Anda di halaman 1dari 78

OPTIMASI KOAGULASI-FLOKULASI DAN ANALISIS

KUALITAS AIR PADA INDUSTRI SEMEN

RICKY SUSANTO
103096029819

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008 M/1429 H

OPTIMASI KOAGULASI-FLOKULASI DAN ANALISIS


KUALITAS AIR PADA INDUSTRI SEMEN

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Program Studi Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :
RICKY SUSANTO
103096029819

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008 M/1429 H

OPTIMASI KOAGULASI-FLOKULASI DAN ANALISIS


KUALITAS AIR PADA INDUSTRI SEMEN

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Program Studi Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :
RICKY SUSANTO
103096029819

Menyetujui,
Pembimbing I

Pembimbing II

Hendrawati, M.Si
NIP. 150 326 904

Ir. Jimmy Tjandra


NIP. 80 5018 3

Mengetahui,
Ketua Program Studi Kimia

Sri Yadial Chalid, M.Si


NIP. 150 326 907

PENGESAHAN UJIAN
Skripsi yang berjudul Optimasi Koagulasi-Flokulasi dan Analisis Kualitas Air pada
Industri Semen telah diuji dan dinyatakan lulus pada sidang Munaqosyah Fakultas
Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari
Senin, 26 Mei 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Kimia.

Menyetujui
,
Penguji I

Penguji II

Dr. Thamzil Las


NIP. 330 001 078

Nurhasni, M.Si
NIP. 150 368 739

Pembimbing I

Pembimbing II

Hendrawati, M.Si
NIP. 150 326 904

Ir. Jimmy Tjandra


NIP. 80 5018 3

Mengetahui
,
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

Ketua Program Studi Kimia

DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis


NIP. 150 317 956

Sri Yadial Chalid, M.Si


NIP. 150 326 907

PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH HASIL KARYA
SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA
ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN
Jakarta, Mei 2008

Ricky Susanto
103096029819

ABSTRAK
Ricky Susanto, Optimasi Koagulasi-Flokulasi dan Analisis Kualitas Air pada Industri
Semen (dibawah bimbingan Hendrawati dan Jimmy Tjandra).
Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan optimasi penggunaan koagulan
dan flokulan pada proses penjernihan air dan untuk mengetahui kualitas air baku yang
digunakan sebagai sumber air dan kualitas air hasil penjernihan. Penjernihan air di PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk menggunakan bahan baku sumber air berasal dari
sungai Cileungsi. Penjernihan dilakukan dengan menambahkan Poli Aluminium
Klorida sebagai koagulan dan Poli Akril Amida sebagai flokulan. Parameter yang
diukur meliputi kekeruhan, pH, warna, zat organik, kesadahan total, kesadahan Ca,
kesadahan Mg, kadar Fe dan kadar Mn. Penetapan optimasi koagulan dan flokulan
diukur berdasarkan parameter kekeruhan. Nilai kekeruhan terkecil air baku adalah
13,5 NTU dengan pemakaian koagulan dan flokulan sebesar 140 ppm dan 0 ppm
(tanpa penambahan flokulan) sedangkan nilai kekeruhan air baku terbesar adalah 215
NTU dengan pemakaian koagulan dan flokulan sebesar 230 ppm dan 0,3 ppm. Nilai
tersebut menunjukkan optimasi penggunaan koagulan dan flokulan dan hasilnya telah
sesuai dengan standar air bersih berdasarkan peraturan pemerintah No.
416/MENKES/PER/IX/1990.
Kata kunci : Penjernihan Air, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Koagulasi-Flokulasi,
PAC, PAA.

ABSRACT
Ricky Susanto, Optimation Coagulation-Flocculation and Analysis of Water Quality in
Cement Industries (Advisor Hendrawati and Jimmy Tjandra).
The aim of this study is dicide optimation in coagulant and flocculant function on
water purify process and knowed of raw water qualities as source and water purify qualities.
Purify water at PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk it uses raw material water from
Cileungsi river. The purify was done by added Poly Alumunium Chloride as coagulant and
Polyacrylamide as flocculant. The measured of parameters are turbidity, pH, colour, organik
substance, all hardness, Ca hardness, Mg hardness, Fe degree and Mn degree. The permanent
of optimation coagulant and flocculant was measured based parameter of turbidity. The
smallest turbidity score is 13,5 NTU by using coagulant and flocculant are 140 ppm and 0
ppm (without add flocculant) but the biggest turbidity is 215 NTU by using coagulant and
flocculant are 230 ppm and 0,3 ppm. Those score showed optimation the function of
coagulant and flocculant and the result was based on clear water standardization on
Government Arrangement No. 416/MENKES/PER/IX/1990.
Key Words : Water Purify, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Coagulation-Flocculation, PAC,
PAA.

KATA PENGANTAR

Bismillahirohman nirohim
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji hanya milik Allah SWT, puji syukur penulis panjatkan ke
hadirat Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas terselesaikannya
skripsi yang berjudul Optimasi Koagulasi-Flokulasi dan Analisis Kualitas
Air pada Industri Semen. Laporan ini merupakan hasil dari penelitian yang
dilakukan pada bulan Agustus 2007 sampai dengan bulan Desember 2007.
Skripsi ini di susun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sains pada Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam pelaksanaan Tugas Akhir dan penyusunan
skripsi ini banyak pihak-pihak yang membantu, oleh karena itu penulis
bermaksud mengucapkan terima kasih kepada :
1.

Bapak DR. Syopiansyah Jaya Putra M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi

2.

Ibu Sri Yadial Chalid, M.Si selaku Ketua Prodi Kimia, Fakultas Sains dan
Teknologi.

3.

Ibu Hendrawati M.Si selaku pembimbing I dan selaku pembimbing


akademik yang telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis.

4.

Bapak Ir. Jimmy Tjandra selaku pembimbing II yang telah membantu penulis
selama melakukan penelitian.

5.

Bapak Dr. Thamzil Las selaku penguji I dan Nurhasni, M.Si selaku penguji II
yang telah memberikan kritik serta saran kepada penulis.

6.

Dosen-dosen program studi kimia yang tidak bisa disebutkan satu-persatu,


terima kasih banyak atas ilmunya semoga ilmu yang diberikan bermanfaat.

7.

Kedua orang tua serta seluruh keluarga penulis yang senantiasa memberikan
dorongan baik moril maupun materil.

8.

Bapak Tatang

selaku Pembimbing Teknis

kesempatan kepada

penulis

yang telah memberikan

untuk melaksanakan

tugas

akhir

serta

membimbing penulis selama penelitian.


9.

Bapak Eko, Bapak Junaedi dan Bapak Sartono yang telah memberikan
pengarahan yang tiada henti-hentinya.

10. Kepala Bagian Tata Usaha serta staf Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
11. Seluruh teman-teman kimia terutama angkatan 2003 yang selalu menemani
dalam mengikuti perkuliahan baik duka maupun suka.
Tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan penulisan skripsi ini
oleh karena itu penulis mohon maaf atas kesalahan yang terdapat pada laporan
ini. Semoga laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.

Jakarta, Mei 2008

Penulis

vi

DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR...............................................................................................

DAFTAR ISI .............................................................................................................

vii

DAFTAR TABEL .....................................................................................................

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................

ix

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................

xii

BAB I

PENDAHULUAN...................................................................................

1.1. Latar Belakang ...................................................................................................

1.2. Identifikasi Masalah ...........................................................................................

1.3. Tujuan Penelitian................................................................................................

1.4. Manfaat Penelitian..............................................................................................

1.5. Pembatasan Masalah ..........................................................................................

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................

2.1. Air.......................................................................................................................

2.2. Penjernihan Air di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ................................

2.3. Koagulasi dan Koagulan Poli Aluminium Klorida (PAC).................................

10

2.3.1. Koagulasi................................................................................................

10

2.3.2. Koagulan Poli Aluminium Klorida (PAC) .............................................

14

2.4 Flokulasi dan Flokulan Poli Akril Amida (PAA)................................................

16

2.4.1. Flokulasi .................................................................................................

16

2.4.2. Flokulan Poli Akril Amida (PAA) .........................................................

17

2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Koagulasi-Flokulasi ..............................................

18

2.6. Jar Tes ................................................................................................................

19

vii

2.7. Beberapa Parameter Kualitas Air .......................................................................

20

2.7.1. Kekeruhan (Turbidity)............................................................................

20

2.7.2. Derajat Keasaman (pH) ..........................................................................

20

2.7.3. Warna .....................................................................................................

21

2.7.4. Zat Organik ............................................................................................

22

2.7.5. Kesadahan ..............................................................................................

22

2.7.6. Besi Dalam Air.......................................................................................

23

2.7.7. Mangan Dalam Air.................................................................................

24

2.8. Spektrofotometer UV-Vis ..................................................................................

24

2.9. pH Meter ............................................................................................................

26

2.10. Turbidimeter.....................................................................................................

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN ..............................................................

28

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................

28

3.2. Alat dan Bahan ...................................................................................................

28

3.2.1. Alat .........................................................................................................

28

3.2.2. Bahan......................................................................................................

28

3.3. Cara Kerja ..........................................................................................................

29

3.3.1. Persiapan Sampel ...................................................................................

29

3.3.2. Jar-Tes ....................................................................................................

29

3.3.3. Pengukuran Kekeruhan ..........................................................................

31

3.3.4. Pengukuran pH .......................................................................................

31

3.3.5. Pengukuran Warna .................................................................................

32

3.3.6. Pengukuran zat organik ..........................................................................

32

3.3.7. Pengukuran Kesadahan Total, Ca dan Mg .............................................

33

3.3.8. Pengukuran Fe dan Mn ..........................................................................

35

viii

3.4. Alur Kerja...........................................................................................................

38

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................

39

4.1. Hasil ...................................................................................................................

39

4.2. Pembahasan ........................................................................................................

40

4.2.1. Kekeruhan ..............................................................................................

40

4.2.2. Derajat Keasaman (pH) ..........................................................................

42

4.2.3. Warna .....................................................................................................

43

4.2.4. Zat Organik ............................................................................................

45

4.2.5. Kesadahan ..............................................................................................

47

4.2.6. Besi (Fe) .................................................................................................

50

4.2.7. Mangan (Mn)..........................................................................................

52

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................

54

5.1. Kesimpulan.........................................................................................................

54

5.2. Saran ...................................................................................................................

54

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

55

LAMPIRAN

ix

DAFTAR TABEL

Tabel

Hal

Tabel 1. Air bersih menurut peraturan pemerintah


No. 416/MENKES/PER/IX/1990...............................................................

Tabel 2. Spesifikasi PAC ..........................................................................................

14

Tabel 3. Nilai kekeruhan air baku dan air hasil penjernihan.....................................

40

Tabel 4. Nilai pH air baku dan air hasil penjernihan ................................................

42

Tabel 5. Nilai warna air baku dan air hasil penjernihan............................................

44

Tabel 6. Nilai zat organik air baku dan air hasil penjernihan ...................................

46

Tabel 7. Nilai kesadahan total, Ca dan Mg air baku dan air hasil penjernihan. ........

47

Tabel 8. Nilai Fe air baku dan air hasil penjernihan .................................................

50

Tabel 9. Nilai Mn air baku dan air hasil penjernihan ................................................

52

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Hal

Gambar 1. Molekul air ..............................................................................................

Gambar 2. Proses Koagulasi .....................................................................................

10

Gambar 3. Distribusi muatan lapisan ganda (HAMMER dan VIESSMAN, 1985)..

12

Gambar 4. Netralisasi muatan setelah penambahan koagulan (KEMMER, 1985) ...

13

Gambar 5. Proses Flokulasi.......................................................................................

16

Gambar 6.Poli Akril Amida ......................................................................................

18

Gambar 7. Komponen-komponen penting spektrofotometer....................................

25

Gambar 8. Skema alat turbidimeter...........................................................................

27

Gambar 9. Grafik kekeruhan air baku dan air hasil penjernihan ..............................

41

Gambar 10. Grafik pH air baku dan air hasil penjernihan ........................................

43

Gambar 11. Grafik warna air baku dan air hasil penjernihan ...................................

45

Gambar 12. Grafik zat organik air baku dan air hasil penjernihan ...........................

46

Gambar 13. Grafik kesadahan total air baku dan air hasil penjernihan ....................

48

Gambar 14. Grafik kesadahan Ca air baku dan air hasil penjernihan .......................

49

Gambar 15. Grafik kesadahan Mg air baku dan air hasil penjernihan ......................

49

Gambar 16. Grafik Fe air baku dan air hasil penjernihan .........................................

51

Gambar 17. Grafik Mn air baku dan air hasil penjernihan........................................

52

xi

DAFTAR
LAMPIRAN

Lampiran

Hal

Lampiran 1. Dosis koagulan-flokulan .......................................................................

57

Lampiran 2. Perhitungan ...........................................................................................

58

Lampiran 3. Skema Pengolahan Air PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ...........

59

Lampiran 4. Gambar instrumen Jar Tester dan pH meter .........................................

60

Lampiran 5. Gambar instrumen Turbidimeter dan Spektrofotometer.......................

