Anda di halaman 1dari 11

TRAUMA GINJAL

by Yohan Rush Sykes

Definisi
Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh berbagai macam
trauma baik tumpul maupun tajam.
Epidemiologi
Trauma ginjal merupakan trauma yang paling sering terjadi.
Etiologi dan Patofisiologi
Ada 2 penyebab utama dari trauma ginjal , yaitu
1. Trauma tajam

2. Trauma Iatrogenik
3. Trauma tumpul
Trauma tajam seperti tembakan dan tikaman merupakan 10 20 % penyebab trauma
pada ginjal di Indonesia.Baik luka tikam atau tusuk pada abdomen bagian atas atau
pinggang maupun luka tembak pada abdomen yang disertai hematuria merupakan tanda
pasti cedera pada ginjal.
Trauma iatrogenik pada ginjal dapat disebabkan oleh tindakan operasi atau radiologi
intervensi, dimana di dalamnya termasuk retrograde pyelography, percutaneous
nephrostomy, dan percutaneous lithotripsy. Dengan semakin meningkatnya popularitas
dari teknik teknik di atas, insidens trauma iatrogenik semakin meningkat , tetapi
kemudian menurun setelah diperkenalkan ESWL. Biopsi ginjal juga dapat menyebabkan
trauma ginjal
Trauma tumpul merupakan penyebab utama dari trauma ginjal. Dengan lajunya
pembangunan, penambahan ruas jalan dan jumlah kendaraan, kejadian trauma akibat
kecelakaan lalu lintas juga semakin meningkat.
Trauma tumpul ginjal dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Trauma
langsung biasanya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, olah raga, kerja atau
perkelahian. Trauma ginjal biasanya menyertai trauma berat yang juga mengenai organ
organ lain. Trauma tidak langsung misalnya jatuh dari ketinggian yang menyebabkan
pergerakan ginjal secara tiba tiba di dalam rongga peritoneum. Kejadian ini dapat
menyebabkan avulsi pedikel ginjal atau robekan tunika intima arteri renalis yang
menimbulkan trombosis.
Klasifikasi
Tujuan pengklasifikasian trauma ginjal adalah untuk memberikan pedoman dalam
menentukan terapi dan prognosis.

Grade I
Kontusio ginjal,terdapat perdarahan di ginjal tanpa adanya kerusakan
jaringan,kematian jaringan maupun kerusakan kaliks. Hematuria dapat mikroskopik atau
makroskopik.pencitraan normal.
Grade II
Hematom subkapsular atau perineal yang tidak meluas, tanpa adanya kelainan
parenkim.
Grade III
Laserasi ginjal < 1 cm dan tidak mengenai pelviokaliks dan tidak terjadi
ekstravasasi.
Grade IV
Laserasi > 1cm dan tidak mengenai pelviokaliks atau ekstravasasi urin. Laserasi
yang mengenai korteks,medulla dan pelviokaliks
Grade V
Cedera pembuluh darah utama, avulsi pembuluh darah yang mengakibatkan
gangguan perdarahan ginjal, laserasi luas pada beberapa tempat/ ginjal yang terbelah
Gejala Klinik
Pada trauma tumpul dapat ditemukan adanya jejas di daerah lumbal, sedangkan pada
trauma tajam tampak luka.
Pada palpasi didapatkan nyeri tekan daerah lumbal, ketegangan otot pinggang, sedangkan
massa jarang teraba. Massa yang cepat menyebar luas disertai tanda kehilangan darah
merupakan petunjuk adanya cedera vaskuler.
Nyeri abdomen umumya ditemukan di daerah pinggang atau perut bagian atas, dengan
intenitas nyeri yang bervariasi. Bila disertai cedera hepar atau limpa ditemukan adanya

tanda perdarahan dalam perut. Bila terjai cedera Tr. Digestivus ditemukan adanya tanda
rangsang peritoneum.
Fraktur costae terbawah sering menyertai cedera ginjal. Bila hal ini ditemukan sebaiknya
diperhatikan keadaan paru apakah terdapat hematothoraks atau pneumothoraks
Hematuria makroskopik merupakan tanda utama cedera saluran kemih. Derajat hematuria
tidak berbanding dengan tingkat kerusakan ginjal. Perlu diperhatikan bila tidak ada
hematutia, kemungkinan cedera berat seperti putusnya pedikel dari ginjal atau ureter dari
pelvis ginjal. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda shock.

1.
2.
3.
4.

