Anda di halaman 1dari 8

STOKIOMETRI REAKSI KIMIA

Tanggal Praktikum

8 November 2012

A.

Tujuan

1.
2.

Mempelajari beberapa reaksi kimia


Mempelajari stokiometri beberapa reaksi

3.

Mengetahui perubahan mol beberapa reaksi

B.

Teori Dasar

Stoikiometri berasal dari 2 kata bahasa Yunani yaitu stoiceon (unsur)


dan metrein (mengukur). Stoikiometri dapat diartikan mengukur unsurunsur dalam hal ini adalah partikel atom ion, molekul yang terdapat dalam
unsur atau senyawa yang terlibat dalam reaksi kimia. Stoikiometri adalah
ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan
dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia) yang didasarkan pada
hukum-hukum dasar dan persamaan reaksi.
Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa unsurunsur dalam senyawa dalam pembentukan senyawanya. Pada
perhitungan kimia secara stoikiometri, biasanya diperlukan hukum-hukum
dasar ilmu kimia.
Stoikiometri beberapa reaksi dapat dipelajari dengan mudah, salah
satunya dengan metode JOB atau metode Variasi Kontinu. Metode Job
dilakukan dengan pengamatan terhadap kuantitas molar pereaksi yang
berubah-ubah, namun molar totalnya sama. Sifat fisika (massa, volume,
suhu, daya serap) diperiksa dan perubahannya digunakan untuk meramal
stoikiometri sistem. Dari grafik aluran sifat fisik terhadap kuantitas
pereaksi, akan diperoleh titik maksimal atau minimal yang sesuai dengan
titik stoikiometri sistem yang menyatakan peerbandingan pereaksi dalam
senyawa. Contohnya dari percoban diperoleh data bahwa pada titik
optimum jumlah mol AgNO : KCrO = 2 : 1. Bila dianggap endapan yang
diperoleh pada sistem ini disebabkan oleh perak dan kromat, maka titik ini
menyatakan perbandingan 2Ag dan CrO. Sistem ini dapat ditulis
dengan persamaan:
2Ag(aq) + CrO(aq) ----> AgCrO(l)
Perubahan kalor pada reaksi kimia tergantung jumlah peraksinya. Jika
mol yng bereaksi diubah dengan volume tetap, stoikiometri dapat
ditentukan dari titik perubahan kalor maksimal, yaitu denngan
menyalurkan kenaikaan temperatur terhadap komposisi campuran.

C.

Alat dan Bahan

N
Alat dan
Ukuran/Sat
o
Bahan
uan

1 Tabung Erlenmeyer
Pipet ukur
5 ml dan 1 ml
2
Pipet volume
50 ml
3
Gelas ukur

4
Ball pipet

5
Larutan FeSO4
0,1 M
6
Larutan Na2CO3
0,1 M
7
Larutan KMnO4
0,02 M
8
Larutan H2SO4
4N
9
Larutan H3PO4

1
0
Larutan HCl
0,1 M
1
1
Larutan methyl

1
orange
2

Jumlah
10 buah
@ 1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
10 ml
5 ml
yang akan dicari
10 ml
1 ml
yang akan dicari
2 tetes

D.
Cara Kerja

1. Reaksi Asam Basa


5 ml larutan Na2CO3 0,1M
+
merah
Methyl orange
bereaksi )
( 2 tetes dengan pipet tetes )

Tambahkan HCl 0,1M


hingga larutan berwarna jingga
( catat volume HCl yang

2. Reaksi Redoks
10 ml larutan FeSO4 0,1M
+
muda ( pink )
10 ml H2SO4 4N
bereaksi)
+

Tambahkan larutan KmnO4 0,02M


hingga larutan berwarna merah
( catat volume KmnO4 yang

1 ml H3PO4 pekat

E. Data
Pengamatan
1.

Reaksi Asam Basa

Na2CO3
: larutan tidak berwarna
Methyl Orange : larutan berwarna jingga tua
HCl
: larutan tidak berwarna
Na2CO3 + methyl orange larutan berwarna jingga terang lalu
dititrasi dengan HCl larutan menjadi jingga merah
warna menjadi

Volume yang di peroleh setelah larutan berubah


jingga merah adalah 13,6 ml HCl 0,1M

Na2CO3 + HCl 2 NaCl + CO2 + H2O


Perbandingan jumlah mol Na2CO3 dengan HCl
Dik : 5 ml larutan Na2CO3 0,1M
13,6 ml larutan HCl 0,1M
Maka : mmol = ml X M
mmol Na2CO3 : 5 X 0,1 = 0,5 mmol
mmol HCl : 13,6 X 0,1 = 1,36 mmol
mol Na2CO3 : mol HCl 1 : 2,72 1 : 3 (dibulatkan )
Reaksi Na2CO3 dengan HCl selalu 1 : 3 yaitu 1 mol Na2CO3
akan bereaksi dengan 3 mol HCl.