61

x
ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat
manusia dan makhluk hidup lainnya dan fungsinya bagi kehidupan tersebut tidak akan
dapat digantikan oleh senyawa lainnya. Hampir semua kegiatan yang dilakukan
manusia membutuhkan air, mulai dari membersihkan diri, membersihkan ruangan
tempat tinggal, menyiapkan makanan dan minuman dan aktivitas-aktivitas lainnya
Dalam industri kebutuhan akan air tidak kalah penting terutama digunakan
sebagai pendingin pada mesin-mesin produksi dan kualitas air pun harus memenuhi
syarat tertentu agar mesin-mesin yang digunakan tetap terpelihara secara baik.
Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk air digunakan sebagai pendingin
di setiap plant ( 85%)

serta untuk memenuhi keperluan perusahaan-perusahaan

group yang berada di lingkungan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tersebut.


Water treatment section merupakan sub-sistem dari PT Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk yang berfungsi sebagai penyediaan air. Air yang digunakan berasal dari sungai
Cileungsi yang diolah sedemikian rupa sehingga mencapai kejernihan tertentu sesuai
dengan standar yang ditentukan.
Proses penjernihan air yang dilakukan menggunakan Poli Alumunium Klorida
(PAC) sebagai pengikat kotoran berupa lumpur dan zat organik dan Poli Akril Amida
(PAA) sebagai bahan pembantu yang dapat memperbesar lumpur agar lumpur mudah
dan cepat turun menuju pembuangan.
Pemberian bahan kimia dalam proses penjernihan air harus sesuai
dengan kondisi air. Penambahan bah an1ki mia harus sesuai kebutuhan. Jika

pemberian terlalu sedikit maka kotoran-kotoran yang ada dalam air tidak terikat
secara sempurna begitu juga sebaliknya jika pemberian terlalu banyak maka lumpur
yang terbentuk cenderung terapung berada pada badan air yang akhirnya mengotori
badan air. Oleh karena itu pemberian bahan kimia harus efisien dan menghasilkan
produk air bersih seoptimal mungkin.
Untuk mengetahui pemberian bahan kimia tersebut optimal, maka dilakukan
analisis kualitas air baku dan air hasil penjernihan. Parameter utama yang diukur
adalah kekeruhan dan parameter pendukung yang diukur meliputi pH, warna, zat
organik, kesadahan total, kesadahan Ca2+, kesadahan Mg2+, kadar Fe dan kadar Mn.

1.2. Identifikasi Masalah


Prinsip ekonomi dalam bidang industri merupakan hal yang utama yaitu
dengan prinsip pengeluaran yang sekecil mungkin dan pendapatan yang sebesar
mungkin dengan hasil produk yang berkualitas baik. Oleh karena itu pemakaian bahan
kimia harus se-efisien mungkin mengingat bahan kimia merupakan salah satu beban
pengeluaran dari proses industri.

1.3. Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan jumlah bahan kimia yang optimal
untuk digunakan pada proses penjernihan air dan untuk mengetahui kualitas air baku
dan kualitas air hasil penjernihan serta untuk menyelesaikan studi S1 pada fakultas
sains dan teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian tentang penetapan bahan kimia yang digunakan dalam proses
penjernihan air bermanfaat untuk :

1. Memberikan informasi bahwa produk air yang dihasilkan dibandingkan


dengan

standar

air

bersih

berdasarkan

peraturan

pemerintah

No. 416/MENKES/PER/IX/1990.
2. Memperkaya referensi ilmu pengetahuan terutama dibidang hidrologi.

1.5 Pembatasan Masalah


Bahan kimia yang digunakan pada proses penjernihan air adalah Poli
Aluminium Klorida (PAC) sebagai koagulan dan Poli Akril Amida (PAA) sebagai
flokulan. Parameter yang diukur meliputi : kekeruhan, pH, warna, zat organik,
kesadahan total, kesadahan Ca2+, kesadahan Mg2+, kadar Fe dan kadar Mn.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H 2O, satu molekul air tersusun
atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Secara
fisik air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar,
yaitu pada tekanan 1 atm dan temperatur 273,15 K (0 C). Air merupakan suatu
pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia
lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam
molekul organik. Karena sifatnya ini air sering disebut sebagai pelarut universal. Air
berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah tekanan dan
temperatur standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion
hidrogen (H +) yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH -). Air
memiliki jarak antara atom H dengan atom O sebesar 0,958 dan 2 atom H yang
berikatan dengan atom O membentuk sudut 104,45 0 ini disebabkan oleh atom O yang
berikatan dengan 2 atom H memiliki 2 pasang elektron yang tidak berpasangan yang
dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Molekul air.


Air adalah suatu zat kimia yang penting bagi semua makhluk, tetapi tidak di
planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Air sebagian besar terdapat

4
4
4

di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung),
akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap
air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus
air, yaitu melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (meliputi
mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia. Di
banyak tempat di dunia terjadi kekurangan persediaan air. Air dapat berwujud padatan
(es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami
terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut.
Air merupakan unsur utama bagi hidup kita. Kita mampu bertahan hidup tanpa
makan dalam beberapa minggu, namun tanpa air kita akan mati dalam beberapa hari
saja. Dalam bidang kehidupan ekonomi modern, air merupakan hal utama untuk
budidaya pertanian, industri, pembangkit tenaga listrik, dan transportasi.
Sepanjang sejarah, kuantitas dan kualitas air yang sesuai dengan kebutuhan
manusia merupakan faktor penting yang menentukan kesehatan hidupnya. Kuantitas
air berhubungan dengan adanya bahan-bahan lain terutama senyawa-senyawa kimia
baik dalam bentuk senyawa organik maupun anorganik juga adanya mikroorganisme
yang memegang peranan penting dalam menentukan komposisi air.
Air merupakan pelarut yang baik, oleh karena itu air alam tidak pernah murni,
air alam banyak mengandung berbagai macam zat terlarut maupun tidak larut dan air
alam juga

mengandung

mikroorganisme.

Apabila

kandungan

air itu

tidak

mengganggu kesehatan manusia, maka air itu dianggap bersih. Sementara itu, air yang
tidak layak diminum masih dapat digunakan untuk keperluan industri.
Air dinyatakan tercemar apabila terdapat gangguan terhadap kualitas air
sehingga air tidak dapat digunakan lagi. Air menjadi tercemar karena masuknya
mahluk hidup, zat atau energi di dalam air sehingga kualitas air turun sampai ke

tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya.
Berdasarkan peruntukannya, menurut Surat Keputusan Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor : KEP-02/MENKLH/I/1988 Tentang
Penetapan Baku Mutu Lingkungan Pasal 2 air dibagi dalam empat golongan, yaitu:
1. Golongan A
Air golongan A yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B
Air golongan B yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk air
minum.
3. Golongan C
Air golongan C yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan.
4. Golongan D
Air golongan D yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian
dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, dan pembangkit listrik
tenaga air (Achmad, R 2004).
Sebagian besar air yang digunakan oleh manusia adalah air bersih yang
berasal dari air permukaan tawar dan air tanah murni. Air Bersih adalah air yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan
dan dapat diminum setelah dimasak. Pada daerah kering sebagian kebutuhan air
berasal dari lautan, suatu sumber yang akan menjadi penting setelah persediaan air
tawar relatif berkurang dibandingkan kebutuhan. Meningkatnya kebutuhan air
terutama air bersih bukan hanya disebabkan oleh jumlah penduduk yang semakin

bertambah juga sebagai akibat dari peningkatan taraf hidup yang diikuti oleh
peningkatan kebutuhan air untuk keperluan rumah tangga

dan industri. Syarat air

bersih menurut peraturan pemerintah No. 416/MENKES/PER/IX/1990 dapat dilihat


pada Tabel 1.
Tabel 1. Air bersih menurut peraturan pemerintah No. 416/MENKES/PER/IX/1990

NO

PARAMETER

FISIKA

Suhu

2
3
4

Kekeruhan
Warna (Pt Co APHA)
Warna (Pt Co APHA)

II

KIMIA

1
2

Derajat keasaman (pH)


Zat Organik (KMnO4)

3
4
5
6
7
8
9

Sulfat (ion SO42-)


Asiditas (CO2)
Asiditas (HCO3-)
Nitrit (sbg. N)
Kesadahan Jumlah (CaCO3)
Kalsium (Ca)
Magnesium (Mg)

10
11
12
13
14
15
16

Besi Jumlah (Fe)


Klorida (Cl)
Total Dissolved Solids (TDS)
Electrical Conductivity (CND)
Suspended Solids (SS)
Manganese (Mn)
Dissolved Oxtgen (DO)

III

MIKROBIOLOGI

1
2

Total Koliform
Total E. Coli

SATUAN

SYARAT

Suhu Udara

NTU
True C. U.
Apparent

25,0
50,0
-

pH unit
ppm

6.5 - 9.0
Maks -10.0

ppm
ppm
ppm
ppm
ppm
ppm
ppm

Maks - 400.0

ppm
ppm
ppm
S/cm
ppm
ppm
ppm

Maks - 1.0
Maks - 600
Maks - 1500
Maks - 0.5

Kol/100ml

50.0

Kol/100ml

0.0

Maks - 1.0
Maks - 500
Maks - 200
Maks -150

2.2. Penjernihan Air di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk


PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk menggunakan air sebagai kebutuhan
industri yaitu sebagai pendingin (cooler) disetiap plant yaitu bagian-bagian dari PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang memproduksi jenis semen yang berbeda dan
untuk memenuhi keperluan perusahaan-perusahaan yang berada di lingkungan PT
7

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tersebut. Kawasan pabrik PT Indocement Tunggal


Prakarsa Tbk dilewati oleh aliran sungai Cileungsi yang merupakan sumber bahan
baku utama kebutuhan air industri. Untuk keperluan tersebut, PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk terlebih dulu mengolah air baku yang bersumber dari sungai Cileungsi
menjadi air bersih untuk keperluan industri. Proses pengolahan air dapat dibagi
menjadi beberapa tahapan yang terdiri dari :
1. Tahap Screening
Sebelum air masuk ke dalam bak pengendapan terlebih dahulu disaring
dengan media penyaring yang biasa dikenal sebagai Trash Screen. Adapun fungsi
saringan tersebut adalah untuk menghindari sampah-sampah yang terikut dalam air
tersebut.
2. Tahap Pengendapan di Bak Pengendapan
Air baku yang berasal dari sungai Cileungsi dialirkan masuk dalam bak
penampungan untuk diendapkan sementara (sand settling pond). Dalam bak ini air
mengalir dengan kecepatan relatif rendah untuk memungkinkan mengendapkan pasir
atau lumpur yang terbawa oleh air baku tersebut. Kemudian air baku dipompa oleh
Water River Intake Pump (pompa penyedot) menuju tahap selanjutnya.

3. Tahap Koagulasi dan Flokulasi


Air dialirkan oleh 4 buah pompa penyedot menuju tangki distribusi, namun
sebelumnya telah diinjeksikan Poli Alumunium Klorida (PAC) sebagai koagulan dan
Poli Akril Amida (PAA) sebagai flokulan untuk mempercepat pengikatan lumpur dan
zat organik, diendapkan dalam Clarifier. Pendistribusian air pada tangki distribusi
dibagi menjadi dua tangki distribusi. Tangki 1 dibagikan ke 3 buah clarifier

sedangkan tangki 2 dimasukkan ke dalam 2 buah clarifier. Clarifier adalah sebuah


bak tempat terjadinya proses koagulasi dan flokulasi hasilnya yaitu berupa air yang
akan diproses selanjutnya dan limbah yang berupa endapan lumpur.
4. Tahap Penyaringan/Filtrasi
Air hasil dari clarifier dipompakan menuju 3 buah saringan air (pressure
water filter) dengan tekanan tinggi yang memiliki kapasitas 450 ton/jam. Air akan
mengalir ke dalam media penyaring yang terdiri dari 6 lapisan pasir penyaring yaitu
lapisan anthracite coal dengan tebal 1 m, lapisan kerikil pasir putih dengan tebal 2-4
mm, 4-8 mm, 8-12 mm, 12-20 mm, 20-25 mm. Kotoran yang berupa lumpur halus
akan tersaring oleh lapisan media saringan air, sedangkan produk air bersih akan
dialirkan ke dalam bak air bersih (clear water pond).
5. Tahap Pendistribusian
Air dari bak air bersih dialirkan menuju bak air bersih dengan menggunakan
pompa air bersih (clear water pump). Terdapat 2 macam pompa air bersih. Pompa air
bersih I mengalirkan air dari bak air bersih ke plant I-V, sedangkan pompa air bersih
II mengalirkan air dari bak air bersih ke plant VI-VIII Dalam tahap ini juga terdapat
bak air lain yaitu bak air komuniti (community water pond) yang airnya digunakan
untuk kebutuhan CCIE (Cibinong Central Industrial Estate) dan dialirkan dengan
menggunakan pompa air komuniti (community water pump).

2.3. Koagulasi dan Koagulan PAC (Poli Aluminium Klorida)


2.3.1. Koagulasi
Koagulasi yaitu proses pencampuran koagulan (bahan kimia) atau pengendap
ke dalam air baku dengan kecepatan perputaran yang tinggi dalam waktu yang singkat
dan dapat dilihat pada Gambar 2. Koagulan adalah bahan kimia yang dibutuhkan pada

air baku untuk membantu proses pengendapan partikel-partikel kecil yang tidak dapat
mengendap secara gravimetri.