Diagnostik Radiologi
Ada beberapa tujuan pemeriksaan radiologis pada pasien yang dicurigai menderita
trauma ginjal, yaitu:
Klasifikasi beratnya trauma sehingga dapat dilakukan penenganan yang tepat dan
menentukan prognosisnya
Menyingkirkan keadaan ginjal patologis pre trauma
Mengevaluasi keadaan ginjal kontralateral
Mengevaluasi keadaan organ intra abdomen lainnya
Pada pemeriksaan radiologis dapat ditemukan :
Grade I
Hematom minor di perinephric , pada IVP, dapat memperlihatkan gambaran ginjal yang
abnomal
Kontusi dapat terlihat sebagai massa yang normal ataupun tidak
Laserasi minor korteks ginjal dapat dikenali sebagai dfek linear pada parenkim atau
terlihat mirip dengan kontusi ginjal
Yang lebih penting, pencitraan IVP pada pasien trauma ginjal grade I dapat
menunjukkan gambaran ginjal normal. Hal ini tidak terlalu menimbulkan masalah karena
penderit grade I memang tidak memerlukan tindakan operasi .
Pada CT Scan, daerah yang mengalami kontusi terlihat seperti massa cairan diantara
parenkim ginjal
Grade II
Pada IVP dapat terlihat extravasasi kontras dari daerah yang mengalami laserasi
Extravasasi tersebut bisa hanya terbatas pada sinus renalis atau meluas sampai ke daerah
perinefron atau bahkan sampai ke anterior atau posterior paranefron.
Yang khas adalah, batas ;uar ginjal terlihat kabur atau lebih lebar.
Dengan pemeriksaan CT Scan , fraktur parenkim ginjal dapat terlihats
Akumulasi masif dari kontras, terutama pada medial daerah perinefron, dengan
parenkim ginjal yang masih intak dan nonvisualized ureter, merupakan duggan kuat
terjadinya avulsi ureteropelvic junction
Grade III
Secara klinis pasien dalam kadaan yang tidak stabil. Kdang kadang dapat terjadi shock
dan sering teraba massa pada daerah flank.dapt diertai dengan hematuria.

Bila pasien sudah cukup stabil, dapat dilakukan pemeriksaan IVP, dimana terlihat
gangguan fungsi ekskresi baik parsial maupun total
Ada 2 tipe lesi pada pelvis renalis yaitu trombosis A.Renalis dan avulsi A. Renalis.
Angiografi dapat memperlihtkan gambaran oklusi A.Renalis.
Viabilitas dari fragmen ginjal dapat dilihat secara angiografi. Arteriografi
memperlihatkan 2 fragmen ginjal yang terpisah cukup jauh.fragmen yang viabel akan
terlihat homogen karena masih mendapat perfusi cukup baik. Fragmen diantaranya
berarti merupaka fragmen yang sudah tidak viable lagi.
Grade IV
Grade IV meliputi avulsi dari ureteropelvic junction.
Baik IVP maupun CT Scan memeperlihatkan adanya akumulasi kontras pada derah
perinefron tanpa pengisian ureter.
Sebagai kesimpulan, sampai sekarang belum ada pembatasan yang jelas kapan seorang
penderita yang diduga trauma ginjal memerlukan IVP atau CT Scan sebagai pemeriksaan
penunjangnya. Keputusan tersebut harus didasarkan kepada pemeriksaan manakah yang
lebih tersedia.
CT San biasanya diambil sebagai pemeriksaan penunjang pertama pada psien yang
mengalami trauma multiple organ intra abdomen, dan pasien yang diduga trauma ginjal
Grade III atau IV.
CT Scan berfungsi sebagai pemeriksaan kedua setelah IVP pada pasien yang pada IVP
memperlihtkan gambaran kerusakan luas parenkim ginjal dan pasien yang keadaan
umumnya menurun.
Terapi dan Prognosis
Lesi minor, grade 1, biasanya diobati secara konservatif. Pengobatan konservatif
tersebut meliputi istirahat di tempat tidur, analgesik untuk menghilangkan nyeri, serta
observasi status ginjal dengan pemeriksaan kondisi lokal, kadar hemoglobin, hematokrit
serta sedimen urin.
Penanganan trauma ginjal grade 2 masih menimbulkan suatu kontroversi.
Penenganan secara konservatif, seperti yang dipilih oleh kebanyakan dokter,
mengandalkan kemampuan normal ginjal untuk menyembuhkan dirinya sendiri.
Penenganan secara operatif biasanya dilakukan apabila pasien tidak memberikan respon
positif terhadap pengobatan konservatif, seperti kehilangan darah yang terus bertambah,
bertambah besarnya massa pada regio flank, rasa sakit yang terus menerus dan disertai
dengan adanya demam. Pengecualian dari indikasi diatas adalah oklusi pada A. Renalis
( grade 3 ). Tindakan konservatif ini dilakukan untuk menghindari dilakukannya tindakan
nephrektomi. Sedangkan dokter yang memilih tindakan operatif secara dini
mengemukakan bahwa finsidens terjadinya komplikasi lanjut dapat diturunkan dengan
tindakan nephrektomi.
Penanganan trauma ginjal unuk grade 3,4,dan 5 memerlukan tindakan operatif
berupa laparotomi.
Komplikasi

