvales
: Ulvaceae
: Ulva
: Ulva sp.

Mereka memiliki protein yang tinggi, vitamin, dan mineral termasuk di dalamnya zat besi.
Ganggang ini ditemukan di dasar perairan laut dan menempel di dasar, bentuknya seperti
lembaran daun. Berkembag biak secara vegetative dengan menghasilkan spora dan spora
tumbuh menjadi Ulva yang haploid (n). Ulva haploid disebut gametofit haploid.kemudian
secara generative menghasilkan gamet jantan dan gamet betina akan menghasilkan zigot.
Zigot berkembang menjadi Ulva yang dipoid disebut sporofit. Selanjutnya sporofit
membentuk spora yang haploid setelah mengalami meiosis. Selanjutnya mengalami mitosis
dan menghasilkan gametofit haploid.
2) Ulva lactuca

Domain
Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Spesies

: Eukariotik
: Plantae
: Chlorophyta
: Chloropyceae
: Ulvales
: Ulvaceae
: Ulva
: Ulva lactuca
Habitatnya di air asin dan air payau. Hidup menempel pada kayu atau batu-batuan.
Reproduksi vegetative dengan cara membentuk zoospore berflagel empat dan generative
dengan cara anisogami. Berwarna hijau ke hijau gelap. Namun warna pada prewarat awetan
yang telah disediakan warna sudah berubah menjadi bening. Berbentuk lembaran yang terdiri
atas dua sel. Ulva sangat subur di area dimana ada banyak nutrisi tersedia. Disebut dengan
selada air dan dapat dimakan.
3) Sargassum sp.

Domain
Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Spesies

: Eukariotik

: Plantae
: Phaeophyta
: Phaeophyceae
: Fucales
: Sargassaceae
: Sargassum
: Sargassum sp.
Sargassum sp adalah salah satu jenis rumput laut yang saat ini permintaannya cukup
tinggi. Sargassum sp adalah jenis rumput laut penghasil alginate yang cukup tinggi, sangat
berbeda

dengan

dua

jenis

rumput

laut

komersial

yang

lainnya.

Habitat

dan

sebaran Sargasssun di Indonesia pada umumnya tumbuh di perairan yang terlindung maupun
berombak besar pada habitat batu. Pengaruh alam yang banyak menentukan sebarannya
adalah jenis substrat, cahaya matahari, kadar garam dan lain-lain. Substrat dasar tempat
melekatnya adalah berupa batu karang, batu, lumpur, pasir, kulit kerang dan kayu.
Penyebaran spesies ini banyak terdapat di perairan Indonesia yaitu Sumatera, Jawa,
Kep.Seribu, Sulawesi dan Aru. Rumput laut jenis Sargassum umumnya merupakan tanaman
perairan yang mempunyai warna coklat, berukuran relatif besar, tumbuh dan berkembang
pada substrat dasar yang kuat. Bagian atas tanaman menyerupai semak yang berbentuk
simetris bilateral atau radial serta dilengkapi bagian sisi pertumbuhan. Umumnya rumput laut
tumbuh secara liar dan masih belum dimanfaatkan secara baik. Dalam perikanan budidaya,

keberadaan Sargassum sp membantu meningkatkan produksi udang windu, sehingga rumput


laut jenis Sargassum sp ini di gunakan sebagai model budidaya ganda dengan udang windu.
Adanya rumput laut jenis Sargassum sp di sekitar tambak udang windu dapat mengurangi
jumlah bakteri patogen sehingga mampu menurunkan kemungkinan berkembangnya penyakit
yang menyerang udang windu. Sebagai penghasil asam alginate untuk bahan pembuatan cat,
obat-obatan, pembuatan gel pada industry tekstil dan ice cream.
4) Sargassum c.ag
Kingdom
Divisio
Classis
Ordo
Familia
Genus
Spesies

: Plantae
: Phaeophyta
: Phaeophyceae
: Fucales
: Sargassaceae
: Sargassum
: Sargassum c.ag
Sargassum umumnya tumbuh di perairan yang terlindung maupun berombak besar pada
habitat batu. Pengaruh alam yang banyak menentukan sebarannya adalah jenis substrat,
cahaya matahari, kadar garam dan lain-lain. Substrat dasar tempat melekatnya adalah berupa
batu karang, batu, lumpur, pasir, kulit kerang dan kayu.
Rumput laut jenis Sargassum umumnya merupakan tanaman perairan yang mempunyai
warna coklat, berukuran relatif besar, tumbuh dan berkembang pada substrat dasar yang kuat.
Bagian atas tanaman menyerupai semak yang berbentuk simetris bilateral atau radial serta
dilengkapi bagian sisi pertumbuhan. Umumnya rumput laut tumbuh secara liar dan masih
belum dimanfaatkan secara baik. Sebagai penghasil asam alginate untuk bahan pembuatan
cat, obat-obatan, pembuatan gel pada industry tekstil dan ice cream.
5) Sargassum histrik
Devisio
Kelas
Ordo
Familia
Genus
Spesies
Rumput laut

: Phaeophyta
: Phaeophyceae
: Fucales
: Fucaceae
: Sargassum
: Sargassum histrik
jenis Sargassum umumnya merupakan tanaman perairan yang mempunyai

warna coklat, berukuran relatif besar, tumbuh dan berkembang pada substrat dasar yang kuat.
Bagian atas tanaman menyerupai semak yang berbentuk simetris bilateral atau radial serta
dilengkapi bagian sisi pertumbuhan. Umumnya rumput laut tumbuh secara liar dan masih
belum dimanfaatkan secara baik. Sebagai penghasil asam alginate untuk bahan pembuatan
cat, obat-obatan, pembuatan gel pada industry tekstil dan ice cream.

6) Turbenaria lamaour

Domain

: Eukariotik

Kingdom

: Plantae

Devisio

: Phaeophyta

Kelas

: Phaeophyceae

Ordo

: Fucales

Familia

: Sargassaceae

Genus

: Turbinaria

Spesies

: Turbinaria lamour

Tubuh berupa talus, mengandung pigmen coklat atau pirang, dinding sebelah dalam terdiri
dari selulosa, sebelah luar terdiri dari pectin dan dibawah pectin terdapat algin, habitat di air
laut dan air tawar, perkembangbiakan vegetative dengan zoospore, perkembangbiakan
generative dengan isogami, mengalami pergiliran keturunan.
7) Ganggang Merah
Devisio
: Rhodophyta
Kelas
: Rhodophyceae
Ordo
: Gelidiales
Familia
: Gelidiaceae
Genus
: Gelidium
Spesies
: Gelidium spinosum
Ciri khas Rhodophyta atau alga merah adalah memiliki pigmen berwarna merah (fikobilin)
yang melimpah. Meskipun demikian beberapa alga merah (Rhodophyta) mempunyai warna
agak hijau dan kecokelatan. alga merah (Rhodophyta) tumbuh pada bebatuan di daerah
pasang hingga di kedalaman mencapai 90 meter di bawah permukaan laut di mana
gelombang cahaya tertentu dari sinar matahari masih mampu mencapainya. Talus alga merah
relatif besar, namun jarang yang panjangnya melebihi 90 cm. Beberapa jenis alga merah
berbentuk filamen tetapi kebanyakan membentuk struktur kompleks yang bercabang-cabang
menyerupai bulu atau pipih menyebar menyerupai pita. Alga merah Merupakan alga yang
tubuhnya bersel banyak (multiselluler), memilki klorofil a dan b dengan pigmen dominan
merah (fikoeritrin) dan karotin. Bentuk tubuh alga merah (Rhodophyta) menyerupai
tumbuhan tinggi dan hidup di laut banyak dimanfaatkan manusia untuk bahan makanan agaragar. Cara reproduksi alga merah secara vegetatif dengan membentuk spora dan secara
generatif dengan anisogami. alga merah Gamet jantannya tidak memiliki flagela dan disebut

spermatium. Adapun gamet betinanya berflagela, dan disebut karpogonium. Alga merah
untuk kawin, gamet bergantung pada arus air. Alga merah dapat menyediakan makanan
dalam jumlah banyak bagi ikan dan hewan lain yang hidup di laut. Menghasilkan karagen
yang dimanfaatkan untuk penyamak kulit, bahan pembuat krem, dan obat pencuci rambut.
Menghasilkan bahan serupa gelatin yang dikenal sebagai agar-agar. Gel ini digunakan oleh
para peneliti sebagai medium biakan bakteri dan fase padat pada elektroforesis gel, untuk
pengental dalam banyak makanan, perekat tekstil, sebagai obat pencahar (laksatif), atau
sebagai makanan penutup. Beberapa alga merah bermanfaat sebagai penyokong penting bagi
batu karang tropis. Alga merah juga dapat menghasilkan carrageenan, suatu zat aditif yang
dapat ditambahkan pada puding dan es krim. Selain itu, alga merah yang dikeringkan banyak
digunakan dalam beberapa hidangan masakan Jepang.

Kesimpulan

Banyak sekali alga mikroskopis yang saya dan teman-teman temukan dari semua
preparat air laut, air kolam hijau, air sawah, air es dan air gallon.
Pada air luat terdapat alga

spirogyra, chaetophora, tetraspora, ankistrodesmus, mikrospora, mougeotia, ophiocytium,


crucigenia, bulbachaeta, protococcus, kirchneriela, oedogonium, hidrodictyom, characium,
ulotrix, tribonema dan selenastrum.
Pada air kolam hijau
fitospora,

tetraspora,

dictyosphaerium,

:
ankistrodesmus,

chaetophora,

oedogonium.
Pada air sawah

spirogyra,

ophiocytium,
selenastrum,

pediastrum,
drapalmadia,

protococcus,
mougeotia,

ankistrodesmus, tetraspora, mougeotia, protococcus, dictyosphaerium, sorastrum,


spirogyra, kirchneriella, chaetophora, sorastrum, ophiocytium, botryococcus, microspora,
pediastrum, ulotrix, richterella, oedogonium, crucigenia, digtyosphaerium.
Pada air es
cladophora,

:
tetraspora, ankistrodesmus, protococcus, spirogyra, dictyosphaerium,

kirchneriella, scenedesmus, ophiocytium, craciyenia, drapamaldia, chaetophora, richterella,


pedinomanes puber, selenastrum, tribonema, ulotrix, oedogonium, characium, mougeotia.
Pada air gallon

richterella, tetraspora, ophiocytium, ankistrodesmus, coelastrum, crucigenia, bulbochaeta,


protococcus, pediastrum, selenastrum, ulotrix, cladophora, drapornalida, chaetophora,
tribonema, mougeotia, dictyosphaerium, characium.
Yang terdapat pada kelima preparat tersebut:
Chaetophora, tetraspora, ankistrodesmus, mougeotia, protococcus.
Alga yang saya temukan dikelima preparat pada air laut, air kolam hijau, air sawah,
air es dan air gallon ada yang sama. Itu menandakan bahwa air gallon yang kita minum tidak
terlalu bersih. Ada juga kemungkinan kita kurang teliti dalam membandingkan objek yang
kita temukan dengan gambar pembanding. Alga mikroskopis adalah alga yang tidak dapat
dilihat dengan mata telanjang melainkan harus dengan menggunakan mikroskop. Sedangkan
alga makroskopis adalah alga yang dapat dilihat tanpa mikroskop dan bentuknya sangat
beragam dan warnanya menarik. Semua alga tersebut tidak dapat dibedakan antara batang,
daun dan akar tetapi memiliki tallus dan rizhoid. Terkadang tubuhnya seperti tumbuhan
tingkat tinggi. Memiliki klorofil yang berfungsi mengubah zat anorganik menjadi zat organic.
Merupakan penyusun plankton yang penting di dalam air.

Saran

1. Menyiapkan semua alat dan bahan dalam keadaan steril agar tidak terdapat mikroskopis lain
dari preparat.
2. Membersihkan mikroskop dan saat melakukan pengamatan jangan sampai salah dengan debu
3.

yang ada pada kaca mikroskop.


Memfokuskan mikroskop terlebih dahulu untuk menemukan mikroskopis yang akan

diamati.
4. Masing-masing preparat menggunakan pipet yang berbeda.

5.

Sebaiknya objek yang ada pada mikroskop difoto agar menghemat waktu dan lebih jelas

dalam membandingkan dengan gambar pembanding.


6. Menggambar awetan harus dengan teliti dan memperhitungkan waktunya
Daftar Pustaka

Ariyanto. 2000. Biologi Umum. Jakarta: Erlangga.


Campbell, Neil A, J.B Reece dan L.G Mitchell. 2003. Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Pelczar, Michael. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI-Press.
Suriawiria, Unus. 2003. Mikrobiologi Air. Bandung: PT. ALUMNI.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada
Universitas Press.

LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI 1

1. A.

Judul

: Alga Mikroskopis dan Alga Makroskopis

2. B.

Hari, Tanggal

: Praktikum 1 alga mikroskopis 20 Maret 2013

Praktikum II alga mikroskopis 27 Maret 2013


Praktikum alga makroskopis 3 April 2011
1. C. Tujuan

: Mengetahui,mendiskripsikan dan mengklasifikasi

berbagai macam spesies serta ciri-ciri dari alga mikroskopis dan makroskopis
1. D.

Dasar Teori

Algae atau Ganggang merupakan tumbuhan thalus yang mengandung klorofil serta
derivitnya, sehingga algae dapat hidup dengan cara autotrof,disamping itu algae juga dapat
melakukan simbiosis dengan organisme lain. Tubuh algae ada yang bersel satu, berkoloni
maupun bersel banyak. Tempat hidup dari algae biasanya adalah air, baik air tawar maupun
air asin dan ditempat-tempat yang basah ataupun lembab.
Sistem klasifikasi algae ada bermacam-macam. Seiring dengan majunya ilmu pengetahuan
terutama dalam penelitian fisiologi, biokimia, dan penggunaan mikroskop elektron, maka
klasifikasi algae ke dalam divisinya, kini didasarkan pada:
1. pigmentasi,
2. hasil fotosintesis,

3. Flagelasi
4. sifat fisik dan kimia dinding sel,
5. ada atau tidak adanya inti sejati.
Atas dasar hal tersebut, Smith membagi algae menjadi Divisi:
1. Chlorophyta
2. Euglenophyta
3. Pyrrophyta
4. Chrysophyta
5. Phaeophyta
6. Rhodophyta
7. Cyanophyta
8. Pyrrophyta
9. Chrysophyta
10. Euglenophyta termasuk Protista (Protista algae)
11. Cyanophyta termasuk Monera.
Kelompok alga terbagi menjadi dua divisi yaitu :
1. Alga Prokariotik
2. Alga Eukariotik
a.

Alga Prokariotik

Alga biru-hijau kini dimasukkan sebagai bakteri sehingga dinamakan Cyanobacteria(bakteri


biru-hijau,dulu disebut Cyanophyceae) dengan demikian,sebutan alga menjadi tidak valid,
Cyanobacteria memiliki struktur sel prokariotik seperti halnya bakteri, namun mampu
melakukan fotosintesis langsung karena memiliki klorofil.Sebelumnya,alga ini bersama
bakteri masuk ke dalam kerajaan monera.Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya
diketahui bahwa ia lebih banyak memiliki karakteristik bakteri sehingga dimasukkan ke
dalam kelompok baltei benar(Eubacteria).Sebagai tambahan, beberapa kelompok organisme
yang sebelumnya sebagai bakteri,sekarang malah dipisahkan menjadi kerajaan sendiri
,Archaea.
b.

Alga Eukariotik

Jenis- jenis alga lainnya memiliki struktur sel eukariotik dan mampu berfotosintesis,entah
dengan klorofil maupun dengan pigmen-pigmen lain yang membantu dalam asimilasi
energy.
Dalam taksonomi paling modern, alga-alga eukariotik meliputi filum/division berikut ini:
1. Archaeplastida: Regnum Viridiplantae atau Plantae
(tumbuhan)

Fillum Chlorophyta (alga hijau)

Fillum Charophyta (alga hijau berkarang)

2. Archaeplastida : Regnum incertae sedis

Fillum Rhodophyta(alga merah)


3.

Archaeplastida : Regnum incertae sedis

4.

Superregnnum Caboza:Regnum Excavata

Fillum Glaucophyta

5. Superregnum Cabozoa : Regnum Rhizaria

Fillum Cercozoa (kelas Cholorarachnia)

1. E.

Alat dan Bahan


1. Alga Mikro

ALAT :

BAHAN:

2 Mikroskroskop

Air kolam hujau

5 Pipet

Air laut

5 Cawan Petri

Air sawah

5 Deck Gelas

Air es batu

5 objek gelas

Air gallon

Kamera

Tisue

Kertas HVS

1. Alga Makro

Awetan Algae

Tissue

Kertas HVS

Kamera

Pensil
1. F.

Langkah Kerja

Alga Mikro

1. Menyiapkan alat dan bahan.


2. Membersihkan alat seperti kaca preparat, kaca penutup, pipet, cawan petri dengan
menggunakan alkohol.
3. Meneteskan 1 tetes air galon,air sawah,air kolam hijau,air laut,air es batu pada kaca
preparat kemudian menutupnya menggunakan kaca penutup dan jangan sampai ada
gelembung udara.
4. Mengamati dengan mikroskop dan mengambar hasil pengamatan tersebut, kemudian
membandingkan gambar dengan gambapr pembanding yang dambil dari kamera.
5. Mengklasifikasikan jenis alga yang kita amati.

Alga Makro

1. Mengambil preparat jenis awetan alga yang sudah ditentukan


2. Mengamati preparat tersebut dan menggambarnya jenis awetan tersebut.
3. Mengklasifikasi alga yang telah di gambar.
1. G.

Hasil pengamatan
Alga Mikroskopis (praktikum 1)

N Kelo
o m
pok

Air Laut

Air Kolam hijau

Air Sawah

Air Es

Air Galon

1. Kel 1

Spirogyra

Tetraspora

Cladophora

Richterella

Tetraspora

Tetraspora

Ankistrodesmus

Chaetophora

2. Kel 2 Tetraspora Tetraspora

Tetraspora

Ankistrodesmu Ankistrodesmus Ankistrodesmus Ankistrodesmus


s
Selenastrum Mougeotia
Protococcu
Mikrospora

3. Kel 3 Tetraspora Tetraspora

Protococcus

Mougeotia
Tetraspora

Ankistrodesmus

Ankistrodesmu Ophiocytium Ankistrodesmus


s
Pediastrum Mougeotia
Mikrospora

Protococcu
Ankistrodesmus
Tetraspora
Ophiocytium

Tetraspora

Protococcus
Protococcu
Dictyospaerium

Spirogyra

Mikrospora Dictyospaerium Protococcus

Crucigenia Chaetophora Sorastrum


Dictyospaerium

Tetraspora

4. Kel 4
Ophiocytium

Ophiocytium

Coelastrum
Crucigenia

Bulbochaeta

5. Kel 5

Protococcus
Sphyrogyra

Sphyrogyra

Sphyrogyra

Ankistrodesmus

6. Kel 6

Kirchberiell
Ankistrodesmu Ankistrodesmus
s

Ankistrodesmus

Ophiocytium
Bulbochaet

Ankistrodesmus Ankistrodesmus


Kirchneriella

Selenastrum Ankistrodesmus

Protococcus Protococcus

Protococcus

Kirchneriell

Scenedesmus

Ophiocytium

Protococcus

Pediastrum

Sorastrum

Ulothrix

Protococcus

Chaetopora
Tetraspora

7. Kel 7
Ophiocytium

Protococcus

Oedogonium

8. Kel 8
Ophycytium

Selenastrum
Drapamaldi

Protococcu

Tetraspora

Chaetopor

Mougeotia

Protococcus
Ankistrodesmus
Sorastrum

Clodophora Chadiophora

Ophycytium

Ankistrodesmu Oedogonium
s

Ankistrodesmus
Tetraspora Ankistrodesmus

9. Kel 9

Protococcus

Crucigenia

Drapamaldia

Mougeotia

Protococcus Protococcus

Ophiocytiu

Ankistrodesmus Ophiocytium

Protococcus

Mougeotia

Riehtereila
Ophyochytium

Tetraspora
Pediastrum
tuberculota

Tetraspora
Sorostrum
Ophiocytium

Selenastrum

Spirogyra Ophiocytium
Butryococcus

Mougeotia

Spirogyra Ophiocytium
Ankistrodesmus
Tribonema

Microspora
Hydrodiction
Protococcus

Richlerella

Protococus

Ophiocytium

Sprogyra

Mougeotia

hydrodyction

Ankistrodesmus

10 Kel
. 10 Kirchneriella

Pediastrum

Tetraspora Protococcus

Bulbochaeta

Pediastrum

Ankistrodesmus Ankistrodesmus

Chaetophora

Tetraspora

Ulothrix

Characium Ankistrodesmus

Ulothrix

Kirchneriella

Richterella

Protococcus

Ophiocytium

Pediastru

Alga Mikroskopis (Praktikum 2)

Kelo
No m
.
pok

Air Laut

Air Kolam hijau

1. Kel 1

Ankistrodesmus

Oedogonium

2. Kel 2

Mougeotia

Air Es

Air Galon

Bulbochaeta
Richterella
Ulothrix

Protococcus
Caelastrum
Ankistrodesmus

Tribonema
Ophiocytium
Mougeotia
Protococcus
Tetraspora Tetraspora
Tetraspora
Mougeotia Pediastrum
Ophiocytium

muogeotia

Ankistrodesmus protococcus

Air Sawah

Protococcus

Ankistrodesmus Ankistrodesmus

Ankistrodesmus

Spirogyra

Protococcus

Tetraspora

oedogonium

Bulbochaeta

Ulotrix

Richterella

mougeotia Tetraspora

ankistrodesmus

Oedogonium

Ophiocytium

Scenedesmus Tribonema

Tetraspora

Mougeotia

Tetraspora

3. Kel 3 Tetraspora

tetraspora

Oedogonium

Protococcus Tetraspora

Oedogonium

Kirchneriella

Sorastrum

Mougeotia

Microspora

Characium

Tribonema

Ophiocityum

Tetraspora

Ankistrodesmus

Chaetophora

Selenastrum

Protococcus
Ankistrodesmus
Oedogonium

Characium Dictyospaerium

Protococcus

Tetraspora

Oedogonium Ankistrodesmus
Characium

Tetraspora
Ophiocytium
Protococcus
Mougeotia

Ankistrodesmus

Ankistrodesmus
Tribonema

4. Kel 4

Mougeotia

Sorastrum

Spirogyra
Ankistrodesmus
Spirogyra
Chaetophora
Sorastrum
Protococcus
Protococcus
Pediastrum
Chaetophora
Ophiocytium
Spirogyra
Ulotrix
Coelastrum
Protococcus

Crucigenia Ankistrodesmus

Dictyospaerium

Spirogyra

Protococcus

Ankistrodesmus

Sorastrum

Pediastrum

Crucigenia

Dictyosphaerium

5. Kel 5

Mougeotia
Ankistrodesmus ankistrodesmus ankistrodesmus
Ophiocytium

Mougeotia
tetraspora
Oedogonium

Tetraspora
oedogonium

Ophiocytium

6. Kel 6
Drapamaldia

Ulothrix

7. Kel 7

Tetraspora Ankistrodesmus

mougeotia

Ankistrodesmus

Ophiocytium

Drapamaldia

Spyrogyra Ankistrodesmus

Ulothrix
Ankistrodesmus

Protococcus
Ophiocytium

oedogonium

Protococcus

Spirogyra
Mougeotia

Ankistrodesmus Ankistrodesmus

Tribonema

Ophiocytium

Richterella

Tribonema

Ulothrix

Ceucigenia

Crucigenia

Ophiocytium

Characium

Crucigenia

Oedogonium Pediastrum
Ankistrodesmus
Tribonema
Chaetopora Ophiocytium
Ulothrix

Protococcus
Ankistrodesmus Pediastrum
Ankistrodesmus
Pediastrum
Richterella Protococcus
Richterella

Protococcus Tetraspora Kirchneriella


Protococcus

Richterella

Ophiocytium

Tetraspora

Coelastrum

Tribonema

Richterella Tetraspora

8. Kel 8

Mougeotia
Ankistrodesmus Ankistrodesmus

Tetraspora Mougeotia Ankistrodesmus

Ophiocytium Protococcus
Ophiocytium

Richterella Ophiocytium
Characium
Characium Characium

Mougeotia

Coelastrum

Chaetophora
Coelastrum

Cladophora
Ophiocytium
Ophiocytium
Scenedermus
Protococcus

Coelastrum

Cladophora

Tetraspora

9. Kel 9

Protococcus
Mougeotia

Microspora

Botryoccoccus

Ankistrodesmus

Chaetophora

Ulotrix

Spirogyra

Zygnema

Tetraspora

Mougeotia

Microspora

Spirogyra

Sorastrum

Ophiocytium

Chaetophora

Protococcus

Crucigenia

Ankistrodesmus

Ankistrodesmus Ankistrodesmus

Crucigenia

Ulotrix

Protococcus

Ankistrodesmus

Drapamaldia Tetraspora

10 Kel
. 10

Cladophora

Spirogyra

Chaethopora
Ankistrodesmus
Protococcus
Sorastrum
Coelastrum
Protococcus

Tribonema

Oedogonium

Protococcus

Richterella

Ankistrodesmus Ankistrodesmus

Cladophora

Spirogyra

Ophicytium

Kirchneriella

Coelastrum

Sorastrum

Tetraspora

Coelastrum

Gambar jenis Alga yang kami temukan dari hasil praktikum kami

Air Laut

Air Es

Mougeotia

Air Galon

Air Laut

Air Sawah

Alga Makroskopis

GAMBAR

Ulva Lactuca

KLASIFIKASI

Divisio : Chlorophyta

Class

: Chlorophyceae

Ordo

: Ulvales

Familia : Ulvaceae

Genus

Species : Ulva Lactuca

Divisio : Thallophyta

Class

: Chlorophyceae

Ordo

: Ulotrichales

Familia : Ulvaceae

Genus

: Ulva

Ulva Sp

: Ulva

Species : Ulva sp

Divisio : Phaeophyta

Class

: Phaeophyceae

Ordo

: Fucales

Familia : Sargassaceae

Genus

Species : Turbinaria Lamour

Divisio : Thallophyta

Class

: Phaeophyceae

Ordo

: Fucales

Turbinaria Lamour

: Turbinaria

Sargassum Hystrix

Familia : Fucaceae

Genus

Species : Sargassum Hystrix

Divisio : Phaeophyta

Class

: Phaeuphyceae

Ordo

: Fucales

Familia : Sargassaceae

Genus

Species : Sargassum sp

Divisio : Phaeophyta

: Sargassum

Sargassum sp

:Sargassum

Sargassum C.AG

Class

: Phaeophyceae

Ordo

: Fucales

Familia : Sargassaceae

Genus

Species : Sargassum polyastum

Divisio : Rhodophyta

Class

: Rhodophyceae

Ordo

: Gigartinales

Familia : Gracilariaceae

Genus

Species : Gracilaria sp

: Sargassum

Alga Merah

: Gracilaria

Rhodophyceae

Divisio : Rhodophyta

Class

: Rhodophyceae

Ordo

: Zygomycetales

Familia : Mucoraceae

Genus

Species : Mucer mucedo

Divisio : Rhodophyceae

Class

: Floridetes

Ordo

: Gelidiaes

Familia : Gelidiaceae

Genus

: Mucor

Gelidium Lichenoides

: Gelidium

1. H.

Species : Gelidium Lichenoides

Pembahasan

v Alga Mikro
1. Chaetophora
Ciri-ciri :

Sel berinti satu dengan kandungan Kloroplas.