Partikel stabil
(koloid)

Netralisasi muatan
(koagulasi)

Partikel tersuspensi

Poli Alumunium Klorida

Gambar 2. Proses koagulasi.

Koagulasi merupakan proses pengolahan air dimana zat padat melayang


ukuran sangat kecil dan koloid digabungkan dan membentuk flok-flok dengan cara
menambahkan zat-zat kimia (misalnya PAC). Dari proses ini diharapkan flok-flok
yang dihasilkan bisa diendapkan dan disaring.
Tujuan dari koagulasi adalah mengubah partikel padatan dalam air baku yang
tidak bisa mengendap menjadi mudah mengendap. Hal ini karena adanya proses
pencampuran koagulan ke dalam air baku sehingga menyebabkan partikel padatan
yang mempunyai berat ringan dan ukurannya kecil menjadi lebih berat dan ukurannya
besar (flok) yang mudah mengendap.
Proses koagulasi dapat dilakukan melalui tahap pengadukan antara koagulan
dengan air baku dan netralisasi muatan. Prinsip dari koagulasi yaitu di dalam air baku
terdapat partikel-partikel padatan yang sebagian besar bermuatan listrik negatif.
Partikel- partikel ini cenderung untuk saling tolak-menolak satu sama lainnya
sehingga tetap stabil dalam bentuk tersuspensi atau koloid dalam air. Netralisasi

10

muatan negatif partikel-partikel padatan dilakukan dengan pembubuhan koagulan


bermuatan positif ke dalam air diikuti dengan pengadukan secara tepat.
Bila garam-garam logam tertentu seperti koagulan PAC ditambahkan maka
pembentukan presipitat akan terjadi dengan cepat. Koloid dapat berlaku sebagai inti
kondensasi dalam presipitat tersebut dan koloid ikut terjaring ketika presipitat tersebut
mengendap. Pengendapan partikel dengan cara ini disebut sebagai koagulasi sweepflock.
Partikel-partikel yang tersuspensi dalam air mempunyai muatan listrik pada
permukaannya. Muatan ini disebabkan oleh adsorpsi ion-ion oleh partikel seperti
hidroksida (OH -) dari dalam air. Ion-ion tersebut mengelilingi rapat permukaan
partikel dan menarik ion-ion yang bermuatan dari dalam larutan, sehingga sebagian
muatan listrik partikel akan terimbangi. Lapisan rapat muatan itu merupakan lapisan
yang tidak bergerak yang disebut lapisan stern atau stern layer.
Lapisan stern dikelilingi lagi oleh muatan lapisan ion lawan, lapisan ini dapat
bergerak yang disebut dengan lapisan baur (diffused layer). Didalam lapisan baur ini
terdapat bidang geser yang merupakan batas dimana ion lawan masih dapat tertarik
kepermukaan partikel. Ion-ion dalam bidang geser bergerak bersama-sama partikel,
sedangkan ion-ion diluar bidang geser bergerak dengan sendirinya. Kedua laipsan ini
yaitu lapisan stern dan lapisan baur disebut sebagai lapisan ganda koloid. Distribusi
muatan pada lapisan ganda dapat dilihat pada Gambar 3.

11

Gambar 3. Distribusi muatan lapisan ganda.(Hammer dan Viessman, 1985).


Muatan positif dan negatif harus mempunyai muatan yang cukup kuat agar
penetralan muatan negatif dari koloid terjadi. Penetralan ini akan mengalami kesulitan
bila konsentrasi muatan positif rendah. Konsentrasi ion pada lapisan baur bervariasi.
Didekat lapisan stern konsentrasi ion agak tinggi dan mendekati media konsentrasi
ion semakin rendah.
Medan elektrostatik terbentuk karena perbedaan konsentrasi antara ion positif
dan ion negatif. Potensial dari medan elektrostatik ini terdapat dalam bidang geser,
dimana potensial inilah yang menentukan gerakan koloid dan interaksi antar koloid
yang disebut potensial zeta.
Stabilitas koloid terutama disebabkan oleh gaya elektrostatik tolak menolak.
Kemampuan untuk menghalangi terjadinya pengendapan atau koagulasi membentuk
partikel yang relatif besar disebut stabilitas. Koloid akan semakin stabil bila
mempunyai perbedaan muatan yang tinggi dan ukuran partikel yang kecil, dalam hal
ini potensial zeta semakin besar. Oleh karenanya untuk menghilangkan perbedaan
muatan pada koloid dapat dilakukan dengan cara menurunkan potensial zeta hingga
mencapai titik dimana koloid kehilangan stabilitasnya. Besarnya potensial zeta sangat
bergantung kepada potensial permukaan partikel dan ketebalan lapisan ganda.
Nilai potensial zeta untuk koloid limbah biasanya sekitar -10mV sampai
22mV, sedangkan koagulasi optimum dapat dicapai ketika potensial zeta sama dengan
nol. Nilai potensial zeta dapat diturunkan dengan cara menambahkan ion yang
berlawanan muatan. Penambahan tersebut akan menurunkan perbedaan muatan
partikel dan mengurangi ketebalan lapisan ganda, sehingga akan memperkecil nilai

12

potensial zeta. Pada saat koagulan dilarutkan, kation akan menetralisir muatan negatif
pada permukaan koloid seperti yang ditunjukan pada Gambar 4.

Gambar 4. Netralisasi muatan setelah penambahan koagulan. (Kemmer, 1985).


Gaya tarik menarik antar partikel yaitu gaya van der waals mengakibatkan
koloid-koloid tersebut bergabung karena gaya tolak menolak telah dinetralisasi. Gaya
ini akan berpengaruh apabila partikel bisa saling mendekati sampai jarak cukup dekat,
sedangkan gaya tolak menolak disebabkan oleh adanya gaya coulomb antar partikel
bermuatan sejenis.
2.3.2. Koagulan Poli Aluminium Klorida (PAC)
PAC merupakan suatu bentuk polimer anorganik dengan bobot molekul tinggi.
Pada umumnya PAC dirumuskan dengan Aln(OH)mCl3n-m. Nama lain dari PAC
adalah aluminium klorida basa, aluminium klorida polibase, aluminium hidroksi
klorida, aluminium oksi klorida dan aluminium klorohidrat. Bentuk poli aluminium
klorida dapat berupa cairan berwarna jernih kekuningan atau serbuk berwarna
kekuningan. Pada Tabel 2 dapat dilihat komposisi PAC sebagai koagulan.
Tabel 2. Spesifikasi PAC

13

Komposisi
Al2O 3 (%)
Cl (%)
SO 4 (%)
Fe (%)
As (ppm)
Mn (ppm)
Cd (ppm)
Pb (ppm)
Hg (ppm)
Cr (ppm)

Jumlah
10.3 0.3
9.0 0.5
3.1 0.4
max 0.006
Max 0.5
Max 10
Max 0.3
Max 1.0
Max 0.1
Max 1.0

PAC sebagai koagulan memiliki sifat sebagai berikut :


1.

Memiliki daya koagulasi yang kuat; PAC dengan kuat mengkoagulasikan zat-zat
yang tersuspensi atau yang secara koloid dalam air untuk menghasilkan
gumpalan-gumpalan yang mengendap dengan cepat sehingga memudahkan
penyaringan.

2.

Mudah dalam pemakaian; PAC dapat dengan mudah dipergunakan, disimpan dan
ditakar. Tangki penyimpanan yang kecil dapat dipergunakan untuk PAC
dibandingkan dengan fero sulfat yaitu suatu jenis koagulan lain karena PAC
memiliki lebih banyak Al2O 3 aktif.

3.

Lebih sedikit atau bahkan tanpa bantuan konsumsi alkali; Dengan menggunakan
PAC sedikit sekali pemakaian alkali atau bahkan tidak perlu, karena penurunan
nilai pH air sangat kecil atau bahkan dipertahankan pada titik netral walaupun
dosis PAC cukup berlebihan.

4.

Efektif dalam skala pH yang besar; PAC bekerja dalam skala pH yang lebih besar
daripada zat koagulan lain. PAC biasanya bekerja dalam skala pH 6-9, tetapi
dalam beberapa kasus PAC juga dapat bekerja dengan lebih baik dalam skala pH
5-8.

14

5.

Daya kerjanya tidak menurun pada suhu rendah; Daya koagulasi PAC tidak
dipengaruhi oleh suhu air. Karena itu, efektivitas PAC yang tinggi dapat
dipertahankan di daerah dingin.

6.

Pembentukan gumpalan (flok) dengan cepat; PAC membentuk gumpalangumpalan lebih cepat daripada fero sulfat, oleh sebab itu dapat memperpendek
waktu pencampuran bagi pembentukan gumpalan.

7.

Baik dalam pengolahan air yang mengalir.; PAC secara khusus efektif

baik

teknis maupun ekonomis dalam pengolahan air yang mengalir, air limbah dan
lain-lain dengan tingkat kekeruhan yang tinggi.
Pada umumnya, bahan koagulan terdapat 2 macam yaitu sebagai koagulan
utama atau sebagai koagulan pembantu. Koagulan utama digunakan untuk membuat
partikel-partikel menjadi tidak stabil dan menggumpal bersama. Dalam hal ini PAC
adalah sebagai koagulan utama Sedangkan tujuan dari koagulan pembantu adalah
untuk menambah berat jenisnya menjadi flok yang mengendap secara perlahan-lahan
dan menambah ketebalannya sehingga flok tersebut tidak akan pecah pada saat
sedang berjalan. Dengan kata lain, koagulan pembantu dapat juga disebut sebagai
flokulasi atau sedimentasi pembantu.

2.4. Flokulasi dan Flokulan Poli Akril Amida (PAA)


2.4.1. Flokulasi
Flokulasi adalah penyisihan kekeruhan air dengan cara penggumpalan partikel
kecil menjadi partikel yang lebih besar yang dapat dilihat pada Gambar 5. Gaya antar
molekul yang diperoleh dari agitasi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap

laju terbentuknya

partikel flok.

Salah

satu faktor

penting yang

mempengaruhi keberhasilan proses flokulasi adalah pengadukan secara lambat,


keadaan ini memberi kesempatan partikel melakukan kontak atau hubungan agar

15

membentuk penggabungan (agglomeration). Pengadukan lambat ini dilakukan secara


hati-hati karena flok-flok yang besar akan mudah pecah melalui pengadukan dengan
kecepatan tinggi.

Penggumpalan (flokulasi)

FLOKULAN

Gambar 5. Proses flokulasi.

Menurut Vigneswaran dan Visvanathan (1995) ada tiga mekanisme utama


flokulasi, yaitu :
1. Flokulasi Perikinetik
Merupakan penggumpalan yang diakibatkan oleh gerak acak Brown dari
molekul di dalam larutan. Ketika partikel-partikel bergerak di dalam air akibat
gerak Brown, partikel tersebut saling bertubrukan satu sama lain dan pada saat
hubungan itulah terjadi pembentukan partikel yang lebih besar dan selanjutnya
terus menumpuk.
2. Flokulasi Ortokinetik
Merupakan penggumpalan yang diakibatkan oleh gradien kecepatan dalam
cairan. Proses ini membutuhkan pergerakan yang lambat dari partikel di dalam
air. Partikel akan dianggap bertubrukan bila jarak mereka dekat atau berada
dalam daerah yang masih mempunyai pengaruh terhadap partikel lain. Pada

16

proses ini kecepatan pengendapan dari partikel diabaikan. Untuk itu


dibutuhkan pergolakan air atau gradien kecepatan untuk menaikkan tumbukan
antar partikel.
3. Pengendapan Diferensial
Merupakan terjadinya flokulasi akibat dari kecepatan pengendapan yang
berbeda karena adanya perbedaan ukuran partikel. Partikel besar akan lebih
cepat mengendap dibandingkan partikel kecil. Hal ini akan membantu
flokulasi ortokinetik karena gradien kecepatan yang dihasilkan menyebabkan
penggumpalan lebih lanjut.
2.4.2. Flokulan Poli Akril Amida (PAA)
PAA merupakan polimer yang sering digunakan dalam berbagai aplikasi,
sebagian besar penggunaannya adalah sebagai flokulan untuk menjernihkan air
minum dan pengolahan air limbah. Selain itu juga digunakan dalam penyulingan
minyak, pengolahan tanah, pertanian dan digunakan juga dalam bidang biomedikal.
PAA termasuk dalam salah satu golongan flocculant. PAA merupakan cairan sangat
viskos, bahkan sulit larut dalam air, sehingga biasanya digunakan larutan yang hanya
mengandung sekian persen PAA. Dalam pengolahan air PAA digunakan sebagai
flokulan atau koagulan pembantu atau suatu polielektrolit yang berperan dalam proses
flokulasi. Karena berat molekulnya yang sangat tinggi PAA sangat efektif digunakan
untuk pembentukan mikroflok pada waktu koagulasi untuk menghasilkan mikroflok
yang besar. Struktur kimia Poli Akril Amida dapat dilihat pada Gambar 6.

17

Gambar 6. Poli Akril Amida.

