Diusulkan oleh:
E1A020036
FAKULTAS HUKUM
2023
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini telah menyelesaikan skripsi dengan judul:
NIM E1A020036
Disetujui oleh
Pembimbing 1 Pembimbing 2
i
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Indonesia adalah negara hukum dan demokrasi yang
mengagungkan HAM demi harkat dan martabat manusia. Maka dari itu,
Indonesia tumbuh secara demokratis dengan hukum yang hidup dan
berjalan dengan masyarakatnya, hukum yang harus membuat kehidupan
masyarakat yang tentram dan teratur. Maka, hukum tersebut juga butuh
ditegakkan, demi membela dan melindungi hak-hak setiap warga Negara.
Tanpa hukum negara demokratis tidak mungkin dapat terwujud.
Penegak hukum diantaranya adalah hakim, ketika dalam
menyelesaikan suatu masalah, kehakiman memiliki wewenang yang bebas,
artinya kebebasan hakim dalam mengadili suatu perkara wajib
mencerminkan perasaan keadilan masyarakat dan bukan perasaan keadilan
hakim itu sendiri. Dengan berpegang kepada objektivitas, setiap perkara
yang diajukan wajib diperiksa dan diadilinya dengan baik. Tidak seorang
hakim pun yang dapat menolak perkara dengan alasan tidak tahu atau
kurang jelas. 1
Kalau suatu perkara kurang jelas, kewajiban hakim
memperjelas dengan menciptakan hukum baru yang seadil-adilnya.
Di dalam mekanisme pembuktian dalam hukum acara pidana dapat
diartikan sebagai suatu upaya mendapatkan keterangan-keterangan melalui
alat-alat bukti dan barang bukti guna memperoleh suatu keyakinan atas
benar tidaknya perbuatan pidana yang didakwakan serta dapat mengetahui
ada tidaknya kesalahan pada diri terdakwa. Dasar hukum tentang
pembuktian dalam hukum acara pidana mengacu pada pasal 183-189
KUHAP (Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana). Hal itu
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat melalui putusannya itu. Proses
1
Abdul Zikri Pratama “PENDAPAT HUKUM DARI PIHAK LAIN (AMICUS CURIAE)
SEBAGAI PERTIMBANGAN HAKIM PADA PERKARA TINDAK PIDANA”.Medan.2021.Hlm
06
1
2
2
Linda Ayu Pralampita “Kedudukan Amicus Curiae Dalam Sistem Peradilan Di
Indonesia”.Yogyakarta.2020.Hlm 559
3
2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan bahan masukan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Hukum Acara Pidana
Khususnya mengenai Kedudukan Amicus Curiae dalam Penyelesaian
tindak pidana dan dapat memberikan masukan bentuk-bentuk tentang
kedudukan Amicus Curiae dalam pembuktian tindak pidana.
V. Kerangka Teori
5
Amicus Curiae sendiri tidak termasuk kedalam alat bukti yang ada
pada hukum acara pidana, tetapi di Indonesia praktiknya sudah dilakukan,
dalam berbagai perkara pidana, seperti perkara pembunuhan Brigadir J.
3
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
4
Pasal 184 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
6
Amicus Curiae tidak bisa dikatakan sebagai saksi ahli, karena saksi ahli
tidak bisa sembarang orang, tetapi keterangan yang diberikan oleh seorang
yang memiliki keahlian khusus, seperti ahli kedokteran, ahli hukum acara,
dan lain-lain.5 Sedangkan Amicus Curiae tidak harus orang yang
mempunyai keahlian khusus seperti saksi ahli, masyarakat biasapun bisa
menjadi Amicus Curiae asalkan seseorang itu mengikuti kasus yang ada.
7
Secara garis besar amicus curiae adalah konsep yang
memungkinkan pihak ketiga, yaitu mereka yang merasa berkepentingan
terhadap perkara di pengadilan namun tidak terlibat langsung dalam
perkara, kepentingan tersebut hanya dalam bentuk pemberian opini pada
ranah pengadilan dan hanya menjadi bahan pertimbangan Keterangan dari
Amicus Curiae ini dapat berupa tulisan ataupun diberikan secara lisan di
dalam persidangan, berkas secara tertulis biasanya disebut sebagai Amicus
Brief.
5
Linda Ayu Pralampita “Kedudukan Amicus Curiae Dalam Sistem Peradilan Di
Indonesia”.Yogyakarta.2020.Hlm 569
6
Linda Ayu Pralampita “Kedudukan Amicus Curiae Dalam Sistem Peradilan Di
Indonesia”.Yogyakarta.2020.Hlm 566
7
Nia Juniawati Ma’ruf “KEDUDUKAN AMICUS CURIAE DALAM PENYELESAIAN
TINDAK
PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK DI PENGADILAN”.Yogyakarta.2018.Hlm 26
7
8
Pia Ardygarini “ANALISIS HUKUM TERHADAP PENDAPAT AMICUS CURIAE PADA
PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PENGHINAAN”.Makassar.2014,Hlm 60
8
Amicus Curiae tidak termasuk kedalam alat bukti yang ada pada hukum acara pidana, tetapi
di Indonesia praktiknya sudah dilakukan. Di Indonesia ketentuan terkait Amicus Curiae belum
diatur lebih lanjut. Amicus Brief biasanya diserahkan langsung ke Pengadilan walaupun
belum tentu Amicus Brief tersebut akan dijadikan pertimbangan oleh hakim untuk memutus
suatu perkara. Oleh karena itu dalam sebuah penelitian ini, penulis mencoba mengkaji
putusan hakim dalam perkara Nomor 796/Pid.B/2022/PN Jkt.Sel.
