Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan selalu diikuti dengan kemajuan teknologi. Hal ini
terbukti dengan banyaknya penemuan dalam bidang teknologi guna memenuhi kebutuhan
hidup manusia dalam melakukan berbagai aktivitas sehari-hari. Pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di Indonesia melibatkan Negara-negara lain. Dalam banyak
proyek pengembangan ilmu pengetahuan seperti penelitian-penelitian, beasiswa, dan institusi
pendidikan, Negara-negara lain banyak terlibat baik dari segi pembiayaan maupun segi
pengadaan fasilitas.
Modernisasi berarti proses menuju masa kini atau proses menuju masyarakat yang
modern. Modernisasi dapat pula berarti perubahan dari masyarakat tradisional menuju
masyarakat yang modern. Jadi, modernisasi merupakan suatu proses perubahan di mana
masyarakat yang sedang memperbaharui dirinya berusaha mendapatkan ciri-ciri atau
karakteristik yang dimiliki masyarakat modern. Selain itu, ini juga menunjukkan suatu proses
dari serangkaian upaya untuk menuju atau menciptakan nilai-nilai (fisik, material dan sosial)
yang bersifat atau berkualifikasi universal, rasional, dan fungsional.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1) Apakah yang dimaksud modernisasi dan bagaimana sejarahnya?
2) Apa saja teori-teori modernisasi?
3) Bagaimana syarat modernisasi?
4) Bagaimana gejala modernisasi?
5)Bagaimana dampak positif dan negatif modernisasi?
6)bagaimanan asumsi teoritis dan metedologi?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1
1.

Pengertian dan Sejarah Modernisasi


Pengertian Modernisasi

Modernisasi merupakan suatu proses perubahan yang menuju pada tipe sistem-sistem
sosial, ekonomi, dan politik yang telah berkembang di Eropa Barat dan Amerika Utara pada
abad ke-17 sampai 19. Sistem sosial yang baru ini kemudian menyebar ke negara-negara
Eropa lainnya serta juga ke negara-negara Amerika Selatan, Asia, dan Afrika. Modernisasi
diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak dari keadaan yang
tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu masyarakat yang modern.
Pengertian modernisasi berdasar pendapat para ahli adalah sebagai berikut.
Widjojo Nitisastro, modernisasi adalah suatu transformasi total dari kehidupan bersama yang
tradisional atau pramodern dalam arti teknologi serta organisasi sosial, ke arah pola-pola
ekonomis dan politis.
Soerjono Soekanto, modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang terarah yang
didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan social planning.
Dengan dasar pengertian di atas maka secara garis besar istilah modern mencakup pengertian
sebagai berikut:
1) Modern berarti berkemajuan yang rasional dalam segala bidang dan meningkatnya tarat
penghidupan masyarakat secara menyeluruh dan merata.
2) Modern berarti berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya dalam pergaulan hidup
dalam masyarakat.

2.

Sejarah Modernisasi

Teori modernisasi lahir sebagai tanggapan ilmuwan sosial Barat terhadap Perang Dunia
II. Teori ini muncul sebagai upaya Amerika untuk memenangkan perang ideologi melawan
sosialisme yang pada waktu itu sedang populer. Bersamaan dengan itu, lahirnya negaranegara merdeka baru di Asia, Afrika, dan Amerika Latin bekas jajahan Eropa melatar
belakangi perkembangan teori ini. Negara adidaya melihat hal ini sebagai peluang untuk
membantu Negara Dunia Ketiga sebagai upaya stabilitas ekonomi dan politik.
Di awal perumusannya tahun 1950-an, aliran modernisasi mencari bentuk teori dan
mewarisi pemikiran-pemikiran dari teori evolusi dan fungsionalisme. Teori evolusi dan
fungsionalisme pada waktu itu dianggap mampu menjelaskan proses peralihan masyarakat

tradisional menuju masyarakat modern di Eropa Barat, selain juga didukung oleh para pakar
yang terdidik dalam alam pemikiran struktural-fungsionalisme. Teori evolusi
menggambarkan perkembangan masyarakat sebagai gerakan searah seperti garis lurus. Kita
dapat melihatnya dalam karya-karya Spencer dan Comte. Teori fungsionalisme dari Talcott
Parsons beranggapan bahwa masyarakat tidak ubahnya seperti organ tubuh manusia yang
memiliki berbagai bagian yang saling bergantung.

Selain itu, teori modernisasi pun didukung oleh tokoh-tokoh seperti Neil Smelser dengan
teori diferensiasi strukturalnya. Smelser beranggapan dengan proses modernisasi,
ketidakteraturan struktur masyarakat yang menjalankan berbagai fungsi sekaligus akan dibagi
dalam substruktur untuk menjalankan satu fungsi yang lebih khusus. Sedangkan Rostow yang
menyatakan bahwa ada lima tahapan pembangunan ekonomi. Ia merumuskannya ke dalam
teori tahapan pertumbuhan ekonomi, yaitu tahap masyarakat tradisional, prakondisi lepas
landas, lepas landas, bergerak ke kedewasaan, dan berakhir dengan tahap konsumsi massal
yang tinggi. Di samping itu, ada beberapa varian teori modernisasi lain seperti Coleman
dengan diferensiasi dan modernisasi politik-nya, Harrod-Domar yang menekankan
penyediaan modal untuk investasi pembangunan, McClelland dengan teori need for
Achievement (n-Ach)-nya, Weber dengan Etika Protestan-nya, Hoselitz yang membahas
faktor-faktor nonekonomi yang ditinggalkan Rostow yang disebut faktor kondisi
lingkungan, dan Inkeles yang mengemukakan ciri-ciri manusia modern.
Satu hal yang menonjol dari teori ini adalah modernisasi seolah-olah tidak
memberikan celah terhadap unsur luar yang dianggap modern sebagai sumber kegagalan,
namun lebih menekankan sebagai akibat dari dalam masyarakat itu sendiri. Alhasil faktor
eksternal menjadi terabaikan. Teori modernisasi memberikan solusi, bahwa untuk membantu
Dunia Ketiga termasuk kemiskinan, tidak saja diperlukan bantuan modal dari negara-negara
maju, tetapi negara itu disarankan untuk meninggalkan dan mengganti nilai-nilai tradisional
dan kemudian melembagakan demokrasi politik. Karena berpatokan dengan perkembangan di
Barat, modernisasi diidentikkan dengan westernisasi. Teori ini pun kurang mampu menjawab
kegagalan penerapannya di Amerika Latin, tidak memperhatikan kondisi obyektif
masyarakat, sejarah dan tradisi lama yang masih berkembang di Negara Dunia Ketiga. Untuk
menjawabnya, muncullah teori modernisasi baru. Bila dalam teori modernisasi klasik, tradisi
dianggap sebagai penghalang pembangunan, dalam teori modernisasi baru, tradisi dipandang
sebagai faktor positif pembangunan. Namun, tetap saja baik teori modernisasi klasik, maupun
baru, melihat permasalahan pembangunan lebih banyak dari sudut kepentingan Amerika
Serikat dan negara maju lainnya.