2.5. Faktor Yang Mempengaruhi Koagulasi-Flokulasi


Dalam pengolahan air, untuk mencapai proses koagulasi-flokulasi yang
optimum diperlukan

pengaturan semua

kondisi

yang saling berkaitan

dan

mempengaruhi proses tersebut. Kondisi-kondisi yang mempengaruhi antara lain


adalah pH, suhu, konsentrasi koagulan dan pengadukan.
1. pH; suatu proses koagulasi dapat berlangsung secara sempurna jika pH yang
digunakan berada pada jarak tertentu sesuai dengan pH optimum koagulan dan
flokulan yang digunakan
2. Suhu; proses koagulasi dapat berkurang pada suhu rendah karena peningkatan
viskositas dan perubahan struktur agregat menjadi lebih kecil sehingga dapat
lolos dari saringan, sedangkan pada suhu tinggi yang mempunyai kerapatan
lebih kecil akan mengalir ke dasar kolam dan merusak timbunan lumpur.
3. Konsentrasi Koagulan; konsentrasi koagulan sangat berpengaruh terhadap
tumbukan partikel, sehingga penambahan koagulan harus sesuai dengan
kebutuhan untuk membentuk flok-flok. Jika konsentrasi koagulan kurang
mengakibatkan tumbukan antar partikel berkurang sehingga mempersulit
pembentukan flok. Begitu juga sebaliknya jika konsentrasi koagulan terlalu
banyak maka flok tidak terbentuk dengan baik dan dapat menimbulkan
kekeruhan kembali.
4. Pengadukan; pengadukan yang baik diperlukan untuk memperoleh koagulasi
dan flokulasi yang optimum. Pengadukan terlalu lamban mengakibatkan
waktu pertumbuhan flok menjadi lama, sedangkan jika terlalu cepat
mengakibatkan flok-flok yang telah terbentuk menjadi pecah kembali.

18

2.6. Jar Tes


Untuk mengetahui tingkat kekeruhan suatu sampel air, maka digunakan alat
laboratorium yang bernama Jar-Tes. Jar-Tes juga digunakan untuk mengetahui kinerja
koagulasi dan flokulasi secara simulasi di laboratorium. Jar-Tes adalah rangkaian tes
untuk mengevaluasi proses-proses koagulasi dan flokulasi serta menentukan dosis
pemakaian bahan kimia. Pada pengolahan air bersih atau air limbah dengan proses
kimia selalu dibutuhkan bahan kimia tertentu dengan dosis yang tertentu pula untuk
menurunkan kadar polutan yang ada di dalam air atau air limbah. Penambahan bahan
kimia tidak dapat dilakukan sembarang saja harus dengan dosis yang tepat dan bahan
kimia

yang

cocok

serta

harus

memperhatikan

lagi

faktor-faktor

yang

mempengaruhinya seperti pH.

2.7. Beberapa Parameter Kualitas Air


2.7.1. Kekeruhan (Turbidity)
Kekeruhan di dalam air disebabkan oleh adanya zat tersuspensi seperti
lumpur, zat organik, plangton dan mikroorganisme lainnya. Kekeruhan merupakan
sifat optis suatu larutan yaitu hamburan dari absorpsi cahaya yang melaluinya. Tidak
dapat dihubungkan secara langsung antara kekeruhan dengan kadar semua jenis zat
tersuspensi karena tergantung juga kepada ukuran dan bentuk butir partikel.
Dalam lingkungan perairan kecerahan badan air merupakan faktor yang
menentukan terhadap kehidupan akuatik. Air yang memiliki kekeruhan tinggi kurang
dapat menjadikan biomas cukup produktif, walaupun perairan itu memiliki zat-zat
makanan yang cukup. Karena kekeruhan mengurangi intensitas cahaya matahari
masuk kedalam lingkungan perairan. Sebagian besar cahaya matahari yang masuk
kedalam lingkungan perairan digunakan oleh tumbuhan air seperti ganggang untuk
proses fotosintesa.

19

2.7.2. Derajat Keasaman (pH)


pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau
kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Sedangkan yang dimaksud keasaman
+

adalah konsentrasi ion hidrogen (H ) dalam pelarut air. Nilai pH berkisar dari 0
hingga 14. Suatu larutan dikatakan netral apabila memiliki nilai pH=7. Nilai pH>7
menunjukkan larutan memiliki sifat basa, sedangkan nilai pH<7 menunjukan
keasaman. Nama pH berasal dari potential of hydrogen. Secara matematis, pH
didefinisikan dengan :
pH = log10[H + ]
+

Nilai pH 7 dikatakan netral karena pada air murni ion H terlarut dan ion OH

terlarut (sebagai tanda kebasaan) berada pada jumlah yang sama, yaitu pada
kesetimbangan.

Penambahan senyawa ion H + terlarut dari suatu asam akan mendesak kesetimbangan
ke kiri (ion OH - akan diikat oleh H + membentuk air). Akibatnya terjadi kelebihan ion
hidrogen dan meningkatkan konsentrasi asam. Umumnya indikator sederhana yang
digunakan adalah kertas lakmus yang berubah menjadi merah bila keasamannya
tinggi dan biru bila keasamannya rendah. Selain mengunakan kertas lakmus, indikator
asam basa dapat diukur dengan pH meter yang bekerja berdasarkan prinsip
elektrolit/konduktivitas suatu larutan. Pengukuran pH merupakan suatu yang penting
karena banyak reaksi-reaksi kimia dan biokimia yang penting terjadi pada tingkat pH
yang khusus dalam lingkungan pH yang sangat sempit
2.7.3. Warna
Warna di dalam air dapat disebabkan oleh adanya ion-ion metal alam
(besi dan mangan), humus, plangton, tanaman air dan buangan industri. Warna air

20

biasanya dihilangkan terutama sekali untuk penggunaan air industri dan air minum.
Warna dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu warna sebenarnya dan warna
nampak. Yang dimaksud dengan warna sebenarnya adalah warna nyata yaitu warna
setelah kekeruhan sampel dihilangkan, sedangkan yang dimaksud dengan warna
nampak adalah warna yang tidak hanya disebabkan oleh zat-zat terlarut dalam air
akan tetapi juga zat tersuspensi (Alerts dan Santika, 1987).
2.7.4. Zat Organik
Di dalam lingkungan, bahan organik banyak terdapat dalam bentuk
karbohidrat, protein, lemak yang membentuk organisme hidup dan senyawa-senyawa
lainnya yang merupakan sumber daya alam yang sangat penting dan dibutuhkan oleh
manusia. Secara normal zat organik tersusun oleh unsur-unsur C, H, O dan dalam
beberapa hal mengandung N, S, P dan Fe. Senyawa-senyawa organik pada umumnya
tidak stabil dan mudah dioksidasi secara biologis atau kimia menjadi senyawa stabil
antara lain menjadi CO 2 dan H 2O. Untuk menyatakan kandungan bahan organik
dalam perairan dilakukan dengan mengukur jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
menguraikan bahan tersebut menjadi senyawa yang stabil.
2.7.5. Kesadahan
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air,
umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air
sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan
air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Selain ion kalsium dan
magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun garamgaram bikarbonat dan sulfat. Metode paling sederhana untuk menentukan kesadahan
air adalah dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan menghasilkan busa yang
banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa atau menghasilkan

21

sedikit sekali busa. Cara yang lebih kompleks adalah melalui titrasi. Kesadahan air
total dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume (w/v) dari CaCO 3. Air sadah
tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat menyebabkan beberapa masalah.
Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang menyumbat saluran pipa
dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga, dan air
sadah yang bercampur sabun dapat membentuk gumpalan scum yang sukar
dihilangkan. Dalam industri, kesadahan air yang digunakan diawasi dengan ketat
untuk mencegah kerugian yang disebabkan oleh senyawa-senyawa kalsium dan
magnesium yang menimbulkan

kerak pada mesin-mesin

produksi sehingga

mengurangi daya kerja mesin tersebut atau bahkan mengalami kerusakan.


2.7.6. Besi Dalam Air
Besi adalah satu dari lebih unsur-unsur penting dalam air permukaan dan air
tanah. Perairan yang mengandung besi sangat tidak diinginkan untuk keperluan rumah
tangga dan industri karena dapat menyebabkan karat pada beberapa alat-alat industri
dan alat-alat rumah tangga serta menimbulkan rasa yang tidak enak pada air minum
pada konsentrasi diatas 0,31 mg/L sifat kimia perairan dari besi adalah redoks,
pembentukan kompleks, metabolisme oleh mikroorganisme.
Besi (II) sebagai ion berhidrat yang dapat larut, Fe2+, merupakan jenis besi
yang terdapat pada air tanah. Karena air tanah tidak berhubungan dengan oksigen dari
atmosfer, konsumsi oksigen bahan organik dalam media mikroorganisme sehingga
menghasilkan keadaan reduksi dalam air tanah. Oleh karena itu besi dengan bilangan
oksidasi rendah yaitu Fe (II) umum ditemukan dalam air tanah dibandingkan dengan
Fe (III).
Secara umum Fe (II) terdapat dalam air tanah berkisar antara 1,0 10 mg/L
namun tingkat kandungan besi sampai sebesar 50 mg/L dapat juga ditemukan dalam

22

air tanah ditempat-tempat tertentu. Air tanah yang mengandung Fe (II) mempunyai
sifat yang unik, dalam kondisi tidak ada oksigen air tanah yang mengandung Fe (II)
akan terlihat jernih tetapi begitu mengalami oksidasi oleh oksigen yang berasal dari
atmosfer ion ferro akan berubah menjadi ion ferri dan air menjadi keruh dengan reaksi
sebagai berikut :
4Fe2+ + O 2 + 10 H 2O

4Fe(OH)3 + 8H +

Besi (II) dapat berbentuk sebagai jenis yang larut dalam dasar danau dan
sumber air yang kekurangan oksigen. Ion FeOH + dapat terjadi dalam perairan yang
bersifat basa, tetapi jika ada CO2 maka akan terbentuk FeCO 3 yang tidak larut. Besi
(II) dapat membentuk kompleks yang stabil dengan zat organik pengompleks dan
dapat larut dalam air (Rukaesih Achmad, 2004).
2.7.7. Mangan Dalam Air
Kandungan Mn yang diizinkan dalam air yang digunakan untuk keperluan
domestik sangat rendah yaitu dibawah 0,05 mg/L. Dalam kondisi aerob mangan
dalam perairan terdapat dalam bentuk MnO 2 dan pada dasar perairan tereduksi
menjadi Mn2+ atau dalam air yang kekurangan oksigen (DO rendah). Oleh karena itu
pemakaian air yang berasal dari dasar suatu sumber air sering ditemukan mangan
dalam konsentrasi tinggi. Pada pH yang agak tinggi dan kondisi aerob terbentuk
mangan yang tidak larut seperti MnO 2, MnO 4 atau MnCO 3 meskipun oksidasi dari
Mn2+ itu berjalan relatif lambat.

2.8. Spektrofotometer UV-Vis


Spektrofotometer digunakan untuk mengukur jumlah cahaya yang diabsorpsi
atau ditransmitasikan oleh molekul-molekul didalam larutan. Ketika panjang
gelombang ditransmitasikan melalui larutan, energi cahaya akan diserap (diabsorpsi)
dinamakan absorbansi (A) yang secara langsung proporsional terhadap kemampuan

23

molekul-molekul zat terlarut untuk mengabsorpsi cahaya pada panjang gelombang


tersebut, juga terhadap konsentrasi larutan dan berkas cahaya yang dilalui (biasanya 1
cm dalam spektrofotometer) ke suatu point dimana persentase jumlah cahaya yang
ditransmitasikan atau diabsorpsi diukur dengan phototube. Molekul-molekul dapat
mengabsorpsi atau mentransmisi radiasi elektromagnetik. Berkas cahaya putih adalah
kombinasi semua panjang gelombang spektrum tampak. Perbedaan warna yang kita
lihat adalah ditentukan dengan bagaimana gelombang cahaya tersebut diabsorpsi dan
ditransmitasikan (dipantulkan) oleh objek suatu larutan.
Ketika cahaya dari panjang gelombang melalui larutan kimia yang diujikan,
sebagian cahaya tersebut akan diabsorpsi oleh larutan. Hukum Beers yang
dikembangkan pada tahun 1852 oleh J. Beer menyatakan secara kuantitatif absorpsi
ini sebagai :

Log I0/I = L C
Keterangan :
I0
:Intensitas cahaya yang belum melewati sampel
I
: Intensitas cahaya setelah melewati sampel

: Koefisien ekstingsi, yaitu konstanta yang tergantung pada sifat alami dari
senyawa substansi dan panjang gelombang yang digunakan untuk analisis
L
: Panjang atau jarak cahaya yang melewati sampel
C
: Konsentrasi larutan yang dianalisa
Ket: Io = intensitas cahaya sumber

Ir

fototub

Lampu
Tungsten

Io

Monokromator
(Prisma)

It

Lensa

Detektor

Piranti
Baca

Fotodioda
silikon

It = intensitas cahaya diteruskan


Ir = intensitas cahaya dipantulkan

Gambar 7. Komponen-komponen penting spektrofotometer

24

Logam tungsten sebagai suatu sumber energi cahaya yang berkesinambungan


yang meliputi daerah spektrum dimana instrumen itu dirancang untuk beroperasi.
Suatu monokromator berbentuk prisma, yakni suatu piranti untuk memencilkan pita
sempit panjang gelombang dari spektrum lebar yang dipancarkan oleh sumber cahaya.
Suatu detektor silicon photodiode yang berupa transduser yang mengubah energi
cahaya menjadi suatu isyarat listrik. Suatu sistem baca yang dapat menunjukkan
besarnya isyarat listrik.