Terdiri atas benang-benang

Merayap dan tubuh bersifat Heterotrik

Cara Hidup :

Autotrof

Habitat :

Daratan

Batang dan daun yang lembab serta perairan tawar

Perkembangbiakan :

Vegetatif dalam bentuk 2 oospora dan Generatif dalam bentuk isogomi dan zoogomi

Klasifikasi :

Divisio

: Thallophyta

Class

: Chaetophoraceae

Ordo

: Chaetophorales

Familia

: Chaetophoraceae

Genus

: Chaetophora

Species

: Chaetophora sp

1. Cladophora
Ciri-ciri :

Sel berinti banyak dengan kandungan Kloroplas dan mengandung pirenoid.

Membentuk koloni berupa benang-benang bercabang dan menempel pada substrat

Cara Hidup :

Autotrof

Habitat :

Air tawar dan air laut

Perkembangbiakan :

Vegetatif dalam bentuk zoospora dan Generatif dalam bentuk isogomi

Klasifikasi :

Divisio

: Thallophyta

Class

: Chlorophyceae

Ordo

: Clodophorales

Familia

: Clodophoraceae

Genus

: Cladophora

Species

: Cladophora sp

1. Oedogonium
Ciri-ciri :

Sel berinti satu dengan kandungan Kloroplas yang berbentuk jala.

Membentuk koloni berupa benang-benang

Cara Hidup :

Autotrof

Habitat :

Air tawar

Perkembangbiakan :

Vegetatif dalam bentuk zoospora dan Generatif dalam bentuk isogomi dan oogami

Klasifikasi :

Divisio

: Thallophyta

Class

: Chlorophyceae

Ordo

: Oedogonirales

Familia

: Oedogoniaceae

Genus

: Oedogonium

Species

: Oedogonium sp

1. Ankistrodesmus
Ciri-ciri :

tipis

Organisme ini berwarna hijau dan tidak motil dan bersel satu selnya berbentuk cresent

Biasanya berkoloni empat hingga delapan dengan membentuk sudut satu dengan
lainnya
Cara Hidup :

Autotrof

Habitat :

Perairan dan dapat hidup pada pipa saluran air, air dalam kendi, dan air tandon

Perkembangbiakan :

Aseksual dengan membentuk zoospora dan seksual dengan anisogami

Klasifikasi :

Divisio

: Chlorophyta

Class

: Chlorophyceae

Ordo

: Chlorococcales

Familia

: Oocystaceae

Genus

: Ankistrodesmus

Species

: Ankistrodesmus sp

1. Coelastrum
Ciri-ciri :

Merupakan tumbuhan talus

Dengan 1 inti yang mengandung kloroplas dengan membentuk koloni.

Cara Hidup :

Autotrof dan ada pula yang bersimbiosis dengan organisme lain.

Habitat :

Perairan tawar

Tembok dan kulit pohon yang lembab

Perkembangbiakan :

Pekembangbiakan dengan vegetatif membentuk zoospore sedangkan generatif dengan


isogami.
Klasifikasi :

Divisio

: Chlorophyta

Class

: Chlorophyceae

Ordo

: Chlorococcales

Familia

: Coelastraceae

Genus

: Coelastrum

Species

: Coelastrum cubicum

1. Tetraspora
Ciri-ciri :

Merupakan organisme uniseluler,secara berkoloni.

Mempunyai klorofil

Cara Hidup :

Autotrof.

Habitat :

Perkembangbiakan :

Tidak berflagel sehingga tidak bias bergerak,merupakan produsen primer,penyedia


oksigen nomer 1.
Klasifikasi :

Divisio

: Chlorophyta

Class

: Chlorophyceae

Ordo

: Tetrasporales

Familia

: Tetrasporaceae

Genus

: Tetraspora

Species

: Tetraspora Limnecticus

1. Protococcus
Ciri-ciri :

Mempunyai inti dan ikloroplas

Cara Hidup :

Autotrof.

Habitat :

Plankton didalam air tawar dan juga menempel pada kulit-kulit pohon dan tembok
yang basah.
Perkembangbiakan :

Perkembangbiakannya dengan zoospore dengan 2 bulu cambuk,berkoloni,dinding


selnya berbentuk bulat
Klasifikasi :

Divisio

: Chlorophyta

Class

: Chlorophyceae

Ordo

: Ctenocladales

Familia

: Ctenocladaceae

Genus

: Protococcus

Species

: Protococcus viridis

1. Ulothrix
Ciri-ciri :

Terdiri dari bercabang, filamen uniseriate. Sel-sel dari filamen diatur ujung ke ujung

Cara Hidup :

Autotrof.

Habitat :

Perkembangbiakan :

Ulothrix berlangsung melalui metode vegetatif, aseksual dan seksual.

Klasifikasi :

Divisio

: Chlorophyta

Class

: Chlorophyceae

Ordo

: Ulotrichales

Familia

: Ulotrichaceae

Genus

: Ulothrix

Species

: Ulothrix sp

i.

Pediastrum

Ciri-ciri :

Sel poligonal (bersudut banyak) yang tersusun dari satu bidang pipih setebal selnya

Senobium mungkin padat atau berlubang.

Jika jumlah sel senobium ada 16 atau lebih, cenderung membentuk lingkaranlingkaran yang ke arah dalam makin kecil
Cara Hidup :

Autotrof.

Habitat :

Daerah perairan yang kaya ikan.

Perkembangbiakan :

Perkembangbiakan aseksual dengan membentuk zoospore. Sedangkan secara seksual


dengan isogami
Klasifikasi :

Divisio

: Chlorophyta

Class

: Chlorophyceae

Ordo

: Chlorococcales

Familia

: Hydrodictyaceae

Genus

: Pediastrum

Species

: Pediastrum sp

J . Spirogyra
Ciri-ciri :

Merupakan filamen tidak bercabang.

Koloni Spirogyra berbentuk benang.

Panjang sel sampai beberapa kali lebarnya

Dinding lateral sel terdiri dari tiga lapis. Lapisan terluar dari pektose, dan dua lapisan
dalam dari selulose.

Setiap sel Spirogyra mengandung sebutir kloroplas yang umumnya berukuran besar
dan terikat dalam sitoplasma tepat di dalam dinding sel.
Cara Hidup :

Autotrof.

Habitat :

di kolam air tawar yang jernih dalam massa yang sangat besar, biasanya hidup
melayang di permukaan air (planktofit).
Perkembangbiakan :

Perkembangbiakan aseksual dengan fragmentasi membentuk aplanospora, akinet dan


partenospora. Perkembangbiakan seksual secara konjugasi lateral dan konjugasi skalar.
Klasifikasi :

Divisio

: Chlorophyta

Class

: Chlorophyceae

Ordo

: Zygnematales

Familia

: Zygnemataceae

Genus

: Spirogyra

Species

: Spirogyra sp

v Alga Makro
Dalam praktikum alga makroskopis jenis awetannya kebanyakan banyak yang rusak dan
terpisah antara batang dan daunnya kecuali alga merah dan alga keemasan sehingga kita
susah dalam menggamati dan menggambar struktur alga tersebut. Sebagian dari awetan
tersebut tidak tertuliskan klasifikasinya sehingga kita dapat mencari klasifikasi dari masingmasing alga. Kita menggambar 9 jenis awetan,tapi haya diwajibkan 6 jenis
awetan,diantaranya : Ulva lactuba,Sargassum sp,Sargasum histrik,Sargasum C.AG,
Turbinaria lamour,Ulva sp.
1. Ulva Lactuca

Habitat :

Terdapat didasar pantai berbatu atau pasir

Reproduksi :

Vegetatif dengan cara fregmentasi, sel koloni

Generative dengan konjugasi sel gamet yang dilepaskan dari induknya menghasilkan
zigospora.

menghasilkan zoospora.

Morfologi :

Thallus pada tumbuhan ini menyerupai kipas, dimana bentuk tubuhnya pipih

Berbentuk lembaran yang tipis

Menempel pada batu dan tanah

Fisiologi :

Cara hidup dengan ganggang ini yaitu dengan melakukan fotosintesis untuk
menghasilkan protein dan amilum.

Menghasilkan O2 dari fotosintesis

Anatomi :

Terdapat kloroplas dimana didalam kloroplas terdapat perenoid yang berfungsi dalam
pembentukan amilum

Mengandung zat warna hijau (klorofil) sehingga berwarna hijau (chlorophyta)

1. Sargassum sp

Ciri-ciri :

Phaeophyta (ganggang coklat/ perang) warna coklat karena adanya pigmen fikosantin
(coklat), klorofil a, klorofil b dan xantofil.

Tubuh berbentuk seperti benang atau lembaran yang dapat mencapai puluhan meter

Manfaat :

Penghasil asam alginat, sebagai bahan campuran es krim, cat, obat-obatan, lateks
sintetis.sebagai makanan ternak,Sumber I2(Iodium) dan K (Kalium).
Habitat :

Tidak ditemukan zat tepung, Hidup di pantai

Air tawar

Air laut

Daerah iklim sedang dan dingin

Perkembangbiakan :

Reproduksi vegetatif dengan fragmentasi generatif dengan isogami dan oogami.


1. Sargssum C.AG

Ciri-ciri :

Pada bagian morfologi memiliki warna agak kecoklatan, yang berbentuk seperti daun
dan doperkuat oleh suatu rusuk tengah.

Berwarna coklat / pirang, sebagai hasil asimilasi dan sebagai zat makanan.

Berwarna coklat / pirang, sebagai hasil asimilasi dan sebagai zat makanan.

Manfaat :

Peranan ganggang ini memiliki peran sebagai bahan kebutuhan manusia, misalnya
dapat dijadikan sebagaibahan obat-obatan.
Habitat :

Tidak ditemukan zat tepung,Hidup di dalam air hidupnya sebagai bentos yang
melekat pada suatu substrat dengan benang-benang pendek yang bercabang.

Dilaut dan didaerah iklim sedang dan dingin.

Hidup melekat pada batu-batu dan kayu.

Perkembangbiakan :

Perkembangbiakan terjadi secara seksual (oogami). Struktur gametnya besar tidak


dapat bergerak, zigot berkecambah langsung menjadi tumbuhan baru.
1. Ulva sp
Ciri-ciri :

Ulva sp termasuk dalam classis Chlorophyceae karena memiliki kloroplas yang


berwarna hijau yang mengandung klorofil-a, klorofil-b, dan karotenoid.

Termasuk dalam ordo ulotrichales karena sel-selnya mempunyai satu inti dan satu
kloroplas.

Berbentuk talus yang lebar dan melekat pada satu alas (substrat), alat perekat berupa
rhizoid.
Habitat :

Hidup di laut dengan cara melekat pada substrat (batu karang).

Perkembangbiakan :

Perkembangbiakan dengan isogami yaitu zoospore dengan 4 bulu cambuk, gamet


sama besar, masing-masing dengan dua bulu cambuk.
1. Turbinaria lamour
Ciri-ciri :

Turbenaria lamour tubuhnya berupa talus.

Mengandung pigmen coklat atau pirang.

Dinding sebelah dalam terdiri dari selulosa.

Sebelah luar terdiri dari pectin dan di bawah pectin terdapat algin.

Habitat :

Di air laut dan air tawar

Perkembangbiakan :

Perkembangbiakan vegetative dengan zoospore, perkembangbiakan generative


dengan isogami, mengalami pergiliran keturunan.

1. Sargassum hystrix
Ciri-ciri :

Pada bagian morfologi memiliki warna pirang, yang berbentuk pita ditengahnyatengahnya dan doperkut oleh suatu rusuk tengah.
Manfaat :

Sebagai bahan kebutuhan manusia, misalnya dapat dijadikan sebagaibahan obatobatan. Berwarna coklat / pirang, sebagai hasil asimilasi dan sebagai zat makanan.

Habitat :

Habitat ganggang ini dalam air, hidupnya sebagai bentos yang melekat pada suatu
substrat dengan benang-benang pendek yang bercabang.

Tidak ditemukan zat tepung, hidup di air tawar.

Dilaut dan didaerah iklim sedang dan dingin, hidupnya melekat pada batu-batu, kayu.

Perkembangbiakan :

Perkembangbiakan terjadi secara seksual (oogami). Struktur gametnya besar tidak


dapat bergerak, zigot berkecambah langsung menjadi tumbuhan baru.
1. I.

Kesimpulan

Alga dibedakan secara sederhana menjadi 4 kelompok,yakni alga coklat(Phaeophyta),alga


merah(Rhodophyta),alga keemasan(Crysophyta),dan alga hijau(Clorophyta).
v Alga yang termasuk :Phaeophyta yaitu Dictyota dichotoma, Turbinaria sp, dan Ectocarpus
sp
v Alga makroskopis yang termasuk Chlorophyta yaitu Halimeda sp dan Ulva lactuca
v Alga makroskopis yang termasuk Rhodophyta yaitu Gracillaria sp

1. J.

Daftar pustaka

Waluyo, Lud, 2005.Mikrobiologi Umum. Universitas Muhammadiyah : Malang.


Suriawiria,UNUS.1996.Mikrobiologi Air dan Dasar-dasar Pengolahan buangan secara
biologis.Penerbit Alumni : Bandung.

Cambell, N. A. 2003. Biologi Edisi kelima-Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Tjitrosoepomo,Gembong.Taksonomi Tumbuhan.Yogyakarta : Gadjah Mada


University Press, 1989.

PEMAPARAN MATERI ALGAE


A. DESKRIPSI MENGENAI ALGA
Alga (jamak Algae) adalah sekelompok organisme autotrof yang tidak
memiliki organ dengan perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat
dianggap tidak memiliki "organ" seperti yang dimiliki tumbuhan (akar, batang,
daun, dan sebagainya). Karena itu, alga pernah digolongkan pula sebagai
tumbuhan bertalus.
Istilah ganggang pernah dipakai bagi alga, namun sekarang tidak
dianjurkan karena dapat menyebabkan kekacauan arti dengan sejumlah
tumbuhan yang hidup di air lainnya, seperti Hydrilla. Dalam taksonomi yang
banyak didukung para pakar biologi, alga tidak lagi dimasukkan dalam satu
kelompok divisi atau kelas tersendiri, namun dipisah-pisahkan sesuai dengan
fakta-fakta yang bermunculan saat ini. Dengan demikian alga bukanlah satu
kelompok takson tersendiri.
Secara ringkas ciri cirri algae, antara lain :
1.

Organism yang mengandung klorofil dengan tubuh seperti thallus.

2.

Organ sex satu sel, jika multiseluler maka tiap sel fertile ( subur ) dan tidak ada
selubung sel steril.

3.

Tidak ada pembentukan embrio setelah peleburan gamet.

4.

Semua generasi yang terdapat dalam siklus hidupnya adalah bebas, tidak ada
alga yang sporofitnya parasit pada tumbuhan gametofitnya.

5.

Hamper semua algae adalah aquatic.

6.

Dibawah tekanan kondisi yang buruk gametofit memperbanyak diri melalui


spora aseksual yang disebut mitospora
1. Kelompok-kelompok alga
Dalam pustaka-pustaka lama, alga selalu gagal diusahakan masuk dalam
satu kelompok, baik yang bersel satu maupun yang bersel banyak. Salah satu
contohnya adalah pemisahan alga bersel satu (misalnya Euglena ke dalam
Protozoa) dari alga bersel banyak (ke dalam Thallophyta). Belakangan disadari
sepenuhnya bahwa pengelompokan sebagai satu klad tidak memungkinkan bagi
semua alga, bahkan setelah dipisahkan berdasarkan organisasi selnya, karena
sebagian alga bersel satu lebih dekat berkerabat dengan alga bersel banyak
tertentu.
Saat ini, alga hijau dimasukkan ke dalam kelompok (klad) yang lebih
berdekatan

dengan

semua

tumbuhan

fotosintetik

(membentuk

klad

Viridiplantae). Alga merah merupakan kelompok tersendiri (Rhodophycophyta


atau Rhodophyceae); demikian juga alga pirang (Phaeophycophyta atau
Phaeophyceae) dan alga keemasan (Chrysophyceae).

1. 1. Alga prokariotik
Alga biru-hijau kini dimasukkan sebagai bakteri sehingga dinamakan
Cyanobacteria ("bakteri biru-hijau", dulu disebut Cyanophyceae, "alga biruhijau") Dengan demikian, sebutan "alga" menjadi tidak valid. Cyanobacteria
memiliki

struktur

sel

prokariotik

seperti

halnya bakteri,

namun

mampu

melakukan fotosintesis langsung karena memiliki klorofil. Sebelumnya, alga ini


bersama bakteri masuk ke dalam kerajaan Monera. Akan tetapi dalam
perkembangan

selanjutnya

diketahui

bahwa

ia

lebih

banyak

memiliki

karakteristik bakteri sehingga dimasukkan ke dalam kelompok bakteri benar


(Eubacteria).

Sebagai

tambahan,

beberapa

kelompok

organisme

yang

sebelumnya dimasukkan sebagai bakteri, sekarang malah dipisahkan menjadi


kerajaan tersendiri, Archaea.

1. 2. Alga eukariotik

Diagram yang menggambarkan teori mengenai evolusi alga (dan tumbuhan)

masa kini yang banyak didukung. Jenis-jenis alga lainnya memiliki struktur sel
eukariotik dan mampu berfotosintesis, entah dengan klorofil maupun dengan
pigmen-pigmen lain yang membantu dalam asimilasi energi. Dalam taksonomi
paling modern, alga-alga eukariotik meliputi filum/divisio berikut ini. Perlu
disadari bahwa pengelompokan semua alga eukariotik sebagai Protista dianggap
tidak valid lagi karena sebagian alga (misalnya alga hijau dan alga merah) lebih
dekat kekerabatannya dengan tumbuhan daripada eukariota bersel satu lainnya.

Archaeplastida : Regnum Viridiplantae atau Plantae (tumbuhan):


o

Filum Chlorophyta (alga hijau)

Filum Charophyta (alga hijau berkarang)

Archaeplastida : Regnum incertae sedis


o

Archaeplastida : Regnum incertae sedis


o

Filum Rhodophyta (alga merah)

Filum Glaucophyta

Superregnum Cabozoa: Regnum Rhizaria:


o

Filum Cercozoa

Superregnum Cabozoa: Regnum Excavata:


o

Kelas Chlorarachnia

Filum Euglenozoa

Regnum Chromalveolata: Superfilum Chromista


o

Filum Heterokontophyta (atau Heterokonta)

Kelas Bacillariophyceae (Diatomae)

Kelas Axodina

Kelas Bolidomonas

Kelas Eustigmatophyceae

Kelas Phaeophyceae (alga coklat)

Kelas Chrysophyceae (alga keemasan)

Kelas Raphidophyceae

Kelas Synurophyceae

Kelas Xanthophyceae (alga pirang)

Filum Cryptophyta

Filum Haptophyta

Regnum Chromalveolata: Superfilum Alveolata


o

Filum Dinophyta (atau Dinoflagellata)

1. Alga hijau
Alga

hijau

adalah

( CHLOROPHYTA )
kelompok

alga

berdasarkan

zat

warna

atau

pigmentasinya. Dalam taksonomi, semula semua alga yang tampak berwarna


hijau dimasukkan sebagai salah satu kelas dalam filum/divisio Thallophyta, yaitu
Chlorophyceae. Pengelompokan ini sekarang dianggap tidak valid karena ia
tidak monofiletik, setelah diketahui bahwa tumbuhan merupakan perkembangan
lanjutan dari anggota masa lalunya. Sebagai konsekuensi, alga hijau sekarang
terdiri dari dua filum: Chlorophyta dan Charophyta, yang masing-masing
monofiletik.
Anggota alga hijau ada yang bersel tunggal dan ada pula yang bersel
banyak, berwujud berkas, lembaran, atau membentuk koloni. Spesies alga hijau
yang bersel tunggal ada yang dapat berpindah tempat, tetapi ada pula yang
menetap.
Sel-sel alga hijau bersifat eukariotik (materi inti dibungkus oleh membran
inti). Pigmen klorofil terdapat dalam jumlah terbanyak sehingga alga ini

berwarna hijau, pigmen lain yang dimiliki adalah karotena dan xantofil.
Komposisi ini juga dimiliki oleh sel-sel tumbuhan modern.
Klorofil dalam pigmen lain terdapat dalam kloroplas yang bentuknya
bermacam-macam antara lain mangkuk, gelang, pita spiral, jala dan bintang. Di
dalam kloroplas terdapat butiran padat yang disebut pirenoid yang berfungsi
untuk pembentukan tepung.
Alga hijau merupakan golongan terbesar di antara alga dan kebanyakan
hidup di air tawar. Sebagian lagi hidup di darat, di tempat yang lembab, di atas
batang pohon, dan di laut. Beberapa genus dari alga hijau mempunyai alat gerak
berupa flagel dan bintik mata (stigma) Divisi Chlorophyta terdiri dari sejumlah
besar species algae, Prescott dalam vasishta ( 2000 ) memasukan sekitar 20.000
species dalam divisi ini. Chlophyta terdiri dari 1 classis tunggal Chlorophyceae.
Sel berupa thalus eukariotik, berwarna hijau kerna terdapat pigmen hijau kholofil
yang terdapat dalam plastid yang disebut kloroplas. Dalam kloroplas ini
tertanam pirenoid yang mempunyai hubungan erat dengan pembentukan
tepung,

sitoplasma

mengandung

vakuola,

beberapa

mempunyai

vakuola

kontraktil. Sel motil dari bentuk yang primitip memiliki stigma / bintik mata.
Penyebaran
Sebagian besar anggota Chlorophyta hidup aquatic, beberapa subaerial.
Bentuk subaerial umumnya ditemukan pada lingkup lembab, biasanya terdapat
sebagai flora tanah dan juga terdapat pada batu basah, cadas dan kayu basah.
Beberapa jenis ada yang epifit pada algae yang lebih besar. Bentuk aquatic
sebagai besar ( sekitar 90% ) hidup diair tawar melekat sebagai bentos ataupun
planktonik.
Struktur Thallus
Mempunyai dinding sel yang merupakan materi non hidup dari sel.
Dinding mengelilingi sejumlah kecil massa protoplasma. Dinding sel terdiri dari 2
lapis bagian dalam dengan penyusun utama selulosa, kecuali pada ordo
Siphonales penyusunnya adalah kalosa dan pectin bukan selulosa. Dinding luar
dibentuk oleh pektosa, pada Spirogyra dinding luar dari pektosa diganti dengan
pectin. Kandungan dari senyawa besi terdapat pada dinding sel beberapa
desmid.
Pigmen

Dalam kloroplas terdapat 1 tau lebih plastid yang bmengandung pigmen.