2.2 Teori Modernisasi

Berdasarkan pada teori pembagian kerja secara internasional, maka secara umum di
dunia ini terdapat dua kelompok negara, yaitu kelompok negara yang memproduksi hasil

pertanian dan kelompok negara yang memproduksi barang industri. Pada kedua kelompok
negara ini terjadi hubungan dagang dan keduanya menurut teori diatas saling
menguntungkan. Tetapi setelah beberapa puluh tahun kemudian, muncul suatu permasalahan
bahwa neraca perdagangan kedua kelompok negara ini berbeda, yang dimana negara yang
memproduksi barang industri mendapatkan keuntungan yang besar dan semakin kaya
sedangkan negara yang memproduksi hasil pertanian mendapatkan hasil yang kurang
menguntungkan dan lebih tertinggal (miskin). Dari permasalahan diatas maka muncul
beberapa teori modernisasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli, yang menjelaskan tentang
kemiskinan disebabkan oleh beberapa faktor yang terdapat di dalam negara tersebut.
Beberapa teori yang tergolong kedalam kelompok teori modernisasi
yaitu:

1) Teori Harrod Domar : Modal dan Investasi


Roy Harrod dan Evsey Domar adalah ahli ekonomi yang berbicara tentang teori
ekonomi pembangunan yang menekankan pada penyediaan modal dan investasi. Mereka
berkesimpulan bahwa pembangunan akan berhasil dan terlaksana dengan baik jika
pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya modal dan
investasi.
2) Teori Max Weber : Etika Protestan
Max Weber adalah seorang sosiolog jerman yang dianggap bapak sosiolog modern.
Teori Max Weber menekankan tentang nilai-nilai budaya yang menjelaskan tentang peran
agama dalam pembentukan kapitalisme. Peran agama yang dikemukakan disini mempunyai
peran yang menentukan dalam mempengaruhi tingkah laku individu. Kalau nilai-nilai yang
hidup dalam masyarakat dapat diarahkan kepada sikap yang positif terhadap pertumbuhan
ekonomi, maka proses pembangunan dalam masyarakat dapat terlaksana.

3) Teori David McCleland : Dorongan Berprestasi atau n-Ach


David McCleland adalah seorang ahli psikologi sosial. Teori ini menekankan pada
aspek-aspek psikologi individu. Bagi McCleland, dengan mendorongnya proses
pembangunan berarti membentuk manusia wiraswasta dengan n-Ach yang tinggi. Kalau
manusia wiraswasta ini dapat dibentuk dalam jumlah yang banyak, maka proses
pembangunan
dalam
masyarakat
tersebut
dapat
terlaksana
dengan
baik.
David Mc Clelland sering dianggap sebagai salah satu tokoh penting dalam teori
modernisasi. Jika teori pertumbuhan Rostow lebih merupakan teori ekonomi, sedangkan teori
yang di kemukakan oleh David McCleland berangkat dari perseptif psikologi social. Dalam
bukunya The Achieverment Motive in Economic Growth, McCleland memberikan dasar-

dasar tentang psikologi dan sikap manusia, kaitannya dengan bagaimana perubahan social
terjadi. Menceritakan tentang sejarah manusia sejak awal selalu di tandai dengan jatuh
bangunnya suatu kebudayaan. Bangkitnya suatu kebudayaan, menurut Kroeber adalah
bersifat episodis dan terjadi dalam lapangan aspek yang berbeda. Misalnya kehidupan Itali
zaman Romawi Kuno melahirkan kebudayaan bidang hokum, politik, dan militer, tetapi pada
waktu yang lain yaitu zaman Renaisanced mereka melahirkan kebudayaan bidang seni,
music, sastra, dan pengetahuan.