2.9. pH Meter
Pengukuran pH dengan menggunakan pH meter didasarkan pada prinsip
potensiometri, yaitu pengukuran aktivitas ion hidrogen secara potensiometri dengan
elektroda gelas. Elektroda ini akan menghasilkan perubahan tegangan, tegangan yang
diukur tergantung dari keadaan larutan sampel di sekitar elektroda kaca dan diukur
sebagai mV. Nilai mV perlu distandarkan terhadap nilai pH yang sebenarnya dalam
larutan sampel. Larutan buffer dengan pH yang telah diketahui dapat digunakan untuk
mendapatkan nilai mV standar tersebut. Untuk lebih teliti memerlukan dua
standarisasi melalui dua buffer yaitu pH 7 dan pH 9.
pH meter terdiri dari 2 bagian yaitu potensio atau mV meter dan elektroda.
Biasanya elektroda adalah elektro yang terdiri dari :
1.

Elektroda kaca, didalamnya terdapat larutan HCl atau buffer tertentu dan
elektroda besi intern. Ion H + dari larutan sampel menempel pada dinding kaca
elektroda hingga tegangan (potensial) muncul antara sisi dinding kaca yang
khusus tersebut.

2.

Elektroda referensi, terdiri dari half cell Hg/Hg2Cl2 (kalomel) yang berhubungan
dengan larutan sampel melalui jembatan garam (elektrolit) KCl dan membran.
Elektroda referensi ini disebut elektroda kalomel dan dengan elektroda kaca

25

merupakan satu sel elektrokimia yang menyebabkan perbedaan potensial elektris


antara kedua elektroda tersebut.

2.10. Turbidimeter

Detektor 90 0

Detektor
Transmitansi

Detektor
Penghambur

Kaca
Hitam
Lampu
Tungsten
Lensa

Sel
Sampel

Gambar 8. Skema alat turbidimeter


Metode yang sering digunakan dalam menentukan nilai kekeruhan adalah
metode nefelometri dengan satuan NTU (Nephelometric Turbidity Unit). Prinsip
analisa dengan menggunakan metode nefelometri adalah pengukuran terhadap
intensitas cahaya yang dihamburkan oleh partikel-partikel yang ada di dalam air.
Semakin tinggi intensitas cahaya yang dihamburkan maka semakin tinggi nilai
kekeruhan air tersebut. Pengukuran dilakukan dengan membandingkan intensitas
cahaya yang dihamburkan oleh sampel dengan intensitas cahaya yang dihamburkan
oleh larutan standar dalam keadaan sama. Sebagai standar kekeruhan digunakan
larutan suspensi polimer formazin dengan satuan FTU (Formazin Turbidity Unit) atau
sama dengan satuan NTU (Nephelometri Turbidity Unit). Jika di konversi ke dalam
satuan ppm sebagai SiO2 adalah sebesar 2,25. Skema alat turbidimeter dapat dilihat
pada Gambar 8.

26

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di laboratorium Water Treatment PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk Cibinong Bogor sedangkan sampel yang diambil berasal dari
sungai Cileungsi yang mengalir dikawasan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
tersebut. Penelitian ini berlangsung dari bulan Agustus 2007 sampai dengan bulan
Desember 2007

3.2. Alat dan Bahan


3.2.1. Alat
Peralatan laboratorium yang digunakan adalah pipet mikro, pipet volum, gelas
ukur, gelas erlenmeyer, botol semprot, seperangkat alat titrasi, hot plate, neraca
analitik sedangkan instrumen yang digunakan adalah pH meter Horiba model F-51,
Turbidimeter Hach Model 2100 N, Spectrophotometer UV-Vis Hach model DR/2010
3.2.2. Bahan
Bahan-bahan kimia yang digunakan pada penelitian ini meliputi : sampel air
yang berasal dari sungai Cileungsi, larutan PAC 10%, larutan PAA 0,01%, larutan
H 2SO 4 10 N, larutan KMnO 4 0,01 N, larutan asam oksalat 0,01 N, larutan buffer pH
10,0, NaOH 5 N, Etilen Diamin Tetra Asetat (EDTA) 0,02 N, HCl-Aquades 1:1,
indikator Eriochrom Black T (EBT), indikator Methyl Thymol Blue (MTB), 1,10phenanthrolin, asam askorbat (vitamin C), kalium sianida (KCN) dan formic acid
dimethylamida (PAN) dan aquades.

3.3. Cara Kerja


28
28

3.3.1. Persiapan Sampel


Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel air yang berasal dari
sungai Cileungsi yang mengalir dikawasan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk,
Cibinong Bogor. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 10 kali pada lokasi yang
sama yaitu pada bak pengendapan. Waktu pengambilan sampel dilakukan dari bulan
Agustus 2007 sampai dengan bulan Desember 2007. Jangka waktu pengambilan
sampel antara sampel yang satu dengan sampel yang lain adalah 7 hari. Sampel 1
diambil pada tanggal 13 Agustus 2007.
3.3.2. Jar-Tes
Jar-tes merupakan suatu metode yang digunakan untuk menentukan efektivitas
penambahan koagulan dan flokulan pada proses penjernihan air. Sehingga diperoleh
jumlah penambahan koagulan dan flokulan yang optimum.
Optimasi

koagulasi-flokulasi dilakukan berdasarkan variasi konsentrasi

sedangkan variasi pH, suhu dan pengadukan tidak dilakukan. Pada pH dan suhu yang
merupakan kondisi sumber alam air sungai, jika dilakukan variasi akan membutuhkan
energi yang lebih banyak yang selanjutnya membutuhkan biaya yang lebih besar,
karena dilakukan pengasaman atau pembasaan untuk variasi pH dan pemanasan atau
pendinginan untuk variasi suhu. Kecepatan pengadukan tidak dilakukan variasi pada
kecepatan pengadukan tersebut telah dianggap sebagai kecepatan pengadukan yang
optimum yaitu pengadukan cepat sebesar 100 rpm dan pengadukan lambat sebesar 60
rpm.
a. Cara kerja Jar-Tes untuk penetapan dosis koagulan :
1.

Ke dalam 6 buah tabung jar tes di isi masing-masing 1000 ml air yang
kemudian diletakkan di atas alat jar tes.

2.

Dipasangkan pengaduk yang terdapat pada jar tes pada masing-masing tabung.

29

3.

Ditambahkan larutan PAC 10% sebagai koagulan secara bertingkat 1,0 ml, 1,1
ml, 1,2 ml, 1,3 ml, 1,4 ml, 1,5 ml sehingga konsentrasi PAC dalam sampel
adalah 100 ppm, 110 ppm, 120 ppm 130 ppm, 140 ppm, 150 ppm.

4.

Dikocok dengan kecepatan 100 rpm selama 1 menit.

5.

Pengocokkan diturunkan kecepatannya menjadi 60 rpm selama 10 menit untuk


menghasilkan pembentukan flok yang baik, pada saat tersebut ditambahkan
PAA 0,01% sebagai flokulan secara tetap misalnya 2 ml sehingga konsentrasi
PAA dalam sampel adalah 0,2 ppm

6.

Diamati flokulasi yang terjadi pada tiap-tiap tabung dan bandingkan juga besar
flok-flok yang terbentuk.

7.

Setelah pengocokkan selesai di diamkan selama 30 menit.

8.

Air supernatan siap dianalisa kekeruhannya dan ditetapkan nilai koagulan yang
paling baik.

b. Cara kerja Jar-Tes untuk penetapan dosis flokulan:


1.

Kedalam 6 buah tabung jar tes diisi masing-masing 1000 ml air yang kemudian
diletakkan diatas alat jar tes.

2.

Dipasangkan pengaduk yang terdapat pada jar tes pada masing-masing tabung.

3.

Ditambahkan larutan PAC 10%

sebagai koagulan secara tetap yang

merupakan nilai koagulan yang paling baik misalnya 1,1 ml sehingga


konsentrasi PAC dalam sampel adalah 110 ppm.
4.

Dikocok dengan kecepatan 100 rpm selama 1 menit.

5.

Pengocokkan diturunkan kecepatannya menjadi 60 rpm selama 10 menit untuk


menghasilkan pembentukan flok yang baik, pada saat tersebut ditambahkan
PAA 0,01% sebagai flokulan secara bertingkat misalnya 0 ml,

1 ml,

2 ml,

30

3ml, 4 ml, 5 sehingga konsentrasi PAA dalam sampel adalah

0 ppm 0,1 ppm

0,2 ppm, 0,3 ppm, 0,4 ppm, 0,5 ppm.


6.

Diamati flokulasi yang terjadi pada tiap-tiap tabung dan bandingkan juga besar
flok-flok yang terbentuk.

7.

Setelah pengocokkan selesai di diamkan selama 30 menit.

8.

Air supernatan siap dianalisa.

3.3.3. Pengukuran Kekeruhan


Prinsip kerjanya adalah pengukuran kekeruhan dalam air berdasarkan
pengukuran intensitas cahaya yang dipendarkan oleh suspensi dalam air. Pengukuran
kekeruhan dilakukan dengan menggunakan Turbidimeter Hach model 2100 N. Cara
kerjanya sebagai berikut :
1. Dinyalakan alat dengan menekan tombol power dan didiamkan selama 30 menit
agar kondisi alat stabil, dan dipastikan alat sudah terkalibrasi.
2. Setelah itu dimasukkan sampel pada kuvet yang telah disediakan sampai tanda
batas.
3. Masukkan kuvet tersebut pada Turbidimeter Hach Model 2100 N.
4. Dicatat hasil yang diperoleh dalam satuan NTU.
3.3.4. Pengukuran pH
Prinsip kerjanya adalah elektroda mempunyai kemampuan untuk mengukur
konsentrasi pH dalam air secara elektrometer. Pengukuran pH dilakukan dengan
menggunakan pH meter Horiba model F-51. Cara kerjanya sebagai berikut :
1. Dinyalakan alat dengan menekan tombol power dan didiamkan selama 10 menit
agar kondisi alat stabil, dan dipastikan alat sudah terkalibrasi.
2. Setelah itu dimasukkan sampel pada gelas beker yang telah disediakan kemudian
diaduk dengan menggunakan pengaduk stirer

31

3. Masukkan elektroda pH kedalam sampel lalu tekan meas.


4. Dicatat hasil yang diperoleh.
3.3.5. Pengukuran Warna
Prinsip kerjanya adalah warna dalam air dibandingkan dengan warna standar
yang terbuat dari PtCo (Platinum Cobalt) yang diukur pada panjang gelombang 455
nm. Pengukuran warna dilakukan dengan menggunakan Spectrophotometer Hach
model DR/2010. Cara kerjanya sebagai berikut :
1. Dinyalakan alat dengan menekan tombol power.
2. Diputar pada panjang gelombang 455 nm.
3. Dimasukkan larutan blangko yang berupa aquades dan tekan tombol Re-Zero
4. Setelah itu dimasukkan sampel yang akan dianalisa kemudian tekan tombol Read
5. Dicatat hasil yang diperoleh dalam satuan True Colour Unit (True C.U).
3.3.6. Pengukuran zat organik
Prinsip kerjanya adalah zat organik dalam suasana asam dioksidasi oleh
KMnO 4 yang kemudian di reduksi oleh Asam Oksalat berlebih. Kelebihan asam
oksalat dititrasi kembali oleh larutan KMnO 4. Metode yang digunakan adalah titrasi
permanganometri (KMnO 4, H 2SO 4 dan asam oksalat). Cara kerjanya sebagai berikut :
1.

Sebanyak 100 ml sampel air dimasukkan kedalam labu erlenmeyer bebas zat
organik.

2.

Ditambahkan 2 ml H 2SO 4 10 N yang dilanjutkan dengan penambahan larutan


KMnO 4 0,01 N tetes demi tetes sampai larutan berwarna merah muda.

3.

Dipanaskan diatas hot plate sampai mendidih.

4.

Ditambahkan 10 ml larutan KMnO 4 0,01 N, pemanasan diteruskan sampai 10


menit tepat.

32

5.

Setelah itu ditambahkan 10 ml larutan asam oksalat 0,01 N (warna KMnO 4 akan
hilang).

6.

Dititrasi dengan larutan KMnO 4 0,01 N sampai dengan larutan berwarna merah
muda (a).

7.

Untuk menentukan faktor ketelitian KMnO 4 0,01 N () terhadap cairan bekas


pemeriksaan zat organik ditambahkan 10 ml larutan asam oksalat 0,01 N dan
dititrasi kembali dengan larutan KMnO 4 0,01 N sampai cairan berwarna merah
muda (X).

