Kelompok
:4
Anggota
(1406531832)
Seva Juneva
(1206241552)
Shobrun Jamil
(1406531656)
Sinta Sofiana
(1406531750)
DAFTAR ISI
Daftar isi........................................................................................................... i
Bab I ................................................................................................................ 1
Dasar Teori Pendukung Part A
A.1 Sifat-Sifat Gas..................................................................................1
A.2 Karakteristik dan Jenis Gas
2
............................................................
Soal no 1 ................................................................................................. 36
Soal no 2 ................................................................................................. 36
Jawaban Pertanyaan Part C
Soal no 1 ................................................................................................37
Soal no 2.................................................................................................38
Kesimpulan.......................................................................................................40
Daftar Pustaka...................................................................................................42
BAB I
mengalami perubahan bentuk seperti zat cair melainkan juga dapat mengalami perubahan
volume.
b. Adiabatik
Proses dimana tidak ada kalor yang masuk atau keluar sistem (Q=0) (U= -W).
Gas ideal merupakn gas yang mematuhi persamaan gas umum PV=nRT pada keadaan STP
dan hukum gas Graham, Boyle, Gay Lussac, Charles, Avogadro, Amagat, Dalton, EOS pada
semua suhu dan tekanan. Asumsi gas ideal :
1. Gas terdiri dari partikel-partikel yang sangat banyak yang bergerak lurus secara acak
diantara tumbukan dengan kecepatan tetap.
2. Tidak ada gaya tarik/gaya tolak antar partikel gas.
3. Tumbukan antar partikel gas & partikel gas dengan dinding wadah adalah lenting
sempurna.
Gas nyata berbeda dari gas ideal karena dapat terjadi interaksi antar molekul berdasarkan
tekanan gas.
1. Gaya tolak membantu ekspansi gas (pada tekanan tinggi)
2. Gaya tarik membantu kompresi gas (pada tekanan sedang)
3. Tidak ada gaya tarik menarik / tolak menolak antar molekul pada tekanan rendah (P =
0), hal ini merupakan sifat dari gas ideal.
Gaya-gaya antar molekul ini juga menyebabkan tumbukan antar molekul maupun molekul
dengan diding bejana tidak lenting sempurna, interaksi antar molekul gas nyata sangat kuat
menyebabkan gerakan molekul tidak lurus & tekanan ke dinding menjadi lebih kecil daripada
gas ideal. Gas nyata memenuhi hukum Van Der Waals, Kemerlinghones, Bethelot , dan BeattieBridgeman.
Faktor kompresi (Z) : rasio antara molar dan volume gas yang sebenarnya berbanding dengan
rasio antara molar dan volume gas ideal ketika temperatur dan tekanan yang sama.
Z=
Vm
, dimana Vm =
V m ideal
V
n
PV =nRT
(1)
( WM ) RT
PV =
M=
M=
WRT
PV ... (2)
RT . (3)
P
Adapun metode dan alat alat untuk menentukan berat molekul. Ada Metode Dumas, Regnault,
dan yang paling akurat adalah metode Limiting Density karena pada tekanan nol (vacuum). Dan
alat yang dapat digunakan adalah Spektrometer Massa dan Timbangan Mikro Gas. Metodemetode dan Alat-Alat tersebut tetap mengaplikasikan hukum gas ideal.
(1)
P1 = tekanan awal (Pa atau N/m2)
P2 = tekanan akhir (Pa atau N/m2)
V1 = volume awal (m3)
V2 = volume akhir (m3)
(2)
3. Hukum Avogadro
Avogadro menyatakan bahwa gas-gas bervolume sama, pada temperatur dan tekanan yang sama,
akan mengandung jumlah molekul/partikel yang sama
(3)
Sehingga, untuk
persamaan :
PV= n RT
(4)
n2 a
V 2 ) (V - nb) = nRT
Pada tekanan tinggi persamaan ini sulit untuk dikendalikan. Untuk tekanan rendah :
PV = nRT [ 1 +
Dimana
9 PTc
128 Pc T
)]
(1 -
6Te
RT
Vm
P
2
( RT )
V m2
V m4
b.
Vm =
RT
P
RT
P2
3
( RT )
Dimana: = RT B 0 =
V m3
A0 -
Rc
, = -RT B 0 b +
2
T
A0 a -
Rc B0
T
R B0 bc
T2
Fraksi Berat
m terlarut
massalarutan
Fraksi Volume
V terlarut
V larutan
Fraksi Berat-Volume
mterlarut
V larutan
Konsentrasi secara kimia
Fraksi Mol
n
ntotal
Kemolalan (m)
gr
1000
Mr P( gr)
Kemolaran (M)
gr
1000
Mr V (ml)
Berat molekul berhubungan langsung dengan sifat kimia polimer. Nilai berat molekul
bergantung pada besarnya ukuran dalam metode pengukurannya. Polimer terdiri dari sebaran ukuran
molekul dan sebaran massa molekul. Maka dari itu setiap pengukuran/penentuan massa molekul akan
menghasilkan nilai rata-rata
( X Mr)
Tekanan parsial merupakan tekanan hipotesis gas saat gas tersebut menempati volume
campuran pada suhu konstan
P Parsial=X P total
Tekanan parsial suatu zat berbanding lurus dengan molnya, hal ini berdasarkan kepada hukum
Dalton
P1 n1
=
P2 n2
Vx V total
=
Px P total
Densitas atau massa jenis adalah rasio atau perbandingan antara massa dengan volume
tertentu
m
V
Densitas relatif adalah perbandingan massa jenis suatu zat dengan massa jenis air
relatif =
benda
air
Densitas campuran
campuran=
m1+ m2+m3+
V 1+V 2+V 3+
Memanaskan serbuk kalium kromat KClO3 dengan katalisator mangan oksida (batu kawi),
MnO2, sebagai katalis. Reaksinya adalah sebagai berikut:
2 KClO3(s)
2KCl(s) + O2(g)
H2O(l) + O2(g)
H2(g) +O2(g)
2BaO(s) + O2(g)
Sedangkan reaksi kimia yang digunakan untuk membuat Nitrogen adalah sebagai berikut:
Secara spektroskop N2 murni di buat dengan dekomposisi termal Natrium Barium Azida.