Komplikasi awal: Perdarahan yang masiv sangat sering terjadi, terutama di


retroperitoneal. Persisten retroperitoneal persisten atau gross hematuri yang berat,
indikasi untuk dilakukan operasi.
Komplikasi

lanjut:

hypertensi,

hydronephrosis,

arteriovenous

fistula,

pembentukan calculus, dan pyelonephritis. renal atrophy dapat muncul dari vascular
compromise dan dapat diditeksi dengan urography. Perdarahan yang berat dan lanjut
dapat muncul setelah 1-4 minggu.

Senin, 25 April 2011


Trauma Ginjal
I.Pengerian
Trauma ginjal merupakan trauma pada sistem urologi yang paling sering terjadi. Kejadian
penyakit ini sekitar 8-10% dengan trauma tumpul atau trauma abdominal. Pada banyak
kasus, trauma ginjal selalu dibarengi dengan trauma organ penting lainnya. Pada trauma
ginjal akan menimbulkan ruptur berupa perubahan organik pada jaringannya. Sekitar 8590% trauma ginjal terjadi akibat trauma tumpul yang biasanya diakibatkan oleh
kecelakaan lalulintas.
Trauma ginjal biasanya terjadi akibat kecelakaan lalulintas atau jatuh. Trauma ini
biasanya juga disertai dengan fraktur pada vertebra thorakal 11-12. Jika terdapat
hematuria kausa trauma harus dapat diketahui. Laserasi ginjal dapat menyebabkan
perdarahan dalam rongga peritoneum.
Tujuan dari penanganan trauma ginjal adalah untuk resusitasi pasien, mendiagnosis
trauma dan memutuskan penanganan terapi secepat mungkin. Penanganan yang efisien
dengan tehnik resusitasi dan pemeriksaan radiologi yang akurat dibutuhkan untuk
menjelaskan manajemen klinik yang tepat. Para radiologis memainkan peranan yang
sangat penting dalam mencapai hal tersebut, memainkan bagian yang besar dalam
diagnosis dan stadium trauma. Lebih jauh, campur tangan dari radiologis menolong
penanganan trauma arterial dengan menggunakan angiografi dengan transkateter
embolisasi. Sebagai bagian yang penting dar trauma, radiologi harus menyediakan
konsultasi emergensi, keterampilan para ahli dalam penggunaan alat-alat radiologis
digunakan dalam evaluasi trauma, dan biasanya disertai trauma tumpul pada daerah
abdominal.
II. Etiologi
Sebagian besar trauma (ruptur) ginjal terjadi akibat trauma tumpul. Secara umum, trauma
ginjal dibagi dalam tiga kelas : laserasi ginjal, kostusio ginjal, dan trauma pembuluh
darah ginjal. Semua kelas tersebut memerlukan indeks pengetahuan klinik yang tinggi
dan evaluasi serta penanganan yang cepat.
III. Epidemiologi
Laju mortalitas dan morbiditas trauma (ruptur) ginjal bervariasi tergantung dari beratnya
trauma yang terjadi, derajat trauma yang mengenai organ lainnya dan rencana pengobatan
yang digunakan. Oleh karena itu, pilihan penanganan harus mempertimbangkan angka
mortalitas dan morbiditas. Secara keseluruhan, dengan tekhnik penanganan modern, laju
pemeliharaan ginjal mencapai 85-90%.
IV. Insidensi
Frekuensi trauma ginjal agak tergantung pada jumlah populasi yang ada. Jumlah trauma
(ruptur) ginjal kira-kira 3% dari keseluruhan jenis trauma dan 10% dari pasien tersebut
masuk dalam trauma abdominal.

