PROPOSAL PENELITIAN
B111 13 038
B111 10 913
B111 12 378
B111 13 003
B111 13 017
B111 13 025
B111 13 071
B111 13 369
B111 13 400
B111 13 535
B111 13 553
B111 14 088
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
ii
B.
Rumusan Masalah...............................................................................................3
C.
B.
C.
Kepentingan Umum...........................................................................................17
D.
Lokasi Penelitian................................................................................................36
B.
C.
D.
Analisis Data......................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 38
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
yang
berwenang
melakukan
penuntutan
selain
instansi
dan
wewenang:
(yang
salah
satu
diantaranya
adalah)
tugasnya
sebagai
lembaga
pemberantas
korupsi
di
Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang
Kasus
yang
diterbitkan.
2. Manfaat Penelitian ini adalah:
a. Hasil penelitian dapat
dialami
oleh
memberikan
Abraham
kegunaan
Samad
untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
deponeering, yaitu deponeren dan seponeren. Mr. H. Van Der Tas dalam
4
Kejaksaan,
disebutkan
bahwa
yang
dimaksud
dengan
Prof. Dr. O.C. Kaligis, S.H., M.H., Deponeering Teori dan Praktik , Bandung: PT.
ALUMNI, 2011, hlm 4.
2
Lihat UU Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Pasal 35 huruf b
3
Prof. Dr. O.C Kaligis, S.H., M.H, Op.cit.,
Lihat Di <https://ekhopratama.wordpress.com/2013/05/30/repost-jalan-cerita-kasusbibit-chandra/>, diakses pertama kali pada tanggal 6 Mei 2016 Pukul 11.45 WITA
pasal 421 KUHP. Dari alat bukti, keterangan saksi dan saksi ahli
didapatkanlah empat alat bukti. Maka pada 16 September 2009 pukul
23.20 status Bibit dan Chandra ditingkatkan dari saksi menjadi tersangka
dengan sangkaan pemerasan (pasal 12 huruf e jo pasal 15 UU
Pemberantasan Tipikor) dan penyalahgunaan wewenang. 5
Ternyata sebelum bukti itu dibuka secara sah, transkrip pembicaraan
sudah beredar luas di publik. Dalam transkrip itu ada pembicaraan antara
orang yang diduga sebagai Anggodo Widjojo (adik Anggoro) dan
seseorang yang diduga sebagai petinggi kejaksaan atau kepolisian.
Dalam transkrip itu ada disebut nama-nama Wakil Jaksa Agung Abdul
Hakim Ritonga, mantan Jaksa Agung Muda Intelijen Wisnu Subroto,
Kabareskrim Komjen Susno Duadji, bahkan RI-1 pun disebut-sebut.
Kemudian pada 29 Oktober 2009 Mahkamah Konstitusi menggelar
sidang lanjutan uji materil UU KPK. Dalam persidangan MK meminta agar
tim kuasa hukum membuka rekaman itu pada persidangan berikutnya.
Tanpa diduga, sesudah menghadiri sidang itu Bibit dan Chandra langsung
ditahan oleh Polri. Polri beralasan bahwa penahanan dilakukan karena
hukuman yang diancamkan pada keduanya di atas lima tahun, dan
mereka
dikhawatirkan
akan
mengulangi
tindak
pidana
serta
Chandra
melakukan
tindakan
yang
mempersulit
jalannya
Ibid.
Ibid.
keterangan seperti dalam konferensi pers adalah hak asasi manusia yang
dilindungi, yaitu kebebasan berpendapat dan menyatakan pikiran. Karena
penahanan ini tidak beralasan, maka timbul dimana-mana gerakan yang
menuntut agar Bibit dan Chandra dibebaskan dari tahanan, mulai dari
gerakan mahasiswa, LSM, sampai gerakan di dunia maya. Selain
menuntut pelepasan Bibit dan Chandra, mereka juga meminta agar
presiden menyelesaikan kasus ini.7
Untuk itu tim 8 memberikan rekomendasi. Isi dari rekomendasi itu
adalah :
1.
2.
3.
Perintah
Penghentian
4.
Surat
(SKPP)
jika
perkara
sudah
dilimpahkan
ke
kejaksaan
Jika kejaksaan berpendapat bahwa demi kepentingan umum
perkara perlu dihentikan, maka berdasarkan asas oportunitas
5.
6.
7.
8.
kasus
7
8
Ibid.
Ibid.
