Ricky Susanto FST
Ricky Susanto FST
RICKY SUSANTO
103096029819
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Program Studi Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh :
RICKY SUSANTO
103096029819
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Program Studi Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh :
RICKY SUSANTO
103096029819
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Hendrawati, M.Si
NIP. 150 326 904
Mengetahui,
Ketua Program Studi Kimia
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi yang berjudul Optimasi Koagulasi-Flokulasi dan Analisis Kualitas Air pada
Industri Semen telah diuji dan dinyatakan lulus pada sidang Munaqosyah Fakultas
Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari
Senin, 26 Mei 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Kimia.
Menyetujui
,
Penguji I
Penguji II
Nurhasni, M.Si
NIP. 150 368 739
Pembimbing I
Pembimbing II
Hendrawati, M.Si
NIP. 150 326 904
Mengetahui
,
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH HASIL KARYA
SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA
ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN
Jakarta, Mei 2008
Ricky Susanto
103096029819
ABSTRAK
Ricky Susanto, Optimasi Koagulasi-Flokulasi dan Analisis Kualitas Air pada Industri
Semen (dibawah bimbingan Hendrawati dan Jimmy Tjandra).
Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan optimasi penggunaan koagulan
dan flokulan pada proses penjernihan air dan untuk mengetahui kualitas air baku yang
digunakan sebagai sumber air dan kualitas air hasil penjernihan. Penjernihan air di PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk menggunakan bahan baku sumber air berasal dari
sungai Cileungsi. Penjernihan dilakukan dengan menambahkan Poli Aluminium
Klorida sebagai koagulan dan Poli Akril Amida sebagai flokulan. Parameter yang
diukur meliputi kekeruhan, pH, warna, zat organik, kesadahan total, kesadahan Ca,
kesadahan Mg, kadar Fe dan kadar Mn. Penetapan optimasi koagulan dan flokulan
diukur berdasarkan parameter kekeruhan. Nilai kekeruhan terkecil air baku adalah
13,5 NTU dengan pemakaian koagulan dan flokulan sebesar 140 ppm dan 0 ppm
(tanpa penambahan flokulan) sedangkan nilai kekeruhan air baku terbesar adalah 215
NTU dengan pemakaian koagulan dan flokulan sebesar 230 ppm dan 0,3 ppm. Nilai
tersebut menunjukkan optimasi penggunaan koagulan dan flokulan dan hasilnya telah
sesuai dengan standar air bersih berdasarkan peraturan pemerintah No.
416/MENKES/PER/IX/1990.
Kata kunci : Penjernihan Air, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Koagulasi-Flokulasi,
PAC, PAA.
ABSRACT
Ricky Susanto, Optimation Coagulation-Flocculation and Analysis of Water Quality in
Cement Industries (Advisor Hendrawati and Jimmy Tjandra).
The aim of this study is dicide optimation in coagulant and flocculant function on
water purify process and knowed of raw water qualities as source and water purify qualities.
Purify water at PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk it uses raw material water from
Cileungsi river. The purify was done by added Poly Alumunium Chloride as coagulant and
Polyacrylamide as flocculant. The measured of parameters are turbidity, pH, colour, organik
substance, all hardness, Ca hardness, Mg hardness, Fe degree and Mn degree. The permanent
of optimation coagulant and flocculant was measured based parameter of turbidity. The
smallest turbidity score is 13,5 NTU by using coagulant and flocculant are 140 ppm and 0
ppm (without add flocculant) but the biggest turbidity is 215 NTU by using coagulant and
flocculant are 230 ppm and 0,3 ppm. Those score showed optimation the function of
coagulant and flocculant and the result was based on clear water standardization on
Government Arrangement No. 416/MENKES/PER/IX/1990.
Key Words : Water Purify, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Coagulation-Flocculation, PAC,
PAA.
KATA PENGANTAR
Bismillahirohman nirohim
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji hanya milik Allah SWT, puji syukur penulis panjatkan ke
hadirat Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas terselesaikannya
skripsi yang berjudul Optimasi Koagulasi-Flokulasi dan Analisis Kualitas
Air pada Industri Semen. Laporan ini merupakan hasil dari penelitian yang
dilakukan pada bulan Agustus 2007 sampai dengan bulan Desember 2007.
Skripsi ini di susun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sains pada Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam pelaksanaan Tugas Akhir dan penyusunan
skripsi ini banyak pihak-pihak yang membantu, oleh karena itu penulis
bermaksud mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Bapak DR. Syopiansyah Jaya Putra M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi
2.
Ibu Sri Yadial Chalid, M.Si selaku Ketua Prodi Kimia, Fakultas Sains dan
Teknologi.
3.
4.
Bapak Ir. Jimmy Tjandra selaku pembimbing II yang telah membantu penulis
selama melakukan penelitian.
5.
Bapak Dr. Thamzil Las selaku penguji I dan Nurhasni, M.Si selaku penguji II
yang telah memberikan kritik serta saran kepada penulis.
6.
7.
Kedua orang tua serta seluruh keluarga penulis yang senantiasa memberikan
dorongan baik moril maupun materil.
8.
Bapak Tatang
kesempatan kepada
penulis
untuk melaksanakan
tugas
akhir
serta
Bapak Eko, Bapak Junaedi dan Bapak Sartono yang telah memberikan
pengarahan yang tiada henti-hentinya.
10. Kepala Bagian Tata Usaha serta staf Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
11. Seluruh teman-teman kimia terutama angkatan 2003 yang selalu menemani
dalam mengikuti perkuliahan baik duka maupun suka.
Tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan penulisan skripsi ini
oleh karena itu penulis mohon maaf atas kesalahan yang terdapat pada laporan
ini. Semoga laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR...............................................................................................
vii
ix
xii
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................
2.1. Air.......................................................................................................................
10
2.3.1. Koagulasi................................................................................................
10
14
16
16
17
18
19
vii
20
20
20
21
22
22
23
24
24
26
2.10. Turbidimeter.....................................................................................................
27
BAB III
28
28
28
28
3.2.2. Bahan......................................................................................................
28
29
29
29
31
31
32
32
33
35
viii
38
BAB IV
39
39
40
40
42
43
45
47
50
52
BAB V
54
5.1. Kesimpulan.........................................................................................................
54
54
55
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel
Hal
14
40
42
44
Tabel 6. Nilai zat organik air baku dan air hasil penjernihan ...................................
46
Tabel 7. Nilai kesadahan total, Ca dan Mg air baku dan air hasil penjernihan. ........
47
50
52
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Hal
10
12
13
16
18
25
27
Gambar 9. Grafik kekeruhan air baku dan air hasil penjernihan ..............................
41
Gambar 10. Grafik pH air baku dan air hasil penjernihan ........................................
43
Gambar 11. Grafik warna air baku dan air hasil penjernihan ...................................
45
Gambar 12. Grafik zat organik air baku dan air hasil penjernihan ...........................