Berikut reaksinya:
2NaN3
N2(g)+ 2H2O(l)
2Na + 3N2
N2 + 2H2O
Pemanfaatan Oksigen
Aplikasi utama oksigen diantaranya adalah: 1) peleburan, pemurnian, dan pembuatan baja, dan logam
lainnya, 2) pembuatan bahan kimia dengan oksidasi terkontrol, 3) propulsi roket, 4) penopang hidup
medis dan biologi; 5) pertambangan serta produksi kaca.
Pemanfaatan Nitrogen
Aplikasi nitrogen yang paling sering digunakan adalah: 1) Untuk pembuatan Amonia, 2)Untuk
membuat atmosfer inert dalam berbagai proses yang terganggu oleh oksigen misalnya dalam industri
elektrnika, 3) Sebagai atmosfer inert dalam makanan kemasan untuk memperpanjang masa
penggunaannya, 4) Nitrogen cair digunakan sebagai pendingin untuk menciptakan suhu yang sangat
rendah.
A. Cara Industri
B. Cara Laboratorium
1.
1.
3.
Pembuatan Gas H2
Dalam skala industri, hydrogen dihasilkan dari uap air dengan metana atau hidrokarbon ringan dengan
katalis nikel pada suhu 75C menghasilkan campuran karbon monoksida dan hydrogen. Campuran
gas ini disebut synthesis gas atau syngas.
Pemanfaatan gas H2
Pemanfaatan H2 antara lain 1) Proses produksi methanol, ethanol, dan alcohol yang lebih tinggi, 2)
Pembentukan logam dan oksidanya, 3) Hidrogen sebagai bahan bakar, 4) Untuk hidrogenasi lemak
dan minyak, 5) Mereduksi bijih-bijih besi, 6) Sebagai gas pengisi balon.
Proses Penyimpanan Gas O2, H2, dan N2
1. Tabung Oksigen
Merupakan kapal tekanan yang digunakan untuk menyimpan gas oksigen pada tekanan
atmosfer di dalam tabung dengan tekanan tinggi atau juga sering disebu sebagai botol oksigen
2. Cryogenic Refrigirator
Metode penyimpanan gas N2, dimana gas dibekukan dan dibutuhkan temperatur
sangat rendah, umumnya dibawah -238 Fahrenheit. Pembekuan ini biasa dilakukan
dengan menggunakan bantuan gas cair seperti Helium.
3. Tangki Hidrogen Cair
Pada teknologi ini gas hidrogen dicairkan pada suhu yang sangat rendah. Pada
tekanan 1 atm, dibutuhkan temperatur hingga 22 K. Energi yang digunakan untuk
mendinginkan hidrogen cukup besar, hingga mencapai 1/3 dari energi yang
Gambar 3.
disimpan.
Cryogenoc
Refrigirator
Walaupun Bernoulli berhasil menurunkan hukum Boyle, namun teorinya baru mendapat
perhatian kurang lebih satu abad kemudian, antara lain dari Joule (1848), Krnig (1856) dan Clausius
(1837) yang mengembangkan teori tersebut lebih lanjut.
Teori Kinetik Gas Ideal
Dengan model ini berhasil diturunkan suatu persamaan yang memungkinkan perhitungan tekanan gas
dari sifat-sifat dasar molekul.
Perhatikan suatu ruang yang berbentuk kubus dengan panjang rusuk l yang mengandung jumlah N
molekul dari suatu gas (Gambar 1).
Sebuah molekul, dengan massa m, yang bergerak dengan kecepatan c, dapat diuraikan kecepatannya
ke dalam komponen-komponen cx, cy, cz (Gambar 1).
Molekul yang bergerak dengan kecepatan c x pada arah sumbu x akan bertumbukan dengan dinding
(yz)1 (dinding biru) dengan momentum m.cx. Setelah tumbukan, molekul bergerak dalam arah yang
berlawanan dengan kecepatan cx dan momentum m.cx.
Perubahan momentum yang terjadi pada molekul pada satu kali tumbukan adalah :
p1 = m.cx , p2 = -m.cx
p = p1 p2
= m.cx (-m.cx) = 2 m.cx.
Dinding yang sama akan ditabraknya lagi setelah molekul menempuh jarak 2l.
Penjelasan: Misalnya dinding biru adalah dinding (yz) 1, dan dinding kuning adalah (yz) 2. Jarak yang
ditempuh untuk menabrak dinding (yz)1 adalah l, karena elastic maka molekul akan menabrak dinding
(yz)2 dengan jarak l juga. Setelah menabrak dinding (yz) 2, molekul akan menabrak dinding (yz) 1
setelah menempuh jarak l lagi. Demikian, dan seterusnya. Sehingga untuk menabrak dinding (yz) 1
setelah tabrakan yang pertama, molekul HARUS menempuh jarak l + l = 2 l.
Penjelasan:
Jarak satu kali siklus tumbukan = jarak yang HARUS ditempuh untuk membentuk satu tumbukan
berikutnya adalah 2 l.
Untuk menghitung jumlah tumbukan kuantitas 1/waktu = jumlah tumbukan / detik, sehingga jumlah
tumbukan dengan dinding (yz)1 adalah cx/2l tumbukan/detik.
======
Perubahan momentum per molekul per detik pada dinding (yz) 1 adalah (2 m.cx)(cx/2l) = m.cx2/l.
Penjelasan
Dengan demikian, perubahan momentum per molekul per detik pada dinding (yz) 1 =
Jumlah tumbukan yang terjadi x perubahan momentum molekul setiap satu kali tumbukan
= (cx/2l tumbukan/detik) x( 2 m.cx / tumbukan.molekul)
= m.cx2/l /detik.molekul
Perubahan momentum yang sama akan terjadi pada dinding (yz)2 (dinding kuning).
= 2 m.c2/l
P = F/A F = P. A
2 m/l N 2 = P 6 l2
.(1)
2
c
Walapun persamaan teori kinetik memungkinkan perhitungan c akr dari molekul, akan tetapi persamaan
ini tidak memberikan keterangan apa-apa tentang kecepatan dari masing-masing molekul. Molekulmolekul dalam suatu gas bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda. Lagi pula kecepatan dari
sebuah molekul selalu berubah dan dapat bervariasi antara harga yang rendah sekali dan harga yang
sangat tinggi, akibat daripada tumbukan dengan molekul-molekul yang lain.
