BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menuntut
seorang
pelaku
guna
mempertanggungjawabkan
perbuatannya.
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai seorang penuntut terkadang
jaksa tidak melulu mengikuti faham legalistik seperti yang dianut di negara
kita. Hal ini dikarenakan, negara kita khususnya hukum acara pidana negara
kita menganut asas oportunitas yaitu mengesampingkan perkara demi
kepentingan umum. Sehingga suatu perkara dapat di tutup apabila telah tidak
sesuai dengan kepentingan umum yang ada pada saat itu.
Dalam hal mengesampingkan perkara demi kepentingan umum yang
merupakan kewenangan dari Jaksa Agung (bukan Jaksa Penuntut Umum), di
Negara Indonesia sendiri ada istilah yang cukup populer yaitu deponeering.
Dimana deponeering ini marak di perbincangkan pasca munculnya kasus
kriminalisasi terhadap Bibit-Chandra anggota Komisi Pemberantasan Korupsi
aktif.
Deponeering dapat diartikan sebagai mengesampingkan tindak pidana
demi kepentingan umum. Dimana dalam Kamus Hukum Belanda-Indonesia
(1999), Deponeren; mengesampingkan (perkara), mendepot, memetieskan,
mendeponir. Seponeren; mengesampingkan, mendeponir, memetieskan. Een
Muhammad Yahya. Deponir Kasus Bibit Chandra (Tinjauan Praksis YuridisKepentingan Umum-Etika). Diakses pada November 2011.
B. Identifikasi masalah
1. Kepentingan umum seperti apakah yang menjadi dasar Jaksa Agung dalam
BAB II
PEMBAHASAN
KEPENTINGAN UMUM SEBAGAI DASAR DEPONEERING YANG
DILAKUKAN OLEH JAKSA AGUNG DIKAITKAN DENGAN UNDANGUNDANG NO. 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK
INDONESIA
Agung
Istilah
Andi Hamzah. 2004. Hukum Acara Pidana Edisi Revisi. Jakarta: Sinar Grafika. Hal. 156.
Andi Hamzah. 2005. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. Hal. 14.
Mohammad Aldiyan. Penafsiran dan Konstruksi Hukum. Diakses dari
http://masyarakathukum.blogspot.com/2008/03/macam-macam-penemuan-hukum.html. Oktober
2011.
4
Op.Cit Hal. 17.
disini diartikan luas, termasuk kepentingan anak dibawah umur, dan orang
yang sudah terlalu tua. Sedangkan di Indonesia hanya terbatas pada
kepentingan negara dan masyarakat saja.
Dalam deponeering yang diberikan oleh Jaksa Agung sebenarnya
menuai kontradiksi. Dimana kontradiksi yang terjadi dalam memberlakukan
deponeering ini ialah deponeering tidak sesuai dengan asas equality before
the law.
Dimana prinsip equality before the law ini dirumuskan dalam Pasal
28 D ayat 1 Amandemen Kedua Undang-Undang 1945 dan Pasal 5 ayat 1
Undang-Undang No. 14 Tahun 1970 ini merupakan asas yang bersifat
universal. Pasal 7 Universal Declaration of Human Rights menjelaskan
bahwa:
all
10
Right menguatkan bahwa all person shall be equal before the court and
tribunals.5
Persamaan di hadapan hukum harus diartikan secara dinamis dan tidak
diartikan secara statis. Artinya, kalau ada persamaan di hadapan hukum bagi
semua orang maka harus diimbangi juga dengan persamaan perlakuan (equal
treatment) bagi semua orang. Jika ada dua orang bersengketa datang ke
hadapan hakim, maka mereka harus diperlakukan sama oleh hakim tersebut
(audi et alteram partem). 6
Pemberian deponering seharusnya murni dari hasil penelaahan dan
pengkajian bukan dari desakan masyarakat ataupun pimpinan Negara sehingga
dikeluarkan deponeering. Sehingga, alasan yang paling utama bagi Jaksa
Agung untuk memberikan deponeering (mengesampingkan perkara) ini
adalah demi kepentingan umum dimana kepentingan umum ini diartikan
sebagai kepentingan negara dan kepentingan masyarakat.
Apabila demi kepentingan umum ini di tafsirkan secara gramatikal.
Dimana penafsiran gramatikal (taatkundige interpretatie), yaitu penafsiran
yang dilakukan terhadap peristilahan atau kata-kata, tata kalimat didalam
suatu konteks bahasa yang digunakan pembuat undang-undang dalam
merumuskan peraturan perundang-undangan tertentu.
Demi kepentingan umum dapat diartikan sebagai kepentingan
Negara/bangsa dan masyarakat luas. Jadi kepentingan umum disini diartikan
sebagai kepentingan disemua aspek dalam bernegara, berbangsa dan
5
Yesmil Anwar dan Adang. 2009. Sistem peradilan Pidana. Bandung: Widya Padjajaran. Hal,
113.
11
pengawasan
terhadap
pelaksanaan
putusan
pidana
12
undang-undang;
e. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
negara;
e. Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;
f.
deponeering yang dilakukan oleh Jaksa, akan tetapi deponeering ini hanya di
lakukan oleh Jaksa Agung.