46
Gambar 13. Grafik kesadahan total air baku dan air hasil penjernihan ....................
48
Gambar 14. Grafik kesadahan Ca air baku dan air hasil penjernihan .......................
49
Gambar 15. Grafik kesadahan Mg air baku dan air hasil penjernihan ......................
49
Gambar 16. Grafik Fe air baku dan air hasil penjernihan .........................................
51
52
xi
DAFTAR
LAMPIRAN
Lampiran
Hal
57
58
59
60
61
x
ii
BAB I
PENDAHULUAN
pemberian terlalu sedikit maka kotoran-kotoran yang ada dalam air tidak terikat
secara sempurna begitu juga sebaliknya jika pemberian terlalu banyak maka lumpur
yang terbentuk cenderung terapung berada pada badan air yang akhirnya mengotori
badan air. Oleh karena itu pemberian bahan kimia harus efisien dan menghasilkan
produk air bersih seoptimal mungkin.
Untuk mengetahui pemberian bahan kimia tersebut optimal, maka dilakukan
analisis kualitas air baku dan air hasil penjernihan. Parameter utama yang diukur
adalah kekeruhan dan parameter pendukung yang diukur meliputi pH, warna, zat
organik, kesadahan total, kesadahan Ca2+, kesadahan Mg2+, kadar Fe dan kadar Mn.
standar
air
bersih
berdasarkan
peraturan
pemerintah
No. 416/MENKES/PER/IX/1990.
2. Memperkaya referensi ilmu pengetahuan terutama dibidang hidrologi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H 2O, satu molekul air tersusun
atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Secara
fisik air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar,
yaitu pada tekanan 1 atm dan temperatur 273,15 K (0 C). Air merupakan suatu
pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia
lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam
molekul organik. Karena sifatnya ini air sering disebut sebagai pelarut universal. Air
berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah tekanan dan
temperatur standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion
hidrogen (H +) yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH -). Air
memiliki jarak antara atom H dengan atom O sebesar 0,958 dan 2 atom H yang
berikatan dengan atom O membentuk sudut 104,45 0 ini disebabkan oleh atom O yang
berikatan dengan 2 atom H memiliki 2 pasang elektron yang tidak berpasangan yang
dapat dilihat pada Gambar 1.
4
4
4
di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung),
akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap
air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus
air, yaitu melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (meliputi
mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia. Di
banyak tempat di dunia terjadi kekurangan persediaan air. Air dapat berwujud padatan
(es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami
terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut.
Air merupakan unsur utama bagi hidup kita. Kita mampu bertahan hidup tanpa
makan dalam beberapa minggu, namun tanpa air kita akan mati dalam beberapa hari
saja. Dalam bidang kehidupan ekonomi modern, air merupakan hal utama untuk
budidaya pertanian, industri, pembangkit tenaga listrik, dan transportasi.
Sepanjang sejarah, kuantitas dan kualitas air yang sesuai dengan kebutuhan
manusia merupakan faktor penting yang menentukan kesehatan hidupnya. Kuantitas
air berhubungan dengan adanya bahan-bahan lain terutama senyawa-senyawa kimia
baik dalam bentuk senyawa organik maupun anorganik juga adanya mikroorganisme
yang memegang peranan penting dalam menentukan komposisi air.
Air merupakan pelarut yang baik, oleh karena itu air alam tidak pernah murni,
air alam banyak mengandung berbagai macam zat terlarut maupun tidak larut dan air
alam juga
mengandung
mikroorganisme.
Apabila
kandungan
air itu
tidak
mengganggu kesehatan manusia, maka air itu dianggap bersih. Sementara itu, air yang
tidak layak diminum masih dapat digunakan untuk keperluan industri.
Air dinyatakan tercemar apabila terdapat gangguan terhadap kualitas air
sehingga air tidak dapat digunakan lagi. Air menjadi tercemar karena masuknya
mahluk hidup, zat atau energi di dalam air sehingga kualitas air turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya.
Berdasarkan peruntukannya, menurut Surat Keputusan Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor : KEP-02/MENKLH/I/1988 Tentang
Penetapan Baku Mutu Lingkungan Pasal 2 air dibagi dalam empat golongan, yaitu:
1. Golongan A
Air golongan A yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B
Air golongan B yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk air
minum.
3. Golongan C
Air golongan C yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan.
4. Golongan D
Air golongan D yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian
dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, dan pembangkit listrik
tenaga air (Achmad, R 2004).
Sebagian besar air yang digunakan oleh manusia adalah air bersih yang
berasal dari air permukaan tawar dan air tanah murni. Air Bersih adalah air yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan
dan dapat diminum setelah dimasak. Pada daerah kering sebagian kebutuhan air
berasal dari lautan, suatu sumber yang akan menjadi penting setelah persediaan air
tawar relatif berkurang dibandingkan kebutuhan. Meningkatnya kebutuhan air
terutama air bersih bukan hanya disebabkan oleh jumlah penduduk yang semakin
bertambah juga sebagai akibat dari peningkatan taraf hidup yang diikuti oleh
peningkatan kebutuhan air untuk keperluan rumah tangga
NO
PARAMETER
FISIKA
Suhu
2
3
4
Kekeruhan
Warna (Pt Co APHA)
Warna (Pt Co APHA)
II
KIMIA
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
III
MIKROBIOLOGI
1
2
Total Koliform
Total E. Coli
SATUAN
SYARAT
Suhu Udara
NTU
True C. U.
Apparent
25,0
50,0
-
pH unit
ppm
6.5 - 9.0
Maks -10.0
ppm
ppm
ppm
ppm
ppm
ppm
ppm
Maks - 400.0
ppm
ppm
ppm
S/cm
ppm
ppm
ppm
Maks - 1.0
Maks - 600
Maks - 1500
Maks - 0.5
Kol/100ml
50.0
Kol/100ml
0.0
Maks - 1.0
Maks - 500
Maks - 200
Maks -150
air baku untuk membantu proses pengendapan partikel-partikel kecil yang tidak dapat
mengendap secara gravimetri.
Partikel stabil
(koloid)
Netralisasi muatan
(koagulasi)
Partikel tersuspensi
10
11
12
potensial zeta. Pada saat koagulan dilarutkan, kation akan menetralisir muatan negatif
pada permukaan koloid seperti yang ditunjukan pada Gambar 4.
13
Komposisi
Al2O 3 (%)
Cl (%)
SO 4 (%)
Fe (%)
As (ppm)
Mn (ppm)
Cd (ppm)
Pb (ppm)
Hg (ppm)
Cr (ppm)
Jumlah
10.3 0.3
9.0 0.5
3.1 0.4
max 0.006
Max 0.5
Max 10
Max 0.3
Max 1.0
Max 0.1
Max 1.0
Memiliki daya koagulasi yang kuat; PAC dengan kuat mengkoagulasikan zat-zat
yang tersuspensi atau yang secara koloid dalam air untuk menghasilkan
gumpalan-gumpalan yang mengendap dengan cepat sehingga memudahkan
penyaringan.