4) Teori W.W. Rostow : Lima Tahap Pembangunan


W.W. Rostow, seorang ekonomi Amerika Serikat, menjadi bapak teori pembangunan
dan pertumbuhan. Teori mempengaruhi model pembangunan di hampir semua dunia ketiga.
Pikiran Rostow pada dasarnya dikembangkan dalam konteks perang dingin serta
membendung pengaruh sosialisme. Itulah makanya pikiran rostow pertama dituangkan dalam
makalah secara jelas sebagai manifesto non-komunis.
Teori Rostow tentang pertumbuhan pada dasarnya merupakan sebuah versi tentang
dari teori modernisasi dan pembangunan, yakni suatu teori yang meyakini bahwa faktor
manusia ( bukan struktur dan sistem ) menjadi focus utama perhatian mereka. Teori
pertumbuhan adalah suatu bentuk teori modernisasi yang menggunakan metafora
pertumbuhan, yakni tumbuh sebagai organisme. Rostow melihat perubahan sosial, yang di
sebutnya sebagai pembangunan, sebagai pembangunan, sebagai proses evolusi perjalanan
dari tradisional ke modern. Asumsinya adalah bahwa semua masyarakat termasuk masyarakat
barat pernah mengalami tradisional dan akhirnya menjadi modern . Sikap masyarakat
tradisional dianggap sebagai masalah. Seperti pandangan Rostow dan pengikutnya,
pengembangan akan berjalan secara hampir otomatis melalui akumulasi modal ( tabungan
dan investasi ) dengan tekanan bantuan dan hutang luar negri. Dia memfokuskan pada
perlunya elit wirasuasta yang menjadi motor proses itu.
Dalam hal lain perhatian Rostow bukan hanya pada masalah ekonomi dalam arti
sempit tetapi juga meluas pada masalah sosiologi dalam proses pembangunan, meskipun titik
berat analisisnya masih tetap pada masalah ekonomi. Bagi Rostow sendiri pembangunan
merupakan proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni dari masyarakat yang
terbelakang ke masyarakat yang maju.
Menurut Rostow proses perkembangan ekonomi dasar dapat dibedakan dalam lima
tahap dan setiap negara di dunia dapat digolongkan ke dalam salah satu dari kelima tahap
pertumbuhan ekonomi yang dijelaskannya. Kelima tahap pertumbuhan itu adalah ;
1. Masyarakat Tradisional (the traditional society)
2. Prasyarat untuk lepas landas (the precondition for take-off)
3. Lepas landas (take off)
4. Gerakan ke arah kedewasaan (the drive to maturity), dan

5. Masa konsumsi tinggi (the age of high mass consumption)

1. Masyarakat Tradisonal
Rostow mengartikan tahap masyarakat tradisional sebagai suatu masyarakat yang
strukturnya berkembang didalam fungsi produksi yang terbatas, yang didasarkan kepada
teknologi, ilmu pengetahuan, dan sikap masyarakat sebelum masa Newton. Yang dimaksud
oleh Rostow dengan masyarakat sebelum masa Newton adalah suatu masyarakat yang masih
menggunakan cara-cara berproduksi yang relatif primitif dan cara hidup masyarakat yang
masih sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dicetuskan oleh nilai-nilai yang tidak rasional,
tetapi oleh kebiasaan yang telah berlaku secara turun-temurun.
Menurut Rostow dalam suatu masyarakat tradisional tingkat produksi perkapita dan
tingkat produktivitas pe-kerja masih sangat terbatas, oleh sebab itu sebagian sumber daya
masyarakat digunakan untuk kegiatan sektor pertanian. Dalam sektor ini stuktur sosialnya
sangat bersifat hierarkis, yaitu anggota masyarakat mempunyai kemungkianan yang sangat
kecil sekali untuk mengadakan mobilitas secara vertikal. Maksudnya disini, kedudukan
seseorang dalam masyarakat akan berbeda dengan kedudukan ayahnya, kakenya, dan nenek
moyangnya. Kecil sekali kemungkinan seorang anak petani menjadi tuan tanah atau kelas
masyarakat lain yang lebih tinggi dari petani. Jadi hubungan keluarga dan kesukuan sangat
besar sekali pengaruhnya terhadap organisasi yang tedapat dalam masyarakat dan dalam
menentukan kedudukan sesorang dalam masyarakat.
Mengenai kegiatan politik dan pemerintahan dalam tahap masyarakat tradisional,
Rostow menggambarkan bahwa walaupun kadang-kadang terdapat sentralisasi dalam
pemerintahan, pusat dari kekuasaan politik terdapat di daerah-daerah, ditangan tuan-tuan
tanah yang berkuasa dalam berbagai daerah. Kebijaksanaan pemerintah pusat selalu
dipengaruhi oleh pandangan tuan-tuan tanah di berbagai daerah tersebut.

2. Prasyarat Untuk Lepas Landas

Rostow mengartikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan


perubahan ciri-ciri penting dari suatu masyarakat: yaitu perubahan dalam sistem politiknya,
struktur sosialnya, nilai-nilai masyaraktnya, dan stuktur kegiatan ekonominya. Apabila
perubahan-perubahan seperti itu muncul, maka proses pertumbuhan ekonomi dapatlah
dikatakan sudah mulai berlaku (wujud). Suatu masyarakat yang telah mencapai taraf proses
pertumbuhan demikian sifatnya, yaitu pertumbuhan ekonomi sudah lebih sering terjadi, sudah

bolehlah dianggap sebagai berada pada tahap prasayarat untuk lepas landas. Rostow
mendefinisikan tahap ini sebagai suatu masa transisi pada ketika dimana suatu masyarakat
telah mempersiapkan dirinya, untuk dipersiapkan dari luar untuk mencapai pertumbuhan
yang mempunyai kekuatan untuk terus berkembang (self-sustained growth). Menurut
Rostow pada tahap ini dan sesudahnya pertumbuhan ekonomi akan berlangsung secara
otomatis.
Tahap prasyarat untuk untuk lepas landas dibedakan oleh Rostow dalam dua bentuk.
Yang pertama adalah prasyarat lepas landas yang dicapai oleh negara-negara Eropa, Asia,
Timur Tengah, dan Afrika; yang dilakukan dengan merombak masyarakat tradisional yang
sudah lama ada. Bentuk yang kedua adalah yang dicapai oleh negara negara seperti Amerika
serikat, Kanada, Australia, dan Selandia baru, yang dapat mencapai tahap prasyarat lepas
landas tanpa harus merombak sistem masyarakat tradisional karena masyarakat di negaranegara itu terdiri dari imigran yang telah mempunyai sifat-sifat yang diperlukan oleh sesuatu
masyarakat untuk tahap prasyarat lepas landas.