Pigmen yang terdapat pada Chlophyta dan Charophyta disebut kloroplas, pada
divisi algae yang lain selain Euglenophyta disebut kromatophora. Pastida yang
mengandung baik klorofil a maupun klorofil b disebut kloroplas. Sedang plastid
yang hanya mengandung klorofil a saja dengan karetenoid dikenal sebagai
kromathopora. Kloroplas terdiri dari 4 pigmen yaitu 2 pigmen hijau dan 2 pigmen
kuning ( pigmen hijau klorofil a dan b ; pigmen kuningnya karitin dan santofil ).
Reproduksi
Pada laga hijau dapat dilakukan baik secara vegetative, aseksual maupun
seksual.
1.

Reproduksi vegetative, perbanyakan species dengan hanya menggunakan sel


vegetative, diantaranya dengan pembelahan sel, fragmentasi dan pembentukan
akinet.

2.

Reproduksi aseksual, merupsksn perbanyakan species dengan pembentukan


struktur sel reproduksi yang sangat terspesialisasi yang disebut spora aseksual.
Reproduksi dengan menggunakan spora aseksual merupakan cara yang sangat
umum untuk perbanyakan species pada kondisi normal, prosesnya disebut
sporulasi.

3.

Reproduksi aseksual, merupakan penyatuan dari 2 sel reproduksi khusus yang


disebut gamer. Gamet jika sendirian tidak dapat berkembang normal menjadi
individu

baru,

tapi

harus

melalui

proses

seksual

yang

menyebabkan

penggabungan gamet. Penggabungan ini dimulai dengan penyatuansitoplasma


yang disebut plasmogami.

Beberapa contoh alga hijau

Bersel tunggal
o

Chlamydomonas

Chlorococcum

Chlorella

Euglena viridis

Berbentuk koloni
o

Volvox

Hydrodictyon

Scenedesmus

Pediastrum

Dictyosphaerium

Berbentuk berkas
o

Spirogyra

Ulothrix

Oedogonium

Derbesia

Zygnema

Berbentuk lembaran atau tumbuhan tinggi


o

Ulva

Halimeda

Chara

Nitella

CHLOROPHYTA
2 Kelas
Chlorophyceae & Charophyceae
Klorofil a Dan b
Sama Dengan Tumbuhan Tinggi
Pigmen Dalam Kloroplas
Bahan Simpanan Kanji
Dinding Sel Selulosa

Flagellum
Selalunya 2 Atau 4, Sama Panjang, Akronematik
Habitat
Hidup Bebas (Fitoplankton)
Melekap (Cladophora)
Parasit (Cephaleuros)
Liken (Trebouxia & Chlorella)
Struktur Vegetatif
Unisel, Koloni, Filamen, Sifon, Filamen Heterotrichous
Pembiakan Aseksual
Zoospora (Planospora), Aplanospora
Pembiakan Seksual
Isogami, Anisogami, Oogami
Anterozoid (Anteridium), Ovum (Oogonium)

GENUS PILIHAN
Chlamydomonas
400 Spesies
Unisel Dengan Dua Flagellum
Pembiakan Aseksual Zoospora
Pembiakan Seksual
Isogami, Anisogami, Oogami
Monoesius, Dioesius

Volvox
20 Spesies
Soenobium
Bilangan Sel 500 Hingga 60,000
Pembiakan Aseksual Gonidium
Pembiakan Seksual
Oogami (Anteridium & Oogonium)
Spirogyra
Terapung Atau Terendam Dalam Air
Berlendir
300 Spesies
Morfologi
Filamen Tidak Bercabang
Uniseriat
Kloroplas Reben Spiral
Pembiakan Aseksual Fragmentasi
Pembiakan Seksual
Anisogami
Lateral Konjugasi Monoesius
Skalariforma Dioesius

Filamen + Dan

Sebelah Menyebelahi

Tiub Konjugasi

Ulothrix
Sungai, Tasik, Empangan
30 Spesies
Morfologi
Filamen Tidak Bercabang
Uniseriat
Sel Pendek, Silinder, Empat Segi
Pelekap
Kloroplas Bentuk U Atau Gelang
Pembiakan Aseksual
Fragmentasi
Zoospora Dalam Pundi (8-16)

Makrozoospora (4 Flagelum)

Mikrozoospora (2 Flagelum)
Aplanospora
Akinet
Pembiakan Seksual
Gamet

Serupa Seperti Mikrozoospora


Biflagelum
Isogami

Oedogonium
Alga Air Tawar
Epifit
300 Spesies
Morfologi
Filamen Tidak Bercabang
Sel Silinder
Pelekap
Kloroplas Retikulat
Ciri Diagnostik Sel Penutup
Pembiakan Aseksual
Fragmentasi
Zoospora Multiflagelat (Stephanokon)
Akinet
Aplanospora
Pembiakan Seksual
Makrandrous
Monoesius Atau Dioesius
Filamen Jantan & Betina Sama Saiz
Nanandrous
Filamen Bantut
Androsporangium Hasil Androspora

Androspora Hasil Nanandrium


Di Hujung Nanandrium Ada Anteridium
Hasilkan 1 Atau 2 Anterozoid

Chara
Alga Makroskopik
Nodus (Buku) Dengan Internodus (Ruas)
Setiap Nodus Mempunyai Selilitan Cabang
Pembiakan Aseksual
Bintang Amilum
Segumpulan Sel
Protonema
Unjuran Dari Nodus
Pembiakan Seksual

2. CYANOPHYTA ( ALGA Hijau Biru )


Yang termasuk divisi ini adalah alga hijau biru yanhg dikenal sebagai
organism prokaryotic penghasil oksigen. Alga ini merupakan kelompok primitive
yang kecil, mencangkup sekitar 2.500 species dalam 150 genus, semua
dimasukan dalam satu kelas yaitu Cyanophyceae. Anggota anggota Class ini
merupakan jenis jenis alga yang palinmg sederhana, semua bersifat
mikroskopik, dan dianggap sebagai organism perintis.
Cirri cirri Cyanophyta, yaitu :
1.

Del alga ini selain mengandung klorofil, yaitu a juga memiliki pigmen yang khas
dari klas ini yaitu FIKOBILIN yang terdiri dari C-fikosianin ( biru ) dan C-fikoeritrin (

merah ). Disamping pigmen pigmen diatas masih ada pigmen lain yaitu
XANTOFIL yang dikenal sebagai myxoxantin dan myxocantofil.
2.

Tubuh alga ini berupa thallus prokariotik, yang terdiri satu sel koloni atau
berbenmtuk filament.

3.

Pada alga ini tidak terjadi reproduksi aseksual, walau penelitian terakhir
menunjukan terjadinya rekombinansi genetic pada beberapa species.

4.

Pada alga ini juga tidak ditemukan flagel, walau pada sel reproduksi sekalipun
( spora ), sehingga gerakan yang terjadi pada alga ini disebabkan gerakan
meluncur atau tersentak.

5.

Cadangan makanan dari alga ini adalah tepung myxophycean dan materi
mengandung protein yaitu cyanophycin.
Penyebaran
Alga hijau biru tersebar luas dalam lingkungan perairan. Beberapa
species ada yang hidup didarat, bentuk aquatiq lebih banyak terdapat di air
tawar hanya sedikit terdapat di air laut. Salah satu contoh yang terkenal hidup
diair laut yaitu Trichodesmium erytheruem. Bentuk plantonik merupakan yang
khas dalam habitat ini. Pada waktu waktu tertentu didaerah tropic biasanya
pada musim panas terjadi peningkatan kepadatan populasi alga secara
mendadak. Percepatan kepadatan populasi plankton alga hijau biru dan
mikroorganisme lain pada danau, kolam dan sumber air tawar lainnya ini disebut
Water bloom .
Thallus

Alga hijau biru merupakan tumbuhan fotosintetik paling sederhana diantara


tumbuhan yang hidup sekarang

Bentuk uniseluler, thallus yang beruipa species uniselluler biasanya berbentuk


spherik atau oval ( contoh : Chroococus, Gleocapsa, Synechococcus, dan
Anacystic )

Bentuk koloni, pada sebagian besar alga hijau biru, sel serelah membelah
tetap melekat dengan dindingnya atau terikat padamateri pelatin untuk
membentuk organiusasi yang loinggar yang disebut koloni. Bentuk koloni dapat
dibedakan menjadi dua yaitu :

a.

Koloni non filament, bentuk bermacam macam dapat berupa kubus sperik
atau

tidak

beraturan

tergantung

pada

dasar

tumbuhnya

dan

pola

pembelahannya.
b.

Koloni filament, merupakan hasil pengulangan pembelahan sel pada satu sisi
yang langsung membentuk rantai tunggal yang disebut trikom.

Pigmen Sel
Terdiri dari klorofil a dan sejumlah pigmen lain seperti fikobilin ( terdiri dari
C-fikosianin dan C-fikoeritrin dua pigmen khas pada Cyanophyta tidak ditemukan
pada kelompok alga lain ), B-karotin dan Santifil. Jenis pigmen yang dimiliki oleh
Cyanophyta paling banyak dibandingkan dengan organism fotosintetik lainnya,
karena itu juga Cyanophyta merupakan nkelompok organism fotosintetiki yang
paling efisien dalam melakukan fotosintetik.
Difrensiasi Sel
Alga hijau biru, pada umumnya menunjukan berbagai diferensiasi sel
yang masih sederhana. Trikom dari beberapa genus bentuk filament menunjukan
difrensiasi dari sel vegetative menjadi heterokista maupun akinet yang
mempunyai struktur dan sifat biokimia khusus. Heterokista berbeda dari sel
vegetative dan berada diantara panjang dari trikom sebagai spasi antara yang
khas.keberadaan

heterokista

merupakan

gambaran

yang

khas

pada

Cyanophyceae, sel lebih besar dan terlihat jernih dibandingkan sel yang lain
dalam trikom.
Fungsi Heterokista :
1.

Struktur reproduksi tambahan.

2.

Tempat penyimpanan cadangan makanan atau substansi enzim.

3.

Menghasilkan substansi yang merangsang pertumbuhan dan pembelahan sel


vegetative.

4.

Mengendalikan pembentukan spora.

5.

Tempat fiksasi Nitrogen.

6.

Titik dari pecah / lepasnya filament.


Pembentukan Spora

a.

Akinet , merupak sel khusus yang umum ditemukan pada beberapa jenis algae
yang memiliki heterokista, ukurannya lebih besar dibanndingkan sel vegetative.
Seperti halnya sel spora mengandung protoplasma dan ditutupi oleh dinding sel
asal dari induknya dan lapisan antara yang melingkupinya. Akinet merupakan sel
istirahat dan merupakan modifikasi yang maju satu sel istirahat.sebagai contoh
akinet dari nostoc dan Cylindrospermium tahan panas pada temperature yang
lebih tinggi dari pada sel vegetative.

b.

Endospora, merupakan spora kecil yang dibentuk secara endogen pada sel
vegetative yang uniseluler atau bentuk bantalan pada Chamaesiphonales yang
tidak membentuk hormogonia. Saat pembentukan endospora sel vegetative
ukurannya bertambah, protoplasma terpisah secara dua dua berturut turut.
Sejumlah besar protoplas anakan satu inti dibentuk, tiap protoplas anakan
mensekresi dinding yang mengelilinginya sehingga terbentuk endospora.

c.

Pada Chamaesiphon dinding sel pecah pada ujung distal dari sel vegetative.
Spora sedikit demi sedikit keluar pada ujung yang membuka dari protoplasma
yang menonjol keluar. Spora demikian disebut eksospora. Tiap eksospora
dekelilingi oleh membrane tipis.

d.

Nannokista, pada beberapa Cyanophyta yang tidak berbentuk filament seperti


pada Mycrocystis kandungan sel terbagi secara cepat tanpa membesarnya sel.
Membelah berturut turut diikuti tertutupnya / terpisahnya satu dengan yang
lain. Sejumlah sel anakan dihasilkan pada tiap sel induk. Nannokista merupakan
protoplas biasa. Berbeda dengan sel vegetative terutama ukurannya yang
sangat kecil. Nannokista masak itu kemudian menjadi koloni baru.
Perkembangan secara vegetative ; dengan pembelahan sel, fregmentasi
dan pembentukan hormogonia. Reproduksi seksual ; perkembangbiakan secara
seksual belum pernah ditemukan. Namun fenomena para seksual yaitu genetic
rekombinan telah ditemukan pada beberapa alga hijau biru seperti yang telah
diselidiki pada Anacystic, Anabaena nidulans, Cylindrospermum majus.
CYANOPHYTA
Sangat Kuno

3 Bilion Tahun Dahulu


150 Genus Dan 1400 Spesies
Pelbagai Saliniti Dan Suhu
Atas Atau Dalam Tanah & Atmosfera
Sawah Padi
Microcystis, Anabaena, Oscillatoria
Air Panas (85 C)
Mastigocladus & Phormidium
Antartik (Phormidium)
Endofit
Anabaena Dalam Azolla
Liken
Gloeocapsa, Nostoc (Fikobion)
Perintis Tanah Gersang
Tambah Bahan Organic Pada Tanah Dan Haling Hakisan
Kembangan Alga
Suhu Tinggi, Cahaya Tinggi
Kawasan Tercemar (Bahan Organic)
Ombak Merah
Trichodesmium
STRUKTUR TALUS
Seperti Bacteria
Prokariot

PEMBIAKAN
Belahan Binary
Fragmentasi
Hormogonium
Untuk Filamen Berselaput Nipis
Filamen Yang Tebal Hasil Pseudocabang
Heterosista
Akinet
Endospora
Eksospora
PERGERAKAN
Tiada Sel Berflagelum
Hanya Gelongsor
PERSAMAAN DENGAN BAKTERIA
Organisma Printing
Hidup Di Tempat Kering
Prokariot
Struktur Sel Yang Ringkas Dan Bersaiz Kecil
Dinding Peptidoglikan
Ikat Nitrogen
Tiada Pembiakan Seksual
Fotosintesis
PERBEZAAN DARI BAKTERIA

Tiada Flagellum
Talus Lebih Kompleks (Bercabang)
Kehadiran Plasmodesmata
Klorofil A
Makanan Simpanan
Kewujudan Fikobilisom
Pigmen Fikosianin & Fikoeritrin
FEATUR DIAGNOSTIK
Pigmen
Klorofil A, Karotenoid
Fikobiliprotein (Fikosianin & Fikoeritrin)
Dalam Fikobilisom Di Tilakoid
Tilakoid Bertaburan
Dinding
Mukopolimerik / Peptidoglikan
Asid Diaminopimelik, Asid Muramik, Glukosamin, Asid Amino
Sama Dengan Bacteria Gram Negatif
Makanan Simpanan - Kanji Sianofisian
Flagellum Tiada
Pembiakan Seksual - Tiada

MORFOLOGI
Unisel (Microcystis)

Koloni
Mempunyai Lendir
Merismopedia
Filamen
Heterosista Dan Akinet
Uniseriat Vs Multiseriat (Stigonema)
Tidak Bercabang
Pseudocabang (Tolypothrix) & Cabang Asli (Hapalosiphon)

3. PHAEOPHYTA (algae coklat)


Ganggang coklat adalah salah satu algae yang tersusun atas zat warna
atau pigmentasinya. Phaeophyta (ganggang coklat) ini berwarna coklat karena
mengandung pigmen xantofis. Bentuk tubuhnya seperti tumbuhan tinggi.
Ganggang coklat ini mempunyai talus (tidak ada bagian akar, batang dan daun),
terbesar diantara semua ganggang ukuran tulusnya mulai dari mikroskopik
sampai makroskopik. Ganggang ini juga mempunyai jaringan transportasi air dan
makanan yang anolog dengan transportasi pada tumbuhan darat, kebanyakan
bersifat autotrof.
Tubuhnya selalu berupa talus yang multiseluler yang berbentuk filamen,
lembaran atau menyerupai semak/pohon yang dapat mencapai beberapa puluh
meter, terutama jenis-jenis yang hidup didaerah beriklim dingin. Sel vegetatif
mengandung kloroplas berbentuk bulat panjang, seperti pita, mengandung klofil
serta xantofil.
Set vegetatif mengandung khloroplast berbentuk bulat, bulat panjang,
seperti pita; mengandung khlorofil a dan khlorofil c serta beberapa santofil
misalnya fukosantin. Cadangan makanan berupa laminarin dan manitol. Dinding
sel mengandung selulose dan asam alginat.
Sel-sel ganggang hijau mempunyai khloroplas yang berwarna hijau, dan
mengandung khlorofil a dan b serta karetinoid. Pada chloroplas terdapat

perenoid. Hasil asimilasi berupa tepung dan lemak, terdiri dari sel-sel yang
merupakan koloni berbentuk benang yang bercabang-cabang, hidupnya ada
yang diair tawar, air laut dan juga pada tanah yang lembab atau yang basah
Setiap organisme tersusun dari salah satu diantara dua jenis sel yang
secara struktural berbeda, sel prokariotik dan sel eukariotik. Hanya bakteri dan
arkhea; alga hijau biru yang memiliki sel prokariotik. Sedangkan protista,
tumbuhan, jamur dan hewan semuanya mempunyai sel eukariotik
Habitat
Alga/ganggang coklat ini umumnya tinggal di laut yang agak dingin dan
sedang, terdampar dipantai, melekat pada batu-batuan dengan alat pelekat
(semacam akar). Bila di laut yang iklimnya sedang dan dingin, talusnya dapat
mencapai ukuran besar dan sangat berbeda bentuknya. Ada yang hidup sebagai
epifit pada talus lain. Tapi ada juga yang hidup sebagai endofit.
Pigmen
Pigmen yang terdapat pada ganggang coklat (Chrysophyta) adalah klorofil
a, klorofil b, karoten dan xantofil. (Fukoxantin) yang terdiri dari violaxantin,
flavoxantin, a dan neofukoxontin b, xantofil memberikan kesan warna coklat
pada chrysophyta. Berdasarkan tipe pergantian keturunan, phaeophyto di bagi
dalam 3 golongan, yaitu:
a) Golongan Isogeneratae
Golongan isogeneratae yaitu golongan tumbuhan yang memiliki pergiliran
keturuan isomorf. Sporofit dan gametofit mempunyai bentuk dan ukuran yang
sama secara morfologi tetapi sitologinya berbeda.
Contoh: Ectocarpus
b) Golongan Heterogenerate
Golongan heterogenerate yaitu golongan tumbuhan yang memiliki pergiliran
keturunan yang heteromorf. Sporofit dan gametofitnya berbeda secara morfologi
maupun sitologinya.
Contoh: Laminaria
c) Golongan Cyelosporae

Golongan cyelosporae yaitu golongan tumbuhan yang tidak memiliki pergiliran


keturunan.
Contoh: Fucus
Alga coklat (Phaeophyta) hanya mempunyai satu kelas saja yaitu klas
phaeophyceae. Thallus dari jenis golongan phaeophyceae bersel banyak
(multiseluler), umumnya mikroskopik dan mempunyai bentuk tertentu. Sel
mengandung promakropora yang berwarna coklat kekuning-kuningan karena
adanya kandungan fukoxontin yang melimpah. Cadangan makanan berupa
laminarin yang beta glukan yang mengandung manitol. Dinding sel sebagian
besar tersusun oleh tiga macam polimer yaitu selulosa asam alginat, fukan dan
fuoidin.
Perkembangbiakan dilakukan secara aseksual dan seksual.
a) Perkembangbiakan secara aseksual dilakukan oleh zoospora atau aplanospora
yang tidak berdinding.
Zoospora mempunyai dua, buah flagella yang tidak sama panjang,
terletak dibagian lateral. Spora dibentuk dalam sporangium yang uniseluler,
dinamanakan sporangia unilokuler. Atau spora yang dibentuk dalam sporangia
yang multiseluler yang disebut sporangium prulilekuler.
b) Perkembanganbiakan seksual dilakukan secara isogamet, anisogamet.
Pembuahan

pada

alga

coklat

Sebelum

terjadi

pembuahan,

layak

anthernazoid mengelilingi sel telur pada ganggang ini terbentuk 8 sel telur.
Biasanya hanya satu antherozoid yang masuk ke sel telur. Dalam waktu satu jam
kedua intinya melebur dan terjadinya inti diploid. Zigot segera membentuk
dinding yang berlendir dan dapat melekat pada substrat. Zigt membentuk
tonjolan yang akan seperti cahaya. Suhu pH dan adanya zat pengatur di dalam
sel telur merupaan faktor perangsang bagi terjadinya polaritas. Karena adanya
cadangan

makanan

yang

cukup

di

dalam

sel

telur.

Maka

mula-mula

pertumbuhan embrionya cepat, tetapi kemudian pertumbuhan menjadi lambat


karena tergantung dari fotosintesis. Tubuh yang terbentuk bersifat diploid dan
pembelahan reduksi terjadi pada waktu gametogenesis. Jadi daur hidupnya
bersifat diplontik.

Dalam daur hidupnya semua phacophyceae keculai bangsa fucales


menunjukkan adanya pergantian keturunan antara gametofit dan sporofit, yang
masing-masing hidup sebagai individu yang bebas pergantian keturunan
tersebut bersifat isomorfik atau heteromorfik. Sebagian besar dari phaeophyceae
pertumbuhannya bersifat trikhothallik. Pertumbuhan trikhothallik adalah cara
pertumbuhan yang dilakukan oleh sel-sel yang letaknya di bagian basal dari
filamea yang terdapat pada ujung thallas. Sel-sel tersebut aktif membelah.
Sebagian besar phaeophyceae hidup di laut dan banyak ditemukan di
daerah yang beriklim dingin. Sebagian besar hidup melekat pada substrat
karang dan lainnya dan beberapa diantaranya hidup sebagai epifit.
Ordo Ectocarpales
Ectocarpales

mempunyai

pergantian

keturunan

yang

isomorf

yaitu

tumbuhan sporofit sama dengan tumbuhan gametofit, talusnya berbentuk


cabang-cabang bebas atau saling berhubungan satu sama lainnya. Hingga
membentuk jaringan pseudoparenkimatik. Alat perkembangbiakan letaknya
bebas satu sama lain. Sporofit menghasilkan zoospora dan spora netral. Sedang
gametofit menghasilkan gamet.
1.

Suku Ectocarpaceae
Marga Ectocarpus
Thallus dari ganggang ini merupakan filamen yang uniseriate, bercabang
banyak. Sel berinti tunggal dan plastida yang membentuk pita atau piring.
Perkembangbiakan dilakukan oleh zooid yang berflagella 2 buah dan di bentuk di
dalam alat reproduksi yang unilokuler atau plusilokuler. Alat reproduksinya
biasanya terdapat pada ujung-ujung cabang lateral.
Gametofit bersifat homothallik atau heterothallik. Gambet dibentuk dalam
gametangium

yang

plulilokuler

yang

perkembangannya

identik

dengan

perkembangan sporangium yang prusilokuler. Sel-sel yang terbentuk mengalami


metamorfose menjadi gamet yang berflagella 2 buah. Tipe persatuan gamet
adalah isogamik atau anisogamik.
Bangsa Dietyotales

Sebagian besar dari bangsa ini terdapat di lautan daerah tropic. Pada
ganggang ini spora tidak mempunyai bulu cambuk. Sporangium beruang satu
dan mengeluarkan 4 tetraspora. Pembiakan seksual dengan oogami. Anteredium
yang berkotak-kotak dan oogonium tidak pada tumbuhan yang berlainan dan
tersusun secara berkelompok. Tiap oogonium merupakan satu sel telur. Gamet
jantan mempunyai satu bulu cambuk yang terdapat pada sisinya. Sporofit dan
gametofit

bergiliran

dengan

beraturan

dan

keduanya

mempunyai

talus

berbentuk pita yang bercabang-cabang menggarpu. Misal Dictyota dichotoma


yang terbesar di lautan Eropa. Skema pergiliran keturunan Dictyota dichotoma:
Marga Dictyota
Thallus tegak dan berbentuk pita yang bercabang-cabang, melekat pada
suatu substrat dengan perantaraan alat pelekat yang berbentuk seperti cakram.
Thallus terdiri dari 3 lapis. Lapisan tengah tersusun dari sel-sel besar, terbentuk
segi empat dan berdinding tebal tanpa khromatofora. Kedua berdinding tipis dan
mengandung banyak kromotofora. Pada lapisan ini terdapat banyak rambutrambut steril dan tidak berwarna serta dapat mengeluarkan lendir pada
permukaannya.
Perkembangbiakan

dilakukan

secara

aseksual,

dan

seksual.

Perkembangbiakan aseksual dilakukan oleh aplanospora yaitu yang tidak


bergerak.

Dalam

satu

Perkembangbiakan

sporangium

seksual

hanya

dilakukan

dibentuk

secara

oogami.

aplanospora
Gametofit

saja.

bersifat

heterothallik. Alat kelamin terdapat dalam suatu sorus. Terdapat di kedua


permukaan talusnya.
Bangsa Cutleriales
2.

