Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH KIMIA FISIKA

GAS DAN LARUTAN

Kelompok

:4

Anggota

: Salsabila Zahra Adi (1406531680)


Sari Dafinah R

(1406531832)

Seva Juneva

(1206241552)

Shobrun Jamil

(1406531656)

Sinta Sofiana

(1406531750)

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS INDONESIA
TAHUN AJARAN 2015/2016

DAFTAR ISI
Daftar isi........................................................................................................... i
Bab I ................................................................................................................ 1
Dasar Teori Pendukung Part A
A.1 Sifat-Sifat Gas..................................................................................1
A.2 Karakteristik dan Jenis Gas
2

............................................................

A.3 Berat Molekul..................................................................................3


A.4 Hukum Gas Ideal.............................................................................4
A.5 Campuran Gas..................................................................................7
A.6 Pembuatan, Penyimpanan dan Pemanfaatan Gas............................9
Dasar Teori Pendukung Part B
B.1 Teori Kinetik Gas...........................................................................11
B.2 Hukum Distribusi Maxwell...........................................................16
B.3 Perkiraan Jumlah Tumbukan..........................................................19
B.4 Viskosita Gas..................................................................................22
Dasar Teori Pendukung Part C
C.1 Fenomena Kritis Cairan.................................................................24
Bab II
Jawaban Pertanyaan Part A
Soal no 1 ................................................................................................. 25
Soal no 2 ................................................................................................. 26
Soal no 3 ................................................................................................. 28
Soal no 4 ................................................................................................. 32
Soal no 5 ................................................................................................. 33
Soal no 6 ................................................................................................. 33

Jawaban Pertanyaan Part B

Soal no 1 ................................................................................................. 36
Soal no 2 ................................................................................................. 36
Jawaban Pertanyaan Part C
Soal no 1 ................................................................................................37
Soal no 2.................................................................................................38
Kesimpulan.......................................................................................................40
Daftar Pustaka...................................................................................................42

BAB I

DASAR TEORI PENDUKUNG BAGIAN A


A.1 Sifat-Sifat Gas
Zat atau materi adalah segala sesuatu yang menempati ruang dan memiliki massa. Suatu zat pada
umumnya dibagi menjadi tiga fasa yaitu padat, cair, dan gas. Ketiga wujud tersebut tentunya
memiliki sifat dan karakteristik tersendiri yang membuatnya mudah untuk dibedakan. Sebuah zat
tidak selalu tetap berada dalam wujudnya, melainkan dapat mengalami perubahan dari satu fasa
ke fasa lainnya. Perubahan wujud (fasa) tersebut terjadi karena adanya pengaruh suhu. Pada
dasarnya perubahan suhu suatu zat akan menyebabkan terjadinya perubahan susunan partikel
dalam zat tersebut.
Istilah gas pertama kali digunakan pada awal abad ke-17 M oleh seorang kimiawan Belanda
bernama J.B Van Helmont sebagai pelafalan dari kata Yunani Chaos (kekacauan). Gas
merupakan sebuah fasa benda dimana ikatan antar molekulnya relatif lemah bila dibandingkan
dengan padatan atau cairan. Ikatan yang lemah disebabkan karena jauhnya jarak antar atom yang
memungkinkan gas untuk mengalir serta mengalami perubahan bentuk dan volume.
Sebuah zat dalam fasa gas memiliki ciri dan karakteristik sebagai berikut:
1) Gerak Brown
Merupakan salah satu fenomena fisik dimana suatu
partikel tidak pernah berada dalam keadaan stasioner
(sepenuhnya diam), melainkan mengalami gerak acak
secara terus menerus. Gerak Brown merupakan hasil
tumbukan antar partikel dalam gas atau antara suatu
partikel dengan dinding tempat gas tersebut berada.
Dalam suatu ruang, gerak brown diamati sebagai sebuah
gerakan bebas dengan kecepatan yang berbeda-beda antar
partikelnya. Apabila suatu partikel gas saling bertabrakan
satu sama lain, maka partikel gas tersebut akan bergerak Gambar 1. Gerak Brown dalam
dengan arah dan kecepatan yang berbeda. Penyebaran Ruang 3D
kecepatan tersebut dapat dirumuskan dengan hukum distribusi kecepatan Maxwell yang
memberikan gambaran akan pengaruh suhu dan lingkungan terhadap gerak suatu partikel.

2) Mengisi Seluruh Ruang


Seluruh gas dapat mengalir secara bebas, berubah
bentuk, serta mengisi volume suatu ruang.
Kemampuan gas tersebut mematuhi hukum kedua
termodinamika yang menyatakan bahwa gas
mengembang mengisi seluruh ruangan merupakan
proses spontan yang disebabkan oleh peningkatan entropi. Sifat gas ini juga menjelaskan
perbedaan mendasar antara fasa gas dan cair, dimana gas tidak hanya mampu untuk

mengalami perubahan bentuk seperti zat cair melainkan juga dapat mengalami perubahan
volume.

3) Gaya antar Molekul Lemah


Gambar 2. Gas Mengisi Seluruh
Merupakan
gaya elektromagnetik yang terjadi
Ruang
antara molekulmolekul atau bagian yang terpisah
jauh dari suatu makromolekul. Gaya tersebut dapat berupa gaya tarik-menarik maupun gaya
tolak-menolak. Gaya antar molekul yang terdapat pada gas sangatlah lemah, yang
menyebabkan jarak antar partikel gas relatif jauh serta susunan partikelnya yang tak teratur.

4) Sifat Fisis Gas


Sifat fisis suatu gas dapat dijelaskan oleh empat faktor berikut, yaitu:
a) P Tekanan Gas (atm) , merupakan gaya rata-rata per unit area yang gas berikan pada
dinding suatu ruang.
b) T Suhu (oK). Berbanding lurus dengan kecepatan partikel gas. Dengan menaikan suhu
maka energi kinetik molekul gas yang bereaksi akan bertambah sehingga kecepatan
setiap partikel meningkat. Meningkatnya kecepatan partikel tersebut berarti akan
mempercepat laju reaksi karena banyaknya partikel yang saling bertumbukan.
c) V Volume (L). Volume suatu gas dapat dicari dengan menghitung volume suatu ruang
yang ditempati oleh gas tersebut. Hal tersebut disebabkan karena setiap gas dapat
mengembang dan mengalami perubahan volume sehingga volume suatu gas sama
dengan volume ruang dimana gas tersebut berada.
d) n Mol (mol). Menyatakan jumlah zat suatu gas.
Jika diketahui tiga dari keempat variabel tersebut, maka nilai dari satu variabel lainnya dapat
ditentukan dengan menggunakan rumus Persamaan gas ideal maupun non-ideal.

A.2. Karakteristik dan Jenis Gas


Gas merupakan kondisi yang paling sederhana dari suatu materi karena gas dapat mengisi seluruh
ruangan yang mewadahinya atau yang ditempatinya, baik gas murni(terdiri dari 1 jenis gas)
maupun campuran gas. Persamaan gas melibatkan beberapa variabel yang mendefinisikan sifat
fisiknya yaitu tekanan (P), volume (V), temperatur (T), dan jumlah molekul (n). Gas merupakan
kondisi yang paling sederhana dari suatu materi karena gas dapat mengisi seluruh ruangan yang
mewadahinya atau yang ditempatinya, baik gas murni(terdiri dari 1 jenis gas) maupun campuran
gas. Persamaan gas melibatkan beberapa variabel yang mendefinisikan sifat fisiknya yaitu
tekanan (P), volume (V), temperatur (T), dan jumlah molekul (n).
Hubungan antar wadah yang berisi gas :
a. Diatermik
Kondisi saat 2 benda atau lebih dapat melakukan
perpindahan panas karena perbedaan temperatur.

b. Adiabatik
Proses dimana tidak ada kalor yang masuk atau keluar sistem (Q=0) (U= -W).
Gas ideal merupakn gas yang mematuhi persamaan gas umum PV=nRT pada keadaan STP
dan hukum gas Graham, Boyle, Gay Lussac, Charles, Avogadro, Amagat, Dalton, EOS pada
semua suhu dan tekanan. Asumsi gas ideal :
1. Gas terdiri dari partikel-partikel yang sangat banyak yang bergerak lurus secara acak
diantara tumbukan dengan kecepatan tetap.
2. Tidak ada gaya tarik/gaya tolak antar partikel gas.
3. Tumbukan antar partikel gas & partikel gas dengan dinding wadah adalah lenting
sempurna.
Gas nyata berbeda dari gas ideal karena dapat terjadi interaksi antar molekul berdasarkan
tekanan gas.
1. Gaya tolak membantu ekspansi gas (pada tekanan tinggi)
2. Gaya tarik membantu kompresi gas (pada tekanan sedang)
3. Tidak ada gaya tarik menarik / tolak menolak antar molekul pada tekanan rendah (P =
0), hal ini merupakan sifat dari gas ideal.
Gaya-gaya antar molekul ini juga menyebabkan tumbukan antar molekul maupun molekul
dengan diding bejana tidak lenting sempurna, interaksi antar molekul gas nyata sangat kuat
menyebabkan gerakan molekul tidak lurus & tekanan ke dinding menjadi lebih kecil daripada
gas ideal. Gas nyata memenuhi hukum Van Der Waals, Kemerlinghones, Bethelot , dan BeattieBridgeman.
Faktor kompresi (Z) : rasio antara molar dan volume gas yang sebenarnya berbanding dengan
rasio antara molar dan volume gas ideal ketika temperatur dan tekanan yang sama.
Z=

Vm

, dimana Vm =

V m ideal

V
n

a. Jika hasil Z = 1 keadaan ideal.


b. Jika hasil Z < 1 gaya tarik menarik antar molekul dominan (pada tekanan sedang).
c. Jika hasil Z > 1 gaya tolak menolak antar molekul dominan (pada tekanan tinggi).