3. Lepas Landas

Dalam tahap lepas landas pertumbuhan merupakan peristiwa yang selalu terjadi.
Awal dari masa lepas landas adalah masa berlangsungnya perubahan yang sangat drastis
dalam masyarakat, seperti revolusi politik, terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi
atau berupa terbukanya pasar-pasar baru. Jadi faktor penyebabnya dimulainya masa lepas
landas berbeda-beda. Yang penting, sebagai akibat dari perubahan-perubahan ini secara
teratur akan tercipta pembaruan-pembaruan (innovasions) dan peningkatan penanaman
modal. Dan, penanaman modal yang makin bertambah tinggi tingkatnya ini mengakibatkan
tingkat pertambahan pendapatan nasional menjadi bertambah cepat dan akan melangkahi
tingkat pertambahan penduduk. Dengan demikian tingkat pendapatan perkapita makin lama
akan menjadi makin bertambah besar.

Tiga ciri tahap lepas landas

1.

Terwujudnya kenaikan dalam penanaman modal yang produktif dari lebih kurang 5 persen
menjadi 10 persen dari Produk Nasional Neto (Neto Natioanl Product atai NNP).

2.
3.

Terjadinya peningkatan satu atau bebrapa sektor industri dengan tingkat laju perkembangan
yang tinggi.
Adanya suatu Platform politik, sosila, dan institusional baru yang akan menjamin
berlangsungnya segala tuntutan perluasan di sektor modern, dan potensi ekonomi ekstern
(external economies) yang ditimbulkan oleh kegiatan lepas landas, sehingga pertumbuhan
dapat terus-menerus berjalan.
Dalam ciri yang ke-tiga di atas termasuk pula kemampuan untuk mengerahkan modal dari
sumber-sumber dalam negeri, karena kenaikan tabungan dalam negeri besar sekali
peranannya dalam menciptakan tahap lepas landas. Inggris dan Jepang misalnya, mencapai
masa lepas landas tanpa sedikitpun mengimpor modal.
Rostow menekankan tentang perlunya kenaikan tingkat penanaman modal sebagai
prasyarat untuk mencapai lepas landas karena hanya dengan terciptanya keadaan tersebut
perekonomian dapat berkembang lebih laju daripada tingkat pertambahan penduduk.
Misalkan suatu perekonomian mengalami pertambahan penduduk sebesar 1 sampai 1,5
persen dan rasio modal produksinya (capital output ratio) adalah 3,5 persen dari pendapatan
nasional hanya untuk menjaga agar tingkat kesejahteraan masyarakat tidak mengalami
penurunan. Tingkat penanaman modal sebesar itu akan menciptakan pertambahan dalam
pendapatan nasional sebesar 1 sampai 1,5 persen, berarti sama dengan tingkat pertumbuhan
penduduk. Dengan demikian, untuk menciptakan kenaikan tingkatpendapatan perkapita,
tingkat penanaman modal yang diperlukan haruslah lebih besar dari 5,25 persen.

4. Gerakan Ke arah Kedewasaan

Tahap pembangunan yang berikut adalah gerakan ke arah kedewasaan, yang diartikan
oleh Rostow sebagai: masa di mana masyarakat sudah efektif menggunakan teknologi
modern pada sebagian besar faktor produksi dan kekayaan alamnya.
Dalam tahap ini sektor-sektor ekonomi berkembang lebih lanjut, sektor-sektor pelopor
baru akan muncul untuk menggantikan pelopor lama yang akan mengalami kemunduran.
Sektor-sektor pemimpinan pada tahap gerakan ke arah kedewasaan coraknya ditentukan oleh
perkembangan teknologi, kekayaan alam, sifat tahap lepas landas yang berlaku, dan juga oleh
bentuk kebijakan pemerintah.
Dalam menganalisis ciri-ciri tahap gerak ke arah kedewasaan, Rostow menekankan
penelaahannya kepada corak perubahan sektor pemimpin dan sektor industri pelopor di
beberapa negara yang sekarang ini telah menjadi negara maju, dan ia menunjukan bahwa di
tiap-tiapp negara tersebut jenis-jenis sektor pemimpin pada tahap sesudah lepas landas
berbeda dengan yang ada pada tahap lepas landas. Di Inggris, misalnya, industri-industri
kecil yang telah mempelopori pembangunan pada tahap lepas landas telah digantikan oleh
industri besi, batu bara, dan peralatan teknik berat. Sedangkan di Amerika Serikat, Perancis,
dan Jerman dimana pengembangan jaringan jalan kereta apai memegang peranan penting
dalam menciptakan pembangunan pada tahap lepas landas, telah digantikan perannya
sebagai sektor pelopor oleh industri baja dan industri peralatan berat.

Selanjutnya Rostow menyinggung ciri-ciri yang bersifat non-ekonomi dari


masyarakat yang telah mencapai tahap gerakan ke arah kedewasaan dan yang hampir
memasuki tahap berikutnya. Ciri-ciri tersebut adalah:
1.

Struktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan. Peranan sektor industri
bertambah penting, sedang sektor pertanian menurun. Kemahiran dan kepandaian para
pekerja bertambah tinggi.
2.
Sifat kepemimpinan dalam perusahaan mengalami perubahan. Peranan manajer profesional
kian bertambah penting dan menggantikan kedudukan pengusaha yang merangkap jadi
pemilik.
3.
Masyarakat secara keseluruhan merasa bosan dengan keajaiban yang diciptakan oleh
industrialisasi. Dan kritik-kritik terhadapnya mulai timbul.