Trauma (ruptur) ginjal merupakan trauma urologi yang paling sering terjadi, terjadi 810% dari pasien dengan disertai trauma pada abdomen. Dari penelitian Baverstock (2001)
dan Sagalowsky (1983) trauma tumpul merupakan penyebab terbanyak dengan jumlah
sebesar 80% dari trauma ginjal. Di antara pasien dengan hematuria, tercatat trauma ginjal
sebesar 25%; dimana kurang dari 1% pasien dengan mikrohematuria yang memiliki
trauma ginjal (Cass, 1986; Nicolaisen, 1985; Herschorn, 1991; McAndrew, 1994).
V. Anatomi Ginjal
Normalnya sepasang ginjal terletak terbaring pada rongga peritoneal pada daerah tengah
menuju daerah posterior dinding abdomen. Secara umum, kedua ginjal tersebut bertugas
sebagai alat yang menyaring sampah-sampah dan mengeluarkan bahan yang tidak
digunakan dari darah menuju ke traktus urinarius bagian bawah. Pada bagian belakang,
kedua ginjal berbatasan dengan otot psoas dan otot lumborum; pada bagian atas, ginjal
berhubungan dengan diafragma dan kelanjar suprarenal. Karena ginjal terletak kira-kira
antara vertebra thorakal 12 dan vertebra lumbal ketiga, kedua ginjal tersebut dilindungi
oleh sebagian costa inferior.
Gambar 1 : Anatomi Ginjal
VI. Patofisiologi
Trauma (ruptur) ginjal dapat terjadi oleh karena beragam mekanisme. Di Amerika
Serikat, kecelakaan kendaraan bermotor merupakan penyebab terbanyak dari trauma
tumpul abdominal yang menyebabkan trauma ginjal. Selain itu, jatuh dari ketinggian
termasuk luka tembakan, merupakan penyebab selebihnya. Pada kasus jarang, trauma
ginjal terjadi oleh karena penyebab iatrogenic (contohnya angiomyolipoma) yang dapat
bermanifestasi dengan perdarahan setelah trauma minor.
Sebagian besar trauma (ruptur) ginjal muncul dengan gejala hematuria (95%), yang dapat
menjadi besar pada beberapa trauma ginjal yang berat. Akan tetapi, trauma vaskuler
ureteropelvic (UPJ), hematuria kemungkinan tidak tampak. Oleh karena, sebagian besar
penanganan trauma, termasuk trauma ginjal, membutuhkan sedikit prosedur invasif
(Baverstock, 2001; Moudouni, 2001; Santucci, 2001), maka pemeriksaan radiologi
sangatlah penting. Dengan pemeriksaan yang akurat dari radiologi pasien dapat ditangani
dengan optimal secara konservatif dari penanganan pembedahan.
Berdasarkan American Association for the surgery of Trauma (AAST), trauma (ruptur)
ginjal terbagi dalam beberapa derajat :
1. Grade I
- Hematuria dengan pemeriksaan radiologi yang normal
- Kontusio
- Hematoma subkapsular non-ekspanding
2. Grade 2
- Hematoma perinefrik non-ekspanding yang terbatas pada retroperitoneum.
- Laserasi kortikal superficial dengan kedalaman kurang dari 1 cm tanpa adanya trauma
pada sistem lain.
3. Grade 3
Laserasi ginjal yang kedalamannya lebih dari 1 cm tidak melibatkan sistem lainnya.
4. Grade 4
- Laserasi ginjal yang memanjang mencapai ginjal dan sistem lainnya.
- Trauma yang melibatkan arteri renalis utama atau vena dengan adanya hemoragik