A.3. Berat Molekul


Berat molekul (sering disebut massa molekul) adalah jumlah dari massa-massa atom (dalam sma)
dalam suatu molekul. Berat Molekul dapat digunakan untuk menentukan massa molar dari suatu
molekul atau senyawa. Massa molar suatu senyawa (dalam gram) sama dengan berat molekulnya
(dalam sma)
Perhitungan matematis untuk mencari berat molekul, didasari konsep persamaan gas ideal, yaitu:

PV =nRT

(1)

( WM ) RT

PV =

M=
M=

WRT
PV ... (2)

RT . (3)
P

Adapun metode dan alat alat untuk menentukan berat molekul. Ada Metode Dumas, Regnault,
dan yang paling akurat adalah metode Limiting Density karena pada tekanan nol (vacuum). Dan
alat yang dapat digunakan adalah Spektrometer Massa dan Timbangan Mikro Gas. Metodemetode dan Alat-Alat tersebut tetap mengaplikasikan hukum gas ideal.

A.4. Hukum-Hukum Gas Ideal


Hukum Boyle
Pada 1662, Boyle berujar bahwa volume suatu gas dengan jumlah tertentu, pada suhu konstan
berbanding terbalik dengan tekanan gas. Atau lebih dikenal dengan keadaan isoterm.Boyle
membuktikan pernyataannya ini dengan serangkaian percobaan tabung gelas bentuk-J yang
ditambahkan air raksa sedikit demi sedikit hingga diketahui perubahan volumenya.

Gambar 1.1 Percobaan Boyle

(1)
P1 = tekanan awal (Pa atau N/m2)
P2 = tekanan akhir (Pa atau N/m2)
V1 = volume awal (m3)
V2 = volume akhir (m3)

Grafik Hubungan P dan V

2. Hukum Charles-Gay Lussac


Menurut Charles (1787) :
Gas hidrogen, udara, karbon dioksida, dan oksigen mengembang dengan jumlah yang
sama ketika dipanaskan dari 0 sampai 80 C.Hukum Charles berkata bahwa pada tekanan
tetap, volume sejumlah gas berbanding lurus dengan suhu absolutnya. Kondisi ini disebut sebagai
isobarik
Menurut Gay-Lussac (1802)
Untuk semua gas, pertambahan volume untuk kenaikan suhu setiap derajat Celsius kirakira sama dengan 1/273 dari volume gas pada 0 C.Hukum Gay-Lussac sendiri berisi
penurunan gabungan hukum Boyle dan hukum Charles. Apabila keduahukum tersebut diturunkan,
maka akan diperoleh data yang menunjukkan bahwa volume gas tetap, sementara tekanan
berbanding lurus dengan suhu absolutnya.

(2)

P1 = tekanan awal (Pa atau N/m2)


P2 = tekanan akhir (Pa atau N/m2)
T1 = suhu awal (K)
T2 = suhu akhir (K)

Grafik Hubungan T dan V

3. Hukum Avogadro
Avogadro menyatakan bahwa gas-gas bervolume sama, pada temperatur dan tekanan yang sama,
akan mengandung jumlah molekul/partikel yang sama

(3)

Sehingga, untuk
persamaan :

persamaan gas ideal berlaku

PV= n RT

(4)

Dimana(dalam keadaan STP) :


P = tekanan (atm / mmHg / Pa)
V = volume (liter)
R = konstanta gas ideal (8,314 J/K mol)
n = jumlahmol (mol)
T = suhu (Kelvin)
*) STP : Keadaan dimana gas mempunyai tekanan 1 atm dan suhu 0 o C (273K)

Gas nyata memenuhi hukum-hukum berikut ini,


1. Persamaan Van Der Waals
Pada persamaan ini tedapat koefisien koreksi yang bergantung pada karakteristik
masing-masing gas yaitu volume dan tekanan.
(P+

n2 a
V 2 ) (V - nb) = nRT

= koreksi terhadap P ( karena ada gaya tarik partikel)


b = koreksi terhadap V (karena tidak diabaikannya volume partikel)
2. Persamaan Kamerlingh
PVm = A + BP + CP2 + DP3 + ...
dimana,
P
= tekanan , Vm = molar volum
A, B, C, D, ... = koefisien virial
3. Persamaan Bertherlot

Pada tekanan tinggi persamaan ini sulit untuk dikendalikan. Untuk tekanan rendah :
PV = nRT [ 1 +
Dimana

9 PTc
128 Pc T

)]

PC = Tekanan Kritis, Tc = Temperatur Kritis

4. Persamaan Beattie & Bridgman


a. P =

(1 -

6Te

RT
Vm

P
2
( RT )

V m2

V m4

b.

Vm =

RT
P

RT

P2
3
( RT )

Dimana: = RT B 0 =

V m3

A0 -

Rc
, = -RT B 0 b +
2
T

A0 a -

Rc B0
T

R B0 bc
T2

A.5. Campuran Gas


Larutan merupakan campuran homogen dari dua jenis zat atau lebih. Suatu larutan terdiri dari zat
yang terlarut dan zat pelarut. Zat yang terlarut merupakan komponen jenuh. Keadaan dimana zat
terlarut dalam larutan lebih banyak dari zat terlarut yang seharusnya dapat melarut pada temperatur
tertentu disebut larutan tidak jenuh.
Konsentrasi merupakan jumlah zat yang terlarut dalam pelarut. Cara menyatakan konsentrasi dibagi
menjadi dua, yaitu secara fisika (fraksi berat, fraksi volume, dan fraksi berat-volume) dan secara
kimia(fraksi mol, kemolalan, dan kemolaran)
Konsentrasi secara fisika

Fraksi Berat

m terlarut
massalarutan

Fraksi Volume

V terlarut
V larutan

Fraksi Berat-Volume

mterlarut
V larutan
Konsentrasi secara kimia

Fraksi Mol

n
ntotal

Kemolalan (m)

gr
1000

Mr P( gr)

Kemolaran (M)

gr
1000

Mr V (ml)
Berat molekul berhubungan langsung dengan sifat kimia polimer. Nilai berat molekul
bergantung pada besarnya ukuran dalam metode pengukurannya. Polimer terdiri dari sebaran ukuran
molekul dan sebaran massa molekul. Maka dari itu setiap pengukuran/penentuan massa molekul akan
menghasilkan nilai rata-rata

( X Mr)
Tekanan parsial merupakan tekanan hipotesis gas saat gas tersebut menempati volume
campuran pada suhu konstan

P Parsial=X P total
Tekanan parsial suatu zat berbanding lurus dengan molnya, hal ini berdasarkan kepada hukum
Dalton

P1 n1
=
P2 n2
Vx V total
=
Px P total
Densitas atau massa jenis adalah rasio atau perbandingan antara massa dengan volume
tertentu

m
V

Densitas relatif adalah perbandingan massa jenis suatu zat dengan massa jenis air

relatif =

benda
air

Densitas campuran

campuran=

m1+ m2+m3+
V 1+V 2+V 3+

A.6. Pembuatan, Penyimpanan, dan Pemanfaatan Gas


Pembuatan Gas O2 dan N2
Gas oksigen dan nitrogen dapat dibuat pada skala Laboratorium maupun skala lndustri. Pada skala
Industri, oksigen dan nitrogen dapat diperoleh dengan proses destilasi bertingkat udara yang
dicairkan. Mula-mula udara disaring untuk menghilangkan debu lalu dimasukkan ke dalam
kompresor. Pada kompresi ini suhu udara akan naik dan kemudian didinginkan dalam pendingin.
Udara dingin mengembang melalui celah, dan hasilnya adalah udara lebih dingin yang kemudian
mencair. Udara cair disaring untuk memisahkan kandungan CO 2 dan air yang telah membeku.
Kemudian udara cair tersebut memasuki bagian puncak kolom dimana nitrogen, komponen yang
paling mudah menguap, keluar sebagai gas. Pada pertengahan kolom, gas argon keluar dan
selanjutnya oksigen cair.
Secara Industri, proses pemishan oksigen dan nitrogen dari udara akan diperoleh oksigen dengan
kemurnian 99,5%, sedangkan Nitrogen 99-99,5%.
Pada skala Laboratorium, gas oksigen dapat dibuat dengan memanfaatkan beberapa reaksi kimia,
seperti:

Memanaskan serbuk kalium kromat KClO3 dengan katalisator mangan oksida (batu kawi),
MnO2, sebagai katalis. Reaksinya adalah sebagai berikut:
2 KClO3(s)

2KCl(s) + O2(g)

Menguraikan hidrogen peroksida H2O2 dengan MnO2 sebagai katalis:


H2O2(l)

H2O(l) + O2(g)

Elektrolisis air yang diberi asam sulfat H2SO4


2H2O(l)

H2(g) +O2(g)

Memanaskan barium peroksida BaO2 (800oC)


BaO2(s)

2BaO(s) + O2(g)

Sedangkan reaksi kimia yang digunakan untuk membuat Nitrogen adalah sebagai berikut:

Dekomposisi termal senyawa amonium CNH4NO2 dengan cara dipanaskan.


CNH4NO2(s)

Secara spektroskop N2 murni di buat dengan dekomposisi termal Natrium Barium Azida.
Berikut reaksinya:
2NaN3

N2(g)+ 2H2O(l)

2Na + 3N2

Pemanasan NH4NO2 melalui reaksi sebagai berikut.


NH4NO2

N2 + 2H2O

Oksidasi NH3 melalui reaksi sebagai berikut.


2NH3 + 3CuO

N2+ 3Cu + 3H2O

Pemanfaatan Oksigen
Aplikasi utama oksigen diantaranya adalah: 1) peleburan, pemurnian, dan pembuatan baja, dan logam
lainnya, 2) pembuatan bahan kimia dengan oksidasi terkontrol, 3) propulsi roket, 4) penopang hidup
medis dan biologi; 5) pertambangan serta produksi kaca.
Pemanfaatan Nitrogen
Aplikasi nitrogen yang paling sering digunakan adalah: 1) Untuk pembuatan Amonia, 2)Untuk
membuat atmosfer inert dalam berbagai proses yang terganggu oleh oksigen misalnya dalam industri
elektrnika, 3) Sebagai atmosfer inert dalam makanan kemasan untuk memperpanjang masa
penggunaannya, 4) Nitrogen cair digunakan sebagai pendingin untuk menciptakan suhu yang sangat
rendah.
A. Cara Industri

B. Cara Laboratorium
1.

1.