2.
Mudah dalam pemakaian; PAC dapat dengan mudah dipergunakan, disimpan dan
ditakar. Tangki penyimpanan yang kecil dapat dipergunakan untuk PAC
dibandingkan dengan fero sulfat yaitu suatu jenis koagulan lain karena PAC
memiliki lebih banyak Al2O 3 aktif.
3.
Lebih sedikit atau bahkan tanpa bantuan konsumsi alkali; Dengan menggunakan
PAC sedikit sekali pemakaian alkali atau bahkan tidak perlu, karena penurunan
nilai pH air sangat kecil atau bahkan dipertahankan pada titik netral walaupun
dosis PAC cukup berlebihan.
4.
Efektif dalam skala pH yang besar; PAC bekerja dalam skala pH yang lebih besar
daripada zat koagulan lain. PAC biasanya bekerja dalam skala pH 6-9, tetapi
dalam beberapa kasus PAC juga dapat bekerja dengan lebih baik dalam skala pH
5-8.
14
5.
Daya kerjanya tidak menurun pada suhu rendah; Daya koagulasi PAC tidak
dipengaruhi oleh suhu air. Karena itu, efektivitas PAC yang tinggi dapat
dipertahankan di daerah dingin.
6.
Pembentukan gumpalan (flok) dengan cepat; PAC membentuk gumpalangumpalan lebih cepat daripada fero sulfat, oleh sebab itu dapat memperpendek
waktu pencampuran bagi pembentukan gumpalan.
7.
Baik dalam pengolahan air yang mengalir.; PAC secara khusus efektif
baik
teknis maupun ekonomis dalam pengolahan air yang mengalir, air limbah dan
lain-lain dengan tingkat kekeruhan yang tinggi.
Pada umumnya, bahan koagulan terdapat 2 macam yaitu sebagai koagulan
utama atau sebagai koagulan pembantu. Koagulan utama digunakan untuk membuat
partikel-partikel menjadi tidak stabil dan menggumpal bersama. Dalam hal ini PAC
adalah sebagai koagulan utama Sedangkan tujuan dari koagulan pembantu adalah
untuk menambah berat jenisnya menjadi flok yang mengendap secara perlahan-lahan
dan menambah ketebalannya sehingga flok tersebut tidak akan pecah pada saat
sedang berjalan. Dengan kata lain, koagulan pembantu dapat juga disebut sebagai
flokulasi atau sedimentasi pembantu.
laju terbentuknya
partikel flok.
Salah
satu faktor
penting yang
15
Penggumpalan (flokulasi)
FLOKULAN
16
17
pengaturan semua
kondisi
dan
18
yang
cocok
serta
harus
memperhatikan
lagi
faktor-faktor
yang
19
adalah konsentrasi ion hidrogen (H ) dalam pelarut air. Nilai pH berkisar dari 0
hingga 14. Suatu larutan dikatakan netral apabila memiliki nilai pH=7. Nilai pH>7
menunjukkan larutan memiliki sifat basa, sedangkan nilai pH<7 menunjukan
keasaman. Nama pH berasal dari potential of hydrogen. Secara matematis, pH
didefinisikan dengan :
pH = log10[H + ]
+
Nilai pH 7 dikatakan netral karena pada air murni ion H terlarut dan ion OH
terlarut (sebagai tanda kebasaan) berada pada jumlah yang sama, yaitu pada
kesetimbangan.
Penambahan senyawa ion H + terlarut dari suatu asam akan mendesak kesetimbangan
ke kiri (ion OH - akan diikat oleh H + membentuk air). Akibatnya terjadi kelebihan ion
hidrogen dan meningkatkan konsentrasi asam. Umumnya indikator sederhana yang
digunakan adalah kertas lakmus yang berubah menjadi merah bila keasamannya
tinggi dan biru bila keasamannya rendah. Selain mengunakan kertas lakmus, indikator
asam basa dapat diukur dengan pH meter yang bekerja berdasarkan prinsip
elektrolit/konduktivitas suatu larutan. Pengukuran pH merupakan suatu yang penting
karena banyak reaksi-reaksi kimia dan biokimia yang penting terjadi pada tingkat pH
yang khusus dalam lingkungan pH yang sangat sempit
2.7.3. Warna
Warna di dalam air dapat disebabkan oleh adanya ion-ion metal alam
(besi dan mangan), humus, plangton, tanaman air dan buangan industri. Warna air
20
biasanya dihilangkan terutama sekali untuk penggunaan air industri dan air minum.
Warna dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu warna sebenarnya dan warna
nampak. Yang dimaksud dengan warna sebenarnya adalah warna nyata yaitu warna
setelah kekeruhan sampel dihilangkan, sedangkan yang dimaksud dengan warna
nampak adalah warna yang tidak hanya disebabkan oleh zat-zat terlarut dalam air
akan tetapi juga zat tersuspensi (Alerts dan Santika, 1987).
2.7.4. Zat Organik
Di dalam lingkungan, bahan organik banyak terdapat dalam bentuk
karbohidrat, protein, lemak yang membentuk organisme hidup dan senyawa-senyawa
lainnya yang merupakan sumber daya alam yang sangat penting dan dibutuhkan oleh
manusia. Secara normal zat organik tersusun oleh unsur-unsur C, H, O dan dalam
beberapa hal mengandung N, S, P dan Fe. Senyawa-senyawa organik pada umumnya
tidak stabil dan mudah dioksidasi secara biologis atau kimia menjadi senyawa stabil
antara lain menjadi CO 2 dan H 2O. Untuk menyatakan kandungan bahan organik
dalam perairan dilakukan dengan mengukur jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
menguraikan bahan tersebut menjadi senyawa yang stabil.
2.7.5. Kesadahan
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air,
umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air
sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan
air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Selain ion kalsium dan
magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun garamgaram bikarbonat dan sulfat. Metode paling sederhana untuk menentukan kesadahan
air adalah dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan menghasilkan busa yang
banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa atau menghasilkan
21
sedikit sekali busa. Cara yang lebih kompleks adalah melalui titrasi. Kesadahan air
total dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume (w/v) dari CaCO 3. Air sadah
tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat menyebabkan beberapa masalah.
Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang menyumbat saluran pipa
dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga, dan air
sadah yang bercampur sabun dapat membentuk gumpalan scum yang sukar
dihilangkan. Dalam industri, kesadahan air yang digunakan diawasi dengan ketat
untuk mencegah kerugian yang disebabkan oleh senyawa-senyawa kalsium dan
magnesium yang menimbulkan
produksi sehingga
22
air tanah ditempat-tempat tertentu. Air tanah yang mengandung Fe (II) mempunyai
sifat yang unik, dalam kondisi tidak ada oksigen air tanah yang mengandung Fe (II)
akan terlihat jernih tetapi begitu mengalami oksidasi oleh oksigen yang berasal dari
atmosfer ion ferro akan berubah menjadi ion ferri dan air menjadi keruh dengan reaksi
sebagai berikut :
4Fe2+ + O 2 + 10 H 2O
4Fe(OH)3 + 8H +
Besi (II) dapat berbentuk sebagai jenis yang larut dalam dasar danau dan
sumber air yang kekurangan oksigen. Ion FeOH + dapat terjadi dalam perairan yang
bersifat basa, tetapi jika ada CO2 maka akan terbentuk FeCO 3 yang tidak larut. Besi
(II) dapat membentuk kompleks yang stabil dengan zat organik pengompleks dan
dapat larut dalam air (Rukaesih Achmad, 2004).
2.7.7. Mangan Dalam Air
Kandungan Mn yang diizinkan dalam air yang digunakan untuk keperluan
domestik sangat rendah yaitu dibawah 0,05 mg/L. Dalam kondisi aerob mangan
dalam perairan terdapat dalam bentuk MnO 2 dan pada dasar perairan tereduksi
menjadi Mn2+ atau dalam air yang kekurangan oksigen (DO rendah). Oleh karena itu
pemakaian air yang berasal dari dasar suatu sumber air sering ditemukan mangan
dalam konsentrasi tinggi. Pada pH yang agak tinggi dan kondisi aerob terbentuk
mangan yang tidak larut seperti MnO 2, MnO 4 atau MnCO 3 meskipun oksidasi dari
Mn2+ itu berjalan relatif lambat.
23
Log I0/I = L C
Keterangan :
I0
:Intensitas cahaya yang belum melewati sampel
I
: Intensitas cahaya setelah melewati sampel
: Koefisien ekstingsi, yaitu konstanta yang tergantung pada sifat alami dari
senyawa substansi dan panjang gelombang yang digunakan untuk analisis
L
: Panjang atau jarak cahaya yang melewati sampel
C
: Konsentrasi larutan yang dianalisa
Ket: Io = intensitas cahaya sumber
Ir
fototub
Lampu
Tungsten
Io
Monokromator
(Prisma)
It
Lensa
Detektor
Piranti
Baca
Fotodioda
silikon
24
2.9. pH Meter
Pengukuran pH dengan menggunakan pH meter didasarkan pada prinsip
potensiometri, yaitu pengukuran aktivitas ion hidrogen secara potensiometri dengan
elektroda gelas. Elektroda ini akan menghasilkan perubahan tegangan, tegangan yang
diukur tergantung dari keadaan larutan sampel di sekitar elektroda kaca dan diukur
sebagai mV. Nilai mV perlu distandarkan terhadap nilai pH yang sebenarnya dalam
larutan sampel. Larutan buffer dengan pH yang telah diketahui dapat digunakan untuk
mendapatkan nilai mV standar tersebut. Untuk lebih teliti memerlukan dua
standarisasi melalui dua buffer yaitu pH 7 dan pH 9.
pH meter terdiri dari 2 bagian yaitu potensio atau mV meter dan elektroda.
Biasanya elektroda adalah elektro yang terdiri dari :
1.
Elektroda kaca, didalamnya terdapat larutan HCl atau buffer tertentu dan
elektroda besi intern. Ion H + dari larutan sampel menempel pada dinding kaca
elektroda hingga tegangan (potensial) muncul antara sisi dinding kaca yang
khusus tersebut.
2.
Elektroda referensi, terdiri dari half cell Hg/Hg2Cl2 (kalomel) yang berhubungan
dengan larutan sampel melalui jembatan garam (elektrolit) KCl dan membran.
Elektroda referensi ini disebut elektroda kalomel dan dengan elektroda kaca
25
2.10. Turbidimeter
Detektor 90 0
Detektor
Transmitansi
Detektor
Penghambur
Kaca
Hitam
Lampu
Tungsten
Lensa
Sel
Sampel
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
sedangkan variasi pH, suhu dan pengadukan tidak dilakukan. Pada pH dan suhu yang
merupakan kondisi sumber alam air sungai, jika dilakukan variasi akan membutuhkan
energi yang lebih banyak yang selanjutnya membutuhkan biaya yang lebih besar,
karena dilakukan pengasaman atau pembasaan untuk variasi pH dan pemanasan atau
pendinginan untuk variasi suhu. Kecepatan pengadukan tidak dilakukan variasi pada
kecepatan pengadukan tersebut telah dianggap sebagai kecepatan pengadukan yang
optimum yaitu pengadukan cepat sebesar 100 rpm dan pengadukan lambat sebesar 60
rpm.
a. Cara kerja Jar-Tes untuk penetapan dosis koagulan :
1.
Ke dalam 6 buah tabung jar tes di isi masing-masing 1000 ml air yang
kemudian diletakkan di atas alat jar tes.
2.
Dipasangkan pengaduk yang terdapat pada jar tes pada masing-masing tabung.
29
3.
Ditambahkan larutan PAC 10% sebagai koagulan secara bertingkat 1,0 ml, 1,1
ml, 1,2 ml, 1,3 ml, 1,4 ml, 1,5 ml sehingga konsentrasi PAC dalam sampel
adalah 100 ppm, 110 ppm, 120 ppm 130 ppm, 140 ppm, 150 ppm.
4.
5.
6.
Diamati flokulasi yang terjadi pada tiap-tiap tabung dan bandingkan juga besar
flok-flok yang terbentuk.
7.
8.
Air supernatan siap dianalisa kekeruhannya dan ditetapkan nilai koagulan yang
paling baik.
Kedalam 6 buah tabung jar tes diisi masing-masing 1000 ml air yang kemudian
diletakkan diatas alat jar tes.
2.
Dipasangkan pengaduk yang terdapat pada jar tes pada masing-masing tabung.
3.
5.
1 ml,
2 ml,
30
Diamati flokulasi yang terjadi pada tiap-tiap tabung dan bandingkan juga besar
flok-flok yang terbentuk.
7.
8.
31
Sebanyak 100 ml sampel air dimasukkan kedalam labu erlenmeyer bebas zat
organik.
2.
3.
4.
32
5.
Setelah itu ditambahkan 10 ml larutan asam oksalat 0,01 N (warna KMnO 4 akan
hilang).
6.
Dititrasi dengan larutan KMnO 4 0,01 N sampai dengan larutan berwarna merah
muda (a).
7.
Perhitungan :
1000/100 x {(10 + a) x 10} x 0,01 x 31,6 =...........ppm KMnO 4
Keterangan :
a
: ml KMnO 4 pada waktu titrasi
berikut :
A. Kesadahan Total
1) 50 ml sampel air + 2,5 ml buffer 10 + 2-3 tetes EBT indikator jika :
a. Berwarna merah-ungu, titrasi dengan EDTA 0,02 N sampai warna biru = a ml
b. Berwarna biru, kesadahan total = 0
33
B. Kesadahan Ca2+
1) 50 ml air sampel + 1 ml NaOH 5 N + 2-3 tetes MTB, jika :
a. Berwarna biru, titrasi dengan EDTA 0,02 N sampai warna biru tepat
hilang/ warna ungu = b ml
b. Tak berwarna/ ungu muda Ca2+ = 0
c. Sampelnya Raw Water/air keruh ditambah 2 ml KCN 10 %
Kesadahan Ca 2+ = 20 x b x 0,4 (ppm Ca2+)
Penambahan 1 ml NaOH 5 N untuk membuat larutan menjadi pH 12. C.