Pada tahun 1860 Maxwell menunjukkan bahwa distribusi kecepatan diantara molekul-molekul
mengikuti suatu pola tertentu. Berdasarkan teori kebolehjadian, Maxwell berhasil menurunkan suatu
persamaan untuk menghitung fraksi dari jumlah total molekul yang mempunyai kecepatan antara c
dan c+dc, dengan dc ialah suatu bilangan yang sangat kecil. Persamaan ini, yang terkenal sebagai
Hukum Distribusi Kecepatan Molekul, adalah
dN
m 3 / 2 mc2 / 2 kT 2
4 (
) e
c dc
N
2kT
(2)
Dengan dN ialah jumlah molekul dari jumlah total N, dengan kecepatan antara c dan c+dc, m ialah
massa molekul dan k ialah tetapan Boltzmann (R/N 0 = 1,3805 x 10-16 erg molekul-1 der-1 ). dN/N
menyatakan fraksi dari jumlah total molekul dengan kecepatan antara c dan c+dc. Persamaan
Maxwell biasanya digambarkan dengan mengalurkan (1/N)dN/dc terhadap c (Gambar 2).
Kebolehjadian untuk menemukan sebuah molekul dengan kecepatan antara dua harga ( antara c
dan c+dc) diberikan oleh luas di bawah kurva antara kedua harga kecepatan ini.
Titik maksimum pada kurva menunjukkan bahwa sebagian besar dari molekul-molekul mempunyai
kecepatan di sekitar titik maksimum ini. Bila temperatur dinaikkan maka titik maksimum akan
bergeser ke arah kecepatan yang lebih besar dan kurva menjadi lebih melebar dan luas di bawah
kurva-kurva ini adalah sama, yaitu sama dengan satu.
Kecepatan pada titik maksimum disebut kecepatan paling boleh jadi (the most probable speed), cpb,
yang dapat dihitung dengan cara mendiferensialkan Persamaan (2) dan hasilnya disamakan dengan
nol. (catatan: nilai maksimum suatu fungsi akan diperoleh jika y=0)
Sehingga
Cpb = 2 kT/m = 2 RT/M .(3)
..(4)
dapat dihitung dari
...(5)
dengan memasukkan nilai dN dari persamaan (2) ke dalam persamaan (5) diperoleh
..(6)
Perhatikan dua jenis gas, A dan B, dengan molekul-molekulnya dianggap kaku dan dengan diameter
masing dA dan dB. Tumbukan antara molekul A dan B akan terjadi apabila jarak antara titik pusat
kedua molekul ini adalah dAB = (dA + dB). Andaikan bahwa molekul-molekul B diam dan molekul
CA
d 2AB C A
molekul B. Dalam waktu satu detik molekul A akan melalui volum sebesar
. Bila jumlah
molekul B per satuan volum adalah N B/V, maka jumlah molekul B yang ditabrak oleh molekul A per
satuan volum per satuan waktu adalah
z AB
d 2AB C A N B
V
z kecil
Bila jumlah molekul A dalam satuan volum adalah N A/V, maka jumlah tabrakan yang terjadi antara
molekul-molekul A dan molekul-molekul B dalam satuan volum per satuan waktu adalah:
Z AB
d 2AB C A N A N B
V2
Z huruf besar
Persamaan di atas memerlukan koreksi karena pada penurunannya dianggap bahwa molekul-molekul
B tidak bergerak. Bila molekul-molekul B bergerak dengan kecepatan rata-rata
persamaan tersebut
Kecepatan relatif
CB
C AB
C AB
CB
, maka dalam
CA
dan
CB
CA
CB
C AB
2
C AB (C A C B 2C A C B cos )1 / 2
Jadi
z AB
d 2AB C AB N B
Z AB
d 2AB C AB N A N B
V2
C AB
8kT
m A mB
m A mB
Z AB
d 2AB N A N B
V2
8kT
(7)
C AA
8kT
8kT
2
2C
1 m
m
2
sehingga
2d 2 C N A
z AA
.(8)
dan
Z AA
2d 2 C N A2
V2
..(9)
Persamaan di atas menyatakan jumlah tabrakan molekul yang terjadi dalam satuan volume per satuan
waktu. Faktor diperlukan agar tidak menghitung tiap tumbukan dua kali.
Suatu besaran penting dalam teori kinetik adalah jarak rata-rata yang ditempuh suatu molekul
antara dua tabrakan. Jarak ini, yang disebut jarak bebas rata-rata, , dapat dihitung sebagai
berikut.
Jumlah tabrakan yang dialami oleh satu molekul per satuan waktu diberikan oleh
z AA
2d 2 C N A
V
Jarak yang ditempuh dalam waktu ini adalah . Jadi jarak bebas rata-rata adalah
= /zAA
1
2 d 2 N /V
dV
dY
Dimana:
=tekanan geser
=
viskositas
dV
dY = laju regangan geser
Viskositas yang biasa disebut kekentalan sebenarnya merupakan sebuah gaya gesek yang
dialami fluida atau dapat disebut sebagai gesekan internal fluida. Gaya tersebut secara alami
terbentuk ketika fluida mengalir dimana molekul pada gas saling bertumbukan satu sama lain.
Viskositas suatu gas berhubungan langsung dengan temperatur, yaitu akan semakin tinggi bila
temperatur dinaikkan. Pada fluida gas, semakin tinggi temperatur interaksi dan ikatan antar
molekul fluida pada gas akan semakin tinggi (tumbukan antar molekul), sehingga tahanan
fluida pun meningkat. Adapun tumbukan yang terjadi pada partikel gas merupakan jenis
tumbukan elastik / hampir elastik, berbeda dengan fluida cair yang mengalami tumbukan nonelastik. Dalam tumbukan non elastik sebagian energi translasi diubah menjadi energi vibrasi
yang menyebabkan partikel menjadi lebih sukar bergerak dan cenderung berkoagulasi.
Viskositas secara umum dibagi menjadi dua:
Viskositas Kinematik
P R T
=
8 LV
= koefisien viscositas (centi Poise)
T = waktu alir (detik)
P = tekanan yang menyebabkan zat cair mengalir (dyne/cm2)
R = jari-jari pipa dialiri fluida (cm)
V = volume zat (liter)
L = panjang pipa (cm)
Satuan viskositas didefinisikan sebagai tekanan geser dibagi dengan gradien velocity N.Sec/m 2.