Perhitungan :
1000/100 x {(10 + a) x 10} x 0,01 x 31,6 =...........ppm KMnO 4
Keterangan :
a
: ml KMnO 4 pada waktu titrasi

: faktor ketelitian KMnO 4, 10/X


31,6 : berat ekivalen KMnO 4
3.3.7. Pengukuran Kesadahan Total, Ca dan Mg
Prinsip kerjanya adalah Ca 2+ dan Mg2+ dalam air dapat membentuk senyawa
komplek dengan EDTA (Etilen Diamin Tetra Asetat) pada suasana pH tertentu. Untuk
mengetahui titik akhir titrasi digunakan indikator logam (EBT dan MTB). Metode
yang digunakan adalah titrasi kompleksometri EDTA dengan indikator EBT pada
kondisi larutan sampel pH 10 untuk kesadahan total dan indikator MTB pada kondisi
larutan sampel pH 12 untuk kesadahan Ca2+. Cara kerjanya sebagai

berikut :

A. Kesadahan Total
1) 50 ml sampel air + 2,5 ml buffer 10 + 2-3 tetes EBT indikator jika :
a. Berwarna merah-ungu, titrasi dengan EDTA 0,02 N sampai warna biru = a ml
b. Berwarna biru, kesadahan total = 0

33

c. Sampelnya Raw Water/air keruh ditambah 2 ml KCN 10 %


Kesadahan total = 20 x a ml (ppm CaCO3)

B. Kesadahan Ca2+
1) 50 ml air sampel + 1 ml NaOH 5 N + 2-3 tetes MTB, jika :
a. Berwarna biru, titrasi dengan EDTA 0,02 N sampai warna biru tepat
hilang/ warna ungu = b ml
b. Tak berwarna/ ungu muda Ca2+ = 0
c. Sampelnya Raw Water/air keruh ditambah 2 ml KCN 10 %
Kesadahan Ca 2+ = 20 x b x 0,4 (ppm Ca2+)
Penambahan 1 ml NaOH 5 N untuk membuat larutan menjadi pH 12. C.
Kesadahan Mg2+
Kesadahan total - Kesadahan Ca2+ = Kesadahan Mg2+
(a-b) x 20 x 0,243 = ppm Mg2+
Keterangan :
20
: (1000/50) x 0,02 x 50 (berat ekivalen CaCO3)
0,4
: 0,02 x 20 (berat ekivalen Ca)
0,243 : 0,02 x 12,15 (berat ekivalen Mg)

3.3.8. Pengukuran Fe dan Mn


Prinsip kerja Fe adalah Fe2+ dioksidasi dalam suasana asam dan panas
membentuk senyawa Fe3+, Fe3+ membentuk senyawa kompleks dengan 1,10phenanthrolin berwarna orange yang diukur secara spektrofotometri pada panjang
gelombang 510 nm. Prinsip kerja Mn adalah pembentukan senyawa kompleks
berwarna kuning. Pembentukan senyawa kompleks ini akibat reaksi dari Mn dengan
asam askorbat (vitamin C), kalium sianida (KCN) dan formic acid dimethylamida

34

yang kemudian diukur secara spektrofotometri pada panjang gelombang 560 nm.
Penentuan Fe dan Mn dilakukan dengan menggunakan Spectrophotometer Hach
model DR/2010. Cara kerjanya sebagai berikut :

1.

Preparasi Sampel Fe dan Mn


a. Diambil sampel air sebanyak 25 ml.
b. Ditambahkan larutan HCl-aquades 1:1 sebanyak 1 ml yang kemudian
dipanaskan sampai volumenya setengah.
c. Diangkat dan ditambahkan larutan NaOH 5 N sebanyak 1 ml yang
dilanjutkan dengan menambahkan tetes demi tetes sampai pH-nya 4.
d. Ditambahkan kembali aquades hingga volumenya 25 ml.
e. Dibuat larutan blangko, sampel diganti dengan aquades dan diperlakukan
sama dengan sampel diatas.

2.

Pengukuran Fe
a. Dimasukkan nomor program untuk pengukuran Fe pada Spectrophotometer
Hach model DR/2010 yaitu 265.
b. Diputar sampai panjang gelombang yang tertera pada alat tersebut yaitu
sampai panjang gelombang 510 nm.
c. Disediakan kuvet 10 ml.
d. Masukkan sampel sebanyak 10 ml kedalam kuvet tersebut
e. Kemudian tambahkan reagen Fe yang berupa senyawa 1,10-phenanthrolin
pada kuvet 10 ml tadi yang kemudian diaduk.
f. Pada alat tekan tombol SHIFT dan TIMER dan waktu reaksi dimulai selama
3 menit.
g. Setelah 3 menit alat akan berbunyi dan menampilkan mg/L Fe FV.

35

h. Dimasukkan larutan blangko pada alat yang berupa aquades yang telah
diperlakukan sama dengan sampel kemudian tekan tombol ZERO.
i. Setelah pada alat menampilkan 0.00 mg/L Fe FV dimasukkan sampel yang
akan dianalisa.
j. Dicatat hasil yang diperoleh dalam satuan ppm.
3.

Pengukuran Mn
a. Dimasukkan nomor program untuk pengukuran Mn pada Spectrophotometer
Hach model DR/2010 yaitu 290.
b. Diputar sampai panjang gelombang yang tertera pada alat tersebut yaitu
sampai panjang gelombang 560 nm.
c. Disediakan kuvet 10 ml.
d. Masukkan sampel sebanyak 10 ml kedalam kuvet tersebut.
e. Kemudian tambahkan reagen Mn yang berupa senyawa asam askorbat diaduk
sampai merata.
f. Setelah itu ditambahkan sebanyak 15 tetes reagen Mn yang berupa kalium
sianida sambil diaduk.
g. Terakhir ditambahkan sebanyak 21 tetes dari reagen Mn yang berupa formic
acid dimethylamida sambil diaduk.
h. Pada alat tekan tombol SHIFT dan TIMER dan waktu reaksi dimulai selama
2 menit.
i. Setelah 2 menit alat akan berbunyi dan menampilkan mg/L Mn LR.
j. Dimasukkan larutan blangko pada alat yang berupa aquades yang telah
diperlakukan sama dengan sampel kemudian tekan tombol ZERO.
k. Setelah pada alat menampilkan 0.00 mg/L Mn LR dimasukkan sampel
yang akan dianalisa.

36

l. Dicatat hasil yang diperoleh dalam satuan ppm.

Semua hasil pengukuran dibandingkan dengan baku mutu air bersih


berdasarkan peraturan pemerintah No. 416/MENKES/PER/IX/1990.

3.4. Alur Kerja


SUMBER AIR

Langkah 1

PENAMPUNGAN

Jartes Dengan Variasi


Koagulan, Flokulan Tetap

Langkah 2

Jartes Dengan Variasi Flokulan, Koagulan


Tetap(Hasil Terbaik Sebelumnya)
Analisa Sama Seperti
Air Hasil

37

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di PT Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk dengan sumber air yang berasal dari sungai Cileungsi yang mengalir dikawasan
tersebut diperoleh data sebanyak 10 sampel air baku yang diambil pada tempat yang
sama yaitu bak pengendapan dan jangka waktu 7 hari antara sampel 1 dengan sampel
2 dan seterusnya, sampel 1 diambil pada tanggal 13 Agustus 2007. Secara
keseluruhan hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Lampiran 1, sedangkan data untuk
masing-masing parameter kualitas air baik air baku maupun air hasil penjernihan
dapat dilihat pada pembahasan.
Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa penambahan PAC sebagai koagulan
dan penambahan PAA sebagai flokulan terhadap air baku diperoleh nilai air hasil
penjernihan yang secara umum memenuhi standar kualitas air bersih menurut
peraturan pemerintah No. 416/MENKES/PER/IX/1990 yang merupakan standar yang
digunakan di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ini. Penambahan PAC dan PAA
dari ke-10 sampel air baku tersebut merupakan penambahan yang optimum.
Penambahan PAC berkisar antara 140 ppm sampai dengan 230 ppm dan
penambahan PAA berkisar antara 0 ppm sampai dengan 0,3 ppm. Pada kondisi
tertentu penambahan PAA adalah 0 ppm. Ini mengindikasikan bahwa penambahan
flokulan tidak selalu memberikan air hasil penjernihan yang baik karena pembentukan
flok yang terlalu besar mengakibatkan flok-flok tersebut mengapung pada permukaan
dan badan air sehingga menjadikan air menjadi keruh.

39
39

4.2. Pembahasan
4.2.1. Kekeruhan
Kekeruhan merupakan parameter yang harus selalu diukur untuk mengetahui
efektivitas proses koagulasi-flokulasi. Nilai kekeruhan dari air baku dapat dilihat pada
Tabel 3. Nilai kekeruhan yang bervariasi disebabkan oleh kondisi air sungai yang
sangat dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Pada suatu kasus nilai kekeruhan mencapai
harga 100 NTU, ini terjadi akibat adanya musim penghujan. Air hujan membawa
dan melarutkan material-material ke dalam sungai.
Tabel 3. Nilai kekeruhan air baku dan air hasil penjernihan

Sampel

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Kekeruhan
Air Baku
(NTU)
21.0
14.6
17.6
23.9
215
196
30.1
62.1
30.9
13.5

Koagulan
(ppm)

150
180
190
170
230
230
200
190
170
140

Flokulan
(ppm)

0.3
0.2
0.2
0.3
0.3
0.3
0.1
0.1
0.1
0.0

Kekeruhan
Air Hasil
(NTU)
1.04
1.09
1.15
0.98
1.03
1.17
0.93
1.12
1.05
0.97

Dari

Tabel 3 dapat dilihat nilai kekeruhan air baku dan air hasil penjernihan setelah
penambahan PAC dan PAA. Penambahan PAC dan PAA dari ke-10 sampel tersebut
merupakan penambahan yang optimum dari masing-masing sampel yang berbeda
nilai kekeruhannya. Pada sampel 5 dan 6 nilai kekeruhan air baku memiliki harga 215
NTU dan 196 NTU, ini diakibatkan pada waktu tersebut terjadi hujan yang membawa
material-material kedalam air sungai Nilai kekeruhan terkecil adalah 13,5 NTU
dengan penambahan PAC sebanyak 140 ppm dan penambahan PAA sebanyak 0 ppm
atau tanpa penambahan PAA. Sedangkan nilai kekeruhan terbesar adalah 215 NTU

40

dengan penambahan PAC sebanyak 230 ppm dan penambahan PAA sebanyak 0,3
ppm. Penambahan ini juga optimum pada nilai kekeruhan sebesar 196 NTU.
250
200
150

Kekeruhan Air Baku


Kekeruhan Air Hasil
Syarat

100
50
0
1

10

Sampel Air

Gambar 9. Grafik kekeruhan air baku dan air hasil penjernihan


Pada Gambar 9 dapat dilihat perubahan kekeruhan setelah penambahan PAC
dan PAA. Pada air baku nilai kekeruhan cenderung berubah-ubah dengan nilai
terkecil 13,5 NTU dan nilai terbesar 215 NTU. Perubahan nilai ini disebabkan oleh
kondisi air yang sangat dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Pada air hasil penjernihan
nilai kekeruhan tidak jauh berbeda yaitu mendekati angka 1 NTU. Angka ini jelas
memenuhi standar air bersih yang digunakan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
berdasarkan peraturan pemerintah No. 416/MENKES/PER/IX/1990 yaitu 25 NTU.
Penurunan nilai kekeruhan dari air baku menjadi air hasil penjernihan
disebabkan oleh pengikatan zat-zat koloid/zat tersuspensi dalam air oleh bahan kimia
koagulan yang dibantu oleh flokulan sebagai pembesar flok yang menghasilkan
endapan optimum. Endapan optimum adalah endapan yang dihasilkan tidak
mengapung pada permukaan air.

4.2.2. Derajat Keasaman (pH)

41

Nilai pH suatu perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa dalam
air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam air. Adanya karbonat
dan bikarbonat dapat menaikkan kebasaan air. Sedangkan adanya asam mineral bebas
dan asam karbonat dapat menaikkan keasaman air. Keadaan pH suatu perairan sangat
penting terhadap kelangsungan makhluk hidup didalamnya mengingat banyak reaksireaksi kimia dan biokimia yang penting terjadi pada tingkat pH yang khusus dalam
lingkungan pH yang sangat sempit.
Tabel 4. Nilai pH air baku dan air hasil penjernihan

Sampel

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

pH Air Baku
(pH unit)
7.28
7.52
7.55
7.47
7.03
7.55
7.74
7.76
7.11
7.47

Koagulan
(ppm)
150
180
190
170
230
230
200
190
170
140

Flokulan
(ppm)
0.3
0.2
0.2
0.3
0.3
0.3
0.1
0.1
0.1
0.0

pH Air Hasil
(pH unit)
6.71
6.83
6.99
6.95
6.69
6.70
7.03
7.29
6.76
7.18

Pada

Tabel 4 dapat dilihat nilai pH air baku dan nilai pH air hasil penjernihan setelah
penambahan bahan kimia PAC dan PAA. Nilai pH dari ke-10 sampel air baku
bertahan pada angka 7. Nilai ini masih memenuhi standar yang ditetapkan yang
berada pada daerah batas syarat minimum dan batas syarat maksimum berdasarkan
peraturan pemerintah No. 416/MENKES/PER/IX/1990 yaitu berkisar antara 6,5 9.
Sama halnya dengan air hasil penjernihan yang diperoleh setelah penambahan PAC
dan PAA yaitu masih berada pada daerah batas syarat minimum dan syarat
maksimum. Nilai pH air hasil penjernihan dari ke-10 sampel bertahan pada angka 6
dan beberapa pada angka 7.