Elektrolisis air yang sedikit diasamkan

Logam (golongan IA/IIA) + air


2K(s) + 2H2O(l) 2KOH(aq) + H2(g)

2H2O(l) 2H2(g) + O2(g)

Ca(s) + 2H2O(l) Ca(OH)2(aq) +


H2(g)
2.

2. 3Fe(pijar) + 4H2O Fe3O4 (s) + 4H2(g)

Logam dengan Eok o > O + asam kuat encer


Zn (s) + 2HCl (aq) ZnCl2 (aq) + H2 (g)
Mg (s) + 2 HCl (aq) MgCl2 (aq) + H2(g)

3. 2C(pijar) + 2H2O(g) 2H2(g) + 2CO (g)

3.

Logam amfoter + basa kuat


Zn (s) + NaOH(aq) Na2ZnO2 (aq) + H2(g)
2Al (s) + 6NaOH (aq) 2Na3AlO3 (aq) +
3H2(g)

Pembuatan Gas H2
Dalam skala industri, hydrogen dihasilkan dari uap air dengan metana atau hidrokarbon ringan dengan
katalis nikel pada suhu 75C menghasilkan campuran karbon monoksida dan hydrogen. Campuran
gas ini disebut synthesis gas atau syngas.
Pemanfaatan gas H2
Pemanfaatan H2 antara lain 1) Proses produksi methanol, ethanol, dan alcohol yang lebih tinggi, 2)
Pembentukan logam dan oksidanya, 3) Hidrogen sebagai bahan bakar, 4) Untuk hidrogenasi lemak
dan minyak, 5) Mereduksi bijih-bijih besi, 6) Sebagai gas pengisi balon.
Proses Penyimpanan Gas O2, H2, dan N2
1. Tabung Oksigen
Merupakan kapal tekanan yang digunakan untuk menyimpan gas oksigen pada tekanan
atmosfer di dalam tabung dengan tekanan tinggi atau juga sering disebu sebagai botol oksigen
2. Cryogenic Refrigirator
Metode penyimpanan gas N2, dimana gas dibekukan dan dibutuhkan temperatur
sangat rendah, umumnya dibawah -238 Fahrenheit. Pembekuan ini biasa dilakukan
dengan menggunakan bantuan gas cair seperti Helium.
3. Tangki Hidrogen Cair
Pada teknologi ini gas hidrogen dicairkan pada suhu yang sangat rendah. Pada
tekanan 1 atm, dibutuhkan temperatur hingga 22 K. Energi yang digunakan untuk
mendinginkan hidrogen cukup besar, hingga mencapai 1/3 dari energi yang
Gambar 3.
disimpan.

Cryogenoc
Refrigirator

DASAR TEORI PENDUKUNG BAGIAN B


B.1. TEORI KINETIK GAS
Pengamatan dari perilaku gas pada berbagai kondisi yang dilakukan oleh Boyle, Charles,
Avogadro dan lain-lain menghasilkan data yang dapat disimpulkan menjadi perumusan-perumusan
umum atau hukum. Hukum-hukum ini tidak bergantung pada setiap teori tentang hakekat gas.
Untuk dapat menerangkan perilaku gas itu telah disusun suatu teori yang dikenal sebagai
Teori Kinetik Gas. Teori ini, yang untuk pertama kalinya dikemukakan oleh Bernoulli pada tahun
1738, mempostulatkan suatu model dimana diandaikan bahwa molekul-molekul gas berada dalam
gerakan cepat ke segala arah dan bahwa tabrakannya dengan dinding menimbulkan tekanan gas.

Walaupun Bernoulli berhasil menurunkan hukum Boyle, namun teorinya baru mendapat
perhatian kurang lebih satu abad kemudian, antara lain dari Joule (1848), Krnig (1856) dan Clausius
(1837) yang mengembangkan teori tersebut lebih lanjut.
Teori Kinetik Gas Ideal

Prostulat yang mendasari teori kinetika gas:


a. Gas terdiri dari partikel-partikel (atom-atom atau molekul-molekul) yang sangat banyak
jumlahnya.
b. Volum dari partikel-partikel gas cukup kecil dibandingkan terhadap volum total dari gas
sehingga volume molekul dapat diabaikan.
c. Tidak ada interaksi (baik tarik-menarik atau tolak-menolak) antara partikel-partikel, sehingga
partikel-partikel ini bergerak dalam garis lurus (hukum gerak Newton I).
d. Terdapat tumbukan elastis antara partikel dengan partikel dan antara partikel dengan dinding
wadah. Hal ini berarti bahwa energi kinetik total dan momentum garis tidak berubah sesudah
tumbukan.
e. Energi kinetik rata-rata dari molekul-molekul berbanding lurus dengan temperatur molekul.

Dengan model ini berhasil diturunkan suatu persamaan yang memungkinkan perhitungan tekanan gas
dari sifat-sifat dasar molekul.

Perhatikan suatu ruang yang berbentuk kubus dengan panjang rusuk l yang mengandung jumlah N
molekul dari suatu gas (Gambar 1).

Gambar 1. Komponen-komponen kecepatan dalam bidang tiga dimensi

Sebuah molekul, dengan massa m, yang bergerak dengan kecepatan c, dapat diuraikan kecepatannya
ke dalam komponen-komponen cx, cy, cz (Gambar 1).

Molekul yang bergerak dengan kecepatan c x pada arah sumbu x akan bertumbukan dengan dinding
(yz)1 (dinding biru) dengan momentum m.cx. Setelah tumbukan, molekul bergerak dalam arah yang
berlawanan dengan kecepatan cx dan momentum m.cx.

Perubahan momentum yang terjadi pada molekul pada satu kali tumbukan adalah :
p1 = m.cx , p2 = -m.cx
p = p1 p2
= m.cx (-m.cx) = 2 m.cx.

Dinding yang sama akan ditabraknya lagi setelah molekul menempuh jarak 2l.

Penjelasan: Misalnya dinding biru adalah dinding (yz) 1, dan dinding kuning adalah (yz) 2. Jarak yang
ditempuh untuk menabrak dinding (yz)1 adalah l, karena elastic maka molekul akan menabrak dinding
(yz)2 dengan jarak l juga. Setelah menabrak dinding (yz) 2, molekul akan menabrak dinding (yz) 1
setelah menempuh jarak l lagi. Demikian, dan seterusnya. Sehingga untuk menabrak dinding (yz) 1
setelah tabrakan yang pertama, molekul HARUS menempuh jarak l + l = 2 l.

Jumlah tumbukan dengan dinding (yz)1 adalah cx/2l tumbukan/detik.

Penjelasan:

Kecepatan = jarak/waktu waktu = jarak/kecepatan

1/waktu = kecepatan / jarak


Kecepatan pada sumbu x cx

Jarak satu kali siklus tumbukan = jarak yang HARUS ditempuh untuk membentuk satu tumbukan
berikutnya adalah 2 l.

Untuk menghitung jumlah tumbukan kuantitas 1/waktu = jumlah tumbukan / detik, sehingga jumlah
tumbukan dengan dinding (yz)1 adalah cx/2l tumbukan/detik.

======
Perubahan momentum per molekul per detik pada dinding (yz) 1 adalah (2 m.cx)(cx/2l) = m.cx2/l.

Penjelasan

Jumlah tumbukan yang terjadi = cx/2l tumbukan/detik.

Perubahan momentum molekul setiap satu kali tumbukan = 2 m.c x / tumbukan.molekul.

Dengan demikian, perubahan momentum per molekul per detik pada dinding (yz) 1 =
Jumlah tumbukan yang terjadi x perubahan momentum molekul setiap satu kali tumbukan
= (cx/2l tumbukan/detik) x( 2 m.cx / tumbukan.molekul)
= m.cx2/l /detik.molekul

Perubahan momentum yang sama akan terjadi pada dinding (yz)2 (dinding kuning).

Jadi total perubahan momentum/molekul/detik dalam arah sumbu x:


= perubahan momentum (yz)1 + perubahan momentum (yz)2
= m.cx2/l + m.cx2/l
= 2 m.cx2/l.

Perubahan momentum total/molekul/detik dalam semua sumbu (x,y,z):

= 2 m.cx2/l + 2 m.cy2/l + 2 m.cz2/l

= 2 m.c2/l

Untuk jumlah total molekul N,

Perubahan momentum per detik

= 2 m.c12/l + 2 m.c22/l + . + 2 m.cN2/l =

Dimana kecepatan kuadrat rata-rata (root mean square speed) adalah ,


..+ cN2)

Menurut hukum Newton ke dua:

F = m.a = m dc/dt = d(mc)/dt

Jadi gaya adalah perubahan momentum per detik.

Bila luas total dari kubus adalah A = 6 l2, maka

P = F/A F = P. A

2 m/l N 2 = P 6 l2

P = 2 m/l N 2 /(6 l2) = 1/3 Nm 2 /l3 = 1/3 Nm 2 /V

.(1)

Persamaan ini terkenal sebagai persamaan pokok teori kinetik gas.

2
c

= 1/N (c12 + c22 +

Beberapa rumus yang diturunkan dari Teori Kinetik

B.2. Hukum Distribusi Maxwell

Walapun persamaan teori kinetik memungkinkan perhitungan c akr dari molekul, akan tetapi persamaan
ini tidak memberikan keterangan apa-apa tentang kecepatan dari masing-masing molekul. Molekulmolekul dalam suatu gas bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda. Lagi pula kecepatan dari
sebuah molekul selalu berubah dan dapat bervariasi antara harga yang rendah sekali dan harga yang
sangat tinggi, akibat daripada tumbukan dengan molekul-molekul yang lain.

Pada tahun 1860 Maxwell menunjukkan bahwa distribusi kecepatan diantara molekul-molekul
mengikuti suatu pola tertentu. Berdasarkan teori kebolehjadian, Maxwell berhasil menurunkan suatu
persamaan untuk menghitung fraksi dari jumlah total molekul yang mempunyai kecepatan antara c
dan c+dc, dengan dc ialah suatu bilangan yang sangat kecil. Persamaan ini, yang terkenal sebagai
Hukum Distribusi Kecepatan Molekul, adalah

dN
m 3 / 2 mc2 / 2 kT 2
4 (
) e
c dc
N
2kT

(2)

Dengan dN ialah jumlah molekul dari jumlah total N, dengan kecepatan antara c dan c+dc, m ialah
massa molekul dan k ialah tetapan Boltzmann (R/N 0 = 1,3805 x 10-16 erg molekul-1 der-1 ). dN/N
menyatakan fraksi dari jumlah total molekul dengan kecepatan antara c dan c+dc. Persamaan
Maxwell biasanya digambarkan dengan mengalurkan (1/N)dN/dc terhadap c (Gambar 2).
Kebolehjadian untuk menemukan sebuah molekul dengan kecepatan antara dua harga ( antara c
dan c+dc) diberikan oleh luas di bawah kurva antara kedua harga kecepatan ini.