Satuan lainnya yang sering digunakan adalah cP = 0.001 N.Sec/m 2 dan Poise = 100 cP = 0.1
N.Sec/m2. Rumus viskositas pada komponen gas murni menurut persamaan Golubev adalah sebagai
berikut:
=c T 0.965
T r <1.0
r
0.71+
= T r
0.29
Tr
T r >1.0
c =
3.5 M w 5 Pc3
1
T c6
Mw = Berat Molekuler
Pc = Tekanan Kritis
Tc = Temperatur Kritis
Hydrogen
Ethane
0.00829
0.00862
0.0084
0.00878
0.00851
0.00895
0.0088
0.00939
0.00894
0.0096
0.00904
0.00976
0.00926
0.01
N.s/m2, kalikan nilai tabel dengan 1000, untuk
=Viscosity , micro P
c =Viscosity pada critical temperature
Tr=T /Tc
DASAR TEORI PENDUKUNG BAGIAN C
C.1Fenomena Kritis Cairan
Fenomena SCF (super critical liquid) dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Dalam kurva menunjukkan keseimbangan antara tekanan dan temperatur yang dapat
menggambarkan status CO2 dalam keadaan padat, cair dan gas.
2. Mengikuti kurva didih, menunjukkan kenaikan tekanan dan temperatur yang diikuti dengan
perubahan komposisi bentuk cair dan bentuk gas, bentuk cair semakin sedikit dan bentuk
gas semakin banyak.
3. Kenaikan tekanan dan temperatur pada titik tertentu yang disebut critical point merubah
kondisi bentuk cair menjadi bentuk gas keseluruhan.
Tc adalah temperatur kritis yaitu temperatur maksimum dimana sebuah gas dapat diubah menjadi
cairan dengan kenaikan dalam tekanan.
Pc adalah Tekanan kritis yaitu tekanan yang diperlukan untuk mencairkan gas pada titik
kritis.diatas tekanan kritis, menaikkan temperatur tidak akan menyebabkan cairan menguap untu
memberikan sistem 2 fase.
Vc adalah volume kritis yaitu Volume zat yang bersesuaian dengan suhu kritisnya.
BAB II
Jawaban Pertanyaan Bagian A
A.1. Menjelaskan perbedaan sifat wujud materi, seperti nama kelompok mereka. Jika Anda adalah
angggota dari kelompok Gas, jelaskan sifat dari gas, dan kemudian bandingkan dengan sifat cair dan
padat.
Jawab : Perbandingan sifat zat padat,cair dan gas dilihat dari berbagai sifat berikut, yaitu
a. Volume Molar
Satu mol padatan atau cairan khas menempati 10-100 cm 3 pada keadaan ruang, tetapi volume
molar suatu gas dibawah kondisi yang sama sekitar 24.000 cm 3 mol-1. Selisih yang besar ini
menjelaskan mengapa padatan dan cairan disebut keadaan materi yang terkondensasi. Volume molar
adalah kebalikan dari angka rapatan (jumlah molekul per cm3) materi. Cairan dan padatan mempunyai
angka kerapatan yang tinggi, sedangkan gas memiliki angka kerapatan yang sangat rendah. Jika
meleleh, volume kebanyakan padatan hanya berubah 2 sampai 10 %, menunjukkan bahwa keadaan
padatan dan cairan suatu zat memang relatif terkondensasi terhadap keadaan gas dalam jumlah yang
sama.
Pengukuran rapatan menunjukkan bahwa sentuhan antar molekul, jarak antar inti atom terjauh
dari satu molekul dan inti atom terdekat dari molekul tetangganya berkisar dari 3 x 10 -10 sampai 5 x
10-10 m pada padatan dan cairan. Jarak tersebut jauh lebih pendek dibandingkan jarak pada gas, yaitu
sekitar 30 x 10 -10 m pada kondisi kamar.
b. Kompresibilitas
Kompresibilitas adalah kemampuan suatu zat didefinisikan sebagai fraksi penurunan volume
akibat tekanan.
Padatan dan cairan, keduanya nyaris tak terkompresi , sedangkan gas
kompresibilitasnya besar.kompresibilitas yang besar dalam inilah yang menyebabkan banyak ruang
kosong dalam gas, namun pada keadaan terkondensasi partikel-partikel zat hampir bersentuhan atau
bersentuhan.
Gas sangat dapat terkompresi, sementara padatan dan cairan hampir tidak dapat memang taat
pada asas dengan gaya antarmolekul kuat yang ada dalam keadaan terkondensasi dan tidak adanya
gaya seperti itu dalam keadaan gas. Hanya energy yang cukup rendah yang diperlukan untuk
mendekatkan molekul-molekul yang berjauhan itu sebab gaya di antaranya dapat diabaikan.
Upaya untuk mengkompresi padatan dan cairan memerlukan energi yang besar untuk melawan gaya
tolak yang bekerja begitu molekul-molekul telah bersentuhan.
c. Ekspansi Termal
Koefisien ekspansi termal adalah fraksi peningkatan volume zat per derajat peningkatan suhu.
Hokum Charles memperlihatkan bahwa koefisien ini sama untuk gas dan besarnya yaitu 1/273,15
(0C)-1 pada 00C. dengan demikian peningkatan suhu sebesar 1 0C menyebabkan gas berekspansi
sebesar 1/273,15 atau 0,366 % dari volume asalnya pada 0 0C, salkan tekanannya tetap. Sedangkan
koefisien ekspansi padatan dan cairan jauh lebih kecil. Koefisien ekspansi termal padatan umumnya
kurang dari 0,02 % per derajat celcius.