5. Zaman Konsumsi Masal Yang Tinggi


Pada periode ini konsumsi tidak lagi terbatas pada kebutuhan pokok untuk hidup,
tetapi akan meningkat ke kebutuhan yang lebih tinggi. Produksi industri akan berubah, dari
kebutuhan dasar menjadi kebutuhan barang konsumsi yang tahan lama. Pada titik ini
pembangunan sudah merupakan sebuah proses yang berkesinambungan, yang bisa menopang
kemajuan secara terus menerus.
Selain itu juga teori Rostow menekankan pada aspek-aspek non ekonomi untuk
menuju ke proses lepas landas. Baginya untuk menuju ke proses lepas landas harus
memenuhi tiga kondisi yang saling berkaitan, yaitu :
a)

Peningkatan investasi pada sektor produktif

b) Pertumbuhan satu atau lebih sektor manukfaktur yang penting dengan tingkat
pertumbuhan yang tinggi.
c) Perlunya lembaga-lembaga politik dan sosial yang bisa memanfaatkan berbagai
dorongan gerak ekspansi dari sektor ekonomi modern dan akibat yang mungkin terjadi terjadi
dengan adanya kekuatan-kekuatan ekonomi dari luar sebagai hasil dari lepas landas,
disamping itu juga lembaga-lembaga ini bisa membuat pertumbuhan menjadi sebuah proses
berkesinambungan.
Dengan memperhatikan tiga kondisi ini, maka tahap lepas landas dan kemudian tahap
konsumsi masal yang tinggi akan tercapai.
Sejak tahun 1967, pemerintah militer di Indonesia di bawah soeharto menjadi
pelaksanana teori pertumbuhan Rostow ini dan menjadikannya landasan pembangunan
jangka panjang Indonesia yang ditetapkan secara berkala untuk waktu yang lima tahunan,
yang terkenal dengan Pembangunan Lima Tahun ( PELITA ). Dengan demikian, selama
pemerintahan Orde Baru, Indonesia sepenuhnya mengimplementasikan teori pembangunan
kapitalistik yang bertumpuh pada ideology dan teori modernisasi dan adaptasi serta
implementasi teori pertumbuhan tersebut.

5) Teori Bert. F. Hoselitz : Faktor-Faktor Non Ekonomi


Teori Hoselitz membahas tentang faktor-faktor non ekonomi yang ditinggalkan oleh
Rostow. Teorinya menekankan pada perlunya lembaga-lembaga yang diperlukan menjelang
lepas landas. Menurut Hoselitz masalah utama pembangunan bukan hanya sekedar masalah
kekurangan modal, tetapi ada masalah lain yang juga sangat penting yakni adanya
ketrampilan kerja tertentu, yang termasuk didalamnya tenaga wiraswata yang tangguh.
Hoselitz berfikir bahwa, dibutuhkan perubahan kelembagaan pada masa sebelum lepas
landas, yang akan mempengaruhi pemasukan modal menjadi lebih produktif. Perubahan
kelembagaan ini akan menghasilkan tenaga wiraswasta dan administrasi, serta ketrampilan
teknis dan keilmuan yang dimiliki. Oleh karena itu, bagi Hoselitz pembangunan
membutuhkan pemasukan dari beberapa unsur, yaitu :
a) Pemasokan modal besar dan perbankan
Dibutuhkan lembaga-lembaga yang bisa menggerakan tabungan masyarakat dan
menyalurkannya ke kegiatan yang produktif. Ia menyebutkan lembaga perbankanlah yang
lebih efektif. Tanpa lembaga-lembaga seperti ini, maka modal besar yang ada sulit
dikumpulkan sehingga bisa menjadi sia-sia dan tidak menghasilkan pembangunan.

b) Pemasokan tenaga ahli dan terampil


Tenaga yang dimaksud adalah tenaga kewiraswataan, administrator profesional,
insinyur, ahli ilmu pengetahuan, dan tenaga manajerial yang tangguh. Disamping itu juga
perlu di dukung dengan perkembangan teknologi dan sains yang harus sudah melembaga
sebelum masyarakat melakukan lepas landas.

6) Teori Alex Inkeles dan David. H. Smith : Manusia Modern


Teori Alex Inkeles dan David Smith menekankan tentang lingkungan material dalam
hal ini lingkungan pekerjaan. Teori pada dasarnya berbicara tentang pentingnya factor
manusia sebagai komponen penting penopang pembangunan dalam hal ini manusia modern.
Kedua tokoh ini mencoba memberikan ciri-ciri dari manusia modern, seperti : keterbukaan
terhadap pengalaman dan ide baru, berorientasi ke masa sekarang dan masa depan, punya
kesanggupan merencanakan, percaya bahwa manusia bisa menguasai alam. Keduanya
beranggapan, bahwa bagaimanapun juga manusia bisa diubah secara mendasar setelah dia
menjadi dewasa, dan karena itu tidak ada manusia yang tetap menjadi tradisional dalam
pandangan dan kepribadiannya hanya karena dia dibesarkan dalam sebuah masyarakat yang