Suku Cutleriaceae
Suku ini hanya mempunyai 2 marga saja, yaitu zanardinia dan cutleria,
zanardinia mempunyai pergantian keturunan yang gametofit dan sporofitnya
identik satu sama lain, sedang gametofit cutleria tidak identik dengan
sporofitnya, hingga pergantian keturunan dari cutleria bersifat iso morfik. Tetapi
kedua

marga

tersebut

mempunyai

kesamaan,

yaitu

pertumbuhan

yang

tirkhothallik, sporangia yang uniloker dan sel-sel kelamin dan betina ukurannya
tidak sama.

Marga Cutleria
Cutleria mempunyai gamtofit yang berbentuk pita yang bercabang,
menggarpu yang tidak begitu teratur atau berbentuk seperti kipas. Pertumbuhan
terjadi pada tepi talus bagian atas yang mempunyai rambut yang uniseriate.
Gametofit bersifat heterothallik. Gametofit jantan mengandung anteridia yang
menghasilkan gamet jantan berbentuk buah pir, berflagellata 2 buah di bagian
leteral. Gametofit betina mengandung gametangia betina yang mengeluarkan
gamet betina yang bentuknya mirip dengan yang jantan. Tetapi ukurannya lebih
besar dan gerakannya lebih lambat.
Bangsa Laminariales
Jenis-jenis yang termasuk dalam bangsa ini mempunyai sporofit yang
dapat dibagi menjadi alat pelekat, tangkai dan helaian atau lembaran.
Pertumbuhan terjadi pada bagian yang meristematik yang letaknya interkalar
dan biasanya terletak diantara tangkai dan lembaran. Sporofit mempunyai
sporangia yang unilokuter dan terkumpul dalam suatu sorus pada permukaan
lembaran. Gametofit dari laminariales berupa filamen yang mikroskopik.
Perkembangbiakan seksual bersifat oogamik.
Bangsa ini mempunyai 30 marga dengan kurang lebih 100 jenis yang
kesemuanya merupakan penghuni lautan beriklim dingin. Dari marga ke marga
gametrofitnya dapat dikatakan identik satu sama lain, tetapi sporofitnya
mempunyai bentuk yang beranekaragam. Contoh:

Macrocystis pyrifera, hidup di daerah kutub selatan. Talusnya dapat


mencapai panjang 60 m dengan berat sampai 100 kg. alat pelekatnya
seakan-akan mempunyai kuku untuk berpegangan erat-erat. Sumbu talus
bebas, mempunyai cabang-cabang talus berbentuk lembaran yang
bergantungan, kadang-kadang sampai 3 m panjangnya hingga dengan itu
talus dapat terapung pada permukaan laut.

Lessonia,sp mempunyai talus yang bentuknya seperti pohon palma.

Laminaria cloustoni, banyak terdapat di laut utara, panjangnya sampai 5


m. pangkal talus setebal lengan dan umurnya tahunan, bagian atas

menyerupai daun atau mempunyai lembaran-lembaran menjari yang


setiap tahun diperbaharui. Menjelang berakhirnya musim dingin terjadi
pertumbuhan di bagian tengah dari pangkal lembaran-lembaran tadi dan
terbentuklah lembaran-lembaran baru.
Warga Laminaria
Alat pelekat sporofit umumnya berupa cabang-cabang yang dikhotom
disebut haptera. Tangkai tidak bercabang silindris atau agak memipih, diujung
tangkai ini terdapat helaian yang utuh atau terbagi kearah vertikal menjadi
beberapa segmen. Tangkai terdiri dari medula dan korteks yang dikelilingi oleh
selapis sel yang menyerupai sel epidermis. Sporofit mempunyai sporongia yang
unilokuler dan terdapat pada perunukan helaian. Sporangia berbentuk ganda.
Pada laminaria saccharina, penentuan jenis kelamin gametofit terjadi pada
saat pembelahan reduksi, setengah dari zoospora akan tumbuh menjadi
gametofit betina sedang lainnya akan membentuk gametofit jantan. Gametongia
akan

dibentuk

setelah

gametofit

mencapai

2-3

sel.

Terjadi

pembuahan

tergantung langsung pada suhu.


Bangsa Fucales
Ganggang ini merupakan penyusun utama vegetasi lautan di daerah
dingin.

Pembiakan

generatif

dengan

oogami,

pembiakan

vegetatif

tidak

ada.Thallus dari ganggang ini bersifat diploid, pembelahan reduksi (meiosis)


terjadi pada saat gametogenesis alat kelamin terdapat di dalam konseptakel.
Dalam daur hidupnya, ganggang ini tidak menunjukkan adanya pergiliran
keturunan.
3.

Suku Fucaceae
Ganggang ini banyak ditemukan hidup di air laut maupun air tawar. Focus
yang sudah berumur beberapa tahun mempunyai talus berbentuk pita yang di
tengah-tengahnya diperkuat oleh rusuk tengah. Bentuknya kaku dank eras
seperti kulit.
Marga Fucus
Fucus hidup di daerah beriklim dingin di belahan bumi utara. Fucus
berwarna coklat tua. Berbentuk pita yang bercabangdi khotom dengan suatu
rusuk tengah, melekat pada karang dengan suatu alat pelekat. Beberapa jenis

dari

fucus ini

mempunyai

gelembung

udara

di

dalam tubuhnya

untuk

menyimpan udara hingga membantu keterapungannya letak dari gelembung


udara

biasanya

berpasangan

kanan

dan

kiri.

Ujung

cabang-cabang

menggelembung dan mengandungkoseptakel, tempat konseptakel berkumpul


tersebut

dinamakan

reseptakel,

secara

anatomi,

talus

tersusun

atas

meristaderm, korteks dan medula.


Di dalamnya terdapat oogonium, anteredium, dan benang-benang
mandul (parafisis). Anteredium berupa sel-sel berbentuk jorong, duduk rapat
satu sama lain pada benang-benang pendek yang bercabang-cabang. Tiap
anteredium menghasilkan 64 spermatozoid. Suatu spermatozoid terutama terdiri
dari bahan inti, suatu bintik mata dan 2 bulu cambuk pada sisinya. Bulu cambuk
yang pendek menghadap ke muka dan mempunyai rambut-rambut mengkilat.
Oogonium berupa suatu badan yang duduk diatas tangkai, terdiri dari 1 sel saja
dan mengandung 8 sel telur. Zigot lalu membentuk dinding selulose dan pectin,
melekat pada suatu substrat dan tumbuh menjadi individu yang diploid.
Familia Sargassaceae
Sargassum terdapat di laut daerah tropik atau subtropik di belahan bumi
bagian selatan. Akan tetapi fragmen yang terputus terbawa arus melintas laut
atlantik ke daerah yang beriklim dingin di benua Eropa. Jenis-jenis yang banyak
sekali tumbuh di sepanjang pantai Australia, India, Srilangka, Jepang, China dan
Indonesia. Di Jepang Sargassum enerya banyak dijadikan hiasan dan bahan
makanan.
Talus dari sargassum mempunyai morfologi yang kompleks, sepintas lalu
memberi kesan seakan-akan tubuhnya mempunyai akar, batang, dan daun pada
bagian tangkainya terdapat banyak cabang-cabang lateral yang menyerupai
daun sering disebut filoid. Di dekat filoid ini terdapat gelembung udara dan juga
reseptakel yang mengandung konseptakel. Daur hidup bersifat diplontik.
Susunan sel
Pada phaeophyta umumnya dapat ditemukan adanya dinding sel yang
tersusun dari tiga macam polimer yaitu selulosa, asam alginat, fukan dan
fukoidin. Algin dari fukoidin lebih kompleks dari selulose dan fukoidin lebih
kompleks dari selulose dan gabungan dan keduanya membentuk fukokoloid.
Dinding selnya juga tersusun atas lapisan luar dan lapisan dalam, lapisan luar

yaitu selulosa dan lapisan dalam yaitu gumi. Tapi kadang-kadang dinding selnya
juga mengalami pengapuran. Inti selnya berinti tunggal yang mana pana pada
pangkal berinti banyak.
Dinding sel menyebabkan sel tidak dapat bergerak dan berkembang
bebas, layaknya sel hewan. Namun demikian, hal ini berakibat positif karena
dinding-dinding sel dapat memberikan dukungan, perlindungan dan penyaring
(filter) bagi struktur dan fungsi sel sendiri. Dinding sel mencegah kelebihan air
yang masuk ke dalam sel.Dinding sel terbuat dari berbagai macam komponen,
tergantung golongan organisme. Pada tumbuhan, dinding-dinding sel sebagian
besar terbentuk oleh polimer karbohidrat (pektin, selulosa, hemiselulosa, dan
lignin

sebagai

penyusun

penting).

Pada

bakteri,

peptidoglikan

(suatu

glikoprotein) menyusun dinding sel. Fungi memiliki dinding sel yang terbentuk
dari kitin. Sementara itu, dinding sel alga terbentuk dari glikoprotein, pektin, dan
sakarida sederhana (gula).
Cadangan Makanan
Cadangan makanan pada Phaeophyta berupa laminarin, yaitu sejenis
karbohidrat yang menyerupai dekstrin yang lebih dekat dengan selulose dari
pada zat tepung.selain laminarin juga ditemukan manitol minyak dan zat-zat
lainnya.
Alat Gerak
Alat gerak pada Phacophyta benepa jlagel yang terletak pada sel-sel
perkembangbiakan dan letaknya lateral. Berjumlah dua yang heterokon dan
terdapat di bagian samping badannya yang berbentuk pir atau sekoci. Pada
waktu bergerak ada yang panjang mempunyai rambut-rambut mengkilat
menghadap kemuka dan yang pendek menghadap ke belakang. Dekat dengan
keluarga flogel terhadap bintik mata yang berwarna kemerah-merahan.
Perkembangbiakan
Perkembangbiakan pada Phaeophyta dapat dilakukan dengan beberapa cara
yaitu:

Perkembangbiakan secara vegetatif dengan fragmentasi

Perkembangbiakan secara sporik dengan membentuk spora

Dilihat dari sporangiumnya, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:


a) Pembentukan Unilokuler, dimiliki oleh anggota Phaeophyta yang uniseluler
Terjadi dari sel terminal dengan cabang pendek yang membesar.
Sporangia muda berbentuk bulat panjang atau bulat telur. Ukurannya lebih kecil
dari sel semula. Inti tunggal mengalami pembelahan meioses kemudian diikuti
pembelahan mitosis sehingga dihasilkan 32-64 inti. Selanjutnya terjadilah celahcelah yang membagi proteplas yang berinti satu. Masing-masing protoplas
mengalami metamorfose membentuk zoospora perflagel dua yang terletak di
bagian lateral dengan panjang flagel yang tidak sama. Flagel yang pendek
diarahkan ke belakang, flagel yang panjang diarahkan kedepan.
b) Pembentukan plurilokuler dimiliki oleh anggota phaeophyta yang multiseluler
Berasal dari sel terminal yang pendek. Ukurannya relatif besar dan terjadi
pembelahan tranversal secara berulang-ulang yang akhirnya dihasilkan 6-12
sel.pembelahan vertikal dimulai dari deretan sel bagian tengah dan kemudian
terbentuklah kubus yang letaknya teratur sebanyak 20-40 deretan. Protoplas
pada masing-masing sel mengalami sultamorfosa menjadi zoospora yang
memiliki 2 stagel. Diikuti dengan talus yang bersifat diploid dan terbentuklah
sporangia yang bersifat unilokuler dan atau plorilokuler.

Perkembangbiakan

secara

gametik,

gametangium

dimiliki

oleh

sporangium yang plurilokuler. Gamet akan membentuk zoogamet dengan


cara:
1. Isogami yaitu gamet yang bentuk dan ukurannya sama (belum
dapat dibedakan mana jantan dan mana betina). Contoh: ulva
2. Anisogami: gamet yang bentuk dan ukurannya tidak sama (gamet
betina memiliki ukuran besar dan gamet jantan memiliki ukuran
kecil). Contoh: codium
3. Oogami: jenis anisogami dengan gamet jantan yang aktif. Contoh:
volvox
Contoh-Contoh Phaephyta

Sargassum binderi (Sonder)

Nama latin : Sargassum binderi


Spesifikasi : Batang gepeng (1,5 mm), halus licin, tinggi mencapai sekitar 60 cm,
percabangan alternate teratur, oppsite (kiri-kana). Cabang utama yang pendek
(1-2 cm) diatas holdfast. Daun lonjong, pinggir bergerigi, panjang 5 cm, lebar 1
cm ujung runcing.
Sebaran : Tubuh pada substrat batu umumnya di daerah rataan terumbu dekat
bagian ujung luar yang terkena gerakan air relatif lebih kuat dan konstan.
Potensi : Belum banyak dimanfaatkan, kandungan kimia sama dengan jenis
sargassum lainnya.

Sargassum Polycystum

Nama latin : Sargassum Polycystum C.A Argadh


Spesifikasi : Ciri-ciri umum. Thallia silidris berduri-duri kecil merapat hodfast
membentuk cakram kecil dengan diatasnya secara karaktersitik terdapat
perakaran/stolon yang rimbun berekspansi ke segala arah. Batang pendek
dengan percabangan utama tumbuh rimbun.
Sebaran : Algae yang kosmopolitan di daerah tropis hingga subtropis. Bukan
merupakan algae endemic perairan Indonesia tetapi banyak ditemukan di
perairan nusantara terutama di Kalimatan.
Potensi : Bisa dimanfaatkan sebagai bahan esktraksi alginat. Manfaat lainnya
belum diketahui. Tidak dibudidayakan.

Turbin Conoides (J. Agardh)

Nama Latin : Turbinaria Conoides (J. Argadh) Kuetzing


Nama Daerah : Rumput Coklat Corong
bSpesifikasi : Batang silindris, tegak, kasar, terdapat bekas-bekas percabangan,
Holdfast berupa cakram kecil dengan terdapat perakaran yang berkspansi radial.
Percabangan berputar sekeliling batang utama. Daun merupakan kesatuan yang
terdiri dari tangkai dan lembaran.
Sebaran : Umumnya terdapat di daerah rataan terumbu, menempel pada batu.
Tersebar luas di perairan Indonesia.
Potensi : Algae ini mengandung alginat dan iodin. Potensi eksport ke Jepan

BAB III
PEMANFAATAN ALGAE
A.

KAJIAN TESIS ALGA ( Penelitian keanekaragaman jenis Alga dilakukan di


perairan pantai Warambadi )
Tesis ini merupakan gabungan dua makalah hasil penelitian mengenai
keanekaragaman jenis rumput laut dan pemanfaatannya oleh masyarakat secara
tradisional. Rumput laut atau dikenal dengan nama lain seaweed adalah alga
makro yang tumbuh di laut dan digolongkan ke dalam tiga kelas yaitu;
Chlorophyceae (alga hijau), Rhodophyceae (alga merah) dan Phaeophyceae
(alga coklat).
Penelitian keanekaragaman jenis dilakukan di perairan pantai Warambadi
dan penelitian pemanfaatan rumput laut dilakukan khusunya di lingkungan
masyarakat Suku Sumba dan Sabu di Kampung Warambadi dan sekitarnya,
Kabupaten Sumba Timur, mulai bulan April 1997 sampai dengan bulan Maret
1998. Makalah pertama berjudul Keanekaragaman Rumput Laut di Pantai
Warambadi : Fenomena Substrat dan Musim. Penelitian ini didasarkan pada
beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rumput taut, yang antara
lain adalah substrat, salinitas, temperatur, arus dan gelombang serta intensitas
cahaya. Sedangkan salinitas, temperatur dan arus dipengaruhi oleh musim yang
terjadi. Bahkan untuk beberapa kasus tertentu, kondisi substrat dipengaruhi pula
oleh

perubahan

musim.

Tujuan

penelitian

ini

adalah

untuk

melihat

keanekaragaman rumput laut di lokasi penelitian melalui pengukuran indeks


keragaman jenis, dengan memperhatikan substrat pasir dan batu karang serta
musim kemarau dan musim hujan.
Dari pengamatan diperoleh catatan bahwa pada kedua musim dan di
kedua substrat, rumput taut yang tumbuh di lokasi penelitian berjumlah 79 jenis
Bari 23 genus, yang teridiri dari : 37 jenis alga hijau dari 9 genus, 22 jenis alga
merah dad 8 genus dan 20 jenis alga coklat dari 6 genus. Hasil analisis
menunjukkan bahwa nilai indeks keanekaragaman jenis pada substrat pasir dan
batu karang pada musim hujan maupun kemarau tidak berbeda. Demikian pula
sebaliknya bahwa indeks keanekaragaman jenis pada musim hujan dan kemarau

pada substrat pasir maupun batu karang tidak berbeda.

Hasil analisis

menunjukkan pula bahwa nilai indeks keanekaragaman jenis dan jumlah jenis
alga tidak dipengaruhi oleh perbedaan tipe substrat dan musim, tetapi sangat
dipengaruhi oleh interaksi antara substrat dan musim.
Adapun hasil analisis terhadap masing-masing kelas menunjukkan, bahwa
indeks keanekaragaman jenis alga hijau dipengaruhi oleh tipe substrat dan
musim, tetapi tidak oleh interaksi keduanya. Untuk alga merah, indeks
keanekaragaman jenis dipengaruhi oleh musim dan interaksi antara substrat
dengan musim, akan tetapi tidak dipengaruhi oleh tipe substrat. Sedangkan
indeks keanekaragaman jenis alga coklat dipengaruhi oleh tipe substrat dan
musim, tetapi tidak oleh interaksi keduanya. Hasil analisis menunjukkan pula,
bahwa jumlah jenis alga hijau, alga merah dan alga coklat dipengaruhi oleh tipe
substrat dan musim serta oleh interaksi keduanya. Makalah kedua berjudul Studi
Etnobotani : Pemanfaatan Rumput Laut di daerah Warambadi - Panguhalodo,
Sumba Timur. Makalah ini sebagai hasiI dari penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui pengetahuan masyarakat setempat, khususnya Suku Sumba dan
Sabu mengenai pemanfaatan rumput laut.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat 55 jenis yang telah
dimanfaatkan secara turun temurun sebagai makanan dan/atau obat tradisonal,
dan 32 jenis di antaranya adalah jenis yang baru diinformasikan sebagai
makanan dan obat. 54 jenis dari 19 genus telah terbiasa dimanfaatkan sebagai
makanan, khususnya oleh masyarakat keturunan Suku Sumba dan Sabu. Jenis
alga tersebut terdiri dari 17 jenis alga hijau, 17 jenis alga merah dan 20 jenis
alga coklat. Diketahui pula bahwa 38 jenis dari 18 genus temyata sudah biasa
pula dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh masayarakat, dan terdiri dari 7
jenis alga hijau, 13 jenis alga merah, 18 jenis alga coklat.
Rumput laut dikonsumsi secara tradisional dalam berbagai bentuk antara
lain; mentah sebagai lalap dan sayur, dibuat acar dengan bumbu rempah dan
cuka, dibuat sayur dengan air santan, ditumis dengan minyak kelapa, dimasak
dengan air kelapa dan gula dibuat puding atau penganan. Sebagai obat
tradisional rumput laut digunakan untuk: kosmetika tradisional (dalam bentuk
puderlbedak atau lotion), penurun panas, antiseptik, obat cacingan, obat batuk
dan

asma,

mimisan

dan

bisul,

bawasir,

GAKI,

gangguan

lambung

dan

pencernaan serta gangguan saluran air kemih. Pengetahuan pemanfaatan


rumput laut sebagai makanan dan obat tradisional, sampai saat ini ternyata

masih

dimiliki

oleh

masyarakat

di

daerah

Warambadi,

Desa

Mburukulu

Kecamatan Panguhalodo, Kabupaten Sumba Timur, khususnya Suku Sumba dan


Sabu. Dengan tidak diketahui asal mulanya, pengetahuan ini telah dimanfaatkan
secara turun temurun sejak ratusan tahun lalu dan dari basil wawancara
ternyata diketahui pula, bahwa pengetahuan ini berkurang secara gradual
sejalan dengan perubahan sosial, ekonomi dan budaya serta kondisi lokasi.

B.

Alga Laut sebagai Biotarget Industri


Indonesia

telah

dikenal

luas

sebagai

negara

kepulauan

yang

2/3

wilayahnya adalah lautan dan mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu
80.791,42 Km. Didalam lautan terdapat bermacam-macam mahluk hidup baik
berupa tumbuhan air maupun hewan air. Salah satu mahluk hidup yang tumbuh
dan berkembang di laut adalah alga.
Ditinjau secara biologi, alga merupakan kelompok tumbuhan yang
berklorofil yang terdiri dari satu atau banyak sel dan berbentuk koloni. Didalam
alga terkandung bahan-bahan organik seperti polisakarida, hormon, vitamin,
mineral dan juga senyawa bioaktif. Sejauh ini, pemanfaatan alga sebagai
komoditi perdagangan atau bahan baku industri masih relatif kecil jika
dibandingkan dengan keanekaragaman jenis alga yang ada di Indonesia. Padahal
komponen kimiawi yang terdapat dalam alga sangat bermanfaat bagi bahan
baku industri makanan, kosmetik, farmasi dan lain-lain.
Berbagai jenis alga seperti Griffithsia, Ulva, Enteromorpna, Gracilaria,
Euchema, dan Kappaphycus telah dikenal luas sebagai sumber makanan seperti
salad rumput laut atau sumber potensial karagenan yang dibutuhkan oleh
industri gel. Begitupun dengan Sargassum, Chlorela/Nannochloropsis yang telah
dimanfaatkan

sebagai

adsorben

logam berat,

Osmundaria,

Hypnea,

dan

Gelidium sebagai sumber senyawa bioaktif, Laminariales atau Kelp dan


Sargassum Muticum yang mengandung senyawa alginat yang berguna dalam
industri farmasi. Pemanfaatan berbagai jenis alga yang lain adalah sebagai
penghasil bioetanol dan biodiesel ataupun sebagai pupuk organik.
Alga

Laut

sebagai

Sumber

Makanan

Kandungan bahan-bahan organik yang terdapat dalam alga merupakan sumber


mineral dan vitamin untuk agar-agar, salad rumput laut maupun agarose.
Agarose merupakan jenis agar yang digunakan dalam percobaan dan penelitian
dibidang bioteknologi dan mikrobiologi.Potensi alga sebagai sumber makanan

(terutama rumput laut), di Indonesia telah dimanfaatkan secara komersial dan


secara

intensif

telah

dibudidayakan

terutama

dengan

tehnik

polikultur

(kombinasi ikan dan rumput laut).


Alga

Laut

sebagai

Adsorben

Logam

Berat

Pemanfaatan sistem adsorpsi untuk pengambilan logam-logam berat dari


perairan telah banyak dilakukan. Beberapa spesies alga telah ditemukan
mempunyai kemampuan yang cukup tinggi untuk mengadsorpsi ion-ion logam,
baik dalam keadaan hidup maupun dalam bentuk sel mati (biomassa). Berbagai
penelitian telah membuktikan bahwa gugus fungsi yang terdapat dalam alga
mampu melakukan pengikatan dengan ion logam. Gugus fungsi tersebut
terutama adalah gugus karboksil, hidroksil, sulfudril, amino, iomodazol, sulfat,
dan sulfonat yang terdapat didalam dinding sel dalam sitoplasma.
Menurut Harris dan Ramelow (1990), kemampuan alga dalam menyerap
ion-ion logam sangat dibatasi oleh beberapa kelemahan seperti ukurannya yang
sangat kecil, berat jenisnya yang rendah dan mudah rusak karena degradasi oleh
mikroorganisme lain. Untuk mengatasi kelemahan tersebut berbagai upaya
dilakukan, diantaranya dengan mengimmobilisasi biomassanya. Immobilisasi
biomassa dapat dilakukan dengan mengunakan (1) Matrik polimer seperti
polietilena glikol, akrilat, (2) oksida (oxides) seperti alumina, silika, (3) campuran
oksida (mixed oxides) seperti kristal aluminasilikat, asam polihetero, dan (4)
Karbon.
Berbagai mekanisme yang berbeda telah dipostulasikan untuk ikatan
antara logam dengan alga/biomassa seperti pertukaran ion, pembentukan
kompleks koordinasi, penyerapan secara fisik, dan pengendapan mikro. Tetapi
hasil penelitian akhir-akhir ini menunjukan bahwa mekanisme pertukaran ion
adalah yang lebih dominan. Hal ini dimungkinkan karena adanya gugus aktif dari
alga/biomassa seperti karboksil, sulfat, sulfonat dan amina yang akan berikatan
dengan ion logam.
Alga

Laut

sebagai

Sumber

Senyawa

Bioaktif

Alga hijau, alga merah ataupun alga coklat merupakan sumber potensial
senyawa bioaktif yang sangat bermanfaat bagi pengembangan (1) industri
farmasi seperti sebagai anti bakteri, anti tumor, anti kanker atau sebagai
reversal agent dan (2) industri agrokimia terutama untuk antifeedant, fungisida
dan herbisida.