Pada saat itu SBY tidak serta merta menanggapi rekomendasi ini. Ia
baru menyatakan sikapnya seminggu kemudian yaitu pada 23 November
2009. Dalam pidatonya secara tersirat SBY memerintahkan agar kasus ini
diselesaikan di luar pengadilan, yaitu dalam bentuk SP3, SKPP, ataupun
deponering.9 Tetapi pada akhirnya Kejaksaan Agung mengeluarkan
Deponeering
melakukan
terhadap
deponeering
Kasus
atau
BibitChandra.
Kejaksaan
mengesampingkan
perkara
Agung
demi
Ibid.
Lihat di
<http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2010/10/101029_deponeering.shtml >,
diakses pertama kali pada anggal 6 Mei 2016 Pukul 12.03 WITA
11
Ibid.
10
10
pada
Undang-Undang
No.
16
Tahun
2004
yang
putusan
pidana
pengawasan,
dan
keputusan
bersyarat;
12
11
dalam *pelaksanaannya
dikoordinasikan
dengan penyidik.
2) Di bidang perdata dan tata usaha negara, Kejaksaan dengan
kuasa khusus dapat bertindak di dalam maupun di luar pengadilan
untuk dan atas nama negara atau pemerintah
3) Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum, Kejaksaan turut
menyelenggarakan kegiatan:
Peningkatan kesadaran hukum masyarakat;
Pengamanan kebijakan penegakan hukum;
Pengamanan peredaran barang cetakan;
Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan
masyarakat dan negara;
Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;
Penelitian dan pengembangan hukum statistik kriminal.
Selain itu, Pasal 31 UU No. 16 Tahun 2004 menegaskan bahwa
Kejaksaan dapat meminta kepada hakim untuk menetapkan seorang
terdakwa di rumah sakit atau tempat perawatan jiwa, atau tempat lain
yang layak karena bersangkutan tidak mampu berdiri sendiri atau
disebabkan oleh hal-hal yang dapat membahyakan orang lain, lingkungan
atau dirinya sendiri. Pasal 32 Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tersebut
menetapkan bahwa di samping tugas dan wewenang tersebut dalam
undang-undang ini, Kejaksaan dapat diserahi tugas dan wewenang lain
12
14
13
13
1)
2)
3)
4)
3. Fungsi Kejaksaan
Fungsi daripada Kejaksaan , antara lain:15
a. Perumusan kebijaksanaan pelaksanaan dan kebijaksanaan
teknis pemberian bimbingan dan pembinaan serta pemberian
perijinan
peraturan
sesuai
dengan
bidang
perundang-undangan
tugasnya
dan
berdasarkan
kebijaksanaan
yang
15
ketertiban
dan
ketentraman
umum,
pemberian
14
bantuan,
pertimbangan,
kekayaan
15
putusan
pidana
pengawasan,
dan
keputusan
bersyarat;
Melaksanakan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu
berdasarkan undang-undang;
Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat
melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke
pengadilan
yang
dalam
pelaksanaannya
dikoordinasikan
dengan penyidik.
(2)
(3)
16
Kepentingan Umum
Roscoe Pound (1870-1964) terkenal dengan teorinya bahwa hukum
Pound
lalu
membuat
penggolongan
atas
kepentingan-
kepentingan
masyarakat
b. Kepentingan masyarakat (social interest)
1. Kepentingan akan kedamaian dan ketertiban.
2. Perlindungan lembaga-lembaga sosial.
3. Pencegahan kemerosotan akhlak.
4. Pencegahan pelanggaran hak.
Dalam Penjelasan UU No. 16 Tahun 2004 pasal 35 huruf c
disebutkan: Yang
dimaksud
dengan
kepentingan
umum adalah
Di
dalam
masyarakat
terdapat
banyak
sekali
Sukarno Aburaera, Muhadar, dan Maskun, Filsafat Hukum: Teori dan Praktik, Jakarta:
Kencana, Jakarta, 2013, hlm. 127.
17
mungkin
dipenuhi
semuanya
sekaligus,
mengingat
bahwa
utilitarianisme
memakai
kepentingan
umum
berwujud
18
sarana
pembaharuan
masyarakat
Indonesia
lebih
luas
memegang
peranan
pula)
dan
ditolaknya
aplikasi
Lili Rasjidi, dan Liza Sonia Rasjidi, Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum, Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2012, hlm. 79.