Kesadahan Mg2+
Kesadahan total - Kesadahan Ca2+ = Kesadahan Mg2+
(a-b) x 20 x 0,243 = ppm Mg2+
Keterangan :
20
: (1000/50) x 0,02 x 50 (berat ekivalen CaCO3)
0,4
: 0,02 x 20 (berat ekivalen Ca)
0,243 : 0,02 x 12,15 (berat ekivalen Mg)
34
yang kemudian diukur secara spektrofotometri pada panjang gelombang 560 nm.
Penentuan Fe dan Mn dilakukan dengan menggunakan Spectrophotometer Hach
model DR/2010. Cara kerjanya sebagai berikut :
1.
2.
Pengukuran Fe
a. Dimasukkan nomor program untuk pengukuran Fe pada Spectrophotometer
Hach model DR/2010 yaitu 265.
b. Diputar sampai panjang gelombang yang tertera pada alat tersebut yaitu
sampai panjang gelombang 510 nm.
c. Disediakan kuvet 10 ml.
d. Masukkan sampel sebanyak 10 ml kedalam kuvet tersebut
e. Kemudian tambahkan reagen Fe yang berupa senyawa 1,10-phenanthrolin
pada kuvet 10 ml tadi yang kemudian diaduk.
f. Pada alat tekan tombol SHIFT dan TIMER dan waktu reaksi dimulai selama
3 menit.
g. Setelah 3 menit alat akan berbunyi dan menampilkan mg/L Fe FV.
35
h. Dimasukkan larutan blangko pada alat yang berupa aquades yang telah
diperlakukan sama dengan sampel kemudian tekan tombol ZERO.
i. Setelah pada alat menampilkan 0.00 mg/L Fe FV dimasukkan sampel yang
akan dianalisa.
j. Dicatat hasil yang diperoleh dalam satuan ppm.
3.
Pengukuran Mn
a. Dimasukkan nomor program untuk pengukuran Mn pada Spectrophotometer
Hach model DR/2010 yaitu 290.
b. Diputar sampai panjang gelombang yang tertera pada alat tersebut yaitu
sampai panjang gelombang 560 nm.
c. Disediakan kuvet 10 ml.
d. Masukkan sampel sebanyak 10 ml kedalam kuvet tersebut.
e. Kemudian tambahkan reagen Mn yang berupa senyawa asam askorbat diaduk
sampai merata.
f. Setelah itu ditambahkan sebanyak 15 tetes reagen Mn yang berupa kalium
sianida sambil diaduk.
g. Terakhir ditambahkan sebanyak 21 tetes dari reagen Mn yang berupa formic
acid dimethylamida sambil diaduk.
h. Pada alat tekan tombol SHIFT dan TIMER dan waktu reaksi dimulai selama
2 menit.
i. Setelah 2 menit alat akan berbunyi dan menampilkan mg/L Mn LR.
j. Dimasukkan larutan blangko pada alat yang berupa aquades yang telah
diperlakukan sama dengan sampel kemudian tekan tombol ZERO.
k. Setelah pada alat menampilkan 0.00 mg/L Mn LR dimasukkan sampel
yang akan dianalisa.
36
Langkah 1
PENAMPUNGAN
Langkah 2
37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di PT Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk dengan sumber air yang berasal dari sungai Cileungsi yang mengalir dikawasan
tersebut diperoleh data sebanyak 10 sampel air baku yang diambil pada tempat yang
sama yaitu bak pengendapan dan jangka waktu 7 hari antara sampel 1 dengan sampel
2 dan seterusnya, sampel 1 diambil pada tanggal 13 Agustus 2007. Secara
keseluruhan hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Lampiran 1, sedangkan data untuk
masing-masing parameter kualitas air baik air baku maupun air hasil penjernihan
dapat dilihat pada pembahasan.
Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa penambahan PAC sebagai koagulan
dan penambahan PAA sebagai flokulan terhadap air baku diperoleh nilai air hasil
penjernihan yang secara umum memenuhi standar kualitas air bersih menurut
peraturan pemerintah No. 416/MENKES/PER/IX/1990 yang merupakan standar yang
digunakan di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ini. Penambahan PAC dan PAA
dari ke-10 sampel air baku tersebut merupakan penambahan yang optimum.
Penambahan PAC berkisar antara 140 ppm sampai dengan 230 ppm dan
penambahan PAA berkisar antara 0 ppm sampai dengan 0,3 ppm. Pada kondisi
tertentu penambahan PAA adalah 0 ppm. Ini mengindikasikan bahwa penambahan
flokulan tidak selalu memberikan air hasil penjernihan yang baik karena pembentukan
flok yang terlalu besar mengakibatkan flok-flok tersebut mengapung pada permukaan
dan badan air sehingga menjadikan air menjadi keruh.
39
39
4.2. Pembahasan
4.2.1. Kekeruhan
Kekeruhan merupakan parameter yang harus selalu diukur untuk mengetahui
efektivitas proses koagulasi-flokulasi. Nilai kekeruhan dari air baku dapat dilihat pada
Tabel 3. Nilai kekeruhan yang bervariasi disebabkan oleh kondisi air sungai yang
sangat dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Pada suatu kasus nilai kekeruhan mencapai
harga 100 NTU, ini terjadi akibat adanya musim penghujan. Air hujan membawa
dan melarutkan material-material ke dalam sungai.
Tabel 3. Nilai kekeruhan air baku dan air hasil penjernihan
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kekeruhan
Air Baku
(NTU)
21.0
14.6
17.6
23.9
215
196
30.1
62.1
30.9
13.5
Koagulan
(ppm)
150
180
190
170
230
230
200
190
170
140
Flokulan
(ppm)
0.3
0.2
0.2
0.3
0.3
0.3
0.1
0.1
0.1
0.0
Kekeruhan
Air Hasil
(NTU)
1.04
1.09
1.15
0.98
1.03
1.17
0.93
1.12
1.05
0.97
Dari
Tabel 3 dapat dilihat nilai kekeruhan air baku dan air hasil penjernihan setelah
penambahan PAC dan PAA. Penambahan PAC dan PAA dari ke-10 sampel tersebut
merupakan penambahan yang optimum dari masing-masing sampel yang berbeda
nilai kekeruhannya. Pada sampel 5 dan 6 nilai kekeruhan air baku memiliki harga 215
NTU dan 196 NTU, ini diakibatkan pada waktu tersebut terjadi hujan yang membawa
material-material kedalam air sungai Nilai kekeruhan terkecil adalah 13,5 NTU
dengan penambahan PAC sebanyak 140 ppm dan penambahan PAA sebanyak 0 ppm
atau tanpa penambahan PAA. Sedangkan nilai kekeruhan terbesar adalah 215 NTU
40
dengan penambahan PAC sebanyak 230 ppm dan penambahan PAA sebanyak 0,3
ppm. Penambahan ini juga optimum pada nilai kekeruhan sebesar 196 NTU.