Kemampuan alga untuk memproduksi metabolit sekunder

terhalogenasi yang bersifat sebagai senyawa bioaktif dimungkinkan terjadi,


karena kondisi lingkungan hidup alga yang ekstrem seperti salinitas yang tinggi
atau akan digunakan untuk mempertahankan diri dari ancaman predator. Dalam
dekade terakhir ini, berbagai variasi struktur senyawa bioaktif yang sangat unik
dari isolat alga merah telah berhasil diisolasi. Namun pemanfaatan sumber
bahan

bioaktif

dari

alga

belum

banyak

dilakukan.

Berdasarkan

proses

biosintesisnya, alga laut kaya akan senyawa turunan dari oksidasi asam lemak
yang disebut oxylipin. Melalui senyawa ini berbagai jenis senyawa metabolit
sekunder diproduksi.
Alga

Laut

sebagai

Sumber

Senyawa

Alginat

Alginat merupakan konstituen dari dinding sel pada alga yang banyak dijumpai
pada alga coklat (Phaeophycota). Senyawa ini merupakan heteropolisakarida
dari hasil pembentukan rantai monomer mannuronic acid dan gulunoric acid.
Kandungan alginat dalam alga tergantung pada jenis alganya. Kandungan
terbesar alginat (30-40 % berat kering) dapat diperoleh dari jenis Laminariales
sedangkan Sargassum Muticum, hanya mengandung 16-18 % berat kering.
Pemanfaatan senyawa alginat didunia industri telah banyak dilakukan
seperti natrium alginat dimanfaatkan oleh industri tektil untuk memperbaiki dan
meningkatkan

kualitas

bahan

industri,

kalsium

alginat

digunakan

dalam

pembuatan obat-obatan. Senyawa alginat juga banyak digunakan dalam produk


susu dan makanan yang dibekukan untuk mencegah pembentukan kristal es.
Dalam industri farmasi, alginat digunakan sebagai bahan pembuatan pelapis
kapsul dan tablet. Alginat juga digunakan dalam pembuatan bahan biomaterial
untuk tehnik pengobatan seperti micro-encapsulation dan cell transplantation.
Alga

Laut

sebagai

Penghasil

Bioetanol

dan

Biodiesel

Meskipun masih dalam tahap riset yang mendalam, potensi alga laut sebagai
penghasil bioetanol dan biodiesel sangat menjanjikan dimasa mendatang.
Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang dan Kanada mentargetkan
mulai tahun 2025 bahan bakar hayati (biofuel) bisa diproduksi dari budidaya
cepat alga mikro yang tumbuh diperairan tawar/asin. Keuntungan lebih yang
dapat diperoleh adalah tak butuh traktor seperti didarat, tanpa penyemaian
benih, gas CO2 yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dan
panen yang terus-terusan (continuous) yang dikarenakan waktu tanam alga
hanya 1 minggu.

Berikut adalah gambar skenario mekanisme pembuatan bioetanol dan biodiesel


dari alga laut.

Sumber : Tatang H. Soerawidjaja (2005)


Alga

Laut

sebagai

Pupuk

Organik

Dikarenakan kandungan kimiawi yang terdapat dalam alga laut merupakan


nutrien yang sangat penting bagi semua mahluk hidup termasuk tumbuhtumbuhan, maka alga laut dapat dimanfaatkan sebagai sumber alternatif
penganti pupuk-pupuk pertanian yang mengandung bahan kimia sintesis.
Alga dapat digunakan sebagai pupuk organik karena mengandung bahanbahan mineral seperti potasium dan hormon seperti auxin dan sytokinin yang
dapat meningkatkan daya tumbuh tanaman untuk tumbuh, berbunga dan
berbuah. Pemanfaatan alga sebagai pupuk organik ditunjang pula oleh adanya
sifat hydrocolloids pada alga laut yang dapat dimanfaatkan untuk penyerapan air
(daya serap tinggi) dan menjadi substrat yang baik untuk mikroorganisme tanah.
Peranan Ganggang Coklat (Phaeophyta)
Adapun peranan ganggang coklat dalam kehidupan yaitu:

Ganggang coklat dapat dimanfaatkan dalam industri makanan

Phaeophyta sebagai sumber alginat banyak dimanfaatkan dalam dunia


industri tekstil untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas bahan
industri,

kalsium

alginat

digunakan

dalam

pembuatan

obat-obatan

senyawa alginat juga banyak digunakan dalam produk susu dan makanan
yang dibekukan untuk mencegah pembentukan kristal es. Dalam industri
farmasi, alginat digunakan sebagai bahan pembuat bahan biomaterial
untuk teknik pengobatan.

Dapat digunakan sebagai pupuk organik karena mengandung bahanbahan mineral seprti potasium dan hormon seperti auxin dan sylokinin
yang

dapat

meningkatkan

berbunga dan berbuah.

daya

tumbuh

tanaman

untuk

tumbuh,

Macrocytis Pyrifers menghasilkan iodine (unsur yang dapat digunakan


untuk mencegah penyakit gondok).

Laminaria, Fucus, Ascophylum dapat menghasilkan asam alginat. Alginat


biasanya digunakan sebagai pengental pada produk makanan (sirup,
salad, keju, eskrim) serta pengentalan dalam industri (lem, tekstil, kertas,
tablet antibiotik, pasta gigi) dan pengentalan produk kecantikan (lotion,
krim wajah).

Macrocytis juga dibuat sebagai makanan suplemen untuk hewan ternak


karena kaya komponen Na, P, N, Ca.

C.
1.

Produksi Alga Transgenik dan Pemanfaatan Alga di Masa Mendatang

Terdapat bermacam jenis alga didunia yang kemudian dikelompokkan dalam


alga merah, alga coklat, alga hijau, diatom dan dinoflagellata. Pemanfaatan alga
bagi kehidupan manusia saat ini telah berkembang pesat. Dimana alga dapat
dimanfaatkan hamper dalam semua kebutuhan hidup manusia yaitu sebagai
berikut

Alga dimanfaatkan sebagai makanan manusia sejak lama. Namun saat ini
pemanfaatan sebagai makanan tidak hanya sebatas makro alga, tetapi juga
mikroalga

yang

memberikan

diantaranya

suplay

vitamin,

adalah
mineral

Chlorella
dan

dan

asam

Spirulina.

lemak

Makroalga

essensial

yang

memberikan manfaat bagi kesehatan manusia. Mikroalga dimanfaatkan sebagai


suplemen yang mengandung protein tinggi namun mudah untuk dibudidayakan.
2.

Dalam pemanfaatan alga sebagai pakan hewan, memberikan nutrisi yang baik
bagi hewan peliharaan seperti burung, ikan dalam aquarium, ternak. Jenis-jenis
yang dimanfaatkan diantaranya Ulva spp, Glacilaria spp, caulerpa spp.

3.

Mikroalga sangat dibutuhkan sebagai pakan pada budidaya bivalve dimana


pada stadia larva, kerang-kerangan membutuhkan mikroalga sebagai sumber
energi. Dan pada stadia dewasa, kerang akan memanfaatkan makroalga sebagai
sumber nutrisi pertumbuhannya. Sebagai contoh abalone yang pada stadia larva
membutuhkan

Nitzschia

sp

sebagai

pakan

dan

pada

stadia

dewasa

menggunakan Glacilaria sp sebagai makanan.


4.

Alga juga memberikan manfaat yang besar dalam bidah kimia dan farmasi.
Yaitu sebagai edible coating obat-obatan yang memanfaatkan hydrololaid yang

dihasilkan alga. Alga juga dapat menghasilkan karaginan yang dimanfaatkan


sebagai pengemulsi, pengental dan penstabil berbagai produk makanan dan
obat-obatan.
5.

Pigmen yang dihasilkan alga sesuai warna yang dimiliki, dapat dimanfaatkan
sebagai bahan pewarna alami.

6.

alga seperti Phymatolyton sp dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.

7.

Alga dapat dimanfaatkan sebagai treatment limbah atau dalam bioremediasi


dimana

mampu

memecah

dan

merubah

limbah

organic

menjadi

tidak

berbahaya.
ASPEK UMUM
Dalam kondisi normal, terdapat lebih dari satu spesies yang menghasilkan
produk yang diinginkan. Untuk itu perlu ketelitian dalam seleksi organisme pada
awal transformasi alga. Pada Alga yang memiliki siklus hidup pendek dalam
cairan, kultur axenic dalam media sintesis dengan kondisi lingkungan terkontrol
sangat dibutuhkan pada persiapan transformasi. Sebagian besar alga adalah
memiliki sifat autotrof yaitu membutuhkan cahaya. Maka alga membutuhkan
cahaya, air dan nutrient dasar untuk pertumbuhan. Alga lain yang heterotrof
dapat dikultur dalam kondisi gelap dengan menggunakan gula sebagai media
kultur. Genom dari alga yang diteliti dibutuhkan sebagai dasar untuk level baru
pada efisiensi dan keunggulan aplikasi bioteknology dan teknologi gen alga dan
produknya.
Alga memiliki bentuk dan ukuran yang sangat variatif. Sebagai contoh :
Ostreococcus
Thalassiosira

tauri

(Chlorophyta),

pseudonana

Cyanidioschyzon

(Bacillariophyta),

merolae

(Rhodophyta),

Chlamydomonas

reinhardtii

(Chlorophyta), Phaeodactylum tricornutum (Bacillariophyta), Asterionella formosa


(Bacillariophyta),

Triceratium

favus

(Bacillariophyta),

Volvox

carteri

(Chlorophyta); Neomeris annulata (Chlorophyta), Ulva lactuca (Chlorophyta),


Fucus vesiculosus (Phaeophyta), Laminaria saccharina (Phaeophyta), Macrocystis
pyrifera (Phaeophyta)
GENOM PROJECT DAN PRODUKSI ALGA TRANSGENIK

Sumber informasi genom alga dapat diperoleh dari NCBI maupun dalam

ESTs (expressed sequence tags). Sequence genom dari mitokondria dan cloroplas
lebih banyak dimiliki oleh alga dibandingkan dengan EST dan genome sequence
project. Sebelum eksperimen ini dimulai, peneliti diharuskan memikrikan tentang
kekerabatan

organismenya.

Apakah

ada

hubungan

kedekatan

sebelu

ditransformasikan. Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat berbagai jenis alga


hasil transpormasi genetic yaitu :
Sebagian besar alga yang dihasilkan tersebut diatas diperoleh dari
transformasi

nuklir.

Efisiensi transformasi dan total hasil dari produksi transformasi tergantung


kekuatan

species.

Sebagai

contoh

Cyanidioschyzon

merolae

~200

transformants/g plasmid-DNA dihasilkan ketika 3-4 x 108 cells disebar dalam


plate agar. Pada Porphyridium sp. Juga dimungkinkan untuk system sebar
sejumlah sel pada plate tunggal dan 2.5 x 10-4 transformants/g DNA dapat
diperbaiki. Pada Chlamydomonas reinhardtii transformasi yang efisien adalah
antara 10-4 and 10-5, dan sekitar 8 x 106 cel dapat disebar pada plate. Maka
akan terdapat lebih sedikit sel pada plate dibanding percobaan Cyanidioschyzon
or Porphyridium , maka Chlamydomonas dapat ditransformasikan dari plate
tunggal.
Penggunaan gen marker selektif pada kondisi normal dalam semua
experiment menghasilkan generasi alga transgenic yang stabil, mulai dari
prosentase

yang

ditransformasikan.
merupakan

sangat
Marker

marker

transformasi

strain

rendah

pada

selektif

dominant
target,

biasanya

sebagai
tidak

treatment
gen

organisme

resisten

perlakuan

menjadikan

ke

baru
masalah

berhasil

antibiotic
pada

yang

beberapa

dari

genotid

respectif.
Pada penambahan marker selektif dominant, terdapat beberapa marker
selektif

yang

tidak

stabil.

Seperti

auxotrophic

mutants

dengan

mutasi

endogenous gen memberikan gen untuk complementasi. Mereka memiliki


kekuatan besar dalam complete endogenous gene yang biasa digunakan, maka
banyak marker dominant disusun dalam respektif organisme dipastikan sebelum
perlakuan.
Seringkali gen marker selektif tidak dapat mengekspresikan dibawah
promoter mereka sendiri, khususnya jika mereka dari sumber heterologous.
Untuk itu, dalam mendapatkan kekuatan secara normal, induksibel dan jika

memungkinkan, endogenous promoter sangat dibutuhkan. Beberapa penelitian


menginginkan

untuk

mendapatkan

organisme

transgenic

ketika

mereka

mempelajari temporal gen ekspresi yang menarik secara in situ atau in vivo.
Untuk mendeteksi protein secara mudah, promoter dari genpartikular digunakan
untuk mengarahkan ekspresi dari gen reporter yang mudah diidentifikasi dan
diperlakukan. Laporan gen yangsringkali untuk enzim dimana merubah substrat
pada produk berwarna atau menghasilkan emisi cahaya atau gen produk adalah
fluorescent protein.,
Dasar dari hamper semua metode transformasi alga adalah pada kasus
temporal permeabilitas dari membran sel, dimungkinkan molekul DNA untuk
masuk kedalam sel. Pemasukan DNA pada nucleus dan integrasi ke dalam
genom tanpa bentuan eksternal. Integrasi DNA umumnya terjadi dengan
ilegitimasi rekombinasi, menghasilkan integrasi dari DNA yang diinriduksikan dan
menghasilkan transformasi genetic yang stabil. Aktualnya, tidak sulit untuk
permeabilitas membrane sel untuk memsaukan DNA, dimana, reproduksi sel
harus mempertahankan hidupnya dari kerusakan dan DNA yang masuk dan
menyimpulkan divisi sel. Terdapat pasangan dalam metode transformasi pada
sitem alga yang memungkinkan memperbaiki transformasi. Metode yang paling
umum adalah micro-particle bombardment, juga menyarankan untuk microprojectile bombardment. Metode ini membuat penggunaan lapisan logam kuat
DNA micro-projectiles dan transformasi dari hamper semua tipe sel.
PERMASALAHAN

YANG

SERING

TERJADI

Selama produksi alga transgenic, peneliti seringkali mendapati masalah


yaitu konstruksi gen tidak terekspresi seperti yang diinginkan. Meskipun semua
elemen terpenuhi untuk transkrisi dan translasi telah masuk dan konstruksi
terintegrasi dalam genom. Gen silencing ini terjadi akibat methylation dan
menyebabkan efek perpindahan posisi dan epigenetic mechanisms. Ini seringkali
terjadi pada control dari pembenguanan dan respon dari sel kepada virus,
elemen transposable atau DNA asing lain atau penempatan DNA yang tidak
alami. Seringkali, screening jumlah transformasi pada transforman dengan
ekspresi tinggi mengatasi masalah ini.

Masalah lain muncul ketika

konstruksi DNA dengan heterologous asli digunakan. Satu poin penting pada
kontek ini adalah codon digunakan adalah tipikal dari hamper semua species.
Ketika kodon umum dari DNA donor jarang didapati dalam organisme gen target,
ikatan

tRNA

akan

melemah

dan

akan

menurunkan

level

translasi

dan

konsequensinya pada ekpresi rata-rata. Situasi ini akan lebih ekstrim ketika
kodon tidak sesuai pada semua spesies target. Salah satu strategi untuk
mengatasi masalah ini adalah melihat gen heterologous yang memiliki kodon
digunakan mirip dengan gen target organisme.
Problem lain yang memungkinkan terjadi adalah alga secara umum dan
alga transgenic yang digambarkan dapat menghasilkan produk dan kandungan
lain, pada aplikasi komersial dari tipe liar masih tetap terbatas. Salah satu factor
pembatasnya pada pertumbuhan adalah cahaya.
Pada satu sisi mikroalga tumbuh cepat pada densitas tinggi dalam photobioreactors atau dalam tambak terbuka, disisi lain pembatasan densitas dalam
budidaya

menghasilkan

beberapa

centimeter

pertumbuhan

pertama

sel

pertumbuhan. Untuk mengatasi ini perlu dibuat special bioreactor yang


menggunakan tanki dengan pemutar. Alternative lain dengan menggunakan
heterotropik alga dan penambahan sumbstrat organic yang dibutuhkan. Strategi
lainnya

adalah

mentransformasikan

photoautotrophic

algae

menjadi

heterotrophic algae dengan mengintroduksi gen untuk transportasi gula kedalam


genom melalui genetic engineering
PEMANFAATAN

ALGA

DALAM

OPTIMISTIK

DI

MASA

MENDATANG
Dimasa mendatang, dengan adanya alga transgenic dapat dimanfaatkan
dalam berbagai hal untuk menunjang kehidupan manusia. Diantaranya sebagai
bioenergi

yang

mudah

dibudidayakan

sehingga

mampu

menggantikan

ketergantungan terhadap energi dari fosil. Alga juga dapat dimanfaatkan untuk
bioremediasi perairan dan tanah yang semakin hari semakin banyak tercemar,
sehingga dapat mengembalikan kondisi optimum dari perairan dan tanah.
Pemanfaatan alga sebagai sumber nutrisi baik sebagai makanan atau suplemen
memberikan peluang untuk molecular farming. Dimana dibudidayajan alga di
tambak

baik

makroalga

maupun

mikroalga

secara

besar-besaran

untuk

memenuhi kebutuhan manusia yang selalu meningkat. Mikroalga yang dikultur


dapat pula dimanfaatkan sebagai bahan antiinsektida yang dapat menggantikan
insektisida non organic yang selama ini digunakan dan dapat mencemarkan
lingkungan.

D. WARTA BERITA ( Korea Banggakan Rumput Laut Indonesia di Meksiko )

Berbagai stan organisasi pemerhati iklim dan lingkungan hidup dari berbagai
negara memenuhi aula tempat COP 16 di meksiko berlangsung. sayangnya,
indonesia tidak berpartisipasi menjadi salah satu diantara mereka
Jumat, 10 Desember 2010 | 15:30 WITA. TRIBUN-TIMUR.COM -- Indonesia
sebagai negara bahari sejatinya menyimpan sejuta potensi dunia yang berharga.
Tak sekedar keadaan alam dan panoramanya yang menakjubkan tapi kehidupan
aneka jenis biota laut Indonesia pun tak jarang mengundang decak kagum.Sebut
saja Pantai Kuta dan Sanur di Bali, Lombok di Nusa Tenggara Timur, Bunaken di
Manado, Karimun Jawa di Jawa Tengah, Pangandaran di Jawa Barat, hingga
Takabonerate di Kepulauan Selayar. Kesemuanya menyajikan 'lukisan' alam yang
memiliki ciri khas yang berbeda baik karakter maupun jenis biota yang tinggal di
dalamnya. Di Lombok misalnya, selain terkenal dengan panorama alam yang
menawan juga menyimpan potensi Rhodophyta atau Red Algae (alga merah,
ganggangmerah) yang dalam bahasa lokal dikenal dengan istilah rumput laut.
Peneliti dari Pusan National University Prof Ik Kyo Chung, saat ditemui
Tribun Timur di Conference of Climat (COP) 16 United Nations Framework
Convention on Climate Change (UNFCCC) di Cancun, Meksiko, Kamis (9/12)
mengaku kagum dengan potensi rumput laut jenis Alga merah yang dimiliki
Indonesia. Saat mengetahui dari Indonesia, Ia sangat antusias menjelaskan
manfaat dari hasil olahan alga merah yang berhasil ia teliti. Ia mengaku sering
berkunjung ke Indonesia selama 2010. Beberapa kalimat seperti, selamat
datang, terima kasih, apa kabar, rumput laut, dan cantik sangat fasih ia ucapkan
dalam bahasa Indonesia. "Saya pernah ke Lombok dan Kupang meneliti ini (alga
merah). Indonesia bagus, cantik, saya sering ke Indonesia, ini lihat," kata Ik Kyo
bangga sambil memperlihatkan beberapa fotonya saat berada di Indonesia dari
dalam laptopnya. Seperti layaknya mahasiswa yang kuliah dengan dosennya,
memerlukan dua kali pertemuan dalam dua hari berturut-turut untuk dapat
menangkap istilah-istilah 'aneh' yang ia ajarkan.
Dengan
Prof

sabar,

detil,

dan

sistematis

serta

ditemani

'tandem'nya,

Jin Ae Lee, Ik-Kyo mulai meladeni setiap pertanyaan bodoh dari

'mahasiswanya' mulai dari jenis-jenisnya, perkembangbiakannya, hingga sisi

ekonomisnya dan manfaat lainnya. Hasil penelitiannya membuktikan, alga


merah tak hanya dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuat makanan
(agar-agar) belaka tapi lebih dari itu. Alga merah dapat diolah menjadi kertas
ramah lingkungan, obat-obatan medis, bahkan biomethanol. Tergantung cara
pengolahan, jenis, dan tempat tumbuhnya alga tersebut.
Alga merah adalah salah satu filum dari alga berdasarkan zat warna atau
pigmentasinya. Warna merah pada alga ini disebabkan oleh pigmen fikoeritrin
dalam jumlah banyak dibandingkan pigmen klorofil, karoten, dan xantofil. Pada
umumnya memiliki banyak sel (multiseluler) dan makroskopis. Panjangnya
antara 10 cm sampai 1 meter dan berbentuk berkas ataulembaran.
Sebagian besar alga merah hidup di laut, banyak terdapat di laut tropika
dan sebagian kecil lainnya hidup di air tawar yang dingin dengan aliran deras
dan banyak oksigen namun ada pula yang hidup di air payau.

Alga merah yang

banyak ditemukan di laut dalam adalah jenis Gelidiumndan Gracilaria, sedang


jenis Euchema spinosum menyukai laut dangkal.Alga merah berkembangbiak
secara vegetatif dan generatif.
Alga merah dapat menyediakan makanan dalam jumlah banyak bagi ikan
dan hewan lain yang hidup di laut. Jenis alga ini juga menjadi bahan makanan
bagi manusia misalnya jenis Chondrus Crispus (lumut Irlandia) dan genus
Porphyra. Chondrus crispus dan Gigortina mamilosa biasanya dimanfaatkan
untuk penyamak kulit, bahan pembuat krem, dan obat pencuci rambut
(shampo).
Alga merah lain jenis Gracilaria lichenoides, Euchema Spinosum, Gelidium
dan Agardhiella dibudidayakan karena menghasilkan bahan serupa gelatin yang
dikenal sebagai agar-agar. Gel ini digunakan oleh para peneliti sebagai medium
mengembangbiakan bakteri dan fase padat pada elektroforesis gel, untuk
pengental dalam banyak makanan, perekat tekstil, sebagai obat pencahar, atau
sebagaimakanan penutup. Jenis Agardhiella memiliki nilai ekonomis sebagai
bahan makanan (sebagai pelengkap minuman penyegar ataupun sebagai bahan
baku agar-agar). Agardhiella sebagai bahan makanan memiliki kandungan
serat

lunak yang baik bagi kesehatan usus. "Bahannya masih terbatas, SDM

yang mengetahui ini pun masih sedikit. Makanya harga kertas hasil olahan Red
Algea seperti ini sekarang lebih mahal daripada kertas konvensional, Indonesia

berpotensi besar mengembangkan Red Algea," katanya sambil menunjukkan


beberapa benda hasil olahannya dari jenis Alga merah.
Jika 'orang luar' menyadari potensi yang dimiliki Indonesia,
kenapa
kita yang 'di dalam' seolah buta dengan potensi negara kita, aku cinta
Indonesia

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. METODOLOGI

Penelitian dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapangan dan


mengamati berbagai alga di pantai. Penelitin dilakukan dengan membagi dalam
6 stasiun dan masing masing stasiun terdiri dari 6 hingga 7 plot yang berjarak
10 meter.

B.

WAKTU DAN LOKASI


Lokasi yang diambil untuk PPL ( Praktikum Penelitian Lapangan ) ini
adalah Pantai Sindangkerta Cipatujah, Tasikmalaya dan dilakukan dimulai
tanggal 5 7 Desember 2010. Waktu pengambilan sampel dilaksanakan ketika
air laut sedang mengalami surut. Menurut informasi dari masyarakat setempat,
air laut di pantai ini surut sekitar pukul 2 pagi dan pukul 14.00 siang. Dalam
penelitian ini dilakukan sekitar pukul 14.00.

C. PROSEDUR PENELITIAN
1.

Sebelum ke lokasi penelitian,siapkan perlengkapan yang dibutuhkan dalam


pengambilan sampel dan pengoleksian sampel alga.

2.

Untuk memudahkan pengamatan dan peengambilan sampel dilakukan saat


surut terendah. Waktu surut tidak tetap dan terbatas. Untuk itu cari informasike
penduduk sekitar untuk mendapatkan informasi waktu surut. Saat surut lakukkan
pengambilan sampel dan pencatatan data sebaik mungkin gunakan waktu
sebaik-baiknya karena waktu surut sangat tetrbatas. Sebelum waktu surut kita
harus telah berada di lokasi pengambilan sampel.

3.

Saat waktu surut tiba,lakukan pengambilan sampel sesuai dengan stasiun yang
telah diteentukan.

4.

Rentangkan tali rapia yang telah diberi skala jarak/panjang dari garis pantai
hingga tubir.

5.