RUMUSAN MASALAH
KERANGKA TEORI
1. Amicus Curiae
2. Kekuasaan Kehakiman
3. Pertimbangan Hakim
4. Teori Penjatuhan Putusan
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
metode pendekatan kualitatif,, yaitu menjawab dan memecahkan serta
pendalaman secara menyeluruh dan utuh dari objek yang diteliti guna
menghasilkan kesimpulan yang bersifat deskriptif sesuai dengan
kondisi tertentu. Dengan menggali data-data kualitatif, maka tidak
memunculkan angka-angka tetapi lebih kepada kualitas dan bukan
kuantitasnya.
B. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif analitis, yaitu penelitian yang menggambarkan peraturan
perundang-undangang yang berlaku dikaitkan dengan teori-teori
hukum positif yang menyangkut permasalahan yang sedang diteliti.
Kemudian dari gambaran tersebut dianalisa yang bertujuan untuk
mendapatkan hasil atau jalan keluar yang lebih spesifik yang sesuai
dengan produk hukum atau peraturan yang berlaku. Penggunaan teknik
analisis kualitatif mencakup semua data penelitian yang telah diperoleh
dari wawancara, sehingga membentuk deskripsi yang mendukung
kualifikasi kajian ini.
C. Sumber Data
1.) Sumber Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil
penelitian di lapangan, yaitu dilakukan dengan cara mewawancarai
langsung petugas kepolisian terkait, petugas pengadilan yang
mengadili, termasuk hakim, hal tersebut untuk memperoleh
informasi guna melengkapi data.
9
10
9
Bahan hukum sekunder berupa semua tentang
hukum yang merupakan dokumen-dokumen resmi seperti
yurisprudensi, dan hasil-hasil symposium mutakhir yang
berkaitan dengan topik penelitian. Publikasi hukum
meliputi buku-buku yang terkait dengan masalah yang
dikaji, hasil-hasil penelitian dan hasil karya dari kalangan
hukum.
9
Syamsudin M.Operasionalisasi Penelitian Hukum.(Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada, 2007).
12
E. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
Pertimbangan penulis memilih lokasi penelitian tersebut berhubungan
dengan proses pengumpulan data penelitian sebagai salah satu unsur
penting dalam suatu penelitian. Di samping itu, pada lokasi penelitian
tersebut tersedia cukup data yang relevan dengan masalah yangditeliti
dalam penulisan penelitian ini.
F. Analisa Data
Analisis data adalah kegiatan memfokuskan, mengabstraksikan,
mengorganisasikan data secara sistematis dan rasional untuk
memberikan bahan jawaban terhadap permasalahan. Analisis data
menguraikan tentang bagaimana memanfaatkan data yang terkumpul
untuk dipergunakan dalam memecahkan permasalahan penelitian.10
11
Teknik analisis data yang digunakan melalui pendekatan
kualitatif, menajwab dan memecahkan serta pendalaman secara
menyeluruh dan utuh dari objek yang diteliti guna menghasilkan
kesimpulan yang bersifat deskriptif sesuai dengan kondisi tertentu.
10
Syamsudin M.Operasionalisasi Penelitian Hukum.(Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada, 2007).
11
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), hlm. 248.
13
BUKU
Moleong, L. J. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Reamrya Rodaskarya.
Syamsudin, M. (2007). Operasionalisasi Penelitian Hukum. Jakarta:
PT. Raja Grasindo Persada.
Dr. Jonaedi Efendi, S.H.I., M.H., Prof. Dr. Johnny Ibrahim, S.H., S.E.,
M.M., M.Hum. (2020). Metode penelitian hukum normatif dan
empiris. Jakarta: Kencana.
JURNAL ILMIAH
Fachrul Rozi, 2018 “SISTEM PEMBUKTIAN DALAM PROSES
PERSIDANGAN PADA PERKARA TINDAK PIDANA”.
Linda Ayu Pralampita, 2020 “Kedudukan Amicus Curia Dalam Sistem
Peradilan Di Indonesia”.
Dewa Gede Edi Praditha, 2023 “Posisi Amicus Cureae Dalam Tata
Peradilan Indonesia”.
Azman Rishad, Sri Wiyanti Eddyono, 2018 “PERAN AMICUS
CURIAE BAGI HAKIM DALAM MENJATUHKAN
PUTUSAN DI DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA
DI INDONESIA”.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
- Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;
- Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana;
- Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 06/PMK/2005;
14
- Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik;
- UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
PUTUSAN PENGADILAN
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor:
796/Pid.B/2022/PN Jkt.Sel.
WEBSITES
Aida Mardatillah. “Mendorong Pelembagaan Amicus Curiae dalam
Sistem Hukum Indonesia”.
https://www.hukumonline.com/berita/a/mendorong-pelembagaan-
amicus-curiae-dalam-sistem-hukum-indonesia-lt5e943879e2606.
Diakses pada 6 Juni 2023.
15