250
200
150
100
50
0
1
10
Sampel Air
41
Nilai pH suatu perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa dalam
air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam air. Adanya karbonat
dan bikarbonat dapat menaikkan kebasaan air. Sedangkan adanya asam mineral bebas
dan asam karbonat dapat menaikkan keasaman air. Keadaan pH suatu perairan sangat
penting terhadap kelangsungan makhluk hidup didalamnya mengingat banyak reaksireaksi kimia dan biokimia yang penting terjadi pada tingkat pH yang khusus dalam
lingkungan pH yang sangat sempit.
Tabel 4. Nilai pH air baku dan air hasil penjernihan
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
pH Air Baku
(pH unit)
7.28
7.52
7.55
7.47
7.03
7.55
7.74
7.76
7.11
7.47
Koagulan
(ppm)
150
180
190
170
230
230
200
190
170
140
Flokulan
(ppm)
0.3
0.2
0.2
0.3
0.3
0.3
0.1
0.1
0.1
0.0
pH Air Hasil
(pH unit)
6.71
6.83
6.99
6.95
6.69
6.70
7.03
7.29
6.76
7.18
Pada
Tabel 4 dapat dilihat nilai pH air baku dan nilai pH air hasil penjernihan setelah
penambahan bahan kimia PAC dan PAA. Nilai pH dari ke-10 sampel air baku
bertahan pada angka 7. Nilai ini masih memenuhi standar yang ditetapkan yang
berada pada daerah batas syarat minimum dan batas syarat maksimum berdasarkan
peraturan pemerintah No. 416/MENKES/PER/IX/1990 yaitu berkisar antara 6,5 9.
Sama halnya dengan air hasil penjernihan yang diperoleh setelah penambahan PAC
dan PAA yaitu masih berada pada daerah batas syarat minimum dan syarat
maksimum. Nilai pH air hasil penjernihan dari ke-10 sampel bertahan pada angka 6
dan beberapa pada angka 7.
42
10
Sampel
Warna
Koagulan
Flokulan
Warna
8
7
6
5
pH Air Baku
pH Air Hasil
Syarat Minimum
Syarat Maksimum
1
0
1
10
Sampel Air
nilai
warna
dapat
diturunkan.
Koagulasi-flokulasi
43
Air Baku
(True.C.U)
129
105
114
123
1360
865
134
336
168
87
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
(ppm)
Air Hasil
(True.C.U)
(ppm)
150
180
190
170
230
230
200
190
170
140
0.3
0.2
0.2
0.3
0.3
0.3
0.1
0.1
0.1
0.0
9
8
12
9
6
3
7
8
8
12
Dari Tabel 5 dapat dilihat nilai warna air baku dan nilai warna air hasil
penjernihan setelah penambahan bahan kimia PAC dan PAA Pada sampel 5 dan 6
nilai warna sangat tinggi ini disebabkan karena nilai warna berbanding lurus dengan
nilai kekeruhan, semakin tinggi nilai warna maka semakin tinggi pula nilai
kekeruhannya. Nilai warna air baku dari ke-10 sampel berkisar antara 87 True.C.U
sampai dengan 1360 True C.U. Sedangkan nilai warna air hasil penjernihan berkisar
antara 3 True C.U sampai dengan 12 True C.U. Pada pemakaian dosis terbesar yaitu
penambahan PAC dan PAA masing-masing sebesar 230 ppm dan 0,3 ppm mampu
menurunkan nilai warna dari 1360 True C.U menjadi 6 True C.U dan dari 865 True
C.U menjadi 3 True C.U. Sedangkan pada pemakaian dosis terkecil yaitu penambahan
PAC dan PAA masing-masing 140 ppm dan 0 ppm mampu menurunkan nilai warna
dari 87 True.C.U menjadi 12 True C.U. Air hasil penjernihan dengan nilai warna
paling baik (nilai warna kecil) berada pada pemakaian dosis PAC dan PAA masingmasing 230 ppm dan 0,3 ppm yang menghasilkan nilai warna sebesar 3 True C.U.
Nilai warna berdasarkan standar yang digunakan yaitu menurut peraturan
pemerintah
No.
416/MENKES/PER/IX/1990
adalah
50
True
C.U.
Pada
Gambar 11 dapat dilihat bahwa nilai warna dari air baku tidak memenuhi syarat dari
peraturan pemerintah No. 416/MENKES/PER/IX/1990. Setelah penambahan PAC
44
dan PAA secara keseluruhan nilai warna mengalami penurunan menjadi nilai yang
memenuhi syarat air menurut peraturan pemerintah No. 416/MENKES/PER/IX/1990
yang berkisar antara 3 True.C.U sampai dengan 12 True.C.U.
Gambar 11. Grafik warna air baku dan air hasil penjernihan
4.2.4. Zat Organik
Zat organik dalam air menandakan kelimpahan sumber makanan bagi
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
1
10
Sampel Air
mikroorganisme dalam perairan. Semakin tinggi nilai zat organik dalam air maka
semakin banyak jumlah mikroorganisme yang hidup didalamnya. Zat organik adalah
salah satu parameter penting yang diukur untuk mengetahui kualitas air yang bersih.
Pada Tabel 6 dapat dilihat nilai zat organik air baku dan nilai zat organik air
hasil penjernihan setelah penambahan PAC dan PAA. Nilai zat organik air baku
berkisar antara 9,64 ppm sampai dengan 18,87 ppm sedangkan nilai zat organik air
hasil penjernihan berkisar antara 2,31 ppm sampai dengan 6,95 ppm. Air hasil
penjernihan dengan nilai zat organik paling baik (nilai zat organik kecil) yaitu berada
pada pemakaian dosis PAC dan PAA masing-masing 180 ppm dan 0,2 ppm; dan 140
ppm dan 0,0 ppm yaitu sebesar 2,31 ppm. Nilai zat organik tidak selalu meningkat
dengan meningkatnya nilai kekeruhan karena zat tersuspensi dalam air yang sangat
kompleks.
45
Tabel 6. Nilai zat organik air baku dan air hasil penjernihan.
Zat Organik
Air Baku
(ppm)
11.75
11.91
18.87
12.68
23.3
18.41
13.30
9.64
12.79
15.64
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
peraturan
Koagulan
(ppm)
Zat Organik
Air Hasil
(ppm)
5.87
2.31
6.95
5.40
2.93
3.08
7.11
3.79
6.95
2.31
Flokulan
(ppm)
150
180
190
170
230
230
200
190
170
140
0.3
0.2
0.2
0.3
0.3
0.3
0.1
0.1
0.1
0.0
Syara
t dari nilai
zat
organik
berdasarkan
25
pemerintah
no.