Meningkatnya volume volume dalam wujud padatan dan cairan mensyaratkan bahwa gaya tarik
di antara molekul dan molekul tetangganya harus diatasi sebagian. Karena jarak antarmolekul padatan
dan cairan berada di daerah gaya tarik yang paling kuat, ekspansi yang relative kecil dihasilkan oleh
meningkatnya volume. Sebaliknya, molekul dalam keadaan gas sangat berjauhan sehingga gaya tarik
antarkeduanya dapat diabaikan. Dalam suhu yang sama meningkatkan ekspansi yang jauh lebih besar
dalam gas dibandingkan dalam padatan dan cairan.
d. Fluiditas dan Kekakuan
Sifat paling menonjol dari gas dan cairan adalah fluiditasnya atau daya alirnya yang
bertentangan dengan kekakuan padatan. Cairan mempunyai volume tertentu tetapi bentuknya tidak
tentu , jadi dibawah tegangan cairan mudah mengalir. Ketahanan material terhadap aliran
makroskopik diukur dari viskositas sesarnya. Pada tingkat mikroskopik, viskositas sesar menyatakan
ketahanan bila satu lapis molekul ditarik sejajar dari lapis tipis lainnya.viskositas sesar masing-masing
cairan adalah sekitar 16 kali lebih kecil dibandingkan padatan, dan untuk gas lebih kecil. Sifat
kekerasan (ketahanan terhadap takukan, indentation) dan elastisitas (daya untuk mengembaikan
bentuknya bila tegangan deformasinya dihilangkan) berhubungan dengan kekakuan atau viskositas
sesar yang tinggi. Dalam sifat ini, padatan mempunyai sifat yang baik, sedangkan gas dan cairan
tidak.
e. Difusi
Molekul gas pada kondisi kamar berdifusi dengan laju beberapa sentimeter per detik.
sedangkan molekul cairan dan padatan berdifusi jauh lebih lambat. Tetapan difusi suatu zat mengukur
laju difusi pencampuran. Pada suhu dan tekanan kamar, tetapan difusi untuk difusi cairan kedalam
cairan adlah sekitar empat kali lebih kecil daripada gas ke gas, sedangkan tetapan difusi padatan ke
padatan lebih kecil lagi.
A.2. Di industri ini mereka diperkenalkan denga istilah factor kompresibilitas yang menunjukkan
bahawa gas tersebut bukanlah gas ideal. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang gas ideal .
berdasarkan factor komprebilitas ini, bagaimana anda dapet membedakan bahwa gas tersebut
merupakan gas ideal atau gas nyata. Dan jelaskan apa yang anda ketahui tentang gas nyata.
Jawab : Gas ideal merupakan gas yang mematuhi persamaan gas umum PV=nRT pada keadaan STP
dan hukum gas Graham, Boyle, Gay Lussac, Charles, Avogadro, Amagat, Dalton, EOS pada semua
suhu dan tekanan. Asumsi gas ideal :
4. Gas terdiri dari partikel-partikel yang sangat banyak yang bergerak lurus secara acak
diantara tumbukan dengan kecepatan tetap.
5. Tidak ada gaya tarik/gaya tolak antar partikel gas.
6. Tumbukan antar partikel gas & partikel gas dengan dinding wadah adalah lenting
sempurna.
Gas nyata berbeda dari gas ideal karena dapat terjadi interaksi antar molekul berdasarkan tekanan gas.
4. Gaya tolak membantu ekspansi gas (pada tekanan tinggi)
5. Gaya tarik membantu kompresi gas (pada tekanan sedang)
6. Tidak ada gaya tarik menarik / tolak menolak antar molekul pada tekanan rendah (P = 0),
hal ini merupakan sifat dari gas ideal.
Gaya-gaya antar molekul ini juga menyebabkan tumbukan antar molekul maupun molekul dengan
diding bejana tidak lenting sempurna, interaksi antar molekul gas nyata sangat kuat menyebabkan
gerakan molekul tidak lurus & tekanan ke dinding menjadi lebih kecil daripada gas ideal. Gas nyata
memenuhi hukum Van Der Waals, Kemerlinghones, Bethelot ,dan Beattie-Bridgeman.
Asumsi gas ideal :
1. Gas terdiri dari partikel-partikel yang sangat banyak yang bergerak lurus secara acak
diantara tumbukan dengan kecepatan tetap.
2. Tidak ada gaya tarik/gaya tolak antar partikel gas.
3. Tumbukan antar partikel gas & partikel gas dengan dinding wadah adalah lenting
sempurna.
4. Volume partikel gas diabaikan terhadap volume ruang.
5. Hukum mekanika berlaku pada gerak partikel gas.
6. Faktor Kompresi pada gas ideal adalah 1 (Z=1)
Faktor kompresi (Z) : rasio antara molar dan volume gas yang sebenarnya berbanding dengan
rasio antara molar dan volume gas ideal ketika temperatur dan tekanan yang sama.
Z=
Vm
V m ideal
, dimana Vm =
V
n
No
1
Gas Ideal
Molekul-molekul gas merupakan materi
bermassa yang dianggap tidak mempunyai
volum
Gas Nyata
Volume molekul gas nyata tidak
dapat diabaikan
Terdapat gaya tarik/gaya tolak jika
tekanan diperbesar atau diperkecil
Interaksi antar molekul gas nyata
sangat kuat menyebabkan gerakan
molekul tidak lurus & tekanan ke
dinding menjadi lebih kecil
daripada gas ideal
Memenuhi persamaan :
(P+
n2
V 2 ) (V - nb) = nRT
A.3. Sebuah tabung 12 L akan diisi dengan gas N2, dengan cara mengalirkan gas tersebut dari tabung
1 L dengan tekanan 20 atm. Dengan mengasumsikan bahwa gas tersebut adalah gas ideal, hukum
siapakah yang bisa anda gunakan untuk menentukan tekanan akhir dari gas N2 ini? Jika gas nyata,
bagaimanakah caranya kita mendapatkan tekanan akhir gas tersebut? Terangkan juga hukum-hukum
gas lain, baik untuk gas ideal ataupun gas nyata.
JAWAB:
~Dengan asumsi gas tersebut adalah gas ideal, maka untuk menentukan tekanan akhir dari gas N2
menggunakan hukum boyle
P 1/V
Ini berarti tekanan dan volume berbanding terbalik apabila mol dan suhu(T) konstan (tidak berubah).
P1V1 = P2 V2
Diketahui bahwa : V1 = 1 L = 1 dm3 = 10-3 m3
P1 = 20 atm = 20 x 101325 Pa = 2026500 Pa
V2 = 12 L = 12 dm3 = 12 x 10-3 m3
P2 = ?