Letakkan plot ukuran 1m x 1m mulai dari tubir hingga garis pantai,untuk tiap
stasiun ada 6 plot.

6.

Untuk tiap plot lakukan pengambilan sampel/alga,ambil sampel-smpel semua


alga yang mempunyai jenis/species berbeda,ikatkan etiket gantung (variasi
warna etiket gantung jangan ada yang sama) kemudian masukkan ke dalam
toples yang sudah diberi label. Pada tiap sampel alga yang diambil, catat datadata,informasi atau mengenai cirri-ciri sampel alga yang diambil yang tidak bisa
diambil bersama dengan specimen alga dalam table pengamatan lapangan.

7.

Hitung jumlah individu untuk tiap species alga yang ada di dalam plot.

8.

Untuk tiap jarak antara dua plot lakukan pengambilan biomassa daam bingkai
40 cm persegi. Pada luas 40 cm persegi tersebut ambil semua alganya
masukkan dalam kantong plastic. Kantong plastic diberi label. Alga yang ada di
kantong ini nanti dipilah berdasarkan speciesnya, kemudian masing-masing
ditimbang.

9.

Sampel-sampel alga yang telah diambil diidentifikasi sampai ditemukan


speciesnya. Jika ada yang tidak teridentifikasi ( tidak ditemukan speciesnya )
buat pertelean/deskripsi yang lengkap.

10. Semua sampel alga yang diambil didokumentasikan sejelas dan sebaik
mungkin.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara terjun langsung
kelapangan, dimana tiap kelompok mendapatkan jatah 1 stasiun. Saat distasiun
tiap kelompok melakukan 6 kali pengambilan sempel dimana tiap jarak 20 m kita
melakukan bio massa. Alat yang digunakan dintaranya adalah toples ( guna
menyimpan specimen yang didapatkan ), etiket gantung yang terdiri dari pipet
dan senar ( guna menggantungkan dan penanda specimen yang didapat ), table
pengamatan ( guna mencatat specimen alga yang didapat ). Setelah melakukan
pengamatan di tiap stasiun, dilanjutkan dengan pengidentifikasian specimen
alga yang didapat, dan melakukan wawan cara tentang pemanfaatan specimen
alga yang telah dimanfaatkan oleh warga sisekitar. Lalau setelah semua data 1
stasiun telah valid, lalu dilakukan pengumpulan data dari stasiun 1 sampai 6
guna mengetahui keseluruhan hasil penelitian yang telah dilakukan, data ini
berguna dalam memberikan suatu identifikasi secara keseluruhan dari hasil PPL (
baik specimennya hingga pemanmfaatannya ).

BAB VI
A. LAMPIRAN HASIL PRAKTIKUM
HASIL PRAKTIKUM STASIUN 1
Kelompok

: IV

Stasiun
Desember 2010
Jarak
No

Tempat
:1

Tanggal

:10m dari tepi pantai


Kode

Species

Etiket

: Pantai Sindangkerta

Waktu
Nama

Banyak

Daerah

: 06

: 14.00 16.00 WIB


Deskrips
i Habitat

Gantung
1.

2.

3.

Putih

Turbinaria

Saribuhu

runcing 2

conoides

duri

10

Hidup di
substrat

atas

batu

bawah

karang

Merah

Rhodymenia

runcing 2

palmate

Hidup di
substrat

atas

batu

bawah

karang

Hijau

Gracilaria

runcing

coronpifolia

Hidup di
batu

atas

karag

bawah

zona
pasang
surut

Biru

Padina SP

Lembaran

50

Hidup di

runcing

substrat

atas

batu

bawah

karang
berpasir

Biru

Hypnea cornuta

Pada batu

ketupat

karang

atas

zona

Remark

bawah

pasang
surut

6.

Kuning

Chaeotamorpha

Rambut

runcing

Crassa

kusut

17

Membelit
pada alga
lain

Jarak
No

: 20m dari tepi pantai


Kode

Species

Etiket

Nama

Banya

Deskripsi

Rema

Daerah

Habitat

rk

Dikarang

Gantun
g
1.

Hijau

Hormophysa

runcing

triquetra

zona pasang

atas

surut

bawah
2.

3.

Biru

Sargasum

ketupat 2

binderi

Sari buhu duri

12

Hidup
disubstrat

atas

karang

bawah

keras

Hijau

Galaxaura

ketupat 2

subvefficilillarta

Menempel
dikarang

atas
bawah
4.

5.

Biru

Sargasum

polos

polycystrum

Hijau

Ulva sp

Sari buhu

Menempel
pada karang

Jukut hijau

polos

Menempel
pada alga
lain

6.

Hijau

Udotea

runcing 2

argentea

Lelembaran

Menempel
dikarang

7.

Kuning

Ulva reticulata

Jukut hijau

10

runcing 2

Menempel
pada
sargasum

8.

Putih

Padina sp

Lelembaran

13

runcing

Menempel
dikarang

atas
bawah
9.

Hijau

Sargasum

polos

polycystum

Sari buhu

Menempel
di karang/
zona pasang
surut

Jarak
No

: 30m dari tepi pantai


Kode

Species

Etiket

Nama

Banya

Deskripsi

Rema

Daerah

Habitat

rk

Jukut hijau

82

Menempel

Gantung
1.

Kuning

Ulva reticullata

runcing 2

pada alga

atas

lain

bawah
2.

Biru polos

Sargasum

Sari buhu

52

polycystrum

Menempel
dikarang
yang keras

3.

Putih

Sargasum

ketupat 2

cristaefolium

atas

Huhunia

32

Hidup di
substrat
karang zona

bawah

pasang
surut

4.

Merah

Sargasum

runcing 2

bluderi ( sonder

disubstrat

atas

karang zona

bawah

Hidup

pasang
surut

5.

Biru

Sargasum

runcing

echmocarpum

Hidup di
substrat
zona pasang
surut

6.

7.

8.

Kuning

Gracilaria

ketupat

curonapifolia

Biru

Hormophysa

runcing 2

triquetra

Merah

Ulva sp

35

Menempel
dikarang

18

Mnempel
dikarang

polos

Menempel
pada alga
lain

Jarak

: 40m dari tepi pantai

Kode

Etiket

Species

Nama

Bany

Deskripsi

Rema

Daerah

ak

Habitat

rk

30

Membelit

Gantung
1.

Hijau

Chaetomorpha

Agar

runcing 1

crassa

agaran

pada alga
lain

2.

Hijau
ketupat
atas

Gelium sp

12

Menempel
diatas karang

bawah
3.

berpasir

Merah

Geledium

ketupat 2

latifolium

Menempel
diatas karang

atas

berpasir

bawah
4.

Merah

Sargasum

runcing 2

polycystrum

Sari buhu

25

Menempel
pada
substrat
karang

5.

Hijau

Padina sp

Lelembaran

40

ketupat

Menempel
pada karang
berpasir

6.

Putih

Ulva sp

Jukut hijau

ketupat

Menempel
pada
sargasum

Jarak

: 50m dari tepi pantai

Kode Etiket

Species

Nama

Gantung

Putih runcing

Bornetela

Hahampela

2 atas bawah

nitida

an

Banyak

Daerah

Deskripsi
Habitat

27

Hidup di
cekungan

Remark

karang
2

Hijau runcing

Hidup di

2 atas bawah

batu
karang
pada jarak
50m dari
tepi pantai

Hijau runcing

Coralina sp

Menempel

Seperti

pada batu

kerak

karang
4

Merah polos

Padina sp

Lelembaran

Hidup di
atas karang

Hijau polos

Sargassum

Sari buhu

30

binderi

Hidup pda
subsrat
terumbu
karang

Biru ketupat

Gracilaria

Tumbuh

salicornia

pada
terumbu
berpasir

Kuning polos

Ulfa

Jukut hijau

20

reticullata

Membelit
pada alga
lain

Jarak
No

: 60m dari tepi pantai


Kode
Etiket
Gantun
g

Species

Nama

Bany

Deskripsi

Daerah

ak

Habitat

Remark

1.

Kuning

Sargasum

ketupat

pollycystum

Sari buhu

20

2 atas

Menempel

Tumbuh

pada batu

tegak,tin

karang

ggi

bawah

mencapa
i 15cm

2.

Kuning

Caulerpa

polos

cuppresoides

Uuceungan

12

Menempel
pada batu
karang

3.

Biru

Laurencia poitei

11

polos

Menempel
pada batu
karang

4.

Putih

Chaetomorpha

polos

crassa

Rambut kusut

Membelit
pada alga
yang lain

5.

Merah

Galaxaora

runcing

subveficillata

Kriminil

15

pada batu

1
6.

Merah

Menempel
karang

Bornetela nitida

polos

Hahampelaan

/ hampeduan

Menempel
pada batu
karang

7.

Kuning

Actinotrichia

runcing

fragilis

18

Menempel
pada batu
karang

MAKALAH KLASIFIKASI KELOMPOK ALGA


1. Klasifikasi Alga
Sistem klasifikasi algae ada bermacam-macam. Seiring dengan majunya ilmu
pengetahuan terutama dalam penelitian fisiologi, biokimia, dan penggunaan mikros- kop
elektron, maka klasifikasi algae ke dalam divisinya, kini didasarkan pada:
1. pigmentasi,
2. hasil fotosintesis,

3. flagelasi,
4. sifat fisik dan kimia dinding sel,
5. ada atau tidak adanya inti sejati.
Atas dasar hal tersebut, Smith membagi algae menjadi; Divisi: Chlorophyta,
Euglenophyta, Pyrrophyta, Chrysophyta, Phaeophyta, Rhodophyta dan Cyanophyta.
Pyrrophyta, Chrysophyta,dan Euglenophyta termasuk Protista (Protista algae); Cyanophyta
termasuk Monera.
1. Algae mempunyai bermacam-macam bentuk tubuh:
1. Bentuk uniseluler: bentuk uniseluler yang berflagela dan yang tidak berflagela.
2. Bentuk multiseluler:
1. a. koloni yang motil, b. koloni yang kokoid
2. Agregasi: bentuk palmeloid, dendroid, dan rizopoidal.
3. Bentuk filamentik: filamen sederhana, filamen bercabang, filamen
heterotrikh, filamen pseudoparenkhimatik yang uniaksial dan
multiaksial.
4. Bentuk sifon/pipa.
5. Pseudoparenkhimatik
2. Reproduksi
1. Vegetatif: fragmentasi, pembelahan sel, pembentukan hormogonia.
2. Aseksual: pembentukan mitospora, zoospora, aplanospora, hipnospora,
stadium pamela.
3. Seksual: isogami, heterogami yang terdiri dari anisogami dan oogami,
aplanogami, autogami.
3. Pergantian keturunan
1. Pergantian keturunan haplobiontik terdiri dari: pergantian keturunan yang
haplontik dan diplontik.
2. Pergantian keturunan yang isomorfik dan heteromorfik.
Klasifikasi alga didasarkan pada morfologi sel-sel reproduksin, pigmen dalam plastida dari
sel vegetatif, dan macam ,makanan cadangan .Semua alga mengandung klorofil tetapi ada
pigmen lain yang ,menyusun yang terkandung dalam plastida.

Alga yang hidup melayang-layang di permukaan air disebut neuston, sedangkan yang
hidup di dasar perairan disebut bersifat bentik. Alga yang bersifat bentik digolongkan menjadi
:
a. epilitik (hidup di atas batu)
b. epipalik (melekat pada lumpur atau pasir)
c. epipitik (melekat pada tanaman)
d. epizoik (melekat pada hewan).
Berdasarkan habitatnva di perairan, alga dibedakan atas :
a. alga subaerial, yaitu alga yang hidup di daerah permukaan
b. alga intertidal, yaitu alga yang secara periodik muncul di permukaan karena naik turunnya air
akibat pasang surut
c. alga sublitoral, yaitu alga yang hidup di bawah permukaan air
d. alga edafik, yaitu alga yang hidup di dalam tanah.
BERDASARKAN PERBEDAAN PIGMEN, GANGGANG DIBAGI MENJADI 4 DIVISIO
1. CLOROPHYTA (ganggang hijau)
Mengandung pigmen hijau, yaitu klorofil Contoh :
- Chlamydomonas sp.
- Chlorella sp.
- Euglena sp. Volvox sp. mahluk transisi antara ganggang dan protozoa
2. CHRYSOPHYTA (ganggang keemasan)
Memiliki pigmen Karoten, disamping adanya klorofil. Contohnya yang paling umum
adalah Navicula sp. (Ganggang kresik = Diatomae), ganggang ini mengandung zat kersik
yaitu silikat. Tanah yang mengandung ganggang ini disebut Tanah Diatom, baik sekali
sebagai bahan lapisan pada dinamit, dapat pula digunakan sebagai bahan penggosok, saringan
dan lain-lain.
3. PHAEOPHYTA (ganggang pirang=ganggang coklat)
Memiliki pigmen Fikosantin, disamping adanya klorofil. Semua anggotanya hidup di
laut. Contohnya:
- Turbinaria australis
- Sargassum siliquosum
- Fucus vesiculosus (bahan pewarna alami)

Beberapa jenis ganggang ini menghasil-kan Asam Alginat yang berguna bagi industri
tekstil dan makanan sebagai zat warna.
4. RHODOPHYTA (ganggang merah)
Memiliki pigmen Fikoeritrin, di samping ada-nya klorofil. Contohnya:
- Eucheuma spinosum, merupakan penghasil agar-agar.
- Gracillaria sp., menghasilkan bahan untuk pembuatan kosmetika
Beberapa jenis alga dapat bersimbiosis dengan organisme lainnya. Misalnya,
Chlorella sp. hidup bersama Paramecium, Hydra, atau Mollusca; alga Platymonas sp. hidup
bersama cacing pipih Convoluta roscoffensis.
Alga ada yang bersel tunggal (uniseluler), membentuk koloni berupa filamen
(kumpulan sel berbentuk benang) atau koloni yang tidak membentuk filamen. Alga uniseluler
ada yang dapat bergerak atas kekuatan sendiri (motil) dan ada yang tidak dapat bergerak
(nonmotil). Alga uniseluler yang mikroskopis tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
Sebaliknya, ada alga yang membentuk koloni berupa. filamen berukuran cukup besar
sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang. Sel yang terletak paling bawah pada filamen
membentuk alat khusus untuk menempel pada batu, batang pohon, pasir, atau lumpur. Alat
tersebut dinamakan pelekap. Koloni alga yang tidak membentuk filamen umumnya berbentuk
bola atau pipih tanpa pelekap.

2. Reproduksi Alga
Alga bereproduksi melalui dua cara yaitu seksual dan aseksual. Reproduksi secara
aseksual terjadi melalui pembelahan sel, fragmentasi, dan pembentukan zoospora.
Reproduksi secara seksual terjadi melalui isogami dan oogami.
a. Reproduksi Aseksual
Reproduksi aseksual terjadi melalui pembelahan sel menghasilkan dua sel anak yang
masing-masing akan menjadi individu baru. Reproduksi dengan cara pembelahan sel
umumnya terjadi pada alga bersel tunggal. Alga berbentuk koloni tanpa filamen atau yang
berbentuk filamen umumnya bereproduksi melalui fragmentasi. Fragmentasi adalah terpecahpecahnya koloni menjadi beberapa bagian.
Selain melalui pembelahan sel dan fragmentasi, alga juga dapat bereproduksi melalui
pembentukan zoospora. Zoospora merupakan sel tunggal yang diselubungi oleh selaput dan

dapat bergerak atau berenang bebas dengan menggunakan satu atau lebih flagela. Setiap
zoospora merupakan calon individu baru.
b. Reproduksi Seksual
Reproduksi seksual melibatkan peleburan dua gamet untuk membentuk zigot dan
tumbuh menjadi individu baru. Terdapat dua tipe reproduksi seksual, yaitu isogami dan
oogami.
Pada tipe isogami, gamet jantan dan gamet betina berukuran sama besar dan
umumnya dapat bergerak. Jika zigot hasil peleburan gamet betina dengan jantan mengalami
dormansi, maka disebut zigospora.
Pada tipe oogami, ukuran gamet jantan berbeda dengan ukuran gamet betina. Gamet
betina atau telur berukuran besar dan tidak bergerak, sedangkan gamet jantan berukuran kecil
dan dapat bergerak. Jika zigot yang terbentuk tidak berkecambah tetapi mengalami dormansi,
maka disebut oospora (Raven et al. 2005; Solomon et al. 2005).
3. Kelompok-Kelompok Alga
Alga memiliki pigmen hijau daun yang disebut klorofil sehingga dapat melakukan
fotosintesis. Selain itu, alga juga memiliki pigmen lain yang dominan. Berdasarkan
dominansi pigmennya, alga dapat dibedakan menjadi alga cokelat, alga merah, alga
keemasan, diatom, dan alga hijau.
a. Alga Cokelat (Phaeophyta)
Warna alga cokelat ditimbulkan oleh adanya pigmen cokelat (fukosantin) yang secara
dominan menyelubungi warna hijau dari klorofil pada jaringan. Selain fukosantin, alga
cokelat juga mengandung pigmen lain seperti klorofil a, klorofil c, violasantin, beta-karoten,
dan diadinosantin.
Alga cokelat merupakan alga yang memiliki talus terbesar dibandingkan jenis alga
lainnya. Pada kondisi yang sesuai, Macrocystis sp. atau alga cokelat raksasa dapat mencapai
panjang 100 meter dan kecepatan tumbuh mencapai 15 cm per hari. Alga cokelat yang sering
ditemukan di tepi pantai sedang mengalami fase diploid dari siklus hidupnya.
1) Ciri-ciri alga cokelat
Ciri-ciri alga cokelat adalah sebagai berikut.

a) Ukuran talus mulai dari mikroskopis sampai makroskopis. Berbentuk tegak, bercabang, atau
filamen tidak bercabang.
b) Memiliki kloroplas tunggal. Ada kloroplas yang berbentuk lempengan diskoid (cakram) dan
ada pula yang berbentuk benang.
c) Memiliki pirenoid yang terdapat di dalam kloroplas. Pirenoid merupakan tempat menyimpan
cadangan makanan. Cadangan makanan yang terdapat pada alga ini berupa laminarin.
d) Bagian dalam dinding sel tersusun dari lapisan selulosa, sedangkan bagian luar tersusun dari
gumi. Pada dinding sel dan ruang antarsel terdapat asam alginat (algin).
e)

Mempunyai jaringan transportasi air dan zat makanan yang analog dengan jaringan
transportasi pada tumbuhan darat.

2) Habitat
Alga cokelat umumnya hidup di air laut, terutama laut yang bersuhu agak dingin dan sedang.
Hanya ada beberapa jenis alga cokelat yang hidup di air tawar.
Di daerah subtropis, alga cokelat hidup di daerah intertidal, yaitu daerah literal sampai
sublitoral. Di daerah tropis, alga cokelat biasanya hidup di kedalaman 220 meter pada air
yang jernih.
3) Cara hidup
Alga cokelat bersifat autotrof. Foto-sintesis terjadi di helaian yang menyerupai daun. Gula
yang dihasilkan ditransportasikan ke tangkai yang menyerupai batang.
4) Peranan alga cokelat dalam kehidupan
Alga cokelat bermanfaat bagi industri makanan dan farmasi. Algin (asam alginat) yang
merupakan bagian koloid dari alga cokelat digunakan dalam pembuatan es krim, pil, tablet,
salep, obat pembersih gigi, losion, dan krem sehabis bercukur. Selain itu, alga cokelat
digunakan untuk makanan ternak dan sebagai pupuk karena kandungan nitrogen dan
kaliumnya cukup tinggi sedangkan fosfornya rendah.
5) Reproduksi
Reproduksi pada alga cokelat terjadi secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual
dengan pembentukan zoospora berflagela dan fragmentasi, sedangkan reproduksi seksual
terjadi secara oogami atau isogami. Reproduksi seksual alga cokelat hampir serupa dengan
pembiakan generatif tumbuhan tingkat tinggi. Contohnya adalah reproduksi pada Fucus

vesiculosus. Selain berkembang biak secara aseksual dengan fragmentasi, Fucus vesiculosus
juga berkembang biak dengan cara seksual dengan oogami.
Proses oogami adalah sebagai berikut. Ujung lembaran talus yang fertil membentuk
reseptakel, yaitu badan yang mengandung alat pembiak. Di dalam reseptakel terdapat
konseptakel yang mengandung anteridium yang menghasilkan sel kelamin jantan
(spermatozoid) dan oogonium yang menghasilkan sel telur dan benang-benang mandul
(parafisis).
Anteridium berupa sel-sel berbentuk jorong yang terletak rapat satu sama lain pada
filamen pendek bercabang-cabang yang muncul dari dasar dan tepi konseptakel. Tiap
anteridium menghasilkan 64 spermatozoid.
Oogonium berupa badan yang duduk di atas tangkai. Oogonium jumlahnya sangat
banyak dan tiap oogonium mengandung 8 sel telur. Akan tetapi, hanya 40% dari sel telur
yang dapat dibuahi dan hanya 1 atau 2 dari setiap 100.000 spermatozoid dapat membuahi sel
telur. Zigot lalu membentuk dinding selulosa dan pektin, kemudian melekat pada suatu
substrat dan tumbuh menjadi individu baru yang diploid.
Contoh alga cokelat, antara lain:
a) Fucus serratus
b) Macrocystis pyrifera
c) Sargassum vulgare
d) Turbinaria decurrens
Poin kunci
Phaeophyta memiliki pigmen dominan fukosantin, bertalus terbesar di antara alga yang ada,
dan memilliki pirenoid untuk menyimpan laminari di ruang antarsel.
Berikut ini akan kita bahas salah satu jenis alga cokelat, yaitu Sargassum. Sargassum
merupakan genus dengan anggota lebih dari 150 spesies. Alga ini banyak terdapat di perairan
tropis dan subtropis, misalnya lautan Atlantik sebelah barat, yaitu laut Sargasso.
Sargassum muticum adalah salah satu contoh gulma laut yang berasal dari Jepang.
Saat ini, alga tersebut sudah tersebar di pantai barat Amerika Utara dan Inggris.
Ciri-ciri Sargassum :
a) bentuk talus seperti pohon
b) batang utama pipih, mempunyai bagian seperti daun di sisi samping

c) kantong udara berbentuk bulat


d) reseptakel mempunyai modifikasi cabang yang berbentuk bulat

Sargassum

e) konseptakel terdapat di ujung cabang-cabang


f) hidup di daerah literal dan sublitoral
g) hidup melayang di air atau melekat pada substrat.
Sargassum yang hidup melayang tidak dapat bereproduksi secara seksual tetapi dapat
melakukan fragmentasi (Solomon et al. 2005).
b. Alga Merah (Rhodophyta)
Alga merah berwarna merah sampai ungu, tetapi ada juga yang lembayung atau
kemerah-merahan. Kromatofora berbentuk cakram atau lembaran dan mengandung klorofil a,
klorofil b, serta karotenoid. Akan tetapi, warna lain tertutup oleh warna merah fikoeritrin
sebagai pigmen utama yang mengadakan fluoresensi. Jenis Rhodophyta tertentu memiliki
fikosianin yang memberi warna biru.
1) Ciri-ciri alga merah
a) Talus berupa helaian atau berbentuk seperti pohon. Banyak alga merah yang tubuhnya dilapisi
kalsium karbonat.
b) Tidak memiliki flagela.
c) Dinding sel terdiri dari komponen yang berlapis-lapis. Dinding sel sebelah dalam tersusun dari
mikrofibril, sedangkan sisi luar tersusun dari lendir. Komponen kimia mikroribril terutama
adalah xilan, sedangkan komponen kimia dinding mikrofibril luarnya adalah manan. Dinding
sel alga merah mengandung polisakarida tebal dan lengket yang bernilai komersial.

Alga merah Laurencia sp.

d) Memiliki pigmen fotosintetik fikobilin dan memiliki pirenoid yang terletak di dalam
kloroplas. Pirenoid berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan atau hasil asimilasi. Hasil
asimilasinya adalah sejenis karbohidrat yang disimpan dalam bentuk tepung fluorid,
fluoridosid (senyawa gliserin dan galaktosa), dan tetes minyak. Tepung fluorid jika ditambah
lodium menunjukkan warna kemerah-merahan.
2) Cara hidup
Alga merah umumnya bersifat autotrof. Akan tetapi ada pula yang heterotrof, yaitu yang
tidak memiliki kromatofora dan biasanya bersifat parasit pada alga lain.
3) Habitat
Alga merah umumnya hidup di laut yang dalam, lebih dalam daripada tempat hidup alga
cokelat. Sepertiga dari 2500 spesies yang telah diketahui, hidup di perairan tawar dan ada
juga yang hidup di tanah. Biasanya organisme ini merupakan penyusun terumbu karang laut
dalam.
Alga merah berperan penting dalam pembentukan endapan berkapur, baik di lautan maupun
di perairan tawar.
4) Reproduksi
Alga merah dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual. Reproduksi seksual terjadi
melalui pembentukan dua anteridium pada ujung-ujung cabang talus. Anteridium
menghasilkan gamet jantan yang disebut spermatium. Gametangium betina disebut
karpogonium yang terdapat pada ujung cabang lain.

