Anda di halaman 1dari 10

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

AL-MUSADDADIYAH GARUT
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH

TUJUAN HUKUM PIDANA


DAN
ASAS LEGALITAS DALAM HUKUM PIDANA

Dipresentasikan oleh :
Kelompok 4

Fikran Ashil Azzurri 18110030 Nosti Rostini18110017

Fahmi Ahmad Hasan 18110029 Diani Ajwasyifa18110010


SELAYANG PANDANG
Manusia memiliki sifat berkuasa yang dapat berbuat dan berkehendak sesuai
dengan keinginannya. Apabila keinginan serta kemauannya ini tidak dibatasi,
maka manusia juga dapat menjadi ancaman bagi manusia lainnya. Bahkan sifat
kekuasaan manusia dapat mengeksploitasi serta mengeksplorasi dunia.
Sehingga hukum diciptakan salah satunya untuk membatasi ruang gerak
manusia agar tidak berbuat sesuai dengan kehendak dirinya sendiri.

Hukum Pidana di Indonesia saat ini dirasa kurang memenuhi suatu keadilan
serta ketentraman dalam kehidupan bermasyarakat, sebab banyakan suatu
tindak pidana yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan hukum itu tidak lagi
diposisikan sebagai kontrol sosial, melainkan pemanfaatan dalam corong sikap
kejahatan. Hal tersebut timbul karena kurangnya efek jera dari segelintir orang
yang tidak bertanggung jawab terhadap hukum itu sendiri.
PASAL PER-PASAL
Tujuan Hukum Pidana Menurut Para Ahli

Asas Legalitas Dalam Hukum Pidana

Penerapan Asas Legalitas di Indonesia

Sebuah Kesimpulan

Daftar Referensi
TUJUAN HUKUM PIDANA MENURUT
PARA AHLI
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa para ahli memaparkan tujuan-tujuan yang
berkaitan dengan hukum pidana. Hal ini tidak terlepas dari sumbangsih pelopor hukum yang
bergelut di bidang hukum.

EY Kanter dan SR Sianturi menyebutkan bahwa tujuan dari hukum pidana itu pada umumnya
adalah untuk melindungi kepentingan individu atau hak-hak asasi manusia dan melindungi
kepentingan masyarakat serta negara dengan pertimbangan yang serasi dari kejahatan atau
tindakan tercela di satu pihak dan dari tindakan penguasa yang sewenang-wenang di pihak lain.

Kemudian, menurut Remmelink hukum pidana bukan bertujuan pada diri sendiri, melainkan
untuk menegakkan tertib hukum, melindungi masyarakat secara hukum, dan penjagaan tertib
sosial.

Dalam literatur berbahasa inggris, tujuan hukum pidana dikenal dengan tiga R dan satu D. Tiga
R adalah Reformation, Restrant, dan Retribution. Dan D ialah Deterrence yang terdiri atas
individual deterrence dan general deterrence atau pencegahan khusus dan pencegahan umum.
LANJUTAN ...
Reformation berarti memperbaiki atau merehabilitasi penjahat menjadi orang baik dan
berguna bagi masyarakat. Reformasi perlu digabung dengan tujuan lain, seperti halnya
pencegahan. Adapun yang perlu ditingkatkan dalam sistem reformasi ini yaitu intensitas
latihan di penjara.

Restraint maksudnya adalah mengasingkan pelanggar dari masyarakat. Dengan


tersingkirnya pelanggar hukum dari masyarakat berarti masyarakat itu akan menjadi lebih
aman. Karena masyarakat memerlukan perlindungan fisik dari perampok bersenjata dan
penodong daripada orang yang melakukan penggelapan.

Retribution merupakan bentuk pembalasan terhadap pelanggar karena telah melakukan


kejahatan.

Deterrence berarti menjera atau mencegah sehingga terdakwa baik individu maupun orang
lain yang berpotensi menjadi penjahat akan jera atau takut untuk melakukan kejahatan
karena melihat pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa.
ASAS LEGALITAS DALAM HUKUM
PIDANA
Asas legalitas merupakan salah satu dari beberapa asas hukum yang paling tua dalam sejarah
peradaban manusia. Keberadaan asas ini tidak sulit ditemukan dalam berbagai ketentuan
hukum nasional bagi negara. Asas legalitas dipertahankan sebagai perlindungan terhadap
potensi kesewenang-wenangan dalam penyelenggaraan hukum pidana.

Roeslan Saleh menegaskan tujuan utama dari asas hukum ini yaitu untuk menormakan fungsi
pengawasan dari hukum pidana itu sendiri agar jangan sampai disalahgunakan oleh
pemerintah (pengadilan yang berkuasa.