Gambar 2. Distribusi kecepatan molekul gas menurut Maxwell

Titik maksimum pada kurva menunjukkan bahwa sebagian besar dari molekul-molekul mempunyai
kecepatan di sekitar titik maksimum ini. Bila temperatur dinaikkan maka titik maksimum akan
bergeser ke arah kecepatan yang lebih besar dan kurva menjadi lebih melebar dan luas di bawah
kurva-kurva ini adalah sama, yaitu sama dengan satu.

Kecepatan pada titik maksimum disebut kecepatan paling boleh jadi (the most probable speed), cpb,
yang dapat dihitung dengan cara mendiferensialkan Persamaan (2) dan hasilnya disamakan dengan
nol. (catatan: nilai maksimum suatu fungsi akan diperoleh jika y=0)

Sehingga
Cpb = 2 kT/m = 2 RT/M .(3)

Cpb = kecepatan paling boleh jadi = the most probable speed

Kecepatan rata-rata , , yang didefenisikan sebagai

..(4)
dapat dihitung dari

...(5)

dengan memasukkan nilai dN dari persamaan (2) ke dalam persamaan (5) diperoleh

yang akhirnya menghasilkan

..(6)

B.3. Perkiraan Jumlah Tumbukan

Tumbukan Molekul dan Jarak Bebas Rata-Rata

Perhatikan dua jenis gas, A dan B, dengan molekul-molekulnya dianggap kaku dan dengan diameter
masing dA dan dB. Tumbukan antara molekul A dan B akan terjadi apabila jarak antara titik pusat
kedua molekul ini adalah dAB = (dA + dB). Andaikan bahwa molekul-molekul B diam dan molekul

CA

A bergerak (satu biji) dengan kecepatan rata-rata

melalui suatu volum yang berisi molekul-

d 2AB C A

molekul B. Dalam waktu satu detik molekul A akan melalui volum sebesar
. Bila jumlah
molekul B per satuan volum adalah N B/V, maka jumlah molekul B yang ditabrak oleh molekul A per
satuan volum per satuan waktu adalah

z AB

d 2AB C A N B
V
z kecil

Bila jumlah molekul A dalam satuan volum adalah N A/V, maka jumlah tabrakan yang terjadi antara
molekul-molekul A dan molekul-molekul B dalam satuan volum per satuan waktu adalah:

Z AB

d 2AB C A N A N B

V2
Z huruf besar

Persamaan di atas memerlukan koreksi karena pada penurunannya dianggap bahwa molekul-molekul
B tidak bergerak. Bila molekul-molekul B bergerak dengan kecepatan rata-rata
persamaan tersebut
Kecepatan relatif

CB

C AB

harus diganti dengan

C AB

CB

, maka dalam

yaitu kecepatan rata-rata A relatif terhadap B.

dapat diperoleh sebagai selisih vektor antara

CA

dan

CB

CA

CB

C AB
2

C AB (C A C B 2C A C B cos )1 / 2

Jadi

z AB

d 2AB C AB N B

Z AB

d 2AB C AB N A N B

V2

dapat dibuktikan (lihat Moore 5th ed. Hal 150-152), bahwa

C AB

8kT

m A mB
m A mB

Z AB

dengan adalah massa tereduksi

d 2AB N A N B

V2

8kT

(7)

Untuk molekul sejenis

C AA

8kT
8kT
2
2C
1 m
m
2

sehingga

2d 2 C N A

z AA

.(8)

dan

Z AA

2d 2 C N A2
V2

..(9)

Persamaan di atas menyatakan jumlah tabrakan molekul yang terjadi dalam satuan volume per satuan
waktu. Faktor diperlukan agar tidak menghitung tiap tumbukan dua kali.

Suatu besaran penting dalam teori kinetik adalah jarak rata-rata yang ditempuh suatu molekul
antara dua tabrakan. Jarak ini, yang disebut jarak bebas rata-rata, , dapat dihitung sebagai
berikut.

Jumlah tabrakan yang dialami oleh satu molekul per satuan waktu diberikan oleh

z AA

2d 2 C N A
V

Jarak yang ditempuh dalam waktu ini adalah . Jadi jarak bebas rata-rata adalah

= /zAA

1
2 d 2 N /V

B.4. Viskositas Gas


Viskositas pada sebuah fluida merupakan ukuran ketahanan dari suatu fluida terhadap gaya
geser terapan. (Robert A. Alberty, 1984:144). Tingginya viskositas menunjukan interaksi dan
ikatan antar molekul fluida serta tahanan yang diberikan oleh suatu fluida ke tekanan geser
yang diterapkan fluida tersebut. Shear stress (tekanan geser) merupakan pembagian antara
gaya geser dengan luas. Tegangan geser berbanding lurus dengan laju regangan geser
(gradient velocity), sesuai dengan rumus:

dV
dY

Dimana:

=tekanan geser
=

viskositas

dV
dY = laju regangan geser

Gambar 4. Perbedaan Viskositas


fluida

Viskositas yang biasa disebut kekentalan sebenarnya merupakan sebuah gaya gesek yang
dialami fluida atau dapat disebut sebagai gesekan internal fluida. Gaya tersebut secara alami
terbentuk ketika fluida mengalir dimana molekul pada gas saling bertumbukan satu sama lain.
Viskositas suatu gas berhubungan langsung dengan temperatur, yaitu akan semakin tinggi bila
temperatur dinaikkan. Pada fluida gas, semakin tinggi temperatur interaksi dan ikatan antar
molekul fluida pada gas akan semakin tinggi (tumbukan antar molekul), sehingga tahanan
fluida pun meningkat. Adapun tumbukan yang terjadi pada partikel gas merupakan jenis
tumbukan elastik / hampir elastik, berbeda dengan fluida cair yang mengalami tumbukan nonelastik. Dalam tumbukan non elastik sebagian energi translasi diubah menjadi energi vibrasi
yang menyebabkan partikel menjadi lebih sukar bergerak dan cenderung berkoagulasi.
Viskositas secara umum dibagi menjadi dua:

Viskositas Dinamik (Absolut)


Viskositas dinamik merupakan ukuran resistansi internal yang diperoleh dari gaya
tangensial per unit area yang dibutuhkan untuk memindahkan bidang horizontal yang
berkaitan dengan bidang lain. Nilai viskositas ini sangat tergantung dengan besarnya
temperatur, dimana jika temperatur naik nilai viskositas juga akan naik.

Viskositas Kinematik

Viskositas kinematik menggambarkan sifat aliran suatu fluida dibawah pengaruh


gravitasi bumi. Viskositas ini dapat dijelaskan sebagai perbandingan antara viskositas
dinamik fluida dengan densitas.
Viskositas pada fluida pada umumnya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
Poiseville, sebagai berikut:
4

P R T
=
8 LV
= koefisien viscositas (centi Poise)
T = waktu alir (detik)
P = tekanan yang menyebabkan zat cair mengalir (dyne/cm2)
R = jari-jari pipa dialiri fluida (cm)
V = volume zat (liter)
L = panjang pipa (cm)
Satuan viskositas didefinisikan sebagai tekanan geser dibagi dengan gradien velocity N.Sec/m 2.
Satuan lainnya yang sering digunakan adalah cP = 0.001 N.Sec/m 2 dan Poise = 100 cP = 0.1
N.Sec/m2. Rumus viskositas pada komponen gas murni menurut persamaan Golubev adalah sebagai
berikut:

=c T 0.965
T r <1.0
r

0.71+

= T r

0.29
Tr

T r >1.0

Tabel Efek Temperatur pada Viskositas dari Komponen Gas*


Degree F
Udara
(Degree C)
30 (-1.11)
0.0164
40 (4.44)
0.0167
50 (10)
0.0169
77 (25)
0.0176
90 (32.22)
0.0179
100 (37.77)
0.0181
120 (48.88)
0.0186
*(nilai tabel dalam cP. Untuk mengkonversi ke
mengkonversi ke lbm/ft/hr, kalikan dengan 2.419)
dimana:
2

c =

3.5 M w 5 Pc3
1

T c6
Mw = Berat Molekuler
Pc = Tekanan Kritis
Tc = Temperatur Kritis

Hydrogen

Ethane

0.00829
0.00862
0.0084
0.00878
0.00851
0.00895
0.0088
0.00939
0.00894
0.0096
0.00904
0.00976
0.00926
0.01
N.s/m2, kalikan nilai tabel dengan 1000, untuk

=Viscosity , micro P
c =Viscosity pada critical temperature
Tr=T /Tc
DASAR TEORI PENDUKUNG BAGIAN C
C.1Fenomena Kritis Cairan
Fenomena SCF (super critical liquid) dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Dalam kurva menunjukkan keseimbangan antara tekanan dan temperatur yang dapat
menggambarkan status CO2 dalam keadaan padat, cair dan gas.
2. Mengikuti kurva didih, menunjukkan kenaikan tekanan dan temperatur yang diikuti dengan
perubahan komposisi bentuk cair dan bentuk gas, bentuk cair semakin sedikit dan bentuk
gas semakin banyak.
3. Kenaikan tekanan dan temperatur pada titik tertentu yang disebut critical point merubah
kondisi bentuk cair menjadi bentuk gas keseluruhan.
Tc adalah temperatur kritis yaitu temperatur maksimum dimana sebuah gas dapat diubah menjadi
cairan dengan kenaikan dalam tekanan.
Pc adalah Tekanan kritis yaitu tekanan yang diperlukan untuk mencairkan gas pada titik
kritis.diatas tekanan kritis, menaikkan temperatur tidak akan menyebabkan cairan menguap untu
memberikan sistem 2 fase.
Vc adalah volume kritis yaitu Volume zat yang bersesuaian dengan suhu kritisnya.