42

10

Sampel

Warna

Koagulan

Flokulan

Warna

8
7
6
5

pH Air Baku

pH Air Hasil

Syarat Minimum

Syarat Maksimum

1
0
1

10

Sampel Air

Gambar 10. Grafik pH air baku dan air hasil. penjernihan


Setelah melihat data hasil dalam Tabel 4 dan Gambar 10 secara umum pH
mengalami penurunan dari air baku menjadi air hasil penjernihan. Hal ini disebabkan
terdapatnya ion hidrogen bebas (H +) yang dihasilkan dari reaksi hidrolisis yaitu ketika
koagulan bereaksi dengan air. Secara umum semakin banyak koagulan yang
digunakan maka penurunan pH akan semakin tinggi.
4.2.3. Warna
Air minum dan air bersih sebaiknya tidak berwarna, hal ini untuk mencegah
keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme. Warna menjadi salah
satu parameter penting dalam menentukan tingkat pencemaran suatu air dan dalam
proses koagulasi-flokulasi

nilai

warna

dapat

diturunkan.

Koagulasi-flokulasi

merupakan proses yang bertujuan untuk menjernihkan air dengan mengendapkan


padatan tersuspensi yang terdapat pada air sehingga senyawa- senyawa dalam air
yang menyebabkan warna akan terendapkan oleh proses koagulasi-flokulasi.

Tabel 5. Nilai warna air baku dan air hasil penjernihan

43

Air Baku
(True.C.U)
129
105
114
123
1360
865
134
336
168
87

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

(ppm)

Air Hasil
(True.C.U)

(ppm)

150
180
190
170
230
230
200
190
170
140

0.3
0.2
0.2
0.3
0.3
0.3
0.1
0.1
0.1
0.0

9
8
12
9
6
3
7
8
8
12

Dari Tabel 5 dapat dilihat nilai warna air baku dan nilai warna air hasil
penjernihan setelah penambahan bahan kimia PAC dan PAA Pada sampel 5 dan 6
nilai warna sangat tinggi ini disebabkan karena nilai warna berbanding lurus dengan
nilai kekeruhan, semakin tinggi nilai warna maka semakin tinggi pula nilai
kekeruhannya. Nilai warna air baku dari ke-10 sampel berkisar antara 87 True.C.U
sampai dengan 1360 True C.U. Sedangkan nilai warna air hasil penjernihan berkisar
antara 3 True C.U sampai dengan 12 True C.U. Pada pemakaian dosis terbesar yaitu
penambahan PAC dan PAA masing-masing sebesar 230 ppm dan 0,3 ppm mampu
menurunkan nilai warna dari 1360 True C.U menjadi 6 True C.U dan dari 865 True
C.U menjadi 3 True C.U. Sedangkan pada pemakaian dosis terkecil yaitu penambahan
PAC dan PAA masing-masing 140 ppm dan 0 ppm mampu menurunkan nilai warna
dari 87 True.C.U menjadi 12 True C.U. Air hasil penjernihan dengan nilai warna
paling baik (nilai warna kecil) berada pada pemakaian dosis PAC dan PAA masingmasing 230 ppm dan 0,3 ppm yang menghasilkan nilai warna sebesar 3 True C.U.
Nilai warna berdasarkan standar yang digunakan yaitu menurut peraturan
pemerintah

No.

416/MENKES/PER/IX/1990

adalah

50

True

C.U.

Pada

Gambar 11 dapat dilihat bahwa nilai warna dari air baku tidak memenuhi syarat dari
peraturan pemerintah No. 416/MENKES/PER/IX/1990. Setelah penambahan PAC

44

dan PAA secara keseluruhan nilai warna mengalami penurunan menjadi nilai yang
memenuhi syarat air menurut peraturan pemerintah No. 416/MENKES/PER/IX/1990
yang berkisar antara 3 True.C.U sampai dengan 12 True.C.U.
Gambar 11. Grafik warna air baku dan air hasil penjernihan
4.2.4. Zat Organik
Zat organik dalam air menandakan kelimpahan sumber makanan bagi
1600
1400
1200
1000

Warna Air Baku

800

Warna Air Hasil


Syarat

600
400
200
0
1

10

Sampel Air

mikroorganisme dalam perairan. Semakin tinggi nilai zat organik dalam air maka
semakin banyak jumlah mikroorganisme yang hidup didalamnya. Zat organik adalah
salah satu parameter penting yang diukur untuk mengetahui kualitas air yang bersih.
Pada Tabel 6 dapat dilihat nilai zat organik air baku dan nilai zat organik air
hasil penjernihan setelah penambahan PAC dan PAA. Nilai zat organik air baku
berkisar antara 9,64 ppm sampai dengan 18,87 ppm sedangkan nilai zat organik air
hasil penjernihan berkisar antara 2,31 ppm sampai dengan 6,95 ppm. Air hasil
penjernihan dengan nilai zat organik paling baik (nilai zat organik kecil) yaitu berada
pada pemakaian dosis PAC dan PAA masing-masing 180 ppm dan 0,2 ppm; dan 140
ppm dan 0,0 ppm yaitu sebesar 2,31 ppm. Nilai zat organik tidak selalu meningkat
dengan meningkatnya nilai kekeruhan karena zat tersuspensi dalam air yang sangat
kompleks.

45

Tabel 6. Nilai zat organik air baku dan air hasil penjernihan.

Zat Organik
Air Baku
(ppm)
11.75
11.91
18.87
12.68
23.3
18.41
13.30
9.64
12.79
15.64

Sampel

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
peraturan

Koagulan
(ppm)

Zat Organik
Air Hasil
(ppm)
5.87
2.31
6.95
5.40
2.93
3.08
7.11
3.79
6.95
2.31

Flokulan
(ppm)

150
180
190
170
230
230
200
190
170
140

0.3
0.2
0.2
0.3
0.3
0.3
0.1
0.1
0.1
0.0

Syara
t dari nilai
zat

organik

berdasarkan

25

pemerintah

no.

20
15

Zat Organik Air Baku


Zat Organik Air Hasil
Syarat

10
5
0
1

10

Sampel Air

416/MENKES/PER/IX/1990 adalah maksimum 10 ppm. Pada Gambar 12 terlihat


secara jelas antara kandungan zat organik air baku dan kandungan zat organik air
hasil.
Gambar 12. Grafik zat organik air baku dan air hasil penjernihan
Nilai dari zat organik dalam air turun setelah adanya proses koagulasi-flokulasi. Zat
organik pada umumnya tersusun atas unsur-unsur C, H dan O dan dalam beberapa hal

46

mengandung N, S, P. Unsur-unsur ini membentuk senyawa koloid dalam air sehingga


dengan adanya proses koagulasi flokulasi unsur-unsur tersebut terendapkan.
4.2.5. Kesadahan
Kesadahan dalam air sangat tidak diinginkan karena dapat menimbulkan kerak
pada logam. Dalam industri kesadahan yang tinggi dapat merusak alat-alat produksi
sehingga keberadaannya ditekan sekecil mungkin.
Tabel 7. Nilai kesadahan total, Ca dan Mg air baku dan air hasil penjernihan
Pada Tabel 7 dapat dilihat nilai kesadahan total, Ca dan Mg dari air baku dan air
hasil penjernihan setelah penambahan PAC dan PAA. Sama halnya dengan zat

Sampel

Kesadahan
Air Baku (ppm)
Total

Ca2+

Mg2+

Koagulan
(ppm)

1
128 44.8 3.89
2
134 45.6 4.86
3
124 41.6 4.86
4
140 44.0 7.29
5
103 32.0 5.59
6
108 36.0 4.37
7
124 44.0 3.40
8
112 36.0 5.35
9
110 35.2 5.35
10
116 38.8 4.62
organik kandungan kesadahan dalam

Flokulan
(ppm)

150
0.3
180
0.2
190
0.2
170
0.3
230
0.3
230
0.3
200
0.1
190
0.1
170
0.1
140
0.0
air baik kesadahan

Kesadahan
Air Hasil (ppm)
Total Ca2+ Mg2+

130
142
130
148
98
110
120
120
112
126
total,

48.0 2.43
46.4 6.32
44.8 4.37
51.2 4.86
34.4 2.92
34.4 5.83
42.4 3.40
41.2 4.13
35.2 5.83
41.6 5.35
kesadahan Ca dan

kesadahan Mg tidak selalu meningkat dengan meningkatnya nilai kekeruhan.


Kesadahan dalam air disebabkan oleh adanya logam Ca dan Mg dalam bentuk garam
karbonat. Nilai kesadahan total air baku berkisar antara 103 ppm sampai dengan 140
ppm, nilai kesadahan Ca air baku berkisar antara 32,0 ppm sampai dengan 44,8 ppm
dan nilai kesadahan Mg berkisar antara 3,40 ppm sampai dengan 7,29 ppm.

47

Pada nilai kesadahan total baik air baku maupun air hasil penjernihan samasama menempati nilai aman, artinya air baku dan air hasil penjernihan memenuhi nilai
standar berdasarkan peraturan pemerintah No. 416/MENKES/PER/IX/1990 yaitu
maksimum

500 ppm dalam bentuk senyawa CaCO3 yang dapat dilihat pada Gambar

13.
600
500

400
Kesadahan Total Air Baku

300

Kesadahan Total Air Hasil


Syarat

200
100
0
1

10

Sampel Air

Gambar 13. Grafik kesadahan total air baku dan air hasil penjernihan
Nilai

kesadahan

Ca

berdasarkan

peraturan

pemerintah

No.

416/MENKES/PER/IX/1990 adalah maksimum 200 ppm. Nilai kesadahan Ca air


baku dan air hasil penjernihan setelah penambahan PAC dan PAA memenuhi standar
berdasarkan peraturan pemerintah No. 416/MENKES/PER/IX/1990. Nilai ini dapat
dilihat pada Gambar 14.

250
200
150

Kesadahan Ca Air Baku


Kesadahan Ca Air Hasil

100

Syarat

50
0
1

Sampel Air

10

48

Gambar 14. Grafik kesadahan Ca air baku dan air hasil penjernihan
Sama halnya seperti kesadahan total dan kesadahan Ca nilai dari kesadahan
Mg baik air baku maupun air hasil penjernihan memenuhi standar berdasarkan
peraturan pemerintah No. 416/MENKES/PER/IX/1990 yaitu maksimum 150 ppm.
Hasil ini dapat dilihat pada Gambar 15.
160
140
120
100

Kesadahan Mg Air Baku

80

Kesadahan Mg Air Hasil


Syarat

60
40
20
0
1

10

Sampel Air

Gambar 15. Grafik kesadahan Mg air baku dan air hasil penjernihan
Dari data hasil yang diperoleh nilai dari kesadahan baik kesadahan total
(CaCO 3), kesadahan Ca maupun kesadahan Mg air baku dan air hasil penjernihan
memiliki nilai yang memenuhi standar air bersih menurut peraturan pemerintah No.
416/MENKES/PER/IX/1990. Nilai kesadahan dari air baku menjadi air hasil
penjernihan cenderung mengalami kenaikkan. Hal ini bisa disebabkan karena
pengaruh pemberian koagulan. Jika dilihat dari komposisinya PAC mengandung SO 4

49

yang membentuk kesadahan tetap dengan Ca dan Mg dan beberapa mengandung


logam Fe, As, Mn, Cd, Pb, Hg dan Cr. komposisi PAC dapat dilihat pada Tabel 2
halaman 14.
4.2.6. Besi (Fe)
Dalam lingkungan perairan keberadaan besi yang terlalu banyak sangat tidak
diinginkan karena dapat menimbulkan bekas karat pada alat-alat industri dan alat-alat
rumah tangga. Pada air minum pun keberadaan besi yang terlalu banyak dapat
menimbulkan rasa yang tidak enak. Salah satu cara penghilangan besi berlebih dalam
perairan adalah dengan cara penambahan bahan kimia PAC sebagai koagulan dan
PAA sebagai flokulan. Kandungan Fe dalam air berada dalam bentuk Fe2+ dan Fe3+
yang masing-masing bereaksi dengan atom oksigen, hidrogen dan sulfur merupakan
suatu senyawa organik. Penambahan koagulan dan flokulan mengikat atom Fe dalam
bentuk senyawa organik yang kemudian membentuk endapan. Sehingga penambahan
bahan kimia koagulan dan flokulan menurunkan bahkan menghilangkan kandungan
Fe dalam air.
Tabel 8. Nilai Fe air baku dan air hasil penjernihan.

Sampel

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Fe Air Baku
(ppm)
0.87
1.13
0.78
0.73
5.61
2.59
0.84
2.30
1.12
0.85

Koagulan
(ppm)
150
180
190
170
230
230
200
190
170
140

Flokulan
(ppm)
0.3
0.2
0.2
0.3
0.3
0.3
0.1
0.1
0.1
0.0

Fe Air Hasil
(ppm)
0.00
0.00
0.32
0.04
0.05
0.12
0.08
0.04
0.00
0.08
50

Pada Tabel 8 dapat dilihat nilai dari Fe air baku dan air hasil penjernihan
setelah penambahan bahan kimia PAC dan PAA. Nilai Fe dari air baku berkisar antara
0,73 ppm sampai dengan 5,61 ppm. Kandungan logam Fe terbesar berada pada
sampel 5 dan 6. Pada kondisi ini terjadi hujan dimana logam Fe yang berada di
daratan dalam bentuk bijih besi terbawa bersama air hujan kedalam sungai.
Pemakaian dosis PAC dan PAA yang paling baik untuk nilai Fe adalah pada
penambahan masing-masing 150 ppm dan 0,3 ppm, 180 ppm dan 0,2 ppm serta 170
ppm dan 0,1 ppm yang memperoleh nilai Fe terkecil yaitu sebesar 0,00 ppm.
6
5
4

Fe Air Baku

Fe Air Hasil
Syarat

2
1
0
1

10

Sampel Air

Gambar 16. Grafik Fe air baku dan air hasil penjernihan.