2. Reaksi Redoks
FeSO4
: larutan tidak berwarna
H2SO4
: larutan tidak berwarna
H3PO4 pekat : larutan tidak berwarna
KMnO4
: larutan berwarna ungu
FeSO4 + H2SO4 + H3PO4 larutan tidak berwarna lalu
dititrasi dengan KMnO4 larutan menjadi merah muda (pink)
menjadi

Volume yang di peroleh setelah larutan berubah warna


merah muda (pink) adalah 11 ml KMnO4 0,02 M

FeSO4 + KMnO4 Fe(MnO4)2 + K2SO4

Perbandingan jumlah mol FeSO4 dengan KMnO4


Dik : 10 ml larutan FeSO4 0,1 M
11 ml larutan KMnO4 0,02 M
Maka : mmol = ml X M
mmol FeSO4 : 10 X 0,1 = 1 mmol
mmol KMnO4 : 11 X 0,02 = 0,22 mmol
mol FeSO4 : mol KMnO4 1 : 4,54 1 : 5
(dibulatkan )
(oksidator) 8H+ + MnO4- + 5eFe2+

(reduktor)

Mn2+ + 4H2O
Fe3+ + e-

8H+ + MnO4- + 5e5Fe2+


8H+ + MnO4- + 5Fe2+

x1
x5

Mn2+ + 4H2O
5Fe3+ + 5eMn2+ + 4H2O + 5Fe3+

Reaksi FeSO4 dengan KMnO4 selalu 1 : 5 yaitu 1 mol Na2CO3


akan bereaksi dengan 5 mol HCl.

F.
1.

Pembahasan

Reaksi Asam-Basa
Perbandingan mol antara Na2CO3 dengan HCl (praktikum)
Mol Na2CO3 :
0,5 mmol
1

:
:

Mol HCl
1,36 mmol
3 (pembulatan dari 2,72)

Sedangkan perbandingan mol antara Na2CO3 dengan HCl menurut


teori adalah sebagai berikut : Na2CO3 + 2 HCl 2 NaCl + CO2 + H2O

Reaksi 1 mol Na2CO3 akan bereaksi dengan 2 mol


HCl Perbedaan ini terjadi karena dipengaruhi oleh faktor ketepatan
penentuan titik ekuivalen yang kadang sulit untuk di deteksi, hingga

akhirnya, terjadi
reaktan/titran.

2.

peambahan

berlebih

(walau

hanya

sedikit)

Reaksi Redoks
Perbandingan mol antara Na2CO3 dengan HCl (praktikum)
Mol FeSO4 :
1 mmol
1

Mol KMnO4
0,22 mmol

5 (pembulatan dari 4,54)

Sedangkan menurut persamaan reaksi redoks ( teori ) hasilnya


sama dengan apa yang kita praktikan.

Reaksi 1 mol FeSO4 akan bereaksi dengan 5 mol


KMnO4

PERSAMAAN REAKSI SEBAGAI BERIKUT :


(oksidator) 8H+ + MnO4- + 5eFe2+

(reduktor)

Fe3+ + e-

8H+ + MnO4- + 5e5Fe2+


8H+ + MnO4- + 5Fe2+

G.

Mn2+ + 4H2O

x1
x5

Mn2+ + 4H2O
5Fe3+ + 5eMn2+ + 4H2O + 5Fe3+

Kesimpulan

Percobaan pertama dilakukan untuk mencari titik stoikiometri asam


basa. Pada pencampuran Na2CO3 dan HCl, baik larutan Na2CO3 dan HCl
tidak berwarna (bening). Setelah pencampuran tidak terjadi perubahan
warna. 5 ml Na2CO3 0,1 M + methyl orange + HCl 0,1 M hingga larutan
berwarna jingga merah itu menandakan bahwa titik stoikiometri dicapai
pada saat volume kedua larutan sama, sehingga setelah pengolahan data
bisa didapatkan perbandingan koefisien reaksi dari kedua zat sama, yaitu
1 : 3. Tetapi hasil dari dari praktikum ini tidak sesuai dengan teori yang
harusnya perbandingan koefisien dari kedua zat, yaitu 1 : 2 dikarenakan
terlalu
banyak
atau
terlalu
berlebih
menambahkan
HCl
Percobaan kedua dilakukan untuk mencari titik stoikiometri melalui
reaksi redoks. Pada pencampuran , baik larutan FeSO 4 tidak berwarna

(bening), H2SO4 tidak berwarna(bening), H3PO4 tidak berwarna (bening),


KMnO4 berwarna ungu . Setelah pencampuran terjadi perubahan warna
menjadi ungu. 10 ml FeSO4 0,1 M + H2SO4 + 1 ml H3PO4 pekat + KMnO4
0,02 M (0,1 N) hingga larutan berwarna pink, menandakan bahwa titik
stoikiometri dicapai pada saat volume kedua larutan sama, sehingga
setelah pengolahan data bisa didapatkan perbandingan koefisien reaksi
dari kedua zat sama, yaitu 1 : 5 dan hasil ini sesuai dengan persamaan
reaksinya.
Pada praktikum kali ini, teori perhitungan secara stoikiometri
dengan pengerjaannya secara langsung, memiliki perbedaan. Namun
tetap akan berpengaruh pada titik ekuivalen, atau titik dimana reaksi
tepat bereaksi. Faktor yang dapat mengakibatkan perbedaan ini
adalah faktor ketepatan penentuan titik ekuivalen yang kadang sulit
untuk di deteksi, hingga akhirnya, terjadi peambahan berlebih (walau
hanya sedikit) reaktan/titran.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA


STOIKIOMETRI REAKSI
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas praktikum Kimia

Disusun :

Nama : Rachmat Karya ( 1211E1017 )


Kelas
: D3-A Analis Kesehatan

SEKOLAH TINGGI ANALIS BAKTI ASIH BANDUNG


JL. PADASUKA ATAS NO. 233, TELP. 022 7203733
2012

DAFTAR PUSTAKA
http://allkimiaku.wordpress.com/2009/06/28/stokiometri/
http://chemistry161.blogspot.com/2010/01/stoikiometri.html
http://itatrie.blogspot.com/2012/10/laporan-kimia-dasar-iistoikiometri.html

Anda mungkin juga menyukai