Di Indonesia, asas legalitas ini dapat ditemui dalam rumusan pasal 1 ayat 1 Kitab Undang-
undang Hukum Pidana dalam bahasa Belanda berbunyi, “Geen feit is strafbaar dan uit kracht
van eene daaraan voorafgegane wettelijke strafbepaling”, yang artinya tidak ada suatu perbuatan
yang dapat dihukum, kecuali berdasarkan ketentuan pidana menurut undang-undang yang
telah ada terlebih dahulu daripada perbuatan itu sendiri.
LANJUTAN ...
Termaktub dalam pasal 1 ayat (1) KUHP bahwa “Tiada suatu perbuatan dapat dipidana,
kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam perundang-undangan yang telah ada, sebelum
perbuatan dilakukan.”

Dalam hukum pidana, asas legalitas menentukan bahwa tidak ada perbuatan yang dilarang
dan diancam dengan pidana jika tidak ditentukan terlebih dahulu dalam undang-undang.
Asas legalitas, dalam bahasa latin dikenal dengan Nullum dellictum nulla poena sine praevia
lege poenalli. Kurang lebih artinya yakni tidak ada delik, tidak ada pidana tanpa peraturan
terlebih dahulu. Secara singkat, asas legalitas menyatakan bahwa tidak ada dipidana jika
belum ada aturannya.

Anselm Von Feuerbach, pada bukunya “Lehrbuch des peinlichen Recht” (1801), bahwa ada tiga
istilah yang berkaitan dengan asas legalitas sesuai dengan fungsinya sebagai perlindungan
hukum pidana, yakni : (a). Nulla poena sine lege, yang berarti tidak ada pidana tanpa
ketentuan pidana menurut undang-undang, (b). Nulla poena sine crimine, yang berarti tidak
ada pidana tanpa perbuatan pidana, (c) Nullum crimen sine poena legalli, yang berarti tidak
ada perbuatan pidana tanpa pidana menurut undang-undang.
PENERAPAN ASAS LEGALITAS DI
INDONESIA
Berkaitan dengan waktu
& tempat perbuatan
Jika suatu perbuatan yang memenuhi rumusan delik yang
dilakukan sebelum berlakunya ketentuan yang
bersangkutan, maka bukan saja hal itu tidak dapat dituntut
tetapi untuk orang yang bersangkutan sama sekali tidak
dapat dipidanakan.

Pasal 1 ayat (1) KUHP


Ada dua implikasi yang diakibatkan dari 2 makna asas
legalitas dalam pasal tersebut, yakni; larangan
menggunakan analogi (prinsip non analogi) dan keharusan
menggunakan undang-undang pidana yang berlaku saat
perbuatan dilakukan.
SEBUAH KESIMPULAN
Indonesia, sebagai negara hukum tentu memiliki suatu hukum yang memang bertujuan
demi kepentingan sosial dan mencapai keadilan. Hadirnya hukum pidana di Indonesia
memiliki peranan penting sehingga hak & kewajiban masyarakat dapat terlaksana dengan
baik. Tuntutan sebagai warga negara Indonesia, sudah sepatutnya kita melaksanakan dan
menaati hukum pidana yang berlaku. Dan diharapkan para pelaku kejahatan mendapat
efek jera dari adanya hukum pidana ini.

Substansi dari asas legalitas dalam hukum pidana, yaitu termanifestasi dalam tiga makna
istilah belanda sebagaimana yang sudah dijelaskan oleh beberapa ahli hukum, diantaranya,
tidak ada pidana tanpa ketentuan undang-undang, tidak ada pidana tanpa kejahatan, dan
tidak ada perbuatan pidana tanpa pidana menurut undang-undang.

Dalam penerapannya asas legalitas dapat dikecualikan terutama dalam terjadinya kejahatan
terhadap hak asasi manusia. Pelaku dapat dihukum dengan ketentuan hukum yang dibuat
kemudian untuk menjamin keadilan, meskipun dengan mengenyampingkan kepastian
hukum.
DAFTAR REFERENSI
Danel Aditia Sitgkir. Jurnal “Asas Legalitas dalam Hukum Pidana Nasional
dan Hukum Pidana Internasional”. Vol 1. No 1. 2018.

Andi Hamzah. Buku PDF “Hukum Pidana Indonesia”. 2017. Sinar Grafika:
Jakarta Timur. [Online : https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=qFD5DwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR1&dq=tujuan+hukum+pidan
a+menurut+para+ahli&ots=GrsphbUrRm&sig=Ty7heFoqNUqXk4q7LTmewr
yvZVY&redir_esc=y#v=onepage&q=tujuan%20hukum%20pidana
%20menurut%20para%20ahli&f=false]

JDIH Pemerintah Yogyakarta. Artikel “Asas Legalitas dalam Hukum Pidana”.


2012. [Online : https://hukum.jogjakota.go.id/index.php/articles/read/48]

Anda mungkin juga menyukai