tradisional. Artinya, dengan memberikan lingkungan yang tepat, setiap orang bisa diubah
menjadi manusia modern setelah dia mencapai dewasa.
Dari hasil penelitiannya, mereka berkesimpulan bahwa pendidikan adalah yang paling
efektif untuk mengubah manusia dan pengalaman kerja dan pengenalan terhadap media
massa. Penemuan ini juga mendukung pendapat Daniel Lerner yang menekankan pentingnya
media massa sebagai lembaga yang mendorong modernisasi.
Perbedaan yang ada pada macam-macam teori yang ada diatas hanya merupakan
perbedaan penekanan aspek yang dianggap penting, baik dalam menciptakan manusia yang
akan membangun maupun dalam mempersiapkan sarana material untuk pembangunan itu
sendiri. Tetapi pada dasarnya, inti dari teori-teori ini adalah sama.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan dari persoalan mengenai mengapa ada
Negara-negara yang tertinggal (miskin). Bagi teori modernisasi cukup jelas, bahwa negaranegara tersebut belum maju atau masih bersifat tradisional atau belum berhasil lepas landas
karena baik orang-orangnya maupun nilai-nilai yang hidup di masyarakat tersebut belum
modern sehingga tidak menopang pembangunan. Maka dari itu, untuk menanggulangi
permasalahan ini perlu diperkenalkan nilai-nilai yang rasional dan sarana atau lembaga
modern untuk menopang proses pembangunan. Demi maksud ini maka perlu campur tangan
dan dunkungan dari Negara-negara yang sudah maju atau modern.
7). Coleman : Pembangaunan Politik yang Berkeadilan
Pendekatan politik Coleman dalam menjelaskan pembangunan Dunia Ketiga mirip
dengan pendekatan sosiologis dari Smelser, karena keduanya memulai pembahasan dengan
menggunakan konsep proses di ferensiasi. Menurut Coleman modernisasi politik, menunjuk
pada proses diferensiasi struktur politik dan sekularisasi budaya politik yang mengarah pada
etos keadilan, dengan tujuan akhir pada penguatan kapasitas sistem politik. Pertama,
diferensiasi dapat dikatakan sebagai salah satu kecenderungan dominan sejarah
perkembangan sistem politik modern. Coleman membatasi pengertian diferensiasi sebagai
proses progresif pemisahan (pembedaan) dan upaya spesialisasi atas peran dan kelembagaan
di dalam sistem politik. Kedua, Coleman berpendapat, bahwa prinsip kesamaan dan keadilan
merupakan etos masyarakat modern. Modernisasi politik, tidak lain diartikan sebagai usaha
yang sungguh untuk merealisasi prinsip keadilan distribusi (khusus dalam bidang ekonomi),
dan merealisasi kemantapan dan meratanya pelaksanaan norma dan hukum universal di
dalam arena hubungan politik antara pemerintah dan rakyat. Ketiga, Coleman menyerukan,
bahwa usaha pembangunan politik yang berkeadilan akan membawa akibat pada
perkembangan kapasitas sistem politik. Modernisasi politik bagi Coleman dapat di ukur
dengan seberapa jauh kapasitas ssistem politik berkembang untuk mampu menghadapi dan
mengatasi krisis-krisis yang diciptakan sendiri dalam proses perkembangannya.

2.3

Syarat-Syarat Suatu Modernisasi

Selain dorongan modernisasi, terdapat pula syarat-syarat modernisasi. Menurut


Soerjono
Soekanto,
syarat-syarat
tersebut
adalah
sebagai
berikut
:
1. Cara berpikir ilmiah (scientific thinking) yang sudah melembaga dan tertanam kuat
dalam kalangan pemerintah maupun masyarakat luas.
2.

Sistem administrasi Negara yang baik dan benar-benar mewujudkan birokrasi

3. Sistem pengumpulan data yang baik, teratur, dan terpusat pada suatu lembaga atau badan
tertentu seperti BPS (Badan Pusat Statistik).
4. Penciptaan iklim yang menyenangkan (favourable) terhadap modernisasi terutama media
massa.
5. Tingkat organisasi yang tinggi, terutama disiplin diri.
6.
Sentralisasi wewenang dalam perencanaan social (social planning) yang tidak
mementingkan kepentingan pribadi atau golongan.

2.4

Gejala Modernisasi di Indonesia

Gejala-gejala modernisasi dapat ditinjau dari berbagai bidang modernisasi kehidupan


manusia berikut ini:
1. Bidang budaya; ditandai dengan semakin terdesaknya budaya tradisional oleh masuknya
pengaruh budaya dari luar, sehingga budaya asli semakin pudar.
2. Bidang politik; ditandai dengan semakin banyaknya Negara yang lepas dari penjajahan,
munculnya Negara-negara yang baru merdeka, tumbuhnya Negara-negara demokrasi,
lahirnya lembaga-lembaga politik, dan semakin diakuinya hak-hak.
3. Bidang ekonomi; ditandai dengan semakin kompleksnya kebutuhan manusia akan
barang-barang dan jasa sehingga sektor industri dibangun secara besar-besaran untuk
memproduksi barang.
4. Bidang sosial; ditandai dengan semakin banyaknya kelompok baru dalam masyarakat,
seperti kelompok buruh, kaum intelektual, kelompok manajer, dan kelompok ekonomi kelas
(kelas menengah dan kelas atas.

2.5
1.

Dampak Positif dan Negatif Modernisasi


Dampak positif

Dampak positif teknologi modernisasi adalah sebagai berikut:

1)

Perubahan Tata Nilai dan Sikap

Adanya modernisasi dalam zaman sekarang ini bisa dilihat dari cara berpikir masyarakat
yang irasional menjadi rasional.
2)

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah
dalam beraktivitas. Serta mendorong untuk berpikir lebih maju, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi pula yang membentuk masa modernisasi yang terus kian
berkembang dan maju di waktu sekarang ini.
3) Tingkat Kehidupan yang lebih Baik
Dibukanya industri atau industrialisasi berdasarkan teknologi yang sudah maju menjadikan
nilai dalam memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih, dan juga
merupakan salah satu usaha mengurangi pengangguran dan meningkatkan taraf hidup
masyarakat, hal ini juga dipengaruhi tingkat ilmu pengetahuan dan teknologi yang membantu
perkembangan modernisasi.

2.