20
15
10
5
0
1
10
Sampel Air
46
Sampel
Kesadahan
Air Baku (ppm)
Total
Ca2+
Mg2+
Koagulan
(ppm)
1
128 44.8 3.89
2
134 45.6 4.86
3
124 41.6 4.86
4
140 44.0 7.29
5
103 32.0 5.59
6
108 36.0 4.37
7
124 44.0 3.40
8
112 36.0 5.35
9
110 35.2 5.35
10
116 38.8 4.62
organik kandungan kesadahan dalam
Flokulan
(ppm)
150
0.3
180
0.2
190
0.2
170
0.3
230
0.3
230
0.3
200
0.1
190
0.1
170
0.1
140
0.0
air baik kesadahan
Kesadahan
Air Hasil (ppm)
Total Ca2+ Mg2+
130
142
130
148
98
110
120
120
112
126
total,
48.0 2.43
46.4 6.32
44.8 4.37
51.2 4.86
34.4 2.92
34.4 5.83
42.4 3.40
41.2 4.13
35.2 5.83
41.6 5.35
kesadahan Ca dan
47
Pada nilai kesadahan total baik air baku maupun air hasil penjernihan samasama menempati nilai aman, artinya air baku dan air hasil penjernihan memenuhi nilai
standar berdasarkan peraturan pemerintah No. 416/MENKES/PER/IX/1990 yaitu
maksimum
500 ppm dalam bentuk senyawa CaCO3 yang dapat dilihat pada Gambar
13.
600
500
400
Kesadahan Total Air Baku
300
200
100
0
1
10
Sampel Air
Gambar 13. Grafik kesadahan total air baku dan air hasil penjernihan
Nilai
kesadahan
Ca
berdasarkan
peraturan
pemerintah
No.
250
200
150
100
Syarat
50
0
1
Sampel Air
10
48
Gambar 14. Grafik kesadahan Ca air baku dan air hasil penjernihan
Sama halnya seperti kesadahan total dan kesadahan Ca nilai dari kesadahan
Mg baik air baku maupun air hasil penjernihan memenuhi standar berdasarkan
peraturan pemerintah No. 416/MENKES/PER/IX/1990 yaitu maksimum 150 ppm.
Hasil ini dapat dilihat pada Gambar 15.
160
140
120
100
80
60
40
20
0
1
10
Sampel Air
Gambar 15. Grafik kesadahan Mg air baku dan air hasil penjernihan
Dari data hasil yang diperoleh nilai dari kesadahan baik kesadahan total
(CaCO 3), kesadahan Ca maupun kesadahan Mg air baku dan air hasil penjernihan
memiliki nilai yang memenuhi standar air bersih menurut peraturan pemerintah No.
416/MENKES/PER/IX/1990. Nilai kesadahan dari air baku menjadi air hasil
penjernihan cenderung mengalami kenaikkan. Hal ini bisa disebabkan karena
pengaruh pemberian koagulan. Jika dilihat dari komposisinya PAC mengandung SO 4
49
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Fe Air Baku
(ppm)
0.87
1.13
0.78
0.73
5.61
2.59
0.84
2.30
1.12
0.85
Koagulan
(ppm)
150
180
190
170
230
230
200
190
170
140
Flokulan
(ppm)
0.3
0.2
0.2
0.3
0.3
0.3
0.1
0.1
0.1
0.0
Fe Air Hasil
(ppm)
0.00
0.00
0.32
0.04
0.05
0.12
0.08
0.04
0.00
0.08
50
Pada Tabel 8 dapat dilihat nilai dari Fe air baku dan air hasil penjernihan
setelah penambahan bahan kimia PAC dan PAA. Nilai Fe dari air baku berkisar antara
0,73 ppm sampai dengan 5,61 ppm. Kandungan logam Fe terbesar berada pada
sampel 5 dan 6. Pada kondisi ini terjadi hujan dimana logam Fe yang berada di
daratan dalam bentuk bijih besi terbawa bersama air hujan kedalam sungai.
Pemakaian dosis PAC dan PAA yang paling baik untuk nilai Fe adalah pada
penambahan masing-masing 150 ppm dan 0,3 ppm, 180 ppm dan 0,2 ppm serta 170
ppm dan 0,1 ppm yang memperoleh nilai Fe terkecil yaitu sebesar 0,00 ppm.
6
5
4
Fe Air Baku
Fe Air Hasil
Syarat
2
1
0
1
10
Sampel Air
51
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Mn Air Baku
(ppm)
0.136
0.159
0.126
0.141
0.344
0.180
0.117
0.211
0.175
0.219
Koagulan
(ppm)
150
180
190
170
230
230
200
190
170
140
Flokulan
(ppm)
0.3
0.2
0.2
0.3
0.3
0.3
0.1
0.1
0.1
0.0
Mn Air Hasil
(ppm)
0.077
0.081
0.054
0.061
0.014
0.044
0.054
0.090
0.103
0.216
0.6
0.5
0.4
Mn Air Baku
0.3
Mn Air Hasil
Syarat
0.2
0.1
0
1
10
Sampel Air
52
Dari Tabel 9 dapat dilihat nilai Mn air baku dan air hasil penjernihan setelah
penambahan bahan kimia PAC dan PAA. Nilai Mn dari air baku berkisar antara 0,117
ppm sampai dengan 0,344 ppm. Nilai Mn terbesar berada pada sampel 5 dan 6. Sama
halnya dengan logam Fe pada kondisi ini logam Mn yang berada di daratan dilarutkan
oleh air hujan dan dibawa menuju sungai. Ini terjadi pada saat turun hujan. Penetapan
dosis PAC dan PAA yang paling baik untuk nilai Mn adalah pada penambahan
masing-masing 230 ppm dan 0,3 ppm yang memperoleh nilai Mn terkecil yaitu
sebesar 0,014 ppm.
Batas syarat nilai Mn dalam air berdasarkan peraturan pemerintah No.
416/MENKES/PER/IX/1990 yaitu maksimum 0,5 ppm. Dari Gambar 17 dapat dilihat
bahwa kandungan Mn air baku sudah memenuhi standar air bersih berdasarkan
peraturan pemerintah No. 416/MENKES/PER/IX/1990. Begitu juga dengan nilai Mn
dalam air hasil penjernihan telah memenuhi standar air bersih berdasarkan peraturan
pemerintah No. 416/MENKES/PER/IX/1990 yang berkisar antara 0,014 ppm sampai
dengan 0,216 ppm.
Secara umum, keseluruhan parameter yang diukur kecuali parameter pH dan
kesadahan baik kesadahan total, Ca dan Mg memiliki titik puncak atau titik tertinggi
pada sampel 5 dan 6. Ini dikarenakan pada waktu pengambilan sampel 5 dan 6 terjadi
hujan yang membawa material-material ke dalam air sungai.