STP Standard Temperature and Pressure didefinisikan sebagai keadaan


dimana gas diukur pada suhu 0oC (273.15 K, 32oF) dan tekanan 1 atm
(101.325 kN/m2, 101.325 kPa, 14.7 psia, 0 psig, 29.92 in Hg, 760 torr,
33.95 Ft.H2O, 407.2 In.W.G, 2116.8 Lbs./Sq.Ft.)

BAB II
Jawaban Pertanyaan Bagian A
A.1. Menjelaskan perbedaan sifat wujud materi, seperti nama kelompok mereka. Jika Anda adalah
angggota dari kelompok Gas, jelaskan sifat dari gas, dan kemudian bandingkan dengan sifat cair dan
padat.
Jawab : Perbandingan sifat zat padat,cair dan gas dilihat dari berbagai sifat berikut, yaitu
a. Volume Molar
Satu mol padatan atau cairan khas menempati 10-100 cm 3 pada keadaan ruang, tetapi volume
molar suatu gas dibawah kondisi yang sama sekitar 24.000 cm 3 mol-1. Selisih yang besar ini
menjelaskan mengapa padatan dan cairan disebut keadaan materi yang terkondensasi. Volume molar
adalah kebalikan dari angka rapatan (jumlah molekul per cm3) materi. Cairan dan padatan mempunyai
angka kerapatan yang tinggi, sedangkan gas memiliki angka kerapatan yang sangat rendah. Jika
meleleh, volume kebanyakan padatan hanya berubah 2 sampai 10 %, menunjukkan bahwa keadaan
padatan dan cairan suatu zat memang relatif terkondensasi terhadap keadaan gas dalam jumlah yang
sama.
Pengukuran rapatan menunjukkan bahwa sentuhan antar molekul, jarak antar inti atom terjauh
dari satu molekul dan inti atom terdekat dari molekul tetangganya berkisar dari 3 x 10 -10 sampai 5 x
10-10 m pada padatan dan cairan. Jarak tersebut jauh lebih pendek dibandingkan jarak pada gas, yaitu
sekitar 30 x 10 -10 m pada kondisi kamar.

b. Kompresibilitas
Kompresibilitas adalah kemampuan suatu zat didefinisikan sebagai fraksi penurunan volume
akibat tekanan.
Padatan dan cairan, keduanya nyaris tak terkompresi , sedangkan gas
kompresibilitasnya besar.kompresibilitas yang besar dalam inilah yang menyebabkan banyak ruang

kosong dalam gas, namun pada keadaan terkondensasi partikel-partikel zat hampir bersentuhan atau
bersentuhan.
Gas sangat dapat terkompresi, sementara padatan dan cairan hampir tidak dapat memang taat
pada asas dengan gaya antarmolekul kuat yang ada dalam keadaan terkondensasi dan tidak adanya
gaya seperti itu dalam keadaan gas. Hanya energy yang cukup rendah yang diperlukan untuk
mendekatkan molekul-molekul yang berjauhan itu sebab gaya di antaranya dapat diabaikan.
Upaya untuk mengkompresi padatan dan cairan memerlukan energi yang besar untuk melawan gaya
tolak yang bekerja begitu molekul-molekul telah bersentuhan.
c. Ekspansi Termal
Koefisien ekspansi termal adalah fraksi peningkatan volume zat per derajat peningkatan suhu.
Hokum Charles memperlihatkan bahwa koefisien ini sama untuk gas dan besarnya yaitu 1/273,15
(0C)-1 pada 00C. dengan demikian peningkatan suhu sebesar 1 0C menyebabkan gas berekspansi
sebesar 1/273,15 atau 0,366 % dari volume asalnya pada 0 0C, salkan tekanannya tetap. Sedangkan
koefisien ekspansi padatan dan cairan jauh lebih kecil. Koefisien ekspansi termal padatan umumnya
kurang dari 0,02 % per derajat celcius.
Meningkatnya volume volume dalam wujud padatan dan cairan mensyaratkan bahwa gaya tarik
di antara molekul dan molekul tetangganya harus diatasi sebagian. Karena jarak antarmolekul padatan
dan cairan berada di daerah gaya tarik yang paling kuat, ekspansi yang relative kecil dihasilkan oleh
meningkatnya volume. Sebaliknya, molekul dalam keadaan gas sangat berjauhan sehingga gaya tarik
antarkeduanya dapat diabaikan. Dalam suhu yang sama meningkatkan ekspansi yang jauh lebih besar
dalam gas dibandingkan dalam padatan dan cairan.
d. Fluiditas dan Kekakuan
Sifat paling menonjol dari gas dan cairan adalah fluiditasnya atau daya alirnya yang
bertentangan dengan kekakuan padatan. Cairan mempunyai volume tertentu tetapi bentuknya tidak
tentu , jadi dibawah tegangan cairan mudah mengalir. Ketahanan material terhadap aliran
makroskopik diukur dari viskositas sesarnya. Pada tingkat mikroskopik, viskositas sesar menyatakan
ketahanan bila satu lapis molekul ditarik sejajar dari lapis tipis lainnya.viskositas sesar masing-masing
cairan adalah sekitar 16 kali lebih kecil dibandingkan padatan, dan untuk gas lebih kecil. Sifat
kekerasan (ketahanan terhadap takukan, indentation) dan elastisitas (daya untuk mengembaikan
bentuknya bila tegangan deformasinya dihilangkan) berhubungan dengan kekakuan atau viskositas
sesar yang tinggi. Dalam sifat ini, padatan mempunyai sifat yang baik, sedangkan gas dan cairan
tidak.
e. Difusi
Molekul gas pada kondisi kamar berdifusi dengan laju beberapa sentimeter per detik.
sedangkan molekul cairan dan padatan berdifusi jauh lebih lambat. Tetapan difusi suatu zat mengukur
laju difusi pencampuran. Pada suhu dan tekanan kamar, tetapan difusi untuk difusi cairan kedalam
cairan adlah sekitar empat kali lebih kecil daripada gas ke gas, sedangkan tetapan difusi padatan ke
padatan lebih kecil lagi.
A.2. Di industri ini mereka diperkenalkan denga istilah factor kompresibilitas yang menunjukkan
bahawa gas tersebut bukanlah gas ideal. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang gas ideal .
berdasarkan factor komprebilitas ini, bagaimana anda dapet membedakan bahwa gas tersebut
merupakan gas ideal atau gas nyata. Dan jelaskan apa yang anda ketahui tentang gas nyata.

Jawab : Gas ideal merupakan gas yang mematuhi persamaan gas umum PV=nRT pada keadaan STP
dan hukum gas Graham, Boyle, Gay Lussac, Charles, Avogadro, Amagat, Dalton, EOS pada semua
suhu dan tekanan. Asumsi gas ideal :
4. Gas terdiri dari partikel-partikel yang sangat banyak yang bergerak lurus secara acak
diantara tumbukan dengan kecepatan tetap.
5. Tidak ada gaya tarik/gaya tolak antar partikel gas.
6. Tumbukan antar partikel gas & partikel gas dengan dinding wadah adalah lenting
sempurna.
Gas nyata berbeda dari gas ideal karena dapat terjadi interaksi antar molekul berdasarkan tekanan gas.
4. Gaya tolak membantu ekspansi gas (pada tekanan tinggi)
5. Gaya tarik membantu kompresi gas (pada tekanan sedang)
6. Tidak ada gaya tarik menarik / tolak menolak antar molekul pada tekanan rendah (P = 0),
hal ini merupakan sifat dari gas ideal.
Gaya-gaya antar molekul ini juga menyebabkan tumbukan antar molekul maupun molekul dengan
diding bejana tidak lenting sempurna, interaksi antar molekul gas nyata sangat kuat menyebabkan
gerakan molekul tidak lurus & tekanan ke dinding menjadi lebih kecil daripada gas ideal. Gas nyata
memenuhi hukum Van Der Waals, Kemerlinghones, Bethelot ,dan Beattie-Bridgeman.
Asumsi gas ideal :
1. Gas terdiri dari partikel-partikel yang sangat banyak yang bergerak lurus secara acak
diantara tumbukan dengan kecepatan tetap.
2. Tidak ada gaya tarik/gaya tolak antar partikel gas.
3. Tumbukan antar partikel gas & partikel gas dengan dinding wadah adalah lenting
sempurna.
4. Volume partikel gas diabaikan terhadap volume ruang.
5. Hukum mekanika berlaku pada gerak partikel gas.
6. Faktor Kompresi pada gas ideal adalah 1 (Z=1)
Faktor kompresi (Z) : rasio antara molar dan volume gas yang sebenarnya berbanding dengan
rasio antara molar dan volume gas ideal ketika temperatur dan tekanan yang sama.
Z=

Vm
V m ideal

, dimana Vm =

V
n

d. Jika hasil Z = 1 keadaan ideal.


e. Jika hasil Z < 1 gaya tarik menarik antar molekul dominan (pada tekanan sedang).
f. Jika hasil Z > 1 gaya tolak menolak antar molekul dominan (pada tekanan tinggi).