- Infark segmental tanpa disertai laserasi


- Hematoma pada subkapsuler yang menekan ginjal
5. Grade 5
- Devaskularisasi ginjal
- Avulse ureteropelvis
- Laserasi lengkap atau thrombus pada arteri atau vena utama
VII. Diagnostik
Untuk diagnostik pada penyakit ini didasarkan pada manifestasi klinis, laboratorium, dan
pemeriksaan radiologi.
VII.1. Manifestasi Klinis
Tanda kardinal dari trauma (ruptur) ginjal adalah hematuria, yang dapat bersifat massif
atau sedikit, tetapi besarnya trauma tidak dapat diukur dengan volume hematuria atau
tanda-tanda luka. Tanda lainnya ialah adanya nyeri pada abdomen dan lumbal, kadangkadang dengan rigiditas pada dinding abdomen dan nyeri lokal. Jika pasien datang
dengan kontur pinggang yang kecil dan datar, kita dapat mensuspeknya dengan
hematoma perinefrik. Pada kasus perdarahan atau efusi retroperitoneal, trauma ginjal
kemungkinan dihubungkan dengan ileus paralitik, yang bisa menimbulkan bahaya karena
membingungkan untuk didiagnosis dengan trauma intraperitoneal.
Dokter harus memperhatikan fraktur iga, fraktur pelvis atau trauma vertebra yang dapat
berkembang menjadi trauma ginjal. Nausea dan vomiting dapat juga ditemukan.
Kehilangan darah dan shock kemungkinan akan ditemukan pada perdarahan
retroperitoneal.
VII.2. Laboratorium
Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah urinalisis. Pada pemeriksaan ini diperhatikan
kekeruhan, warna, pH urin, protein, glukosa dan sel-sel. Pemeriksaan ini juga
menyediakan secara langsung informasi mengenai pasien yang mengalami laserasi,
meskipun data yang didapatkan harus dipandang secara rasional. Jika hematuria tidak
ada, maka dapat disarankan pemeriksaan mikroskopik. Meskipun secara umum terdapat
derajat hematuria yang dihubungkan dengan trauma traktus urinarius, tetapi telah
dilaporkan juga kalau pada trauma (ruptur) ginjal dapat juga tidak disertai hematuria.
Akan tetapi harus diingat kalau kepercayaan dari pemeriksaan urinalisis sebagai
modalitas untuk mendiagnosis trauma ginjal masih didapatkan kesulitan.
VII.3. Radiologi
Cara-cara pemeriksaan traktus urinarius dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: foto
polos abdomen, pielografi intravena, urografi retrograde, arteriografi translumbal,
angiografi renal, tomografi, sistografi, computed tomography (CT-Scan), dan nuclear
Magnetic resonance (NMR).
VII.3.1. Intravenous Pyelography (IVP)
Tujuan pemeriksaan IVP adalah (1) untuk mendapatkan perkiraan fungsional dan anatomi
kedua ginjal dan ureter, (2) menentukan ada tidaknya fungsi kedua ginjal, dan (3) sangat
dibutuhkan pada bagian emergensi atau ruangan operasi.(7)
Sedangkan kerugian dari pemeriksaan ini adalah (1) pemeriksaan ini memerlukan gambar
multiple untuk mendapatkan informasi maksimal, meskipun tekhnik satu kali foto dapat
digunakan; (2) dosis radiasi relative tinggi (0,007-0,0548 Gy); (3) gambar yang
dihasilkan tidak begitu memuaskan.(8)
Gambar 2 : Gambaran IVP Trauma Ginjal(13)

Gambar di atas merupakan gambaran trauma ginjal grade 3. Setelah pemasukan kontras
secara intravena, pada gambar tersebut terlihat berkurangnya gambaran struktur ginjal
kiri jika dibandingkan dengan sebelah kanan serta tidak terdapat ekstravasasi kontras.
VII.3.2. Computed Tomography (CT)
Computed Tomography (CT) merupakan salah satu jenis pemeriksaan yang dapat
digunakan untuk menilai traktus urinarius. Pemeriksaan ini dapat menampakan keadaan
anatomi traktus urinarius secara detail. Pemeriksaan ini menggunakan scanning dinamik
kontras.
Keuntungan dari pemeriksaan ini adalah (1) memeriksa keadaan anatomi dan fungsional
ginjal dan traktus urinarius, (2) membantu menentukan ada atau tidaknya gangguan
fungsi ginjal dan (3) membantu diagnosis trauma yang menyertai.
Kerugian dari pemeriksaan ini adalah (1) pemeriksaan ini memerlukan kontas untuk
mendapatkan informasi yang maksimal mengenai fungsi, hematoma, dan perdarahan; (2)
pasien harus dalam keadaan stabil untuk melakukan pemeriksaan scanner; dan (3)
memerlukan waktu yang tepat untuk melakukan scanning untuk melihat bladder dan
ureter.
Gambar 3 : Gambaran CT-Scan Trauma Ginjal(13)
Gambar di atas merupakan trauma ginjal grade 1. Setelah pemasukan kontras gambar
tersebut memperlihatkan adanya hematoma subkapsular dengan densitas high-cresentic
karena pengumpulan cairan di sekitar ginjal kanan.
VII.3.3. Ultrasonografi (USG) Renal
Keuntungan pemeriksaan ini adalah (1) non-invasif, (2) dapat dilakukan bersamaan
dengan resusitasi, dan (3) dapat membantu mengetahui keadaan anatomi setelah trauma.
(7)
Kerugian dari pemeriksaan ini adalah (1) memerlukan pengalaman sonografer yang
terlatih, (2) pada pemeriksaan yang cepat sulit untuk melihat mendeskripsikan anatomi
ginjal, dimana kenyataannya yang terlihat hanyalah cairan bebas, (3) trauma bladder
kemungkinan akan tidak dapat digambarkan.(7)
Gambar 4 : Gambaran USG Trauma Ginjal(13)
Gambar di atas menggunakan USG yang merupakan gambaran trauma ginjal grade 5.
Dari hasil pemeriksaan ini didapatkan adanya darah pada ginjal bagian kanan.
VII.3.4. Angiography
Keuntungan pemeriksaan ini adalah (1) memiliki kapasitas untuk menolong dalam
diagnosis dan penanganan trauma ginjal, dan (2) lebih jauh dapat memberikan gambaran
trauma dengan abnormalitas IV atau dengan trauma vaskuler.(7)
Kerugian dari pemeriksaan ini adalah (1) pemeriksaan ini invasif, (2) pemeriksaan ini
memerlukan sumber-sumber mobilisasi untuk melakukan pemeriksaan, seperti waktu; (4)
pasien harus melakukan perjalanan menuju ke ruang pemeriksaan.
Gambar 5 : Gambaran Angiography Trauma Ginjal(13)
Gambaran Angiografi di atas memperlihatkan adanya ekstravasasi kontas pada vaskular
aktif dan terdapat pseudoaneurisma pada bagian bawah ginjal.(13)
VII.3.5. Magnetic Resonannce Imaging (MRI)
MRI digunakan untuk membantu penanganan trauma ginjal ketika terdapat