19
dikaitkan pula dengan filsafat budaya dari Northrop 19 dan policy oriented
dari Laswell dan Mc Dougal. Hukum yang digunakan sebagai sarana
pembaruan itu dapat berupa undang-undang atau yurisprudensi atau
kombinasi keduanya. Seperti telah dikemukakan dimuka di Indonesia
yang paling menonjol adalah perundang-undangan.
Yurisprudensi juga berperan, `namun tidak seberapa. Lain halnya di
negara-negara yang menganut sistem preseden, sudah barang tentu
peranan yurisprudensi akan jauh lebih penting. Agar supaya dalam
pelaksanan perundang-undangan yang bertujuan untuk pembaharuan itu
dapat berjalan sebagaimana mestinya, hendaknya perundang-undangan
yang dibentuk sesuai dengan apa yang menjadi inti pemikiran aliran
Sosiological Jurisprudensi yaitu hukum yang baik hendaknya sesuai
dengan hukum yang hidup di dalam masyarakat. Jadi mencermminkan
nilai-nilai yang hidup dimasyarakat. Sebab jika ternyata tidak, akibatnya
ketentuan tersebut akan tidak dapat dilaksanakan (bekerja) dan mendapat
tantangan-tantangan.
Beberapa contoh perundang-undangan yang berfungsi sebagai
sarana pembaharuan dalam arti merubah sikap mental masyarakat
tradisional kearah modern, misalnya larangan pengayauan di Kalimantan,
larangan penggunaan koteka di Irian Jaya, keharuan pembuatan sertifikat
tanah dan banyak lagi terutama di bidang penanamanmodal asing, hukum
dagang dan perdata lainnya bukan hukum perdata keluarga yang masih
dianggap sensitive sifatnya. 20
Setiap yang disebut manusia selalu terdiri dari dua kepentingan,
yaitu kepentingan individu yang termasuk kepentingan keluarga, kelompok
atau golongan dan kepentingan masyarakat yang termasuk kepentingan
rakyat .Dalam diri manusia, kedua kepentingan itu satu sama lain tidak
dapat dipisahkan. Apabila salah satu kepentingan tersebut hilang dari diri
19
20
Ibid.
Ibid., hlm. 80.
20
manusia, akan terdapat satu manusia yang tidak bisa membedakan suatu
kepentingan, jika kepentingan individu yang hilang dia menjadi lupa pada
keluarganya, jika kepentingan masyarakat yang dihilangkan dari diri
manusia banyak timbul masalah kemasyarakatan contohnya korupsi.
Kepentingan masyarakat yang termasuk kepentingan rakyat .Dalam
diri manusia, kedua kepentingan itu satu sama lain tidak dapat dipisahkan.
Apabila salah satu kepentingan tersebut hilang dari diri manusia, akan
terdapat satu manusia yang tidak bisa membedakan suatu kepentingan,
jika kepentingan individu yang hilang dia menjadi lupa pada keluarganya,
jika kepentingan masyarakat yang dihilangkan dari diri manusia banyak
timbul masalah kemasyarakatan contohnya korupsi.
Inilah yang menyebabkan kebingungan atau dilema manusia jika
mereka tidak bisa membagi kepentingan individu dan kepentingan
masyarakat. Dilema anatara kepentingan individu dan kepentingan
masyarakat adalah pada pertanyaan mana yang harus diutamakan,
kepentingan manusia selaku individu atau kepentingan masyarakat
tempat saya hidup bersama? Persoalan pengutamaan kepentingan
individu atau masyarakat ini memunculkan dua pandangan yang
berkembang menjadi paham/aliran bahkan ideologi yang dipegang oleh
suatu kelompok masyarakat.
Berikutnya, Kebebasan dalam rangka pemenuhan kebutuhan diri
bisa menimbulkan persaingan dan dinamika kebebasan antar individu.
Menurut paham liberalisme, kebebasan antar individu tersebut bisa diatur
melalui penerapan hukum. Jadi, negara yang menjamin keadilan dan
kepastian hukum mutlak diperlukan dalam rangka mengelola kebebasan
agar tetap menciptakan tertibnya penyelenggaraan hidup bersama.
Dilema antar kepentingan individu dan kepentingan masyarakat
adalah pada pertanyaan yang dihadapi oleh setiap orang, yaitu
kepentingan manakah yang harus saya utamakan? Kepentingan saya
21
Jurgen
Habermas,
masyarakat
memiliki
tiga
jenis
Welt)
Ini
merupakan
sebuah
membebaskan
diri
kebutuhan
dari
dasariah
segala
bentuk
manusia
dominasi
untuk
atau
kebebasan.