Dampak negatif

Dampak negatif teknologi modernisasi adalah sebagai berikut:


1) Pola Hidup Konsumtif
Perkembangan teknologi industri yang sudah modern dan semakin pesat membuat
penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah
tertarik untuk menkonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada, sesuai dengan
kebutuhan masing-masing.
2) Sikap Individualistik
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak
lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitas. Padahal manusia diciptakan sebagai
makhluk sosial.
3) Gaya Hidup Kebarat-baratan
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang
mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan
bebas remaja, dan lain-lain.
4) Kesenjangan Sosial

Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat
mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah
antara individu dengan individu lainnya.
Dengan kata lain individu yang dapat terus mengikuti perkembangan jaman memiliki
kesenjangan tersendiri terhadap individu yang tidak dapat mengikuti suatu proses
modernisasi tersebut. Hal ini dapat menimbulkan kesenjangan sosial antara individu satu
dengan lainnya, yang bisa disangkutkan sebagai sikap individualistik.
5)

Kriminalitas

Kriminalitas sering terjadi di kota-kota besar karena menipisnya rasa kekeluargaan, sikap
yang individualisme, adanya tingkat persaingan yang tinggi dan pola hidup yang
konsumtif.

2.6 Asumsi Teoretis dan Metodologi


Menurut Suwarsono dan So (2006), para teoretisi perspektif modernisasi secara
implisis membangun kerangka teori dan tesisnya dengan ciri-ciri pokok sebagai berikut :
Pertama, modernisasi merupakan proses bertahap. Teori Rostow, misalnya, membedakan
berbagai fase pertumbuhan ekonomi yang hendak dilalui oleh setiap masyarakat. Kedua,
modernisasi juga dapat dikatakan sebagai proses homogenisasi. Dalam hal ini, modernisasi
terbentuk dari berbagai masyarakat dengan tendensi dan struktur serupa. Levy salah satu
seorang penganut teori modernisasi, mengatakan bahwa sesuai perkembangan waktu, mereka
dan kita akan semakin mirip satu sama lain karena model modernisasi, menjanjikan bahwa
semakin modern tahapan yang telah dilalui, maka semakin serupa bentuk dan kararteristik
berbagai masyarakat yang terlibat dalam perubahan sosial.
Ketiga, modernisasi terkadang mewujud dalam bentuk lahirnya, sebagai proses
Eropanisasi atau Amerikanisasi atau lebih dikenal dengan istilah bahwa modernisasi sama
dengan Barat. Terlihat pada sikap yang berlebihan pada saat memuji keberhasilan,bahwa
segala sesuatu yang meng-Eropa dan meng-Amerika di dalam literatur teori modernisasi.
Negara Eropa Barat dan Amerika Serikat merupakan negara yang tak tertandingi dalam
kesejahteraan ekonomi dan kestabilan politiknya, hendaknya ke dua negara tersebut mampu
menjadi mentor bagi negara yang lebih belakangan dalam memulai modernisasinya.

Keempat, modernisasi yang tidak bergerak mundur. Proses modernisasi tidak dapat
dihentikan ketika sudah berjalan. Ketika telah terjadi kontak antara negara Dunia
Ketigadengan negara Barat, negara Dunia Ketiga tidak mampu menolak modernisasi.
Modernisasi dilihat sebagai jawaban universal persoalan Dunia Ketiga tanpa memperhatikan
ciri Tradisional negara Dunia Ketiga.
Kelima, modernisasi merupakan perubahan progresif. Dalam jangka panjang,
modernisasi tidak dilihat sebagai sesuatu yang terjadi melainkan modernisasi akan lebih
dilihat sebagai sesuatu yang di perlukan dan diinginan. Bagi Coleman, sistem politik modern
memiliki kapasitas yang lebih besar dan lebih efisien dalam melaksanakan fungsi masyarakat
di bandingkan sistem politik tradisional. Keenam, modernisasi memerlukan waktu yang
panjang. Modernisasi dilihat sebagai proses evolusioner bukan perubahan revolusioner.
Diperlukan waktu dengan berbagai generasi dengan berabad-abad untuk sampai tahap akhir.
Hanya waktu dan sejarah yang dapat menyaksikan proses keseluruhan hasil dan akibat
langsung maupun sampingnya.
Teori modernisasi berasal dari pola pikir teori fungsionalisme. Teori fungsionalisme
memberi tekanan pada keterkaitan dan ketergantungan lembaga sosial. Ajaran modernisasi
secara implinsit juga mengandung berbagai asumsi, diantaranya :
Pertama, modernisasi merupakan proses sistemik. Modernisasi melibatkan segala aspek
tingkah laku sosial (industrialisasi, urbanisasi, diferensiasi, sekularisasi, sentralisasi dll).
Proses ini terlihat seperti menggali lubang di suatu tempat secara terus menerus, sehingga
modernisasi yang akan tampil secara mengelompok dan beraturan ketimbang secara terpisahpisah.
Kedua, modernisasi diartikan sebagai proses transformasi. Menyatakan bahwa teori
modernisasi melihat modern dan tradisional sebagai dua konsep yang pada dasarnya
bertentangan (asimetri). Teori modernisasi menguraikan secara rinci apa yang menjadi
karakteristik masyarakat modern, sementara ciri masyarakat tradisional terlupakan untuk di
bahas.
Ketiga, modernisasi melibatkan proses yang terus menerus (immanent). Karena,
modernisasi bersifat sistemik dan transformatif. Karena, adanya karakteristik imanensi ini,
teori modernisasi cenderung memberikan pada faktor dalam (internal resources) sebagai
sumber perubahan.
Asumsi lain teori modernisasi : pertama, teori modernisasi cenderung untuk mengkaji
persoalan negara Dunia Ketiga secara abstrak dan bertendensi mengambil kesimpulan umum