53
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Rukaesih., 2004. Kimia Lingkungan. Andi Yogyakarta. Yogyakarta.
Alaert, G dan Santika, S.S., 1987. Metoda Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya.
Anni R, dkk. 2004. Perencanaan Program Minimasi Limbah di Laboratorium Kimia
Mineral PPTM Bandung. Jurusan Teknik Lingkungan-Universitas Pasundan.
Anonim. Environmental Laboratory and Consultant. PT Nusantara Water Centre.
Anonim. KURIFLOCK Organic Flocculant. Kurita Water Industries Ltd.
Anonim. 1981. PAC Poly Aluminum Chloride. Taki Chemical Co., Ltd.
Arsyad, M.N., 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Ilmiah. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Bassett, J. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. EGC. Jakarta.
Daintith, John. 1997. Kamus Lengkap Kimia. Erlangga. Jakarta.
Day, R.A dan A.L. Underwood. 1996. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Ke-empat
Erlangga. Jakarta.
Dodih S, Hazairin N, Adenan, Mizani R. 2005. Studi Kualitas Air Hujan Untuk
Keperluan Air Minum di Kota Banjarmasin. Pascasarjana Program Studi
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Universitas Lambung
Mangkurat Banjarbaru.
Eckenfelder, W.W., 1989. Industrial Water Pollution Control, Secong Edition. Mc
Graw Hill. New York.
Elida N. 2004. Optimasi Proses Koagulasi Flokulasi Pada Limbah Cair Yang
Mengandung Melanoidin. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember.
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia. Jakarta.
Hendayana, et all. 1994. Kimia Analitik Instrumen. IKIP Semarang. Semarang.
Khopkar, S.M., 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia. Jakarta.
Kusnadi, Didi. 1985. Kimia Analitik. Tarsito. Bandung.
Pudjaatmaka, a.h. 1993. Kamus Kimia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Jakarta.
Respati. 1986. Dasar-dasar Ilmu Kima. Aksara Baru. Yogyakarta.
55
56
Turbidity
(NTU)
pH
(pH unit)
Warna
(True.C.U.)
Zat
organik
(ppm)
Total
Ca2+
Fe
(ppm)
Mn
(ppm)
Koagulan
(ppm)
Flokulan
(ppm)
Turbidity
(NTU)
pH
(pH unit)
Zat
organik
(ppm)
Warna
(True.C.U)
Mg2+
Kesadahan
(ppm)
Fe
(ppm)
Total
Ca2+
Mg2+
Mn
(ppm)
21.0
7.28
129
11.75
128
44.8
3.89
0.87
0.136
150
0.3
1.04
6.71
5.87
130
48.0
2.43
0.00
0.077
14.6
7.52
105
11.91
134
45.6
4.86
1.13
0.159
180
0.2
1.09
6.83
2.31
142
46.4
6.32
0.00
0.081
17.6
7.55
114
18.87
124
41.6
4.86
0.78
0.126
190
0.2
1.15
6.99
12
6.95
130
44.8
4.37
0.32
0.054
23.9
7.47
123
12.68
140
44.0
7.29
0.73
0.141
170
0.3
0.98
6.95
5.40
148
51.2
4.86
0.04
0.061
215
7.03
1360
23.3
103
32.0
5.59
5.61
0.344
230
0.3
1.03
6.69
2.93
98
34.4
2.92
0.05
0.014
196
7.55
865
18.41
108
36.0
4.37
2.59
0.180
230
0.3
1.17
6.70
3.08
110
34.4
5.83
0.12
0.044
30.1
7.74
134
13.30
124
44.0
3.40
0.84
0.117
200
0.1
0.93
7.03
7.11
120
42.4
3.40
0.08
0.054
62.1
7.76
336
9.64
112
36.0
5.35
2.30
0.211
190
0.1
1.12
7.29
3.79
120
41.2
4.13
0.04
0.090
30.9
7.11
168
12.79
110
35.2
5.35
1.12
0.175
170
0.1
1.05
6.76
6.95
112
35.2
5.83
0.00
0.103
1
0
13.5
7.47
87
15.64
116
38.8
4.62
0.85
0.219
140
0.0
0.97
7.18
12
2.31
126
41.6
5.35
0.08
0.216
Lampiran 2. Perhitungan
1.
Diketahui,
NB : Perhitungan nilai zat organik semua sampel sama baik air baku maupun air
hasil penjernihan.
2.
: 20 x b x 0,4
: 20 x 5,6 x 0,4
: 44,8 ppm Ca
c. Kesadahan Mg
Kesadahan Mg
58
PAC
TANK
PAA
TANK
59
Turbidity
(NTU)
pH
(pH unit)
Warna
(True.C.U.)
Zat
organik
(ppm)
Total
Ca2+
Fe
(ppm)
Mn
(ppm)
Koagulan
(ppm)
Flokulan
(ppm)
Turbidity
(NTU)
pH
(pH unit)
Zat
organik
(ppm)
Warna
(True.C.U)
Mg2+
Kesadahan
(ppm)
Fe
(ppm)
Total
Ca2+
Mg2+
Mn
(ppm)
21.0
7.28
129
11.75
128
44.8
3.89
0.87
0.136
150
0.3
1.04
6.71
5.87
130
48.0
2.43
0.00
0.077
14.6
7.52
105
11.91
134
45.6
4.86
1.13
0.159
180
0.2
1.09
6.83
2.31
142
46.4
6.32
0.00
0.081
17.6
7.55
114
18.87
124
41.6
4.86
0.78
0.126
190
0.2
1.15
6.99
12
6.95
130
44.8
4.37
0.32
0.054
23.9
7.47
123
12.68
140
44.0
7.29
0.73
0.141
170
0.3
0.98
6.95
5.40
148
51.2
4.86
0.04
0.061
215
7.03
1360
23.3
103
32.0
5.59
5.61
0.344
230
0.3
1.03
6.69
2.93
98
34.4
2.92
0.05
0.014
196
7.55
865
18.41
108
36.0
4.37
2.59
0.180
230
0.3
1.17
6.70
3.08
110
34.4
5.83
0.12
0.044
30.1
7.74
134
13.30
124
44.0
3.40
0.84
0.117
200
0.1
0.93
7.03
7.11
120
42.4
3.40
0.08
0.054
62.1
7.76
336
9.64
112
36.0
5.35
2.30
0.211
190
0.1
1.12
7.29
3.79
120
41.2
4.13
0.04
0.090
30.9
7.11
168
12.79
110
35.2
5.35
1.12
0.175
170
0.1
1.05
6.76
6.95
112
35.2
5.83
0.00
0.103
1
0
13.5
7.47
87
15.64
116
38.8
4.62
0.85
0.219
140
0.0
0.97
7.18
12
2.31
126
41.6
5.35
0.08
0.216
60
61