Karpogonium terdiri dari satu sel panjang. Bagian karpogonium bawah membesar seperti
botol, sedangkan bagian atasnya membentuk gada atau benang dan dinamakan trikogen. Inti
sel telur terdapat di bagian bawah yang membesar seperti botol.
Spermatium mencapai trikogen karena terbawa air (pergerakan secara pasif). Spermatium
kemudian melekat pada trikogen. Setelah dinding perlekatan terlarut, seluruh protoplasma
spermatium masuk dalam karpogonium. Setelah terjadi pembuahan, terbentuklah sumbat di
bagian bawah. karpogonium. Sumbat itu memisahkan karpogonium dan trikogen. Zigot hasil
pembuahan akan membentuk benang-benang sporogen. Dalam sel-sel di ujung benang
sporogen itu, terbentuk spora yang masing-masing memiliki satu inti dan satu plastida; spora
tersebut dinamakan karpospora. Karpospora akhirnya keluar dari sel-sel ujung benang
sporogen sebagai protoplasma telanjang berbulu cambuk. Karpospora ini mula-mula
berkecambah menjadi protalium yang akhirnya tumbuh menjadi individu baru lengkap
dengan alat-alat generatifnya.
Reproduksi aseksual terjadi dengan membentuk tetraspora. Tetraspora akan menjadi
gametangium jantan dan gametangium betina. Gametangium jantan dan betina akan bersatu
membentuk karposporofit. Karposporofit kemudian menghasilkan tetraspora, Contoh
anggota-anggota Rhodophyta antara lain: Corrallina, Palmaira, Batrachospermum
moniliforme, Gelidium, Gracilaria, Eucheuma, dan Scicania furcellata.
5) Peranan alga merah dalam kehidupan
Alga merah jenis tertentu dapat menghasilkan agar yang dimanfaatkan antara lain sebagai
bahan makanan dan kosmetik, misalnya Eucheuma spinosum. Di beberapa negara, misalnya
Jepang, alga merah ditanam sebagai sumber makanan. Selain itu juga dipakai dalam industri
agar, yaitu sebagai bahan yang dipakai untuk mengeraskan/memadatkan media pertumbuhan
bakteri. Beberapa alga merah yang dikenal dengan sebutan alga koral menghasilkan kalsium
karbonat di dinding selnya. Kalsium karbonat ini sangat kuat dalam mengatasi terjangan
ombak. Kelebihan ini menjadikan alga kural memiliki peran penting dalam pembentukan
terumbu karang (Campbell et al. 2003; Solomon et al. 2005).
Poin kunci
Rhodophyta berpigmen dominan fikoeritrin, mempunyai pirenoid untuk menyimpan tepung
fluorid dan fluoridosid. Alga merah tidak menghasilkan sel yang motil.
c.

Alga Keemasan (Chrysophyta)

Chrysophyta diambil dari kata Yunani chrysos yang berarti emas. Kelompok alga
keemasan memiliki keragaman komposisi pigmen, dinding sel, dan tipe flagela sel. Alga
keemasan mengandung klorofil a dan c, karoten, dan santofil.
1) Ciri-ciri alga keemasan
Ciri-ciri alga keemasan adalah sebagai berikut :
a) Bentuk talus ada yang berupa batang atau telapak tangan.
b) Alga keemasan yang bersel satu ada yang memiliki 2 flagela heterodinamik, yaitu sebagai
berikut.
(1)

Satu flagela mempunyai tonjolan seperti rambut yang disebut mastigonema. Flagela seperti
ini disebut pleuronematik. Flagela pleuronematik mengarah ke anterior.
(2)

Satu flagela lagi tidak mempunyai tonjolan seperti

rambut disebut akronematik, mengarah ke posterior.

Anggota Chrysophyta dengan berbagai tipe flagela, yaitu: (a) Synura,


(b) Ochromonas, (c) Chromulina, (d) Isochrysis, (e) Chrysochromulina,
(f) Prymnesium.

Kedua flagela heterodinamik ini ada yang hampir sama panjangnya (contohnya pada synura)
ada pula yang sedikit berbeda panjangnya (contohnya pada Ochromonas). Tidak semua alga.

keemasan memiliki flagela heterodinamik, ada pula yang hanya mempunyai satu flagela atau
dua flagela yang sama bentuknya.
c) Pada kloropas alga keemasan jenis tertentu, ditemukan pirenoid yang merupakan tempat
persediaan makanan. Persediaan makanan berupa krisolaminarin (dahulu disebut leukosin).
Selain itu di dalam vakuola terdapat tetes-tetes minyak.
2) Habitat
Habitatnya di air tawar atau air laut, serta tempat-tempat yang basah.
3) Cara hidup
Alga keemasan hidup secara autotrof. Artinya dapat mensintesis makanan sendiri karena
memiliki klorofil untuk berfoto-sintesis. Klorofil yang dimilikinya antara lain klorofil a,
klorofil c, dan karotenoid, termasuk juga fukbsantin.
4) Reproduksi
Reproduksi pada alga keemasan dapat terjadi secara aseksual dan seksual. Reproduksi
aseksual dengan cara membelah diri menghasilkan spora motil berflagela, yang disebut
zoospora. Reproduksi seksual dengan cara membentuk sel khusus yang disebut auksospora.
Auksospora adalah zigot yang dilindungi oleh suatu dinding sel yang berbeda dengan dinding
sel pada umumnya.
5) Peranan alga keemasan dalam kehidupan
Alga keemasan merupakan penyusun utama plankton yang berperan penting sebagai
produsen di lingkungan perairan laut (Raven et al. 2005; Solomon e( al. 2005).
d. Diatom (Bacillariophyta)
Inti sel dan kloropas diatom berwarna cokelat keemasan, tetapi ada juga yang
berwarna hijau kekuningan atau cokelat tua. Sebagian besar diatom bersifat uni-seluler,
walaupun ada juga yang berkoloni.
1) Ciri-ciri umum diatom
a) Talus bersel satu. Struktur talus terdiri dari dua bagian, yaitu wadah (kotak) disebut hipoteka
dan tutupnya disebut epiteka. Epiteka berukuran lebih besar daripada hipoteka. Di antara dua
kotak dan tutup terdapat rafe atau celah, dindingnya mengandung zat kersik (silika).
b) Inti sel berada di pusat sitoplasma,

c) Kloroplasnya mempunyai bentuk yang bervariasi, yaitu seperti cakram, seperti huruf H,
periferal, dan pipih.
2) Habitat
Hidup di air tawar, laut, dan daratan yang lembab sebagai plankton atau bentos.
3) Cara hidup
Diatom termasuk organisme autotrof karena memiliki pigmen-pigmen fotosintesis. Pigmen
fotosintensisnya adalah klorofil a, klorofil c, karoten, fukosantin, diatoksantin, dan diadinoksantin.

Siklus reproduksi aseksual dan seksual pada diatom

4) Reproduksi
Reproduksi diatom terjadi secara seksual dan aseksual. Pada saat diatom bereproduksi secara
aseksual melalui mitosis, hipoteka dan epiteka memisah. Setiap bagian akan membentuk
bagian baru di dalam bagian yang lama. Artinya, hipoteka sel lama menjadi epiteka sel baru
dan epiteka sel lama tetap menjadi epiteka sel baru. Jadi, salah satu sel anakan berukuran
tetap, sedangkan satu sel anakan lainnya berukuran lebih kecil daripada sel induknya.
Pembelahan mitosis terus berlangsung sampai terbentuk sel anakan yang berukuran sekitar
30% dari besar sel aslinya. Setelah mencapai ukuran minimum tersebut, diatom kemudian
bereproduksi secara seksual. Sel diatom menghasilkan sperma dan telur. Sperma kemudian

bergabung dengan telur membentuk zigot. Zigot akan tumbuh dan berkembang menjadi
berukuran normal seperti aslinya. Setelah diatom mencapai ukuran normal, diatom akan
kembali melakukan reproduksi aseksual melalui pembelahan mitosis.
5) Peran diatom dalam kehidupan
Diatom yang mati di lautan akan mengendap di dasar laut menjadi tanah diatom. Tanah
diatom berguna sebagai bahan penggosok, bahan pembuat isolasi, penyekat, dinamit,
pembuat saringan, bahan penyadap suara, bahan pembuat cat, pernis dan piringan hitam
(Mader 2004; Solomon et al. 2005).
e.

Alga Hijau (Chlorophyta)


Alga hijau memiliki pigmen, hasil metabolisme, dan struktur dinding sel yang mirip
dengan tumbuhan darat. Berdasarkan data molekuler saat ini, banyak ilmuwan yang
memasukkan kelompok ini dalam kingdom Plantae.

1) Ciri-ciri alga hijau


Ciri-ciri Chlorophyta adalah sebagai berikut :
a) Ada yang bersel satu, ada yang membentuk koloni.
b)

Bentuk tubuhnya ada yang bulat, filamen, lembaran, dan ada yang menyerupai tumbuhan
tinggi.

c)

Bentuk dan ukuran kloroplas beraneka ragam, ada yang seperti mangkok, busa, jala, atau
bintang. Di dalam kloroplas terdapat ribosom dan DNA. Selain itu terdapat pirenoid sebagai
tempat penyimpanan hasil asimilasi yang berupa tepung dan lemak. Organel lainnya adalah
badan Golgi, mitokondria, dan retikulum endo-plasma.

d) Pada sel reproduktif yang motil terdapat pigmen yang disebut stigma (bintik mata merah).
e) Di dalam sitoplasma sel yang dapat bergerak terdapat vakuola kontraktil, Vakuola kontraktil
berfungsi sebagai alat osmoregulasi.
f) Inti sel alga hijau memiliki dinding, sehingga bentuknya tetap. Inti yang demikian disebut
eukarion.
g) Pada alga hijau yang motil terdapat dua flagela yang sama panjang.
2) Habitat
Habitat alga ini di air tawar, air laut, dan tanah-tanah yang basah. Ada pula yang hidup di
tempat yang kering.

3) Cara hidup
Alga hijau hidup secara autotrof. Alga ini berwarna hijau karena adanya klorofil a, b, betakaroten, dan santofil. Ada pula yang bersimbiosis dengan jamur membentuk lumut kerak.
4) Reproduksi
Reproduksi aseksual terjadi dengan pembentukan zoospora, yaitu spora yang dapat bergerak
atau berpindah tempat. Zoospora berbentuk seperti buah pir yang memiliki dua sampai empat
bulu cambuk, vakuola kontraktil, dan satu bintik mata berwarna merah (stigma).
Reproduksi seksual berlangsung dengan konjugasi, yaitu bersatunya zigospora. Zigospora
tidak mempunyai alat gerak.
5) Peranan alga hijau dalam kehidupan
Sifat alga hijau yang autotrof menjadikannya sebagai produsen penting, di manapun
habitatnya.
Contoh beberapa jenis alga hijau antara lain Spirogyra, Volvox, Chlamydomonas, Ulva, dan
Stigeoclonium. Berikut ini akan kita bahas tentang Spirogyra, Ulva, dan Chlorella.
a) Spirogyra
Habitat Spirogyra adalah di air tawar. Alga ini mudah dikenali karena memiliki kloroplas
besar berbentuk pita melingkar di dalam sel. Reproduksi aseksual dengan fragmentasi,
sedangkan reproduksi seksualnya secara konjugasi.
Proses konjugasi berlangsung sebagai berikut. Spirogyra yang berbeda jenis berdekatan,
kemudian muncul tonjolan yang saling mendekati hingga bersatu membentuk pembuluh.
Protoplasma dari sel Spirogyra jenis + pindah ke sel Spirogyra jenis -, sehingga terjadi
persatuan plasma (plasmogami) yang kemudian diikuti persatuan inti (kariogami). Hasil
persatuan ini berupa zigospora yang diploid. Zigospora mengalami meiosis dan terbentuklah
empat sel baru yang diploid.

(a) Struktur tubuh Spirogyra, (b) konjugasi pada Spirogyra

Dari keempat sel ini, ada satu sel yang tumbuh menjadi benang Spirogyra.
b) Ulva
Koloni Ulva membentuk suatu lembaran setebal dua sel, lebarnya beberapa cm dan panjang
30 cm atau lebih. Ulva ditemukan pada air asin dan air payau, menempel pada kayu-kayuan
atau batu-batu karang sepanjang pantai.
Reproduksi aseksualnya dengan zoospora berflagela empat. Reproduksi seksualnya terjadi
dengan bersatunya sel kelamin jantan dan sel kelamin betina yang masing-masing berbentuk
seperti zoospora biasa. Akan tetapi, kedua jenis kelamin itu berukuran lebih kecil daripada
zoospora biasa dan masing-masing berflagela dua.
c) Chlorella
Chlorella hidup di air tawar, air laut, dan tempat yang basah. Bentuk Chlorella seperti bola
dengan kloroplas berbentuk seperti mangkuk.
Chlorella berpotensi menjadi sumber makanan baru karena beberapa hal berikut.
(1)

Dalam lingkungan yang baik, perkembangbiakan berlangsung cepat. Suhu ideal untuk
fotosintesisnya ialah sekitar 25 C.

(2) Jika dalam kulturnya dimasukkan zat organik sederhana, yaitu karbon dioksida dan cahaya,
alga ini akan berfotosintesis dan menghasilkan karbohidrat, protein, serta lemak.

Ulva dan siklus hidupnya

Jika intensitas cahaya, lama penyinaran, dan mineral yang terdapat dalam substratnya diatur
dengan tepat, alga ini akan menghasilkan karbohidrat, protein, dan lemak dengan
perbandingan yang sesuai dengan kehendak kita (Campbell et al. 2005; Solomon et al. 2001).

Chlorella menjadi harapan pangan bergizi di masa depan.

Ciri-ciri dan Perbedaan Alga Cokelat, Merah, Keemasan, Hijau, dan Diatom :
Diatom
(Bacillariophyta
)
Contoh
Turbinaria
Gracilaria
Navicula
Chlorella Ulva Actinastrum
Fucus
Gelidium
Pinnularia
Spirogyra
Desmidium
Sargassum
Eucheuma
Synura
Bacteriastrum
Pigmen
klorotil a dan c, klorofil a dan b, klorofil a dan c, klorofil a, b, B- klorofil a dan c,
fukosantin,
karotenoid,
B-karoten,
karoten, santofil karotenoid,
karolen, .
fikosianin,
santofil
fukosatin,
sanlofil
fikoeritrin
diatoksantin,
diadinoksantin
Habitat
pantai, air laut, air tawar dan
air tawar dan
90% di air
air tawar dan
air tawar
air laut
air laut
tawar dan 10% air laut
di laut
Bentuk talus benang atau
benang atau
batang atau
benang,
talus terdiri dari
seperti
seperti
seperti telapak lembaran, bola 2 bagian,
tumbuhan
tumbuhan
tangan
epiteka dan
tingkat tinggi
tingkat tinggi
hipoteka
Reproduksi zoospora
spora haploid
zoospora
zoospora
pembelahan
1. aseksual berflagela dua
berflagela
hipoteka dan
dan
banyak
epiteka
fragmentasi
2. seksual
Isogami/
persatuan sel
persatuan sel
konjugasi
persatuan sel
oogami
spermatium
sperma dan
sperma dan
dan
ovum
ovum
karpogonium
Dinding sel selulosa, asam manan dan
kersik/silika
selulosa
silika (kersik)
Ciri-ciri

Alga cokelat
(Phaeophyta)

Alga merah
(Rhodophyta)

Alga keemasan
(Chrysophyta)

Alga hijau
(Chlorophyta)

Peranan

alginat

xilan

Fitoplankton
dalam
ekosistem air,
asam alginat
untuk industri
makanan,
farmasi, dan
pupuk

bahan agaragar dan sup

plankton,
produsen di
perairan laut

fitoplankton
dalam
ekosistem air,
bahan
makanan

bahan isolasi,
penyekat
dinamit,
penggosok

2. Chloropyta (ganggang hijau)


Mempunyai pigmen klorofil a, klorofil b, karoten dan xantofil. Ganggang ini juga dapat
melakukan fotosintesis. 90% hidup di air tawar dan 10% hidup di laut. Yang hidup di air
umumnya sebagai plankton atau bentos, juga menempel pada batu dan tanah. Ganggang hijau
merupakan kelompok ganggang yang paling banyak jumlahnya diantara gangganga lain.
Cara reproduksi dengan fragmentasi dan konyugasi.
contoh :
- Chlorella : bersel satu, bentuk bulat, kloroplas menyerupai mangkuk atau lonceng, hidup di
air tawar/ laut/ payau/ darat, pembiakan vegetatif dengan pembelahan sel dan tiap sel
membentuk 4 sel anakan. Beberapa ahli beranggapan ganggang ini dapat dimanfaatkan kelak
untuk memproduksi bahan makanan baru bagi manusia, yakni protein, lemak dan
karbohidrat.
- Ulva : terdapat di dasar pantai berbatu, berupa lembaran yang disebut selada air dan dapat
dimakan.
- Spiroggyra: berbentuk benang (filamen) silindris, hidup di kolam, sawah atau perairan yang
airnya tidak deras, reproduksi vegetatif dengan fragmentasi, generatif dengan konyugasi yaitu
dua Spirogyra yang bertonjolan berdekatan, kemudian dua tonjolan bergabung membentuk
pembuluh, protoplasma isi sel yang berlaku sebagai gamet, gamet sel yang satu pindah ke
gamet sel yang lain dan terjadilah plasmogami dan diikuti kariogami, hasil persatuan ini
berupa zigospora diploid, zigospora mengadakan meiosis dan tumbuh menjadi benang baru
yang haploid, dan hanya satu sel yang menjadi individu baru.
- Chlamidomonas: berbentuk bulat telur dengan dua flagelum, satu vakuola dan satu nukleus.
Ditemukan butir stigma dan pirenoidyang berfungsi sebagai pusat pembentukan tepung
(amilum). Reproduksi dilakukan membelah diri dan konyugasi.
- Euglena: juga dikelompokan ke dalam protozoa (hewan), karena selain mempunyai klorofil
juga dapat berpindah tempat.
- Hydrodictyon: ditemukan di air tawar dan koloninya berbentuk jala. Reproduksi vegetatif
dengan fragmentasi (pemisahan) sel koloni menghasilkan zoospora, sedang generatif dengan
konyugasi sel gamet yang dilepas dari induknya menghasilkan zigospora.
- Oedogonium: biasanya melekat pada tanaman air, rumaha siput dan lain-lain.
- Chara : bentuknya seperti tumbuhan tingkat tinggi, terdapat di air tawar. Batang beruas-ruas
dan tiap ruas bercabang kecil.
Peranan ganggang hijau dalam kehidupan :
a. Menguntungkan :
- sebagai plankton dan merupakan komponen penting dalam rantai makanan air tawar.
- dapat dipakai sebagai makanan, misal Ulva dan Chlorella.
- penghasil O2 dari proses fotosintesis yang diperlukan oleh hewan-hewan air.
b. Merugikan :
- ganggang hijau dapat mengganggu bila perairan terlalu subur, sehingga air akan berubah
warna dan berbau.

Makalah Crysophyta (alga keemasan)

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Negara Indonesia adalah negara yang subur dan kaya akan sumber daya
alam. Dengan banyaknya sumber daya alam, maka salah satu kekayaan alam
yang bisa kita manfaatkan adalah sumber daya alam hayati. Alga adalah salah
satunya, selain dapat di manfaatkan, alga juga memiliki banyak peranan yang
sangat penting khususnya bagi kaum ilmuan atau peneliti yaitu dapat dijadikan
objek penelitian dalam bidang-bidang tertentu.
Alga dalam istilah Indonesia sering disebut sebagai ganggang merupakan
tumbuhan talus karena belum memiliki akar, batang dan daun sejati. Alga
dikelompokkan

dalam

beberapa

klasifikasi

menurut

Harol

Blood

yaitu

Cholorophyta (Green Algae), Phaeophyta (Brown algae),Rhodopyta (Red algae),


Chrysophyta (Gold algae) Bacillariophyta (Diatom),dan Pyrrophyta yang akan
dibahas dalam makalah ini yaitu alga Uniselluler. Berikut adalah penjelasan
mengenai salah satu jenis alga yaitu Divisi Phaeophyta (Brown Algae)
menyangkut ciri-ciri umum, habitat, struktur tubuh, reproduksi, klasifikasi serta
peranannya dalam kehidupan manusia.
Ganggang dapat hidup di air tawar dan di air laut, tetapi ada pula yang
hidup di tempat-tempat yang lembap, seperti dinding tembok kamar mandi,
batu-batuan, atap rumah, atau kulit-kulit pohon. Ganggang juga memiliki ciri
lain yang sama dengan Protista, yaitu memiliki membran inti, ada yang bersifat
uniseluler dan ada yang multiseluler.
Ganggang dapat berbentuk

benang,

lembaran,

atau

koloni

Reproduksi ganggang dapat dilakukan secara seksual dan aseksual.

sel.

Secara

seksual dilakukan dengan cara isogami dan oogami. Isogami terjadi jika antara
sel betina dan sel kelamin jantan mempunyai ukuran yang sama dan sulit
dibedakan. Oogami terjadi jika antara sel kelamin jantan dan sel kelamin betina
mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda dan mudah dibedakan.

Dari peleburan dua sel kelamin tersebut, akan terjadi pembuahan yang
menghasilkan zigot. Zigot akan terus berkembang menjadi individu baru.
Ganggang dapat dikelompokkan menurut pigmen yang dimilikinya menjadi
beberapa golongan, yaitu ganggang cokelat (Phaeophyta), ganggang pirang
(Chrysophyta), ganggang merah (Rhodophyta), ganggang hijau (Chlorophyta),
dan ganggang Euglenophyta.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah ciri-ciri umum dari Chrysophyta ?
Bagaimanakah struktur sel dari Chrysophyta ?
Dimanakah habitat dari Chrysophyta ?
Bagaimana cara reproduksi dari Chrysophyta ?
Kelas-kelas apa saja yang termasuk dalam Chrysophyta ?
Apakah manfaat dari Chrysophyta bagi kehidupan manusia ?

C.
1.
2.
3.
4.
5.

TUJUAN PENULISAN
Agar mahasiswa mengetahui ciri-ciri umum dari Chrysophyta
Agar mahasiswa memahami struktur sel dari Chrysophyta
Agar mahasiswa mengetahui habitat dari Chrysophyta
Agar mahasiswa mengetahui cara reproduksi dari Chrysophyta
Agar mahasiswa memahami kelas-kelas apa saja yang termasuk dalam

6.

Chrysophyta
Agar mahasiswa mengetahui manfaat dari Chrysophyta bagi kehidupan
manusia
BAB II
PEMBAHASAN

A. CIRI-CIRI UMUM CHRYSOPHYTA


Nama Chrysophyta diambil dari bahasa Yunani, yaitu Chrysos yang
berarti emas. Ganggang keemasan atau Chrysophyta adalah salah satu kelas
dari ganggang berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Ganggang ini
berwarna keemasan karena kloroplasnya mengandung pigmen karoten dan
xantofil dalam jumlah banyak dibandingkan dengan klorofil. Pigmen lainnya
adalah fukoxantin, klorofil a dan klorofil c. Pada umumnya berflagel yang tidak
sama panjang dan bentuk sehingga kadang-kadang disebut Heterokontae (alga
yang flagelnya tidak sama panjang) dan tubuhnya biasanya berbentuk seperti
benang.
Sel-sel ganggang keemasan memiliki inti sejati (eukarion), dinding sel
umumnya mengandung silika (SiO2) atau kersik. Tubuh ganggang ini ada yang

terdiri

atas

satu

sel(uniseluler)

dan

ada

yang

terdiri

atas

banyak

sel

(multiseluler). Ganggang yang bersel satu bisa hidup sebagai komponen


fitoplankton yang dominan. Ganggang yang multiseluler berupa koloni atau
berbentuk filamen. Ganggang keemasan hidup secara fotoautotrof, artinya dapat
mensintesis makanan sendiri dengan memiliki klorofil untuk berfotosintesis.
Ganggang keemasan sebagian besar hidup di air tawar tetapi ada juga
yang hidup di air laut dan ada yang hidup di tanah. Meskipun ada anggota
chrysophyta yang hidup di laut, reproduksinya dilakukan secara aseksual dengan
pembelahan biner. Pada ganggang uniseluler reproduksi atau perkembangbiakan
dilakukan dengan pembentukan spora. Sedangkan pada ganggang yang
multiseluler reproduksi seksualnya dilakukan melalui penyatuan dari jenis gamet.
Contoh dari ganggang keemasan atau ganggang pirang adalah navicula, synura,
dan nishoous.
B.

STRUKTUR SEL CHRYSOPHYTA

1.

Dinding Sel
Chrysophyta umumnya tidak berdinding sel. Bila ada dinding selnya maka
terdiri dari lorika (ex.Dinobryon dan kephryon). Atau tersusun dari lempengan
silicon (ex. Sinura dan mallomonas) atau tersusun dari cakram kalsium karbonat
(ex. Syracospoera). Struktur selnya tidak mempunyai dinding selulosa dan

2.
a.

membrannya menunjukkan kewujudan silica.