P1V1 = P2 V2
P2 = P1 . V1
V2
P2 = 2026500 . 10-3
12 . 10-3
P2 = 168875 Pa
P2 = 1,6 atm
~ Dengan asumsi gas tersebut adalah gas nyata, maka untuk menentukan tekanan akhir dari gas N2
adalah
Jika gas tersebut adalah gas nyata, tekanan akhir dapat dicari menggunakan persamaan Van der
Waals, yaitu
(
(
P1 +
P2 +
n2 a
V nb )
2 ( 1
V1
)
)(
n2 a
V 2nb )
V 22
nRT
nRT
( 120,0391 )
(20+ 1,391 ) ( 10,0391 )=( P + 1,39
144 )
2
Pada 1662, Boyle berujar bahwa volume suatu gas dengan jumlah tertentu, pada suhu konstan
berbanding terbalik dengan tekanan gas. Atau lebih dikenal dengan keadaan isoterm.Boyle
membuktikan pernyataannya ini dengan serangkaian percobaan tabung gelas bentuk-J yang
ditambahkan air raksa sedikit demi sedikit hingga diketahui perubahan volumenya.
(1)
P1 = tekanan awal (Pa atau N/m2)
P2 = tekanan akhir (Pa atau N/m2)
V1 = volume awal (m3)
V2 = volume akhir (m3)
(2)
3. Hukum Avogadro
Avogadro menyatakan bahwa gas-gas bervolume sama, pada temperatur dan tekanan yang sama,
akan mengandung jumlah molekul/partikel yang sama
(3)
Sehingga, untuk
persamaan :
PV= n RT
(4)
n2 a
V 2 ) (V - nb) = nRT
9 PTc
128 Pc T
RT
Vm
P
2
( RT )
)]
(1 -
6Te
V m2
P2
( RT )3
V m3
V m4
b.
Vm =
RT
P
RT
Dimana: = RT B 0
=
A0 -
Rc
,
B0 b +
T 2 = -RT
Rc B0
A0 a -
T2
R B0 bc
T2
A.4 Salah satu persamaan gas nyata yang banyak digunakan adalah persamaan van der waals. Dengan
berdasarkan kepada persamaangas ideal, terangkan bagaimana kita bisa mendapatkan persamaan van
der waals. Dalam persamaan van der waals, terdapat dua konstanta yang sangat tergantung kepada
karakteristik masing-masing gas. Terangkan bagaimana cara menentukan nilai konstanta van der
waals tersebut.
JAWAB :
Karena merasa prihatin dengan keterbatasan persamaan keadaan gas ideal (PV = nRT), van der Waals
menurunkan sebuah persamaan keadaan, dengan memperhitungkan volume molekul dan interaksi
yang terjadi antara molekul-molekul. Persamaan yang diturunkan oleh van der Waals merupakan
hasil modifikasi persamaan keadaan gas ideal PiV = nRT
Pi diubah untuk mengkompensasi interaksi antar-molekul melalui persamaan:
Pi = P + P
(1)
Penurunan rumus gas ideal menjadi nyata membuat gaya tarik menarik antar molekul dan molekulmolekul tersebut mempengaruhi volume gas yang ada.
Untuk mempermudah implementasi penurunan rumus gas ideal tersebut dalam gas nyata, b dianggap
mewakili volume satu mol molekul gas, sementara V merupakan total volume partikel dibagi dengan
jumlah total partikel. Sehingga, volume yang tadinya tersedia untuk pemampatan tidak lagi berumus
V tetapi menjadi V nb (Volume gas - Volume total dari molekul-molekul gas)
Bentuk pertama dari persamaan ini adalah
(2)
keterangan :
P = Tekanan gas (N/m2 = Pa)
v = volume partikel dibagi dengan jumlah total partikel
R = Konstanta gas universal (R = 8,315 J/mol.K )
T = Suhu (K)
a = Konstanta empiris (nilainya bergantung pada gaya tarik menarik antara molekul gas)
b = konstanta empiris (mewakili volume satu mol molekul gas)
Setelah pengenalan konstanta Avogadro N A, jumlah mol n, dan jumlah nN partikel A, persamaan dapat
dirubah ke dalam bentuk kedua (lebih dikenal) :
(3)
Keterangan :
Udara dingin mengembang melalui celah, dan hasilnya adalah udara lebih dingin yang kemudian
mencair. Udara cair disaring untuk memisahkan kandungan CO 2 dan air yang telah membeku.
Kemudian udara cair tersebut memasuki bagian puncak kolom dimana nitrogen, komponen yang
paling mudah menguap, keluar sebagai gas. Pada pertengahan kolom, gas argon keluar dan
selanjutnya oksigen cair.
Secara Industri, proses pemishan oksigen dan nitrogen dari udara akan diperoleh oksigen dengan
kemurnian 99,5%, sedangkan Nitrogen 99-99,5%.
Pada skala Laboratorium, gas oksigen dapat dibuat dengan memanfaatkan beberapa reaksi kimia,
seperti:
Memanaskan serbuk kalium kromat KClO3 dengan katalisator mangan oksida (batu kawi),
MnO2, sebagai katalis. Reaksinya adalah sebagai berikut:
2 KClO3(s)
2KCl(s) + O2(g)
H2O2(l)
H2O(l) + O2(g)
H2(g) +O2(g)
2BaO(s) + O2(g)
Sedangkan reaksi kimia yang digunakan untuk membuat Nitrogen adalah sebagai berikut:
Dekomposisi termal senyawa amonium CNH4NO2 dengan cara dipanaskan.
CNH4NO2(s)
Secara spektroskop N2 murni di buat dengan dekomposisi termal Natrium Barium Azida.
Berikut reaksinya:
2NaN3
N2(g)+ 2H2O(l)
2Na + 3N2
N2 + 2H2O
Pemanfaatan Oksigen
Aplikasi utama oksigen diantaranya adalah: 1) peleburan, pemurnian, dan pembuatan baja, dan logam
lainnya, 2) pembuatan bahan kimia dengan oksidasi terkontrol, 3) propulsi roket, 4) penopang hidup
medis dan biologi; 5) pertambangan serta produksi kaca.
Pemanfaatan Nitrogen
Aplikasi nitrogen yang paling sering digunakan adalah: 1) Untuk pembuatan Amonia, 2)Untuk
membuat atmosfer inert dalam berbagai proses yang terganggu oleh oksigen misalnya dalam industri
elektrnika, 3) Sebagai atmosfer inert dalam makanan kemasan untuk memperpanjang masa
penggunaannya, 4) Nitrogen cair digunakan sebagai pendingin untuk menciptakan suhu yang sangat
rendah.
Pembuatan Gas H2
A. Cara Industri
B. Cara Laboratorium
1.
1.
3.