Dari pandangan ini justru berkembang menjadi paham atau aliran
bahkan ideologi yang dipegang oleh suatu kelompok masyarakat yaitu:
(1) Pandangan Individualisme
Individualisme berpangkal dari konsep dasar bahwa manusia pada
hakikatnya adalah makhluk individu yang bebas. Paham ini memandang
manusia sebagai makhluk pribadi yang utuh dan lengkap terlepas dari
manusia yang lain.
Manusia sebagai individu adalah bebas, karena itu ia memiliki hakhak yang tidak boleh dihalangi oleh siapapun. Apabila hak-hak itu
terpenuhi maka kehidupan manusia akan terjamin dan sejahtera.
Masyarakat hanyalah sekumpulan individu-individu. Jika individu-individu
itu hidupnya sejahtera, maka masyarakatnya pun akan sejahtera.
Pandangan individualisme berpendapat bahwa kepentingan individulah
yang harus diutamakan. Kesejahteraan individu merupakan nilai kebaikan
22
politik,
kebebasn
berbicara,
berpendapat,
hak dasar hilang. Individu terikat pada komitmen suatu kelompok. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa pandangan sosialisme bertolak
belakang dengan pandangan Individualisme. Sosialisme mementingkan
masyarakat secara keseluruhan. Bahwa kepentingan masyarakatlah yang
utama bukan individu.
D.
21
Meuwissen, Tentang Pengembangan Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum, dan Filsafat
Hukum, dialihbahasakan oleh B. Arief Sidharta, Cetakan ke-4, Bandung: PT Refika
Aditama, 2013, hlm. 55.
22
Sudikno Mertokusumo, Op.Cit., hlm. 44.
23
Sudarsono, Kamus Hukum Edisi Baru, Cetakan ke-5, Jakarta: Rineka Cipta, 2007, hlm.
37.
24
dirumuskan
secara
mutlak
untuk
pemecahan
suatu
permasalahan hukum.27
Dari beberapa pengertian awal tentang Asas Hukum diatas,
maka kita dapat mengerucutkan bahwa sesungguhnya asas hukum
itu tidak dapat dianggap sebagai norma-norma hukum yang kongkrit,
melainkan harus dipandang sebagai dasar-dasar umum terhadap
berlakunya suatu aturan-aturan hukum yang dibentuk berdasarkan
tingkatan tertinggi dari hukum (Moralitas). Oleh sebab itu setiap
24
25
26
tersebut.
Fungsi
asas
hukum
dalam
hukum
bersifat
dan
bersifat
eksplikatif.32
Tambah
pula,
bahwa
sesuai
dengan
kebutuhan.
Asas
hukum
perubahan
dibandingkan
dengan
asas
hukum
perubahan
tersebut
peraturan
amatlah
lambat
hukum.
Dengan
31
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Kencana, 2008, hlm. 79.
Sudikno Mertokusumo, Op.Cit. (Note 1), hlm. 49.
33
Abdullah Marlang, dkk., Loc.Cit.
32
27
negara
dapat dipergunakan
di
daerah
lain,
dapatlah
dikemukakan bahwa asas hukum yang lama yang asli yang dimiliki
oleh suatu negara mungkin dapat diganti oleh asas hukum yang
dimiliki oleh bangsa lain karena asas hukum yang asli tersebut tidak
lagi sesuai dengan situasi yang ada. 34
2. Asas-asas dalam Hukum Acara Pidana
a. Asas Peradilan cepat, sederhana, dan biaya ringan
Sebenarnya hal ini bukan merupakan barang baru dengan
lahirnya KUHAP. Dari dahulu, sjak adanya HIR, sudah tersirat asas
ini dengan kata-kata yang lebih konkret daripada yang dipakai dalam
KUHAP. Untuk menunjukkkan system peradilan cepat, banyak
ketentuan dalam KUHAP yang memakai kataSEGERA. Sedangkan
dalam HIR lebih konkret lagi dengan menggunakan penjelasan
waktu satu kali 24 jam.
Peradilan cepat (terutama untuk menhindari penahanan yang
lama sebelum adanya putusan hakim) merupakan bagian dari hakhak asasi manusia. Begitu pula dengan peradilan bebas, jujur dan
tidak memihak yang ditonjolkan dalam undang-undang tersebut 35.