No
1

Gas Ideal
Molekul-molekul gas merupakan materi
bermassa yang dianggap tidak mempunyai
volum

Gaya tarik/tolak dianggap nol

Tumbukan antar molekul atau molekul


dengan dinding bejana = lenting sempurna

Memenuhi persamaa gas : PV=nRT

Gas Nyata
Volume molekul gas nyata tidak
dapat diabaikan
Terdapat gaya tarik/gaya tolak jika
tekanan diperbesar atau diperkecil
Interaksi antar molekul gas nyata
sangat kuat menyebabkan gerakan
molekul tidak lurus & tekanan ke
dinding menjadi lebih kecil
daripada gas ideal
Memenuhi persamaan :
(P+

n2
V 2 ) (V - nb) = nRT

A.3. Sebuah tabung 12 L akan diisi dengan gas N2, dengan cara mengalirkan gas tersebut dari tabung
1 L dengan tekanan 20 atm. Dengan mengasumsikan bahwa gas tersebut adalah gas ideal, hukum
siapakah yang bisa anda gunakan untuk menentukan tekanan akhir dari gas N2 ini? Jika gas nyata,
bagaimanakah caranya kita mendapatkan tekanan akhir gas tersebut? Terangkan juga hukum-hukum
gas lain, baik untuk gas ideal ataupun gas nyata.
JAWAB:
~Dengan asumsi gas tersebut adalah gas ideal, maka untuk menentukan tekanan akhir dari gas N2
menggunakan hukum boyle
P 1/V
Ini berarti tekanan dan volume berbanding terbalik apabila mol dan suhu(T) konstan (tidak berubah).
P1V1 = P2 V2
Diketahui bahwa : V1 = 1 L = 1 dm3 = 10-3 m3
P1 = 20 atm = 20 x 101325 Pa = 2026500 Pa
V2 = 12 L = 12 dm3 = 12 x 10-3 m3
P2 = ?
P1V1 = P2 V2
P2 = P1 . V1
V2
P2 = 2026500 . 10-3
12 . 10-3
P2 = 168875 Pa
P2 = 1,6 atm
~ Dengan asumsi gas tersebut adalah gas nyata, maka untuk menentukan tekanan akhir dari gas N2
adalah
Jika gas tersebut adalah gas nyata, tekanan akhir dapat dicari menggunakan persamaan Van der
Waals, yaitu

(
(

P1 +
P2 +

n2 a
V nb )
2 ( 1
V1

)
)(

n2 a
V 2nb )
V 22

nRT
nRT

( 120,0391 )
(20+ 1,391 ) ( 10,0391 )=( P + 1,39
144 )
2

( 21,39 ) ( 0,9609 )=( P2 +0,0096 ) ( 11,9609 )


1,718=( P 2+0,0096 )
P2=1,71 atm
Gas Ideal memenuhi hukum-hukum berikut ini,
1. Hukum Boyle

Pada 1662, Boyle berujar bahwa volume suatu gas dengan jumlah tertentu, pada suhu konstan
berbanding terbalik dengan tekanan gas. Atau lebih dikenal dengan keadaan isoterm.Boyle
membuktikan pernyataannya ini dengan serangkaian percobaan tabung gelas bentuk-J yang
ditambahkan air raksa sedikit demi sedikit hingga diketahui perubahan volumenya.

Gambar 1.1 Percobaan Boyle

(1)
P1 = tekanan awal (Pa atau N/m2)
P2 = tekanan akhir (Pa atau N/m2)
V1 = volume awal (m3)
V2 = volume akhir (m3)

Grafik Hubungan P dan V

2. Hukum Charles-Gay Lussac


Menurut Charles (1787) :
Gas hidrogen, udara, karbon dioksida, dan oksigen mengembang dengan jumlah yang sama
ketika dipanaskan dari 0 sampai 80 C.Hukum Charles berkata bahwa pada tekanan tetap, volume
sejumlah gas berbanding lurus dengan suhu absolutnya. Kondisi ini disebut sebagai isobarik

Menurut Gay-Lussac (1802)


Untuk semua gas, pertambahan volume untuk kenaikan suhu setiap derajat Celsius kira-kira
sama dengan 1/273 dari volume gas pada 0 C.Hukum Gay-Lussac sendiri berisi penurunan
gabungan hukum Boyle dan hukum Charles. Apabila keduahukum tersebut diturunkan, maka akan
diperoleh data yang menunjukkan bahwa volume gas tetap, sementara tekanan berbanding lurus
dengan suhu absolutnya.

(2)

P1 = tekanan awal (Pa atau N/m2)


P2 = tekanan akhir (Pa atau N/m2)
T1 = suhu awal (K)
T2 = suhu akhir (K)
Grafik Hubungan T dan V

3. Hukum Avogadro
Avogadro menyatakan bahwa gas-gas bervolume sama, pada temperatur dan tekanan yang sama,
akan mengandung jumlah molekul/partikel yang sama

(3)

Sehingga, untuk
persamaan :

persamaan gas ideal berlaku

PV= n RT

(4)

Dimana(dalam keadaan STP) :


P = tekanan (atm / mmHg / Pa)
V = volume (liter)
R = konstanta gas ideal (8,314 J/K mol)
n = jumlahmol (mol)
T = suhu (Kelvin)
*) STP : Keadaan dimana gas mempunyai tekanan 1 atm dan suhu 0 o C (273K)

Gas nyata memenuhi hukum-hukum berikut ini,


5. Persamaan Van Der Waals
Pada persamaan ini tedapat koefisien koreksi yang bergantung pada karakteristik
masing-masing gas yaitu volume dan tekanan.
(P+

n2 a
V 2 ) (V - nb) = nRT

= koreksi terhadap P ( karena ada gaya tarik partikel)


b = koreksi terhadap V (karena tidak diabaikannya volume partikel)
6. Persamaan Kamerlingh
PVm = A + BP + CP2 + DP3 + ...
dimana,
P
= tekanan , Vm = molar volum
A, B, C, D, ... = koefisien virial
7. Persamaan Bertherlot
Pada tekanan tinggi persamaan ini sulit untuk dikendalikan. Untuk tekanan rendah :
PV = nRT [ 1 +
Dimana

9 PTc
128 Pc T

RT
Vm

P
2
( RT )

)]

PC = Tekanan Kritis, Tc = Temperatur Kritis

8. Persamaan Beattie & Bridgman


a. P =

(1 -

6Te

V m2

P2
( RT )3

V m3

V m4

b.

Vm =

RT
P

RT

Dimana: = RT B 0
=

A0 -

Rc
,
B0 b +
T 2 = -RT

Rc B0

A0 a -

T2

R B0 bc
T2

A.4 Salah satu persamaan gas nyata yang banyak digunakan adalah persamaan van der waals. Dengan
berdasarkan kepada persamaangas ideal, terangkan bagaimana kita bisa mendapatkan persamaan van
der waals. Dalam persamaan van der waals, terdapat dua konstanta yang sangat tergantung kepada
karakteristik masing-masing gas. Terangkan bagaimana cara menentukan nilai konstanta van der
waals tersebut.
JAWAB :
Karena merasa prihatin dengan keterbatasan persamaan keadaan gas ideal (PV = nRT), van der Waals
menurunkan sebuah persamaan keadaan, dengan memperhitungkan volume molekul dan interaksi
yang terjadi antara molekul-molekul. Persamaan yang diturunkan oleh van der Waals merupakan
hasil modifikasi persamaan keadaan gas ideal PiV = nRT
Pi diubah untuk mengkompensasi interaksi antar-molekul melalui persamaan:
Pi = P + P

(1)

Penurunan rumus gas ideal menjadi nyata membuat gaya tarik menarik antar molekul dan molekulmolekul tersebut mempengaruhi volume gas yang ada.
Untuk mempermudah implementasi penurunan rumus gas ideal tersebut dalam gas nyata, b dianggap
mewakili volume satu mol molekul gas, sementara V merupakan total volume partikel dibagi dengan
jumlah total partikel. Sehingga, volume yang tadinya tersedia untuk pemampatan tidak lagi berumus
V tetapi menjadi V nb (Volume gas - Volume total dari molekul-molekul gas)
Bentuk pertama dari persamaan ini adalah
(2)
keterangan :
P = Tekanan gas (N/m2 = Pa)
v = volume partikel dibagi dengan jumlah total partikel
R = Konstanta gas universal (R = 8,315 J/mol.K )
T = Suhu (K)
a = Konstanta empiris (nilainya bergantung pada gaya tarik menarik antara molekul gas)
b = konstanta empiris (mewakili volume satu mol molekul gas)
Setelah pengenalan konstanta Avogadro N A, jumlah mol n, dan jumlah nN partikel A, persamaan dapat
dirubah ke dalam bentuk kedua (lebih dikenal) :
(3)

Keterangan :

P = Tekanan gas (N/m2 = Pa)


V = Volume gas (m3)
R = Konstanta gas universal (R = 8,315 J/mol.K )
T = Suhu (K)
a = Konstanta empiris (nilainya bergantung pada gaya tarik menarik antara molekul gas)
b = konstanta empiris (mewakili volume satu mol molekul gas)
n = Jumlah mol (mol)
bn = Volume total dari molekul-molekul gas
Konstanta a dan b diperoleh melalui eksperimen. Nilai konstanta a dan b bergantung pada jenis gas.
n2/V2 = perbandingan kuadrat jumlah mol (n) dengan kuadrat volume gas (V). Nilai n 2/V2 bergantung
pada tekanan dan kerapatan gas. Apabila tekanan gas (P) besar, maka volume gas (V) menjadi kecil.
Semakin kecil V, semakin besar n2/V2. Ketika volume gas kecil (n 2/V2 ) besar, maka jarak antara
molekul menjadi lebih dekat. Semakin dekat jarak antara molekul, semakin besar kemungkinan terjadi
interaksi antara molekul-molekul tersebut (bertumbukan, saling tarik menarik). Karenanya, n 2/V2
berbanding lurus dengan konstanta a.
(V nb) = Selisih antara volume gas dengan volume total molekul-molekul gas. Konstanta b
menyatakan besarnya volume satu mol molekul gas. n = jumlah mol. Hasil kali antara b dan n (nb) =
jumlah volume total molekul-molekul gas. Jika tekanan gas (P) semakin besar maka volume gas (V)
semakin kecil. Semakin kecil V, semakin kecil (V nb). Ini berarti jarak antara molekul bertambah
dekat dan tentu saja gaya tarik antara molekul-molekul semakin besar.
A.5. Dalam kunjungan ini, mahasiswa juga belajar mengenai gas cair, salah satu produk dari PT X
Indonesia ini. Berdasarkan keterangan yang sudah diperoleh dari industri tersebut, jelaskan bagaimana
suatu gas bisa dicairkan.
Sebuah gas dapat dicarikan dengan pendinginan dibawah titik pendidihan pada tekanan eksperiman.
Sebagai contoh, klorin pada 1 atm dapat dicairkan dengan mendinginkannya dibawah -34C di sebuah
bak pendingin dengan es kering (solid carbon dioxide). Untuk gas dengan titik pendidihan yang amat
rendah (seperti oksigen dan nitrogen, pada -183C dan -186C), beberapa teknik sederhana tidak
praktis digunakan meskipun bahkan bak yang lebih dingin disediakan.
Salah satu alternatif dan umum digunakan secara komersil dengan memanfaatkan gaya yang bekerja
diantara molekul molekulnya. Kita tahu bahwa laju rms dari molekul molekul gas berbanding lurus
dengan kuadrat akar dari temperaturnya. Dapat disimpulkan bahwa dengan mengurangi laju rms dair
molekul molekulnya sama saja dengan mendinginkan gas tersebut. Jika laju molekul molekul dapat
di kurangi sampa titik dimana molekul molekul berdekatan menangkap sesamanya dengan gaya
tarik intermolekular, maka gas dingin akan mengembun menjadi cair.
A.6. Dari hasil kunjungan pabrik yang sudah dilakukan, berikanlah keterangan singkat tentang gas O 2,
H2, dan N yang sudah Anda ketahui, tentang proses pembuatan, penyimpanan, dan pemanfaatan nya.
Pembuatan Gas O2 dan N2
Gas oksigen dan nitrogen dapat dibuat pada skala Laboratorium maupun skala lndustri. Pada skala
Industri, oksigen dan nitrogen dapat diperoleh dengan proses destilasi bertingkat udara yang
dicairkan. Mula-mula udara disaring untuk menghilangkan debu lalu dimasukkan ke dalam
kompresor. Pada kompresi ini suhu udara akan naik dan kemudian didinginkan dalam pendingin.