Pada Gambar 16 dapat dilihat bahwa nilai kandungan Fe air baku mengalami
penurunan setelah penambahan PAC dan PAA. Nilai Fe dalam air bersih menurut
peraturan pemerintah No. 416/MENKES/PER/IX/1990 adalah maksimum 1,0 ppm.
Air hasil penjernihan yang diperoleh memiliki kandungan Fe yang memenuhi standar
air bersih menurut peraturan pemerintah No. 416/MENKES/PER/IX/1990 yaitu
berkisar antara 0,00 ppm sampai dengan 0,32 ppm.

4.2.7. Mangan (Mn)

51

Penambahan PAC sebagai koagulan dan PAA sebagai flokulan menurunkan


nilai Mn dalam air. Ini disebabkan karena Mn dalam air bereaksi dengan atom
oksigen membentuk senyawa MnO 2. Senyawa ini terikat sebagai senyawa organik
dalam air. Dengan penambahan PAC dan PAA senyawa organik tersebut terikat
melalui ikatan hidrogen dan membentuk endapan lumpur.
Tabel 9. Nilai Mn air baku dan air hasil penjernihan

Sampel

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Mn Air Baku
(ppm)
0.136
0.159
0.126
0.141
0.344
0.180
0.117
0.211
0.175
0.219

Koagulan
(ppm)
150
180
190
170
230
230
200
190
170
140

Flokulan
(ppm)
0.3
0.2
0.2
0.3
0.3
0.3
0.1
0.1
0.1
0.0

Mn Air Hasil
(ppm)
0.077
0.081
0.054
0.061
0.014
0.044
0.054
0.090
0.103
0.216

0.6
0.5
0.4

Mn Air Baku

0.3

Mn Air Hasil
Syarat

0.2
0.1
0
1

10

Sampel Air

Gambar 17. Grafik Mn air baku dan air hasil penjernihan

52

Dari Tabel 9 dapat dilihat nilai Mn air baku dan air hasil penjernihan setelah
penambahan bahan kimia PAC dan PAA. Nilai Mn dari air baku berkisar antara 0,117
ppm sampai dengan 0,344 ppm. Nilai Mn terbesar berada pada sampel 5 dan 6. Sama
halnya dengan logam Fe pada kondisi ini logam Mn yang berada di daratan dilarutkan
oleh air hujan dan dibawa menuju sungai. Ini terjadi pada saat turun hujan. Penetapan
dosis PAC dan PAA yang paling baik untuk nilai Mn adalah pada penambahan
masing-masing 230 ppm dan 0,3 ppm yang memperoleh nilai Mn terkecil yaitu
sebesar 0,014 ppm.
Batas syarat nilai Mn dalam air berdasarkan peraturan pemerintah No.
416/MENKES/PER/IX/1990 yaitu maksimum 0,5 ppm. Dari Gambar 17 dapat dilihat
bahwa kandungan Mn air baku sudah memenuhi standar air bersih berdasarkan
peraturan pemerintah No. 416/MENKES/PER/IX/1990. Begitu juga dengan nilai Mn
dalam air hasil penjernihan telah memenuhi standar air bersih berdasarkan peraturan
pemerintah No. 416/MENKES/PER/IX/1990 yang berkisar antara 0,014 ppm sampai
dengan 0,216 ppm.
Secara umum, keseluruhan parameter yang diukur kecuali parameter pH dan
kesadahan baik kesadahan total, Ca dan Mg memiliki titik puncak atau titik tertinggi
pada sampel 5 dan 6. Ini dikarenakan pada waktu pengambilan sampel 5 dan 6 terjadi
hujan yang membawa material-material ke dalam air sungai.

53

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Rukaesih., 2004. Kimia Lingkungan. Andi Yogyakarta. Yogyakarta.
Alaert, G dan Santika, S.S., 1987. Metoda Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya.
Anni R, dkk. 2004. Perencanaan Program Minimasi Limbah di Laboratorium Kimia
Mineral PPTM Bandung. Jurusan Teknik Lingkungan-Universitas Pasundan.
Anonim. Environmental Laboratory and Consultant. PT Nusantara Water Centre.
Anonim. KURIFLOCK Organic Flocculant. Kurita Water Industries Ltd.
Anonim. 1981. PAC Poly Aluminum Chloride. Taki Chemical Co., Ltd.
Arsyad, M.N., 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Ilmiah. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Bassett, J. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. EGC. Jakarta.
Daintith, John. 1997. Kamus Lengkap Kimia. Erlangga. Jakarta.
Day, R.A dan A.L. Underwood. 1996. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Ke-empat
Erlangga. Jakarta.
Dodih S, Hazairin N, Adenan, Mizani R. 2005. Studi Kualitas Air Hujan Untuk
Keperluan Air Minum di Kota Banjarmasin. Pascasarjana Program Studi
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Universitas Lambung
Mangkurat Banjarbaru.
Eckenfelder, W.W., 1989. Industrial Water Pollution Control, Secong Edition. Mc
Graw Hill. New York.
Elida N. 2004. Optimasi Proses Koagulasi Flokulasi Pada Limbah Cair Yang
Mengandung Melanoidin. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember.
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia. Jakarta.
Hendayana, et all. 1994. Kimia Analitik Instrumen. IKIP Semarang. Semarang.
Khopkar, S.M., 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia. Jakarta.
Kusnadi, Didi. 1985. Kimia Analitik. Tarsito. Bandung.
Pudjaatmaka, a.h. 1993. Kamus Kimia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Jakarta.
Respati. 1986. Dasar-dasar Ilmu Kima. Aksara Baru. Yogyakarta.

55

Sugiharto., 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. UI Press. Jakarta.


Suriansyah, dkk. 2005. Karakteristik Kualitas Air PDAM Kabupaten Banjar Hasil
Pengolahan Dari Air Permukaan Dan Air Sumur Dalam. Pascasarjana
Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Universitas
Lambung Mangkurat Banjarbaru.
Viessman, W and M.J. Hammer., 1985. Water Supply and Pollution Control, Fourth
Edition. Harper and Row Publishers. New York.
Vigneswaran, S and C. Visvanathan., 1995. Water Treatment Process. Simple Option
CRC Press. New York.

56

Lampiran 1. Dosis koagulan-flokulan


Kualitas Air Baku
N
O

Turbidity
(NTU)

pH
(pH unit)

Warna
(True.C.U.)

Kualitas Air Produk


Kesadahan
(ppm)

Zat
organik
(ppm)
Total

Ca2+

Fe
(ppm)

Mn
(ppm)

Koagulan
(ppm)

Flokulan
(ppm)

Turbidity
(NTU)

pH
(pH unit)

Zat
organik
(ppm)

Warna
(True.C.U)

Mg2+

Kesadahan
(ppm)

Fe
(ppm)

Total

Ca2+

Mg2+

Mn
(ppm)

21.0

7.28

129

11.75

128

44.8

3.89

0.87

0.136

150

0.3

1.04

6.71

5.87

130

48.0

2.43

0.00

0.077

14.6

7.52

105

11.91

134

45.6

4.86

1.13

0.159

180

0.2

1.09

6.83

2.31

142

46.4

6.32

0.00

0.081

17.6

7.55

114

18.87

124

41.6

4.86

0.78

0.126

190

0.2

1.15

6.99

12

6.95

130

44.8

4.37

0.32

0.054

23.9

7.47

123

12.68

140

44.0

7.29

0.73

0.141

170

0.3

0.98

6.95

5.40

148

51.2

4.86

0.04

0.061

215

7.03

1360

23.3

103

32.0

5.59

5.61

0.344

230

0.3

1.03

6.69

2.93

98

34.4

2.92

0.05

0.014

196

7.55

865

18.41

108

36.0

4.37

2.59

0.180

230

0.3

1.17

6.70

3.08

110

34.4

5.83

0.12

0.044

30.1

7.74

134

13.30

124

44.0

3.40

0.84

0.117

200

0.1

0.93

7.03

7.11

120

42.4

3.40

0.08

0.054

62.1

7.76

336

9.64

112

36.0

5.35

2.30

0.211

190

0.1

1.12

7.29

3.79

120

41.2

4.13

0.04

0.090

30.9

7.11

168

12.79

110

35.2

5.35

1.12

0.175

170

0.1

1.05

6.76

6.95

112

35.2

5.83

0.00

0.103

1
0

13.5

7.47

87

15.64

116

38.8

4.62

0.85

0.219

140

0.0

0.97

7.18

12

2.31

126

41.6

5.35

0.08

0.216

Lampiran 2. Perhitungan
1.

Menentukan nilai zat organik pada air baku sampel ke-1 :

Diketahui,

Faktor ketelitian (F) : 0,98


ml KMnO4 pada waktu titrasi (a) : 4 ml

nilai zat organik

: (1000/100) x {(10 + a) x F 10} x 0,01 x 31,6


: 10 x {(10 + 4) x 0,98 10} x 0,01 x 31,6
: 10 x 3,72 x 0,316
: 11,75 ppm KmnO 4

NB : Perhitungan nilai zat organik semua sampel sama baik air baku maupun air
hasil penjernihan.
2.

Menentukan kesadahan pada air baku sampel ke-1


a. Kesadahan total
Diketahui, ml EDTA pada waktu titrasi (a) : 6,4 ml
Kesadahan total : 20 x a
: 20 x 6,4 ml
:128 ppm CaCO 3
b. Kesadahan Ca
Diketahui, ml EDTA pada waktu titrasi (b) : 5,6 ml
Kesadahan Ca

: 20 x b x 0,4
: 20 x 5,6 x 0,4
: 44,8 ppm Ca

c. Kesadahan Mg
Kesadahan Mg

: kesadahan total kesadahan Ca


: (a b) x 20 x 0,243
: (6,4 5,6) x 4,86
: 3,89 ppm Mg

NB : Perhitungan nilai kesadahan total, kesadahan Ca dan kesadahan Mg semua


sampel sama baik air baku maupun air hasil penjernihan.

58

Lampiran 3. Skema Pengolahan Air PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

PAC
TANK

PAA
TANK

59

Lampiran 1. Dosis koagulan-flokulan


Kualitas Air Baku
N
O

Turbidity
(NTU)

pH
(pH unit)

Warna
(True.C.U.)

Kualitas Air Produk


Kesadahan
(ppm)

Zat
organik
(ppm)
Total

Ca2+

Fe
(ppm)

Mn
(ppm)

Koagulan
(ppm)

Flokulan
(ppm)

Turbidity
(NTU)

pH
(pH unit)

Zat
organik
(ppm)

Warna
(True.C.U)

Mg2+

Kesadahan
(ppm)

Fe
(ppm)

Total

Ca2+

Mg2+

Mn
(ppm)

21.0

7.28

129

11.75

128

44.8

3.89

0.87

0.136

150

0.3

1.04

6.71

5.87

130

48.0

2.43

0.00

0.077

14.6

7.52

105

11.91

134

45.6

4.86

1.13

0.159

180

0.2

1.09

6.83

2.31

142

46.4

6.32

0.00

0.081

17.6

7.55

114

18.87

124

41.6

4.86

0.78

0.126

190

0.2

1.15

6.99

12

6.95

130

44.8

4.37

0.32

0.054

23.9

7.47

123

12.68

140

44.0

7.29

0.73

0.141

170

0.3

0.98

6.95

5.40

148

51.2

4.86

0.04

0.061

215

7.03

1360

23.3

103

32.0

5.59

5.61

0.344

230

0.3

1.03

6.69

2.93

98

34.4

2.92

0.05

0.014

196

7.55

865

18.41

108

36.0

4.37

2.59

0.180

230

0.3

1.17

6.70

3.08

110

34.4

5.83

0.12

0.044

30.1

7.74

134

13.30

124

44.0

3.40

0.84

0.117

200

0.1

0.93

7.03

7.11

120

42.4

3.40

0.08

0.054

62.1

7.76

336

9.64

112

36.0

5.35

2.30

0.211

190

0.1

1.12

7.29

3.79

120

41.2

4.13

0.04

0.090

30.9

7.11

168

12.79

110

35.2

5.35

1.12

0.175

170

0.1

1.05

6.76

6.95

112

35.2

5.83

0.00

0.103

1
0

13.5

7.47

87

15.64

116

38.8

4.62

0.85

0.219

140

0.0

0.97

7.18

12

2.31

126

41.6

5.35

0.08

0.216

Lampiran 4 Gambar instrumen Jar Tester dan pH meter

Gambar Jas Tester

Gambar pH meter Horiba model F-51

60

Lampiran 5 Gambar instrumen Turbidimeter dan Spektrofotometer.

Gambar Turbidimeter Hach Model 2100 N

Gambar Spectrophotometer Hach model DR/2010

61

Anda mungkin juga menyukai