kontraindikasi untuk penggunaan kontras iodinated atau ketika pemeriksaan CT-Scan


tidak tersedia. Seperti pada pemeriksaan CT, MRI menggunakan kontas Gadolinium
intravena yang dapat membantu penanganan ekstravasasi sistem urinarius. Pemeriksaan
ini merupakan pemeriksan terbaik dengan sistem lapangan pandang yang luas.
VIII. Penatalaksanaan
Tujuan dari penanganan penyakit ini adalah mencegah gejala-gejala darurat dan
penanganan komplikasi. Analgesik dibutuhkan untuk mengurangi rasa sakit. Hospitalisasi
dan observasi tertutup dibutuhkan karena resiko perdarahan tertutup dari trauma ginjal.
Perdarahan yang cukup berat membutuhkan pembedahan keseluruhan ginjal (nefroktomi)
untuk mengontrol perdarahan. Pembedahan dilakukan untuk mengontrol perdarahan
termasuk drainase pada ruang sekitar ginjal. Kadang-kadang angio-embolisasi dapat
menghentikan perdarahan. Pembedahan dilakukan untuk memperbaiki keadaan parenkim
ginjal dan vaskularisasinya. Dimana tekhnik yang akan dilakukan tergantung pada lokasi
terjadinya trauma. Pengobatan non-bedah termasuk istirahat selama 1-2 minggu atau
selama perdarahan berkurang, adanya nyeri, dan observasi tertutup dan penanganan
gejala-gejala dari gagal ginjal. Pengobatan ini juga harus diimbangi dengan retriksi diet
dan penanganan gagal ginjal.
IX. Prognosis
Hasil yang didapatkan dari pengobatan bervariasi tergantung pada penyebab dan luasnya
trauma (ruptur). Kerusakan kemungkinan ringan dan reversible, kemungkinan
membutuhkan penanganan yang sesegera mungkin dan munkin juga menghasilkan
komplikasi.
X. Komplikasi
Komplikasi tercepat terjadi dalam 4 minggu setelah trauma dan termasuk ekstravasasi
urin dan bentuk urinoma, yang disertai perdarahan, infeksi urinoma dan abses perinefrik,
sepsis, fistula arteriovenous, pseudoanerysma dan hipertensi.
Komplikasi yang lama termasuk hironefrosis, hipertensi, bentuk kalkulus, dan
pyelonefritis kronik. Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Husman dan Moris
didapatkan bahwa komplikasi lebih banyak ditemukan pada pasien yang devaskularisasi
dibandingkan dengan pasien yang vaskularisasi.
Komplikasi infeksi pada sistem urinari dan abses perinefrik umumnya didapatkan pada
pasien yang belum dilakukan pembedahan.
nama anggota:
henra
intan
nurul
putria

Anda mungkin juga menyukai