untuk dijadikan pola (model yang di bakukan). Teori ini cenderung untuk merumuskan
tendensi-tendensi universal dan prospek kelaziman yang hendak berlaku dalam proses
pembangunan negara Dunia Ketiga, dan tidak memerlukan faktor yang khas dan unik dari
sejarah masing-masing negara Dunia Ketiga.
Kedua, menurut Tipps, teori modernisasi menggunakan batasan negara sebagai unit
analisisnya. Dengan kata lain, pada dasarnya teori modernisasi merupakan teori transformasi
suatu negara, dengan tidak memperlihatkan perubahan sosial pada besaran regional dan
global (perubahan dalam skala lebih besar).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak dari keadaan
yang tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu masyarakat yang
modern. Banyak para ahli mendefinisikaan modernisasi, namun secara garis besar kami dapat
mennyimpulkan definisi modernisasi seperti kalimat diatas.
Modernisasi dapat terwujud apabila masyarakatnya memiliki individu yang mempunyai sikap
modern. Selain dorongan modernisasi, terdapat pula syarat-syarat modernisasi.
Modernisasi juga mempunyai dampak bagi kehidupan bermasyarakat pada masysarakat yang
menganut modernisasi. Modernisasi memiliki dampak negatif dan dampak positif. Dampak
positif modernisasi diantaranya perubahan tata nilai dan sikap, berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi, tingkat kehidupan yang lebih baik. Dampak negatif dari
modernisasi diantaranya pola hidup konsumtif, sikap individualistik, gaya hidup kebaratbaratan, kesenjangan sosial, kriminalitas.
Modernisasi memiliki gejala-gelaja meliputi gejala politik, gejala sosial, gejala budaya, gejala
ekonomi yang harus ditanggapi dengan bijak.
3.2 Saran
Modernisasi memang perlu untuk kemajuan suatu wilayah, daerah, bahkan suatu negara.
Namun kia harus menanggapi modernisasi dengan bijak agar kita tidak terjerumus ke dalam
dampak-dampak atau gejala yang merugikan yang akan ditimbulkan oleh modernisasi.
Bak dua sisi mata uang yang berbeda, disamping ada dampak positif dari modernisasi yang
akan menguntungkan kita, ada juga dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh modernisasi
yang pastikan akan mengganggu, dan merugikan kita.
Karena itu, menurut kami masyarakat hendaknya lebih selektif dalam menyaring kebudayan
modernisasi ini. Apa lagi budaya kebarat-baratan, sebagai negara yang sebagian besar
penduduknya beragama islam, hendaknya masyarakat tidak menganut budaya barat yang
tidak sesuai dengan syariat agama.
Pemerintah juga berperan penting dalam pemerataan modernisasi. Karena akan ada banyak
masalah yang ditimbulkan , misalnya karena pola hidup masyarakat yang konsumtif, kita
harus mengimpor barang untuk memenuhi permintaaan pasar dala negeri, sedangkan daya
ekspor kia rendah, hal ini kan sangat merugikan pelaku pasar di dalam negeri, seperti kentang
yang pemerintah impor, akan merugikan petani kentang karena harga kentang lokal akan
turun karena banyaknya kentang dipasaran. ini tugas kita bersama dan juga pemerintah yang
harus lebih memperhatikan rakyat kecil. Kita juga harus lebih mencintai produk-produk
dalam negeri. Jika kerugian akan terus menerus melanda pelaku pasar dalam negeri, maka
akan banyak pelaku pasar yang gulung tikar, banyak pekerja yang akan menganggur, ini akan

menimbulkan kriminalitas. Maka dari itu para pelaku pasar diminta untuk lebih kreatif dalam
menciptakan dan memsarakan produk dan jasa dalam negeri di nasional maupuun dikancah
internasional.
Masyarakat juga tidak seharusnya bersikap individualistik. Karena kita hidup
bermasyarakat dan kita adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan, kita harus memiliki
rasa kepedulian terhadap sesama.

REFERENSI,

BUKU:
Harun, H.Rochajat, Ir.,MEd.,PhD. Komunikasi Pembangunan Perubahan
Social, Persepektif Kajian Dan Teori Kritis , 2012.
Sukirno Sadono, Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah dan Dasar Ke

bijakan, Jakarta 1885


Fakih Dr Mansour, Runtuhnya Teori Pembangunan Dan Globalisasi, Edisi
Revisi cetakan 1, Mei 2002.
SUMBER LAIN,
Suryono Agus, 2010, Dimendi-Dimensin Prima Teori pembangunan, cetakan 1, Malang:
Universitas Brawijaya Press.
Elly, Usman, 2011, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta Dan Gejala Permasalahan Sosial:
Teori, Aplikasi, Dan Pemecahannya, Cetakan ke-1, Jakarta: kencana.
Gerge, Doglas J, 2004, Teori Sosiologi Modern, Edisi Pertama, cetakan ke-7, Penerjemah
Alimandan, Editor Triwibwo, Jakarta: kencana.
Suryono Agus, 2010, Dimendi-Dimensin Prima Teori pembangunan, cetakan 1, Malang:
Universitas Brawijaya Press.
Sonia, 2011, Makalah Modernisasi -Ilmu Sosial Budaya, http://soniarai
azizah.blogspot.com/2011/12/makalah-modernisasi-ilmu-sosial-budaya.html. Diambil pada
05 Mei 2014
My sceret, Teori Modernisasi (Geografi Pembangunan), 2014,
http://erinutami.blogspot.com/2014/02/teori-modernisasi-geografi-pembangunan.html.
Diambil pada 05 Mei 2014
ENS Blog, 2013, Makalah Modernisasi,
( http://noviyanib.blogspot.co.id/2012/10/teori-rostow-terhadap-pertumbuhan.html )

Anda mungkin juga menyukai