3. 2C(pijar) + 2H2O(g) 2H2(g) + 2CO (g)
Dalam skala industri, hydrogen dihasilkan dari uap air dengan metana atau hidrokarbon ringan dengan
katalis nikel pada suhu 75C menghasilkan campuran karbon monoksida dan hydrogen. Campuran
gas ini disebut synthesis gas atau syngas.
Pemanfaatan gas H2
Pemanfaatan H2 antara lain 1) Proses produksi methanol, ethanol, dan alcohol yang lebih tinggi, 2)
Pembentukan logam dan oksidanya, 3) Hidrogen sebagai bahan bakar, 4) Untuk hidrogenasi lemak
dan minyak, 5) Mereduksi bijih-bijih besi, 6) Sebagai gas pengisi balon.
Proses Penyimpanan Gas O2, H2, dan N2
1. Tabung Oksigen
Merupakan kapal tekanan yang digunakan untuk menyimpan gas oksigen pada tekanan
atmosfer di dalam tabung dengan tekanan tinggi atau juga sering disebu sebagai botol oksigen
2. Cryogenic Refrigirator
Metode penyimpanan gas N 2, dimana gas dibekukan dan dibutuhkan temperatur sangat
rendah, umumnya dibawah -238 Fahrenheit. Pembekuan ini biasa dilakukan dengan
menggunakan bantuan gas cair seperti Helium.
3. Tangki Hidrogen Cair
Pada teknologi ini gas hidrogen dicairkan pada suhu yang sangat rendah. Pada
tekanan 1 atm, dibutuhkan temperatur hingga 22 K. Energi yang digunakan
untuk mendinginkan hidrogen cukup besar, hingga mencapai 1/3 dari energi
yang disimpan.
Gambar 5.
CryogenIc
Refrigirator
Jika dikaitkan dengan teori distribusi kecepatan molekul yang dikemukakan oleh Maxwell,
maka dapat diketahui bahwa kecepatan paling boleh jadi (the most probable speed), cpb di
jalan tol Jagorawi ke arah Jakarta (J) dan ke arah Bogor (B) adalah sama, yaitu sebesar
85km/jam. Kondisi tersebut disebut sebagai titik maksimum pada kurva yang dibentuk dari
kecepatan(speed) pada sumbu-x dan fraksi jumlah kendaraan yang melaju di jalan tol
pada sumbu-y. Titik maksimum pada kecepatan 85km/jam tersebut menunjukan bahwa
mayoritas kendaraan di jalan tol Jagorawi masih berada dalam rata-rata kecepatan standar
kendaraan di jalan tol, yang berkisar antara 60-100km/jam.
B.2.Bayangkan mobil-mobil yang melaju di jalan tersebut adalah molekul-molekul gas yang berada
dalam suatu ruangan, dengan diameter s, jelaskan bagaimana Anda dapat menentukan jumlah
tumbukan yang terjadi antar mobil per volume per jam. Jelaskan juga bagaimana cara menentukan
jalan bebas rata-rata dan viskositas gas.
Jawab:
Apabila diasumsikan kendaraan sebagai molekul, maka molekul berpindah dengan kecepatan
rata-rata dalam waktu t. Molekul berjalan melalui tabung tumbukan yang berdiameter
s, sehingga luas area molekul-molekul adalah
oleh karena itu volumenya bernilai
= s
t, dan
(diasumsikan sebagai molekul) yang dihasilkan per satuan waktu (dalam jam) dapat
dinyatakan dengan persamaan berikut ini
z= 2 x
N
V
z= 2 s 2 x
N
V
Dimana, N menyatakan jumlah kendaraan yang melaju di jalan tol dan V menyatakan volume
jalan tol (diasumsikan berbentuk silinder dengan diameter s).
Karena kita telah mengetahui persamaan untuk menghitung frekuensi tumbukan, maka kita
dapat menghitung jalan bebas rata-rata
perjalanan antara tumbukan. Apabila sebuah molekul berpindah dengan kecepatan rata-rata
bertumbukan dengan frekuensi z, maka menghabiskan waktu 1/z dalam perjalanan bebas
antar tumbukan, dan oleh karena itu melakukan perjalanan berjarak (1/z) . Sehingga, jalan
bebas rata-rata dirumuskan sebagai:
kT
atau
z
2 p
Batas
diakhiri
kritis.
triple,
dan uap
dinamik.
normal
dimana
cairan
tekanan
didih
titik dimana tekanan uap cairan 1 atm.
Sekarang
yang terjadi
memanaskan
tertutup.
keluar, densitas
fasa cair-uap
pada titik
Pada titik
padatan, cairan
berada di
kesetimbangan
Titik beku
adalah titik
temperatur
membeku pada
1 atm; titik
normal adalah
pertimbangkan apa
ketika kita
cairan pada vessel
Karena uap tidak bisa
cairan meningkat
seiring dengan peningkatan tekanan uap kemudian densitas uap menjadi seragam dengan cairan sisa.
Pada tahap ini permukaan antara dua fasa menghilang, sesuai Gambar 2. Temperatur pada saat
permukaan hilang disebut temperatur kritis Tc, tekanan uap pada temperatur kritis disebut tekanan
kritis Pc, dan temperatur kritis dan tekanan kritis bersama sama mengidentifikasi titik kritis dari suatu
zat. Jika kita memaksa meningkatkan temperatur diatas temperatur kritis, akan menghasilkan denser
fluid. Bagaimanapun juga, tidak ada permukaan muncul untuk memisahkan kedua bagian sampel dan
fase seragam, cairan superkritis, terus menerus mengisi vessel tersebut. Olehkarena itu, kita dapat
menyimpulkan bahwa cairan tidak bisa dihasilkan oleh aplikasi dari tekanan suatu zat jika zat
itu berada atau diatas temperatur kritis. Itulah sebabnya batas cairan-gas pada fasa diagram
diakhiri titik kritis.
Dense fluid yang diperoleh dari kompresi gas ketika tempertarutnya diatas temperatur kritis bukanlah
cairan yang sesungguhnya, akan tetapi berkelakuan seperti cairan di banyak kondisi. Dense fluid
memiliki densitas yg mirip dengan cairan, dan dapat bertindak sebagai pelarut. Meskipun sangat
rapat, fluida ini tidak bisa dikatakan cairan karena tidak memliki sebuah permukaan yang
memisahkan dari fasa uap.