Dalam melakukan deponeering, Jaksa Agung menggunakan UndangUndang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia sebagai
13
undang;
c. Mengesampingkan perkara demi kepentingan umum;
d. Mengajukan kasasi dem kepentingan hukum kepada Mahkamah Agung
14
Universitas Sumatera Utara. Asas Oportunitas Sebagai Dasar Kewenangan Jaksa Agung
Yang Dapat Menjadi Alasan Penghentian Penuntutan. http://repository.usu.ac.id/. Diakses pada
Oktober 2011. Hal. 21.
15
before the law, tetapi semata-mata untuk terbukanya suatu keadilan yang
merupakan tujuan utama dari hukum itu sendiri.
Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan
manusia. Kelayakan diartikan sebagai titik tengah diantara kedua ujung
ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrem itu
menyangkut dua orang atau benda. Bila kedua orang tersebut mempunyai
kesamaan dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka masing-masing orang
akan menerima bagian yang tidak sama, sedangkan pelanggaran terhadap
proposi tersebut berarti ketidak adilan. 9
Dimana menurut Aristoteles, bahwa tujuan hukum adalah untuk
mencapai keadilan. Aristoteles mengemukakan ada dua macam keadilan, yaitu
keadilan distributief dan keadilan commutatief. Keadilan distributief ialah
keadilan yang diberikan kepada tiap-tiap orang dengan mengingat jasa yang
diberikannya. Tidak mengharuskan semua orang mendapat keadilan yang
sama, dalam konsep ini yang dicari bukanlah persamaan akan tetapi
keseimbangan atau kesebandingan.
Aristoteles
mengajarkan
bahwa
tujuan
hukum
semata-mata
kadar
keadilan
hukum,
karena
ia
tidak
cukup
16
Wahyu Wiriadinata. 2008. Peninjauan Kembali Oleh Jaksa Penuntut Umum. Bandung:
Java Publishing. Hal. 1-2.
11
Efrin Firmansyah. 2009. Manusia dan Keadilan. Diakses
darihttp://efrin4mzil.blogspot.com/2009/03/manusia-dan-keadilan.html, pada bulan Oktober 2011.
17
diatur
bahwa:
Pihak
kejaksaan
selaku
penuntut
umum dapat
18
bersalah atau tidak. Kejaksaan Agung tidak kehabisan upaya, mereka terus
melakukan perlawanan dengan mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung
(MA). Sayangnya di MA, kasasi ditolak dengan alasan yang lebih bersifat
administratif formil, yaitu bahwa MA tidak berwenang memeriksa kasus
dimaksud. 12
Kejaksaan Agung, yang kemudian dipimpin oleh Basri Arief
menggunakan kewenangannya yang diamatkan oleh Pasal 35 huruf (c)
Undang-Undang Nomor 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan Agung, Jaksa
Agung mempunyai wewenang untuk mengenyampingkan perkara demi
kepentingan umum. 13
Dalam konsep deponeering kali ini, yang dimaksud dengan
kepentingan
umum
adalah kepentingan
bangsa
dan
negara
dan/atau
19
Jaksa
Agung
mempunyai
dasar
hukum
yang
kuat.
Namun
yang
dijadikan
dasar
mengeluarkan
deponeering masih
sebagai
tersangka
karena
menurut
mereka
yang
15
16
ibid.
ibid.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
21
undang-undang;
c. Mengesampingkan perkara demi kepentingan umum;
d. Mengajukan kasasi dem kepentingan hukum kepada Mahkamah
22
f.
Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia
karena
mengesampingkan
perkara
demi
kepentingan
umum.
B. Saran
Dengan adanya deponeering yang mana hal ini mendasarkan pada asas
oportunitas dan Pasal 35 C Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tentang
Kejaksaan Republik Indonesia, maka penulis memberikan saran bahwa:
a. Dalam perkara Deponeering yang mendasarkan pada kepentingan
23
suatu
subyektifitas
tetapi
pada
realita
yang
terjadi
dimasyarakat.
b. Apabila kita melihat kepentingan umum seperti yang tercantum di
dasar
hukum
yang
kuat
dalam
memberlakukan
sehingga
semua
pihak
hendaknya
tidak
saling
24
DAFTAR PUSTAKA
a. Buku-buku
Andi Hamzah. 2005. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
Wahyu Wiriadinata. 2008. Peninjauan Kembali Oleh Jaksa Penuntut Umum.
Bandung: Java Publishing. Hal. 1-2.
Yesmil Anwar dan Adang. 2009. Sistem peradilan Pidana. Bandung: Widya
Padjajaran.
b. Undang-Undang
c. Sumber lain
Aminah.
Persamaan
Dihadapan
Hukum.
Diakses
http://aminahhumairoh.wordpress.com/2010/03/10/persamaandihadapan-hukum/. Oktober 2011.
dari
25
Pengertian
dan
Istilah
Deponeering.
Diakses
http://berkahlangkah.com/nasionalisme/pengertian-dan-istilahdeponeering.php. Oktober 2011.
Efrin
Firmansyah.
2009.
Manusia
dan
Keadilan.
darihttp://efrin4mzil.blogspot.com/2009/03/manusia-dankeadilan.html, pada bulan Oktober 2011.
dari
Diakses