Udara dingin mengembang melalui celah, dan hasilnya adalah udara lebih dingin yang kemudian
mencair. Udara cair disaring untuk memisahkan kandungan CO 2 dan air yang telah membeku.
Kemudian udara cair tersebut memasuki bagian puncak kolom dimana nitrogen, komponen yang
paling mudah menguap, keluar sebagai gas. Pada pertengahan kolom, gas argon keluar dan
selanjutnya oksigen cair.
Secara Industri, proses pemishan oksigen dan nitrogen dari udara akan diperoleh oksigen dengan
kemurnian 99,5%, sedangkan Nitrogen 99-99,5%.
Pada skala Laboratorium, gas oksigen dapat dibuat dengan memanfaatkan beberapa reaksi kimia,
seperti:

Memanaskan serbuk kalium kromat KClO3 dengan katalisator mangan oksida (batu kawi),
MnO2, sebagai katalis. Reaksinya adalah sebagai berikut:
2 KClO3(s)

2KCl(s) + O2(g)

Menguraikan hidrogen peroksida H2O2 dengan MnO2 sebagai katalis:

H2O2(l)

H2O(l) + O2(g)

Elektrolisis air yang diberi asam sulfat H2SO4


2H2O(l)

H2(g) +O2(g)

Memanaskan barium peroksida BaO2 (800oC)


BaO2(s)

2BaO(s) + O2(g)

Sedangkan reaksi kimia yang digunakan untuk membuat Nitrogen adalah sebagai berikut:
Dekomposisi termal senyawa amonium CNH4NO2 dengan cara dipanaskan.
CNH4NO2(s)

Secara spektroskop N2 murni di buat dengan dekomposisi termal Natrium Barium Azida.
Berikut reaksinya:
2NaN3

N2(g)+ 2H2O(l)

2Na + 3N2

Pemanasan NH4NO2 melalui reaksi sebagai berikut.


NH4NO2

N2 + 2H2O

Oksidasi NH3 melalui reaksi sebagai berikut.


2NH3 + 3CuO

Pemanfaatan Oksigen

N2+ 3Cu + 3H2O

Aplikasi utama oksigen diantaranya adalah: 1) peleburan, pemurnian, dan pembuatan baja, dan logam
lainnya, 2) pembuatan bahan kimia dengan oksidasi terkontrol, 3) propulsi roket, 4) penopang hidup
medis dan biologi; 5) pertambangan serta produksi kaca.
Pemanfaatan Nitrogen
Aplikasi nitrogen yang paling sering digunakan adalah: 1) Untuk pembuatan Amonia, 2)Untuk
membuat atmosfer inert dalam berbagai proses yang terganggu oleh oksigen misalnya dalam industri
elektrnika, 3) Sebagai atmosfer inert dalam makanan kemasan untuk memperpanjang masa
penggunaannya, 4) Nitrogen cair digunakan sebagai pendingin untuk menciptakan suhu yang sangat
rendah.
Pembuatan Gas H2
A. Cara Industri

B. Cara Laboratorium
1.

1.

Elektrolisis air yang sedikit diasamkan

Logam (golongan IA/IIA) + air


2K(s) + 2H2O(l) 2KOH(aq) + H2(g)

2H2O(l) 2H2(g) + O2(g)

Ca(s) + 2H2O(l) Ca(OH)2(aq) +


H2(g)
2.

2. 3Fe(pijar) + 4H2O Fe3O4 (s) + 4H2(g)

Logam dengan Eok o > O + asam kuat encer


Zn (s) + 2HCl (aq) ZnCl2 (aq) + H2 (g)
Mg (s) + 2 HCl (aq) MgCl2 (aq) + H2(g)

3.
3. 2C(pijar) + 2H2O(g) 2H2(g) + 2CO (g)

Logam amfoter + basa kuat


Zn (s) + NaOH(aq) Na2ZnO2 (aq) + H2(g)
2Al (s) + 6NaOH (aq) 2Na3AlO3 (aq) +
3H2(g)

Dalam skala industri, hydrogen dihasilkan dari uap air dengan metana atau hidrokarbon ringan dengan
katalis nikel pada suhu 75C menghasilkan campuran karbon monoksida dan hydrogen. Campuran
gas ini disebut synthesis gas atau syngas.
Pemanfaatan gas H2
Pemanfaatan H2 antara lain 1) Proses produksi methanol, ethanol, dan alcohol yang lebih tinggi, 2)
Pembentukan logam dan oksidanya, 3) Hidrogen sebagai bahan bakar, 4) Untuk hidrogenasi lemak
dan minyak, 5) Mereduksi bijih-bijih besi, 6) Sebagai gas pengisi balon.
Proses Penyimpanan Gas O2, H2, dan N2
1. Tabung Oksigen
Merupakan kapal tekanan yang digunakan untuk menyimpan gas oksigen pada tekanan
atmosfer di dalam tabung dengan tekanan tinggi atau juga sering disebu sebagai botol oksigen
2. Cryogenic Refrigirator

Metode penyimpanan gas N 2, dimana gas dibekukan dan dibutuhkan temperatur sangat
rendah, umumnya dibawah -238 Fahrenheit. Pembekuan ini biasa dilakukan dengan
menggunakan bantuan gas cair seperti Helium.
3. Tangki Hidrogen Cair
Pada teknologi ini gas hidrogen dicairkan pada suhu yang sangat rendah. Pada
tekanan 1 atm, dibutuhkan temperatur hingga 22 K. Energi yang digunakan
untuk mendinginkan hidrogen cukup besar, hingga mencapai 1/3 dari energi
yang disimpan.
Gambar 5.
CryogenIc
Refrigirator

Jawaban Pertanyaan Bagian B


B.1. Untuk dapat memahami teori kinetika gas, kelompok mahasiswa mengasumsikan bahwa setiap
mobil yang melaju adalah suatu molekul gas yang berada dalam suatu ruangan dengan volume V. Jika
Anda adalah mahasiswa tersebut, jelaskan postulat yang mendasari teori kinetika gas, dan bagaimana
Anda dapat menerangkan distribusi kecepatan molekul gas berdasarkan data yang ada di tabel.
Jawab:
Prostulat yang mendasari teori kinetika gas:
a. Gas terdiri dari partikel-partikel (atom-atom atau molekul-molekul) yang sangat banyak
jumlahnya.
b. Volum dari partikel-partikel gas cukup kecil dibandingkan terhadap volum total dari gas
sehingga volume molekul dapat diabaikan.
c. Tidak ada interaksi (baik tarik-menarik atau tolak-menolak) antara partikel-partikel, sehingga
partikel-partikel ini bergerak dalam garis lurus (hukum gerak Newton I).
d. Terdapat tumbukan elastis antara partikel dengan partikel dan antara partikel dengan dinding
wadah. Hal ini berarti bahwa energi kinetik total dan momentum garis tidak berubah sesudah
tumbukan.
e. Energi kinetik rata-rata dari molekul-molekul berbanding lurus dengan temperatur molekul.

Jika dikaitkan dengan teori distribusi kecepatan molekul yang dikemukakan oleh Maxwell,
maka dapat diketahui bahwa kecepatan paling boleh jadi (the most probable speed), cpb di
jalan tol Jagorawi ke arah Jakarta (J) dan ke arah Bogor (B) adalah sama, yaitu sebesar
85km/jam. Kondisi tersebut disebut sebagai titik maksimum pada kurva yang dibentuk dari
kecepatan(speed) pada sumbu-x dan fraksi jumlah kendaraan yang melaju di jalan tol
pada sumbu-y. Titik maksimum pada kecepatan 85km/jam tersebut menunjukan bahwa
mayoritas kendaraan di jalan tol Jagorawi masih berada dalam rata-rata kecepatan standar
kendaraan di jalan tol, yang berkisar antara 60-100km/jam.