Tempertaur kritis sering digunakan untuk membedakan istilah uap dan gas: uap adalah fasa gas
dari suatu za dibawah tempertaur kritis ( dimana dapat di cairkan oleh kompresi); gas adalah fasa gas
dari suatu zat diatas temperatur kritisnya ( tidak dapat dicairkan hanya dengan kompresi). Oksigen
pada temperatur ruangan disebut gas; sedangkan fasa gas dari air pada temperatur ruangan (STP)
disebut uap.
C.2. Salah satu cairan superktiris yang banyak digunakan sebagai pelarut adalah CO 2 superkritis.
Carilah satu referensi yang menjelaskan penggunaan CO 2 superkritis, jelaskan keunggulannya
dibandingkan pelarut yang lain. Jelaskan juga pemanfaatan CO 2 superkritis dan cairan superkritis
lainnya sehubungan dengan slogan Green Chemistry di bidang lainnya, sertakan dengan referensi
yang mendukung.
Fluida superkritis (SCF) sekarang ini telah digunakan sebagai pelarut. Sebagai contoh, karbon dioksia
superkritis digunakan untuk mengekstrak kafein pada proses pembuatan dekafein kopi dimana tidak
seperti pelarut organik yang memungkinkan menghasilkan residu toksik. Fluida superkritis juga
sekarang ini besar diminati di industri proses sebagai pengganti dari chlorofluorocrabons (CFC) and
maka dari itu menghindari kerusakan alam yang disebabkan CFCs. Karena karbon dioksia superkritis
diperoleh dari atmosfir dan sumber bahan organik (hasil fermentasi), penggunannya tidak
meningkatkan jumlah karbon dioksida di atmosfir.
BAB III
KESIMPULAN
No
1
Gas Ideal
Molekul-molekul gas merupakan materi
bermassa yang dianggap tidak mempunyai
volum
Gas Nyata
Volume molekul gas nyata tidak
dapat diabaikan
Terdapat gaya tarik/gaya tolak jika
tekanan diperbesar atau diperkecil
Interaksi antar molekul gas nyata
sangat kuat menyebabkan gerakan
molekul tidak lurus & tekanan ke
dinding menjadi lebih kecil
daripada gas ideal
Memenuhi persamaan :
(P+
n2
V 2 ) (V - nb) = nRT
Massa molar dengan berat molekul sangat berkaitan. Nilai keduanya sama, hanya saja
satuannya berbeda. Satuan massa molar adalah gram, sedangkan masa molekul adalah sma (satuan
muatan atom). Penentuan massa molar dapat dilakukan dengan cara matematis, metode-metode
ilmiah, juga alat-alat. Cara matematis dapat dihitung berdasarkan persamaan gas ideal yaitu
PV =nRT
Adapun alat yang digunakan yaitu timbangan mikro gas dengan hasil keluarannya tekanan dan
spectrometer massa dengan hasil keluarannya jumlah isotop yang bernilai sama dengan berat molekul
dan massa molar.
Teori kinetik gas membahas mengenai sidat-sifat dasar gas. Molekul-molekul dalam gas yang
bergerak secara terus menerus, bebas, dan acak akan mengalami tumbukan. Molekul-molekul ini pun
akan mempunyai kecepatan, energi kinetik, frekuensi tumbukan, dan jalan bebas rata-rata. Kecepatan
akan terdistribusi dalam sebuah gas, kecepatan dipengaruhi oleh temperatur dan massa molekul. Bila
massa molekul semakin besar masa molekul gas akan bergerak semakin lambat, sebaliknya pada
temperatur tinggi molekul akan bergerak semakin cepat sehingga energi kinetiknya juga besar. Selain
itu seiring bertambahnya temperatur frekuensi tumbukan juga akan semakin besar.
Cairan superkritis (Super critical Fluid, SFC) adalah suatu gas yang suhu dan tekanannya
berada di atas suhu dan tekanan kritisnya. Cairan tersebut memiliki sifat fisika gas tetapi dengan
tingginya kerapatan yang tetap ada menjadikan gas tersebut juga tetap memiliki sifat-sifat cairan
sehingga tidak dapat dibedakan. Sedangkan kritikal adalah, titik kritis, yaitu sebuah titik suhu dimana
fase cairan dan uap tidak bisa dibedakan. Pada saat mendekati temperatur titik kritis, properti gas dan
cairan menjadi sama, fase ini disebut Fluida superkritikal. Jadi perbedaannya adalah cairan superkritis
adalah fase dimana sifat cairan dan gas tidak dapat dibedakan dan titik kritis adalah titik dimana
mencapai temperatur kritikal dan tekanan kritikal sehingga fase cairan dan gas tidak dapat dibedakan.
Viskositas atau kekentalan merupakan gaya gesekan antara molekul-molekul yang menyusun
suatu fluida. Molekul-molekul yang membentuk suatu fluida saling gesek menggesek ketika fluida
tersebut mengalir. Pada zat cair viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik
antara molekul sejenis) sedangkan dalam zat gas viskositas disebabkan oleh tumbukan antara
molekul. Fluida yang memiliki viskositas ada dalam kehidupan sehari-hari disebut fluida sejati yang
memiliki sifat seperti dapat dimampatkan, mengalami gesekan saat mengalir, dan alirannya turbulen.
Nilai viskositas fluida berbeda menurut jenis material tempat fluida tersebut mengalir. Tingkat
kekentalan suatu fluida juga dipengaruhi oleh fluida yang digunakan, luas penampang, objek yang
digunakan, serta temperatur.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, Peter. De Paula, Julio. (2006). Physical Chemistry Eight Edition. New York: W.H.
Freeman Company
Atkins, P.W. (1989). Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga
B. Lando, Jerome. H. Maron, Samuel. (1965). Fundamental of Physical Chemistry. USA:
Macmillan Publishing Co, Inc.
Chang, Raymond. (2004). Kimia Dasar Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga
Dogra, S. (1990). Physical Chemistry Through Problems. England: Wiley Eastern Limited
Logan, S.R. (1998). Physical Chemistry for The Biomedical Sciences. UK: British library
Cataloguing-in-publicating
Apriyananda, Onny. Energi Panas. [ONLINE] : article-teknologi.com/energi-panas/ [Accessed on
20 September 2015]
Karisnda. Penentuan BM Gas. [ONLINE] : scribd [Accessed on 19 September 2015]