Isi Sel
Xantophyceae
Terdapat inti sel: berbentuk tunggal dan berbentuk banyak inti. Terdapat plastid

b.

berbentuk cakram tanpa pienoid. Pigmen : klorofil a dan b, karoten, xantofil.


Chrysophyceae
Berinti tunggal, plastida terdiri dari 1 atau 2, pigmen berupa klorofil a, b, c,

c.

karotin, xantofil, berupa lutein, diadinoxantin, fukoxantin dan dinoxantin.


Bacillariophyceae
Berinti tunggal dan berinti diploid, pigmen berupa klorofil a dan c, karotin,

3.

xantofil.
Kloroplas
Kloroplas pada Chrysophyta berwarna coklat keemasan. Chrysophyta
menunjukkan perbedaan struktur kloroplas dan sering kali terdapat tiga
thylakoids disekitar periphery kloroplas (girdle lamina). Kloroplas terdiri dari dua
membrane

(CER),

jarak

periplastida

antara

dua

kloroplas

dan

retikulumendoplasma sempit dan kurang adanya perbedaan struktur.


Ribosom
Ribosom pada Chrysophyta terdapat pada permukaan luar CER.
5. Alat Gerak
Chrysophyta memiliki alat gerak yang terdiri dari flagel dan jumlahnya tidak
4.

sama tiap marga (struktur dasar flagel pada alga mirip dengan flagel pada

mahluk hidup lain. Susunan benang flagel menunjukkan pola 9+2 dengan tipe
akronematik

(whiplash)

dan

pantonematik

(tinsei).

Contoh:

synura

dan

syracospaera mempunyai 2 flagel yang sama panjangnya, dinobryon dan


ocromonas, mempunyai 2 flagel yang tidak sama panjangnya, chrysamoeba,
memiliki 1 flagel.
Kedudukan dan keadaan flagelumnya berbeda, selnya boleh menjadi
uniflagerum atau biflagerum. Jika biflagelat, flagelumnya mungkin sama panjang
atau tidak. Tingkat flagenta yang paling tinggi yaitu heterokontois. Susunan
tubuhnya

ada

yang

berbentuk

sel

tunggal

dan

berbentuk

koloni.

Sel

heterokontous mempunyai 2 flagel yaitu flagel licin dengan bulu kaku seperti
pipa atau mastigonema dalam dua baris.
6. Vakuola Kontraktil
Terdapat satu atau dua fakuola kontraktil dalam sel (tergantung pada
spesies) yang terletak dekat dasar dari flagel. Masing-masing fakuola kontrakil
terdiri atas vesikel kecil

yang berdenyut dengan interfal yang

teratur,

mengeluarkan isinya dari sel. Fakuola kontraktil yang terdapat pada alga yang
7.

berflagel fungsi utamanya adalah osmoregulator.


Badan Golgi
Badan golgi terletak di antara inti dan kontraltil fakuola. Badan golgi adalah
organela yang terdapat pada sel eukariotik, baik hewan maupun tumbuhan yang

8.

strukturnya terdiri dari tumpukan fesikel bentuk cakram atau kantung.


Nukleus
Nukleus dan kloroplas dihubungkan oleh membran kloroplas ER yang mana
berhubungan dengan pembungkus inti.

C. HABITAT CHRYSOPHYTA
Habitat Chrysophyta biasanya terdapat ditempat-tempat yang basah, air
laut, air tawar dan di tanah yang lembab. Untuk xantophyceae hidup di air tawar,
air laut dan tanah dan chrysophyceae hidupnya di air laut dan air tawar
sedangkan bacillariopphyceae di air laut, di air tawar ataupun pada tanah- tanah
yang lembab.

D. REPRODUKSI CHRYSOPHYTA

Xantophyceae
1. Secara

seksual

yaitu

dengan

oogami

artinya

terjadi

peleburan

spermatozoid yang dihasilkan anteridium dengan ovum yang dihasilkan


oogonium membentuk zigot. Zigot tumbuh menjadi filamen baru.

2. Secara vegetatif dengan membentuk zoospora. Zoospora terlepas dari


induknya mengembara dan jatuh di tempat yang cocok menjadi filamen
baru.

Pada Chrysophyceae dilakukan secara vegetative dengan membelah secara

1.

longitudinal dan fragmentasi, ada 2 macam yaitu:


Koloni memisah menjadi dua bagian atau lebih.Sel tunggal melepaskan diri dari

2.

koloni kemudian membentuk koloni yang baru.


Sporik, dengan membentuk zoospore (untuk sel-sel yang tidak memiliki flagel)
dan statospora. Statospora yaitu tipe spora paling unik yang diketemukan pada
chrysophyta, khususnya pada kelas-kelas chrysophyceae dengan bentuk sporis
dan bulat. Dinding spora bersilia, tersusun oleh dua bagian yang saling tumpang
tindih,

mempunyai

lubang

atau

pora

yang

ditutupi

oleh

sumbat

yang

mengandung gelatin.

Reproduksi Bacillariophyceae
Reproduksi diatom terjadi secara seksual dan aseksual.
Pada saat diatom bereproduksi secara aseksual melalui mitosis, hipoteka dan
epiteka memisah. Setiap bagian akan membentuk bagian baru di dalam bagian
yang lama. Artinya, hipoteka sel lama menjadi epiteka sel baru dan epiteka sel
lama tetap menjadi epiteka sel baru. Jadi, salah satu sel anakan berukuran tetap,
sedangkan satu sel anakan lainnya berukuran lebih kecil daripada sel induknya.
Pembelahan mitosis terus berlangsung sampai terbentuk sel anakan yang
berukuran sekitar 30% dari besar sel aslinya. Setelah mencapai ukuran minimum
tersebut,

diatom

kemudian

bereproduksi

secara

seksual.

Sel

diatom

menghasilkan sperma dan telur. Sperma kemudian bergabung dengan telur


membentuk zigot. Zigot akan tumbuh dan berkembang menjadi berukuran
normal seperti aslinya. Setelah diatom mencapai ukuran normal, diatom akan
kembali melakukan reproduksi aseksual melalui pembelahan mitosis.

Alga ini digolongkan ke dalam 3 kelas, yaitu Kelas alga Hijau-Kuning


(Xanthophyceae),

Kelas

alga

keemasan

(Chrysophyceae),

(Bacillariophyceae).
E.

KELAS-KELAS CHRYSOPHYTA
Tabel 1.1 karakteristikpengelompokandivisichrysophyta

Kelas

Diatom

Kelompok

Mayor

Persediaan

(nama

photo

karbohidrat

umum)

Dinding sel

Flagella

heterokontous

synthet
ic
pigmen

Chrysophyceae
(alga coklat
keemasan)

Klorofil

Chrysolaminar

Skala,

A,

in

loriceae

C1 dan

(lukasin)

C2
fukosanti
n

Tribophyceae/
xantophycea
(alga
hijaukekuninga

Klorofil

Chrysolaminar

Pektin/dindi

A,

in

ng

C1 dan

(lukasin)

selulosa

heterokontous

C2

n)
Bacillariophyce

Klorofil

Chrysolaminar

Silica

ae

A,

in

frustula

(diatomophyce

C1 dan

(lukasin)

ae)

C2
fukosanti

Gamet jantan
Dengan satu
Flagel dan
mastigonema

1.

Chrysophyta digolongkan ke dalam 3 kelas, yaitu:


Kelas alga Hijau-Kuning (Xanthophyceae)
Alga ini memiliki klorofil (pigmen hijau) dan xantofil (pigmen kuning)
karena itu warnanya hijau kekuning-kuningan. Contoh: Vaucheria. Vaucheria
tersusun atas banyak sel yang berbentuk benang, bercabang tapi tidak bersekat.
Filamen mempunyai banyak inti dan disebut Coenocytic.

Berkembangbiak secara seksual yaitu dengan oogami artinya terjadi


peleburan

spermatozoid

yang

dihasilkan

anteridium

dengan

ovum

yang

dihasilkan oogonium membentuk zigot. Zigot tumbuh menjadi filamen baru.


Reproduksi secara vegetatif dengan membentuk zoospora. Zoospora
terlepas dari induknya mengembara dan jatuh di tempat yang cocok menjadi
filamen baru.

a.

Ciri-ciri kelas xantophyceae, yaitu:


Susunan Tubuh
Berbentuk sel tunggal, contoh: botrydiopsis
Klasifikasinya :

Berbentuk filament, contoh: tribonema


Klasifikasi:
Berbentuk tubular, contoh: vaucheria
Klasifikasi:
b.

Susunan Sel
Umumnya tidak memiliki dinding sel, bila mempunyai dinding sel, terdiri
dari pectin dan silikon (SiO3). Terdiri dari dua bagian yang saling menutupi,

seperti pada tribonema sp.


c. Alat Gerak
Berupa dua buah flagel.
d. Isi Sel
Terdapat inti sel berbentuk tunggal dan banyak inti, terdapat plastid
e.

berbentuk cakram tanpa pirenoi.


Habitat
Umumnya dalam semua situasi air, tetapi terutama dalam air dingin.
Mereka membuat atas sebagian besar plankton, tetapi ada beberapa bentuk
terlampir.

2.

Kelas Alga Coklat-Keemasan (Chrysophyceae)

Alga ini memiliki pigmen keemasan (karoten) dan klorofil. Tubuh ada yang
bersel satu, contohnya Ochromonas dan bentuk koloni, contohnya Synura.
Genus-genus yang mempunyai peranan penting ialah Coccolith sp., Synura sp.,
Chrysamoeba. Genus Coccolith berukuran sangat kecil (0,5 mm), berdinding
kapur, dan dapat ditemukan sebagai tanah kokolit yang tebal pada dasar laut
yang tidak begitu dalam, sebagai makanan ikan tidak begitu penting.
Genus Synura merupakan koloni kecil yang terdiri dari sel-sel yang
berflagel. Genus Chrysamoeba, bentuknya seperti Amoeba yang mempunyai
sedikit klorofil dan hidup seperti Amoeba biasa, dapat mengambil makanan
seperti Rhizopoda, tetapi cara hidupnya seperti spesies-spesies yang holofitik,
jadi menurut sistematika tetap suatu saprofitik tipe dari Chrysophyceae.
Perkembangbiakan dilakukan secara:
Vegetatif dengan membelah secara longitudinal dan fragmentasi.
Fragmentasi ada 2 macam, yaitu:
Koloni memisah menjadi dua bagian atau lebih.Sel tunggal melepaskan diri
dari koloni kemudian membentuk koloni yang baru.
Sporik, dengan membentuk zoospore (untuk sel-sel yang tidak memiliki
flagel) dan statospora. Statospora yaitu tipe spora paling unik yang diketemukan
pada chrysophyta, khususnya pada kelas-kelas chrysophyceae dengan bentuk
sporis dan bulat. Dinding spora bersilia, tersusun oleh dua bagian yang saling
tumpang tindih, mempunyai lubang atau pora yang ditutupi oleh sumbat yang
mengandung gelatin.
Beberapa spesies bentuk statosporanya bermacam-macam, yaitu: Ada yang
berdinding halus, Berornamen dan Berdiri, ketiga bentuk tersebut dapat
diketemukan pada genus yang nonmotil, contoh: chysomonadales.
Pada genus yang motil statospora yang diketemukan berada pada fase
istirahat, yaitu flagel tertarik kedalam dan membentuk bagian yang sporik atau
bulat, selanjutnya flagel mengalami deferensiasi internal dari protoplasma yang
sporik. Yang terpisah hanya bagian membrane plasma dari bagian poroferi
protoplasma asli. Kemudian sekresi dari dinding antara dua membrane plasma
yang baru terbentuk, kecuali daerah sirkuler, nantinya akan membentuk lubang
atau pori.
Bersel satu, contohnya Ochromonas

Klasifikasi :
Synura (berbentuk koloni).

Klasifikasi:
Divisi : Chrysophyta
Class : Chrysophyceae
Ordo : Synurales
Family : Synuraceae
Genus : Synura
Species : Synura sp

Coccolith sp
Chrysamoeba

3. Kelas Diatom (Bacillariophyceae)


Diatom banyak ditemukan dipermukaan tanah basah misal, sawah. Tanah
yang mengandung diatom berwarna kuning keemasan. Tubuh ada yang
uniseluler dan koloni. Dinding sel tersusun atas dua belahan yaitu kotak
(hipoteca) dan tutup (epiteca).Contohnya: Navicula, Pannularia dan Cyclotella.

Bacillariophyceae semua anggotanya dikenal sebagai diatom dengan


jumlah sekitar 16.000 species yang termasuk dalam 200 genus. Sebagian besar
merupakan
membentuk

species
filamen

sel

tunggal,

semu

atau

tapi
koloni

beberapa
yang

diantaranya
hanya

berupa

sel-selnya
agregat.

Bacillariophyceae (diatom) terdapat baik di perairan maupum di daratan. Bentuk


aquatik baik di air tawar maupun laut, cara hidupnya sebagai plankton atau
bentos. Species bentik melekat pada Lumpur, pasir atau batu, yang hidup epifit
terdapat melekat pada tanaman dan hanya sedikit yang melekat pada hewan
(epizoic). Bentuk plankton ditemukan baik di air tawar maupun air laut. Melosira,
Nitzchia, Navicula, dan Cocconeis genus umum yang ditemukan di air tawar

yaitu di kolam, telaga, danau dan sungai. Diatom berukuran kecil (mikroskopik)
dengan warna yang bervariasi dan berbagai bentuk. Beberapa terlihat seperti
perahu kecil, beberapa menyerupai bulan separoh (Melosira), yang lain terlihat
sebagai segitiga atau segi empat dan lingkaran, Keanekaragaman bentuk bisa
dibedakan berdasarkan bentuk bilateral atau radial.
Ciri kharakteristik dari Bacillariophyceae

Thallus diploid

Sel dibungkus oleh dinding yang terdiri dari 2 bagian (epiteka dan
hipoteka) yang saling overlap/tumpang tindih.

Cadangan makanan berupa minyak dan Chrysolaminarin atau protein


yang disebut volutin

Stadium motil (sperma) dengan 1 flagel kadang 2 flagel

Perbanyakan

yang

unik

dengan

tipe

spora

yang

dikenal

sebagai

auksospora

Memiliki klorofil a dan c bersama dengan diatomin sebagai pigmen


fotosintesis.

Umumnya diatom berwarna kuning abu-abu, kuning emas atau hijau muda.
Warna ini disebabkan karena proporsi yang sangat banyak dari karotin atau
terdapatnya pigmen tambahan coklat yang disebut diatomin. Xantofil dalam hal
ini fukosantin atau isofukosantin merupakan pigmen karakteristik dari alga coklat
(Pheophyta) sehingga diatom oleh ahli alga dimasukan dalam Phaeopyta. Ahli
lain menganggap bahwa pigmen coklat pada diatom adalah diatomin tidak
sama dengan fukosantin pada alga coklat sehingga diatom dipisahkan dari
Phaeophyta menjadi Divisi tersendiri.
Ada 2 perbedaan utama antara diatom dengan semua alga lainnya :
1)

Struktur dinding sel, Dinding sel diatom disusun dari 2 bagian, bagian dalam
berhubungan dengan membran pektin. Dinding sel luar merupakan silica disebut
frustule (cangkang)

2)

Pembentukan auxospora. Merupakan spora khusus yang membesar, dikenal


sebagai spora tumbuh.

Klasifikasi
Diatom (Bacillariophyta hanya terdiri dari 1 classis yaitu Bacillariophyceae)
diatom uniseluler terdapat dalam bermacam bentuk. Menurut bentuknya dibagi
dalam 2 ordo :
1. Centrales . diatom yang mempunyai bentuk radial simetri.

Centrales

terlihat dari atas (Valve view) dapat berbentuk lingkaran kadang segitiga.
Sedang kenampakan samping (girdle view) bagian overlap terlihat.
2. Pennales diatom yang mempunyai bentuk bilateral simetri. Terlihat dari
atas dapat berbentuk garis, lancet, elip atau ovoid.
Berdasarkan cara hidupnya diatom dikelompokkan menjadi dua kelompok besar,
yaitu :
a. Diatom Bentos
Diatom bentos pada umumnya hidup bercampur dengan lumpur atau menempel
pada substrat di dasar perairan, misalnya Cymbella, Gomphonema, Cocconeis,
dan Eunotia.
b. Diatom Plankton
Diatom plankton biasanya hidup melayang-layang bebas di perairan, baik air
tawar maupun air laut. Di air tawar diatom dapat ditemukan di sungai, danau,
kolam, rawa-rawa, dan ada juga yang bisa ditemukan di perairan yang suhunya
mencapai 45

C. Beberapa diatom hidup sebagai epifit pada alga lain atau

tanaman air
Contoh :
Navicula Sp
Klasifikasi :
Divisi : Chrysophyta
Class : Bacillariophycea
Ordo
: Naviculales
Family
: Naviculaceae
Genus : Navicula

Species

: Navicula gysingensis
Melosira

Klasifikasi :
Divisi :Bacillariophyta
Kelas :Bacillariophyceae
Bangsa:Centrales
Suku :Melosiraceae
Marga
:Melosira
Jenis :Melosira moniliformis
Nitzchia
Klasifikasi
Divisi
Kelas
Bangsa
Suku
Marga
Jenis

:
:Bacillariophyta
:Bacillariophyceae
:Pennales
:Nitzschiaceae
:Nitzschia
:Nitzschia mediocris
Cocconeis

Kasifikasi :
Divisi
:Bacillariophyta
Kelas
:Bacillariophyceae
Bangsa
:Pennales
Suku
:Achnanthaceae
Marga
:Cocconeis
Jenis
:Cocconeis disculus
Synedra filiformis
Klasifikasi:
Divisi : Chrysophyta
Class
: Fragilariophyceae
Ordo
: Fragilariales
Family : Flagilariaceae
Genus : Synedra
Species : Synedra filiformis
Diatoma vulgare
Klasifikasi:
Divisi
Class
Ordo
Family
Genus
Species
F.

: Chrysophyta
: Fragilariophyceae
: Fragilariales
: Flagilariaceae
: Diatoma
: Diatoma vulgare

KEGUNAAN DAN KERUGIAN DARI CHRYSOPHYTA


Kegunaannya :

Sebagai makanan ikan

campuran semen

bahan penyaring

solasi penyuling gasoline dan glukosa

serta digunakan sebagai bahan untuk pembuat jalan.

Sebagai indikator untuk menemukan minyak bumi.

bahan penggosok

bahan pembuat isolasi

penyekat dinamit

bahan alat penyadap suara, bahan pembuat cat

Pernis

Piringan hitam

Berperan sebagai plankton


Kerugiannya :

Mengakibatkan timbulnya kotoran juga dapat menurunkan kualitas air

Menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak

Menurunkan PH

Menyebabkan warna dan kekeuhan

Dapat mengeluarkan lendir yang mengakibatkan waterbloom


Ganggang keemasan sering disebut ganggang kersik karena mengandung silikat.
Ganggang jenis ini tidak begitu membahayakan karena tidak menghasilkan
racun akan tetapi ganggang ini dapat menimbulkan bau yang tidak enak. Selain
itu juga menyebabkan kekeruhan pada air.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Ciri umum dari Chrysophyta adalah berwarna keemasan karena kloroplasnya
mengandung pigmen karoten dan xantofil dalam jumlah banyak dibandingkan
2.

dengan klorofil.
Struktur sel dari Chrysophyta umumnya tidak berdinding sel, isi selnya terdiri
dari

Xantophyceae,

Chrysophyceae,

Bacillariophyceae.

Kloroplas

pada

Chrysophyta berwarna coklat keemasan, Ribosom, alat gerak berupa flagel,


3.

vakuola kontraktil, badan golgi, dan nukleus.


Habitat dari Chrysophyta adalah ditempat-tempat yang basah, air laut, air

4.

tawar dan di tanah yang lembab.


Reproduksi dari Chrysophyta terjadi secara generatif (seksual) dengan
konjugasi, isogami, anisogami, dan oogami. Dan vegetatif (aseksual) dengan

pembelahan sel, fragmentasi, pemisahan koloni, dan pembentukan spora.


5.
Kelas-kelas yang termasuk dalam Chrysophyta, kelas alga hijau-kuning
(Xanthophyceae), kelas alga coklat-keemasan (Chrysophyceae), kelas diatom
(Bacillariophyceae).

6.

Manfaat dari Chrysophyta sebagai bahan penggosok, bahan pembuat isolasi,


penyekat dinamit, membuat saringan, bahan alat penyadap suara, bahan
pembuat cat, pernis, dan piringan hitam.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Chrysophyta. http://ach-e11.blogspot.com/2011/05/chrysophyta.html. Di


aksespadabulan November 2013

______. 2013. DivisiChrysophyta. http://alvyanto.blogspot.com/2009/02/divisichrysophyta.html. Di aksespadabulan November 2013

______. 2013.Chrysophyta. http://cindyharyono.wordpress.com/2008/12/12/hello-world/.


Di aksesbulan November 2013

______. 2013. Chrysophyta.


http://rinaagustinapanjaitan.blogspot.com/2009/04/chrysophyta_30.html. Di
akesesbulan November 2013

______. 2013. Chrysophyta. http://zaifbio.wordpress.com/2009/01/30/chrysophyta/. Di


aksesbulan November 2013

_____. 2013. Chrysophyta. http://berbagibersamatyara.blogspot.com/2012/04/chrysophyta.html. Di aksesbulan November 2013


.2013.paternogenesis. http://id.wikipedia.org/wiki/Partenogenesis. Diakses 24
november 2013
. 2013. perkawinan-endogami.
http://mahyudinalmudra.blogspot.com/2012/12/perkawinan-endogami.html.
Diakses 24 november 2013
.2013.planktonologi.

http://cyeciliapical.blogspot.com/2011/07/tugas-

planktonologi-5-kelas-utama.html

TINJAUAN PUSTAKA
3.1

Morfologi Nitzschia sp.

Nitzschia sp. merupakan mikroalga yang termasuk dalam kelas Bacillariophyceae


(Tomas, 1997). Secara umum bentuk dari Nitzschia sp. ini berbentuk lonjong memanjang.
Nitzschia sp. merupakan mikroalga bersel tunggal yang mempunyai peran yang penting
dalam ekosistem perairan sebagai produsen primer. Mikroalga ini banyak digunakan sebagai
pakan alami bagi larva organisme laut seperti krustacea, bivalvia, dan ikan (Isnansetyo dan
Kurniastuty, 1995).

Gambar 3.Nitzscha sp.


(sumber: Google.com)

Nitzschia sp. adalah phytoplankton yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut yaitu merupakan
diatom pennales perairan, alga bersel tunggal, menghasilkan neuro mixim, raphe adalah
rongga udara, katup terdiri dari 2 yaitu hipoteka dan apiteka, berwarna biru kehijauan, sel sel
berbentuk lonjong memanjang, ditengah-tengah panser terdapat celah yang membujur yang
dinamakan rafe hidup sebagai saprofit, organime ini dapat merayap mundur (Anonim, 2012).

3.2

Klasifikasi Nitzschia sp.

Berdasarkan (Tomas, 1997). Adapun Nitzschia sp. dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisio
Sub Divisio
Ordo

: Thallophyta
: Algae
: Pennales

Kelas
Familly
Genus
Species

:Bacillariophyceae
: Nitzchiaceae
: Nitzschia
:Nitzschia sp.

3.3

Habitat Nitzschiasp.

Nitzschia sp. hidup sebagai saprofitdimana habitat hidupnya merupakan bentik di air tawar
maupun air laut. Meskipun dalam proses fotosintesis Nitzschia sp. memproduksi O2 lebih
banyak dari pada yang digunakannya namun Nitzschia sp. juga memerlukan O2 untuk hidup.
Selain O2, ketersediaan CO2 juga merupakan suatu hal yang sangat penting dalam fotosintesis
(Round, 1970 dalam Mustofa, 1982). Umumnya udara atau atmosfir mengandung 0,03% gas
CO2 (Koesoebionao, 1980 dalam Mustofa, 1982). Kebutuhan O2 dapat dipenuhi dengan

pemberian aerasi. Turbulensi dan sirkulasi media kultur penting sekali untuk
mempertahankan tempratur agar tetap homogen, penyinaran, CO2, nutrient, O2 dan hasil
metabolisme lain agar menyebar merata (Wachjuni, 1988).
Kisaran salinitas yang berubah-ubah dapat mempengaruhi dan menghambat pertumbuhan
dari mikroalga. Beberapa mikroalga dapat tumbuh dalam kisaran salinitas yang tinggi tetapi
ada juga mikroalga yang dapat tumbuh dalam kisaran salinitas yang rendah. Pengaturan
salinitas pada medium yang diperkaya dapat dilakukan dengan pengenceran dengan
menggunakan air tawar. Kisaran salinitas yang dimiliki oleh Nitzschia sp. antara 32 36 ppt,
tetapi salinitas paling optimum untk pertumbuhan Nitzschia sp. adalah 33 35 ppt (Effendi,
2003).

Anda mungkin juga menyukai