B.2.Bayangkan mobil-mobil yang melaju di jalan tersebut adalah molekul-molekul gas yang berada
dalam suatu ruangan, dengan diameter s, jelaskan bagaimana Anda dapat menentukan jumlah
tumbukan yang terjadi antar mobil per volume per jam. Jelaskan juga bagaimana cara menentukan
jalan bebas rata-rata dan viskositas gas.
Jawab:
Apabila diasumsikan kendaraan sebagai molekul, maka molekul berpindah dengan kecepatan
rata-rata dalam waktu t. Molekul berjalan melalui tabung tumbukan yang berdiameter
s, sehingga luas area molekul-molekul adalah
oleh karena itu volumenya bernilai

= s

dan sepanjang lintasan

t, dan

t. Frekuensi tumbukan antar mobil

(diasumsikan sebagai molekul) yang dihasilkan per satuan waktu (dalam jam) dapat
dinyatakan dengan persamaan berikut ini

z= 2 x

N
V

atau dapat dinyatakan pula dengan

z= 2 s 2 x

N
V

Dimana, N menyatakan jumlah kendaraan yang melaju di jalan tol dan V menyatakan volume
jalan tol (diasumsikan berbentuk silinder dengan diameter s).
Karena kita telah mengetahui persamaan untuk menghitung frekuensi tumbukan, maka kita
dapat menghitung jalan bebas rata-rata

, jarak rata-rata sebuah molekul melakukan

perjalanan antara tumbukan. Apabila sebuah molekul berpindah dengan kecepatan rata-rata
bertumbukan dengan frekuensi z, maka menghabiskan waktu 1/z dalam perjalanan bebas
antar tumbukan, dan oleh karena itu melakukan perjalanan berjarak (1/z) . Sehingga, jalan
bebas rata-rata dirumuskan sebagai:

kT

atau
z
2 p

Jawaban Pertanyaan Bagian C


C.1. Pada kondisi kritis, sifat fisik cairan dan uap menjadi identik dan tidak ada perbedaan yang
dapat diamati diantara amereka. Jadi masing-masing tempertatur, tekanan uap jenuh dan volume
molar yang berhubungan pada titik ini disebut sebagai temperatur kritikal (T c), tekanan kritikal (Pc),
dan volume kritikal (Vc). Dengan memanfaatkan kurva P-V-T, Jelaskan fenomena kritis dan cairan
dan berikan contoh. Jelaskan apa bedanya dengan cairan superkritis. Berikanlah penjelasan singkat
tentang fungsi dan manfaat cairan pada kondisi kritis ataupun superkritikal berbnding dengan cairan
pada kondisi STP.
Jawab:

Batas
diakhiri
kritis.
triple,
dan uap
dinamik.
normal
dimana
cairan
tekanan
didih
titik dimana tekanan uap cairan 1 atm.

Sekarang
yang terjadi
memanaskan
tertutup.
keluar, densitas

fasa cair-uap
pada titik
Pada titik
padatan, cairan
berada di
kesetimbangan
Titik beku
adalah titik
temperatur
membeku pada
1 atm; titik
normal adalah

pertimbangkan apa
ketika kita
cairan pada vessel
Karena uap tidak bisa
cairan meningkat

seiring dengan peningkatan tekanan uap kemudian densitas uap menjadi seragam dengan cairan sisa.
Pada tahap ini permukaan antara dua fasa menghilang, sesuai Gambar 2. Temperatur pada saat
permukaan hilang disebut temperatur kritis Tc, tekanan uap pada temperatur kritis disebut tekanan
kritis Pc, dan temperatur kritis dan tekanan kritis bersama sama mengidentifikasi titik kritis dari suatu
zat. Jika kita memaksa meningkatkan temperatur diatas temperatur kritis, akan menghasilkan denser
fluid. Bagaimanapun juga, tidak ada permukaan muncul untuk memisahkan kedua bagian sampel dan
fase seragam, cairan superkritis, terus menerus mengisi vessel tersebut. Olehkarena itu, kita dapat
menyimpulkan bahwa cairan tidak bisa dihasilkan oleh aplikasi dari tekanan suatu zat jika zat
itu berada atau diatas temperatur kritis. Itulah sebabnya batas cairan-gas pada fasa diagram
diakhiri titik kritis.
Dense fluid yang diperoleh dari kompresi gas ketika tempertarutnya diatas temperatur kritis bukanlah
cairan yang sesungguhnya, akan tetapi berkelakuan seperti cairan di banyak kondisi. Dense fluid
memiliki densitas yg mirip dengan cairan, dan dapat bertindak sebagai pelarut. Meskipun sangat
rapat, fluida ini tidak bisa dikatakan cairan karena tidak memliki sebuah permukaan yang
memisahkan dari fasa uap.
Tempertaur kritis sering digunakan untuk membedakan istilah uap dan gas: uap adalah fasa gas
dari suatu za dibawah tempertaur kritis ( dimana dapat di cairkan oleh kompresi); gas adalah fasa gas
dari suatu zat diatas temperatur kritisnya ( tidak dapat dicairkan hanya dengan kompresi). Oksigen
pada temperatur ruangan disebut gas; sedangkan fasa gas dari air pada temperatur ruangan (STP)
disebut uap.
C.2. Salah satu cairan superktiris yang banyak digunakan sebagai pelarut adalah CO 2 superkritis.
Carilah satu referensi yang menjelaskan penggunaan CO 2 superkritis, jelaskan keunggulannya
dibandingkan pelarut yang lain. Jelaskan juga pemanfaatan CO 2 superkritis dan cairan superkritis
lainnya sehubungan dengan slogan Green Chemistry di bidang lainnya, sertakan dengan referensi
yang mendukung.
Fluida superkritis (SCF) sekarang ini telah digunakan sebagai pelarut. Sebagai contoh, karbon dioksia
superkritis digunakan untuk mengekstrak kafein pada proses pembuatan dekafein kopi dimana tidak
seperti pelarut organik yang memungkinkan menghasilkan residu toksik. Fluida superkritis juga
sekarang ini besar diminati di industri proses sebagai pengganti dari chlorofluorocrabons (CFC) and
maka dari itu menghindari kerusakan alam yang disebabkan CFCs. Karena karbon dioksia superkritis
diperoleh dari atmosfir dan sumber bahan organik (hasil fermentasi), penggunannya tidak
meningkatkan jumlah karbon dioksida di atmosfir.

BAB III
KESIMPULAN

No
1

Gas Ideal
Molekul-molekul gas merupakan materi
bermassa yang dianggap tidak mempunyai
volum

Gaya tarik/tolak dianggap nol

Tumbukan antar molekul atau molekul


dengan dinding bejana = lenting sempurna

Memenuhi persamaa gas : PV=nRT

Gas Nyata
Volume molekul gas nyata tidak
dapat diabaikan
Terdapat gaya tarik/gaya tolak jika
tekanan diperbesar atau diperkecil
Interaksi antar molekul gas nyata
sangat kuat menyebabkan gerakan
molekul tidak lurus & tekanan ke
dinding menjadi lebih kecil
daripada gas ideal
Memenuhi persamaan :
(P+

n2
V 2 ) (V - nb) = nRT

Massa molar dengan berat molekul sangat berkaitan. Nilai keduanya sama, hanya saja
satuannya berbeda. Satuan massa molar adalah gram, sedangkan masa molekul adalah sma (satuan
muatan atom). Penentuan massa molar dapat dilakukan dengan cara matematis, metode-metode
ilmiah, juga alat-alat. Cara matematis dapat dihitung berdasarkan persamaan gas ideal yaitu

PV =nRT

. Metode-metode yang diganakan ada Dumas, Regnault, dan Limiting Density.

Adapun alat yang digunakan yaitu timbangan mikro gas dengan hasil keluarannya tekanan dan
spectrometer massa dengan hasil keluarannya jumlah isotop yang bernilai sama dengan berat molekul
dan massa molar.
Teori kinetik gas membahas mengenai sidat-sifat dasar gas. Molekul-molekul dalam gas yang
bergerak secara terus menerus, bebas, dan acak akan mengalami tumbukan. Molekul-molekul ini pun
akan mempunyai kecepatan, energi kinetik, frekuensi tumbukan, dan jalan bebas rata-rata. Kecepatan
akan terdistribusi dalam sebuah gas, kecepatan dipengaruhi oleh temperatur dan massa molekul. Bila
massa molekul semakin besar masa molekul gas akan bergerak semakin lambat, sebaliknya pada
temperatur tinggi molekul akan bergerak semakin cepat sehingga energi kinetiknya juga besar. Selain
itu seiring bertambahnya temperatur frekuensi tumbukan juga akan semakin besar.
Cairan superkritis (Super critical Fluid, SFC) adalah suatu gas yang suhu dan tekanannya
berada di atas suhu dan tekanan kritisnya. Cairan tersebut memiliki sifat fisika gas tetapi dengan
tingginya kerapatan yang tetap ada menjadikan gas tersebut juga tetap memiliki sifat-sifat cairan
sehingga tidak dapat dibedakan. Sedangkan kritikal adalah, titik kritis, yaitu sebuah titik suhu dimana
fase cairan dan uap tidak bisa dibedakan. Pada saat mendekati temperatur titik kritis, properti gas dan
cairan menjadi sama, fase ini disebut Fluida superkritikal. Jadi perbedaannya adalah cairan superkritis
adalah fase dimana sifat cairan dan gas tidak dapat dibedakan dan titik kritis adalah titik dimana
mencapai temperatur kritikal dan tekanan kritikal sehingga fase cairan dan gas tidak dapat dibedakan.
Viskositas atau kekentalan merupakan gaya gesekan antara molekul-molekul yang menyusun
suatu fluida. Molekul-molekul yang membentuk suatu fluida saling gesek menggesek ketika fluida
tersebut mengalir. Pada zat cair viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik
antara molekul sejenis) sedangkan dalam zat gas viskositas disebabkan oleh tumbukan antara
molekul. Fluida yang memiliki viskositas ada dalam kehidupan sehari-hari disebut fluida sejati yang
memiliki sifat seperti dapat dimampatkan, mengalami gesekan saat mengalir, dan alirannya turbulen.
Nilai viskositas fluida berbeda menurut jenis material tempat fluida tersebut mengalir. Tingkat
kekentalan suatu fluida juga dipengaruhi oleh fluida yang digunakan, luas penampang, objek yang
digunakan, serta temperatur.

DAFTAR PUSTAKA
Atkins, Peter. De Paula, Julio. (2006). Physical Chemistry Eight Edition. New York: W.H.
Freeman Company
Atkins, P.W. (1989). Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga
B. Lando, Jerome. H. Maron, Samuel. (1965). Fundamental of Physical Chemistry. USA:
Macmillan Publishing Co, Inc.
Chang, Raymond. (2004). Kimia Dasar Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga
Dogra, S. (1990). Physical Chemistry Through Problems. England: Wiley Eastern Limited
Logan, S.R. (1998). Physical Chemistry for The Biomedical Sciences. UK: British library
Cataloguing-in-publicating
Apriyananda, Onny. Energi Panas. [ONLINE] : article-teknologi.com/energi-panas/ [Accessed on
20 September 2015]
Karisnda. Penentuan BM Gas. [ONLINE] : scribd [Accessed on 19 September 2015]

Anda mungkin juga menyukai