Untuk lebih jelasnya, penjelasan umum yang dijabarkan dalam
banyak pasal dalam KUHAP antara lain:
-
34
35
28
kepadanya
pada
waktu
dimulainya
menerima
laporan
atau
pengaduan
tentang
pidana
wajib
segera
melakukan
tindakan
penyidik
Pasal 107 ayat (3) mengatakan bahwa dalam hal tindak
pidana selesai disidik oleh penyidik tersebut pada pasal 6
ayat
(1)
huruf
b,
segera
menyerahkan
hasil
dakwaan.
b. Praduga Tidak Bersalah
Asas ini disebut dalam undang-undang nomor 14 tahun 1970
tentang ketentuan-ketentuan pokok kekuasaan kehakiman dan juga
dalam penjelasan umum butir 3c KUHAP yang berbunyi: Setiap
orang yang disangka, ditangkap, ditahan, ditunut, dan atau
29
36
c. Asas Oportunitas
Dalam hukum acara pidana dikenal suatu badan yang
khusus diberi wewenang untuk melakukan penuntutan ke tingkat
pengadilan yang disebut penuntut umum. Di Indonesia, penuntut
umum disebut juga jaksa (Pasal 1 butir a dan b serta pasal 137 dan
seterusnya KUHAP).
yang
dalam
undang-undang
tindak
pidana
Ibid. hal.13
A.Z.Abidin,Op.Cit, hal 17
30
disetujui antara pihak kejaksaan dan tersangka. 38 Satu hal lagi yang
perlu dijelaskan bahwa apa yang dimaksud dengan kepentingan
umum dijelaskan dalam pedoman pelaksanaan KUHAP yang
dimana berbunyi:
.Dengan demikian kriteria demi kepentingan umum
dalam penerapan asas opurtunitasdi negara kita adalah didasarkan
untuk kepentingan negara dan masyarakat dan bukan untuk
kepentinganpribadi.
d. Asas Legalitas
Dalam praktek hak penuntutan selain asas opurtunitas, ada
juga asas legalitas. Menurut asas ini, bahwa penuntut umum wajib
menuntut suatu delik. Asas legalitas dalam hukum acara pidana
berbeda dengan pengertian asas legalitas dalam hukum pidana
materil yang sebagaimana tercantum dalam pasal 1 ayat (1) KUHP.
39
38
39
31
menjadi
pertanyaan
bagaimana
kalua
hakim
Menurut
undang-undang
ketentuan-ketentuan
pokok
Ibid.,,hlm. 22.
32
menyalahgunakan
hak-hak
tersebut.
Kebebasan-
33
41
Ibid, hlm. 27
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Lokasi Penelitian
Dalam melakukan penelitian penulis memilih lokasi penelitian di Kota
Makassar
lapangan
dengan
pihak-pihak
yang
terkait
Pustaka
(literature
research),
yaitu
menelaah
35
2.
D.
menguraikan,
dan
menggambarkan
sesuai
dengan
DAFTAR PUSTAKA
Aburaera, Sukarno. Muhadar, dan Maskun, Filsafat Hukum: Teori dan
Praktik, Jakarta: Kencana, Jakarta, 2013.
Hamzah.S.H,Dr.A,
Hukum
Acara
Pidana,Arikha
Media
Cipta,
Jakarta,1996.
36
Kaligis, O.C. S.H., M.H., Deponeering Teori dan Praktik , Bandung: PT.
ALUMNI, 2011, UU Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Pasal 35
huruf b
Koesoemaatmadja,
Mochtar.
Konsep-konsep
Hukum
dalam
2008.
Marlang, Abdullah. Irwansyah, dan Kaisaruddin Kamaruddin, Pengantar
Hukum Indonesia, Makassar: Yayasan Aminuddin Salle (A.S. Center),
2009.
Marpaung, Leden. Proses Penanganan Perkara Pidana, Sinar Grafika,
Jakarta, 1992.
Mertokusumo, Mertokusumo, Penemuan Hukum:
Sebuah Pengantar,
37
BBC.<http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2010/10/101029_de
poneering.shtml>, diakses pertama kali pada anggal 6 Mei 2016 Pukul
12.03 WITA
Kejaksaan.
<http://Kejaksaan.go.id/tentang_Kejaksaan.php?id=1>,
diakses pertama kali pada tanggal 2 5 April 2016, Pukul 02.57 WITA.
Pratama,
Eko
<https://ekhopratama.wordpress.com/2013/05/30/repost-
Mertokusumo,
Kepentingan
Umum,
di
lihat
di
<http://sudiknoartikel.blogspot.co.id/2008/03/kepentingan-umum.html>,
Pertama kali di lihat pada tanggal 7/May/2016, pukul WITA.
38